Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Dalam perkembangan zaman bahwa pergerakan dunia bisnis terlihat semakin dinamis,
ditambah dengan adanya dukungan internet dan kemajuan teknologi yang memanjakan
masyarakat. Kaitan bisnis dengan internet adalah internet dalam bisnis digunakan untuk
pertukaran informasi, katalog produk, media promosi, konsultasi dengan konsumen secara
online, sehingga konsumen dapat dilibatkan secara proaktif dan interaktif dalam
perancangan, pengembangan, pemasaran dan penjualan produk (Yenty, 2000).
Hal tersebut sangat berdampak besar, tak terkecuali dalam perkembangan dunia bisnis
saat ini juga pertumbuhan pengguna internet.
Pada grafik di bawah dapat diketahui bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia
sangat banyak yaitu 143,26 juta pengguna di tahun 2017 terakhir yang telah di riset oleh
APJII. Jadi dapat di perkirakan bahwa jumlah pengguna internet akan semakin bertambah.
Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Pengguna Internet Indonesia (1998 – 2017)
Sumber: APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
Diakses pada 2 Oktober 2018, pukul 10:35
1
Page 2
Dengan didukungnya pertumbuhan pengguna internet, maka jumlah perangkat untuk
mengakses internetpun seperti smartphone atau tablet juga semakin meningkat.
Berdasarkan data mengenai persentase perangkat yang dipakai mengakses internet di
Indonesia pada tahun 2017 adalah bahwa masyarakat Indonesia yang sebagian besar
menggunakan smartphone atau tabletnya untuk mengakses internet karena memang
sifatnya smartphone atau tablet itu lebih praktis digunakan dibandingkan laptop atau
komputer dengan persentase sebanyak 44,16%, sedangkan persentase menggunakan
komputer atau laptop sebanyak 4,49%.
Gambar 1.2
Persentase Perangkat Yang Dipakai Mengakses Internet Tahun 2017
Sumber: APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
Di akses pada 3 Oktober 2018, pukul 00:15
Teknologi dan internet saat ini sudah menjadi integritas dalam kehidupan di
masyarakat untuk perekonomian suatu perusahaan mengenai dunia bisnis seperti jual beli
secara online di sebuah e-commerce. E-commerce is a dynamic set of technologies,
applications, and business process that link enterprises, consumers, and communities
through electronic transactions and the electronic exchange of goods, services, and
information. (David Baum, “Business Links,” Oracle Magazine, No. 3, Vol. XIII,
May/June, 1999, pp. 36-44.). Jadi, e-commerce adalah satu set dinamis teknologi,
2
Page 3
aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas
tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, layanan, dan informasi
yang dilakukan secara elektronik.
Perkembangan industri e-commerce semakin bertambah di Indonesia, sehingga hal
tersebut sudah menjadi pokok pembicaraan yang tiada henti dalam dunia marketers.
Lembaga riset Statista memperkirakan nilai penjualan ritel dari industri ini di Indonesia
adalah sekitar tujuh milyar USD di tahun 2017, dan diproyeksikan terus naik hingga
menembus dua kali lipat dalam kurun waktu empat tahun kedepan. Dimulai dengan
menjumpai banyaknya platform digital yang memfasilitasi belanja online dengan tujuan
memberikan kemudahan pada penggunanya. Baik itu dari sisi kepraktisan, keamanan,
kecepatan, dan tentu saja potongan harga yang tercermin dari strategi promosinya
(marketeers.com, 2018).
Akibat dari belanja online, konsumen tidak ragu untuk beralih dari metode pembelian
konvensional menjadi serba online. Merespon fenomena pergeseran preferensi ini, maka
menjadi hal penting dan menarik untuk mengetahui peta demografi pasar digital di
Indonesia. Berdasarkan temuan dari platform pembanding harga (Priceza) dan pelopor
shopping search engine bahwa terdapat lima kota besar di Indonesia yang menjadi rujukan
pertama dari kunjungan ke berbagai e-commerce, yaitu kota Jakarta, Surabaya, Medan,
Bandung, dan Makassar. Lima kota besar tersebut menjadi kota dengan pembelanja online
terbanyak (marketeers.com, 2018).
3
Page 4
Gambar 1.3
Data Persentase 5 Kota Besar di Indonesia dengan Pembelanja Online Terbanyak di
Tahun 2015, 2016, dan 2017
Sumber: Priceza.co.id, diakses pada 29 September 2018
Diakses pada 3 Oktober 2018, pukul 03:18
Dari data diatas dapat diinterpretasikan bahwa kota Jakarta yang paling sering belanja
online dari tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2015 sampai 2017. Dengan persentase
terakhir tahun 2017 Jakarta di 41,94% , kedua dari Surabaya 20,90%, ketiga Medan
7,76%, kemudian Bandung 7,72% yang selisihnya tidak begitu jauh dari Medan, dan
terakhir oleh Makassar 4,42%. Terlebih itu, dari data diatas dapat dianalisis bahwa
meskipun peningkatan online shoppers di Jakarta dari tahun 2015 ke tahun 2016 lebih
banyak yaitu 12,84% sedangkan kenaikan dari tahun 2016 ke tahun 2017 hanya 4.53%
artinya menurun tetapi kota Jakarta tetap menduduki peringkat pertama untuk online
4
Page 5
shopper di Indonesia. Dalam hal tersebut, peneliti memilih DKI Jakarta sebagai populasi
yang nantinya akan dijadikan sampel penelitian. Karna menurut data diatas bahwa Jakarta
lah yang mempunyai persentase paling besar dalam online shoppers.
Sebagai pendukung data diatas, terdapat data terbaru yaitu berdasarkan data geografi
bahwa pembelanja e-commerce tertinggi di Indonesia, yakni DKI Jakarta dengan 22%,
kedua yakni Jawa Barat dengan 21%, ketiga Jawa Timur dengan 14%, ke-empat Jawa
Tengah 9%, ke-lima Banten dengan 8%, dan terakhir Sumatera Utara dengan 6%. Hasil
persentase tersebut dilansir oleh hasil riset Snapcart pada Jumat 23 Februari 2018
mengenai perilaku belanja e-commerce di Indonesia (economy.okezone.com).
Memasuki faktor perilaku konsumen atau perilaku dalam berbelanja tentunya
membahas usia. Berdasarkan usia, pembelanja paling banyak adalah Generasi Y atau
Millennial (berusia antara 25-34 tahun) dengan persentase 50%, disusul oleh Generasi Z
(15-24 tahun) sebanyak 31%, Generasi X (35-44 tahun) sebanyak 16%, dan 2% sisanya
merupakan Generasi Baby Boomers (usia 45 tahun ke atas). Hasil persentase usia dalam
belanja juga dilakukan oleh hasil riset Snapcart.
Alvara Research Center mengemukakan hasil risetnya dalam buku Millennial
Nusantara yang ditulis oleh Hasannddin Ali dan Lilik Purwandi yaitu lebih dari 35%
penduduk Indonesia tahun 2015 adalah penduduk muda yang berusia 15 - 34 tahun.
Bahkan untuk daerah perkotaan seperti DKI Jakarta, penduduk mudanya bisa mencapai
lebih dari 40%. Merekalah adalah penduduk yang lahir antara tahun 1980 sampai 2000-an,
atau kemudian dikenal sebagai Generasi Millennial. Millennial (juga dikenal sebagai
Generasi Millennial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah
Generasi X yang lahir tahun 1960 – 1980.
Gambar 1.4
Cohort Demografi
Sumber : Buku Millennial Nusantara
5
Baby Boomers Gen-X Gen-Y (Millennial) Gen-Z
1946 – 1964 1965 – 1980 1981 – 2000 2001 – Sekarang
Page 6
Masih mengenai Generasi Y, Data dan Statistik Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI mendapatkan hasil survei Indikator TIK pada rumah tangga dan individu
tahun 2016, Balitbang SDM yaitu mengenai persentase pengguna internet untuk e-
commerce berdasarkan umur pada tahun 2016.
Gambar 1.5
Persentase Pengguna Internet untuk E-commerce Tahun 2016
Sumber: Survei Indikator TIK pada Rumah Tangga dan Individu Tahun 2016,
Balitbang SDM
Diakses pada 3 Oktober 2018, pukul 05:51
Hasil survei diatas dapat diketahui bahwa pengguna e-commerce terbanyak di
Indonesia berdasarkan umur adalah 26 - 35 Tahun dengan persentase yang diperoleh
sebanyak 32,00%. Kemudian masuk lagi data dari Statistika Global Consumer Survey,
July 2018 memuat perihal pengguna e-commerce di Indonesia yakni didominasi oleh
umur 25 – 34 Tahun dengan persentase 41,6%, sehingga dalam kurun waktu dua tahun
pengguna e-commerce di Indonesia meningkat 9,6%. Berikut data grafik yang diperoleh;
6
Page 7
Gambar 1.6
Data Grafik Pengguna E-commerce di Indonesia pada bulan Juli 2018
Sumber: Statistika Global Consumer Survey, 2018
Diakses pada 3 Oktober 2018, pukul 06:45
Mengenai Gambar 1.5 dan 1.6 dapat dikatakan bahwa pengguna e-commerce di
Indonesia digemari oleh usia 25-34 Tahun, yang dimana dalam usia tersebut termasuk
dalam Generasi Y. Istilah generasi millennial itu diciptakan oleh dua pakar sejarah dan
penulis Amerika yaitu William Strauss dan Neil Howe. Penggolongan generasi Y
terbentuk bagi mereka yang lahir pada tahun 1980 - 1990, atau pada awal tahun 2000
(kominfo.go.id, 2016). Selain itu, data dari gambar di atas menunjukkan pada pengguna
e-commerce yang ada di Indonesia, sehingga e-commerce dalam penelitian ini adalah
semua e-commerce yang ada di Indonesia sebagai data identititas Generasi Y.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh CNN money, lebih dari 30% dari total
penduduk dunia adalah manusia yang lahir pada generasi Y, dimana riset tersebut juga
memperkirakan bahwa pada tahun 2020, lebih dari 50% dari total workforce yang ada di
dunia adalah generasi Y. Hal tersebut menandakan generasi Y menjadi peran yang besar
dalam dunia lapangan kerja dan juga pergerakan ekonomi (Edwin, 2017: 13).
Selain itu, berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk yang dilakukan Badan
Perencanaan Pembangunan, Badan Pusat Statistik dan United Population Fund jumlah
penduduk DKI Jakarta mencapai 10,47 juta jiwa. Menurut kelompok umur, penduduk
7
Page 8
yang berusia antara 30 – 34 tahun merupakan yang terbanyak, yakni mencapai 1 juta jiwa
atau sekitar 10% dari total populasi di Ibu Kota.
Berikut jumlah penduduk DKI Jakarta menurut kelompok umur dan dan jenis kelamin
tahun 2018 ;
Gambar 1.7
Jumlah Penduduk DKI Jakarta Tahun 2018
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Diakses pada 12 Januari 2019, pukul 20:50
Dari perkumpulan data yang di dapat bahwa umur produktif termasuk dalam Generasi
Y dengan jumlah paling besar di DKI Jakarta tahun 2018 yang dimana Generasi Y ini
sangat berperan dalam belanja online. Untuk itu, peneliti memilih Generasi Y kelahiran
tahun 1980 – 2000 atau berusia 18 - 38 tahun pada (Tahun 2018).
Pada penelitian ini, peneliti mengambil salah satu penelitian terdahulu yang
menggiring pada hipotesis penelitian ini yaitu salah satunya skripsi dengan judul
“Pengaruh Faktor Keamanan, Pengetahuan Teknologi Internet, Kualitas Layanan dan
Persepsi Resiko Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Situs Jejaring Sosial” ditulis
oleh Andriyani, Dewi, dan Soengkono pada tahun 2014. Metode yang digunakan pada
skripsi tersebut adalah kuantitatif dengan persamaan regresinya adalah analisis regresi
8
Page 9
linear berganda. Variabel bebas yang diteliti yaitu Faktor Keamanan, Pengetahuan
Teknologi Internet, Kualitas Layanan dan Persepsi Resiko, namun pada variabel
terikatnya adalah keputusan Pembelian. Pada skripsi tersebut tentunya ada persamaan
juga perbedaan dengan penelitian ini. Adapun persamaan penelitian ini dengan skripsi
tersebut adalah menggunakan variabel terikat yang sama yaitu keputusan pembelian,
sedangkan pada perbedaannya terdapat pada teknik pengambilan sampel, jika pada
penelitian ini menggunakan purposive sampling sedangkan pada skripsi adalah snowball
sampling (Sumber : http://repository.unib.ac.id).
Pride dan Ferrell (dalam Sangadji, 2013 :335) membagi faktor perilaku konsumen ke
dalam tiga kelompok, yaitu faktor pribadi, psikologis, dan sosial. Tentu sebelum
melakukan belanja online, konsumen dapat dipengaruhi beberapa faktor tersebut. Faktor
demografi yang menjadi salah satu golongan dalam kelompok faktor pribadi mempunyai
keterkaitan dalam pengambilan keputusan pembelian dalam belanja online yaitu pada
pendapatan masyarakat khususnya di Generasi Y mempunyai pendapatan yang besar juga
bertambahnya populasi yang besar membuat perilaku konsumen pada Generasi Y
menjadi lebih boros dalam belanja termasuk belanja online (Edwin, 2017: 13). Selain itu,
faktor situasional merupakan keadaan atau kondisi eksternal yang ada ketika konsumen
membuat keputusan pembelian. Faktor tingkat keterlibatan ditunjukkan dengan sejauh
mana konsumen mempertimbangkan terlebih dahulu keputusannya sebelum membeli
suatu produk. Faktor psikologis yang terdapat pada diri seseorang sebagian menetapkan
perilaku orang tersebut sehingga mempengaruhi perilakunya sebagai konsumen. Motif
dalam faktor psikologis adalah kekuatan energi internal yang mengarahkan kegiatan
seseorang kearah pemenuhan kebutuhan atau pencapaian sasaran. Lalu persepsi adalah
proses pemilihan, pengorganisasian, dan penginterpretasian masukan informasi untuk
menghasilkan makna. Kemampuan dan pengetahuan adalah kesanggupan dan efisiensi
dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Kemampuan yang diminati oleh para pemasar
adalah kemampuan seorang individu untuk belajar di mana proses pembelajaran tersebut
merupakan perubahan perilaku seseorang yang disebabkan oleh informasi dan
pengalaman. Sikap menuju pada pengetahuan dan perasaan positif atau negatif terhadap
sebuah objek atau kegiatan tertentu. Kepribadian adalah ciri internal dan perilaku yang
membuat seseorang itu unik. Kepribadian seseorang berasal dari keturunan dan
pengalaman pribadi. Untuk faktor sosial yaitu manusia hidup di tengah-tengah
9
Page 10
masyarakat. Sudah tentu manusia akan dipengaruhi oleh masyarakat dimana dia hidup.
Dengan demikian, perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh masyarakat atau faktor
sosial yang melingkarinya. Peran dan pengaruh keluarga dalam kaitannya dengan
perilaku konsumen, keluarga mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan
pembelian konsumen. Setiap anggota keluarga mempunyai kebutuhan, keinginan, dan
selera yang berbeda-beda. Kelompok referensi dapat berfungsi sebagai perbandingan dan
sumber informasi bagi seseorang sehingga perilaku para anggota kelompok referensi
ketika membeli suatu produk bermerek tertentu akan dapat dipengaruhi oleh kelompok
referensi. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang terbuka untuk para individu yang
memiliki tingkat sosial yang serupa. Dalam kelas sosial terjadi pembedaan masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat, ada kelas yang tinggi, ada yang rendah. Budaya dan
subbudaya mempengaruhi bagaimana seseorang membeli dan menggunakan produk,
serta kepuasan konsumen terhadap produk tersebut sebab budaya juga menentukan
produk-produk yang dibeli dan digunakan.
Pada faktor psikologis meliputi salah satunya adalah motif yang bergerak untuk
melakukan belanja online dengan mengarahkan kegiatan seseorang kearah pemenuhan
kebutuhan atau pencapaian sasaran menurut Pride dan Ferrell (dalam Sangadji, 2013
:335) dimana Generasi Y mempunyai karakter yaitu penuh keinginan yang juga didukung
dengan adanya e-commerce membuat Generasi Y dapat memenuhi kebutuhannya dengan
belanja online. (Arum, dkk, 2018 : 30). Pada kelas sosial Generasi Y yang termasuk ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat, salah satunya dalam kelas yang tinggi dapat
berpengaruh untuk keputusan pembelian, karena berdasarkan data yang didapat bahwa
DKI Jakarta sebagai daerah urban sekaligus menempati pengguna e-commerce terbanyak.
Pada keputusan pembelian menurut Engel et al (dalam Sangadji, 2013:334)
mempunyai lima model diantaranya pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen
menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara
keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Kemudian pencarian
informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa
dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari
informasi yang tersimpan dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi
dari luar (pencarian eksternal). Lalu evaluasi alternative adalah proses mengevaluasi
10
Page 11
pilihan produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan keinginan konsumen. Pada
proses ini konsumen membandingkan berbagai merek pilihan yang dapat memberikan
manfaat kepadanya serta masalah yang dihadapinya. Tahap keputusan pembelian setelah
tahap-tahap diatas dilakukan, pembeli akan menentukan sikap dalam pengambilan
keputusan apakah membeli atau tidak. Jika memilih untuk membeli produk, dalam hal ini
konsumen dihadapkan pada beberapa alternatif pengambilan keputusan seperti produk,
merek, penjual, kuantitas, dan waktu pembeliannya. Dan hasil setelah membeli suatu
produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Tahap
ini dapat memberikan informasi yang penting bagi perusahaan apakah produk dan
pelayanan yang telah dijual dapat memuaskan konsumen atau tidak.
Alasan meneliti hal ini dilihat dari sisi komunikasi yaitu jika komunikasi dilakukan
dengan baik dalam artian pesan dapat diterima dengan baik dan terjadi feedback maka
secara langsung akan mempengaruhi perilaku konsumen dengan faktor-faktor lainnya.
Jadi, komunikasi menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam perubahan perilaku
konsumen dalam usaha pemenuhan kebutuhannya dengan membeli suatu produk maupun
jasa. Sehingga, berdasar dari fenomena yang dijelaskan, peneliti tertarik untuk meneliti
perilaku konsumen Generasi Y untuk melihat adanya keterkaitan antara faktor pribadi,
faktor psikologis, dan faktor sosial terhadap keputusan pembelian konsumen. Oleh sebab
itu penulis membuat penelitian yang berjudul “PENGARUH PERILAKU
KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI E-
COMMERCE DI INDONESIA (STUDI PADA GENERASI Y DI DKI JAKARTA
TAHUN 2018)”
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah seberapa besar signifikan pengaruh perilaku konsumen terhadap
keputusan pembelian pada Generasi Y?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian didasarkan pada latar belakang dan masalah yang diangkat. Tujuan
yang peneliti ingin capai dalam penelitian ini adalah untuk mengukur besar signifikan
pengaruh perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian pada Generasi Y.
11
Page 12
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap:
a. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian
lebih lanjut untuk penelitian selanjutnya tentang pemasaran, khususnya yang
berkaitan dengan Keputusan Pembelian
b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan
wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah
dipelajari selama masa perkuliahan di Telkom University
1.4.2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap perusahaan sebagai masukan atau bahan
pertimbangan terhadap masalah yang berkaitan dengan perilaku pembelian
konsumen dan keputusan pembelian konsumen
1.5.Waktu dan Periode Penelitian
Jadwal kegiatan ini akan berlangsung selama 6 bulan, sebagaimana telah dirincikan
dalam tabel 1.1 dibawah ini,
Tabel 1.1 Tabel Waktu dan Periode Penelitian
No Kegiatan Ags „18 Sep „18 Okt „18 Nov „18 Des „18 Jan „19
1. Tahap Persiapan
Penelitian
a. Pengajuan Judul
b. Penyusunan
Proposal
c. Pengajuan
Proposal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan
Data
Page 13
b. Analisis Data
3. Tahap Penyusunan
Laporan
Sumber : Olahan Peneliti, 2018