Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk pasti membutuhkan lahan atau tempat, sesuai dengan definisi penduduk yakni kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Semakin besar pertumbuhan penduduk maka semakin luas lahan atau wilayah atau ruang yang dibutuhkan. Sejalan dengan semakin besar pertumbuhan pangan maka semakin luas lahan pertanian yang dibutuhkan (Malau, 19 Juni 2013 dalam harian Analisa). Teori Malthus menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh- tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini (Mantra, 2003). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama periode 2000-2010 lebih tinggi bila dibanding periode 1990-2000. Disebutkan laju pertumbuhan penduduk periode 2000-2010 sebesar 1,49 persen, lebih tinggi bila dibandingkan periode 1990-2000 sebesar 1,45 persen. Hasil sensus tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,56 juta orang. Itu artinya Indonesia membutuhkan lahan untuk memenuhi kebutuhan pangan 237,56 juta orang. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan lahan dan alih fungsi lahan demi memenuhi kebutuhan pangan dan tempat tinggal jumlah manusia yang semakin banyak. Alih fungsi lahan atau perubahan penggunaan lahan mengakibatkan adanya dampak positif maupun negatif. Dampak positif yang terjadi yaitu lahan menjadi semakin produktif. Pada dampak negatif yaitu terjadinya kerusakan lingkungan, bencana alam, dan menurunnya produktifitas lahan. Dampak negatif yang terjadi akibat alih fungsi lahan seharusnya bisa diantisipasi dan diminimalisir apabila terdapat perencanaan penggunaan lahan yang tepat sesuai dengan arahan fungsi pemanfaatan lahan. Arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan upaya APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN SUB DAS TAJUM, DAS SERAYU KHANIFUDIN Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

Aug 19, 2019

Download

Documents

haphuc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk pasti membutuhkan lahan atau tempat, sesuai

dengan definisi penduduk yakni kumpulan manusia yang menempati wilayah

geografi dan ruang tertentu. Semakin besar pertumbuhan penduduk maka semakin

luas lahan atau wilayah atau ruang yang dibutuhkan. Sejalan dengan semakin

besar pertumbuhan pangan maka semakin luas lahan pertanian yang dibutuhkan

(Malau, 19 Juni 2013 dalam harian Analisa).

Teori Malthus menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-

tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak

dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi

ini (Mantra, 2003). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju

pertumbuhan penduduk Indonesia selama periode 2000-2010 lebih tinggi bila

dibanding periode 1990-2000. Disebutkan laju pertumbuhan penduduk periode

2000-2010 sebesar 1,49 persen, lebih tinggi bila dibandingkan periode 1990-2000

sebesar 1,45 persen. Hasil sensus tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia

sebanyak 237,56 juta orang. Itu artinya Indonesia membutuhkan lahan untuk

memenuhi kebutuhan pangan 237,56 juta orang. Pertumbuhan penduduk yang

tinggi akan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan lahan dan alih fungsi lahan

demi memenuhi kebutuhan pangan dan tempat tinggal jumlah manusia yang

semakin banyak.

Alih fungsi lahan atau perubahan penggunaan lahan mengakibatkan

adanya dampak positif maupun negatif. Dampak positif yang terjadi yaitu lahan

menjadi semakin produktif. Pada dampak negatif yaitu terjadinya kerusakan

lingkungan, bencana alam, dan menurunnya produktifitas lahan. Dampak negatif

yang terjadi akibat alih fungsi lahan seharusnya bisa diantisipasi dan diminimalisir

apabila terdapat perencanaan penggunaan lahan yang tepat sesuai dengan arahan

fungsi pemanfaatan lahan. Arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan upaya

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

2

penataan suatu wilayah menjadi suatu kawasan-kawasan dengan fungsi berbeda-

beda sesuai dengan kemampuannya.

Perkembangan teknologi juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan

arahan fungsi pemanfaatan lahan dan penyajian informasi penggunaan lahan,

yaitu dengan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG).

Penginderaan jauh merupakan cara memperoleh informasi atau pengukuran pada

obyek atau gejala, dengan menggunakan sensor dan tanpa ada hubungan langsung

dengan obyek atau gejala tersebut (Sutanto, 1979). Arronoff (1989) mengartikan

SIG sebagai sistem informasi yang mendasarkan pada kerja dasar komputer yang

mampu memasukkan, mengelola (memberi dan mengambil kembali),

memanipulasi dan analisis data, dan memberi uraian.

Penggunaan teknologi Penginderaan jauh dan SIG ini memberikan

manfaat yang cukup banyak, diantaranya menghemat tenaga, waktu, dan biaya.

Seperti yang dikemukakan oleh Lillesand and Kiefer (1994) dengan menggunakan

teknologi penginderaan jauh, obyek yang luas dapat diteliti tanpa harus

mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif bila

dibandingkan dengan cara konvensional.

Kajian perubahan penggunaan lahan dapat dilakukan dalam satuan

pemetaan wilayah administratif kecamatan ataupun kabupaten, tetapi juga dapat

dilakukan dalam satuan pemetaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Penggunaan

lahan yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan lahan seperti erosi dan

sedimentasi yang pada akhirmya akan mempengaruhi kualitas air pada suatu DAS

(Wahyuningrum dan Wardojo, 2009).

Sub DAS Tajum merupakan salah satu sub DAS yang berada di DAS

Serayu Hilir. Luas daerah tangkapan air Sub DAS Tajum menurut BPDAS Serayu

Opak Progo yaitu ±48.514,6 Ha. Menurut Balai Penelitian Teknologi Kehutanan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS) Surakarta, besar angkutan

sedimen di Kali Tajum pada tahun 1988 sebesar 11,38 Ton/Ha/tahun dan pada

tahun 1997 sebesar 88 Ton/Ha/tahun. Hal tersebut menunjukan adanya

peningkatan erosi-sedimentasi yang cukup signifikan dari tingkat bahaya erosi

sangat ringan sampai sedang dalam kurun waktu 10 tahun.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

3

Tabel 1.1 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

No Kelas TBE Kehilangan Tanah

(ton/ha/th)

Keterangan

1. I <15 Sangat Ringan

2. II 16 – 60 Ringan

3. III 60 – 180 Sedang

4. IV 180 – 480 Berat

5. V >480 Sangat Berat

Sumber : Departemen Kehutanan, 1998 dalam Herawati, 2009 (Jurnal

Penelitian Hutan dan Konservasi Alam)

Daerah tangkapan air Sub DAS Tajum berada di wilayah administrasi

kabupaten Banyumas, yang meliputi 10 kecamatan yaitu Ajibarang, Wangon,

Gumelar, Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Purwojati, Pekuncen, Patikraja dan

Cilongok. Semua kecamatan tersebut termasuk kedalam daerah bencana rawan

longsor dikabupaten Banyumas. Agung (Satelit News, 5 April 2013)

menyebutkan 17 kecamatan di kabupaten Banyumas termasuk daerah rawan

longsor diantaranya Pekuncen, Gumelar, Lumbir, Wangon, Ajibarang, Cilongok,

Purwojati, Banyumas, Somagede, Kemranjen, Kebasen, Patikraja, Kedung

Banteng, Sumpiuh, Jatilawang, Tambak,dan Rawalo.

Permasalahan yang ada di Sub DAS Tajum merupakan indikasi adanya

penggunaan dan pemanfaatan lahan yang kurang tepat dan buruknya pengelolaan

DAS terpadu atau sinergitas yang buruk antar sektor dan kegiatan. Oleh karena itu

perlu untuk dilakukan adanya evaluasi penggunaan lahan terhadap arahan fungsi

pemanfaatan lahan, yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan pemerintah

dalam menentukan kebijakan, agar produktifitas lahan bisa lebih optimal dan

tercipta kelestarian yang seimbang antar wilayah.

1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk sekarang ini

maka manusia akan melakukan pembangunan secara pesat pula untuk menunjang

keberlangsungan hidupnya yang meliputi tempat tinggal, perkantoran, industri,

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

4

lahan pertanian dan lain-lain. Adanya kebutuhan lahan yang meningkat tersebut

maka secara otomatis akan menuntut adanya perubahan penggunaan lahan,

perubahan akan mengakibatkan adanya dampak positif dan negatif. Dampak yang

tidak diharapkan setelah adanya perubahan penggunaan lahan tentunya berupa

dampak negatif seperti kerusakan lingkungan dan bencana alam.

Penggunaan lahan dan pemanfaatan lahan yang kurang tepat juga sangat

berpengaruh terhadap kualitas suatu DAS. Sub DAS Tajum merupakan salah satu

Sub DAS di DAS Serayu yang memiliki beberapa masalah seperti erosi dan

sedimentasi yang cukup tinggi, dan hampir seluruh wilayahnya berada pada

daerah bencana rawan longsor. Masalah-masalah tersebut merupakan indikasi

adanya penggunaan lahan yang kurang tepat. Oleh karena itu pada Sub DAS

Tajum perlu untuk dilakukan evaluasi penggunaan lahan agar produktifitas lahan

bisa lebih optimal dan tercipta kelestarian yang seimbang antar wilayah.

1.3 Tujuan

Berdasarkan pada permasalahan dan judul yang dikemukakan di atas,

maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Membuat peta penggunaan lahan sub DAS Tajum dengan interpretasi citra

Landsat 8

2. Mengetahui letak, luas, persebaran arahan fungsi pemanfaatan lahan sub

DAS Tajum

3. Melakukan evaluasi penggunaan lahan terhadap arahan fungsi

pemanfaatan lahan Sub DAS Tajum

1.4 Manfaat

Manfaat yang didapat dari penelitian ini:

1. Dapat dijadikan sumber informasi tentang Peta Penggunaan Lahan Sub

DAS Tajum yang terbaru

2. Dapat dijadikan masukan bagi pemerintah maupun instansi terkait dalam

menentukan kebijakan rencana tata ruang tentang pengeloaan DAS

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

5

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan upaya penataan suatu

wilayah menjadi suatu kawasan-kawasan dengan fungsi berbeda-beda sesuai

dengan kemampuannya ( Hardjo, 2007).

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837 Tahun 1980,

tentang kriteria dan cara penetapan hutan lindung, arahan

pemanfaatan/penggunaan lahan disusun berdasarkan faktor lereng lapangan, jenis

tanah menurut kepekaan terhadap erosi, intensitas curah hujan harian rata-rata.

Menurut menurut Keputusan Presiden RI No. 32 Tahun 1990 tentang pengeloaan

kawasan lindung, pemanfaatan lahan di Indonesia ditetapkan menjadi empat

kawasan yaitu Kawasan Lindung, kawasan penyangga, kawasan Budidaya

Tanaman Tahunan, dan kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman.

a. Kawasan Fungsi Lindung

Hutan lindung adalah kawasan yang karena keadaan dan sifat fisik

wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan

penutupan vegetasi secara tetap guna kepentingan hidrologi, yaitu tata

air, mencegah banjir dan erosi serta memelihara keawetan dan kesuburan

tanah, baik dalam kawasan hutan yang bersangkutan maupun kawasan

yang dipengaruhi di sekitarnya. Untuk menjaga agar hutan lindung dapat

berfungsi dengan sebaik-baiknya, maka didalam hutan lindung tidak

boleh dilaksanakan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi

tersebut.

b. Kawasan Fungsi Penyangga

Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat

berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan

fungsi lindung dan kawasan fungsi budidaya seperti hutan produksi

terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur dan lainnya yang

sejenis.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

6

c. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan

Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan adalah kawasan

budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti Hutan

Produksi Tetap, Hutan Tanaman Industri, Hutan Rakyat, Perkebunan

(tanaman keras), dan tanaman buah - buahan.

d. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman

Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim dan permukiman

adalah kawasan yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan

dengan tanaman semusim terutama tanaman pangan atau untuk

pemukiman. Untuk memelihara kelestarian kawasan fungsi budidaya

tanaman semusim, pemilihan jenis komoditi harus mempertimbangkan

kesesuaian fisik terhadap komoditi yang akan dikembangkan.

1.5.2 Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh

dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena

yang dikaji. Penginderaan jauh menurut Sutanto (1986), merupakan ilmu atau seni

untuk memperoleh informasi tentang obyek atau gejala dengan cara menganalisa

data yang diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung dengan obyek. Karena

tanpa kontak langsung, maka diperlukan media supaya obyek atau gejala tersebut

dapat diamati dan didekati oleh si penafsir. Media ini berupa citra.

Citra adalah gambaran tenaga yang direkam dengan menggunakan piranti

penginderaan jauh (Ford, 1979, dalam Sutanto 1986). Terdapat dua jenis citra,

yaitu citra foto dan citra non foto. Pembeda dari kedua jenis citra tersebut adalah

jenis sensor, jenis detektor, dan proses perekamannya. Citra foto udara biasanya

dicetak dalam skala besar, sedangkan citra non foto biasanya dicetak dalam skala

kecil. Untuk dapat memahami prinsip penginderaan jauh, terdapat 5 komponen

yang terdapat pada sistem penginderaan jauh meliputi :

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

7

1. Matahari sebagai sumber energi utama karena temperaturnya tinggi

2. Atmosfer sebagai medium yang bersikap menyerap, memantulkan,

menghamburkan (scatter) dan melewatkan radiasi elektromagnetik

3. Obyek atau target di muka bumi yang diterima atau memancarkan

spektrum elektromagnetik dari dalam obyek tersebut

4. Radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan

5. Alat pengindera (sensor), yaitu alat untuk menerima dan merekam radiasi

atau emisi spektrum elektromagnetik yang datang dari obyek

Perolehan data penginderaan jauh melalui satelit memiliki keunggulan

dari segi biaya, waktu serta kombinasi saluran spektral (band) yang lebih sesuai

untuk mampu mengaplikasikan (Danoedoro, 1996). Kekurangannya, sensor satelit

hanya mampu merekam perairan yang sangat dangkal yaitu kedalaman < 30 meter

dan kondisinya jernih.

1.5.2.1 Citra Landsat 8

Landsat 8 merupakan salah satu produk citra satelit penginderaan jauh

yang diluncurkan pada 11 Februari 2013, oleh NASA dan satelit ini dinamakan

Landsat Data Continuity Mission (LDCM). Satelit ini mulai menyediakan produk

citra open access sejak tanggal 30 Mei 2013, menandai perkembangan baru dunia

antariksa. NASA lalu menyerahkan satelit LDCM kepada USGS sebagai

pengguna data terhitung 30 Mei tersebut. Satelit ini kemudian lebih dikenal

sebagai Landsat 8. Pengelolaan arsip data citra masih ditangani oleh Earth

Resources Observation and Science (EROS) Center. (http://geomatika.its.ac.id,

2013).

Sebenarnya landsat 8 lebih cocok disebut sebagai satelit dengan misi

melanjutkan landsat 7 dari pada disebut sebagai satelit baru dengan spesifikasi

yang baru pula. Ini terlihat dari karakteristiknya yang mirip dengan landsat 7, baik

resolusinya (spasial, temporal, spektral), metode koreksi, ketinggian terbang

maupun karakteristik sensor yang dibawa. Hanya saja ada beberapa tambahan

yang menjadi titik penyempurnaan dari landsat 7 seperti jumlah band, rentang

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

8

spektrum gelombang elektromagnetik terendah yang dapat ditangkap sensor serta

nilai bit (rentang nilai Digital Number) dari tiap piksel citra.

Seperti dipublikasikan oleh USGS, satelit landsat 8 mengorbit dengan

ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memiliki area scan seluas 170 km x

183 km (mirip dengan landsat versi sebelumnya). NASA sendiri menargetkan

satelit landsat versi terbarunya ini mengemban misi selama 5 tahun beroperasi

(sensor OLI dirancang 5 tahun dan sensor TIRS 3 tahun). Tidak menutup

kemungkinan umur produktif landsat 8 dapat lebih panjang dari umur yang

dicanangkan sebagaimana terjadi pada landsat 5 (TM) yang awalnya ditargetkan

hanya beroperasi 3 tahun namun ternyata sampai tahun 2012 masih bisa berfungsi.

Satelit landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager

(OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah kanal sebanyak 11

buah. Diantara kanal-kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada OLI dan 2

lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS. Sebagian besar kanal memiliki spesifikasi

mirip dengan landsat 7. Jenis kanal, panjang gelombang dan resolusi spasial setiap

band pada landsat 8 dibandingkan dengan landsat 7 seperti tertera pada tabel di

bawah ini :

Tabel 1.1 Perbandingan band landsat 7 dan 8

Sumber : NASA. “Landsat Data Continuity Mission Brochure”

Ada beberapa spesifikasi baru yang terpasang pada band landsat ini

khususnya pada band 1, 9, 10, dan 11. Band 1 (ultra blue) dapat menangkap

panjang gelombang elektromagnetik lebih rendah dari pada band yang sama pada

landsat 7, sehingga lebih sensitif terhadap perbedaan reflektan air laut atau

aerosol. Band 9 dapat digunakan untuk deteksi awan cirrus. Band thermal (kanal

10 dan 11) sangat bermanfaat untuk mendeteksi perbedaan suhu permukaan bumi

dengan resolusi spasial 100 m.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

9

Gambar 1.1 Peta Citra Landsat 8 komposit 654 Sub DAS Tajum, DAS Serayu

1.5.3 Interpretasi Citra

Interpretasi citra (image interpretation) merupakan proses untuk

memperoleh informasi dengan citra sebagai sumber atau sebagai perantaranya

(Sutanto, 1979). Dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya

mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu deteksi, identifikasi, analisis.

Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan

digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi,

lingkungan hidup dan sebagainya. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri

dari 2 proses, yaitu:

1. Pengenalan objek melalui proses deteksi, yaitu pengamatan atas adanya

suatu objek. Berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau

upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan

menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan

gejala di sekitar kita, penginderaan tidak dilakukan secara langsung atas

benda, melainkan dengan mengkaji hasil reklamasi dari foto udara atau

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

10

satelit. Dalam identifikasi ada tiga ciri utama benda yang tergambar pada

citra berdasarkan cirri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:

a. Spektral, ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga

elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.

b. Spatial, ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran,

bayangan, pola, tekstur, situs dan asosiasi.

c. Temporal, ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.

2. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara

menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi

yang menuju kearah terorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari

penilaian tersebut. Pada tahapan ini interpretasi dilakukan oleh seorang

yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada

kemampuan penafsir citra.

Citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan

seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Interpretasi

citra berlandaskan 9 metode kunci interpretasi yang dijelaskan oleh Sutanto; 1986

sebagai berikut ini:

a. Rona

Rona (tone) mengacu ke kecerahan relatif obyek pada citra. Rona

biasanya dinyatakan dalam derajat keabuan (gray scale), misalnya

hitam/sangat gelap, agak gelap, cerah, sangat cerah/putih. Apabila citra

yang digunakan itu berwarna, maka unsur interpretasi yang digunakan

ialah warna, meskipun penyebutannya masih terkombinasi dengan rona;

misalnya merah, hijau, biru, coklat kekuningan, biru kehijauan agak

gelap, dan sebagainya.

b. Bentuk

Merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali

berdasarkan bentuknya saja, contoh pengenalan obyek berdasarkan

bentuk; Bangunan Gedung: berbentuk I, L, U, tajuk pohon alma:

berbentuk bintang, Gunung berapi: berbentuk kerucut, dsb.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

11

c. Ukuran

Atribut obyek yang berupa panjang (sungai,jalan), luas (lahan), volume,

ukuran ini merupakan fungsi skala. Misalnya ukuran rumah berbeda

dengan ukuran perkantoran, biasanya rumah berukuran lebih kecil

dibandingkan dengan bangunan perkantoran.

d. Tekstur

Frekuensi perubahan rona pada citra/ foto atau pengulangan rona pada

kelompok objek (permukiman) tekstur dinyatakan dengan kasar (hutan)

sedang (belukar) halus (tanaman padi, permukaan air).

e. Pola

Susunan keruangna merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek

bentukan manusia dan bagi beberapa objek bentukan alamiah, contoh;

pola teratur (tanaman perkebunan.Permukiman transmigrasi), pola tidak

teratur: tanaman di hutan, jalan berpola teratur dan lurus berbeda dengan

sungai yang berpola tidak teratur atau perumahan (dibangun oleh

pengembang) berpola lebih teratur jika dibandingkan dengan perumahan

diperkampungan.

f. Bayangan

Merupakan kunci pengenalan objek yang penting untuk beberpa jenis

objek, misalnya, untuk membedakan antara pabrik dan pergudangan,

dimana pabrik akan terlihat adanya bayangan cerobong asap sedangkan

gudang tidak ada.

g. Situs

Menjelaskan letak objek terhadap objek lain disekitarnya, contoh pohon

kopi di tanah miring, pohon nipah di daerah payau, sekolah dekat

lapangan olahraga, pemukiman akan memanjang di sekitar jalan utama.

h. Assosiasi

Diartikan sebagai unsur yang memperlihatkan keterkaitan antara suatu

obyek atau fenomena dengan obyek atau fenomena lain, yang digunakan

sebagai dasar untuk mengenali obyek yang dikaji. Misalnya pada foto

udara skala besar dapat terlihat adanya bangunan berukuran lebih besar

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

12

daripada rumah, mempunyai halaman terbuka, terletak di tepi jalan besar,

dan terdapat kenampakan menyerupai tiang bendera (terlihat dengan

adanya bayangan tiang) pada halaman tersebut. Bangunan ini dapat

ditafsirkan sebagai bangunan kantor, berdasarkan asosiasi tiang bendera

dengan kantor (terutama kantor pemerintahan).

1.5.4 Sistem Informasi Geografi

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu komponen yang

terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumber daya

manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan,

memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasi,

menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis

(Prahasta, 2001). Berbagai pengertian SIG antara lain sebagai suatu sistem

penanganan data keruangan. SIG adalah alat yang bermanfaat untuk

pengumpulan, penimbunan, pemanggilan kembali data yang diinginkan,

pengubahan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia

(Barrough, 1986 dalam Dulbahri,1993). Aronoff, 1989 menyebutkan bahwa SIG

memiliki empat kemampuan untuk menangani data yang mempunyai referensi

geografi sebagai berikut :

a. Masukan data

Data masukkan SIG terdiri dari dua macam, yaitu data grafis (spasial)

dan data atribut (tabular) yang kemudian disebut data dasar (database). Sumber

data dasar SIG secara konvensional dibagi tiga kategori, yaitu :

Data atribut yang berasal dari data statistik, sensus, catatan lapangan

dan data tabular lainnya.

Data grafis berasal dari peta analog, seperti foto udara dan citra

Data penginderaan jauh dalam bentuk digital yang dari perekaman

satelit, seperti Quickbird dan Ikonos.

Ketiga kategori data tersebut saling berkaitan dan disimpan dalam bentuk

penyimpanan digital.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

13

b. Manajemen data

Berbagai cara yang dapat digunakan dalam pengelolaan data akan sejalan

dengan struktur data yang digunakan. Pengorganisasian data dalam bentuk

arsip dapat dimanfaatkan dalam bentuk subsistem pengelolaan data.

Pengorganisasian data keruangan, diambil dan dianalisis hal merupakan fungsi

dari subsistem tersebut. Perbaikan data dasar dengan cara menambah,

mengurangi atau memperbarui dilakukan pada subsistem ini.

c. Analisis dan Manipulasi data

Sub-sistem analisis dan manipulasi data berfungsi untuk menentukan informasi

yang dihasilkan dari SIG. Kegiatan yang termasuk dalam sub-sistem ini adalah

tumpang susun peta (overlay), perhitungan aritmatik dan statistik, operasi

spasial modeling.

d. Keluaran

Keluaran data hasil pengelolaan dengan SIG mempunyai mutu yang baik

dalam kuantitas, ukuran dan kemudahan dalam menggunakannya. Output ini

dapat berupa peta cetak warna, peta digital maupun tabular

1.5.5 ArcGIS

ArcGIS merupakan suatu software yang diciptakan oleh ESRI yang

digunakan dalam Sistem Informasi Geografi. ArcGIS merupakan software

pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan

dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang mempunyai

kemampuan komplit dalam geoprocessing, modelling dan scripting serta mudah

diaplikasikan dalam berbagai tipe data. Desktop ArcGis terdiri dari empat modul

yaitu Arc Map, Arc Catalog, Arc Globe, Arc Toolbox dan model builder

Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk proses,

analisis peta, proses mengedit peta, dan juga dapat digunakan untuk

mendesain secara kartografis.

Arc Catalog digunakan untuk manajement data atau mengatur manajemen

file – file, jika dalam Windows fungsinya sama dengan explore.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

14

Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan data yang

universal, untuk tampilan 3D, dan juga dapat digunakan untuk

menampilkan Google Earth.

Model Builder digunakan untuk membuat model builder / diagram alur.

Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools – tools tambahan

Tabel 1.2 Spesifikasi ArcGIS

No Spesifikasi Uraian Keterangan

1 Nama Software ArcGIS Merupakan paket software yang digunakan

oleh masyarakat geographic imaging

(pencitraan mengenai ilmu bumi), dirancang

untuk image processing dan GIS.

2 Versi/Release 9.3 Merupakan versi yang terbaru dari seri

ArcGIS 9.X

3 Diluncurkan tahun 2006 Software ini mulai dipasarkan dan dipakai

oleh banyak pengguna mulai tahun 2006

4 Vendor/Pembuat Environment System

Research Institute

(ESRI)

Perusahaan pembuat software Sistem

Informasi Geografi yang berasal dari USA.

Produk terkenal lainnya adalah Arc/Info dan

ArcView GIS

5 Minimum Hardware

- Processor

- RAM

- VGA Card

- Free space

Pentium X 800 MHz

minimum

512 MB

800 X 600 @256 color

resolution

207 MB harddisk

Software ini menggunakan spesifikasi

hardware yang besar karena data yang dapat

diolah merupakan data yang kompleks baik

data raster maupun vektor. Semakin tinggi

kapasitas hardware yang ada maka akan

lebih mempercepat proses pada saat analisis

data.

6 Operating System Windows server 2003,

NT 4.0, 2000, XP,

Linux

Software ini dapat beroperasi di berbagai

macam sistem windows minimal windows

2000.

7 Kategori Software GIS

- Profesional

IP

- Viewer

Software GIS ini termasuk profesional

karena memiliki berbagai fasilitas input data

hingga output data yang lengkap.

Image processing software ini termasuk

hanya viewer saja karena kurang memiliki

fasilitas format data yang lengkap.

8 Struktur Data/File Raster dan vektor Mampu menampilkan data baik dari format

raster maupun vektor. Sangat banyak

mendukung format data raster seperti *.tiff

dll. Format data vektor yang didukung antara

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

15

lain format data ErMapper yaitu *.ers.

9 Format Data/File *.shp

*.shx

*.dbf

*.sbn

*.sbx

*.prj

*.shp format file yang menjelaskan feature

geometri

*.shx format file yang menjelaskan index

pada feature geometri

*.dbf format dBase yang menjelaskan

tentang atribut feature

*.prj format file hasil output

10 Fasilitas pada

Software Inti (core)

Input +

editing

Processing

Output

(layout)

On screen digitizing

dan register and

transform tools

Editing : edit theme dan

atributnya.

Overlay, buffering, 3D

scene dan manipulasi

analisis data lainnya.

Peta data grafis dan

atribut

Input (Digitasi on screen), yaitu proses

pengubahan data grafis menjadi data grafis

digital, dalam struktur data vektor yang

disimpan dalam bentuk point, garis dan area

dengan mengguna kan mouse langsung pada

komputer.

Processing merupakan fasilitas untuk

menganalisis data yang ada seperti overlay

peta, buffering dsb.

Fasilitas layout merupakan fungsi untuk

membuat komposisi peta untuk dicetak

dalam bentuk hardcopy.

11 Fasilitas paket

program yang

terintegrasi dengan

software inti

Database Manager dan

Avenue

Database manager meng gunakan query

bulder dan fasilitas table (dbf) sedangkan

avenue merupa kan fasilitas paket program

yang berupa bahasa pemrograman untuk

costumize data.

12 Format I/O data Data Raster :

*.tiff, *.prj, *.bmp,dan

*.hdr

Data Vektor :

*.arc, *.pnt,*.shp,*.mif,

*.dxf, *.sdl, dan *.xyz

Format input data yang mendukung

software ArcGIS sangat banyak berupa

format raster dan format vektor.

13 Fasilitas

khusus/fasilitas

lainnya

- 3D analyst

- Image analyst

- Spasial analyst

- Edit tools

- X-tools

- dsb

Fasilitas-fasilitas khusus lainnya dapat

digunakan dengan terlebih dahulu membuka

extentions yang ada.

Sumber : http://www.esri.com

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

16

1.5.6 ENVI 4.5

ENVI (The Environment For Visualizing Images) merupakan suatu

image processing system yang revolusioner yang dibuat oleh Research System, Inc

(RSI). Dari permulaannya ENVI dirancang untuk kebutuhan yang banyak dan

spesifik untuk mereka yang secara teratur menggunakan data penginderaan jauh

dari satelit dan pesawat terbang. ENVI menyediakan data visualisasi yang

menyuluruh dan analisis untuk citra dalam berbagai ukuran dan tipe, semuanya

dalam suatu lingkungan yang mudah dioperasikan dan inovatif untuk digunakan.

ENVI menggunakan Graphical User Interface (GUI). ENVI

menggunakan format data raster dan Ascii (text) sebagai header file. Data raster

disimpan sebagai 'binary stream of bytes' berupa format Band Sequential (BSQ),

Band Interleaved by Pixel (BIP) dan Band Interleaved by Line (BIL). ENVI juga

mendukung berbagai tipe format lainnya seperti : byte, integer, long integer,

floating-point, double-precision, complex dan double-precision complex.

ENVI memiliki tiga jendela utama yaitu The Main Display Window

yaitu untuk menampilkan semua tampilan citra dalarn full resolution yang dibatasi

oleh kotak pada scroll, The Scroll Window yaitu untuk menampilkan seluruh citra

pada file, dan The Zoom Window yaitu untuk menampilkan perbesaran dari main

display window yang dibatasi oleh kotak pada window. ENVI memiliki beberapa

menu utama diantaranya adalah : File Management, Display Management,

Interactive Display Functions, Basic Tools, Classification, Transform, Filters,

Spectral Tools, Map Tools, Vector Tools, Topographic Tools, Radar Tools.

1.5.7 Penggunaan Lahan dan Klasifikasi penggunaan lahan

Lahan merupakan suatu wilayah tertentu di atas permukaan bumi;

khususnya meliputi atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuh

tumbuhan; serta akibat aktivitas manusia (Vink, dalam Malingreau 1978).

Malingreau (1978) mengemukakan bahwa penggunaan lahan (land use) adalah

setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

17

Klasifikasi menurut Malingreau yaitu penetapan objek-objek

kenampakan atau unit-unit menjadi kumpulan–kumpulan didalam suatu system

pengelompokan yang dibedakan berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan

kandungan isinya. Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan

dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan

citra penginderaan jauh.

Sistem klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem

klasifikasi penggunaan lahan menurut Malingreau dan Cristiani, 1981.

Tabel 1.3 Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan Menurut Malingreau

Jenjang I Jenjang II Jenjang III Jenjang IV Simbol 1. Daerah

Bervegetasi

A. Daerah

Pertanian

1. Sawah Irigasi Si

2. Sawah Tadah

Hujan

St

3. Sawah Lebak Sl

4. Sawah pasang

surut

Sp

5. Ladang/Tegal L

6. Perkebunan Cengkeh C

Coklat Co

Karet K

Kelapa Ke

Kelapa Sawit Ks

Kopi Ko

Panili P

Tebu T

Teh Te

Tembakau Tm

7. Perkebunaan

Campuran

Kc

8. Tanaman

Campuran

Te

B. Bukan

Daerah

Pertanian

1. Hutan lahan kering Hutan bambu Hb

Hutan

campuran

Hc

Hutan jati Hj

Hutan pinus Hp

Hutan lainnya Hl

2. Hutan lahan basah Hutan bakau Hm

Hutan

campuran

Hc

Hutan nipah Hn

Hutan sagu Hs

3. Belukar B

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

18

4. Semak S

5. Padang Rumput Pr

6. Savana Sa

7. Padang alang-

alang

Pa

8. Rumput rawa Rr

II. Daerah tak

bervegetasi

C. Bukan

daerah

pertanian

1. Lahan terbuka Lb

2. Lahar dan Lava Ll

3. Beting Pantai Bp

4. Gosong sungai Gs

5. Gumuk pasir Gp

III. Permukiman

dan lahan bukan

pertanian

D. Daerah

tanpa liputan

vegetasi

1. Permukiman Kp

2. Industri In

3. Jaringan jalan

4. Jaringan jalan KA

5. Jaringan listrik

tegangan tinggi

6. Pelabuhan udara

7. Pelabuhan laut

IV.

Perairan

E. Tubuh

perairan

1. Danau D

2. Waduk W

3. Tambak ikan Ti

4. Tambak garam Tg

5. Rawa R

6. Sungai

7. Anjir pelayaran

8. Saluran irigasi

9. Terumbu karang

10. Gosong pantai

Sumber: Malingreau, J.P. Rosalia Christiani, 1981 dalam Suharyadi (2001)

1.5.8 Daerah Aliran Sungai

DAS (watershed atau drainage basin) adalah suatu area dipermukaan

bumi yang didalamnya terdapat sistem pengaliran yang terdiri dari satu sungai

utama (main stream) dan beberapa anak cabangya (tributaries), yang berfungsi

sebagai daerah tangkapan air dan mengalirkan air melalui satu outlet (Ritter,

2003). I Made Sandy (1985) menyebutkan, Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah

bagian dari muka bumi, yang airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan,

apabila hujan jatuh. Sebuah pulau selamanya terbagi habis ke dalam daerah-

daerah aliran sungai.

Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai suatu

daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

19

didalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada

sungai tersebut, atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan

menggunakan satuan fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk

perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam. (Suripin, 2001).

Menurut Direktorat kehutanan dan konservasi sumberdaya air (2008),

DAS berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk

mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang

antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS,

kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.

2. DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang

dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan

ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas

air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta

terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan

danau.

3. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang

dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan

ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air,

kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk

kebutuhan pertanian, airbersih, serta pengelolaan air limbah.

Dalam pengelolaan DAS dikenal dengan adanya istilah pengelolaan DAS

Terpadu. Pengelolaan DAS terpadu mengandung pengertian bahwa unsur-unsur

atau aspek-aspek yang menyangkut kinerja DAS dapat dikelola dengan optimal

sehingga terjadi sinergi positif yang akan meningkatkan kinerja DAS dalam

menghasilkan output, sementara itu karakteristik yang saling bertentangan yang

dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak merugikan kinerja

DAS secara keseluruhan (Direktorat kehutanan dan konservasi sumberdaya air,

2008).

Suatu DAS dapat dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan pembangunan

misalnya untuk areal pertanian, perkebunan, perikanan, permukiman,

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

20

pembangunan PLTA, pemanfaatan hasil hutan kayu dan lain-lain. Semua kegiatan

tersebut akhirnya adalah untuk memenuhi kepentingan manusia khususnya

peningkatan kesejahteraan. Namun demikian hal yang harus diperhatikan adalah

berbagai kegiatan tersebut dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang jika

tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan penurunan tingkat produksi, baik

produksi pada masing-masing sektor maupun pada tingkat DAS. Karena itu upaya

untuk mengelola DAS secara baik dengan mensinergikan kegiatan-kegiatan

pembangunan yang ada di dalam DAS sangat diperlukan bukan hanya untuk

kepentingan menjaga kemapuan produksi atau ekonomi semata, tetapi juga untuk

menghindarkan dari bencana alam yang dapat merugikan seperti banjir, longsor,

kekeringan dan lain-lain.

1.6 Penelitian Sebelumnya

Santi Ariani (2008), mekakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan

Citra Landsat ETM+ dan Sistem Informasi Geografi Untuk Analisis

Kesesuaian Penggunaan Lahan terhadap Arahan Fungsi Pemanfaatan

Lahan Kabupaten Klaten. Metode yang digunakan adalah analisis

berjenjang dengan cara di tumpang susunkan (overlay). Peta penggunaan

lahan didapatkan dengan cara interpretasi visual atau digitize on screen

dan cek lapangan. Peta arahan fungsi pemanfaatan lahan disusun

berdasarkan kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas curah hujan

menggunakan metode pengharkatan. Sehingga didapatkan hasil kesesuaian

lahan antara penggunaan lahan dengan arahan fungsi pemanfaatan lahan

Novita Puspasari (2009), mekalukan penelitian dengan judul Aplikasi

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk Evaluasi

Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Arahan Fungsi Kabupaten

Kabupaten Magelang. Peta Penggunaan lahan didapatkan dari interpretasi

visual atau digitize on screen. Metode yang digunakan yaitu analisis

berjenjang. Penyusunan Peta arahan fungsi pemanfaatan lahan dan analisis

kesesuaian penggunaan lahan dengan peta arahan fungsi pemanfaatan

lahan dilakukan dengan cara ditumpang susunkan (overlay).

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

21

Inda Ayuningrum (2010), Pemanfaatan Citra Aster Untuk Evaluasi

Keseuaian Penggunaan Lahan Terhadap Arahan Fungsi Pemanfaatan

Lahan Kabupaten Sragen.). Peta penggunaan lahan didapatkan dengan

cara klasifikasi multispectral dengan metode klasifikasi supervised. Peta

arahan fungsi pemanfaatan lahan disusun berdasarkan kemiringan lereng,

jenis tanah, dan intensitas curah hujan menggunakan metode

pengharkatan. Evaluasi pengguanaan lahan dan arahan fungsi pemanfaatan

lahan menggunakan, analisis berjenjang dengan cara di tumpang susunkan

(overlay) Sehingga didapatkan hasil kesesuaian lahan antara penggunaan

lahan dengan arahan fungsi pemanfaatan lahan,

1.7 Batasan Istilah

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang

diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah,

atau fenomena yang dikaji. Penginderaan jauh dapat diartikan sebagai

suatu proses membaca (Lillesand & Kiefer, 1990)

Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk intervensi (campur

tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya baik materiil maupun spiritual (Malingreau, 1978)

Lahan merupakan suatu wilayah tertentu di atas permukaan bumi;

khususnya meliputi atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air,

tumbuhtumbuhan; serta akibat aktivitas manusia (Vink, dalam Malingreau

1978).

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu komponen yang terdiri

dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumber daya

manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap,

menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi,

mengintegrasi, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi

berbasis geografis (Eddy Prahasta, 2001).

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66976/potongan/diploma-2013... · mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dan efektif

22

Interpretasi citra (image interpretation) merupakan proses untuk

memperoleh informasi dengan citra sebagai sumber atau sebagai

perantaranya (Sutanto, 1979).

Arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan upaya penataan suatu

wilayah menjadi suatu kawasan-kawasan dengan fungsi berbeda-beda

sesuai dengan kemampuannya ( Hardjo, 2007).

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk

bermacam-macam alternatif penggunaan. Evaluasi kesesuaian lahan sangat

fleksibel, tergantung pada keperluan kondisi wilayah yang hendak

dievaluasi. Usaha-usaha perbaikan yang dilakukan terhadap lahan akan

memberikan gambaran tentang penggunaan lahan secara optimal guna

meningkatkan produktivitas lahan (Abdullah, 1993).

Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan

sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu kelas kesesuian lahan

suatu arela dapat saja berbeda tergantung pada tipe penggunaan lahan yang

sedang dipertimbangkan. (FAO, 1976)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah yang dibatasi oleh

topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya akan

mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada sungai

tersebut, atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan

menggunakan satuan fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi

untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam. (Suripin, 2001).

DAS terpadu adalah unsur-unsur atau aspek-aspek yang menyangkut

kinerja DAS dapat dikelola dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif

yang akan meningkatkan kinerja DAS dalam menghasilkan output,

sementara itu karakteristik yang saling bertentangan yang dapat

melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak merugikan kinerja

DAS secara keseluruhan (Direktorat kehutanan dan konservasi

sumberdaya air, 2008).

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK EVALUASIPENGGUNAAN LAHANSUB DAS TAJUM, DAS SERAYUKHANIFUDINUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/