Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan dan ketahanan nasional bangsa memiliki suatu permasalahan yang sangat penting yaitu tentang masalah pangan. Pangan merupakan suatu komoditas strategis yang menyangkut kebutuhan dasar manusia yang hidup di bumi. Sebagai komoditas yang strategis, penyediaan pangan tidak dapat diabaikan. Tidak tersedianya pangan secara cukup, akan berdampak negatif secara potensial yang berakibat goncangan ketahanan nasional. Sebaliknya, penyediaan pangan yang sesuai dengan kebutuhan dan terjangkau oleh daya beli masyarakat akan memberikan dukungan bagi terciptanya stabilitas ekonomi dan politik karena dapat memberikan rasa aman pada masyarakat (Amara, 2006 dalam Hermawati, 2015). Keanekaragaman konsumsi pangan dalam konteks di negara Indonesia sering diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras. Upaya pemenuhan pangan dengan mengganti bahan pangan pokok beras menjadi bahan pangan pokok non beras atau yang disebut diversifikasi pangan dapat menjadikan solusi tepat dalam menangani permasalahan pangan. Salah satu alasan pentingnya diversifikasi pangan bahwa dalam lingkup nasional pengurangan konsumsi beras akan memberikan dampak positif terhadap ketergantungan impor beras dari negara lain (Suyastiri Y.P, 2008). Definisi pangan menurut UU No. 7 Tahun 1996 tentang pangan adalah : “Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman”.
22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

Mar 08, 2019

Download

Documents

truongdang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses pembangunan dan ketahanan nasional bangsa memiliki suatu

permasalahan yang sangat penting yaitu tentang masalah pangan. Pangan

merupakan suatu komoditas strategis yang menyangkut kebutuhan dasar manusia

yang hidup di bumi. Sebagai komoditas yang strategis, penyediaan pangan tidak

dapat diabaikan. Tidak tersedianya pangan secara cukup, akan berdampak negatif

secara potensial yang berakibat goncangan ketahanan nasional. Sebaliknya,

penyediaan pangan yang sesuai dengan kebutuhan dan terjangkau oleh daya beli

masyarakat akan memberikan dukungan bagi terciptanya stabilitas ekonomi dan

politik karena dapat memberikan rasa aman pada masyarakat (Amara, 2006 dalam

Hermawati, 2015).

Keanekaragaman konsumsi pangan dalam konteks di negara Indonesia

sering diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh

penambahan konsumsi bahan pangan non beras. Upaya pemenuhan pangan

dengan mengganti bahan pangan pokok beras menjadi bahan pangan pokok non

beras atau yang disebut diversifikasi pangan dapat menjadikan solusi tepat dalam

menangani permasalahan pangan. Salah satu alasan pentingnya diversifikasi

pangan bahwa dalam lingkup nasional pengurangan konsumsi beras akan

memberikan dampak positif terhadap ketergantungan impor beras dari negara lain

(Suyastiri Y.P, 2008). Definisi pangan menurut UU No. 7 Tahun 1996 tentang

pangan adalah :

“Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,

dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman”.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

2

Kebijakan pemerintah di bidang konsumi pangan salah satunya yaitu

meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan. Kebijakan ini ditujukan

untuk mengurangi ketergantungan pada beras, selain itu juga dimaksudkan untuk

mengubah pola konsumsi masyarakat agar mengkonsumsi bahan pangan yang

beranekaragam dan lebih baik gizinya. Pangan yang mengandung gizi banyak

terdapat di berbagai variasi bahan pangan terutama pada non beras.

Pola konsumsi masyarakat Indonesia masih didominasi oleh padi-padian

yang diindikasikan oleh tingginya starchy staple ratio atau rasio bahan pangan

pokok berupa tepung. Pada umumnya masyarakat mempunyai ketergantungan

yang tinggi terhadap beras sebagai sumber karbohidrat. Upaya untuk mengurangi

ketergantungan masyarakat pada beras yaitu dengan menggali potensi lokal yang

berbasis non beras untuk memenuhi kebutuhan pangan (Suyastiri Y.P, 2008).

Diharapkan di masa yang akan datang akan terwujud pola konsumsi pangan

masyarakat yang bergizi, beragam dan berimbang berbasis potensi lokal yang

bermuara pada terwujudnya ketahanan pangan berkelanjutan. Sehingga

diversifikasi konsumsi bahan pangan potensi lokal menjadi suatu yang harus

diupayakan dengan segera.

Suhardjo et al, 1985 dalam Setyawati, 2013 menjabarkan 3 faktor utama

yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan yaitu (1) pengetahuan gizi, (2)

tingkat pendapatan dan (3) jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan

tersedia. Variasi bahan pangan banyak ditentukan oleh kondisi geografis wilayah

yang menjadikan sumberdaya alam sebagai kearifan lokal. Ekologi wilayah akan

menentukan pola pangan masyarakat Indonesia seperti adanya perubahan

lingkungan strategis yaitu pada globalisasi di bidang informasi dan pangan.

Setyawati (2013) menjelaskan bahwa pola pangan dipengaruhi oleh berbagai

faktor, tidak banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi seperti pendapatan

dan harga pangan tetapi juga didorong oleh berbagai penalaran dan perasaan

seperti kebutuhan, kepentingan, dan kepuasan yang bersifat pribadi maupun

sosial.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

3

Kabupaten Sleman berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan

salah satu daerah yang memproduksi bahan pangan pokok berupa beras dan

terbesar diantara tiga kabupaten yaitu Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo.

Sehingga diketahui bahwa di Kabupaten Sleman masih memiliki lahan yang

cukup luas untuk memproduksi beras yang notabene merupakan bahan pangan

pokok Indonesia. Namun hal tersebut tidak akan menjadikan upaya dalam hal

diversifikasi pangan untuk mengurangi kebiasaan mengkonsumsi beras sebagai

sumber karbohidrat apabila lahan yang cukup luas hanya ditanami satu komoditas

saja yaitu berupa padi.

Desa Tambakrejo menjadi lokasi penelitian berada di Kecamatan Tempel,

Kabupaten Sleman memiliki potensi lahan cukup luas untuk ditanami beraneka

ragam tanaman selain padi, yaitu dengan menanam jenis palawija. Kecamatan

Tempel merupakan daerah yang memiliki komoditas unggulan salak pondoh

selain yang ada di Kecamatan Turi. Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa

yang memiliki komoditi unggulan yang sama, namun tidak secara keseluruhan

menanam salak pondoh akan tetapi menanam tanaman palawija seperti singkong,

jagung, dan lain sebagainya. Profil pertanian di Desa Tambakrejo dapat dilihat

dalam Tabel 1.1 dibawah ini.

Luas tanah sawah irigasi ½ teknis seluas 195 Ha, sedangkan untuk luas

tanam dan luas panen per tahun masing-masing 447 Ha da 450 Ha. Produksi padi

sebagai komoditi utama yang dihasilkan oleh petani Desa Tambakrejo pada tahun

2014 sebesar 2.993,4 ton dan rata-rata produksi per tahun 2014 yaitu 66,52 kw/ha.

Desa Tambakrejo memiliki kelompok tani yang tergabung dari beberapa dusun

serta terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan terbentuknya, yaitu tani pemula

atau yang belum lama terbentuk dan petani lanjut yang sudah terbentuk dan masih

aktif. Tidak didapatkan informasi ukuran yang pasti kelompok tani yang baru

terbentuk, acuan yang digunakan yaitu kelompok tani terbentuk kurang dari satu

tahun. Tani pemula terdapat 11 kelompok sedangkan petani lanjut terdapat 4

kelompok.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

4

Tabel 1.1 Profil Pertanian Desa Tambakrejo

Luas Tanah Sawah Irigasi ½ Teknis (Ha) 195

Luas Tanam Per Tahun (Ha) 447

Luas Panen Per Tahun (Ha) 450

Rata-Rata Produksi Padi Per Tahun (Kw/Ha) 66,52

Produksi Padi Per Tahun (Ton) 2.993,4

Tani Pemula (Kelompok) 11

Petani Lanjut (Kelompok) 4

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tempel Dalam Angka 2015

Topik yang mengangkat tentang kesejahteraan rumah tangga tani sangat

menarik untuk diteliti karena cukup banyak yang meneliti pemenuhan konsumsi

bahan pangan pokok pada rumah tangga tani yang juga sebagai pelaku utama

produsen bahan pangan pokok. Namun dengan kondisi perekonomian yang

berubah-ubah seiring dengan waktu dan lahan sawah sebagai media untuk

memproduksi hasil usaha tani kian menurun, sehingga perlu adanya penelitian

secara real time untuk mengetahui fenomena yang sedang terjadi. Studi

permasalahan tersebut dapat ditinjau dari dua ilmu geografi sosial, yaitu geografi

pertanian dan geografi ekonomi. Dalam geografi pertanian dijelaskan mengenai

kondisi pertanian khususnya pada petani yang menjadi subyek kajian dalam

penelitian ini serta pengaruhnya terhadap fenomena spasial yang

mempengaruhinya. Sedangkan untuk geografi ekonomi dapat ditinjau dari kondisi

penguasaan lahan dan pendapatan dari pekerjaan utama sebagai tani serta

pekerjaan sampingan. Pendekatan yang digunakan adalah kompleks wilayah yang

merupakan integrasi dari pendekatan keruangan dan kelingkungan. Integrasi

antara keruangan menggambarkan tentang eksistensi yang terdapat di lokasi

kajian seperti aktivitas petani. Sedangkan kelingkungan dapat meninjau

permasalahan penelitian dari segi sosial, demografi, dan kebudayaan yang ada

dalam mempengaruhi aktivitas tani maupun pola konsumsi khususnya pada

konsumsi beras sebagai makanan pokok dan konsumsi non beras sebagai bahan

tambahan maupun sebagai pangan pengganti.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

5

1.2. Rumusan Masalah

Kondisi pemenuhan konsumsi bahan pangan di Desa Tambakrejo masih

tergolong kurang variatif seperti pada desa pada umumnya dan sangat sedikit

petani yang melakukan diversifikasi pangan guna memenuhi kebutuhan gizi yang

lebih baik, terutama pemenuhan karbohidrat yang terdapat pada beras. Padahal

menurut kondisi lapangan, petani Desa Tambakrejo mampu memproduksi padi

yang diselingi dengan tanaman palawija sesuai dengan kondisi iklim. Namun juga

terdapat pengaruh lain selain kebiasaan mengkonsumsi beras yang menyebabkan

kurangnya konsumsi bahan pangan yang bervariatif sesuai hasil alam kearifan

lokal. Tejasari (2003) mengemukakan teorinya bahwa konsumsi pangan yang

seimbang dalam jumlah maupun jenisnya dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi

lebih lengkap, oleh karena itu masyarakat direkomendasikan untuk

mengkonsumsi pangan yang beragam agar menjadi hidup sehat dan berkualitas.

Desa Tambakrejo secara administratif dilihat dari penggunaan lahan fisik

merupakan daerah perdesaan (rural area) yang dicirikan pada mata pencaharian

utama penduduk di desa tersebut adalah sebagai petani. Pengertian daerah

perdesaan menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 1992 Tentang Pemerintah

yaitu:

“Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya

alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan

kegiatan ekonomi”.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana pemenuhan konsumsi bahan pangan rumah tangga tani Desa

Tambakrejo?

2. Bagaimana konsumsi pangan rumah tangga tani menurut karakteristik

sosial, demografi, dan ekonomi di Desa Tambakrejo?

3. Bagaimana strategi pemenuhan konsumsi bahan pangan rumah tangga tani

Desa Tambakrejo?

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

6

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas antara lain

sebagai berikut :

1. Mengetahui pemenuhan konsumsi bahan pangan rumah tangga tani Desa

Tambakrejo.

2. Mengetahui konsumsi pangan rumah tangga tani menurut karakteristik

sosial, demografi, dan ekonomi di Desa Tambakrejo.

3. Mengetahui strategi pemenuhan konsumsi bahan pangan rumah tangga

tani Desa Tambakrejo.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Memberikan sumbangan secara akademik dalam pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kajian geografi pertanian dan

geografi ekonomi.

2. Dapat disebarluaskan dan digunakan kepada masyarakat yang

menggunakan hasil penelitian ini sebagai pustaka atau lainnya sesuai

kebutuhan.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Sebagai pemecah masalah mengenai pemenuhan konsumsi bahan

pangan rumah tangga tani sesuai kearifan lokal melalui pendekatan

konpleks wilayah.

2. Dapat digunakan sebagai kebijakan dalam pemenuhan konsumsi bahan

pangan rumah tangga tani dengan cara diversifikasi pangan.

1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Teori Kebutuhan

Maslow (1984) menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi

kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang.

Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif)

terpuaskan. Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya ; kebutuhan pada

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

7

tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau

dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Maka kebutuhan

fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman.

Sesudah kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul

kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan,

baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar

terpuaskan.

1.5.2. Teori Konsumsi

Widodo (2011) mengemukakan bahwa terdapat tiga asumsi dasar dari

teori konsumsi yaitu full knowledge, preference function, dan transitivity.

Pertama, full knowledge yaitu konsumen mempunyai pengetahuan yang sempurna

tentang barang dan jasa yang akan dikonsumsi yang terdiri dari beberapa asumsi

yaitu konsumen menyadari adanya barang dan jasa, konsumen mempunyai respon

atau tanggapan terhadap adanya barang dan jasa tersebut sehingga konsumen

lebih menyukai barang atau jasa tertentu daripada barang atau jasa lain, dan

konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu yang menyebabkan tanggapan atau

respon menjadi nyata di pasar. Kedua, preference function yang terdiri dari

asumsi : (a) urutan peringkat (ranking ordering), konsumen mempunyai daftar

uruta barang atau keolompok barang (market basket) mulai dari yang paling

disukai sampai yang tidak disukai, (b) dua macam barang atau kelompok barang

yaitu barang A dan B terdapat tiga kemungkinan yaitu : (1) A lebih disukai

daripada B, (2) B lebih disukai daripada A, dan (3) A indifference to B. Ketiga,

transitivity yaitu jika A lebih disukai daripada B, dan B lebih disukai daripada C,

maka A lebih disukai daripada C. Keempat, unsaturity yaitu kelompok barang

yang mempunyai jumlah barang tertentu yang lebih banyak akan lebih disukai.

1.5.3. Bahan Pangan

Menurut Prabowo (2014) bahan pangan pokok memegang peranan penting

dalam aspek ekonomi, sosial, bahkan politik; namun sampai saat ini pemerintah

masih belum memiliki daftar komoditi bahan pangan pokok atau disingkat bapok

yang konsisten. Prabowo (2014) juga menjelaskan jenis komoditi bapok diduga

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

8

mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh dinamika sosial-ekonomi

masyarakat. Kondisi sosial-ekonomi tersebut diantaranya peningkatan taraf hidup

dan pendapatan serta berkembangnya populasi penduduk kelas menengah. Faktor

lain yang juga dapat mempengaruhi keputusan pilihan pangan saat ini adalah

ketersediaan komoditi yang dikonsumsi dan keterjangkauannya.

Definisi pangan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Setneg, 2002) dalam Prabowo (2014)

adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah

maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan

bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau

pembuatan makanan atau minuman. Penyelenggaraan Pangan dilakukan dengan

berdasarkan atas asas: (a) kedaulatan; (b) kemandirian; (c) ketahanan; (d).

keamanan; (e) manfaat; (f). pemerataan; (g) berkelanjutan; dan (h) keadilan.

1.5.4. Pola Konsumsi

Margareta dan Purwidiani (2014) menegaskan bahwa ketersediaan bahan

pangan di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi makan masyarakat

setempat. Suatu daerah akan menggunakan hasil alamnya untuk mencukupi semua

kebutuhan masyarakatnya. Kebutuhan pangan masyarakat antara satu daerah

dengan daerah lain memiliki berbagai macam perbedaan. Konsumsi bahan

makanan yang dilakukan secara terus menerus dikatakan sebagai kebiasaan

makan yang akan membentuk suatu pola makan.

Menurut Sugiarto (2008) dalam Gultom (2014) menjelaskan tentang pola

konsumsi :

“…..pada umumnya konsumsi atau pengeluaran rumah tangga

berupa kebutuhan pangan dan non pangan yang dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan, bisa terjadi apabila tingkat pendapatan relatif

rendah maka terlebih dahulu memprioritaskan pengeluaran untuk

bahan pangan dibanding bukan makanan”.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

9

Seiring kondisi tersebut akan dapat terukur tingkat kesejahteraan

masyarakat berdasarkan pendapatan rumah tangga yang diterima dari mata

pencaharian sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan pangan saja atau dengan

kebutuhan non pangan. Selain itu, Prajoko (1992) dalam Banita dkk (2004) juga

sependapat dan menyatakan bahwa keragaman konsumsi masyarakat di desa dan

di kota berbeda, karena menyangkut perbedaan fasilitas dan aksesibilitas pada

suatu wilayah.

Pakpahan (2011) dalam Purwantini (2011) pendapatan dan pengeluaran

rumah tangga memiliki hubungan terbalik. Artinya makin rendah pendapatan

rumah tangga maka makin tinggi pengeluaran pangan. Rumah tangga akan terus

menambah konsumsi makannya sejalan dengan bertambahnya pendapatan, namun

sampai pada batas waktu tertentu penambahan pendapatan tidak lagi

menyebabkan bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi namun akan

mempertimbangkan kandungan gizi yang akan dkonsumsi pada bahan pangan.

1.5.5. Rumah Tangga

Rumah tangga yaitu kehidupan bersama yang memiliki urusan keluarga

yang permasalahannya dikerjakan secara bersama dibawah pimpinan kepala

keluarga yang ditetapkan menurut tradisi maupun budaya. Dalam ideology gender

konstruksi sosial menetapkan pimpinan keluarga dalam rumah tangga adalah

ayah. Akan tetapi pada beberapa daerah pedesaan di Jawa, semua keputusan yang

menyangkut hidup anggota keluarga, kepala keluarga akan mengajak ibu atau

anak-anak yang sudah dirasa mampu untuk diajak bermusyawarah (Murniati,

2004:203).

Dalam membangun kehidupan rumah tangga dalam keluarga agar berjalan

dengan baik, maka perlu dikembangkan pengelolaan manajemen rumah tangga.

Manajemen rumah tangga memiliki tiga unsur pokok, yaitu :

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

10

a) Perencanaan, yaitu menentukan lebih dahulu suatu tindakan yang akan

dikerjakan sesuai dengan tujuan dan sasaran anggotanya.

b) Pelaksanaan, yaitu suatu pengendalian untuk mengetahui terjadi

penyimpangan atau tidak dalam pelaksanaannya.

c) Evaluasi dan refleksi yang dilakukan secara periodik sesuai dengan

kesepakatan seluruh anggota dalam rumah tangga.

Masing-masing rumah tangga mempunyai peran dan fungsi tersendiri.

Namun secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Murniati, 2004:

206) :

a) Pemenuhan kebutuhan hidup, bekerja, mencari pangan, dan kebutuhan

sehari-hari. Setiap inidvidu didalam rumah tangga perlu untuk memenuhi

kebutuhan hidup tersendiri namun tetap saling membantu satu sama lain

sesuai peran dalam rumah tangga.

b) Sandang, dan papan. Kegiatan belajar untuk anak, penyediaan dan

pemeliharaan pangan, sandang, papan serta kegiatan lain yang

menyangkut kebutuhan rumah tangga.

c) Administrasi, yaitu kegiatan yang menyangkut catat-mencatat meliputi

penyediaan dan pengaturan catatan keuangan, kartu dan surat-surat

penting yang dibutuhkan untuk urusan anggota rumah tangga (kartu

keluarga, surat nikah, ijazah, dan sebagainya).

d) Berhubungan dengan pihak luar dari rumah tangga, yaitu kegiatan

bernegosiasi, kegiatan berhubungan antar keluarga dan kegiatan sosial

lainnya. Untuk mempererat tali silaturrahmi antar sesame sebagai makhluk

sosial.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

11

1.5.6. Tani

Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan atau beserta

keluarganya yang melakukan Usaha Tani di bidang tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan, dan atau peternakan (Undang-Undang No. 19 Tahun 2013). Petani

yang bergerak dibidang pertanian secara umum dalam arti sempit dapat diartikan

sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan

makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan, dan umbi-

umbian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan

(Mubyarto,1994:17). Petani melakukan kegiatan usaha bercocok tanam di tanah-

tanah sawah, ladang, dan pekarangan. Hasil-hasil pertanian rakyat pada umumnya

digunakan untuk konsumsi keluarga, dan apabila lebih maka produksi pertanian

maka akan dijual ke pasar. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa konsumsi beras

petani bersumber dari hasil produksi petani itu sendiri. Sehingga tidak ada alasan

lagi untuk dapat mensejahterakan petani sehingga mata pencaharian sebagai

petani tidak dianggap lagi sebagai mata pencaharian rendah. Agar terintegrasi

menjadi petani yang maju dan memanfaatkan teknologi yang ada untuk

meningkatkan hasil produktivitas beras.

Petani dalam pertanian rakyat memproduksi berbagai macam jenis

tanaman. Dalam satu tahun petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman

bahan makanan atau tanaman perdagangan. Menurut Mubyarto (1994:17)

keputusan petani untuk menanam bahan makanan didasarkan pada kebutuhan

makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan menanam tanaman perdagangan

didasarkan pada keadaan iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil

penjualan tanaman tersebut, dan harapan harga. Disamping hasil-hasil tanaman

pertanian rakyat meliputi pula usaha-usaha mata pencaharian tambahan yaitu

peternakan, perikanan, dan kadang-kadang usaha pencarian hasil hutan. Dari

pernyataan diatas maka penghasilan petani tidak hanya kepada hasil menggarap

sawah, namun juga bekerja di bidang lain sesuai peluang usaha yang didapat.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

12

Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan dan

pengeluarannya (Mubyarto, 1994:35). Pendapatan petani hanya diterima setiap

musim panen, sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu,

atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba.

Petani kaya dapat menyimpan hasil panennya yang besar untuk kemudian dijual

sedikit demi sedikit pada waktu keperluannya tiba. Namun di Indonesia mayoritas

petani gurem, yang mana petani hanya memiliki lahan yang sempit untuk

memproduksi beras. Akibatnya pendapatan yang diterima sangatlah cukup bahkan

dapat kurang untuk menghidupi seluruh anggota keluarganya.

Dalam menyelenggarakan kegiatan usahatani setiap petani dapat

merangkap pekerjaan sebagai pekerja sekaligus manajer. Petani selalu berusaha

menghasilkan panen banyak, misal berupa panen padi maka petani akan mengatur

agar panenan cukup untuk memberi makan seluruh anggota keluarga sampai tiba

panen yang akan datang. Sisa hasil panen akan dijual ke pasar dan hasil

penjualannya dapat dipakai untuk membeli pakaian, alat-alat rumah tangga atau

alat-alat pertanian. Petani sebagai manajer akan mengatur selama bercocok tanam

dan penggunaan hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya.

Pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar penduduk

Indonesia yang merupakan negara agraris. Pertanian berhubungan dengan usaha

pemanfaatan tanah untuk menanam tanaman atau pohon-pohonan. Ilmu pertanian

merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian baik

mengenai sub sektor tanaman pangan dan holtikultura, sub sektor perkebunan, sub

sektor peternakan, maupun sub sektor perikanan (Daniel, 2004:14).

1.5.7. Diversifikasi Pangan

Konsep diversifikasi pangan bukan merupakan hal baru dalam istilah

kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia, sehingga konsep tersebut banyak

diinterpretasi oleh para pakar sesuai konteks tujuannya. Diversifikasi pangan

sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

13

daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi

masyarakat. Diversifikasi pangan ini mencakup aspek produksi, konsumsi,

pemasaran, dan distribusi. Dari aspek produksi, diversifikasi berarti perluasan

spektrum komoditas pangan, baik dalam hal perluasan pemanfaatan sumber daya,

pengusahaan komoditas maupun pengembangan produksi komoditas pangan. Dari

sisi konsumsi, diversifiksi pangan mencakup aspek perilaku yang didasari baik

oleh pertimbangan ekonomis seperti pendapatan dan harga komoditas, maupun

non ekonomis seperti kebiasaan, selera dan pengetahuan. Pertemuan antara sektor

produksi dan konsumsi tidak terlepas dari peranan pemasaran dan distribusi

komoditas pangan tersebut. Demikian pula Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa

pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling

berkaitan, yaitu (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) diversifikasi ketersediaan

pangan, dan (3) diversifikasi produksi pangan.

Faktor-faktor yang menyebabkan diversifikasi konsumsi pangan sulit

terlaksana (Ariani dan Ashari, 2003) :

Beras lebih bergizi dan mudah diolah

Secara instrinsik, beras memang mempunyai banyak kelebihan

dibandingkan jagung dan ubi kayu. Selain kandungan energi dan protein

beras lebih tinggi dibandingkan jagung dan ubi kayu, beras juga

mempunyai cita rasa yang lebih enak walaupun dengan lauk-pauk

seadanya, di samping itu juga cara mengolahnya lebih mudah dan lebih

praktis serta tidak memerlukan waktu yang lama.

Konsep makan

Masih banyak ditemukan masyarakat yang mempunyai konsep makan

“merasa belum makan kalau belum makan nasi”, walaupun sudah

mengkonsumsi macam-macam makanan termasuk lontong, ketupat. Pola

masyarakat seperti ini yang mengakibatkan meningkatnya permintaan

beras dan menghambat diversifikasi konsumsi pangan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

14

Beras sebagai komoditas pangan superior

Kuatnya paradigma masyarakat yang menganggap beras sebagai

komoditas yang superior atau prestisius, sehingga masyarakat menjadikan

beras sebagai pangan pokok yang memiliki status sosial lebih tinggi.

Ketersediaan beras melimpah dan harga beras murah

Di Indonesia, beras telah dijadikan komoditas politik dan strategis,

sehingga kebijakan pangan bisa pada beras. Kebijakan pemerintah dalam

menyukseskan diversifikasi konsumsi pangan terkesan setengah hati

karena pemerintah juga telah menetapkan berbagai kebijakan yang

berkaitan dengan perberasan mulai dari industri hulu sampai industri hilir,

sehingga pertumbuhan produksi beras terus meningkat dan beras dapat

dijumpai dimana-mana dengan mudah.

Pendapatan rumah tangga masih rendah

Rumah tangga dengan pendapatan tinggi akan berupaya memenuhi

tuntutan kulitas, sehingga konsumsi beras menurun dan akan beralih pada

pangan yang mahal. Sedangkan pada rumah tangga dengan pendapatan

rendah, peningkatan pendapatan justru meningkatkan konsumsi beras dan

mengurangi bahan pokok lainnya seperti jagung dan ubi kayu.

Teknologi pengolahan pangan non beras dan promosinya masih terbatas

Dengan sentuhan teknologi pengolahan diharapkan dapat menghasilkan

pangan yang lebih bermutu, menarik, disukai dan terjangkau oleh

masyarakat. Pada saat ini, pengolahan pangan nonberas masih terbatas dan

teknologi yang digunakan masih sederhana (tradisional) sehingga produk

yang dihasilkan masih dianggap sebagai barang inferior.

Kebijakan yang tumpang tindih

Kebijakan pangan yang ditetapkan tidak konsisten dan sinkron antara

program yang satu dengan yang lain. Program diversifikasi konsumsi

pangan telah ditetapkan sejak dulu, namun pemerintah menetapkan harga

beras murah yang mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi beras.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

15

Kebijakan impor gandum, jenis product development cukup banyak dan

gencarnya promosi

Adanya kampanye yang intensif melalui berbagai media seperti media

elektronik, product development yang diperluas dengan harga yang

bervariasi dan mudah diperoleh, turut mendorong peningkatan partisipasi

konsumsi produk gandum terutama baerupa mie dan roti.

1.6. Keaslian Penelitian

Penelitian telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang

meneliti berbagai hal. Hasil dari penelitian tersebut sangatlah bervariasi, namun

tidak sedikit bahwa hasil penelitian yang ada memiliki isi yang sama dari

penelitan-penelitian yang telah dilakukan. Hal tersebut tentu saja disebut dengan

plagiarism atau peniru. Akan tetapi bila hasil penelitian sama namun ada beberapa

yang membedakan dari hasil penelitian lain seperti metode, tempat penelitian,

variabel, dan lain sebagainya sebagai pembeda dapat dikatakan sebagai penelitian

yang orisinil karena tidak semuanya sama. Banyaknya penelitian yang bisa

dilakukan di berbagai tempat dan berbagai cara menghasilkan karya ilmiah

penelitian yang banyak pula.

Penelitian yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi bahan

pangan rumah tangga tani juga cukup banyak diteliti oleh para peneliti mulai dari

jurnal, karya ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, dan lain sebagainya. Hal tersebut

dibuktikan dengan banyaknya hasil pencarian yang digunakan oleh mesin pencari

media elektronik yang menyajikan berbagai penelitian mengenai pemenuhan

konsumsi bahan pokok. Oleh sebab itu untuk membuktikan bahwa penelitian yang

saya lakukan adalah orisinil maka saya akan menunjukkan berbagai hasil

penelitian yang telah dilakukan tentang konsumsi bahan pangan dan perbedaan

dari hasil penelitian saya dengan yang lain. Berikut adalah daftar Tabel 1.2 hasil

penelitian yang memiliki kesamaan penelitian tentang konsumsi bahan pangan :

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

16

Tabel 1.2 Keaslian Penelitian Terkait Konsumsi Bahan Pangan

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

1.

A. Husni Malian,

Sudi Mardianto, dan

Mewa Ariani (2004)

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi,

Konsumsi, dan Harga Beras

Serta Inflasi Bahan Makanan

1) Menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi secara langsung

dan tidak langsung terhadap

produksi padi, konsumsi beras,

harga beras di pasar domestik, dan

perubahan indek harga bahan

makanan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi (yang dipresentasikan dari

luas panen) pada adalah luas panen

padi tahun sebelumya, harga pupuk

urea, nilai tukar riil, harga beras

domestik dan impor beras. Sementara

itu, faktor-faktor yang mempengaruhi

konsumsi beras adalah jumlah

penduduk, impor beras tahun

sebelumnya, harga jagung pipilan di

pasar domestik, harga beras domestic,

dan nilai tukar riil.

2.

Dwi Margareta dan

Niken Purwidiani

(2014)

Kajian Tentang Pola

Konsumsi Makanan Utama

Masyarakat Desa Gunung

Sereng Kecamatan Kwanyar

Kabupaten Bangkalan

Madura

1) Mengetahui pola konsumsi

makanan utama masyarakat Desa

Gunung Sereng Kecamatan

Kwanyar Kabupaten Bangkalan

Madura.

Kebiasaan makan masyarakat Desa

Gunung Sereng dipengaruhi oleh cara

mendapatkan sumber pangan,

pemilihan bahan makanan,

penyusunan menu makan sehari-hari,

pengolahan dan penyajian makanan,

pendistribusian makanan, frekuensi

makan sehari-hari, tabu makanan, dan

nilai sosial makan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

17

3. Nurul Hidayah

(2011)

Kesiapan Psikologis

Masyarakat Predesaan dan

Perkotaan Menghadapi

Diversifikasi Pangan Pokok

1) Mengetahui kesiapan

diversifikasi pangan secara

psikologis pada masyarakat

perdesaaan dan perkotaan.

Masyarakat perkotaan belajar

menerapkan diversifikasi pangan

pokok secara bertahap, karena secara

tidak langsung dapat membantu

ketahanan pangan. Hal ini dilakukan

dengan cara meningkatkan efikasi diri

pangan, yaitu kemampuan yang

diperoleh untuk melakukan perubahan

pola makan.

4. Mewa Ariani (2004)

Diversifikasi Konsumsi

Pangan di Indonesia : Antara

Harapan dan Kenyataan

1) mengetahui kemampuan

masyarakat perkotaan dalam

menghadapi diversifikasi pangan

Masyarakat perkotaan untuk belajar

menerapkan diversifikasi pangan

pokok secara bertahap, karena secara

tidak langsung dapatmembantu

terwujudnya ketahanan pangan. Hal

ini dilakukan dengan cara

meningkatkan efikasi diri pangan,

yaitu kemampuan yang diperoleh

untuk melakukanperubahan pola

makan.

5. Rethna Hessie

(2009)

Analisis Produksi dan

Konsumsi Beras Dalam

Negeri Serta Implikasinya

Terhadap Swasembada Beras

1.Menganalisis perkembangan

produksi dan konsumsi beras di

Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang

Perkembangan produksi dan konsumsi

beras di Indonesia dari tahun ke tahun

berfluktuasi dengan kecenderungan

mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

18

di Indonesia mempengaruhi produksi dan

konsumsi

beras di Indonesia.

3. Memproyeksikan produksi dan

konsumsi beras di Indonesia dalam

lima

tahun mendatang (2009-2013),

serta implikasinya terhadap

swasembada

beras di Indonesia.

Selama kurun waktu 37 tahun

Indonesia masih belum dapat

menutupi konsumsi beras total,

sehingga pemerintah masih

mengimpor beras.

6.

Dian Banita,

Darsono, Mohd.

Harisudin (2004)

Ketersediaan Pangan Pokok

dan Pola Konsumsi Pada

Rumah Tangga Petani di

Kabupaten Wonogiri

1) Mengetahui ketersediaan

pangan pokok (beras), pola

konsumsi pangan yang dibedakan

berdasarkan perbedaan wilayah

antara desa, sub urban, dan urban,

serta mengetahui kondisi

ketahanan pangan pada rumah

tangga petani di Kabupaten

Wonogiri.

Ketersediaan pangan pokok

(beras) pada rumah tangga, pola

konsumsi pangan rumah tangga yang

dibedakan berdasarkan letak wilayah

yaitu urban, sub urban, dan desa,

serta ketahanan pangan rumah tangga

petani di Kabupaten Wonogiri.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

19

7. Ni Made Suyastiri

(2008)

Diversifikasi Konsumsi

Pangan Pokok Berbasis

Potensi Lokal Dalam

Mewujudkan Ketahanan

Pangan Rumahtangga

Pedesaan di Kecamatan

Semin Kabupaten Gunung

Kidul

1) Mengkaji pola diversifikasi

konsumsi pangan pokok berbasis

potensi lokal pada rumah tangga

pedesaan, mengkaji hubungan

pendapatan rumah tangga dengan

konsumsi pangan pokok, dan

menganalisa faktor-faktor yang

mempengaruhi pola diversifikasi

konsumsi pangan pokok berbasis

potensi lokal dalam mewujudkan

ketahanan pangan rumah tangga

perdesaan.

Upaya mewujudkan ketahanan pangan

dan mengurangi ketergantungan

masyarakat pada beras rumahtangga

pedesaan di Kecamatan Semin

memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu

dengan menggali potensi lokal yang

berbasis non beras untuk memenuhi

kebutuhan pangannya.

8. Adya Hermawati

(2015)

Analisis Faktor Alokasi

Konsumsi Bahan Pangn

Sumber Protein Berbasis

Pendapatan Usahatani dan

Pendapatan Diluar Usahatani

1) Untuk mengetahui pendapatan

petani dan seberapa besar

pendapatan petani yang

dialokasikan untuk bahan pangan

sumber protein.

2) Untuk menganalisa beberapa

faktor yang mempengaruhi

konsumsi beberapa jenis bahan

pangan sumber protein.

pendapatan petani meningkat seiring

dengan kenaikan luas lahan, sementara

proporsi pendapatan yang dialokasikan

untuk bahan pangan sumber protein

semakin menurun. Faktor-faktor yang

diteliti seperti luas lahan, pendidikan,

jumlah anggota keluarga, usia rata-rata

anggota keluarga, pendapatan usaha

tani dan pendapatan diluar usaha tani,

mempengaruhi secara bersamasama

terhadap alokasi pendapatan untuk

bahan pangan sumber protein (R')

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

20

sebesar 0,73, pada tingkat kepercayaan

95%.

9. Noor Cholis Ery

Yuliawan (2017)

Pemenuhan Konsumsi Bahan

Pangan Rumah Tangga Tani

Desa Tambakrejo Kecamatan

Tempel Kabupaten Sleman

1) Mengetahui pemenuhan

konsumsi bahan pangan rumah

tangga tani Desa Tambakrejo.

2) Mengetahui konsumsi rumah

tangga tani menurut karakteristik

sosio-demografi dan ekonomi di

Desa Tambakrejo.

3) Mengetahui strategi pemenuhan

konsumsi bahan pangan rumah

tangga tani Desa Tambakrejo.

Hasil didapatkan berupa pemenuhan

konsumsi bahan pangan, konsumsi

bahan pangan menurut karaktersitik

soiso-demografi dan ekonomi pada

rumah tangga tani, dan strategi

pemenuhan konsumsi bahan pangan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

21

1.7. Kerangka Pemikiran

Penentuan unit analisis individu kepala rumah tangga tani merupakan

kunci dari sumber data yang akan diolah pada penelitian ini. Setiap subyek

memiliki karakteristik yang diukur oleh beberapa variabel yang ditentukan.

Karakteristik tersebut mempengaruhi hasil akhir penelitian yaitu bagaimana

pemenuhan konsumsi bahan pangan yang terjadi pada lokasi kajian. Pemenuhan

konsumsi dibedakan dari tiap bahan pangan beras dan non beras, yang dimaksud

pangan non beras adalah bahan pangan yang bukan termasuk pangan pokok.

Kemudian berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua menurut hasil

usahanya dari usaha sendiri dengan cara menanam atau dengan cara membeli.

Hasil usaha untuk mendapatkan bahan pangan beras dan non beras diketahui

besarnya konsumsi bahan pangan total yang dibutuhkan pada rumah tangga tani.

Berikut merupakan Gambar 1.1 kerangka pikir yang digambarkan :

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Rumah Tangga Tani

Pemenuhan Konsumsi

Bahan Pangan Dari Usaha

Pertanian

Bahan Pangan Dari Usaha

Non Pertanian

Karakteristik RT Tani :

a) Sosio-Deomografi b) Ekonomi

Beras Non Beras Beras Non Beras

Pemenuhan Konsumsi

Bahan Pangan Total

Kegiatan

Konsumsi Hasil

Lahan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129157/potongan/S1-2012... · Desa Tambakrejo termasuk kedalam desa yang memiliki komoditi unggulan yang

22

1.8. Hipotesis

Konsumsi pangan beras rumah tangga tani Desa Tambakrejo yang

beragam dipengaruhi oleh karakteristik sosio-demografi yaitu dengan variabel

rata-rata umur rumah tangga tani, pendidikan, dan jumlah anggota rumah tangga

tani, sedangkan pengaruh dari karakteristik ekonomi yaitu variabel pendapatan

dan produksi beras.