Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku “Frederich Silaban dalam Konsep dan Karyanya”, Frederich Silaban sebagai seorang arsitek, nama dan karyanya telah terukir dalam sejarah perkembangan dunia arsitektur di Indonesia. Melalui karya-karyanya dengan Idealisme arsitekturnya, Silaban telah memperjuangkan apa yang disebutnya “kemurnian arsitektur”, yaitu arsitektur yang mempunyai arti sesungguhnya. Kemurnian arsitektur secara garis pragmatis dicoba dijewantahkan dalam setiap karya Frederich Silaban, yaitu bangunan harus tahan lama, bangunan harus menggaris bawahi fungsi, bangunan mengekspresikan kejujuran, bangunan harus mampu mengatasi kondisi alam tropis. Sebagai arsitek, dalam setiap karyanya, F.Silaban benar-benar memperhitungkan arah datangnya cahaya matahari, angin dan hujan. Menurut beliau, hujan itu merusak bangunan, maka gedung harus diberi topi. Atap menjadi bagian yang sangat penting pada setiap karyanya. Silaban mempunyai prinsip untuk menggunakan materi yang kuat. Tulang-tulang rumah tidak hanya ditopang konstruksi beton, tetapi juga baja yang biasa digunakan pada konstruksi pabrik sebagai tulang, penyambung, dan penopang bangunan. Dikarenakan faktor- faktor yang diperhitungkan Frederich Silaban dalam mendesain karya-karyanya membuat setiap karya Frederich Silaban bertahan kokoh hingga sekarang. Gedung Universitas HKBP Nommensen merupakan salah satu desain dari Frederich Silaban yang berada di kota Medan, Sumatera Utara. Fasad pada gedung ini di desain tidak berbeda dengan desain beliau yang lainnya. Sebagai contoh, Mesjid Istiqlal yang berada di Jakarta. Persamaan dari Gedung Universitas Nommensen dengan karya F.Silaban yang lainnya adalah pemakaian pola/sistem vertikal pada fasadnya. 1.2 Alasan Pemilihan Judul 1
43

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Feb 02, 2018

Download

Documents

lengoc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam buku “Frederich Silaban dalam Konsep dan Karyanya”, Frederich

Silaban sebagai seorang arsitek, nama dan karyanya telah terukir dalam sejarah

perkembangan dunia arsitektur di Indonesia. Melalui karya-karyanya dengan

Idealisme arsitekturnya, Silaban telah memperjuangkan apa yang disebutnya

“kemurnian arsitektur”, yaitu arsitektur yang mempunyai arti sesungguhnya.

Kemurnian arsitektur secara garis pragmatis dicoba dijewantahkan dalam setiap

karya Frederich Silaban, yaitu bangunan harus tahan lama, bangunan harus

menggaris bawahi fungsi, bangunan mengekspresikan kejujuran, bangunan harus

mampu mengatasi kondisi alam tropis.

Sebagai arsitek, dalam setiap karyanya, F.Silaban benar-benar

memperhitungkan arah datangnya cahaya matahari, angin dan hujan. Menurut beliau,

hujan itu merusak bangunan, maka gedung harus diberi topi. Atap menjadi bagian

yang sangat penting pada setiap karyanya. Silaban mempunyai prinsip untuk

menggunakan materi yang kuat. Tulang-tulang rumah tidak hanya ditopang

konstruksi beton, tetapi juga baja yang biasa digunakan pada konstruksi pabrik

sebagai tulang, penyambung, dan penopang bangunan. Dikarenakan faktor- faktor

yang diperhitungkan Frederich Silaban dalam mendesain karya-karyanya membuat

setiap karya Frederich Silaban bertahan kokoh hingga sekarang.

Gedung Universitas HKBP Nommensen merupakan salah satu desain dari

Frederich Silaban yang berada di kota Medan, Sumatera Utara. Fasad pada gedung

ini di desain tidak berbeda dengan desain beliau yang lainnya. Sebagai contoh,

Mesjid Istiqlal yang berada di Jakarta. Persamaan dari Gedung Universitas

Nommensen dengan karya F.Silaban yang lainnya adalah pemakaian pola/sistem

vertikal pada fasadnya.

1.2 Alasan Pemilihan Judul

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Frederich Silaban terkenal dengan berbagai karya besarnya di dunia arsitektur

dan rancang bangun dimana beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan

bagi daerah tersebut. Sebagai arsitek, dalam setiap karyanya, Frederich benar-benar

memperhitungkan arah datangnya cahaya matahari, angin dan hujan. Sehingga

Gedung Universitas HKBP Nommensen memiliki fasad yang di desain sesuai kriteria

desain Frederich Silaban. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan konsep

pola vertikal pada desain fasadnya.

1.3 Tujuan dan Sasaran PembahasanTujuan dan sasaran dari pembahasan pada penelitian ini, diantaranya:1. Mendeskripsikan konsep desain F.Silaban pada fasad gedung Universitas

HKBP Nommensen Medan 2. Mengidentifikasi elemen-elemen yang terdapat pada fasad gedung

Universitas HKBP Nommensen Medan

1.4 Lingkup PembahasanLingkup yang akan dibahas dari penelitian ini adalah mendeskripsikan

konsep fasad yang pada Gedung Nommensen karya Frederich Silaban serta

mengidentifikasi elemen-elemen pada fasad Gedung Universitas HKBP Nommensen

Medan.

2

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

1.5 Kerangka pembahasan

3

LATAR BELAKANG(Fasad pada gedung Universitas HKBP Nommensen di desain oleh

F.Silaban sesuai dengan pemakaian pola vertikal hal tersebut di pengaruhidengan konsep F.Silaban yang benar-benar memperhitungkan arah

datangnya cahaya matahari, angin dan hujan)

LINGKUP DAN PEMBAHASAN(mendeskripsikan konsep fasad yang pada Gedung Nommensen

karya Frederich Silaban serta mengidentifikasi elemen-elemen padafasad Gedung Universitas HKBP Nommensen Medan.)

TUJUAN DAN SASARAN

Mendeskripsikan konsep desain fasad gedung Universitas HKBP Nommensen Medan

Mengidentifikasi elemen-elemen yang terdapat pada fasad gedung Universitas HKBP Nommensen Medan

OBSERVASILANGSUNG

PENGUMPULANDATA

KAJIANPUSTAKA

PENCARIAN DATASEKUNDER

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

1.6 Sistematika Pembahasan

Secara garis besar tulisan ini dimulai dengan BAB I yaitu, berupa

pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, alasan pemilihan judul, tujuan dan

sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, metode penelitian, kerangka pembahasan,

dan sistematika pembahasan. Selanjutnya pada BAB II berisi tentang Kajian Pustaka

yang berisi hal-hal sebagai berikut, pandangan arsitektural menurut Frederich

Silaban, pengaruh iklim, emper terbuka, arsitektur yang baik, penutup atap, lantai

dan bahan bangunan, bentuk-bentuk arsitektur, diakronik karya-karya Frederich

Silaban, konsep dan karya fisik Frederich Silaban berupa fungsi, teknologi dan bahan

karya Frederich Silaban, ekspresi dan fasad, proporsi, dan komposisi. Pada BAB III

dijelaskan hasil dan pembahasan serta terakhir pada BAB IV berisi kesimpulan.

4

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pandangan Arsitektur Silaban

Silaban mempunyai pandangan yang disebutnya sebagai 'Idealisme

Arsitektur', yang menurut beliau adalah: pendirian atau sikap hidup yang secara terus

menerus mempejuangkan kemurnian arsitektur ditilik dari sudut kepentingan rakyat

dan negara Indonesia dalam arti kata yang seluas-luasnya. Demikian seperti yang

dilaporkan oleh Eko Budihardjo (1983:75).

Maksud Silaban kepentingan rakyat adalah: perumahan rakyat, baik type

paling sederhana, menengah, maupun mewah. Sedangkann kepentingan rakyat

Indonesia, adalah gedung-gedung besar yang dibutuhkan oleh Pemerintah dan badan-

badan swasta yang bermodal, yakni gedung-gedung kantor dalam berbagai ukuran

dan bentuk, gedung-gedung Perguruan tinggi, gedung-gedung Bank, Museum,

Rumah Sakit dan sebagainya.

Rumah atau gedung menurut Silaban adalah perabot hidup manusia, perabot

untuk melindungi manusia terhadap hujan, panas matahari, angin kencang di negeri-

negeri tropis seperti Indonesia dan terhadap salju es dan angin kencang di negara-

negara beriklim temperate (lunak).

Dari tulisan Silaban 'Idealisme Arsitektur dan Kenyataannya di Indonesia'

kesadaran Silaban akan pengaruh iklim tropis Indonesia memang tinggi. Dan ini

terungkap di dalam makalah beliau, yang membahas hal-hal yang menunjang untuk

itu yang berasal dari faktor panas, hujan, angin dan pembayangan matahari untuk

Indonesia. juga upaya untuk menampakkan 'jiwa Indonesia' bangunannya. Yang

terungkap dalam peranan pintu dan jendela, peranan atap, ungkapannya di dalam

bahan yang menunjang, serta arti emperan bagi rumah Indonesia. Meskipun yang

beliau ungkapkan secara teoritis benar, seperti akan terlihat nanti. Penulis merasa,

beliau agaknya kurang teliti di dalam peristilahan sehubungan dengan konteks iklim

tropis yang dibicarakan adalah untuk Indonesia, yang adalah merupakan iklim panas

lembab. Iklim panas lembab (warm humid), iklim panas kering (hot dry arid zones)

dan iklim komposit, yang ke tiganya termasuk di dalam jenis-jenis iklim tropis

seperti yang dikatakan oleh para pakar yang dikutip oleh Mauro PR. (1979:5-34).

5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Pandangan arsitektur beliau, dapat disimak dari point-point berikut ini:

2.1.1 Pengaruh Iklim

Respons untuk hujan: dibutuhkan atap yang betul betul bebas bocor, agar

penghuni/pemakai tidak basah dan sakit. Respons untuk panas matahari: dibutuhkan atap teduh. Respons untuk angin kencang: dibutuhkan dinding pelindung, bus atau

tram di negeri-negeri beriklim temperate atau lunak yang harus memakai

dinding-dinding kaca kecuali di muka.

Dikarenakan angin kencang di Indonesia jarang terjadi, maka yang paling

esensial dalam rumah atau gedung kita menurut beliau adalah atap. Dinding lebih

bersifat sebagai menghalangi pandangan mata, untuk menciptakan privacy,

sedangkan privacy yang mutlak di dalam rumah tinggal adalah untuk kamar mandi

dan wc. saja. Kemudian harus diupayakan pula ter-bentuknya volume udara yang

sebesar mungkin di dalam rumah.

Tentang kolom dan pondasi yang berfungsi sebagai penyalur beban atap ke

tanah, maka esensinya menjadi satu dengan esensi atap. Tentang lantai, yang telah

beratap diberi lapis keras agar dapat dibersihkan/menyehatkan. Tentang dinding yang

bertujuan untuk privacy, maka tak bersifat primer, dicontohkan di Jepang, yang

membuat dinding pintu dan jendela dari rangka kayu yang ditempel kertas dan

tentang volume udara yang besar, dicontohkan Belanda di Indonesia yang berkamar

besar dan tinggi plafondnya, beremper muka (voorgalery) dan emper belakang/

achtergalery yang besar besar.

2.1.2 Emper Terbuka

Menurut Silaban dalam buku : F.Silaban dalam Konsep dan Karyanya,

bahwa rumah-rumah tanpa emper terbuka yang cukup besar (jadi bukan sekedar

emper sempit dengan tambahan dakoverstek yang hanya bersifat platonis) bukanlah

rumah Indonesia dalam arti yang sesungguhnya. Ini semua pertanda bagi Silaban

bahwa bagian rumah yang terbukalah yang paling menyenangkan untuk duduk-

duduk sambil mengobrol melepaskan lelah dan yang penting lagi bahwa harus

dihindarkan sinar matahari dapat mencapai setitikpun dari lantai, bukan dengan

mendirikan dinding, tapi menahannya dengan membuat atap yang demikian melebar

6

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

keluar garis dinding, sehingga dindingnya selalu membuat 'Solar Shadowgraph'

(gambar pembayangan sinar matahari).

Karena prinsip-prinsip tersebut diatas, maka bagi Silaban, asitektur tropis

(tentu yang dimaksudkan: iklim tropis panas lembab untuk Indonesia), banyak

merupakan permainan antara terang dan gelap yang berimbang dan harmonis. Lebih

banyak yang gelap (tak dapat disinari matahari) lebih tropislah atsitektur gedung itu

kelihatan.

Sampai pada contoh rumah tinggal pribadinya. prinsip-prinsip terbuka ini

tampak jelas, dan nyata fungsional. Namun untuk gedung-gedung kantor beremper

terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan entrance melaluinya,

sebagai misal yang terdapat di Gedung Pola, apakah emper luas ini tidak berarti

kemubaziran, karena entrance masuk gedung dari belakang, halaman depan berfungsi

sebagai taman Proklamasi. Ataukah penggunaan halaman depan sebagai taman

Proklamasi itu menyusul belakangan? Ataukah Silaban mempersamakan entrance

rumah -yang formalitas dari depan pemecahannya sama dengan entrance bangunan

pemerintah yang kini makin tampak nyata dari sudut perilaku orang Indonesia (pada

umumnya), yaitu sering hanya formalitas hanya untuk pejabat dan staf masuk dari

entrance samping ? Mungkin saja bahwa saat pengamatan beliau tentang ini -tahun

1960an, perilaku pemborosan entrance utama dengan tak pernah melewatinya

(termasuk karyawan yang berkamar kerja di dekatnya) belumlah begitu parah.

2.1.3 Arsitektur yang Baik

Bagi Silaban arsitektur yang baik adalah arsitektur yang sesederhana

mungkin, seringkas mungkin dan sejelas mungkin. Semua hal-hal yang tak mutlak

dibutuhkan oleh suatu gedung untuk berfungsi sebaik-baiknya jangan diadakan demi

kesederhanaan dan kejelasan (Budihardjo, 1983:79).

Tentang ornamen, beliau berpendapat : bahwa adakalanya suatu perhiasan

tidak dapat dihindarkan, dalam hal ini biasan itu sebaiknya menggaris bawahi fungsi

gedung yang taaangiggan. Menurut hemat beliau penggunaan terlalu banyak elemen

pada suatu gedung akhirnya tidak menguntungkan, karena mengurangi kejelasan

gedung itu. Timbulnya macam-macam bentuk bangunan dewasa ini yang menurut

beliau serba aneh, bentuk yang dicari-cari, yang seolah-olah bermaksud agar lain dari

7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

pada yang lain, adalah disebabkan banyak orang sudah lupa bahwa semua gedung di

dunia ini yang pada umumnya dikaguni oleh banyak orang kini, pada dasarnya

berbentuk sederhana.

2.1.4 Penutup Atap

Bagi silaban atap adalah esensial, maka atap harus mutlak bebas dari segala

kebocoran, juga harus mutlak bebas dari bentuk yang berliku-liku yang mau tidak

mau mengundang kebocoran. Bahan atap yang termasuk baik dan paling tahan lama

jika dilaksanakan secara correct 100%, adalah beton. Tapi karena hakikatnya dapat

menjadi poreus, walaupun pada saat pembuatan 100% waterproof, atap beton harus

dilindungi isolasi yang dapat terdiri (dan menurut puteranya ini adalah ciri-ciri

beliau) dari pasangan lapisan batu bata yang kemudian dilapisi (ditutup) dengan

bahan keras, seperti ubin keramik atau ubin-ubin lain yang tahan terhadap hujan dan

matahari. Diakuinya, pengawetan beton mahal tapi demikianlah konsekuensinya

penggunaan beton sebagai atap. Dicontohkannya kasus kebocoran beton di Gedung

PELNI KPM (dahulu) dan EXIM Bank (dahulu : Factory) juga atap beton gedung

HANKAM (dahulu : Rechts Hooge School).

Tentang atap genteng, menurut beliau juga baik sekali dan kualitas genteng

yang baik dibuat dari tanah liat tanpa campur semen, genteng kualitas tinggi akan

tahan ratusan tahun.

Tentang ketahanan/keawetan bangunan, menurut beliau penting sekali agar

biaya pemeliharaan dapat ditekan seminimal mungkin. Dari sudut kepentingan negara

selain biaya pemeliharaan yang seminimal mungkin, juga setiap pembangunan perumahan

seluruhnya berarti penambahan jumlah rumah, bakan sebagian dari padanya untuk

mengganti rumah yang rusak, maka menurutnya pilihan keawetan bahan dan

konstruksi yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih besar lebih ekonomis daripada

bahan dan konstruksi yang lebih murah dengan biaya yang lebih kecil. Dengan

demikian kualitas penutup atap dan konstruksinya harus terjaga, agar tidak

bocor/awet dalam waktu yang lama.

2.1.5 Lantai dan Bahan Bangunan lain

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Kualitas lantai : yang paling sedikit dapat dipel/dicuci setiap hari tanpa

merusak lantai itu. Lantai termurah : beton, tapi kurang menyenangkan pandangan, ubin

semen kepala basah, cukup baik tapi bagi perumahan rakyat kecil itu sudah

memberatkan.

Disayangkan oleh beliau, sekarang tidak ada usaha untuk membuat ubin

plavuisen seperti sebelum jaman perang, yaitu ubin tanah liat, warna terra cota,

ukuran 30x30 yang menimbulkan suasana lembut dan enak dalam ruangan. Perhatian

beliau terhadap bahan-bahan lain sangat besar, misalkan kayu yang diawetkan,

bambu yang diawetkan untuk meubeul dan rantang kue kering di Jepang dan

Tiongkok. Menurut beliau saat itu (1982), industri bahan bangunan kita jauh

ketinggalan jika dibandingkan dengan bidang-bidang lain.

2.1.6 Bentuk-bentuk Arsitektur

Menurut Silaban, bentuk arsitektur Indonesia tidak perlu dicari-cari, sebab

manusia Indonesia sendiri masih dalam proses pembentukan, yang jelas, arsitektur

Indonesia itu harus modern dan harus bersifat tropis. Kenapa harus modern, menurut

beliau karena kita hidup dalam jaman modern dan karena tiap-tiap jaman berhak

mengekspresikan dirinya dalam kebudayaan jamannya. Tentang sikap kita terhadap

arsitektur tradisional, kita sebaiknya jangan mengambil bentuknya, tapi jiwanya.

9

Gambar 2.1 Rumah Pribadi Silaban, ungkapan jiwa tropisnya.Di emper terbuka dan teritis lebar. (Sumber : Buku Frederich

Silaban dalam Konsep dan Karyanya, tahun 1992)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Kebohongan bentuk di dalam arsitektur seperti penyembunyian konstruksi atap

yang sehenarnya di balik penggunaan level yang menjulang ke atas. Tentang

banyaknya rentetan kolom bebas yang mungkin ada pada suatu bangunan, menurut

pendapat beliau, serentetan kolom bebas memberikan sugesti, bahwa kolom-kolom

itu mengelilingi ruangan terbuka. Jarak antara barisan kolom dengan pembatas ruang

khusus seimbang dengan ukuran-ukuran kolom dan jarak antara kolom. Jadi kolom-

kolom bebas itu berdiri di muka voorgalery besar (seperti Istana Merdeka, Istana

Bogor) atau kolom-kolom itu mengelilingi ruang terbuka seperti Temple Parthenon

atau pada pendopo.

Kolom-kolom dalam colonade di depan gereja St. Pieter di Roma pun

dianggapnya balk, dalam colonade tersebut di atas talc ada dinding tapi terdiri dan 4

barisan kolom, maka bila rentetan kolom-kolom bebas, dekat dibelakangnya ada

dinding tembok atau kaca rusaklah karakteristik kolom-kolom itu. Tentang boog

pada gevel yang ditampung oleh serentetan kolom, lahirnya adalah sebagai

konstruksi untuk memikul masa tembok di atasnya, yakni sebagai pengganti latei

atau balok yang pada waktu itu jarang ada karena belum ada konstruksi beton

bertulang.

10

Gambar 2.2 Gedung Pola/Perintis Kemerdekaan. Ciri emper terbuka yanglebar, dan kemubaziran emper atas/selasar di sekeliling gedung.

(Sumber : Buku Frederich Silaban dalam Konsep dan Karyanya, tahun 1992)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

2.2 Diakronik Karya-karya Frederich Silaban

2.2.1 Diakronik Karya Bangunan Umum Silaban

Bangunan umum karya Silaban mempunyai beberapa persamaan dari segi kesederhanaan, keringkasan, dan kejelasan dari segi

bentuk, segi teknologi pembuatan, dan segi bahan konstruksi. Dan perbedaan pada bahan kerangka atap, yakni perubahan atap limasan

dengan atap kuda-kuda, penutup atap genting menjadi atap datar beton bertulang.

Kurun Waktu Tahun Bangunan Latar Belakang Makna Proyek1951-1958:Atap Limas

Genting

1951

Poleksosbud:Nasionalisasi perusahaan

asing dan perekonomian yangrendah.

Arsitektur:Tahan pembentukan atau

generasi awal arsitekIndonesia

Karya Awal Arsitek Indonesia

1958

11

Gambar 2.3 Gedung SPMA, Bogor

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

1960-1962:Atap Pelat Datar

Beton

1960

Poleksosbud:Pembangunan Semesta dan

Nation & Character Building,Awal Orde Baru,

Pembangunan lima tahun.

Arsitektur:Proyek Mercusuar dalam

kaitan Nation & CharacterBuilding.

Karena sebagian besar karyaSilaban dalam kurun ini untukmendukung politik mercusuar,maka dapat dikatakan makna

proyek ini adalah karyaMercusuar

12

Gambar 2.4 Bank Indonesia, Jakarta

Gambar 2.5 Bank BNI 1946, Medan

Gambar 2.6 Bank Indonesia, Surabaya

Gambar 2.7 Gedung Nommensen, Medan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

1962

13

Gambar 2.8 Markas Besar TNI

Gambar 2.9 Gedung Pola, Jakarta

Tabel 2.1 Diakronik Karya Bangunan Umum Silaban (Sumber : Buku Frederich Silaban dalam Konsep dan

Karyanya, tahun 1992)

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

2.2.2 Diakronik Karya Rumah TinggalKarya - karya rumah tinggal rancangan Silaban mempunyai kesamaan dalam menampilkan jiwa tropis. Perbedaan yang dapat

ditemukan adalah penggunaan bentuk atap pelana (pada kurun waktu awal) dan bentuk atap limasan (pada kurun waktu akhir).

Tahun Bangunan Latar Belakang Makna Karya

1958Atap Pelana

Rumah Abdullah Alwahab, Jl. Cisadane19, Bogor. (Gambar tidak ditemukan)

Poleksosbud :Nasionalisasi perusahaan asing, transisi sisa-

sisa budaya Belanda ke budaya Indonesia

Arsitektur :Tahap pembentukan / generasi awal arsitek

Indonesia. Dapat dikatakan masyarakatIndonesia kurang bercukupan, maka atap

pelana yang relatif murah disambutmasyarakat.

Karya rumahtinggal awal arsitek

Indonesia.

1968Atap Limas

Rumah A Lie Hong(Gambar tidak ditemukan)

Poleksosbud:Awal orde baru, pembangunan 5 tahun I–III

Arsitektur:

Perkembanganlanjutan moderumah tinggal.

14

Gambar 2.10 Rumah F.Silaban

(Jl. Gedong Sawah II/19, Bogor)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Tahap pembangunan baru arsitektur rumahtinggal disebabkan lebih banyaknya

informasi arsitektur.

2.2.3 Diakronik Karya Monumen

Bangunan monumen karya Silaban mempunyai perbedaan pada bahanbentuk dan ciri pokok dari monumen.

Tahun Ciri Pokok Karya Latar Belakang Makna Karya

1953Non-monumen

Berkesan hening,Bentuk seperti

candi

Poleksosbud:Nasionalisasi,

penghormatan pahlawan.

Arsitektur:Indonesia belum

mengenal istilah karyamonumentalkontemporer.

Bangunan pengantarrasa hormat untuk

pahlawan

15

Tabel 2.2 Diakronik Karya Rumah Tinggal (Sumber : Buku Frederich Silaban dalam Konsep dan

Karyanya, tahun 1992)

Gambar 2.11 Gerbang Taman Makam

Pahlawan Kalibata

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

1954Monumen

Bentuk Konkretseperti bambu

runcing dan lilinraksasa

Poleksosbud:Nasionalisasi, butuh

simbol persatuannasionalisme.

Arsitektur:Belum mengenal istilahmonumen kontemporer

di Indonesia.

Melambangkanpersatuan Indonesia

dan kekokohan bangsaIndonesia.

1963Monumen

Bentuk-bentukmodern dariIndonesia

Poleksosbud:kemenangan atas

kembalinya Irian Barat.

Peringatan ataskejayaan bangsa danpemimpin Indonesia

16

Gambar 2.12 Tugu Nasional ke I

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

17

Gambar 2.13 Monumen Pembebasan

Irian Barat

Tabel 2.3 Diakronik Karya Monumen (Sumber : Buku Frederich Silaban dalam Konsep dan

Karyanya, tahun 1992)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

2.3 Konsep dan Karya Fisik Frederich Silaban2.3.1 Fungsi

Melalui karya-karya Silaban dengan faham idealisme arsitekturnya, telah

memperjuangkan dan mempertahankan apa yang disebutnya sebagai kemurnian

arsitektur. Kemurnian arsitektur dimaksudkan sebagai arsitektur yang mempunyai

arti sesungguhnya , yaitu arsitektur yang baik.

Menurut Silahan arsitektur yang baik bukan sesuatu yang muluk-muluk,

tetapi merupakan perwujudan idealisme arsitektur yang sederhana, ringkas dan jelas.

"..bagi saya arsitektur yang baik adalah arsitektur yang sesederhana mungkin,

seringkas mungkin dan sejelas mungkin" (Budiharjo, Eko, Menuju arsitektur Indonesia,

1983).

Sesederhana mungkin, seringkas mungkin, sejelas mungkin, menyiratkan

bubungan atau kaitan antara elemen-elemen atau unsur-unsur bangnan dengan fungsi

bangunan. Pernyataan berikut ini mensuratkan apa sebenamya fungsionalitas arsitektur

menurut idealisme arsitektur Silaban." Semua hal-hal yang tidak mutlak dibutuhkan oleh

suatu gedung untuk berfungsi sebaik-baiknya, sebaiknya jangan diadaan, demi

keseerhanaan dan kejelasan.perhiasan itu apabila tidak bisa dihindari,tetap

sebaiknya menggaris bawahi fungsi gedung yang bersangkutan”.( Budiharjo, Eko,

Menuju Arsitektur Indonesia, 1983).

2.3.1.1 Ungkapan Fungsionalitas Arsitektur Bangunan Umum

Bangunan umum karya Silaban terdiri dari bangunan tempat ibadat (mesjid),

kantor, pendidikan, ekshebisi (pameran). Nilai- nilai fungsionalitas pada bangunan

umum karya Silaban nampaknya lebih menekankan pada pengungkapan "fungsi

penunjukkan setting lokasi dan lingkungan", serta pada "fungsi fisik yang meliputi

bentuk, aktivitas, perlindungan dan keamanan".

Fungsi penunjukkan setting lokasi diungkapkan terutama kepekaan Silaban pada

langkah antisipatif dalam rancangan bangunan umum, yang sebagian besar terletak

pada lokasi yang spesifik.

18

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Gedung Bank Indonesia berfungsi sebagai titik orientasi dan titik tangkap

pandangan dalam suatu daerah persimpangan penting (jalan protokol). Beberapa

contoh lain seperti Gedung Pola perletakannya ternyata dapat difungsikan sebagai

latar belakang Monumen Proklamator. Mesjid Istiqlal berfungsi sebagai

perlengkapan kawasan lambang pusat pemerintahan.

Ungkapan fungsi fisik bangunan umum karya Silaban menyangkut

fungsionalitas yang mengkaitkan masalah "bentuk -aktivitas-tipologi-perlindungan-

keamanan" . Bangunan Masjid Istiqlal dengan bentuk tempat ibadat yang luas dan

besar, terdiri teras dan emperan raksasa, merupakan ungkapan fungsi kontrol fisik

terhadap pengaruh iklim (tropis).

Demikian juga bangunan SPMA bogor dengan sudut kemiringan atap yang

teritisan dan selasar yang cukup lebar, merupakan ungkapan fungsi kontrol fisik dari

segi perlindungan terhadap pengaruh iklim yang tidak dikehendaki. Fungsi kontrol

fisik lain, yaitu dari segi keamanan, dalam arti aktivitas manusia didalamnya secara

fungsional dapat terlindungi dengan baik, melalui sistem teknologi yang dapat

dipertanggung jawabkan, filter lingkungan dari pengaruh negatif.

Mesjid Istiqlal dengan kubah berkolom, Gedung Pola dengan perpaduan

kolom dan balok serta perletakan bangunan, Bank Indonesia, Gedung Markas

MBAU dengan perletakan setback sebagai filter lingkungan.

19

Gambar 2.14 Ungkapan fungsi penunjukan setting lokasi padalokasi bangunan yang spesifik pada gedung Bank Indonesia

(Sumber: Google)

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Dari scgi fungsional dalam sistem arsitektur, bangunan umum karya Silaban

lebih mengungkapkan fungsional konstruktivisme, fungsional geometris dan

fungsional berdaya guna. Hampir seluruh bangunan umum karya Silaban

menggunakan struktur dan bahan yang jelas dan jujur, yang menunjukan kekokohan

bahan dan kekuatan unsur-unsur konstruksinya (konstruktivisme : from follows

structural functioning). Bangunan diarahkan kepada dasar-dasar bentuk geometris,

sehingga kaidah-kaidah geometris mendominasi rancangan, dan selalu menampilkan

bentuk-bentuk sederhana (fungsional geometris). Pandangan Silaban tentang

keawetan bangunan (dengan penggunaan bahan berkwalitas tinggi, harga tinggi)

untuk mengurangi atau memperkecil biaya perawatan, barangkali merupakan

ungkapan. Fungsional berdaya guna adalah meliputi antara lain : memakai

pendekatan aspek ekonomi untuk mencapai hasil yang tepat guna, rasionalisasi

dalam pemecahan masalah, dan menitik beratkan pada optimasi aktivitas.

Bangunan-bangunan umum seperti Masjid Istiqlal , Kantor Bank, Gedung

Pola, Gedung Nasional - Bogor. Ada bangunan umum yang tidak hanya

mengungkapkan ketiga sistem fungsional diatas, tetapi juga mengungkapkan

fungsional organik (penggunaan/pemanfaatan bahan alam dan kenyataan fenomena

alam, yaitu bangunan SPMA di Bogor). Bangunan yang dirancang pada awal karier

profesi Silaban ini sangat memperhatikan kondisi alam dilingkungan sekitar, baik

dalam bentuk- bentuknya, tata ruangnya, maupun dalam penggunaan bahan.

Disamping bangunan SPMA Bogor, bangunan hotel Banteng (sekarang hitel

Borubudur) di Jakarta, yang sebagaian dibangun berdasarkan rancangan Silaban

(lantai dasar), nampaknya cenderung bertolak belakang dengan ungkapan konsep

fungsional berdaya guna. Kamar-kamar hotel banteng dirancang dengan ukuran yang

cukup besar, untuk memperoleh ungkapan simbolis sebagai kamar hotel “terbesar”

diseluruh Asia, tanpa memperhitungkan segi komersial bangunan hotel. Mungkin

karena alasan ini kelanjutan dari rancangan bangunan hotel Bnteng diserahkan pada

pihak lain.

Kecenderungan lain yang dapat terungkap, dalam masalah kandungan nilai-

nilai fungsionalitas bangunan umu karya Silaban adalah terdapatnya bangunan umum

yang bentuknya tetap, tetapi bangunan pameran, menjadi bangunan perkantoran

(BP7, yayasan-yayasan dan lain-lain). Gedung Nasional di Bogor beralih menjadi

20

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

kantor bersama bank-bank swasta. Nampaknya hal ini menunjukkan bahwa

fungsionalisme Silaban cenderung bukan fungsional kegunaan (form follows

function), dan bukan fungsional ekspresi (kegunaan bangunan).

21

Gambar 2.15 Ungkapan fungsionalkonstruktivisme, menunjukan kekokohan bahan dankekuatan unsur konstruksinya. Kiri: Mesjid Istiqlal,

Kanan: Gedung pola (Sumber: Google)

Gambar 2.16 Fungsi kontrol fisik bangunan karyaSilaban terhadap pengaruh iklim (tropis) terlihatpada selasar Mesjid Istiqlal. (Sumber: Google)

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Bangunan umum mengungkapkan kandungan nilai-nilai lungsionalitas

arsitektur pada fungsi penunjukan setting lokasi dan fungsi fisik bangunan.

Kepekaan langkah antisipatif Silaban dalam menempatkan bangunan pada lokasi

spesifik sangat terasa. hingsi fisik dalam hal kontrol fisik terhadap perlindungan

dan kramanan lebih ditekankan, antara lain yang menyangkut pengaruh

iklim, filter lingkungan. Fungsional sistem arsitektur lebih ditekankan pada

fungsional konstrukvisme, fungsional gemnetris dan fungsional berdaya guna,

sedangkan fungsional licgunaan dengan form follows function tidak nampak

bangunan imium karya Silaban.

Khusus untuk SPMA Bogor, terungkap juga fungsional organik dengan

memanfaatkan penggunaan bahan alam setempat dan kondisi/ fenomena alam setempat.

Disamping itu sebagian bangunan umum karya Silaban beralih fungsi tanpa

perubahan pada bentuk bangunan, hal tersebut menandai hahwa pada bangunan

umum karya Silaban dapat berbentuk sama meskipun fungsinya sudah berubah.

Kesederhanaan dari bentuk Bangunan rumah tinggal karya Silaban lebih

mensiratkan adanya tuntutan yang sederhana dari rumah tinggal, yaitu kenyamanan

dan keamanan. Hal tersebut terungkap pada penekanan fungsi kontrol fisik

(perlindungan dan keamanan) bangunan rumah tinggal, terutama terhadap pengaruh

iklim Bentuk bangunan rumah tinggal karya Silaban mengungkapkan

fungsional kegunaan (forms follows function) dan fungsional ekspresi, disamping

fungsional konstruktivisme, geometris, organik. Nampak pada rancangan bangunan

rumah tinggal karya Silaban, rancangan detail yang sangat cermat, terutama dalam

menangani penyelesaian bangunan beriklim tropis.

2.3.2 Teknologi dan Bahan Karya Frederich Silaban

2.3.2.1 Mesjid Istiqlal

Mesjid Istiqlal salah satu karya Frederich Silaban. Komponen teknologi pada

mesjid istiqlal menunjukkan hal baru yang belum pernah ada di Indonesia saat

sebelumnya pada bidang kontruksi misalnya kolom beton kubah kecil di atas ring

serta pembuatan kubah baja polyhedron.

Meskipun Meskipun masih ada pemboran didalam pengatasan bentang lebar

dengan adanya jarak kolom 3m yang mungkin mempunyai tujuan lain, dan

22

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

komponen bahan selain menunjukkan jenis yang dapat menunjang kemampuan

teknologi membangun (bahan beton) dan menunjukkan bahan yang berorientasi

pada iklim tropis (rooster) juga menunjukkan bahan yang berkesan awet dan mahal

(beton, marmer, beton lapis marmer).

23

Gambar 2.17 Podium pada gedung berkubah kecilMesjid Istiqlal (Sumber : Buku Frederich Silaban

dalam Konsep dan Karyanya, tahun 1992)

Gambar 2.18 Envelope Mesjid Istiqlal(Sumber : Buku Frederich Silaban dalam

Konsep dan Karyanya, tahun 1992)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

2.3.2.2. Bank Indonesia

Pengamatan teknologi menunjukkan kelajiman untuk frame yakni struktur

kolom balok beton bertulang. Envalope menggunakan rooster sebagai pemecahan

berorientasi iklim dan penerangan untuk hall tangga, dimana tangga sebagai bagian

dari podium, diduga beton bertulang. Pemecahan pojok bangunan dengan envelope

masif dari batu bata lapis marmer. pemecahan masif pada pojok, sangat berlawanan

dengan ciri – ciri arsitektur modern yang menggunakn kesan ringan pada pojok yang

dihasilkan Walter Gropius pada “Fogus Work” yang diakibatkan dinding berada

didepan/bebas dari kolom. Demikian pula Frank Lyoid Wright menekankan

keringanan pada sudut /pojok. Dari sini nampak tidak adanya pengaruh dari Frank &

Llyoid Wright maupun Gropius.

Sedangkan untuk kasus lain, seperti gedung Bank Indonesia surabaya yang

mempunyai ciri pojok, mempunyai penekanan balok, demikian juga ciri- ciri Gedung

Nasional Bogor, Gedung perluasan Kompleks Bank Indonesia (ke dua bangunan

terakhir tak terlaksanakan), secara teknologis dapat dikatakan ada kemiripan

pemecahan pojok bangunan seagram Building dari Mies van der Rohe.

Dari bahan-bahan yang digunakan, dapat ditarik kesimpulan pemilihan bahan

yang awet (marmer), mahal dan disesuaikan untuk orientasi terhadap iklim setempat

(rooster). Disamping itu dapat menunjang kemampuan teknologi membangun saat itu

yang telah dapat mengatasi bentang lebar dengan kontruksi portal dari bahan beton

bertulang.

24

Gambar 2.19 Bank IndonesiaSumber: Google

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

2.3.3. Ekpresi

Menurut F.Silaban, Ekspresi adalah makna yang terkandung dalam arsitektur

dan hanya emosi manusia yang dapat menafsirkannya.

2.3.3.1 Ekpresi Struktur

Hampir semua rancangan F. Silaban dengan sangat tegas menonjolkan

sistem strukturnya. Pemilihan strukturnya adalahsistem rangka dan irama, modul

dan dimensi kolom yang terlihatdengan jelas, terutama pada bagian dasar bangunan,

sedangkanpemilihan bentuk bangunan adalah bentuk geometn' yang sederhana.

Menarik untuk ditelaah pula pandangan beliau tentang bentuk,yang dimuat

dalam buku "Menuju Arsitektur Indonesia" (EkoBudihardjo), yaitu : “Bagi saya

arsitektur yang baik adalah .arsitektur yang sesedzhana mungkin, seringkas munglan

dan sejelas mungkin”.

Dengan prinsipnya seperti itu menyebabkan Silaban tidakmencoba bentuk-

bentuk baru dalam rancangannya, karenamenurut beliau bentuk-bentuk yang serba

aneh dan dicari-caritidak panjang umurnya terhadap tantangan jaman. Bagi F.

Silaban justru bentuk sederhana yang akan selalu dikagumi oleh banyak orang.

Penggunaan terlalu banyak elemen pada suatu gedung akanmengurangi

kejelasan gedung tersebut. Konsep bentuk bangunan rancangan Silaban

mengandung tiga esensi yaitu atap, kolom dan lantai dengan esensi utama adalah

atap.

Atap penting karena pertimbangan bahwa bangunan membutuh- kan atap

yang sungguh-sungguh bebas dari kebocoran dan men- ciptakan keteduhan bagi

penghuninya. Dan untuk menahan berat atap dibutuhkan kolom yang meneruskan

beban ke tanah. Se- dangkan hanya merupakan pengisi struktur dan pembatas agar

privacy dapat terbentuk.

Ciri lain adalah dasar bangunan yang memperlihatkan kolom-kolom dalam

jarak irama yang teratur, karena irama vertikal yang sangat kuat tersebut pada sudut

pandang tertentu seolah-oleh membentuk bidang horisontal yang merupakan

ekspresi dari kaki atau alas bangunan tersebut.

25

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

2.3.3.2 Ekspresi Tampak

Ekspresi tampak karya Silaban adalah "brise-soleil" atau pemakaian sun

shading. Bisa disebut demikian karena hampir sebagian besar rancangan beliau

memakai penahan matahari sebagai penyelesaian tampaknya. Agaknya beliau

terpengaruh juga oleh gerakan Regionalist di Amerika Latin yang dipelopori oleh

Corbu Niemeyer, Lucio Costa. Gerakan yang diawali sekitar tahun 1930-an

mengambil tema "iklim tropis". Brisesoleil merupakan ciri khas gerakan ini dan

selanjutnya dipakai oleh bangunan dengan ciri arsitektur tropis lainnya.

Bagi Silaban arsitektur tropis banyak merupakan permainan antara gelap dan

terang yang harmonis dan seimbang. Lebih banyak yang gelap (tidak dapat

matahari) makin tropislah arsitektur bengunan tersebut. Pemakaian sun screen pada

bidang tampak mengekspresikan kepekaan beliau pada pemahaman barik. Tetapi

pemakaian sun-shading ini pada beberapa kasus menjadi tidak efektif, karena

fungsinya-sebagai pengatur proporsi tampak, agar ekspresi tampak lebih menyatu

secara keseluruhan. Karena beliau kurang berkenan pada bentuk-bentuk yang

mempunyai permukaan rata dan licin.

Ciri lain dari karya Silaban adalah penyelesaian sudut bangunan yang khas.

Sudut bangunan dibentuk sehingga mempunyai dua arah. Dengan penyelesaian

seperti ini, bangunan akan mempunyai ekspresi tampak yang sama. Apalagi bila

bangunan dilengkapi dengan sun-shading yang sama pada ke-4 sisi-sisinya.

Perbedaannya hanya pada proporsi panjang dan lebar bangunan yang tidak sama.

26

Gambar 2.20 Detail sudut dinding luar pada bangunan-bangunan karya F. Silaban (Sumber : Buku FrederichSilaban dalam Konsep dan Karyanya, tahun 1992)

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

2.3.3.3 Ekspresi Teknologi dan Bahan

Sebagian besar karya bangunan umum F. Silaban merupa- kan

perkantoran/kantor pemerintah. terutama adalah kantor-antar bank dan jawatan-

jawatan, selain itu beliau merancang mesjid, gereja, sekolah, restoran, hotel dan lain-

lain.

Pada rancangan bangunan umum, konsep irama kolom sebagai ekspresi

struktur tetap dipertahankan, bahkan pada rancangan Mesjid Istiqlal (1960-1970)

irama ini tetap ada, walaupun pada rancangan sekolah (Sekolah Menengah Pertanian

Atas) yang dibangun sekitar tahun 1950-an -sebagai karya Silaban yang pertama-

irama kolom sudah muncul.

Selain konsep-konsep perancangan, ada prinsip lain dari Silaban yaitu faktor

pemilihan bahan. Prinsip utamanya adalah keawetan dan tahan terhadap perubahan

cuaca di Indonesia. Contohnya adalah pada rancangan Mesjid Istiqlal - Jakarta, untuk

bahan lantai beliau memilih bahan marmer sebagai penyelesaian akhir, juga memakai

bahan keramik yang pada masa itu harus didatangkan dari luar negeri. Pilar-pilar dan

dinding juga dilapisi marmer. Bahkan untuk atap pun beliau memilih keramik

sebagai penyelesaian akhirnya. Bahan logam anti karat yaitu alumunium dan

stainless steel dipilih sebagai elemen tampak. Untuk bahan talang juga dipilih

Stainless steel, tujuannya adalah agar bangunan dalam jangka panjang tidak

memerlukan perawatan.

27

Gambar 2.21 Ekspresi Struktur yangdiperlihatkan melalui irama kolom padaselasar Mesjid Istiqlal. (Sumber:Google)

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Dari segi teknisnya, pemilihan bahan yang pemasangannya membutuhkan

keahlian khusus menyebabkan waktu pelaksanaan melebihi yang ditetapkan dan

tenaga akhlinya juga membutuhkan ahli-ahli khusus.

2.3.4 Proporsi

Menurut F.Silaban proporsi merupakan salah satu unsur yang

mengembalikan terbentuknya kesatuan dalam merancang bidang arsitektur. Dalam

arsitektur, proporsi berkait erat dengan perhubungan geometris dari sisi-sisi segi

empat dan isinya, ratio atau perban- dingan dari bagian-bagian yang berbeda dalam

suatu komposisi. Proporsi tidak mengukur perbandingan-perbandingan secara teliti

dengan mata. Faktor pengaruh pembentuk proporsi adalah:

a. Biografis

Segi biografis F. Silaban yang dianggap kuat mempengaruhi bentuk karya-

karyanya adalah sifat teguh dalam memegang prinsip dan pengalaman

pemikiran, wawasan bidang arsitektur yang luas.

b. Kondisi Setting

Yang dimaksud dengan kondisi setting kaitannya dengan pengaruh terhadap

bentuk proporsi karya F. Silaban adalah keadaan lingkup atau sekitar baik fisik

maupun non fisik pada saat karya-karya atau ide-ide F. Silaban muncul. Kondisi

setting yang ditinjau sehubungan dengan karya dan ide F. Silaban adalah

Kondisi Sosial Politik, Arsitektural dan Teknologi bahan, konstruksi bangunan.

Proporsi yang terungkap mencerminkan adanya sistim, modul persegi empat

beraturan, dengan unit terkecil berupa bukaan jendela atau pintu. Bentuk persegi

dihasilkan dari perpaduan unsur vertikal dengan horizontal dari balok, kolom atau

unsir finishing tampak. Pengakhiran atau pembatasan proporsi cukup jelas berupa

elemen atap, penyelesaian sudut atau garis lantai dasar.

28

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

2.3.5 Komposisi

2.3.5.1 Komposisi dalam Estetika Tampak Bangunan

Telaah komposisi visual karya-karya Silaban mencakup hubungan sintaksis

dari bagian ke bagian dan dari tiap bagian ke keseluruhan melalui prinsip-prinsip

estetika yaitu kesatuan, proporsi, skala, keseimbangan, irama, urutan dan klimaks.

Kesatuan yang dimaksud disini adalah kesatuan dalam komposisi arsitektur.

Untuk mendapatkan kesatuan dalam komposisi arsitektur dipersyaratkan adanya

dominasi, pengulangan dan kesinambungan.

Banyak karya Silaban menunjukkan komposisi dominasi atap. Komposisi

dominasi ini mengungkapkan begitu pentingnya arti atap, dan lebih dikaitkan

kepada fungsi atap itu sendiri. Demikian pula dominasi vertikal dari garis-garis

vertikal yang terbentuk dari struktur rangka. Pentingnya atap sebagai bagian dari

arsitektur tropis terungkap dari idealisme arsitektur dengan pernyataan.

Pada karya-karya bangunan umum, dominasi komposisi vertikal tetap

menonjol, namun diperhalus melalui unsur horisontal dari bentuk yang ditimbulkan

oleh sun shading. Bentuk-bentuk perulangan kadang-kadang menjadi monoton tanpa

mencapai suatu klimaks tertentu. Komposisi ini menjadi ciri khas karya Silaban.

29

Gambar 2.22.Proporsi Gedung BNI Medan. (Sumber :Buku Frederich Silaban dalam Konsep dan Karyanya,

tahun 1992)

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

2.3.5.2 Komposisi Antar Masa Bangunan dengan Siie

Ditinjau dari komposisi massa bangunan, maka peletakan bangunan pada site

mempertimbangkan komposisi serta tapak yang mengurangi/meniadakan faktor-

faktor merugikan lradiasl matahari yang kuat, dan memanfaatkan faktor-faktor yang

menguntungkan [cahaya langit, aliran udara] sesuai dengan kondisi lokasi untuk

menyesuaikan diri dengan alam.

2.3.5.3 Komposisi antara Fungsi Bangunan, Konstruksi dan Bentuk Bangunan

Bentuk kolom persegi panjang banyak diterapkan pada karya Silaban yang

umumnya mempunyai luas lantai bangunan yang besar, diduga hal itu dimaksudkan

untuk mendapatkan kesan lebih plastis dan ramping. Secara visual, diperoleh

estetika, namun dari segi struktur tidaklah memenuhi ketahanan terhadap gempa.

Pendapat Silaban sendiri, seperti yang di ungkapkannya dalam idealisme

arsitekturnya, yaitu bahwa arsitektur yang baik adalah arsitektur yang tidak

mengada- ada. Dari ungkapan ini diduga dimensi kolom yang diambil memang telah

diperhitungan dan sesuai untuk berfungsi sebagai pengokoh. Sehingga diduga

bahwa penentuan bentuk kolom persegi panjang cenderung kepada pemenuhan akan

kebutuhan estetika.

30

Gambar 2.23 Deretan Kolom pada Mesjid Istiqlal membentukkesatuan bentuk geometris yang sederhana. (Sumber : Buku

Frederich Silaban dalam Konsep dan Karyanya, tahun 1992)

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Keinginan Frederich Silaban untuk memberikan komposisi yang seimbang

antara fungsi, konstruksi dan bentuk adalah ungkapan – ungkapannya selama masih

berkarya antara lain:“bentuk-bentuk yang serba aneh, bentuk –bentuk yang dicari

seolah-olah ingin lari dari yang lain “, “gedung – gedung didunia ini yang pada

umumnya dikagumi oleh banyak orang hingga dewasa ini pada dasarnya berbentuk

sederhana”. (Eko Budihajro, menuju Arsitektur Indonesia Silaban dalam Idealisme

Arsitektur)

Komposisi yang dianut Silaban umumnya adalah komposisi Dominasi untuk

mengungkapkan bentuk. Namun selalu diupayakan agar dicapai keseimbangan

antara fungsi, struktur dan bentuk.

Bentuk-bentuk yang dihasilkan diduga bukan dipengaruhi oleh gaya

sejamannya, tetapi lebih tepat bila dinyatakan sebagai diil- hami oleh .bentuk-bentuk

arsitektur tropis. Estetika, yang dianut- nya adalah estetika yang tumbuh dari

kebutuhan untuk memperoleh dan memperkuat ideologinya yaitu arsitektur di

Indonesia. Bahwa Silaban seorang yang kokoh dalam pendirian memang tidak

dipungkiri.

Komposisi yang dianut dalam karya-.karya Silaban bukanlah sekedar

komposisi guna memenuhi kebutuhan estetika dan datang dari pemecahan estetika

saja, namun lebih disebabkan karena pemecahan yang bersifat fungsionil, seperti

pada komposisi fungsi, struktur dan bentuk yang lahir dari kebutuhan akan

pemecahan iklim dan penyesuaian terhadap kondisi alam melahirkan bentuk-bentuk

dominasi atap karena atap merupakan elemen yang paling potensial dalam

pemecahan iklim, baik karena pengaruh panas matahari maupun hujan. Komposisi

fungsi, struktur dan estetika masing-masing diusahakan agar seimbang sehingga

dominasi hanya dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat kepentingan suatu bagian

dari bangunan. Bahkan dalam pemecahan komposisi antar massa dan site, lebih

ditentukan oleh pertimbangan penyelesaian terhadap iklim dari pada pertimbangan-

pertimbangan lain.

31

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

BAB III

METODE PEMBAHASAN

3.1 Sumber Data dan Metode Pembahasan

Data diperoleh dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif

kualitatif adalah penelitian yang datanya berupa lisan atau deskripsi dari objek yang

diamati peneliti. Data primer diperoleh melalui proses observasi yang terdiri dari

pengukuran, pengamatan, dan pendokumentasian. Data sekunder diperoleh melalui

studi literatur.

3.2 Pengumpulan Data

Gedung Nommensen berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No.23, Medan.

Gedung ini didirikan pada 7 Oktober1954 oleh seorang arsitek bernama Frederich

Silaban. Objek yang akan dibahas berupa fasad bangunan. Berikut ini adalah batas-

batas yang terdapat pada kawasan gedung perkuliahan Nommensen:

Batas Utara : Kecamatan Medan Timur Batas Timur : Kecamatan Medan Tembung Batas Selatan : Kecamatan Medan Kota Batas Barat : Kecamatan Medan Barat

32

Gambar 3.1 Peta Lokasi Gedung UniversitasHKBP Nommensen, Medan (Sumber: Google Earth)

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

3.3 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat penelitian yang digunakan adalah :

1. Kamera untuk memfoto objek-objek yang diteliti

2. Kertas serta alat tulis untuk menulis hal-hal penting yang ditemui saat penelitian

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data ada 2 yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan

data sekunder.

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti. Untuk

penelitian ini, sumber data primer diambil dari observasi langsung. Observasi

langsung, yaitu mengamati langsung dan mendokumentasikan fasad pada gedung

Universitas HKBP Nommensen Medan.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah pengumpulan data secara tidak langsung yang berkaitan

dengan objek penelitian. Sumber didapat dari buku-buku, dokumen, dan sumber

referensi lainnya yang berkaitan dengan Arsitektur pada bangunan Universitas

HKBP Nommensen Medan.

3.5 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dijabarkan sebagai berikut :

1. Mengindentifikasi konsep fasad gedung universitas HKBP Nommensen Medan2. Mendeskripsikan elemen-elemen pada fasad Gedung Nommensen Medan3. Mengumpulkan data

a. Observasi langsungb. Pencarian data sekunder

4. Melakukan analisa sesuai kajian pustaka5. Membuat kesimpulan akhir

33

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Gedung Universitas HKBP Nommensen Medan

4.1.1 Gambaran Umum Gedung Universitas HKBP Nommensen Medan

Gedung Nommensen berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No.23, Medan.

Gedung ini didirikan pada 7 Oktober1954 oleh seorang arsitek bernama Frederich

Silaban.

4.1.2 Fasad Gedung

Universitas HKBP

Nommensen Medan

Fasad merupakan Tampak bangunan di sisi

yang berhadapan dengan ruang terbuka

atau jalan. Tampak dapat berupa depan sebuah bangunan.

Fasad pada gedung Nommensen memiliki ciri khas

sendiri yaitu dengan ekspresi pola

vertikal. Menurut Silaban Fasad

Nommensen ini di desain sesuai iklim tropis. Beberapa elemen yang

terdapat pada fasad Nommensen yaitu :

- Atap - Dinding - Lantai

- Jendela dan Pintu - Kusen

- Ventilasi - Kolom

34

Gambar 4.1 Titik-titik penting di sekitar kawasanGedung Universitas HKBP Nommensen, Medan

Atap

Lantai

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

4.1.3 Material, Warna, dan Tekstur Fasad Gedung Nommensen

4.2. Pembahasan Data Lapangan Berdasarkan Kajian Pustaka

Pembahasan pada penelitian ini mencakup elemen-elemen fasad pada gedung

Universitas HKBP Nommensen berupa atap, jendela, ventilasi, pintu, dinding, kusen,

kolom dan lantai.

4.2.1 Atap Gedung

Bagi Silaban atap adalah esensial, maka atap harus mutlak bebas dari segala

kebocoran, juga harus mutlak bebas dari bentuk yang berliku-liku yang mau tidak

mau mengundang kebocoran. Bahan atap yang baik dan paling tahan lama adalah

beton.

35

Kolom

Ventilasi

Gambar 4.2. Ekspresi Fasad Gedung Nommensen(Sumber: Foto hasil survey)

Tabel 4.1 Material, Warna, dan Tekstur FasadGedung Nommensen

Elemen Material Warna Tekstur

Atap Beton Asli beton Kasar

Dinding Batu Bata Asli bata Halus

Pintu dan Jendela

Kusen

Kaca

Kayu

Transparan

Coklat

Licin

Halus

Ventilasi Beton Asli beton Halus

Kolom Beton Asli beton Halus

Lantai Terra cotta Orange Halus

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

(POTONGAN ON PROGRESS)

Sesuai konsep Silaban tentang atap, gedung perkuliahan Nommensen

menggunakan atap beton datar. Atap beton datar pada gedung ini merupakan

pelindung untuk respon hujan dikarenakan indonesia memiliki iklim yang tropis.

Selain untuk respon hujan atap beton datar pada gedung ini juga sebagai respons

untuk panas matahari, dimana atap beton datar ini tidak mudah rusak karena kena

sinar matahari.

36

Gambar 4.3 Atap beton datar Gedung Nommensen(Sumber: Foto hasil survey)

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Atap beton pada gedung ini dilindungi oleh isolasi yang terdiri dari lapisan

batu bata yang kemudian dilapisi dengan ubin yang tahan terhadap hujan dan

mathari.sehingga atap beton datar pada gedung ini awet dalam jangka yang lama.

4.2.2 Dinding

Dinding pada gedung Nommensen merupakan ciri dari desain Silaban.

Material dinding yang digunakan pada gedung ini adalah batu bata lapis marmer.

Dinding bata pada gedung ini tidak di plester dan di cat namun di lapisi marmer agar

material dinding pada bangunan Nommensen awet dan dapat bertahan lama. Menurut

silaban keindahan suatu bangunan terletak pada ke aslian material itu sendiri.

Gedung Nommensen harus fungsional konstruktivisme, fungsional geometris

dan fungsional berdaya guna. Gedung Nommensen menggunakan struktur dan

bahan yang jelas dan jujur, yang menunjukan kekokohan bahan dan kekuatan unsur-

unsur konstruksinya

4.2.3 Pintu, Jendela, dan Kusen

37

Gambar 4.4 Dinding Gedung HKBP Nommensen(Sumber: Foto hasil survey)

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Material pada jendela dan pintu adalah kaca , dan kusen yang digunakan ialah

kayu. Silaban memilih material untuk bangunan Nommensen dari faktor panas,

hujan, angin dan pembayangan matahari, sesuai iklim tropis. Silaban memilih bahan

material juga upaya untuk menampakkan 'jiwa Indonesia' bangunannya.

(MASIH KURANG NEH)

4.2.4 Ventilasi

Pada fasad gedung Nommensen terdapat emper terbuka. Emper terbuka ini

bukan sekedar emper sempit dengan tambahan dakoverstek yang hanya bersifat

platonis namun emper bagi Silaban sangat penting yang harus terhindar dari sinar

matahari. Dari data lapangan emper ini merupakan tempat duduk – duduk para

mahasiswa. Dimana emper pada gedung ini luas dan sejuk. Namun pada bangunan

38

Gambar 4.5 Pintu, jendela dan kusen (Sumber: Foto hasil survey)

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

ini Silaban sangat memikirkan konsep emper yang baik utnuk iklim tropis. Sehingga

pada emper terbuka ini Silaban membuat ventilasi vertikal.

Ventilasi yang terdapat pada emper gedung Nommensen ini terbuat dari

beton. Ventilasi ini di buat sebagai jalur angin keluar masuk. Agar ketika duduk–

duduk di emper para mahasiswa merasa sejuk dan nyaman. Ventilasi di buat dengan

mode miring 45º agar hujan yang dirembes oleh angin tidak masuk ke emper.

4.2.5 Kolom

Pola vertikal pada gedung Nommensen merupakan ciri dari desain Silaban,

dengan memperlihatkan kolom-kolom dalam jarak irama yang teratur. Karena irama

vertikal yang sangat kuat ini menjadi sudut pandang tertentu seolah-olah membentuk

bidang horisontal yang merupakan ekspresi dari bangunan tersebut. Pola grid pada

bangunan Nommensen merupakan konsep arsitektur tropis bagi Silaban.

39

Gambar 4.6 Suasana Emper pada GedungNommensen (Sumber: Foto hasil survey)

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Pola vertikal ini juga merupakan sun screen pada bidang tampak

mengekspresikan kepekaan pada barik. Pada bangunan Nommensen semua tampak

ekspresinya sama hanya saja proporsi panjang dan lebar bangunan yang tidak sama.

Banyaknya rentetan kolom bebas pada gedung ini menunjukkan bahwa kolom-kolom

itu mengelilingi ruangan terbuka. Jarak antara barisan kolom dengan pembatas ruang

khusus seimbang dengan ukuran-ukuran kolom dan jarak antara kolom.

Pola vertikal dibentuk oleh kolom pada fasad bangunan nommensen berbentuk

persegi panjang. Bentuk ini mendapatkan kesan lebih plastis dan ramping.dimensi

kolom pada fasad ini telah diperhitungkan dan berfungsi sebagai pengokohan dan

kebutuhan estetika.

Bentuk kolom yang besar dan memanjang di pada gedung ini di desain

Silaban sebagai sun shading untuk emper terbuka gedung ini. Namun kolom-kolom

ini dibuat dengan sistem rangka dan irama, modul dan dimensi kolom yang jelas agar

selain berfungsi sebagai sun shading dan struktur kolom ini berfungsi sebgai estetika

ekspresi tampak gedung Nommensen.

40

Gambar 4.10 Bentuk Kolom (Sumber: Foto hasil survey)

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

4.2.6 Lantai

Lantai pada Bangunan Nommensen berupa ubin terra cota. Sebelum dilapisi

ubin terra cota lantai pada gedung Nommensen memakai beton. Karena penggunaan

beton untuk lantai kurang menonjolkan estetika maka lantai pada gedung ini di lapisi

ubin terra cota. Jenis lantai ini merupakan material yang mudah dibersihkan dan

tidak mudah rentan pada kerusakan sesuai dengan konsep desain F.Silaban , selain itu

jenis ubin ini menimbulkan suasana lembut dan enak dalam ruangan

BAB V

KESIMPULAN

41

Gambar 4.11 Lantai Terra-Cota (Sumber: Foto hasil survey)

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

Gedung Universitas HKBP Nommensen karya Frederich Silaban memakai

konsep Arsitektur Tropis. Elemen-elemen yang terdapat pada fasad Nommensen

berupa atap, pola vertikal, emper terbuka, dan lantai.

Gedung Gedung Universitas HKBP Nommensen menggunakan atap beton

datar dimana atap beton pada bangunan ini merupakan konstruksi yang tahan

terhadap hujan sehingga bangunan ini awet dalam jangka yang lama.

Gedung Universitas HKBP Nommensen sangat tegas menunjukkan sistem

strukturnya berupa sistem rangka dan irama, modul dan dimensi kolom yng terlihat

dengan jelas, terutama pada dasar bangunan. Ekspresi tampak pada gedung

Nommensen memakai pola vertikal, dari segi materialnya pola vertikal tersebut di

buat dari beton karena beton merupakan material yang tahan terhadap perubahan

iklim di indonesia. Pola vertikal di buat sebagai shading untuk melindungi dinding

dan selasar pada gedung Nommensen agar terhindar dari matahari.

Emper terbuka pada gedung Nommensen di desain Silaban semaksimal

munkgin harus terhindar dari sinar matahari. Emper ini merupakan tempat duduk –

duduk para mahasiswa.

Lantai pada gedung Nommensen berupa ubin terra cota Jenis ubin ini

merupakan material yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rentan pada

kerusakan. Kemudian jenis ubin ini dapat menimbulkan suasana lembut dalam

ruangan.

42

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdocshare04.docshare.tips/files/26799/267996551.pdf · vertikal pada fasadnya. ... terbuka luas, yang tak dilengkapi sarana parkir dan pengarahan

DAFTAR PUSTAKA

Odang, Astuti SA. 1992. Arsitek dan Karyanya : F.Silaban dalam Konsep dan Karya.

Bandung : NOVA.

Alisyahbana, Iskandar, Prof. Dr. Ir. 1976. Beberapa Masalah Utama Dalam Proses

Pemindahan, Penerapan Dan Pengambangan Teknologi, Dalam Symposium

Tentang Patent, Oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen

Kehakiman. Penerbit Bina Cipta.

Boedhi, Andri. 1984. Mengenang Arsitek Silaban. Majalah ASRI No. 19.

Budiharjo, Eko, Ir.MSc. 1991. Arsitek Bicara Tentang Arsitektur Indonesia.

Bandung: Alumni.

Catatan Diskusi Konsep Dan Karya F. Sillaban, Bandung, 22 Juni 1991.

Kunto, Haryoto. 1986. Semerbak Bunga Di Bandung Raya. Bandung: PT. Granesia.

Majalah 'ASRI’ Agustus 1984.

Majalah Kontruksi, Februari 1978

Nurger, D.H. 1983. Perubahan-Perubahan Sturuktur Dalam Masyarakat Jawa.

Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Sachari, Agus (ed). 1986. Seni Desain & Teknologi, Antologi Kritik, Opini Dan

Pilosofi, Bandung: Pustaka.

Smithies, K. W. 1987. Principle 0f Design In Architecture. Bandung: Intermatra

Suria Sumamri, Jujun S. 1988. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan

http://artvisualizer.blogspot.com/2009/04/frederich-silaban.html Diakses 27-11-2014

http://www.silaban.net/2006/06/03/ Diakses 27-11-204.

43