1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit TBC pada bayi dan anak disebut juga TBC primer dan suatu penyakit sistemik. Penyakit TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Penyakit TBC adalah penyakit menular yang menyerang organ tubuh utamanya paru yang disebabkan oleh basil batang yaitu microbacterium tubercolusis. WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan. Walaupun strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar setengah juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia (WHO, 2009). Menurut WHO pada tahun 2010, Indonesia berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya. Secara nasional, kasus TB di Indonesia menunjukkan perkembangan yang meningkat dalam penemuan kasus dan tingkat kesembuhan, tetapi pencapaian di tingkat provinsi masih menunjukkan disparitas antar wilayah. Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat mencapai angka penemuan kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70% CDR dan 85% kesembuhan (Kemenkes RI, 2011). TB pada anak merupakan aspek yang sering dilupakan dari epidemik TB. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), TB pada anak mencerminkan transmisi TB yang terus berlangsung di populasi. Masalah ini masih memerlukan perhatian yang lebih baik dalam program pengendalian TB. Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai
73
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit TBC pada bayi dan anak disebut juga TBC primer dan suatu
penyakit sistemik. Penyakit TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada
anak usia 0-14 tahun.
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang menyerang organ tubuh
utamanya paru yang disebabkan oleh basil batang yaitu microbacterium
tubercolusis.
WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi
kemanusiaan. Walaupun strategi Directly Observed Treatment Shortcourse
(DOTS) telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban
penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan
yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta
kasus baru TB, dan sekitar setengah juta orang meninggal akibat TB di
seluruh dunia (WHO, 2009). Menurut WHO pada tahun 2010, Indonesia
berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia.
Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi
insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat
TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya.
Secara nasional, kasus TB di Indonesia menunjukkan perkembangan
yang meningkat dalam penemuan kasus dan tingkat kesembuhan, tetapi
pencapaian di tingkat provinsi masih menunjukkan disparitas antar wilayah.
Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat mencapai angka penemuan
kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70%
CDR dan 85% kesembuhan (Kemenkes RI, 2011). TB pada anak
merupakan aspek yang sering dilupakan dari epidemik TB.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), TB pada anak
mencerminkan transmisi TB yang terus berlangsung di populasi. Masalah
ini masih memerlukan perhatian yang lebih baik dalam program
pengendalian TB. Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai
2
30.806 termasuk 1.865 kasus BTA positif. Proporsi kasus TB anak dari
semua kasus TB mencapai 10,45%.
Pencegahan yang dapat di lakukan adalah dengan cara menutup
mulut pada waktu batuk atau bersin dengan menggunakan tissue yang
kemudian dibungkus kantung plastik dan dibakar atau menggunakan sapu
tangan yang dicuci setiap hari, sehingga percikan dahak tidak akan
menyebar. Pencegahan lainnya adalah dengan pengobatan, mengobati
serta menyelesaikan pengobatan sangat efektif untuk memutuskan rantai
penularan dari penderita ke orang lain yang berada di lingkungannya.
Menurut kelompok kami TB pada anak adalah suatu penyakit yang
primer dan sistemik dengan penularannya melalui udara yang
terkontaminasi oleh microbakterium tuberculosis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori penyakit TBC pada anak atau bayi?
2. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit TBC pada anak atau bayi?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada bayi atau
anak dengan gangguan respirasi khususnya pada penyakit TBC.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep teori penyakit TBC pada anak atau bayi
2. Untuk mengetahui kasus di konsep asuhan keperawatan penyakit
TBC pada anak atau bayi
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan konsep keperawatan anak secara nyata
kepada anak atau klien.
3
2. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi asuhan keperawatan anak.
3. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan hubungan
interpersonal.
1.4.2 Untuk Pendidikan
Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam
memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek
praktikum dan juga sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
pengembangan teori sesuai dengan sumber-sumber yang dapat di
pertanggungjawabkan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Penyakit TBC pada bayi dan anak disebut juga TBC primer dan suatu
penyakit sistemik. Penyakit TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada
anak usia 0-14 tahun. (Ngatsiyah. 2005).
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang menyerang organ tubuh
utamanya paru yang disebabkan oleh basil batang yaitu microbacterium
tubercolusis. Kuman microbacterium tubercolusis tidak cuma menyerang
paru-paru tetapi juga organ tubuh lainnya seperti tulang sendi, usus,
kelenjar limfa, selaput otak. TBC menular dan sangat berbahaya namun
bisa disembuhkan (Pudiastuti Ratna Dewi. 2011).
TBC ditularkan melalui udara yang terkontaminasi oleh bakteri
microbacterium tuberculosis. Udara terkontaminasi oleh bakteri karena
penderita TBC aktif melepaskan bakteri melalui batuk dan bakteri bisa
bertahan dalam udara selama beberapa jam.
Janin bisa tertular dari ibunya sebelum atau selama proses persalinan
karena menghirup atau menelan cairan ketuban yang terkontaminasi. Bayi
bisa tertular karena menghirup udara yang mengandung bakteri. Sumber
penularan TBC adalah dahak dari penderita TBC. Penularan TBC dapat
melalui udara pada saat penderita TBC batuk dan bersin tanpa menutup
mulutnya. Ketika batuk atau bersin, kuman dari paru penderita TBC akan
menyebar di udara. Penularan terjadi bila orang lain menghirup udara yang
mengandung kuman tersebut secar langsung (direct contact). Oleh karena
itu kita wajib menutup mulut saat batuk dan bersin serta membuang dahak
kelubang WC dan jangan kesembarang tempat.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri microbacterium tubercolosa yang dilepaskan pada saat penderita
TBC batuk. Pada anak-anak, sumber infeksi umumnya berasal dari
penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul didalam
paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
5
dengan daya tahan tubuh yang rendah) dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC
dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru otak,
ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.
Meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena adalah
paru-paru.
2.2 Penyebab
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
mycrobacterium tuberculosis dan mycrobacterium bovis (jaringan oleh
mycrobacterium avium). Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang
bersuhu 60° selama 15-20 menit (Yoga Tjandra Aditama. 2013).
Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
asam pada pewarnaan yang biasa disebut sebagai basil tahan asam (BTA).
Bakteri TB dapat bertahan hidup beberapa jam di udara, tempat yang gelap
dan lembab selama berbulan-bulan namun tidak tahan terhadap sinar
matahari. Dalam jaringan, tubuh kuman ini dapat bersifat dormant (tertidur
lama selama beberapa tahun). Bakteri TBC ini mati pada tingkat
pemanasan 100°C selama 5-10 menit dan dengan alkohol 70-95% selama
15-30 detik. Masa inkubasi penyakit TBC yaitu selama 3-6 bulan.
Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan
dahak (droplet nuclei) yang di batukkan. jadi jika bersin atau tukar-menukar
piring atau gelas minum tiak akan terjadi penularan. salah satu penyebab
dalah merokok pasif karena ini berdampak pada sistem kekebalan anak,
sehingga meningkatkan resiko tertular. pajanan pada asap rokok
mengubah fungsi sel, misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan zat
yang dihirup dan kerusakan kemampuan penyerapan sel dan darah.
2.3 Patofisiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak
menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelnjar paru-paru.
6
Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC
dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar
melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk percikan ludahnya mengandung
kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak lalu masuk ke paru-paru.
Proses penularan TBC dapat melalui proses udara atau langsung,
seperti saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya
adalah TBC paru primer dan TBC post primer. TBC primer sering terjadi
pada anak, proses ini dapat di mulai dari proses yang disebut drplet nuklei
yaitu suatu proses terinfeksinya partikel yang mengandung 2 atau lebih
kuman TBC yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan
alveoli, yang akan terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan
sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta makrofag ke dalam alveolar
spase. TBC post primer, dimana penyakit ini terjadi pada pasien yang
sebelumnya terinfeksi oleh kuman mycrobacterium tuberculosis.
Sebagian besar infeksi TBC menyebar melalui udara melalui
terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel
dari sesorang yang terinfeksi. TBC adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas yang diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa
makrofag dan limfoist (biasanya sel T) sebagai imuniresponsif. Tipe
imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi
oleh limfosit dan limfokin mereka, responnya berupa reaksi hipersentifitas
selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar
membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh
makrofag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal
pneumobia akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa
atau prosesnya dapat berjalan terus dengan bakteri di dalam sel-sel.
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelejar getah bening
regioanl dan infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju (nekrosis
geaosa), jaringan grabulasi yang disekitarnya pada sel-sel epiteloid dan
fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jaringan parut kolagenosa,
menghadilkan kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer pada paru
7
dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami klasifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin
pada seseorang yang sehat.
TBC paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien menunjukkan
demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan BB, berkeringat
malam, nyeri dada dan batuk menetal. Batuk pada awalnya mungkin
nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum
mukopurulen dengan hemoptisis. TBC dapat mempunyai manifestasi
atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental,
demam, anorexia, penurunan BB. Basil TBC dapat bertahan ≥ 50 tahun
dalam keadaan dorman.
Patogenesis penyakit TBC pada anak terdiri atas:
1. Infeksi primer
Infeksi primer terjadi seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan
sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi di muali saat
kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru
yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan
membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut
kompleks primer predileksinya disemua lobus, 70% terletak subpleura.
Fokus primer dapat mnegalami penyembuhan sempurna, klasifikasi atau
penyebaran lebih lanjut. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat
dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif
menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman
yang masuk dan besarnya espon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman yang
menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang
8
daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. TBC pasca primer (post primary TBC)
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas TBC pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi
pleura (Ngatsiyah. 2005).
9
2.4 Pathway
Inhalasi mycobacterium
tuberculosis
Fagositosis oleh
makrofag alveolus paru Kuman mati
Kuman hidup
berkembang biak
Pembentukan fokus primer
Penyebaran limfogen
Penyebaran hematogen
Kompleks primer terbentuk
imunitas selular spesifik
Uji
tuberkulin
Sakit TB Infeksi TB
Komplikasi kompleks primer
Komplikasi penyebaran
hematogen
Komplikasi penyebaran limfogen
Imunitas optimal
Sembuh Sakit TB
Kalau imunitas turun,
reaktivitas/ reinfeksi
Meninggal Sembuh
10
Catatan:
Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult
hematogenic spread). Kuman TB kemudian membuat fokus koloni di
berbagai organ dengan vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi
mengalami reaktivasi di kemudian hari. Kompleks primer terdiri dari fokus
primer limfangitis dan limfadenitis regional. TB primer adalah kompleks
primer dan komplikasinya. TB pasca primer terjadi dengan mekanisme
reaktivasi fokus lama TB (endogen) atau reinfeksi (infeksi sekunder) oleh
kuman (Yoga Tjandra Aditama. 2013.).
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala TBC pada anak tidak serta merta muncul. Pada saat-saat awal,
4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya demam sedikit. Beberapa
bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk
sedikit. Tahap berikutnya 3-9 bulan setelah infeksi, anak tidak nafsu makan,
kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran
kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran fleks. Pada saat
itu, kemungkinan ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang benar-
benar atau sama sekali tidak muncul. Ini tergantung kekebalan anak. Kalau
anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC nya tidak muncul. Tapi
bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di
paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak dan sebagainya. Ini
berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya. Pada orang
dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak langsung dengan
mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat sulit,
karena tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit.
Diperiksa dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis
baku untuk mendiagnosis anak sedini mungkin. Yang harus dicermati pada
saat diagnosis TBC anak adalah riwayat penyakitnya (Ngatsiyah. 2005).
11
2.5.1 Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain:
1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau
reaksi BCG sangat cepat. Misalnya bengkak hanya seminggu setelah
diimunisasi BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang.
2. BB anak turun tanpa sebab yang jelas atau kenaikan BB setiap bulan
berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi
≥ 3 minggu. Ini terkadang tersamar alergi. Kalau tidak ada alergi dan
tidak ada penyebab lain.
4. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa
ditandai sebagai kemungkinan gejala TBC.
5. Mata merah bukan karena sakit mata tapi di sudut mata ada
kemerahan yang khas.
6. Keluar dahak bercampur darah
7. Mengalami nyeri dada dan sesak napas
8. Batuk berdahak terus menerus 2 minggu atau lebih
9. Berkeringat di malam hari meskipun tanpa melakukan kegiatan.
10. Lesu atau malaise
11. Diare persisten atau menetap (≥ 2 minggu) yang tidak sembuh dengan
pengobatan dasar diare
Masa inkubasi atau masa tunas penyakit ini bervariasi antara 1-2 bulan
tergantung besarnya paparan serta imunitas atau kekebalan tubuh
(Ngatsiyah. 2005).
2.5.2 Gejala klinis spesifik terkait organ
Gejala klinis pada organ yang terkena TB tergantung jenis organ yang
terkena misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang, dan
kulit adalah sebagai berikut.
1. Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli)
Pembesaran KGB multiple (>1 KGB), diameter ≥ 1 cm, konsistensi
kenyal, tidak nyeri dan kadang saling melekat atau konfluens.
12
2. Tuberkulosis otak dan selaput otak:
a. Meningitis TB : gejala meningitis dengan seringkali disertai gejala
akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
b. Tuberkuloma otak : gejala-gejala adanya lesi
3. Tuberkulosis sistem skeletal:
a. Tulang panggul (koksitis) : pincang, gangguan berjalan atau tanda
peradangan di daerah panggul.
b. Tulang lutut (gonitis) : pincang dan atau bengkak pada lutut tanpa
sebab yang jelas
c. Tulang kaki dan tangan (spina ventosa atau daktilitis)
4. Skrofuloderma ditandai dengan ulkus disertai dengan jembatan kulit
antar tepi ulkus (skin bridge)
5. Tuberkulosis mata :
a. Kongjungtivis fliktenularis
b. Tuberkel koroid (hanya dapat dilihat dengan funduskopi)
6. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal di
curigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut
tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya infeksi TB
(Pudiastuti Ratna Dewi. 2011).
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut.
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumonia
5. Atelektasis
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
napas.
13
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran
bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumothoraks (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan:
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke
organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya
(Ngatsiyah. 2005).
2.7 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam
jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis menekankan 3 prinsip dalam pengobatan
tuberkulosis yang berdasarkan pada:
1. Regimen harus ternasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap
mikroorganisme.
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup
untuk menghasikan terapi yang paling efektif dan paling aman pada
waktu yang singkat.
Obat anti tuberkulosis (oat) harus diberikan dalam kombinasi
sedkitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga.
Tujuannya dari pengobatan ini adalah.
1. Membuat konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin
melalui kegiatan bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan
dengan kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan
daya tahan imunologis (Ngatsiyah. 2005).
14
2.8 Klasifikasi TBC
Klasifikasi TBC Keterangan
0 Tidak pernah terinfeksi, tidak ada
kontak dan tidak menderita TBC
1 Tidak terinfeksi namun ada riwayat
kontak dan tidak menderita TBC
II Hasil tes uji tuberkulin (+) atau
terinfeksi TBC namun tidak ada
gejala TBC, radiologi tidak
mendukung dan bakteriologi
negatif (tidak menderita TBC)
III Menderita TBC
IV Pernah menderita TBC tetapi saat
ini tidak ada penyakit aktif
V Dicurigai TBC
(Pudiastuti Ratna Dewi. 2011).
2.9 Penatalaksanaan Perawatan
Perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan