1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa pralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Di samping perubahan biologis, anak mengalami perubahan kehidupan psikologis dan kehidupan sosio-budayanya. Hal yang lebih penting lagi adalah dunia nilainya, yaitu: dunia yang penuh penemuan dan pengalaman yang bahkan ditingkatannya menjadi eksperimentasi. Tidak jarang, ia menghadapi ketidakjelasan, keraguan, bahkan kadang-kadang seperti menemukan dirinya dalam dunia yang sama sekali baru dan asing baginya. 1 Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa. Masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang. Masa ini disebut pula sebagai masa yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. 2 Umur remaja adalah umur peralihan dari anak menuju dewasa yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadian. Masa ini juga sering disebut sebagai masa persiapan untuk memasuki umur dewasa dengan masalah atau problemanya tidak sedikit. 3 Pada masa ini, seorang remaja memerlukan pembinaan untuk mengatasi masalah atau problema yang dihadapinya. Kepribadian seseorang harus dibina 1 Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 76. 2 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 72. 3 Ibid., hlm. 125.
15
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/5477/4/4_bab 1.pdf · Seorang remaja pria biasanya mengikuti arus dan mode, seperti: rambut gondrong, pakaian kurang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa pralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Di
samping perubahan biologis, anak mengalami perubahan kehidupan psikologis dan
kehidupan sosio-budayanya. Hal yang lebih penting lagi adalah dunia nilainya,
yaitu: dunia yang penuh penemuan dan pengalaman yang bahkan ditingkatannya
menjadi eksperimentasi. Tidak jarang, ia menghadapi ketidakjelasan, keraguan,
bahkan kadang-kadang seperti menemukan dirinya dalam dunia yang sama sekali
baru dan asing baginya.1
Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa. Masa berada dalam
peralihan atau di atas jembatan goyang. Masa ini disebut pula sebagai masa yang
menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan dengan masa
dewasa yang matang dan berdiri sendiri.2 Umur remaja adalah umur peralihan dari
anak menuju dewasa yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan
kepribadian. Masa ini juga sering disebut sebagai masa persiapan untuk memasuki
umur dewasa dengan masalah atau problemanya tidak sedikit.3
Pada masa ini, seorang remaja memerlukan pembinaan untuk mengatasi
masalah atau problema yang dihadapinya. Kepribadian seseorang harus dibina
1Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, (Bandung: Refika Aditama,
2009), hlm. 76. 2Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 72. 3Ibid., hlm. 125.
2
melalui pendidikan khusus agar sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan
kebudayaannya.
Remaja juga memiliki masalah atau problema yang tidak sedikit. Masalah-
masalah tersebut diantaranya adalah terjadi masalah pertentangan pendapat antara
orang-tua dan anak-anaknya yang telah remaja. Seorang remaja pria biasanya
mengikuti arus dan mode, seperti: rambut gondrong, pakaian kurang sopan, lagak
lagu, terhadap orang tua kurang sopan, patah semangat, mogok belajar, menjadi
nakal, melawan kepada orang tua, merusak barang-barang di rumah, lari dari
rumah, benci kepada orang tua. Bahkan terkadang sampai kepada niat akan
membunuh orang tuanya, karena sangat paniknya. Selain masalah diatas, masalah
moral dan agama juga semakin memuncak. Terutama di kota-kota besar, pengaruh
hubungan dengan kebudayaan asing semakin meningkat. Sebut saja misalnya,
melalui film, bacaan, gambar-gambar, dan hubungan langsung dengan orang asing
(tourist) yang datang dengan berbagai sikap dan perilakunya. Biasanya
kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama.4
Menyikapi berbagai persoalan remaja di atas, pondok pesantren menjadi salah
satu lembaga penting guna mengembangkan nilai-nilai agama yang bertujuan pada
penumbuhan daya hati nurani. Sementara lembaga-lembaga pendidikan formal
lebih mengutamakan pendidikan umum. Pesantren dapat menjadi benteng bagi
umat Islam untuk mempertahankan nilai-nilai religious dan serbuan budaya
modern.
4Zakiah Daradjat, op. cit., hlm. 127.
3
Keberadaan pesantren sebagai lembaga ke-Islaman sangat kental dengan
karakteristik Indonesia. Lembaga ini memiliki nilai-nilai yang strategis dalam
pengembangan sikap dan perilaku masyarakat Indonesia. Realitas menunjukkan,
pada satu sisi, sebagian besar penduduk Indonesia terdiri dari ummat Islam.
Berdasarkan realitas tersebut, pesantren sampai saat ini memiliki pengaruh kuat
pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan masyarakat muslim yang taat.
Hal tersebut tentunya menjadi indikasi, bahwa pendidikan yang ada saat ini
belum maksimal dalam menanamkan akhlak yang baik kepada siswa, dan masih
cenderung terkonsentrasi pada pemberian pengetahuan semata. Padahal penanaman
akhlak inilah yang seharusnya mendapat perhatian lebih. Pembinaan akhlakul
karimah bagi seorang muslim sangat penting untuk menanggulangi pengaruh-
pengaruh negatif. Manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk melalui pembinaan akhlakul karimah. Manusia yang memiliki akhlak mulia
selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Sebaliknya, jika manusia berakhlak
buruk, maka akan mengingkari segala perintah-Nya, dan mengakibatkan kekacauan
yang bisa merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Akhlak erat kaitannya dengan pendidikan agama. Maka dari itu pendidikan
agama perlu ditingkatkan kualitasnya dengan melibatkan orang tua, sekolah, dan
masyarakat dengan mempergunakan berbagai cara yang efektif. Berbagai situasi
dan kondisi lingkungan harus dijauhkan dari hal-hal yang dapat merusak moral.
Dengan demikian, diduga kuat, perkembangan akhlak dapat berkembang sesuai
tuntunan agama.
4
Pembinaan karakter selama ini belum mendapat porsi yang memadai, serta
kurang sesuai dengan kajian anatomis yang benar. Karakter bermuara pada
kesadaran qalbiyah yang memerlukan alternatif dalam pembinaannya. Tasawuf
yang berbasis pada intuisi (qalbiyah) sarat dengan penyerapan nilai-nilai Ilahiyah
yang sangat menentukan terbentuknya karakter dasar manusia. Tasawuf dalam
Islam berdasar pada iman (tauhid) yang akan lebih menjamin lahirnya karakter
yang kokoh yang menjadi magnit bagi lingkungannya tanpa dapat dipengaruhi oleh
kepribadian lain yang kontra produktif terhadap karakter universal.5
Dalam era globalisasi sekarang ini, masalah remaja dengan tindakan
negatifnya perlu mendapatkan perhatian yang khusus dari berbagai pihak.Orang tua
dan guru keduanya dapat berperan sebagai pembimbing, pengarah, sekaligus
panutan bagi mereka. Jika masalah ini tidak dapat diatasi lebih intensif, maka
generasi kita sedang berada diujung tanduk. Telah banyak bukti yang memaparkan,
baik dari dunia visual maupun non visual. Untuk itu,dalam membentuk pribadi
yang baik, seorang remaja harus diarahkan kepada hal-hal yang posoitif, sehingga
remaja akan memliki konsep diri yang positif.
Konsep diri sangat erat hubungannya dengan individu. Konsep diri
merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan yang diketahui dan dipahami
individu tentang dirinya berupa ide, pikiran, dan kepercayaan. Hal ini akan
berperngaruh terhadap kemampuan individu dalam membina hubungan
interpersonal serta berinteraksi dengan orang lain. Aktifitas beragama yang
5 Abdul Munir, Paradigma Tasawuf dalam Pembentukan Karakter, dalam