BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Umum Indonesia merupakan negara maritim dan juga negara agraris yang sudah dikenal oleh dunia. Sebagai negara agraris, Indonesia didukung oleh sektor pertanian maupun dari sektor perkebunan dengan hasil yang melimpah, sedangkan sebagai negara maritim, Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau baik itu yang sudah berpenghuni maupun yang belum berpenghuni dan di masing-masing pulau tersebut memiliki potensi-potensi maritim (bahari) tersendiri yang tentunya sangat indah terutama wisata pantainya, sehingga sangat menarik untuk dikunjungi bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Dalam potensi bahari tersebut , tentunya ditunjang oleh beberapa fasilitas-fasilitas yang mendukung berbagai aktivitas olahraga seperti aktivitas snorkling, diving, banana boat, paracelling, voli pantai,maupun hanya sekedar “nyemplung” di bibir pantainya saja. Aktivitas-aktivitas diatas tidak semuanya bisa diterapkan di seluruh pantai di Indonesia karena pantai di Indonesia ada yang terletak disebelah utara (Samudera Indonesia) yang arus dalam dan gelombang lautnya cenderung tenang serta dasar laut yang cenderung landai sehingga cocok untuk aktifitas olahraga air , sedangkan disebelah selatan Indonesia (Samudera Hindia) , arus dalam sangat kuat, gelombang lautnya tinggi , dasar laut yang curam, serta terdapat patahan gempa yang mengakibatkan kontur dasar laut yang tidak rata, sehingga tidak cocok bagi beberapa aktivitas olahraga air. Maka dari itu, diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat menampung dan mendukung aktivitas-aktivitas olahraga air maupun olahraga-olahraga pantai lainnya kedalam suatu wadah dalam suatu kawasan. Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang rekreatif,menyenangkan atau juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Pemerintah sendiri menjadikan olahraga sebagai pendukung terwujudnya manusia Indonesia yang sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan yaitu dengan menumbuhkan budaya olahraga guna 19
26
Embed
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66613/potongan/S1-2013... · maupun dari sektor perkebunan dengan hasil yang melimpah,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Latar Belakang Umum
Indonesia merupakan negara maritim dan juga negara agraris yang sudah
dikenal oleh dunia. Sebagai negara agraris, Indonesia didukung oleh sektor pertanian
maupun dari sektor perkebunan dengan hasil yang melimpah, sedangkan sebagai
negara maritim, Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau baik itu yang sudah
berpenghuni maupun yang belum berpenghuni dan di masing-masing pulau tersebut
memiliki potensi-potensi maritim (bahari) tersendiri yang tentunya sangat indah
terutama wisata pantainya, sehingga sangat menarik untuk dikunjungi bagi para
wisatawan domestik maupun mancanegara. Dalam potensi bahari tersebut , tentunya
ditunjang oleh beberapa fasilitas-fasilitas yang mendukung berbagai aktivitas olahraga
seperti aktivitas snorkling, diving, banana boat, paracelling, voli pantai,maupun hanya
sekedar “nyemplung” di bibir pantainya saja. Aktivitas-aktivitas diatas tidak
semuanya bisa diterapkan di seluruh pantai di Indonesia karena pantai di Indonesia ada
yang terletak disebelah utara (Samudera Indonesia) yang arus dalam dan gelombang
lautnya cenderung tenang serta dasar laut yang cenderung landai sehingga cocok untuk
aktifitas olahraga air , sedangkan disebelah selatan Indonesia (Samudera Hindia) , arus
dalam sangat kuat, gelombang lautnya tinggi , dasar laut yang curam, serta terdapat
patahan gempa yang mengakibatkan kontur dasar laut yang tidak rata, sehingga tidak
cocok bagi beberapa aktivitas olahraga air. Maka dari itu, diperlukan fasilitas-fasilitas
yang dapat menampung dan mendukung aktivitas-aktivitas olahraga air maupun
olahraga-olahraga pantai lainnya kedalam suatu wadah dalam suatu kawasan.
Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud
untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam
perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang rekreatif,menyenangkan
atau juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi.
Pemerintah sendiri menjadikan olahraga sebagai pendukung terwujudnya
manusia Indonesia yang sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah
kebijakan pembangunan yaitu dengan menumbuhkan budaya olahraga guna
19
meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan
kebugaran yang cukup.
Dewasa ini, olahraga tidak hanya berisi kegiatan fisik saja yang sepenuhnya
olahraga, tetapi didalam olahraga juga bisa dimasukkan unsur-unsur edukatif yang
melibatkan pemikiran-pemikiran didalamnya.
Latar Belakang saya memilih tema “Wisata Bahari Sport-Edutainment Centre
dengan Pendekatan Green Architecture “ ini karena wahana-wahana yang ada di
pantai lebih banyak kedalam olahraga fisik seperti snorkling, diving, banana boat ,
paracelling, dan lain sebagainya sehingga kurangnya unsur-unsur pendukung seperti
unsur edukasi dan unsur entertainment mengenai kelautan. Disini saya mencoba
bagaimana menciptakan suatu pusat pengembangan olahraga dengan fasilitas-fasilitas
yang menggabungkan ketiga unsur tersebut yang bisa menarik pengunjung untuk
tidak hanya sekedar olahraga saja, tetapi pengunjung juga bisa mendapatkan hiburan
yang rekreatif dan juga edukatif.
Sport-Edutainment Centre, merupakan wadah yang dapat menampung
berbagai aktivitas olahraga maupun rekreasi dan merupakan salah satu solusi yang
efektif terhadap berbagai permasalahan yang terdapat di seluruh kawasan pantai
selatan Indonesia. Dengan adanya sport-edutainment centre di kawasan pantai selatan
diharapkan mampu mengurangi jumlah kecelakaan yang sering menimpa para
wisatawan yang berkunjung.Sport-Edutainment Centre juga diharapkan tidak hanya
mampu menjadi lahan komersil yang dapat meningkatkan perekonomian bagi para
penduduk disekitar kawasan pantai selatan, namun juga dapat memberi pembelajaran
edukatif yang memberi nuansa rekreatif dan interaktif bagi para wisatawan.
Pemilihan lokasi di kawasan ini juga tidak jauh dari adanya rencana
pemerintah Kota Yogyakarta yang akan merelokasi bandara Adi Sucipto disekitar
kawasan pantai ini. Adanya relokasi bandara membuat akses bagi wisatawan
mancanegara menjadi lebih mudah dan nyaman, karena letak sport-edutainment
centre yang cukup dekat.Karena letaknya yang dekat bandara, kawasan pantai di
Kabupaten Bantul ini juga akan menjadi kawasan yang berkembang sebagai daerah
destinasi Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Terdapat juga
potensi lain dalam bidang wisata, dengan asumsi akan menjadi kawasan yang maju 20
dan ramai akan wisatawan, dapat dilakukan sebuah upaya pelestarian dan pengenalan
karya dan budaya Yogyakarta kepada para pengunjung atau wisatawan yang datang ke
Yogyakarta dengan dibentuknya sebuah pusat pemberdayaan kearifan lokal yang
melibatkan langsung masyarakat setempat.Semua hal ini secara langsung maupun
tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian kota Yogyakarta terutama di
Kabupaten Bantul.
1.1.1.1. Potensi-Potensi yang ada pada Kawasan Pantai Baru Pandansimo
1. Potensi Pertumbuhan Kawasan
Jalan aspal untuk sampai ke kawasan Pantai Baru Pandasimo. Jalan tersebut
berpotensi sebagai jalur arteri (pansela) lintas provinsi yang otomatis menjadi jalur
perekonomian bagi penduduk disekitar jalur tersebut. Di beberapa titik pada jalur
tersebut dapat dibangun beberapa obyek wisata yang menjadi salah satu sumber
perekonomian bagi penduduk disekitarnya.
Gambar 1. 1. Jalan Menuju Kawasan Pantai Baru Pandansimo
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
21
Gambar 1. 2. Jalan Menuju Kawasan Pantai Baru Pandansimo
2. Peternakan yang berkembang di Kecamatan Srandakan adalah
peternakan sapi dan unggas berupa ternak ayam potong/petelur.
Peternakan ini juga tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan khusus.
Alokasi ruang untuk peternakan meliputi area seluas 11,39 hektar
(0,62 %)1.Pada Daerah Kawasan Pantai Baru Pandansimo yang
terletak di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, telah
berkembang peternakan sapi yang diolah menjadi energi BIOGAS
Gambar 1. 3. Peternakan Sapi yang di Kawasan Pantai Baru Pandansimo, Desa
Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul
3. Angin laut di Pantai Selatan yang cukup kencang berpotensi
digunakan untuk energi wind Turbine yang menghasilkan listrik
22
bagi kebutuhan warga setempat maupun bagi para petani dan juga
sebagai salah upaya untuk mencapai kawasan mandiri energi.
Gambar 1. 4. Wind Turbine , Salah Satu Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid
Gambar 1. 5. Wind Turbine , Salah Satu Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid
4. Intensitas sinar matahari pada Area Pantai Baru Pandansimo sangat
memungkinkan pengaplikasian solar Panel sebagai upaya untuk
mencapai kawasan mandiri energi.
23
Gambar 1. 6. Panel Surya Sebagai Salah Satu Upaya Mencapai Kawasan Mandiri Energi
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
2. Potensi Wisata
1. Potensi wisata rekreatif dari pantai selatan Jawa.
Gambar 1. 7. Potensi Wisata Olahraga yang Rekreatif
24
Gambar 1. 8. Potensi Wisata Rekreatif
2. Potensi wisata edukatif dari kawasan mandiri energi.
3. Potensi wisata religius dari petilasan kuno Pandansimo, Pandansari,
dan Pandanpayung.
Gambar 1. 9. Potensi Wisata Religi, Petilasan
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
4. Potensi wisata homestay dari desa tradisional Jawa di tepi laut
selatan.
25
Gambar 1. 10. Potensi Wisata Homestay
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
3. Potensi Alam
1. Tanaman pandan dan cemara (jenis cemara udang) yang mengikat
tanah serta melindungi dari abrasi pantai.
2. Angin yang relatif kencang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga
listrik, rekreasi parasailing, dan musik alam.
3. Pasir pantai yang berwarna kehitaman yang masih belum
termanfaatkan secara optimal.
Gambar 1. 11. Pasir Pantai yang Kehitaman
26
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
4. Pemandangan yang masih didominasi oleh alam.
Gambar 1. 12. Pemandangan Alam
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
4. Potensi Panorama / View
1. Sunrise / Sunset.
2. Keteduhan Cemara Udang.
Gambar 1. 13. Keteduhan Tanaman Cemara Udang
3. Laut samudra dan ombak yang bergulung-gulung mendekati pantai.
4. Panorama persawahan dan desa tradisional Jawa.
5. Potensi Vegetasi
1. Tanaman cemara udang
27
Gambar 1. 14. Cemara Udang
2. Tanaman Pandan
Gambar 1. 15. Tanaman Pandan
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
3. Pohon Jarak
Gambar 1. 16. Pohon Jarak
28
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
4. Suket Grinting
Gambar 1. 17. Pohon Jarak
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
6. Potensi Rakyat
1. Selain ikan hasil tangkapan nelayan yang dijual di TPI, Kegiatan
sehari-hari para nelayan seperti memperbaiki jaring, menyiapkan
umpan, dll, dapat menjadi daya tarik wisata laut yang diminati oleh
wisatawan keluarga baik itu domestikmancanegara.
Gambar 1. 18. Kegiatan Para Nelayan Selain Menangkap Ikan
2. Acara ritual Labuhan daerah Pantai Pandansimo merupakan kegiatan
29
budaya masyarakat setempat yang sudah berlangsung sejak zaman Sri
Sultan Hamengkubuwono VII dan berpotensi sebagai daya tarik wisata
budaya lokal bagi wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara.
Gambar 1. 19. Acara Ritual Labuhan sebagai Salah Satu Potensi Rakyat
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
3. Ibu penjual ubi ungu dari Samas merupakan salah satu potensi pasar
rakyat yang dapat menarik para wisatawan dari kota.
Gambar 1. 20. Potensi Jualan
Sumber : PP 2012.09.05 hasil survey lapangan
1. Potensi Aktivitas dan Peristiwa
30
1. Sejak tahun 2002, lahan pada kawasan Pantai Baru Pandansimo
digunakan sebagai lahan uji coba pertanian dan lahan pasir besi
sejak 2002 yang berhasil dilakukan oleh CV.Lanindo.
2. Pada tahun 2010, kawasan Pantai Baru Pandansimo mulai dirintis
sebagai pusat pengembangan energi mandiri.
3. Pada tanggal 27 Juni 2010, Diadakan kompetisi Roket Indonesia III
diselenggarakan oleh LAPAN (Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional)
4. Pada Tanggal 3/ 25 Agustus 2012, Hewan laut seperti Hiu tutul dan
penyu belimbing terdampar di Pantai Pandansimo dan menjadi daya
tarik bagi wisatawan lokal.
1.1.1.2. Kawasan Pantai Baru Pandansimo sebagai Kawasan Konservasi Energi
Kawasan konservasi energi ini terletak di Kecamatan Srandakan, kawasan ini
dikembangkan oleh Pemda setempat guna mencapai kawasan yang zero energy.
Energi yang dikembangkan oleh Pemda setempat adalah energi matahari (solar panel)
dan energi angin (wind turbine)
1.1.1.3. Fasilitas-Fasilitas Existing Pendukung Wisata pada Kawasan Pantai
Pandansimo
Fasilitas-fasilitas existing pada kawasan Pantai Baru Pandansimo ini masih
minim. Fasilitas-fasilitas existing pendukung antara lain :
Gambar 1. 21. Persewaan ATV
31
Gambar 1. 22. Lapangan Voli Pantai
Gambar 1. 23. Area Parkir
Gambar 1. 24. Kolam Renang Swadaya
32
1.1.2. Latar Belakang Khusus
Kondisi lingkungan dan pembangunan saat ini sudah semakin memburuk.
Banyaknya polusi baik itu polusi udara (dari asap pembuangan pabrik, kendaraan
bermotor), polusi air (dari limbah cair pabrik maupun rumah tangga), maupun polusi
darat( sampah banyak bertebaran dimana-mana) ditambah lagi penjarahan terhadap
lingkungan, terutama penjarahan laut sudah semakin banyak yang menjadi
distributor terhadap kerusakan lingkungan. Kondisi penduduk Indonesia yang
semakin bertambah tiap tahunnya sehingga pembangunan juga semakin banyak dan
memunculkan permukiman kumuh pada area sempadan yang seharusnya menjadi
Ruang Terbuka Hijau, lahan konservasi, maupun lahan pertanianmenjadi berkurang
Untuk itu ,dalam setiap proses pembangunan harus mempertimbangkan aspek
green architecture didalam perancangannya.Dalam hal ini konteksnya adalah
pembangunan di wilayah pantai.Bangunan yang akan di bangun harus menyesuaikan
aturan sempadan pantai dan sempadan jalan seperti :
Tabel 2. 1. Rencana Sempadan Pantai di Kawasan Pantai Selatan
Sumber: Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral ,Laporan Akhir Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Srandakan 2012 – 2032 di Kabupaten Bantul
Tabel 2. 2. Rencana Sempadan Jalan di Kawasan Pantai Selatan Sumber: Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral ,Laporan Akhir Rencana Detail Tata
Ruang Kecamatan Srandakan 2012 – 2032 di Kabupaten Bantul
No Jenis Sempadan Lokasi Jarak Sempadan
1 Sempadan Pantai Blok I-2, Blok II-1, Blok
II-3, Blok III-2, dan Blok
II-4
Sempadan pantai di sepanjang dataran
Pantai Selatan dengan daerah selebar
minimum 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat
No Klas Jalan Lokasi Jarak Sempadan 33
Bangunan-bangunan yang akan dibangun harus bisa merespon terhadap
lingkungan sekitarnya. Selain harus memperhatikan garis sempadan juga harus
mempertimbangkan aspek-aspek Green atau standar rating seperti dalam Green
Building Council Indonesia ( GBCI ). Didalam sistem rating tersebut bangunan akan
dinilai layak ditempati dan dinyatakan green jika bangunan tersebut bisa berhasil
menerapkan butir-butir dalam sistem rating tersebut. Dalam sistem rating tersebut
juga mempertimbangkan keadaan iklim dan lingkungan pada suatu site yang ada di
Indonesia.
Sistem rating ini menjadi acuan untuk dibangunnya sport-edutainment centre
ini yang mempunyai konsep Green Architecture yang terarah dan jelas.
1.2. Permasalahan
1.2.1. Permasalahan Umum
A. Permasalahan Wisata pada Kawasan Pantai Selatan2
Permasalahan kepariwisataan di wilayah perencanaan antara lain:
- Fasilitas pendukung Lokasi Destinasi Wisata (LDW) yang masih kurang,
A Jalan Nasional
- Jalan Kolektor
primer, Jalan pansela
Semua blok,
kecuali blok I-1,
II-2, III-1,dan
blok III-3
Sempadan Jalan minimal 29 meter dari
as jalan sampai dinding luar nagian
depan bangunan
B Jalan Kabupaten
- Kolektor sekunder
(Jalan Raya
Pandansimo, Jalan
Samas, dan Jalan
Parangtritis)
- Dengan fungsi kolektor
sekunder, batas bangunan
terluar untuk rumah tinggal
adalah 17,5 (tujuh belas koma
lima) meter dari as jalan, batas
bangunan perdagangan dan
jasa adalah 12,5 (dua belas
koma lima) meter dari as jalan.
34
- SDM sektor pariwisata masih perlu ditingkatkan,
- Vegetasi pada LDW yang masih jarang
- Pelaku biro perjalanan wisata yang masih kurang
- Produk yang ditawarkan (atraksi wisata, kuliner,dan lainnya) masih perlu
dikembangkan.
- Ancaman Tsunami sebagai konsekuensi letak pertemuan lempeng
Australia dan Eurasia yang rawan bencana, yang berdampak rasa was-was
wisatawan berkunjung ke pantai khususnya Pantai Selatan.
- Berkurangnya daratan dengan kecepatan 6-7 m per tahun.
B. Permasalahan Kebencanaan pada Kawasan Pantai Selatan2
Permasalahan kebencanaan di kawasan pantai selatan Bantul cukup
kompleks. Wilayah perencanaan rentan terhadap jenis bencana-bencana
alam seperti : gempa bumi, tsunami, dan banjir.
Selain pantai selatan Pulau Jawa merupakan pertemuan dua lempeng
tektonik di perairan Samudera Indonesia, kondisi elevasi lahan di kawasan
pantai selatan yang rendah dan bentuk lahan daratan, mempunyai resiko
yang tinggi jika terjadi gelombang tsunami. Kondisi pantai yang terbuka
akan berdampak besar terhadap kerusakan yang mungkin timbul adanya
gelombang tsunami.
Banjir genangan terjadi terutama pada lahan-lahan yang mempunyai
elevasi lebih rendah dari daerah sekitarnya, atau merupakan daerah
cekungan. Hal ini lebih disebabkan karena adanya curah hujan dengan
intensitas yang tinggi, dan tanah sudah tidak mampu untuk
meloloskan/mengalirkan air.
C. Bagaimana mewadahi ketertarikan wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara yang tidak hanya ingin menikmati keindahan panorama laut
tetapi juga ingin menikmati wisata yang rekreatif.
D. Karena kondisi laut selatan yang berbahaya sehingga bagaimana solusi
mewadahi fasilitas pariwisata pantai Baru Pandansimo khususnya fasilitas
35
olahraga yang aman, rekreatif, dan edukatif bagi para pengunjung Pantai
Baru Pandansimo yang juga ada pada deretan pantai selatan Jawa.
1.2.2. Permasalahan Khusus
1. Bagaimana merancang fasilitas olahraga yang aktif dan edukatif yang
dapat menampung fasilitas olahraga air maupun darat yang aman bagi
para wisatawan domestik maupun mancanegara.
2. Bagaimana merancang sistem pada suatu obyek wisata yang menuju
objek wisata yang zero waste dan zero energy.
3. Bagaimana merancang suatu bangunan serta kawasan yang dapat
memanfaatkan energi dari teknologi Hybrid seperti wind turbine, Solar
Panel, wave energy, maupun energi terbarukan seperti biogas yang
memanfaatkan peternakan sapi warga sebagai energi utama yang
mensupport energi dalam bangunan maupun daerah wisata sekitarnya.
4. Bagaimana merancang suatu bangunan yang tahan gempa
5. Bagaimana merancang bangunan yang tidak merusak dan mencemari
lingkungan sekitarnya.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Membuat suatu konsep perancangan dan pengembangan arsitektur
sebuah bangunan olahraga (indoor maupun outdoor)sebagai objek wisata
bahari yang dapat menampung berbagai aktifitas olahraga air maupun
olahraga darat yang rekreatif dan edukatif ( sport-edutainment centre ), serta
aman bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Bangunan ini juga
ditujukan untuk memajukan perekonomian warga sekitar.
1.3.2. Tujuan Khusus
Bangunan Sport-Edutainment Centre ini sebagai salah satu alternatif
objek wisata bahari yang rekreatif dan edukatif , dan juga memanfaatkan
energi hybrid seperti wind turbine, Solar Panel, wave energy, maupun energi
terbarukan seperti biogas sebagai energi yang mensupport energi dalam
36
bangunan maupun pada kawasan sekitarnya.Bangunan ini juga dapat
memenuhi standar Greeen Building Council (GBCI) untuk mencapai bangunan
yang zero waste dan zero energy.
1.4. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan suatu program perencanaan dan
perancangan Sport Centre yang ideal, sehingga dapat difungsikan secara optimal
dengan mempertimbangkan :
1. Menyediakan sarana olahraga yang rekreatif dan edukatif bagi para
wisatawan domestik maupun internasional terutama bagi masyarakat di desa
Poncosari, Srandakan, Bantul.
2. Menambah fasilitas olahraga yang edukatif dan rekreatif yang terdapat di
kota Yogyakarta.
3. Standar-standar GBCI untuk mencapai bangunan yang Zero Waste dan Zero
Energy demi menjaga kelestarian alami wisata pada Pantai Baru
Pandansimo.
1.5. Manfaat
Secara obyektif perancangan Sport-Edutainment Centre di Desa Poncosari,
Srandakan, Bantul ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan
wawasan, baik bagi mahasiswa yang akan membuat tugas akhir maupun bagi
mahasiswa arsitektur lain dan masyarakat umum yang membutuhkan.
Secara subyektif perancangan Sport-Edutainment Centre ini guna memenuhi
persyaratan pra tugas akhir pada Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.
1.6. Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan diutamakan pada masalah-masalah dalam lingkup
arsitektur, antara lain :
37
1. Fungsi bangunan merupakan fasilitas olahraga serta dilengkapi dengan
fasilitas penunjang lainnya.
2. Pembahasan permasalahan ditekankan pada perancangan Sport-Edutainment
Centre yang mendukung wisata bahari di Pantai Baru Pandansimo , desa
Poncosari, Srandakan, Bantul yang berbasis green architecture dengan
standar GBCI melalui pendekatan konsep bangunan dan mikro kawasan
yang zero waste dan zero energy .
3. Lokasi bangunan Sport-Edutainment Centre ini yang berada di Desa
Poncosari,Srandakan, Bantul , yang tidak jauh dari adanya rencana
pemerintah Kota Yogyakarta yang akan merelokasi bandara Adi Sucipto
disekitar kawasan pantai ini. Adanya relokasi bandara membuat akses bagi
wisatawan mancanegara menjadi lebih mudah dan nyaman, karena letak
sport-edutainment centre yang cukup dekat. Karena letaknya yang dekat
bandara, kawasan pantai di Kabupaten Bantul ini juga akan menjadi
kawasan yang berkembang sebagai daerah destinasi Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition (MICE).
1.7. Metodologi
1.7.1. Studi Literatur
Dilakukan untuk mencari serta memperlajari data-data mengenai persyaratan
dan standar bangunan dengan fungsi sport-edutainment centre dan area rekreasi aktif
melalui buku referensi dan pencarian data memalui internet.
Objek studi literature meliputi :
1. Tinjauan terhadap bangunan sport centre
2. Tinjauan terhadap bangunan edutainment centre
3. Tinjauan terhadap area yang rekreatif dan edukatif
4. Tinjauan terhadap teori konsep zero energy dan zero waste
1.7.2. Observasi Lapangan
Dilakukan untuk mencari serta memperlajari data-data mengenai isu-isu yang
sedang berkembang serta data-data kondisi eksisting lokasi.
38
1.7.3. Analisis
Merupakan tahap mengolah dan mengkaji data yang telah di dapatkan baik mengenai
analisis perancangan sport centre, edutainment centre dan area rekreatif dan edukatif, analisis
zero Energy, serta analisis aktivitas pariwisata setempat serta analisis pada lokasi.
1.7.4. Sintesis
Yaitu tahapan yang menggabungkan data dan analisa menjadi sebuah
pemecahan masalah desain dan menjadi acuan konsep dasar perencanaan dan
perancangan.
1.8. Sistematika Penulisan Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
lingkup pembahasan, metodologi, sistematika penulisan dan keaslian
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Berisi tentang kajian teori, defenisi wisata, definisi sport
centre,definisi edutainment centre, Kajian pariwisata, kajian tentang
green architecture, kajian tentang sistem tolak ukur arsitektur hijau
di Indonesia GBCI, kajian tentang zero energy dan zero waste, dan
kajian faktual.
BAB III TINJAUAN LOKASI
Berisi tentang studi kelayakan site, site terpilih,
identifikasi site, potensi site, kondisi site, peraturan pemerintah,