Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dan potensial dalam pengembangan destinasi sektor pariwisata. Potensi pariwisata di Indonesia merupakan bagian dari sektor industri yang dianggap memiliki prospek cerah dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut didukung dengan kondisi-kondisi letak dan keadaan geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan tanah yang subur dan panoramis (akibat ekologi geografi), serta berbagai flora dan fauna yang memperkaya isi daratan dan lautan, adat istiadat, kegiatan masyarakat dan sebagainya. Pengembangan pariwisata harus disesuaikan dengan morfologi dan manusia di sekitar lokasi wisata. Langkah-langkah pengembangan tersebut perlu memperhatikan dan melibatkan masyarakat setempat agar pembangunan yang dilaksanakan berguna atau memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat setempat. Sektor pariwisata telah tumbuh menjadi sektor unggulan yang mempunyai nilai pertumbuhan tercepat di dunia sekaligus sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi. Bahkan sektor pariwisata secara bertahap mampu memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDP) global secara signifikan (Yahya, 2015). Selain peluang sebagai sumber devisa, sektor pariwisata memiliki berbagai elemen yang dapat mendorong terjadinya perubahan ekonomi dan
20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

Nov 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat

melimpah dan potensial dalam pengembangan destinasi sektor pariwisata. Potensi

pariwisata di Indonesia merupakan bagian dari sektor industri yang dianggap

memiliki prospek cerah dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk

dikembangkan. Potensi tersebut didukung dengan kondisi-kondisi letak dan

keadaan geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan tanah yang

subur dan panoramis (akibat ekologi geografi), serta berbagai flora dan fauna

yang memperkaya isi daratan dan lautan, adat istiadat, kegiatan masyarakat dan

sebagainya. Pengembangan pariwisata harus disesuaikan dengan morfologi dan

manusia di sekitar lokasi wisata. Langkah-langkah pengembangan tersebut perlu

memperhatikan dan melibatkan masyarakat setempat agar pembangunan yang

dilaksanakan berguna atau memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat

setempat.

Sektor pariwisata telah tumbuh menjadi sektor unggulan yang mempunyai

nilai pertumbuhan tercepat di dunia sekaligus sebagai lokomotif pertumbuhan

ekonomi. Bahkan sektor pariwisata secara bertahap mampu memberikan

kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDP) global secara signifikan

(Yahya, 2015). Selain peluang sebagai sumber devisa, sektor pariwisata memiliki

berbagai elemen yang dapat mendorong terjadinya perubahan ekonomi dan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

2

perbaikan kualitas hidup bagi masyarakat di Negara berkembang. Sektor

pariwisata yang mendukung perkembangan ekonomi kerakyatan mampu menjadi

pendorong perekonomian rakyat di pedesaan, diantaranya: (1) Mampu

meningkatkan nilai tambah penghasilan bagi masyarakat, (2) Membuka peluang

kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat, (3) Meningkatkan kepemilikan

dan kontrol masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya desa, (4)

Meningkatkan pendapatan pemerintah melalui retribusi wisata dan lain

sebagainya (Hermawan, 2016). Masyarakat sebagai pelaku aktif dalam kegiatan

kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi

masyarakat itu sendiri dan kepariwisataan yang merupakan aktualisasi dari sistem

ekonomi kerakyatan merupakan bagian dari kegiatan seluruh lapisan masyarakat

Indonesia sebagai sumber ekonomi masyarakat (Muljadi, 2014).

Pariwisata yang mengusung wisata edukasi yang memiliki keunikan,

keindahan dan nilai yang beruapa keanekaragaman budaya dan hasil buatan

manusia, mampu menjadi daya tarik atau tujuan kunjungan wisatawan. Wisata

edukasi merupakan suatu perjalanan yang menggabungkan unsur kegiatan wisata

dengan muatan pendidikan dan pembelajaran antara wisatawan dengan

lingkungan atau masyarakat sehingga dapat mengubah cara memperoleh dan

mengembangkan pengetahuan guna mendapatkan pengalaman pembelajaran

secara langsung didalamnya. Maksudnya adalah dimana wisatawan selain dapat

menikmati indahnya berwisata, wisatawan juga mendapatkan pendidikan tentang

hal baru yang belum diketahui secara langsung.

Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism/CBT)

merupakan sebuah pengembangan pariwisata yang berkesesuaian dengan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

3

pariwisata berkelanjutan. Dimana pariwisata ini mengedepankan partisipasi aktif

masyarakat dengan tujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi mereka dengan

tetap menjaga kualitas lingkungan, serta melindungi kehidupan sosial dan budaya,

sehingga implementasinya mampu mendukung tercapainya tiga pilar

berkelanjutan yaitu keberlanjutan di bidang ekonomi, sosial-budaya dan

lingkungan (Asker et al, 2010).

Pariwisata berbasis masyarakat bukanlah suatu konsep yang kaku.

Penerapan konsep pariwisata berbasis masyarakat harus disesuaikan dengan

karakteristik suatu destinasi, baik kondisi fisik, masyarakat, pemangku

kepentingan dan sistem ekonominya. Penyesuaian tersebut diperlukan mengingat

setiap destinasi memiliki keunikan masing-masing sehingga berbeda satu dengan

lainnya. Perbedaan karakteristik destinasi tersebut diperlukan mengingat setiap

tempat memiliki keunikan masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya

sebagai daya tarik wisata yang unggul.

Daya tarik wisata yang unggul dan berkualitas merupakan kunci dalam

menentukan motivasi wisatawan untuk berwisata, serta sebagai salah satu alasan

secara fundamental yang menjadikan pertimbangan mengapa seseorang memilih

satu destinasi (Ritchie and Crouch, 2003). Selain itu, kebijakan dalam

pengembangan pariwisata mengarah pada suatu konsep wisata yang

mengutamakan kelestarian lingkungan (berwawasan lingkungan) atau ekowisata

demi terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan edukasi

bagi wisatawan yang datang. Konsep ekowisata merupakan suatu kegiatan wisata

yang bertanggung jawab terhadap kualitas ekologis dan mensejahterakan

masyarakat lokal.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

4

Kabupaten Blitar dijadikan sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata

(DTW) dengan citra kampung wisata. Kampung wisata merupakan sebuah

integrasi antara aksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam

suatu struktur kehidupan sosial yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang

berlaku di masyarakat (Nuryati, 1993). Pengembangan kampung wisata

merupakan solusi dalam mengembangkan sebuah kampung melalui sektor

pariwisata dengan menggunakan standar-standar khusus dalam mengontrol

perkembangan (Wikipedia, 2014). Kampung Coklat sebagai destinasi wisata yang

bergerak dalam sektor pariwisata kerajinan produksi coklat ini, tak jarang setiap

harinya dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Tak jarang

wisatawan yang datang berbondong-bondong datang ke lokasi Kampung Coklat

untuk menikmati sensasi liburan bersama keluarga ataupun melakukan study tour

untuk melakukan pembelajaran edukasi yang ada di Kampung Coklat.

Selama ini perkebunan coklat dianggap sebagai kebun biasa. Namun bila

ke Blitar, akan menemukan sebuah kampung coklat yang dijadikan sebagai tempat

wisatawan. Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung

pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan kampung coklat) menekuni buah

kakao milik keluarganya seluas 750m² yang sudah ditanami kakao sejak tahun

2000. Hasil panen pertama dijual dengan harga Rp. 9000/kg dan akhirnya

mendalami budidaya kakao dengan magang di salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang budidaya kakao. Kemudian pada tahun 2005, beliau

membentuk Gapoktan Guyub Santoso yang bergerak di bidang pemasaran biji

kakao.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

5

Sebelum menjadi coklat, tentu saja buah coklat yang bernama kakao ini

harus menunggu waktunya selama proses panen. Dalam memasuki masa panen,

buah kakao ini berbentuk lonjong. Dalam satu pohon mampu menghasilkan

sekitar enam hingga tujuh butir buah coklat. Bagi sebagaian orang, biji coklat

yang masih baru mamiliki cita rasa yang istimewa. Selain mencicipi coklat, para

wisatawan yang berkunjung juga diajak beredukasi soal coklat. Tak jarang dari

pengunjung yang ingin belajar bagaimana cara mengelola coklat.

Kampung coklat kini telah mengalami peningkatan secara signifikan yang

cukup baik dan tidak sedikit wisatawan yang datang untuk mengunjungi kampung

coklat. Perkembangan yang semakin maju diharapkan masyarakat lokal atau

sekitar memberikan peran sebagai agen perubahan dalam meningkatkan eksistensi

kampung coklat. Dengan adanya hal tersebut, penulis tertarik untuk mencoba

meneliti tentang bagaimana keterkaitan masyarakat dalam pengembangan wisata

edukasi berbasis masyarakat di kampung coklat. Sehingga penelitian ini

mengambil judul “PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI BERBASIS

MASYARAKAT (Studi Pada Wisata Kampung Coklat Desa Plosorejo

Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah di atas, rumusan masalah

yang diambil dari penelitian ini adalah Bagaimana Pengembangan Wisata Edukasi

Berbasis Masyarakat di Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Kabupaten

Blitar?

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah

untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang Pengembangan Wisata Edukasi

Berbasis Masyarakat di Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teorits, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi dalam mengembangkan Ilmu Sosiologi khususnya pada

Sosiologi Pariwisata terkait pengembangan wisata edukasi berbasis

masyarakat di desa plosorejo kecamatan kademangan kabupaten Blitar.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi akademik, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

rujukan penelitian yang serupa terkait pengembangan wisata

edukasi berbasis masyarakat di desa plosorejo kecamatan

kademangan kabupaten Blitar.

2) Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini mampu

memberikan gambaran tentang pentingnya pengembangan wisata

edukasi berbasis masyarakat dalam memanfaatkan potensi daerah

lokal.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

7

3) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

pertimbangan dalam pengembangan sektor wisata khsusunya

dalam pentingnya keterlibatan masyarakat.

1.5 Definisi Konsep

1) Pengembangan Wisata

Menurut Poerwasarminta (2005) pengembangan merupakan suatu

proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik sempurna maupun

berguna. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilaukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu

sebagai tujuan rekreasi, pengembangan diri atau mempelajari suatu

keunikan daya taik wisata yang di kunjungi dalam waktu sementara.

Pengembangan wisata merupakan suatu rangkaian dalam upaya

mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya

pariwisata dalam mengintegrasi segala bentuk aspek diluar pariwisata

yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung terhadap

kelangsungan pengembangan pariwisata tersebut.

2) Wisata Edukasi

Wisata edukasi atau “edu-tourism” terdiri dari dua suku kata yaitu

wisata dan edukasi. Menurut Soetomo (1994) dalam ketentuan WATA

(World Association of Travel Agent), wisata adalah suatu kegiatan yang

dilakukan wisatawan dalam suatu perjalanan pariwisata. Sedangkan

menerut Rendra Suroso (2004) pengertian edukasi merupakan upaya dari

subyek terhadap objek untuk mengubah cara memperoleh dan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

8

mengembangkan pengetahuan menuju cara tertentu yang diinginkan oleh

subyek.

Menurut Ritchie (2003), wisata edukasi adalah aktifitas pariwisata

yang dilakukan oleh wisatawan yang melakukan liburan sehari dan mereka

yang melakukan perjalanan untuk pendidikan dan pembelajaran sebagai

tujuan utama.

3) Wisata Berbasis Masyarakat

Menurut Telfer dan Sharplet (2008), Wisata berbasis masyarakat

atau Community Based Tourism (CBT) merupakan salah satu jenis

pariwisata yang memasukkan partisipasi masyarakat sebagai unsur utama

dalam pariwisata guna mencapai tujuan pembangunan pariwisata

berkelanjutan. Pemahaman ini sejalan dengan pemikiran Timothy dan

Boyd (2003) yang berpendapat bahwa pariwisata berbasis masyarakat

sebagai partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata.

Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

partisipasi yang ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan

partisipasi dalam pembagian manfaat pariwisata. Partisipasi dalam

pengambilan keputusan berrati masyarakat mempunyai kesempatan untuk

menyuarakan harapan, keinginan dan kekhawatirannya dari pembangunan

pariwisata, yang selanjutnya dapat dijadikan masukan dalam proses

perencanaan pariwisata. Sedangkan yang dimaksud dalam mengambil

peran dalam pembagian manfaat pariwisata mengandung pengertian

bahwa masyarakat semestinya mempunyai kesempatan untuk memperoleh

keuntungan finansial dari pariwisata dan keterkaitan dengan sektor lainnya.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

9

(Sunaryo, 2013: 140) pada dasarnya terdapat tiga ciri pokok dalam

strategi perencanaan pembangunan kepariwisatan yang berbasis pada

masyarakat atau community based tourism, yaitu:

1. Mengikutsertakan anggota masyarakat dalam pengambilan

keputusan.

2. Adanya kepastian masyarakat lokal menerima manfaat dari

kegiatan kepariwisataan.

3. Berkontribusi pada konservasi sumber daya alam dan lingkungan

sekitar.

Persoalan Community Based Tourism (CBT) yakni model

pariwisata yang top down (atas bawah) dan rendahnya partisipasi

masyarakat (Susilo:2020).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan sebuah pendekatan yang

dikenal dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor

(1975:5) metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata secara tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Model pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

secara holistic (utuh), tidak mengisolasi individu ke dalam variable

atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari keutuhan.

Hal ini selaras dengan tujuan peneliti dalam mencari data untuk

menjawab atas pertanyaan penelitian dengan menyoroti tentang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

10

cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya

secara naturalistik. Dengan menekankan sifat realita yang

terbangun secara sosial, serta hubungan erat antara peneliti dan

subjek yang diteliti dan tekanan situasi sekitar yang dapat

membentuk penelitian.

1.6.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang

mengarah pada jenis penelitian deskriptif. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mendiskripsikan atau menggambarkan secara

sistematis serta hubungan antar fenomena yang diselidiki dapat

terungkap secara jelas dan akurat.

Menurut Djama”an Satori (2011:23), mengungkapkan

bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin

mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat

dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif.

Dengan menggunakan metode penelitian ini, akan

mengantarkan penulis dalam mengungkap dan memahami sesuatu

di balik fenomena yang belum diketahui peneliti secara kompleks.

1.6.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian

dilakukan. Penetapan lokasi penelitian merupakan tahapan yang

sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena dengan

ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

11

ditetapkan sehingga mempermudah penulis dalam melakukan

penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Kampung Coklat, Kecamatan

Kademangan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Kampung

Coklat di pilih sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan

pertimbangan bahwa kampung coklat merupakan salah satu

penyelenggara yang memberikan pemahaman wisata edukasi

secara langsung bagi wisatawan yang datang berkunjung di

kampung coklat.

1.6.4 Penentuan Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang diminta untuk

memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat dalam

melakukan penelitian. Subjek penelitian merupakan hal yang

penting sebagai sumber informasi yang digali untuk mengungkap

fakta-fakta di lapangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan mendalam.

Penentuan subjek penelitian atau responden dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut

sugiyono (2015:85) bahwa purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Alasan menggunakan teknik purposive sampling karena

tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan

fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

12

purposive sampling dengan menetapkan berbagai pertimbangan-

pertimbangan atau kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh

sampel-sampel yang digunakan penelitian ini.

Berdasarkan teknik tersebut, adapaun kriteria yang

dijadikan sebagai subjek penelitian adalah:

a. Pengelola wisata edukasi kampung coklat.

b. Masyarakat desa plosorejo yang bekerjasama atau

yang terlibat dalam pengembangan wisata.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2015:224) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

memahami teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

memperoleh data yang sesuai dengan standar data yang ditetapkan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai sumber

dan berbagai cara. Bila dilihat dari berbagai sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber

sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder

merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, seperti orang lain atau lewat dokumen.

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan

data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

13

observasi (pengamatan), wawancara (interview) dan dokumentasi.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Observasi

Menurut Sugiyono (2015:145) mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis

dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan.

Observasi merupakan bagian dari sebuah tahapan

dalam melakukan pengamatan secara langsung terhadap

obyek di lapangan. Dalam observasi ini, peneliti akan

melakukan pengamatan secara langsung di lapangan yang

berkaitan dengan wisata edukasi berbasis masyarakat

sebagai sumber data penelitian, dengan mengamati

masyarakat yang bekerjasama yang ikut terlibat dalam

pengembangan wisata dan segala hal yang berkaitan

dengan perilaku subyek.

2) Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi antara

dua orang yang melibatkan seseorang yang ingin

memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan

tertentu. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur

maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

14

muka (face to face). Wawancara terstruktur digunakan

apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh

dengan menyiapkan instrument penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya

telah disiapkan. Sedangkan wawancara tidak struktur

disebut wawancara yang bebas, di mana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur

dengan harapan mendapatkan data yang lebih lengkap dan

lebih luas dari responden tentang bagaimana wisata edukasi

berbasis masyarakat secara mendalam sesuai dengan

subyek yang telah dirumuskan.

Wawancara tidak terstruktur ini bertujuan untuk

mendapatkan jawaban terkait bagaimana proses keterlibatan

masyarakat dalam pengembangan wisata dan apa hasil yang

dicapai dari adanya keterlibatan tersebut.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar

atau dalam bentuk lainnya dari seseorang, yang merupakan

sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitiannya

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

15

(Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial,

2014).

Dokumentasi yang akan saya lakukan adalah

dengan mengumpulkan bukti-bukti secara otentik yang

dapat mendukung penelitian, seperti catatan peristiwa

berupa tulisan, gambar-gambar, arsip dan data-data yang

mendukung untuk dijadikan sumber data.

1.6.6 Teknik Analisa Data

Menurut Bogdan analisa data merupakan proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga

dapat mudah difahami. Analisis data kualitatif dilakukan apabila

data empiris yang diperoleh berupa kumpulan berwujud kata-kata

dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam

kategori-kategori/ terstruktur klasifikasinya dan tidak

menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat

bantu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan model milik Miles dan Huberman.

Miles dan Huberman (Sugiyono 2015:246)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh atau tidak

diperolehnya data lagi atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis

data meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

16

display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion

verification).

1) Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup, untuk itu maka perlu dicatat

secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke

lapangan, maka jumlah data yang di dapat akan

semakin banyak dan kompleks. Untuk itu perlu

dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting dengan dicari tema dan polanya.

2) Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan langkah-langkah

selanjutnya setelah tahap reduksi data. Penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Penyajian data digunakan untuk

mempermudah dalam memahami apa yang telah

terjadi, merencanakan kerja selanjutya berdasarkan

apa yang telah difahami tersebut.

3) Verifikasi (Verification)

Langkah ke tiga dalam analisis data adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Proses

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

17

verivikasi dilakukan karena kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

dalam mendukung tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung dengan

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangam mengumpulkan data, maka

kesimpulan tersebut bersifat kredibel.

Gambar 1: Komponen analisis data Miles dan Huberman (Sugiyono 2015:247)

4) Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data

digunakan untuk menyanggah balik yang

dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah dan juga merupakan unsur

yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan

penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320).

Reduksi Data

Pengumpulan

Data

Penarikan

Kesimpulan

dan Verifikasi

Penyajian

Data

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

18

Keabsahan data dilakukan untuk

membuktikan apakah penelitian yang dilakukan

benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus

untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan

data dalam penelitian kualitatif meliputi: uji,

credibility, transferability, dependability, dan

confirmability (Sugiyono, 2007:270).

1.6.7 Validitas Data

Pada penelitian kualitatif, validitas data merupakan suatu

tujuan bukan hasil atau bukan sesuatu yang dapat dibuktikan dan

dianggap biasa-biasa saja. Data dapat dinyatakan valid apabila

tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa

yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Menurut

Alwasilah (2008:168) Validitas data bersifat relative (nisbi) artinya

dalam pengertiannya sebaiknya dinilai dalam kaitannya dengan

tujuan dan lingkungan penelitian itu sendiri, bukan hanya sekedar

persolaan metode atau kesimpulan yang terlepas dari konteksnya.

Menurut Sugiyono (2015:267) terdapat dua macam

validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.

Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain

penelitian dengan hasil yang dicapai. Sedangkan validitas eksternal

berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat

digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel

tersebut diambil.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

19

1) Triangulasi

Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2015:273)

“Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses

the sufficiency of the data according to the convergence of

multiple data source or multiple data collection procedures”

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu, sehingga triangulasi

dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yakni triangulasi

sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.

a) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber digunakan untuk

membandingkan atau mengecek ulang tingkat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui sumber yang berbeda. Misalnya

membandingkan hasil pengematan dengan

wawancara, membandingkan antara apa yang

dikatakan umum dengan yang dikatakan secara

pribadi atau membandingkan hasil wawancara

dengan dokumen yang ada.

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji

kredibilitas data dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan

20

berbeda. Misalnya data yang diperoleh dari hasil

wawancara, lalu dicek dengan observasi,

dokumentasi atau kuesioner.

c) Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas

data yang berkaitan dengan perubahan suatu proses

dan perilaku manusia, karena perilaku manusia

mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk

mendapatkan data yang valid melalui observasi,

peneliti perlu mengadakan pengamatan tidak hanya

satu kali pengematan saja.

Dari hasil pemaparan di atas, adapun cara yang

digunakan peneliti untuk mencapai kepercayaan data

tersebut melalui langkah sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan di lapangan

dengan data hasil wawancara.

2. Membandingan fakta-fakta yang peneliti temukan

dari hasil observasi dengan apa yang dikatan secara

pribadi dalam hasil wawancara.

3. Membandingkan data yang diperoleh dari berbagai

sumber seperti jurnal, buku dan artikel terkait

penelitian dengan narasumber tentang bagaimana

validitas data yang diperoleh peneliti.