1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dan potensial dalam pengembangan destinasi sektor pariwisata. Potensi pariwisata di Indonesia merupakan bagian dari sektor industri yang dianggap memiliki prospek cerah dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut didukung dengan kondisi-kondisi letak dan keadaan geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan tanah yang subur dan panoramis (akibat ekologi geografi), serta berbagai flora dan fauna yang memperkaya isi daratan dan lautan, adat istiadat, kegiatan masyarakat dan sebagainya. Pengembangan pariwisata harus disesuaikan dengan morfologi dan manusia di sekitar lokasi wisata. Langkah-langkah pengembangan tersebut perlu memperhatikan dan melibatkan masyarakat setempat agar pembangunan yang dilaksanakan berguna atau memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat setempat. Sektor pariwisata telah tumbuh menjadi sektor unggulan yang mempunyai nilai pertumbuhan tercepat di dunia sekaligus sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi. Bahkan sektor pariwisata secara bertahap mampu memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDP) global secara signifikan (Yahya, 2015). Selain peluang sebagai sumber devisa, sektor pariwisata memiliki berbagai elemen yang dapat mendorong terjadinya perubahan ekonomi dan
20
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59586/2/bab 1.pdf · Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat
melimpah dan potensial dalam pengembangan destinasi sektor pariwisata. Potensi
pariwisata di Indonesia merupakan bagian dari sektor industri yang dianggap
memiliki prospek cerah dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk
dikembangkan. Potensi tersebut didukung dengan kondisi-kondisi letak dan
keadaan geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan tanah yang
subur dan panoramis (akibat ekologi geografi), serta berbagai flora dan fauna
yang memperkaya isi daratan dan lautan, adat istiadat, kegiatan masyarakat dan
sebagainya. Pengembangan pariwisata harus disesuaikan dengan morfologi dan
manusia di sekitar lokasi wisata. Langkah-langkah pengembangan tersebut perlu
memperhatikan dan melibatkan masyarakat setempat agar pembangunan yang
dilaksanakan berguna atau memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat
setempat.
Sektor pariwisata telah tumbuh menjadi sektor unggulan yang mempunyai
nilai pertumbuhan tercepat di dunia sekaligus sebagai lokomotif pertumbuhan
ekonomi. Bahkan sektor pariwisata secara bertahap mampu memberikan
kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDP) global secara signifikan
(Yahya, 2015). Selain peluang sebagai sumber devisa, sektor pariwisata memiliki
berbagai elemen yang dapat mendorong terjadinya perubahan ekonomi dan
2
perbaikan kualitas hidup bagi masyarakat di Negara berkembang. Sektor
pariwisata yang mendukung perkembangan ekonomi kerakyatan mampu menjadi
pendorong perekonomian rakyat di pedesaan, diantaranya: (1) Mampu
meningkatkan nilai tambah penghasilan bagi masyarakat, (2) Membuka peluang
kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat, (3) Meningkatkan kepemilikan
dan kontrol masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya desa, (4)
Meningkatkan pendapatan pemerintah melalui retribusi wisata dan lain
sebagainya (Hermawan, 2016). Masyarakat sebagai pelaku aktif dalam kegiatan
kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
masyarakat itu sendiri dan kepariwisataan yang merupakan aktualisasi dari sistem
ekonomi kerakyatan merupakan bagian dari kegiatan seluruh lapisan masyarakat
Indonesia sebagai sumber ekonomi masyarakat (Muljadi, 2014).
Pariwisata yang mengusung wisata edukasi yang memiliki keunikan,
keindahan dan nilai yang beruapa keanekaragaman budaya dan hasil buatan
manusia, mampu menjadi daya tarik atau tujuan kunjungan wisatawan. Wisata
edukasi merupakan suatu perjalanan yang menggabungkan unsur kegiatan wisata
dengan muatan pendidikan dan pembelajaran antara wisatawan dengan
lingkungan atau masyarakat sehingga dapat mengubah cara memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan guna mendapatkan pengalaman pembelajaran
secara langsung didalamnya. Maksudnya adalah dimana wisatawan selain dapat
menikmati indahnya berwisata, wisatawan juga mendapatkan pendidikan tentang
hal baru yang belum diketahui secara langsung.
Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism/CBT)
merupakan sebuah pengembangan pariwisata yang berkesesuaian dengan
3
pariwisata berkelanjutan. Dimana pariwisata ini mengedepankan partisipasi aktif
masyarakat dengan tujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi mereka dengan
tetap menjaga kualitas lingkungan, serta melindungi kehidupan sosial dan budaya,
sehingga implementasinya mampu mendukung tercapainya tiga pilar
berkelanjutan yaitu keberlanjutan di bidang ekonomi, sosial-budaya dan
lingkungan (Asker et al, 2010).
Pariwisata berbasis masyarakat bukanlah suatu konsep yang kaku.
Penerapan konsep pariwisata berbasis masyarakat harus disesuaikan dengan
karakteristik suatu destinasi, baik kondisi fisik, masyarakat, pemangku
kepentingan dan sistem ekonominya. Penyesuaian tersebut diperlukan mengingat
setiap destinasi memiliki keunikan masing-masing sehingga berbeda satu dengan
lainnya. Perbedaan karakteristik destinasi tersebut diperlukan mengingat setiap
tempat memiliki keunikan masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya
sebagai daya tarik wisata yang unggul.
Daya tarik wisata yang unggul dan berkualitas merupakan kunci dalam
menentukan motivasi wisatawan untuk berwisata, serta sebagai salah satu alasan
secara fundamental yang menjadikan pertimbangan mengapa seseorang memilih
satu destinasi (Ritchie and Crouch, 2003). Selain itu, kebijakan dalam
pengembangan pariwisata mengarah pada suatu konsep wisata yang
mengutamakan kelestarian lingkungan (berwawasan lingkungan) atau ekowisata
demi terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan edukasi
bagi wisatawan yang datang. Konsep ekowisata merupakan suatu kegiatan wisata
yang bertanggung jawab terhadap kualitas ekologis dan mensejahterakan
masyarakat lokal.
4
Kabupaten Blitar dijadikan sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata
(DTW) dengan citra kampung wisata. Kampung wisata merupakan sebuah
integrasi antara aksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam
suatu struktur kehidupan sosial yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
berlaku di masyarakat (Nuryati, 1993). Pengembangan kampung wisata
merupakan solusi dalam mengembangkan sebuah kampung melalui sektor
pariwisata dengan menggunakan standar-standar khusus dalam mengontrol
perkembangan (Wikipedia, 2014). Kampung Coklat sebagai destinasi wisata yang
bergerak dalam sektor pariwisata kerajinan produksi coklat ini, tak jarang setiap
harinya dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Tak jarang
wisatawan yang datang berbondong-bondong datang ke lokasi Kampung Coklat
untuk menikmati sensasi liburan bersama keluarga ataupun melakukan study tour
untuk melakukan pembelajaran edukasi yang ada di Kampung Coklat.
Selama ini perkebunan coklat dianggap sebagai kebun biasa. Namun bila
ke Blitar, akan menemukan sebuah kampung coklat yang dijadikan sebagai tempat
wisatawan. Berawal dari kebangkrutan usaha ternak miliknya karena flu burung
pada tahun 2004, Kholid Mustofa (pimpinan kampung coklat) menekuni buah
kakao milik keluarganya seluas 750m² yang sudah ditanami kakao sejak tahun
2000. Hasil panen pertama dijual dengan harga Rp. 9000/kg dan akhirnya
mendalami budidaya kakao dengan magang di salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang budidaya kakao. Kemudian pada tahun 2005, beliau
membentuk Gapoktan Guyub Santoso yang bergerak di bidang pemasaran biji
kakao.
5
Sebelum menjadi coklat, tentu saja buah coklat yang bernama kakao ini
harus menunggu waktunya selama proses panen. Dalam memasuki masa panen,
buah kakao ini berbentuk lonjong. Dalam satu pohon mampu menghasilkan
sekitar enam hingga tujuh butir buah coklat. Bagi sebagaian orang, biji coklat
yang masih baru mamiliki cita rasa yang istimewa. Selain mencicipi coklat, para
wisatawan yang berkunjung juga diajak beredukasi soal coklat. Tak jarang dari
pengunjung yang ingin belajar bagaimana cara mengelola coklat.
Kampung coklat kini telah mengalami peningkatan secara signifikan yang
cukup baik dan tidak sedikit wisatawan yang datang untuk mengunjungi kampung
coklat. Perkembangan yang semakin maju diharapkan masyarakat lokal atau
sekitar memberikan peran sebagai agen perubahan dalam meningkatkan eksistensi
kampung coklat. Dengan adanya hal tersebut, penulis tertarik untuk mencoba
meneliti tentang bagaimana keterkaitan masyarakat dalam pengembangan wisata
edukasi berbasis masyarakat di kampung coklat. Sehingga penelitian ini
mengambil judul “PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI BERBASIS
MASYARAKAT (Studi Pada Wisata Kampung Coklat Desa Plosorejo
Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah di atas, rumusan masalah
yang diambil dari penelitian ini adalah Bagaimana Pengembangan Wisata Edukasi
Berbasis Masyarakat di Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Kabupaten
Blitar?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah
untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang Pengembangan Wisata Edukasi
Berbasis Masyarakat di Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teorits, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi dalam mengembangkan Ilmu Sosiologi khususnya pada
Sosiologi Pariwisata terkait pengembangan wisata edukasi berbasis
masyarakat di desa plosorejo kecamatan kademangan kabupaten Blitar.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi akademik, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan
rujukan penelitian yang serupa terkait pengembangan wisata
edukasi berbasis masyarakat di desa plosorejo kecamatan
kademangan kabupaten Blitar.
2) Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini mampu
memberikan gambaran tentang pentingnya pengembangan wisata
edukasi berbasis masyarakat dalam memanfaatkan potensi daerah
lokal.
7
3) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan
pertimbangan dalam pengembangan sektor wisata khsusunya
dalam pentingnya keterlibatan masyarakat.
1.5 Definisi Konsep
1) Pengembangan Wisata
Menurut Poerwasarminta (2005) pengembangan merupakan suatu
proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik sempurna maupun
berguna. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilaukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu
sebagai tujuan rekreasi, pengembangan diri atau mempelajari suatu
keunikan daya taik wisata yang di kunjungi dalam waktu sementara.
Pengembangan wisata merupakan suatu rangkaian dalam upaya
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya
pariwisata dalam mengintegrasi segala bentuk aspek diluar pariwisata
yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung terhadap
kelangsungan pengembangan pariwisata tersebut.
2) Wisata Edukasi
Wisata edukasi atau “edu-tourism” terdiri dari dua suku kata yaitu
wisata dan edukasi. Menurut Soetomo (1994) dalam ketentuan WATA
(World Association of Travel Agent), wisata adalah suatu kegiatan yang
dilakukan wisatawan dalam suatu perjalanan pariwisata. Sedangkan
menerut Rendra Suroso (2004) pengertian edukasi merupakan upaya dari
subyek terhadap objek untuk mengubah cara memperoleh dan
8
mengembangkan pengetahuan menuju cara tertentu yang diinginkan oleh
subyek.
Menurut Ritchie (2003), wisata edukasi adalah aktifitas pariwisata
yang dilakukan oleh wisatawan yang melakukan liburan sehari dan mereka
yang melakukan perjalanan untuk pendidikan dan pembelajaran sebagai
tujuan utama.
3) Wisata Berbasis Masyarakat
Menurut Telfer dan Sharplet (2008), Wisata berbasis masyarakat
atau Community Based Tourism (CBT) merupakan salah satu jenis
pariwisata yang memasukkan partisipasi masyarakat sebagai unsur utama
dalam pariwisata guna mencapai tujuan pembangunan pariwisata
berkelanjutan. Pemahaman ini sejalan dengan pemikiran Timothy dan
Boyd (2003) yang berpendapat bahwa pariwisata berbasis masyarakat
sebagai partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata.
Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
partisipasi yang ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan
partisipasi dalam pembagian manfaat pariwisata. Partisipasi dalam
pengambilan keputusan berrati masyarakat mempunyai kesempatan untuk
menyuarakan harapan, keinginan dan kekhawatirannya dari pembangunan
pariwisata, yang selanjutnya dapat dijadikan masukan dalam proses
perencanaan pariwisata. Sedangkan yang dimaksud dalam mengambil
peran dalam pembagian manfaat pariwisata mengandung pengertian
bahwa masyarakat semestinya mempunyai kesempatan untuk memperoleh
keuntungan finansial dari pariwisata dan keterkaitan dengan sektor lainnya.
9
(Sunaryo, 2013: 140) pada dasarnya terdapat tiga ciri pokok dalam
strategi perencanaan pembangunan kepariwisatan yang berbasis pada
masyarakat atau community based tourism, yaitu:
1. Mengikutsertakan anggota masyarakat dalam pengambilan
keputusan.
2. Adanya kepastian masyarakat lokal menerima manfaat dari
kegiatan kepariwisataan.
3. Berkontribusi pada konservasi sumber daya alam dan lingkungan
sekitar.
Persoalan Community Based Tourism (CBT) yakni model
pariwisata yang top down (atas bawah) dan rendahnya partisipasi
masyarakat (Susilo:2020).
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan sebuah pendekatan yang
dikenal dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
(1975:5) metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata secara tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Model pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
secara holistic (utuh), tidak mengisolasi individu ke dalam variable
atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari keutuhan.
Hal ini selaras dengan tujuan peneliti dalam mencari data untuk
menjawab atas pertanyaan penelitian dengan menyoroti tentang
10
cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya
secara naturalistik. Dengan menekankan sifat realita yang
terbangun secara sosial, serta hubungan erat antara peneliti dan
subjek yang diteliti dan tekanan situasi sekitar yang dapat
membentuk penelitian.
1.6.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
mengarah pada jenis penelitian deskriptif. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mendiskripsikan atau menggambarkan secara
sistematis serta hubungan antar fenomena yang diselidiki dapat
terungkap secara jelas dan akurat.
Menurut Djama”an Satori (2011:23), mengungkapkan
bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin
mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat
dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif.
Dengan menggunakan metode penelitian ini, akan
mengantarkan penulis dalam mengungkap dan memahami sesuatu
di balik fenomena yang belum diketahui peneliti secara kompleks.
1.6.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian
dilakukan. Penetapan lokasi penelitian merupakan tahapan yang
sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena dengan
ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah
11
ditetapkan sehingga mempermudah penulis dalam melakukan
penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Kampung Coklat, Kecamatan
Kademangan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Kampung
Coklat di pilih sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan
pertimbangan bahwa kampung coklat merupakan salah satu
penyelenggara yang memberikan pemahaman wisata edukasi
secara langsung bagi wisatawan yang datang berkunjung di
kampung coklat.
1.6.4 Penentuan Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang diminta untuk
memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat dalam
melakukan penelitian. Subjek penelitian merupakan hal yang
penting sebagai sumber informasi yang digali untuk mengungkap
fakta-fakta di lapangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan mendalam.
Penentuan subjek penelitian atau responden dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut
sugiyono (2015:85) bahwa purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Alasan menggunakan teknik purposive sampling karena
tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan
fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik
12
purposive sampling dengan menetapkan berbagai pertimbangan-
pertimbangan atau kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh
sampel-sampel yang digunakan penelitian ini.
Berdasarkan teknik tersebut, adapaun kriteria yang
dijadikan sebagai subjek penelitian adalah:
a. Pengelola wisata edukasi kampung coklat.
b. Masyarakat desa plosorejo yang bekerjasama atau
yang terlibat dalam pengembangan wisata.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2015:224) teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
memahami teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
memperoleh data yang sesuai dengan standar data yang ditetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai sumber
dan berbagai cara. Bila dilihat dari berbagai sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, seperti orang lain atau lewat dokumen.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan
data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
13
observasi (pengamatan), wawancara (interview) dan dokumentasi.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Observasi
Menurut Sugiyono (2015:145) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.
Observasi merupakan bagian dari sebuah tahapan
dalam melakukan pengamatan secara langsung terhadap
obyek di lapangan. Dalam observasi ini, peneliti akan
melakukan pengamatan secara langsung di lapangan yang
berkaitan dengan wisata edukasi berbasis masyarakat
sebagai sumber data penelitian, dengan mengamati
masyarakat yang bekerjasama yang ikut terlibat dalam
pengembangan wisata dan segala hal yang berkaitan
dengan perilaku subyek.
2) Wawancara
Wawancara merupakan bentuk komunikasi antara
dua orang yang melibatkan seseorang yang ingin
memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap
14
muka (face to face). Wawancara terstruktur digunakan
apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh
dengan menyiapkan instrument penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya
telah disiapkan. Sedangkan wawancara tidak struktur
disebut wawancara yang bebas, di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur
dengan harapan mendapatkan data yang lebih lengkap dan
lebih luas dari responden tentang bagaimana wisata edukasi
berbasis masyarakat secara mendalam sesuai dengan
subyek yang telah dirumuskan.
Wawancara tidak terstruktur ini bertujuan untuk
mendapatkan jawaban terkait bagaimana proses keterlibatan
masyarakat dalam pengembangan wisata dan apa hasil yang
dicapai dari adanya keterlibatan tersebut.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar
atau dalam bentuk lainnya dari seseorang, yang merupakan
sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitiannya
15
(Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial,
2014).
Dokumentasi yang akan saya lakukan adalah
dengan mengumpulkan bukti-bukti secara otentik yang
dapat mendukung penelitian, seperti catatan peristiwa
berupa tulisan, gambar-gambar, arsip dan data-data yang
mendukung untuk dijadikan sumber data.
1.6.6 Teknik Analisa Data
Menurut Bogdan analisa data merupakan proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah difahami. Analisis data kualitatif dilakukan apabila
data empiris yang diperoleh berupa kumpulan berwujud kata-kata
dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam
kategori-kategori/ terstruktur klasifikasinya dan tidak
menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat
bantu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan model milik Miles dan Huberman.
Miles dan Huberman (Sugiyono 2015:246)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh atau tidak
diperolehnya data lagi atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis
data meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data
16
display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
verification).
1) Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup, untuk itu maka perlu dicatat
secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data yang di dapat akan
semakin banyak dan kompleks. Untuk itu perlu
dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting dengan dicari tema dan polanya.
2) Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan langkah-langkah
selanjutnya setelah tahap reduksi data. Penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Penyajian data digunakan untuk
mempermudah dalam memahami apa yang telah
terjadi, merencanakan kerja selanjutya berdasarkan
apa yang telah difahami tersebut.
3) Verifikasi (Verification)
Langkah ke tiga dalam analisis data adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Proses
17
verivikasi dilakukan karena kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
dalam mendukung tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung dengan
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangam mengumpulkan data, maka
kesimpulan tersebut bersifat kredibel.
Gambar 1: Komponen analisis data Miles dan Huberman (Sugiyono 2015:247)
4) Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data
digunakan untuk menyanggah balik yang
dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah dan juga merupakan unsur
yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan
penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320).
Reduksi Data
Pengumpulan
Data
Penarikan
Kesimpulan
dan Verifikasi
Penyajian
Data
18
Keabsahan data dilakukan untuk
membuktikan apakah penelitian yang dilakukan
benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus
untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan
data dalam penelitian kualitatif meliputi: uji,
credibility, transferability, dependability, dan
confirmability (Sugiyono, 2007:270).
1.6.7 Validitas Data
Pada penelitian kualitatif, validitas data merupakan suatu
tujuan bukan hasil atau bukan sesuatu yang dapat dibuktikan dan
dianggap biasa-biasa saja. Data dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa
yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Menurut
Alwasilah (2008:168) Validitas data bersifat relative (nisbi) artinya
dalam pengertiannya sebaiknya dinilai dalam kaitannya dengan
tujuan dan lingkungan penelitian itu sendiri, bukan hanya sekedar
persolaan metode atau kesimpulan yang terlepas dari konteksnya.
Menurut Sugiyono (2015:267) terdapat dua macam
validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain
penelitian dengan hasil yang dicapai. Sedangkan validitas eksternal
berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat
digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel
tersebut diambil.
19
1) Triangulasi
Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2015:273)
“Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses
the sufficiency of the data according to the convergence of
multiple data source or multiple data collection procedures”
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu, sehingga triangulasi
dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yakni triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk
membandingkan atau mengecek ulang tingkat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui sumber yang berbeda. Misalnya
membandingkan hasil pengematan dengan
wawancara, membandingkan antara apa yang
dikatakan umum dengan yang dikatakan secara
pribadi atau membandingkan hasil wawancara
dengan dokumen yang ada.
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji
kredibilitas data dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang
20
berbeda. Misalnya data yang diperoleh dari hasil
wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi atau kuesioner.
c) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk validitas
data yang berkaitan dengan perubahan suatu proses
dan perilaku manusia, karena perilaku manusia
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk
mendapatkan data yang valid melalui observasi,
peneliti perlu mengadakan pengamatan tidak hanya
satu kali pengematan saja.
Dari hasil pemaparan di atas, adapun cara yang
digunakan peneliti untuk mencapai kepercayaan data
tersebut melalui langkah sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan di lapangan
dengan data hasil wawancara.
2. Membandingan fakta-fakta yang peneliti temukan
dari hasil observasi dengan apa yang dikatan secara
pribadi dalam hasil wawancara.
3. Membandingkan data yang diperoleh dari berbagai