-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konflik yang terjadi di Suriah telah membawa dampak yang besar,
bukan hanya
dampak terhadap kondisi domestik Suriah namun juga dampak
terhadap dunia
internasional. Konflik yang berawal dari perang saudara antara
pendukung
pemerintahan Bashar al-Assad dengan kelompok yang
anti-pemerintahan sejak tahun
2011 silam telah menjadi konflik yang tak kunjung selesai.
Konflik ini merupakan
salah satu dari serangkaian Arab Spring, yaitu sebuah fenomena
pergolakan politik di
Timur Tengah yang terwujud dalam pergerakan revolusi untuk
menumbangkan rezim
otoriter dan menggantikannya dengan rezim baru yang menganut
system demokrasi.
Konflik Suriah di picu oleh konflik domestik yang berawal dari
protes terhadap
penangkapkan beberapa pelajar di kota kecil Deraa.1 Pada bulan
Maret 2011 terdapat
15 pelajar berumur antara 9-15 tahun yang menulis slogan-slogan
anti pemerintah di
tembok-tembok kota. Pelajar-pelajar tersebut kemudian ditangkap
dan ditahan atas
aksinya menuliskan kata As-Shaab Yoreed Eskaate Nizam (Rakyat
Ingin
Menyingkirkan Rezim!) oleh polisi Suriah yang dipimpin oleh
Jenderal Atef Najib
yang merupakan sepupu dari Presiden Bashar al Assad.
1 Trias Kuncahyono, 2013, Musim Semi Suriah: AnakAnak Sekolah
Penyulut Revolusi, Jakarta:PT. Kompas Media Nusantara, hal 9
-
2
Para demonstran yang menuntut dibebaskannya anak-anak
tersebut
menimbulkan reaksi yang berlebihan dari para tentara yang
menembaki para
demonstran sehingga terdapat 4 korban jiwa yang tewas dalam aksi
tersebut. Hal ini
kemudian memicu semakin banyaknya aksi protes yang dilakukan
oleh rakyat Suriah.
Aksi protes semakin meluas dari Deraa menuju kota-kota pinggiran
Latakia dan
Banyas di pantai Mediterania atau laut Tengah, Homs, Ar-Rasta,
Hama di Suriah Barat,
hingga Der es Zor di Suriah Timur.2 Dengan meningkatkanya jumlah
demonstran dan
meluasnya aksi demontrasi tersebut, pemberontakan hampir terjadi
setiap hari di
seluruh penjuru kota Suriah. Kondisi ini membuat semakin banyak
korban yang
berjatuhan akibat tembakan membabi buta dari aparat keamanan
Suriah. Para
demonstran tersebut menuntut Presiden Bashar al-Assad untuk
mengudurkan diri
sebagai presiden Suriah serta mengakhiri kekuasaan Partai Ba’ath
yang telah berjalan
selama hampir lima dekade di pemerintahan. Pemerintah Suriah pun
menggunakan
senjata api bahkan tank serta cara-cara respresif untuk
membungkam rakyat dan
gerakan tersebut. Hal ini mengakibatkan rakyat Suriah sendiri
mulai mengangkat
senjata dan melakukan perlawanan terhadap pemerintah sehingga
pecah perang
saudara (civil war).
Menurut data Syirian Obesvatory for Human Right, kurang lebih
terdapat
370.000 orang yang tewas akibat konflik Suriah dalam hal ini
termasuk penduduk sipil,
tentara pemerintahan, dan kelompok pemberontak. Selain itu,
tercatat pula ISIS
2 Siti Muti’ah, 2012, Pergolakan Panjang Suriah: Masih Adakah
Pan-Arabisme dan Pan-Islamisme?,
Jurnal CMES Volume V Nomor 1, Edisi Juli - Desember 2012
hal.5
-
3
(Islamic State of Iraq and Syrian) yang merupakan kelompok
teroris di Suriah telah
mengeksekusi 3.027 orang Suriah, 1.791 korban adalah warga sipil
dan 74 sisanya
adalah anak-anak sejak 29 Juni 2014. Konflik Suriah tidak hanya
mengakibatkan
kematian, krisis kemanusiaan, dan ancaman terhadap human
security namun juga
kerugian akibat kehnacuran bangunan dan sector public senilai
US$15 milyar.3
Konflik Suriah ini mengakibatkan ketakutan dan ancaman bagi
masyarakat
Suriah sehingga masyarakat Suriah harus meninggalkan tempat
tinggalnya untuk
mencari perlindungan.4 Kondisi ini mengakibatkan Suriah menjadi
nbegara dengan
eksodus atau pergerakan manusia terbesar akibat banyaknya
pengungsi Suriah yang
kini tersebar terutama di daratan Eropa dan Timur Tengah seperti
Lebanon, Turki,
Mesir, Yordania, Afrika Utara, Jerman dan Irak demi mencari
perlindungan dan tempat
yang lebih aman.5 Berdasarkan data yang diperoleh per 1 April
2014, sekitar 6,5 juta
warga Suriah sudah meninggalkan kediamannya akibat konflik.6
Kemudian pada Maret
2011 sebanyak 2,7 juta warga Suriah atau sekitar 10% dari total
populasi di negara
tersebut telah mengungsi ke negara-negara tetangga yang sudah
disebutkan
sebelumnya.7 Hingga Agustus 2016, konflik Suriah telah
menyebabkan sekitar 4 juta
3 ”More than 370.000 People are Thouht to be Killed Since the
Rise of Syirian Revolt”, diakses dalam
http://www.syiahr.com/en/?p=44437 , (19/07/18. 15.52 WIB) 4 UNHCR,
“Mid-Year Trend 2015”, (UNHCR), hal.4 5 “Syiria Regional Refugees
Responses”, diakses dalam
http://data.unhcr.org/syirianrefugees/regional.php#_ga=1.55482987.1970167432.1452263738,
(19/07/18. 15.50 WIB) 6 Chris Huber dan Kathryn Reid, FAQs: War
in Syria,children, and the refugee crisis, A World
Vision U.S.
http://www.worldvision.org/newsstories-videos/faqs-war-syria-children-and-refugeecrisis.
7 Christopher M. Blanchard, Carla E. Humud, dan Mary Beth D.
Nikitin, Armed Conflict in Syria: Overview and U.S. Response, U.S.
Congressional Research Service (19/07/18. 15.50 WIB)
http://www.syiahr.com/en/?p=44437http://data.unhcr.org/syirianrefugees/regional.php#_ga=1.55482987.1970167432.1452263738
-
4
jiwa gelombang pengungsi yang hampir separuhnya adalah
anak-anak. Berikut data
penyebaran Pengungsi Suriah tahun 2015.
Tabel 1.1 Penyebaran Pengungsi Suriah Tahun 2015
Negara Tujuan Pengungsi Suriah Jumlah Pengungsi
Turki 2.503.549
Lebanon 1.070.189
Mesir 123.584
Yordania 633.466
Afrika Utara 26.772
Irak 244.642
Total 4.602.203
(Sumber: U.S. Congressional Research Service)
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa Turki sebagai
negara penerima
pengungsi Suriah terbanyak. Pada tahun 2014 tercatat sebanyak
1,6 juta jiwa
pengungsi Suriah di Turki dengan rincian 221.000 berada di
pengungsian dan 1,4 juta
telah berbaur dengan warga Turki. Namun, hanya sebanyak 980.000
pengungsi Suriah
yang terdaftar sedangkan 620.000 pengungsi lainnya belum
terdaftar.8 Kehadiran
pengungsi Suriah di Turki pun mengakibatkan munculnya problema
baru terhadap
kondisi domestik Turki. Problema yang muncul antara lain yaitu
protes dan penolakan
dari masyarakat Turki sendiri dan dari kelompok Kurdi9, respon
Uni Eropa yang tidak
8 3RP Regional Refugee & Resilience Plan 2015-2016 TURKEY In
Response To The Syria Crisis,
“Regional Refugee & Resilience Plan 2015-2016 TURKEY” , hal.
03 9 Dina Y. Sulaeman, Peran Turki dalam Konflik Suriah: Dilema
National Interest, Indonesia Center
for Middle East Studies, diakses dalam
https://ic-mes.org/politics/peran-turki-dalam-konflik-suriah-
dilema-national-interest/ (19/07/18. 16.03)
https://ic-mes.org/politics/peran-turki-dalam-konflik-suriah-dilema-national-interest/https://ic-mes.org/politics/peran-turki-dalam-konflik-suriah-dilema-national-interest/
-
5
terlalu senang dengan adanya pengungsi Suriah yang menyebar di
daratan Eropa yang
kemudian mengakibatkan Uni Eropa menyalahkan Turki, khususnya
Presiden Erdogan
sebagai pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya terror bom
Paris pada bulan
November tahun 2015 silam.10
Uni Eropa menyalahkan Turki karena pemerintah Turki yang membuka
border
antara Suriah dan Eropa melalalui kebijakan temporary protection
regime sehingga
kemudian menjadi pintu masuk bagi kelompok teroris ke Eropa.
Masalah lain yang
tidak kalah penting yaitu mengenai anak-anak pengungsi Suriah
yang menjadi child
labour atau pekerja anak di bawah umur di Turki seperti yang
diberitakan oleh media
massa dan juga menurut data statistik pekerja anak Turki. Hal
ini tentu saja menarik
perhatian dunia internasional khususnya organisasi internasional
yang terkait dengan
isu tersebut, yang dalam hal ini organisasi internasional yang
berkaitan adalah ILO
(International Labour Organization).
Berdasarkan media the Guardian, terdapat ribuan pengungsi Suriah
yang
bekerja secara illegal di industri garmen Turki dimana terdapat
fenomena pekerja anak
dan upah pekerja rendah dan kondisi kerja yang buruk adalah hal
yang biasa. Anak-
anak pengungsi Suriah yang menjadi pekerja anak di Turki ini
dapat ditemui di
Istanbul, Mersin, dan Adana. Ahli dari Centre for Middle Eastern
Strategic Studies
memperkirakan sebanyak 250.000 pengungsi Suriah menjadi pekerja
illegal di Turki.
Sementara itu, laporan dari Human Rights Watch menyebutkan bahwa
pekerja anak
10 Put the Blame on Turkey, Daily Sabah, 28 Maret 2013, tersedia
dalam
https://www.dailysabah.com/op-ed/2016/03/28/put-the-blame-on-turkey
(04/07/19. 21.03)
https://www.dailysabah.com/op-ed/2016/03/28/put-the-blame-on-turkey
-
6
pengungsi Suriah di Turki merajalela. Para anak-anak pengungsi
Suriah ini sering
bekerja hingga 60 jam seminggu dengan upah sebesar 600 lira
Turki (£ 138) untuk
membantu perekonomian keluarga mereka. Mereka harus bekerja
dengan
mengoperasikan 15 mesin jahit yang memproduksi pakaian untuk di
pasarkan di
Eropa.11 Sumber lainnya menyebutkan bahwa terdapat empat anak
yang berusia di atas
15 tahun bekerja hingga 15 jam per hari, enam hari sepekan. Hal
ini melanggar undang-
undang tenaga kerja Turki yang menyebutkan para pekerja di atas
17 tahun hanya boleh
bekerja selama 40 jam per pekan. 12
Munculnya fenomena pekerja anak pengungsi Suriah secara ilegal
di Turki
diakibatkan karena kebijakan temporary protection regime hanya
menjadikan
pengungsi Suriah sebagai tamu yang tidak memiliki hak untuk
bekerja sehingga para
pengungsi hanya dapat bekerja secara illegal untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya..
Banyak laporan mengenai pekerja illegal berasal dari sector
garmen yang merupakan
industry terbesar kedua di Turki yang dibuktikan dengan nilai
ekspor industri pakaian
dan sepatu Turki mencapai US$17 miliar per tahun, dan sebagian
besar dikirim ke
Eropa, khususnya Jerman.13 Selain itu, hanya 9% dari pengungsi
Suriah yang berada
di kamp-kamp penampungan sementara sisanya harus bertahan hidup
tanpa bantuan
11 Frederik Johanisson, Hidden Child Labour: how Syirian
refugees in Turkey are supplying Europe with fast fashion, The
Guardian, 29 Januari 2016, diakses dalam
https://www.theguardian.com/sustainable-business/2016/jan/29/hidden-child-labour-syrian-refugees-
turkey-supplying-europe-fast-fashion (21/08/18. 13.06) 12 Amanda
Puspita Sari, Pengungsi Anak Suriah Jadi Buruh di Turki demi
Bertahan Hidup, CNN
Indonesia, 27 Juli 2016 diakses dalam
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160726151302-
134-147190/pengungsi-anak-suriah-jadi-buruh-di-turki-demi-bertahan-hidup
(21/08/18. 13.06) 13 Ibid
https://www.theguardian.com/sustainable-business/2016/jan/29/hidden-child-labour-syrian-refugees-turkey-supplying-europe-fast-fashionhttps://www.theguardian.com/sustainable-business/2016/jan/29/hidden-child-labour-syrian-refugees-turkey-supplying-europe-fast-fashionhttps://www.cnnindonesia.com/internasional/20160726151302-134-147190/pengungsi-anak-suriah-jadi-buruh-di-turki-demi-bertahan-hiduphttps://www.cnnindonesia.com/internasional/20160726151302-134-147190/pengungsi-anak-suriah-jadi-buruh-di-turki-demi-bertahan-hidup
-
7
finansial dari negara. Kementerian Pendidikan Turki juga
melaporkan bahwa 665 ribu
anak Suriah yang tinggal di negara itu putus sekolah sehingga
kemudian anak-anak
tersebut terpaksa bekerja secara illegal untuk membantu
perekonomian keluarganya
yang tidak mendapatkan bantuan finansial dari negara.14
Berangkat dari fakta bahwa sampai hari ini krisis pengungsi
Suriah dan
permasalahan pekerja anak yang hingga kini menjadi salah satu
isu yang menjadi
perhatian dalam dunia internasional, dengan mengamati isu
faktual terkait kondisi
pengungsi Suriah di Turki khususnya anak-anak dan dengan adanya
landasan yuridis
yang jelas tentang peran ILO sebagai organisasi buruh
internasional yang berkaitan
dengan permasalahan tersebut maka penulis ingin mengkaji lebih
lanjut mengenai
tindakan dan upaya apa saja yang telah di lakukan oleh ILO
terkait permasalahan
tersebut dengan metode analisa deskriptif berbasis studi
literature yang bersumber dari
penelitian-penelitian sebelumnya, buku, jurnal, media, website
resmi dan berbagai
sumber kredibel lainnya.
Permasalahan ini menjadi menarik untuk di teliti karena krisis
pengungsi
Suriah telah menimbulkan permasalahan domestik yang berbeda-beda
bagi host
country. Tidak semua negara host country pengungsi Suriah
mengalami permasalahan
yang sama. Misalnya, isu anak-anak pengungsi Suriah yang menjadi
pekerja anak
merupakan isu yang paling menonjol di Turki sebagai salah satu
host country berbeda
14 Ibid
-
8
dengan negara host country lainnya seperti Jerman yang
permasalahan utama terkait
krisis pengungsi Suriah adalah meningkatnya angka kriminalitas
dan juga
permasalahan mengenai status pengungsi.15 Sementara itu, di
Yordania permasalahan
terbaru dan yang menjadi perhatian saat ini yaitu permasalahan
mengenai pernikahan
anak pengungsi Suriah.16 Sedangkan permasalahan utama pengungsi
Suriah di Irak
yaitu serangan ISIS terhadap kamp pengungsi di perbatasan Irak
dan Suriah.17 Di
Lebanon, kehadiran pengungsi Suriah mengakibatkan kepadatan
penduduk di Lebanon
meningkat drastis. 18
Beragamnya masalah yang ditimbulkan akibat krisis pengungsi
Suriah di host
country menunjukkan kompleksivitas isu ini sehingga perlu adanya
solusi dan
pemecahan masalah yang berbeda-beda untuk tiap permasalahan
serta dibutuhkan
kerjasama antar bebagai actor dalam hubugan internasional baik
negara maupun IGO
dan NGO. Penulis memilih untuk membahas peran ILO dalam
mengatasi
permasalahan pekerja anak pengungsi Suriah di Turki karena
sejauh ini penulis
mendapati organisasi internasional yang sering di teliti
perannya terkait krisis
15 Masalah Pengungsi Jadi Tantangan di Jerman, DW, 28 September
2016 diakses dalam
https://m.dw.com/id/masalah-pengungsi-makin-jadi-tantangan-di-jerman/a-35913054
(12/10/18.
17.50) 16 Meningkat, Kasus Pernikahan Anak Pengungsi Suriah di
Yordania, Berita Satu, Kamis 19 April
2018 diakses dalam
sp.beritasatu.com/home/meningkat-kasus-pernikahan-anak-pengungsi-suriah-di-
yordania/123705 (12/10/18. 18.00) 17 Krisis Pengungsi Suriah
Meningkat Pesat, BBC Indonesia, 30 September 2013, diakses
dalam
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/09/130930_suriah_pengungsi_krisis
(12/10/18. 18.15) 18 Muhammad Rifai Nasution, 2017, Peran United
Nation High Commisioner on Refugees Dalam
Menangani Pengungsi Suriah di Lebanon Tahun 2011-2016, JOM FISIP
Vol.4 No. 2 Oktober 2017,
hal 9
https://m.dw.com/id/masalah-pengungsi-makin-jadi-tantangan-di-jerman/a-35913054https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/09/130930_suriah_pengungsi_krisis
-
9
pengungsi Suriah adalah UNHCR dan UNICEF. Sementara, ILO juga
memiliki peran
dalam mengatasi krisis pengungsi Suriah khususnya dalam isu
pekerja anak pengungsi
Suriah yang menjadi salah satu permasalahan utama dan menjadi
sorotan di Turki
sebagai salah satu host country pengungsi Suriah berdasarkan
pada ILO Convention
No. 182 On The Worst Forms Of Child Labour yang di keluarkan
pada tahun 1999.
Konvensi ini berfokus pada urgensi tindakan untuk menghilangkan
bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk untuk anak tanpa kehilangan tujuan jangka
panjang dari
penghapusan semua pekerja anak secara efektif. Turki sendiri
telah meratifikasi
konvensi ini pada 2 Agustus 2001.
Dalam mengatasi permasalah pekerja anak dari pengungsi Suriah di
Turki, ILO
bekerjasama dengan Regional Refugee Response and Resilience Plan
(3RP) yang
merupakan sebuah plan yang dikembangkan oleh negara-negara host
country
pengungsi Suriah antara lain yaitu Mesir, Irak, Yordania,
Lebanon, dan Turki. ILO
mengadopsi framework 3RP dimana strategi ini berlandaskan pada
institutional
refugee response policy framework outlined dalam ILO’s 2016
Guiding Principles on
the Access of Refugees and other Forcibly Displaced Persons to
the Labour Market.
Hal tersebut juga menjadi salah satu hal yang menarik dari
penelitian yang
diangkat oleh penulis karena dalam mengatasi permasalahan
pekerja anak, pada
dasarnya ILO telah membentuk program untuk mengatasi
permasalahan pekerja anak
secara global yang disebut dengan International Programme on the
Elimination of
Child Labour (IPEC). Selanjutnya, IPEC mengeluarkan sebuah modul
khusus
-
10
Supporting Children Rights through Education, the Arts, and the
Media (SCREAM)
dimana salah satu modulnya berfokus terhadap permasalahan
pekerja anak di daerah
konflik dan kondisi krisis. Namun, dalam mengatasi permasalahan
pekerja anak
pengungsi Suriah di negara host communities termasuk Turki, ILO
tidak menggunakan
IPEC bahkan modul khusus SCREAM namun bekerja di bawah kerangka
3RP seperti
yang sudah di jelaskan sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis
merumuskan masalah yang
akan dibahas dalam skripsi ini yaitu Bagaimana peran ILO dalam
mengatasi
masalah pekerja anak dari pengungsi Suriah di Turki?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana peran ILO
dalam mengatasi isu pekerja anak pengungsi Suriah di Turki.
1.4 Penelitian Terdahulu
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan tinjauan
dari beberapa
penulisan penelitian atau analisa terdahulu yang berhubungan
dengan penelitian ini,
diantaranya:
Penelitian terdahulu yang pertama ditulis oleh Serdar M.
Degimenciouglu.
Hakan Acar, dan Yuksel Baykara Acar berjudul Extreme Forms of
Child Labour in
Turkey menggunakan metode eksplanatif yang menjelaskan mengenai
penyebab
munculnya pekerja anak di bawah umur dan juga akibat yang
ditimbulkan akibat
-
11
adanya fenomena pekerja anak di bawah umur. Child Labour dapat
timbul akibat dari
migrasi dari daerah pedesaan menuju kota. Child Labour
mengakibatkan anak-anak
kehilangan hak dan fundamentalnya dan otomatis menempatkan
mereka dalam
perbudakan.19
Perbedaaan penelitian terdahulu pertama ini dengan penelitian
yang sekarang
adalah penelitian ini hanya menjelaskan mengenai sebab akibat
dari munculnya
fenomena pekerja anak di Turki tanpa menjelaskan adanya peran
dari negara maupun
organisasi internasional dalam isu tersebut.
Sedangkan persamaannya dengan penelitian ini yaitu sama-sama
menjelaskan
mengenai bagaimana munculnya isu pekerja anak di Turki.
Penelitian terdahulu kedua ditulis oleh Sezen Yalcin berujudul
Syirian Child
Workers in Turkey menggunakan metode deskriptif yang
menggambarkan bahwa child
labour merupakan bentuk dari ekploitasi anak di bidang ekonomi.
Ia juga menuliskan
untuk mengatasi permasalahan anak-anak pengungsi Suriah yang
menjadi pekerja anak
dibutuhkan peran negara sebagai bentuk state responsibility
untuk melindungi hak-
hak pengungsi dan anak-anak.20
Perbedaan penelitian terdahulu kedua dengan penelitian kali ini
adalah
penelitian ini hanya membahas mengenai peran negara saja dalam
mengatasi
19 Serdar M. Degimencioglu, Hakan Acar, dan Yuksel Baykara Acar,
2008, Extreme Forms of Child
Labor in Turkey, Children and Society Vol. 22 20 Sezen Yalcin,
Syirian Child Workers in Turkey ,Turkish Policy Quarterly, tersedia
dalam
http://turkishpolicy.com/article/831/syrian-child-workers-in-turkey#_ftn17
(15/10/18. 14.05)
http://turkishpolicy.com/article/831/syrian-child-workers-in-turkey#_ftn17
-
12
permasalahan anak-anak pengungsi Suriah yang menjadi pekerja
anak. Sedangkan
penelitian kali ini lebih berfokus pada peran ILO sebagai salah
satu organisasi
internasional dalam mengatasi isu ini. Sedangkan persamaanya
dengan penelitian ini
yaitu sama-sama mendeskripsikan adanya peran negara dalam isu
ini.
Penelitian terdahulu yang ketiga berjudul Syirian Refugees in
Turkey: From
“guest” to “enemies”? yang ditulis oleh Burcu Togral Koca
menggunakan metode
deskriptif yang menggambarkan bahwa krisis pengungsi suriah
dapat menjadi ancaman
yang serius bagi stabilitas domestic Turki terutama dalam sektor
ekonomi kerena
menimbulkan problema terhadap pasar domestik dan kesempatan
lapangan kerja bagi
masyarakat lokal. Kondisi tersebut menimbulkan proses
sekuritisasi yang cenderung
bertujuan unuk menutupi masalah struktural dan politik yang
timbul seperti rasisme,
ekspolitasi, diskriminasi, dan kesenjangan.21
Perbedaaan penelitian terdahulu ketiga dengan penelitian kali
ini yaitu
penelitian terdahulu ketiga hanya berfokus pada penggambaran
mengenai
permasalahan yang ditimbulkan karena adanya pengungsi Suriah
terhadap stabilitas
domestic Turki terutama pada sector ekonomi Sedangkan dalam
penelitian kali ini
tidak hanya membahas dampak yang ditimbulkan oleh pengungsi
Suriah dalam sector
ekonomi namun lebih pada permasalahan mengenai human security.
Kemudian
21 Burcu Togral Koca, 2016, Syrian refugees in Turkey: from
“guest” to “enemies”?, New Prespective
on Turkey no. 54 (2016), New Prespective on Turkey and Cambridge
University Press
-
13
persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas
dampak yang
ditimbulkan karena adanya pengungsi Suriah terhadap stabilitas
domestic Turki.
Penelitian keempat ditulis oleh Prof. Dr. A Can Tuncay berjudul
Child Labour
in Turkey menggunakan metode deskriptif yang menjelaskan bahwa
kemiskinan
merupakan faktor utama yang mengakibatkan munculnya permasalahan
pekerja anak.
Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa Turki merupakan salah
satu dari 6 negara
yang menjalin kerjasama dengan ILO dan International Programme
on the Elimination
of Child Labour (IPEC) yang menunjukkan bahwa ILO memang
memiliki peran
terhadap permasalahan pekerja anak di Turki.22
Perbedaan penelitian terdahulu keempat dengan penelitian ini
adalah penelitian
ini masih berfokus terhadap negara yang menjadi actor utama
dalam isu ini sedangkan
dalam penelitian kali ini lebih berfokus terhadap ILO yang
merupakan organisasi
internasional yang berkonsentrasi terhadap isu ini. Sedangkan
persamaan penelitiannya
adalah sama-sama membahas mengenai bagaimana kerjasama negara
dengan ILO
dalam mengatasi permasalahn anak-anak pengungsi Suriah yang
menjadi pekerja anak
di Turki.
Penelitian kelima adalah penelitian dengan metode deskriptif
yang berjudul
Ortadogu Stratejik Arastirmalar Merkezi (ORSAM Report): Effect
of The Syrian
Refugees on Turkey oleh Oytum Orhan dan Sabiha Senyucel Gundogar
membahas
22 Prof. Dr. A Can Tuncay, Child Labour in Turkey, Faculty of
Law: Bahçeşehir University
-
14
mengenai solusi dari permasalahan tersebut. Sangat penting untuk
membentuk suatu
kebijakan untuk mencegah reaksi yang destruktif dari masyarakat
lokal. Kebijakan
yang perlu dibentuk mencakup kebijakan holistik, pendidikan,
akomodasi,
ketenagakerjaan, dan pelayanan sosial.23
Perbedaan penelitian terdaulu kelima dengan penelitian kali ini
yaitu penelitian
ini berfokus membahas mengenai solusi permasalahan melalui
pembentukan kebijakan
oleh pemerintah local. Sedangkan dalam penelitian kali ini tidak
hanya membahas
mengenai pembentukan kebijakan oleh pemerintah local namun juga
bagaimana
pemerintah local membentuk framework kerjasama dan joint action
plan dalam
mengatasi permasalahan. Persamaan penelitiannya adalah
penelitian kali ini juga
membahas mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan ini.
Penelitian keenam menggunakan metode penelitian deskriptif
yang
mendeskripsikan mengenai bagaimana peran pemerintah Turki dalam
menangani
pengungsi Suriah pada tahun 2014-2016 berjudul Upaya Pemerintah
Turki Dalam
Menanggulangi Pengungsi Dari Suriah Tahun 2014-2016 oleh
Maisyita Syafitri.
Penelitian ini membuktikan bahwa dalam menangani permasalahan
pengungsi Suriah
Turki menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara lain dan
organisasi
internasional. 24
23 Oytun Orhan & Sabiha Senyucel Gundogar, 2015, Effect of
The Syrian Refugees on Turkey,
ORSAM Report No. 195 January 2015 24 Maisyita Syafitri, 2017,
Upaya Pemerintah Turki dalam Menanggulangi Pengungsi Dari
Suriah Tahun 2014-2016, JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017
-
15
Perbedaaan penelitian terdahulu keenam dengan penelitian ini
yaitu penelitian
terdaulu keenam hanya berfokus pada peran Turki dalam mengatasi
isu pengungsi
Suriah sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada peran ILO
yang merupakan
organisasi internasional dalam mengatasi krisis pengungsi
Suriah. Selain itu penelitian
terdahulu keenam tidak membahas isu secara spesifik sedangkan
dalam penelitian ini
berfokus pada isu pekerja anak pengungsi Suriah.Persamaannya
yaitu sama-sama
membahas mengenai upaya Turki dan kerjasamanya dengan organisasi
internasional
dalam menangani isu pengungsi suriah.
Penelitian terdahulu ketujuh berjudul Peranan UNICEF dalam
Upaya
Melindungi Anak-Anak Pengungsi Suriah di Turki Melalui Program
No Lost
Generation oleh Amalia Indar Yati menggunakan metode penelitian
deskriptif yang
menggambarkan peran UNICEF sebagai salah satu organisasi
internasional dalam
mengatasi isu anak-anak pengungsi Suriah melaluin program No
Lost Generation yang
terdiri dari 3 pilar utama antara lain yaitu pendidikan,
perlindungan anak, dan
pemberian keterampilan.25
Perbedaan penelitian terdahulu ketujuh dengan penelitian ini
adalah penelitian
terdahulu ketujuh hanya menjelaskan peran UNICEF sebagai salah
satu organisasi
internasional dalam permasalahan anak-anak suriah secara luas,
tidak spesifik terhadap
salah satu isu yang menimpa anak-anak pengungsi Suriah di Turki.
Sedangkan
25 Amalia Indar Yati, 2016, Upaya Melindungi Anak-Anak Pengungsi
Suriah di Turki Melalui
Program No Lost Generation, FISIP: Universitas Muhammadiyah
Malang
-
16
penelitian kali ini membahas peran ILO sebagai organisasi
internasional dalam isu
yang lebih spesifik terkait anak-anak pengungsi Suriah di Turki
yaitu mengenai
masalah pekerja anak. Persamaannya dengan penelitian terdahulu
ketujuh yaitu sama-
sama membahas mengenai peran organisasi internasional dalam
mengatasi
permasalahan anak-anak pengungsi Suriah di Turki sebagai salah
satu host country dari
pengungsi Suriah.
Penelitian terdahulu kedelapan ditulis Andi Ulfah Tiara Panturu
berjudul Peranan
United Nation High Commisioner For Refugees (UNHCR) Terhadap
Pengungsi
Korban Perang Saudara Di Suriah menggunakan metode deskriptif
yang
menggambarkan mengenai sejauh mana peranan UNHCR terhadap
penanganan
pengungsi Suriah dan untuk mengetahui bagaimana bentuk kerjasama
UNHCR dengan
organisasi regional lain dalam menangani pengungsi Suriah.
Penelitian ini membahas
mengenai peran UNHCR sebagai inisiator/fasilitator perlindungan
dan bantuan
terhadap para pengungsi.26
Perbedaan penelitian terdahulu kedelapan dengan penelitian ini
adalah
penelitian terdahulu kedelapan membahas mengenai peran UNHCR
sebagai inisiator
dan fasilitator sedangkan penelitian ini membahas mengenai peran
ILO sebagai arena
dan aktor berdasarkan konsep organisasi internasional Clive
Archer. Selain itu,
penelitian terdahulu kedelapan membahas mengenai peran UNHCR
terhadap
26 Andi Ulfah Tiara Panturu, 2014, Peranan United Nationa High
Commisoner for Refugees (UNHCR)
Terhadap Pengungsi Korban Perang Saudara di Suriah, Fakultas
Hukum: Universitas Hasanuddin
-
17
pengungsi korban perang Suriah secara umum, tidak spesifik
terhadap satu
permasalahan krisis pengungsi Suriah dan satu negara host
country saja. Sedangkan
penelitian ini berfokus pada anak-anak pengungsi Suriah yang
menjadi pekerja anak di
Turki sebagai salah satu host country pengungsi Suriah.
Sedangkan persamaannya
yaitu kedua penelitian membahas mengenai peran organisasi
internasional dalam krisis
pengungsi Suriah.
Tabel 1.2 Posisi Penelitian
No. Judul dan Nama
Peneliti
Jenis Penelitian dan
Alat Analisa
Hasil
1. Extreme Forms of Child
Labour in Turkey
Oleh: Serdar M.
Degimencioglu, Hakan
Acar, dan Yuksel Baykara
Acar
Eksplanatif
-Child Labour dapat
timbul akibat dari migrasi
dari daerah pedesaan
menuju kota
-Child Labour
mengakibatkan anak-anak
kehilangan hak
fundamentalnya dan
otomatis menempatkan
mereka dalam perbudakan
2. Syrian Child Workers in
Turkey
Deskriptif
-Child Labour merupakan
bentuk dari ekploitasi anak
di bidang ekonomi.
-
18
Oleh: Sezen Yalcin -Untuk mengatasi
permasalahan Child
Labour, dibutuhkan peran
negara sebagai bentuk state
responsibility untuk
melindungi hak-hak
pengungsi dan anak-anak.
3. Syrian refugees in Turkey:
from “guest” to
“enemies’?
Oleh: Burcu Togral Koca
Deskriptif
-Pengungsi suriah dapat
menjadi ancaman yang
serius bagi stabilitas
domestik Turki maupun
terhadap pasar domestik
dan kesempatan lapangan
kerja bagi masyarakat
lokal.
-Proses sekuritisasi
cenderung bertujuan untuk
menutupi masalah
struktural dan politik
seperti rasisme, eksploitasi,
diskriminasi, dan
kesenjangan.
4. Child Labour in Turkey
Deskriptif
-Kemiskinan merupakan
factor utama yang
mengakibatkan pekerja
anak-anak.
-
19
Oleh: Prof. Dr. A Can
Tuncay
-Turki merupakan salah
satu dari 6 negara yang
menjalin kerjasama dengan
ILO dan International
Programme on the
Elimination of Child
Labour (IPEC) dan telah
mengambil langkah untuk
melawan child labour.
5. Ortadogu Stratejik
Arastirmalar Merkezi
(ORSAM Report): Effect
of The Syrian Refugees on
Turkey
Oleh: Oytum Orhan,
ORSAM Researcher dan
Sabiha Senyucel
Gundogar, TESEV
Director for the Foreign
Policy Program
Deskriptif
-Sangat penting untuk
membentuk suatu
kebijakan untuk mencegah
reaksi yang destruktif dari
masyarakat lokal.
Kebijakan yang perlu
dibentuk mencangkup
kebijakan holistik,
pendidikan, akomodasi,
ketenagakerjaan, dan
pelayanan sosial.
-Jika proses integrasi antara
pengungsi Suriah dengan
masyarakat lokal dapat
berjalan dengan baik dan
efektif, maka keberadaan
pengungsi suriah dapat
berkontribusi terhadap
-
20
keragaman dan
peningkatan struktur
multicultural di Turki
dalam jangka panjang.
Kehadiran pengungsu
Suriah pun dapat
memperkuat ikatan dengan
negara-negara tetangga dan
dapat membantu
membentuk lingkungan
yang lebih baik untuk
kerjasama ekonomi dan
politik di masa mendatang.
6. Upaya Pemerintah Turki
Dalam Menanggulangi
Pengungsi Dari Suriah
Tahun 2014-2016
Oleh: Maisyita Syafitri
Deskriptif -Turki tidak bekerja sendiri
dalam mengatasi
permasalahan pengungsi
Suriah karena negara bukan
rational actor sehingga
dibutuhkan bantuan dari
actor-aktor lainnya.
-Dalam menangani
permasalahan pengungsi
Suriah Turki menjalin
kerjasama yang baik
dengan negara-negara lain
dan organisasi
internasional.
-
21
7. Peranan UNICEF dalam
upaya melindungi anak-
anak pengungsi Suriah di
Turki melalui Program No
Lost Generation
Oleh: Amalia Indar Yati
Deskriptif -Salah satu organisasi
internasional yang turut
aktif dalam mengatasi isu
anak-anak pengungsi
Suriah di Turki adalah
UNICEF melalui program
No Lost Generation
-Program No Lost
Generation memiliki 3 pilar
utama yang meliputi
pendidikan, perlindungan
anak, dan pemberian
keterampilan.
8. Peranan United Nation
High Commisioner For
Refugees (UNHCR)
Terhadap Pengungsi
Korban Perang Saudara Di
Suriah.
Oleh: Andi Ulfah Tiara
Patunru
Deskriptif -sebagai organisasi
internasional yang
mendapatkan mandat
khusus oleh PBB terhadap
penanganan pengungsi
khususnya pengungsi
Suriah, UNHCR berperan
penting sebagai
determinator status
pengungsi dan sebagai
inisiator/fasilitator
-
22
perlindungan dan bantuan
terhadap para pengungsi.
-Pemberian perlindungan
terhadap keselamatan dan
hak-hak asasi mereka di
negara lain harus dijamin
keberlangsungannya untuk
menghindari tindakan yang
tidak nyaman dari negara
tempat para pengungsi itu
berada.
9. Peran ILO dalam
Mengatasi Masalah
Pekerja Anak dari
Pengungsi Suriah di Turki
Oleh: Dinda Larasati
Deskriptif -Dalam mengatasi pekerja
anak pengungsi Suriah,
ILO menjalankan dua
perannya sebagai
organisasi internasional,
yaitu sebagai arena dan
aktor independen.
-Peran ILO sebagai arena
dapat dilihat pada proses
dalam upaya mengatasi
permasalahan pekerja anak
pengungsi Suriah di Turki.
Sedangkan sebagai aktor
independen lebih pada
kecenderungan ILO untuk
bertindak atau mengambil
-
23
keputusan melalui respon
yang diberikan ILO terkait
permasalahan ini.
1.5 Konsep
Dalam membahas permasalahan yang ada, penulis menggunakan teori
dan
konsep yang sesuai untuk menganalisa peran ILO terhadap isu
child labour of syirian
refugees di Turki. Teori dan konsep yang digunakan untuk
menganalisa permasalahan
tersebut adalah Konsep Organisasi Internasional.
1.5.1 Konsep Peran Organisasi Internasional
Organisasi internasional merupakan salah satu aktor yang ikut
memainkan
peran dalam panggung interaksi hubungan internasional.
Organisasi internasional
menurut Clive Archer dalam bukunya Interrnational Organization
adalah:27
“Suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas
suatu
kesepakatan antara anggota-anggota (pemerintah dan non-
pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan
untuk
mengejar kepentingan bersama para anggotanya”
Mengacu pada definisi organisasi internasional diatas, maka
dapat diartikan ILO
(International Labour Organization) sebagai organisasi
internasional yang
beranggotakan pemerintahan dari negara-negara berdaulat, yang
memiliki struktur
27 Clive Archer, 2001, International Organizations; third
edition, New York: Routledge tersedia dalam
http://en.bookfi.org/book/1030183
-
24
organisasi yang formal yang dibentuk berdasarkan kesepakatan
negara-negara anggota
yang bertujuan untuk mengejar kepentingn negara-negara
anggotanya. Berdasarkan
penggolongan organisasi internasional, ILO merupakan organisasi
antar
pemerintahan/inter-govermental organization (IGO) karena anggota
ILO merupakan
delegasi resmi pemerintahan negara-negara yang berdaulat.28
Sedangkan konsep organisasi internasional sendiri merupakan
konsep yang
berasumsi bahwa pada dasarnya organisasi internasional memiliki
peran terhadap tiga
hal, antara lain yaitu peran sebagai instrumen, arena, dan aktor
seperti yang dinyatakan
oleh Clive Archer yang dikutip dalam Perwita dan Yani. Sebagai
instrumen, organisasi
internasional digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk
mencapai kepentingan
dan tujuan tertentu yang berdasarkan tujuan politik luar
negerinya. Sebagai arena
artinya organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi
negara-negara
anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang
dihadapi,baik
masalah domestik suatu negara maupun masalah internasional.
Sebagai aktor artinya
organisasi internasional dapat membuat keputusan-keputusan
sendiri tanpa dipengaruhi
oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. 29 Selain tiga
peran tersebut, melalui
eksplorasi dan analisis aktivitas organisasi internasional,
organisasi internasional juga
memiliki sejumlah peran seperti inisiator, fasilitator,
mediator, rekonsoliator, dan
28 Le Roy A. Bennet, 1997, International Organizations:
Principles and Issues, New York: Prectine
Hall Inc, hal.2 dalam Anak Agung Banyu P dan Yani, 2005,
Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,
Bandung: Rosda Karya hal. 93 29 Clive Archer, 1983,
International Organizations, London: Allen & Unwin Ltd., hal.
130-131 dalam
Anak Agung Banyu P dan Yani, 2005, , Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, Bandung: Rosda
Karya hal. 95
-
25
determinator.30 Selain itu, analisa peran organisasi
internasional menurut Archer dapat
dikelompokkan dalam tiga hal sebagai berikut:
1. Sebagai problem solver yaitu untuk menyelesaikan permasalahan
internasional
yang ada atau memberi solusi dari permasalahan tersebut.
2. Perannya terhadap diri sendiri atau organisasi itu
sendiri
3. Organisasi internasional sebagai sumber pengaturan dari
tindakan-tindakan
kolektif dimana organisasi internasional dapat membentuk
peraturan bagi pihak-
pihak yang berkepentingan.
Konsep organisasi internasional yang di kemukakan oleh Archer
dalam penelitian
ini digunakan untuk menjelaskan peran ILO sebagai salah satu
organisasi internasional
yang memiliki peran sebagai arena dan aktor dalam mengatasi
masalah pekerja anak
pengungsi Suriah di Turki.
Peran ILO sebagai arena terkait permasalahan ini yaitu ILO
menjadi wadah atau
tempat baik bagi negara-negara host country pengungsi Suriah
maupun negara-negara
lain untuk membahas mengenai persoalan pekerja anak dari
pengungsi Suriah sekaligus
mencari cara untuk mengatasi permasalah tersebut. Permasalahan
mengenai pekerja
anak pengungsi Suriah di Turki tidak hanya menjadi permasalahan
domestic namun
juga permasalahan internasional sehingga negara-negara lain juga
ikut terlibat aktif
dalam mengatasi permasalah tersebut baik dengan menjadi partner
kerjasama ILO
30 Andre H. Pareira, 1999, Pengaruh Global dan Perkembangan
Studi Hubungan Internasional, Bandung: Citra Aditya Bakti
-
26
terkait program yang berhubungan dengan pekerja anak pengungsi
Suriah di Turki
maupun menjalin kerjasama secara langsung dengan Turki.
Kemudian, peran ILO sebagai aktor yang dapat membuat
keputusan-keputusan
sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar
organisasi dapat dilihat
pada respon yang diberikan ILO terhadap krisis pengungsi Suriah
khususnya
permasalahan pekerja anak pengungsi Suriah di Turki. Respon yang
diberikan ILO
tersebut merupakan bentuk dari peran ILO sebagai aktor karena
melalui respon tersebut
ILO mengeluarkan sebuah kebijakan atau keputusan yang dibuat
tanpa ada pengaruh
dan paksaan dari pihak luar organisasi.
1.5.2 Konsep Human Security
Human Security merupakan sebuah konsep keamanan yang pertama
kali
berkembang pada tahun 1896 bersamaan dengan berdirinya Palang
Merah Internasional
(International Red Cross). Selanjutnya, pada tahun 1945 konsep
human security
disahkan melalui Piagam PBB dan disusul dengan pembentukan
Deklarasi Universal
Hak-Hak Asasi Manusia pada tahun 1948. Dalam perkembangannya,
konsep ini
mengalami pasang surut. Pasca Perang Dunia II hingga perang
dingin konsep ini tidak
terlalu berkembang karena pada masa masih di dominasi oleh
ide-ide realisme yang
masih berfokus pada keamanan tradisional dan state-centric.
Pasca perang dingin, dimensi keamanan dalam studi hubungan
internasional
mengalami perkembangan yang pada mulanya hanya berfokus pada
perspektif
-
27
tradisional yang terbatas pada keamanan negara serta perang dan
damai menuju
perspektif non-tradisional yang cenderung berfokus pada keamanan
manusia (human
security). Sehingga, keamanan tidak lagi hanya berfokus pada
interstate relations atau
hubungan antar negara namun juga pada keamanan untuk
masyarakat.31 Perkembangan
isu keamanan ini sebagai reaksi terhadap permasaahan dunia yang
di hadapi saat ini
seperti perdagangan manusia (human trafficking), terorisme,
perdagangan dan senjata
illegal, permasalahan pangan, lingkungan, permasalahan pengungsi
akibat konflik,
pelanggaran hak asasi manusia, dan sebagainya.32
Human Security sebagaimana yang didefinisikan oleh Komisi
Keamanan
Manusia adalah keselamatan bagi setiap individu dari ancaman
kekerasan dan non-
kekerasan. Pendekatan Human Security merupakan suatu pendekatan
yang lebih luas
dari suatu analisis keamanan (security). Konsep ini muncul
akibat adanya kebutuhan
terhadap terciptanya perdamaian, stabilitas internasional, dan
perlindungan terhadap
individu dan masyarakat yang mencakup komponen hak asasi
manusia, sosial, budaya
dan ekonomi, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, kesempatan
yang sama, dan
good governance.33
31 Simon Dalby, Environment Dimension of Human Security, in
Environment Security: Approach and Issues, edited by Rita Floyd and
Richard Mattew, hlm 102-103 32 Ibid 33 UNESCO, 2008, Human
Security: Approaches and Challenges hal. 3
-
28
The United Nations Development Programme’s (UNDP) 1994 Human
Development Report, New Dimensions of Human Security menyatakan
bahwa Human
Security memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:34
1. Human Security merupakan permasalahan universal. Permasalahan
ini
menyentuh persoalan individu di seluruh dunia, baik negara
miskin maupun
negara kaya.
2. Komponen Human Security bersifat interdependen.
3. Human Security lebih mudah dilihat melalui pencegahan dini
daripada
mengambil tindakan intervensi.
4. Human Security adalah people-centred.
Human Security bersifat transnasional dan bersifat intergratif.
Human Security
bersifat transnasional artinya berbagai ancaman terhadap Human
Security tidak hanya
menjadi masalah domestik suatu negara namun juga menjadi masalah
dalam hubungan
internasional. 35 Sedangkan arti dari Human Security bersifat
integratif adalah bahwa
konsep ini mengakui universalisme. Dalam menghadapi ancaman
terhadap human
security, maka perlu adanya kerjasama antar negara, maupun antar
aktor-non negara
seperti masyarakat (global society), LSM, akademis, serta
organisasi regional dan
internasional. Negara menjadi aktor utama yang berperan dalam
human security, namun
keterlibatan aktor non-negara, seperti organisasi internasional,
individu, dan komunitas
34 Sabina Alkire, 2003, A Conceptual Framework for Human
Security, Center for Research pn
Inequality, Human Security and Ethnicity, CRISE Working Paper 2.
Hal 13 35 UNDP, Human Development Report 1994, New York: Oxford
University Press diakses dalam
http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/255/hdr_1994_en_complete_nostats.pdf
hal (3/10/18.
3.45)
http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/255/hdr_1994_en_complete_nostats.pdf
-
29
juga memiliki peran penting.36 Organisasi internasional
merupakan alat untuk
mengatasi berbagai isu human security seperti pelanggaran HAM di
beberapa negara.
Selanjutnya, berdasarkan UNDP, terdapat tujuh komponen utama
dalam konsep
human security antara lain yaitu keamanan ekonomi (economic
security), keamanan
pangan (food security), keamanan kesehatan (health security),
keamanan lingkungan
(environmental security), keamanan individu (personal security),
keamanan
masyarakat (community security), dan keamanan politik (political
security) dengan
penjelasan sebagai berikut.37
1. Kemananan Ekonomi (Economic Security) berkaitan dengan
kenikmatan
individu terhadap pendapatan dasar/basic income baik melalyi
pekerjaan
maupun jaringan pengaman sosial
2. Keamanan Pangan (Food Security) berkaitan dengan akses
terhadap makanan
melalui asset, pekerjaa, atau penghasilan yang dimiliki
3. Keamanan Kesehatan (Health Security) berkaitan dengan
kebebeasan individu
dari berbagai penyakit serta akses terhadap perawatan
kesehatan
4. Keamanan Lingkungan (Enviromental Security) berkaitan dengan
integritas
tanah, udara, dan air yang layak huni/habitable
36 Ibid 37 Oscar A. Gomez dan Des Gasper, Human Security A
Thematic Guidance Note for Regional and
National Human Development Report Teams, United Nations
Development Programme Human
Development Report Office
-
30
5. Keamanan Pribadi (Personal Security) berkaitan dengan
kebebasan individu
dari kejahatan dan kekerasan, khususnya perempuan dan
anak-anak
6. Keamanan Komunitas (Community Security) berhubungan dengan
martabat
budaya dan perdamaian antar komunitas dimana individu hidup dan
tumbuh
7. Keamanan politik (Political Security) berkaitan dengan
perlindungan terhadap
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
Pada penelitian ini, pekerja anak pengungsi Suriah termasuk
dalam dua dari tujuh
komponen tersebut diantaranya yaitu keamanan individu (personal
security) dan
keamanan masyarakat (community security). Keamanan individu
secara garis besar
bertujuan untuk melindungi orang dari kekerasan fisik baik dari
negara maupun sesama
individu. Anak-anak dan wanita merupakan korban yang paling
rentan mengalami
permasalahan keamanan individu. Anak-anak, yang seharusnya
menjadi subjek yang
paling dilindungi dalam masyarakat, justru menjadi subjek yang
paling banyak
mendapatkan kekerasan termasuk dalam bentuk pekerja anak.38
Pekerja anak pengungsi Suriah timbul akibat adanya perang
saudara di Suriah
merupakan bentuk kekerasan terhadap anak-anak yang menimbulkan
rasa takut serta
trauma yang dapat dikatakan sebagai kekerasan yang berasal dari
negara. Selain itu,
pekerja anak pengungsi Suriah juga harus menghadapi kekerasan
yang dilakukan oleh
orang dewasa yang memperkerjakannya dimana hal ini merupakan
bentuk kekerasan
38 UNDP, Human Development Report 1994, Loc. Cit
-
31
fisik yang dilakukan oleh sesama individu. Sedangkan sebagai
bagian dari keamanan
masyarakat, sering terjadi diskriminasi dan penindasan terhadap
kelompok pengungsi.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dapat
diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
keadaan subjek
dan objek dalam penelitian berupa orang, lembaga, masyarakat,
individu, dan
sebagainya secara aktual berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau apa adanya. Nazir
dalam bukunya yang berjudul Contoh Metode Penelitian
mengungkapkan bahwa
penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti
status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, dan suatu system
pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Penelitian deskriptif bertujuan
untuk membuat deskripsi
atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.39 Sehingga
penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan peran ILO sebagai organisasi internasional
yang berperan dalam
bidang ketenagakerjaan dalam isu pekerja anak pengungsi Suriah
di Turki.
1.6.2 Metode Analisa
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisa
data kualitatif karena sumber data untuk penelitian ini adalah
kasus dan artikel yang
39 Moh. Nazir Ph.D. 2014. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia
-
32
dimuat dalam jurnal maupun pernyataan-pernyataan yang dapat
menjadi data
pendukung untuk memperkuat analisa. Berdasarkan pada Miles dan
Huberman analisa
data kualitatif meliputi tiga tahap yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan
kesimpulan.40
Pada tahapan reduksi data, peneliti akan menganalisa data dari
sumber-sumber
yang diperoleh peneliti dari studi kepustakaan dari buku,
catatan, notulensi, jurnal,
laporan, media massa baik dalam bentuk cetak maupun elektronik.
Data yang telah
diperoleh tersebut kemudian dipilah-pilah dan dikelompokkan.
Selanjutnya , pada
tahapan penyajian data, diberikan data yang telah dianalisis dan
diolah dengan
sedemikian rupa agar mudah dipahami yang selanjutnya ditutup
dengan kesimpulan
dari hasil analisa data dan operasionalisasi studi kasus dengan
teori yang digunakan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini, setelah melalui tahap reduksi
data, data yang telah
dipilah-pilah dan dikelompokkan di tulis pada bab dua. Sedangkan
penyajian data
ditulis pada bab tiga diamana pada bab terdapat data hasil
analisa serta operasionalisasi
studi kasus dengan teori yang digunakan oleh peneliti dan
ditutup dengan kesimpulan.
40 Matthew B.Milles dan A. Michael Huberman, 1994, An Expanded
Sourcebook: Qualitative Data
Analysis Second Edition, California:SAGE Publication
-
33
1.6.3 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.2.1 Batasan Materi
Penelitian ini hanya berfokus pada peran ILO terhadap isu
anak-anak pengungsi
Suriah yang menjadi pekerja anak di Turki.
1.6.2.2 Batasan Waktu
Batasan waktu untuk penelitian ini yaitu dimulai sejak
meningkatknya konflik
internal Suriah pada tahun 2011 yang kemudian menyebabkan warga
negaranya
menjadi pengungsi dan mulai memasuki negara-negara di Eropa,
salah satunya
Turki pada tahun 2015 hingga munculnya isu anak-anak pengungsi
Suriah yang
menjadi pekerja anak di Turki pada tahun 2017 dan upaya ILO
dalam mengatasi
permasalahan tersebut hingga pada tahun 2018.
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu
dokumentasi studi literatur. Dokumentasi adalah kegiatan mencari
data yang berkaitan
dengan variable penelitian yang berupa catatan, transkrip, buku,
notulensi, jurnal,
agenda rapat, surat kabar.41 Dalam penelitian ini, peneliti
merujuk buku, jurnal, berita
online, dan skripsi yang berkaitan dengan objek penelitian.
Selanjutnya, setelah
mendapatkan data mentah dari dokumentasi catatan, notulensi,
laporan, dan sebagainya
41 Arikunto, S,2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta:Rineka Cipta
-
34
peneliti akan melakukan analisa terkait data tersebut. Menurut
Nazir.42 Data mentah
yang dikumpulkan perlu dianalisa dengan memecahkannya kedalam
kelompok sesuai
dengan kategori tertentu, dilakukan manipulasi yakni mengubah
data dari bentuk awal
menjadi bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan
antar variabel,
serta diolah sedemikian rupa hingga data tersebut memiliki makna
untuk menjawab
masalah penelitian dan bermanfaat untuk menguji teori.
1.7 Argumen Pokok
Argumen pokok dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat peran
ILO sebagai
organisasi internasional dalam mengatasi krisis pengungsi Suriah
di Turki dalam
masalah ketenagakerjaan yaitu pekerja anak pengungsi Suriah.
Dalam mengatasi
permasalahan ini, ILO bekerja di bawah kerangka 3RP yang
merupakan sebuah plan
yang dibentuk oleh PBB untuk membantu negara-negara host
communities yang
menjadi negara penerima pengungsi Suriah yaitu Mesir, Irak,
Yordania, Turki, dan
Lebanon. Melalui kebijakan open door policy dan temporary
protection regime, Turki
menjadi negara yang paling banyak menerima pengungsi Suriah.
ILO sebagai organisai internasional yang bergerak dibidang
ketenagakerjaan
memiliki dua peran dalam upaya mengatasi permasalahan pekerja
anak di Turki, yaitu
sebagai arena dan aktor. Sebagai arena artinya ILO menjadi forum
atau wadah bagi
negara-negara anggotanya untuk bertemu, berdiskusi, merumuskan
kebijakan, dan
42 Nazir, Loc.Cit
-
35
memecahkan permasalahan baik domestic maupun internasional.
Sedangkan sebagai
aktor independen artinya ILO memiliki kemampuan untuk membuat
keputusan-
keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan
dari luar organisasi.
1.8 Sistematika Penulisan
Adapun struktur penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi
lima bab sebagai
berikut:
BAB I: Bab ini merupakan bagian pendahuluan penelitian yang
berisi latar belakang
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, rumusan
masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, dan teori serta konsep yang digunakan
sebagai kerangka analisa
dalam penelitian ini yaitu teori peran organisasi internasional
Clive Archer sebagai
teori utama dan konsep Human Security sebagai pendukung.
Selamnjutnya juga
terdapat metode penelitia, teknik analisa data, ruang lingkup
penelitian, dan argument
pokok.
BAB II: Bab ini memberikan deskripsi mengenai ILO dan
strateginya dalam mengatasi
permasalahan pekerja anak yang meliputi profil ILO dan upayanya
mengatasi
permasalahan pekerja anak secara global. Kemudian, dijelaskan
tentang perkembangan
permasalahan pekerja anak di Turki yang kini melibatkan
anak-anak pengungsi Suriah
serta pekerja anak sebagai isu kemanusiaan (humanity)
BAB III: Bagian ini merupakan hasil analisa terkait dengan peran
ILO sebagai arena
dimana dalam hal ini peran ILO terbagi menjadi tiga antara lain
yaitu sebagai arana
untuk memutuskan suatu kebijakan dalam upaya menyelesaikan
permalasahan, sebagai
-
36
tempat bertemunya negara-negara anggota sehingga dapat menjalin
kerjasama, dan
sebagai wadah untuk menghubungkan negara anggota dengan aktor
internasional
lainnya yaitu IGO dan NGO.
BAB IV: Bab ini merupakan hasil analisa terkait peran ILO
sebagai aktor independen
yang dapat dilihat melalui respon-respon yang diberikan oleh ILO
terhadap
permasalahan pekerja anak pengungsi Suriah di Turki. ILO juga
memberikan tekanan
dan paksaan pada negara anggota agar bertindak sesuai dengan
peraturan yang telah
disepakati yang dalam hal ini adalah Turki melalui peraturan
yang dibentuk oleh ILO
yaitu Konvensi ILO No. 138 dan No. 182.
BAB V: Bagian ini adalah bagian terakhir yang berisi kesimpulan
dari hasil analisa
penelitian dan saran untuk penelitian berikutnya.