Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT MATOA INDONESIA DIGDAYA adalah adalah inovasi Eco Watch atau jam ramah lingkungan yang di ciptakan oleh Lucky Perdana Aria kelahiran Bandung, 23 Maret 1986. Lucky bersama Matoa berhasil membawa Matoa dikenal dan diminati warga dunia. Eco Watch adalah produk jam ramah lingkungan. Disebut Eco Watch, karena Matoa memproduksi jam dengan bahan limbah kayu. Limbah kayu didapat dari perusahaan-perusahaan mebel yang sudah tidak menggunakan kayu bekas produksi. Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena termasuk kayu berwarna hitam, kuat dan eksotis sehingga kesan premium dan elegan bisa terlihat dari produk jam yang dihasilkan. Dengan menggunakan limbah kayu, otomatis biaya pada produksi menjadi lebih sedikit di bandingan menggunakan bahan seperti plastik, alumunium, besi dan lainnya. Agar seimbang dengan kondisi lingkungannya karena banyaknya manusia yang mendapatkan kayu dengan cara yang salah sehingga lucky memutuskan menanam bibit pohon baru sebanyak jumlah jam yang terjual. Pada saat ini Matoa sudah dapat menjual 100 buah perbulannya sehingga pada setiap bulan Matoa dapat menanam 100 bibit pohon baru. Gambar 1.1 Lucky dan Matoa
13

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

Dec 05, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

PT MATOA INDONESIA DIGDAYA adalah adalah inovasi Eco Watch

atau jam ramah lingkungan yang di ciptakan oleh Lucky Perdana Aria kelahiran

Bandung, 23 Maret 1986. Lucky bersama Matoa berhasil membawa Matoa dikenal

dan diminati warga dunia. Eco Watch adalah produk jam ramah lingkungan.

Disebut Eco Watch, karena Matoa memproduksi jam dengan bahan limbah kayu.

Limbah kayu didapat dari perusahaan-perusahaan mebel yang sudah tidak

menggunakan kayu bekas produksi. Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu

jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

termasuk kayu berwarna hitam, kuat dan eksotis sehingga kesan premium dan

elegan bisa terlihat dari produk jam yang dihasilkan. Dengan menggunakan limbah

kayu, otomatis biaya pada produksi menjadi lebih sedikit di bandingan

menggunakan bahan seperti plastik, alumunium, besi dan lainnya. Agar seimbang

dengan kondisi lingkungannya karena banyaknya manusia yang mendapatkan kayu

dengan cara yang salah sehingga lucky memutuskan menanam bibit pohon baru

sebanyak jumlah jam yang terjual. Pada saat ini Matoa sudah dapat menjual 100

buah perbulannya sehingga pada setiap bulan Matoa dapat menanam 100 bibit

pohon baru.

Gambar 1.1 Lucky dan Matoa

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

2

Sumber: www.matoa-indonesia.com

Lucky memulai usahannya di awal tahun 2011, dengan riset selama 1 tahun.

Ia pernah memiliki jam tangan kayu buatan Amerika yang teryata bahan dari jam

tersebut berasal dari Indonesia. Lucky juga melihat industri yang paling maju di

Amerika salah satunya adalah industri kayu yang bisa di inovasikan dengan

menciptakan produk untuk gaya hidup. Di tengah riset yang dilakukan, lucky

semakin termotivasi saat membaca tweet dari Dino Patti Djalal, yang merupakan

Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Dino Patti Djalal memberi tantangan

kepada orang Indonesia untuk membuat jam tangan dari kayu yang di belinya dari

Hawai. Selama 1 tahun melakukan trial and error akhirnya Lucky berhasil

membuat jam tangan dari kayu dan mulai melakukan pemasaran melalui website,

dan memulai produksi pada tahun 2012. Selain itu Lucky berhasil bertemu dengan

Dino Patti Djalal dan memperlihatkan Eco Watch buatannya. Dino Patti Djalal

memberikan respon yang positif kepada Lucky terhadap jam tangan yang dibuatnya

dengan merek Matoa. Semenjak itu Eco Watch buatan Lucky banyak di pesan oleh

setiap diplomat dalam menghadiri suatu acara dan membawa dan mengenalkan

Matoa sebagai free gift kepada rekan sejawat atau tamu kenegaraan.

Gambar 1.2 Eco-Watch Matoa

Sumber: www.matoa-indonesia.com

Lucky memilih nama “Matoa”, selain mudah diucapkan matoa merupakan

nama sebuah pohon yang berada hanya di Indonesia, yaitu di Papua. Jadi sangat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

3

teridentifikasi dan membuktikan matoa merupakan produk yang benar-benar

berasal dari Indonesia. Selain itu jenis-jenis jam tangan juga ia beri nama pulau-

pulau di Indonesia, seperti Mori, Alor, Gili, Rote, Sunda, Moyo, Flores, dan Sumba.

Sejauh ini sudah ada 8 jenis jam tangan kayu yang di produksi Matoa. Sampai saat

ini jenis kayu yang digunakan adalah kayu jenis maple dan kayu eboni yang

terkenal dengan kualitasnya. Sementara mesin jam masih memakai merek Minnolta

dari Jepang.

Visi dan Misi

Visi: Membuat benchmark industri kreatif menjadi patokan industri kreatif

di Indonesia ke Matoa dengan tujuan selanjutnya ingin menjadi

patokan di dunia.

Misi: Membuat produk yang kompetitif serta sumber daya manusia yang

kompetitif.

Tabel 1.1 Koleksi Produk Matoa

No Nama Produk Jam Harga Persebaran

1 Matoa Mori Rp 880.000

Local dan

International

2 Matoa Alor Rp 1.100.000

3 Matoa Gili Rp 980.000

4 Matoa Rote Rp 980.000

5 Matoa Sunda Rp. 1.100.000

6 Matoa Moyo Rp 980.000

7 Matoa Flores Rp 980.000

8 Matoa Sumba Rp 980.000

Sumber: www.matoa-indonesia.com

Matoa sekarang adalah produk Eco Watch yang sangat digemari oleh

banyak kalangan dikarenakan desain yang unik dan menarik. Hinga saat ini matoa

sudah dapat menjual dan memasarkan produknya baik local dan international.

Matoa House berada di Jl. Kanayakan Dalam No. 28 Bandung 40135. Jawa Barat,

Indonesia sedangkan Matoa House di Indonesia sudah menyebar di berbagai kota

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

4

seperti Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Bali, Solo, Surabaya, Semarang dan

Lampung. Untuk international yaitu, China, Jepang, Malaysia, Singapore dan

Amerika.

Matoa di bidang Ecopreneurship terbilang sukses. Selain itu untuk menjaga

keseimbangan alam di bumi, hingga saat ini Matoa melakukan sebuah kegiatan

menanam pohon sesuai dengan Eco Watch yang berhasil dijual oleh Matoa. Pada

saat ini Matoa sudah dapat menjual 100 buah perbulannya sehingga pada setiap

bulan Matoa dapat menanam 100 bibit pohon baru. Kegiatan ini dilakukan agar

alam tetap terjaga. Dilihat dari kegiatan menanam pohon tersebut, matoa

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ecopreneurship yang perduli

dengan permasalahan lingkungan.

1.2. Latar Belakang

Industrialisasi dan modernisasi di negara-negara maju saat ini mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melihat dari kesuksesan negara maju

akhirnya negara berkembang mulai menerapkannya untuk kesejahteraan

masyarakatnya. Akan tetapi industralisasi dan modernisasi yang tidak merusak

lingkungan menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan. Di era

sekarang, manusia menciptakan teknologi dengan maksud agar lebih mudah,

praktis, efisien dan tidak banyak mengalami kesulitan. Namun tidak jarang

teknologi yang di ciptakan oleh manusia menimbulkan masalah serius bagi

kehidupan makhluk hidup dan lingkungan.

Indonesia merupakan negara berkembang yang mendapat dampak dari

industralisasi ini. Hal ini dapat di lihat dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun

2008 yaitu Kebijakan Industri Nasional bahwa pengembangan industri nasional

yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri, memiliki struktur yang

sehat dan keadilan, berkelanjutan, serta mampu memperkokoh ketahanan nasional

memerlukan sebuah kebijakan industri nasional yang jelas (kemendagri.go.id)

Namun disisi lain, masyarakat Indonesia belum begitu matang dan siap

dalam menghadapinya. Banyak manusia yang belum siap secara mental dan

pengetahuan masuk kedalam kondisi ini yang akhirnya berdampak pada

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

5

permasalahan lingkungan. Mindset atau cara pandang bahwa perusahaan harus

mengedepankan profit mulai banyak dipertanyakan setelah terjadinya berbagai

kerusakan lingkungan sebagai impact dari aktivitas bisnis dalam meraih profit.

Salah satu masalah lingkungan yang dihadapi oleh Indonesia adalah tingginya

volume kerusakan hutan dan kebakaran hutan yang di lakukan oleh masyarakat

Indonesia untuk tujuan tertentu. Berikut adalah forest loss totals di Indonesia dari

tahun 2000-2012:

Gambar 1.3

Annual Forest loss Totals for Indonesia from 2000 to 2012

Sumber: M. C. Hansen et al. (2013:852)

Seperti pada gambar di atas dapat dilihat jumlah kerusakan hutan dari tahun

2000 hingga 2012 terus meningkat dan sudah mencapai 20000 𝑘𝑚2. Sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat pesat, permintaan pasar akan

produk kehutanan juga meningkat dan sering kali harus di penuhi secara cepat

sehingga aspek-aspek pengelolaan hutan yang bertanggung jawab terabaikan.

Menurut data statistik Kementerian Kehutanan tahun 2011, laju deforestasi di

Indonesia pada periode 2000-2010 melesat hingga 1,2 juta hektar hutan

alam setiap tahun. Walaupun angka ini telah menunjukkan penurunan sejak

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

6

2010, bahaya deforestasi masih mengancam dari pola produksi dan konsumsi yang

tidak bertanggung jawab (wwf.or.id).

Gambar 1.4

Perkembangan Kasus Tindak Pidana Kehutanan Sampai Tahun 2013

Sumber: Kementerian Hidup dan Kehutanan Tahun 2014

Seperti dapat dilihat pada gambar di atas tingkat kasus tindak pidana

kehutanan sampai tahun 2013 sangat tinggi dan mencapai jumlah 600. Ancaman

terbesar pada hutan alam Indonesia adalah fungsi hutan menjadi perkebunan,

penebangan liar, perambatan, kebakaran hutan serta eksploitasi hutan secara tidak

lestari untuk pengembangan pemukiman dan industri.

Menyadari pentingnya peran hutan terhadap industri, ekonomi, sosial dan

lingkungan termasuk perannya dalam mitigasi perubahan iklim, pemerintah telah

berupaya menangani permasalahan di bidang kehutanan antara lain dengan

menetapkan kebijakan pemberantasan pencurian dan perdagangan kayu illegal,

penanggulangan kebakaran hutan, rehabilitasi dan konversi sumberdaya hutan serta

desentralisasi sektor kehutanan. Untuk periode tahun 2009-2014 telah disusun

program prioritas Kementerian Kehutanan yang bertujuan untuk mencapai

pengelolaan hutan yang lestari (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:

P.70/Menhut-II/2009) yaitu penetapan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan

peningkatan daya dukung daerah aliran sungai(DAS), pengamanan hutan dan

pengendalian kebakaran hutan, konservasi keanekaragaman hayati, revitalisasi

pemanfaatan hutan dan industri kehutanan, pemberdayaan masyarakat di sekitar

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

7

hutan, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan serta penguatan

kelembagaan kehutanan (rimbawan.com). Berbagai kegiatan kehutanan yang telah

dilaksanakan selama ini berupaya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas hutan

melalui kegiatan penanaman. Kegiatan penanaman yang penting diantaranya adalah

reboisasi (penghutanan kembali kawasan hutan yang telah rusak), penghijauan

(penanaman tanaman tahunan di lahan milik). Dengan melakukan kegiatan tersebut,

membuat hutan akan terus terjaga dan lestari.

Sekarang ini banyak perusahaan yang bergerak di bidang ecopreneurship

karena peduli terhadap lingkungan sekitar. Banyaknya pemakaian bahan baku yang

tidak seimbang dengan alam serta pembuangan limbah yang seenaknya, memicu

banyak perusahaaan lahir dan bergerak di bidang ecopreneurship, salah satunya PT

Matoa Indonesia Digdaya. Matoa merupakan perusahaan ecopreneurship yang

dikategorikan sebagai perusahan menengah. Menurut Pasal 6 beserta

penjelasannya, pada UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM yaitu (Saiman,

2009:9) untuk bisa dikatakan usaha mikro, hasil penjualan selama setahun berkisar

< Rp 300.000.000 , untuk bisa dikataan usaha kecil, hasil penjualan selama setahun

berkisar > Rp 300.000.000 – Rp 2.500.000.000, untuk bisa dikatakan usaha

menengah, hasil penjualan berkisar > Rp 2.500.000.000 – Rp 50.000.000.000.

Dalam sebulan Matoa dapat memproduksi sebanyak 500 buah eco watch dengan

harga Rp 980.000 – Rp 1.200.000. Dengan begitu dalam setahun matoa bisa

mendapatkan omset hingga Rp 6.000.000.000 maka dari itu Matoa dikategorikan

sebagai perusahaan menengah. Contoh lain bisnis yang bergerak di bidang

ecopreneurship Woodka yang merupakan pesaing dari Matoa dengan menciptakan

eco watch dengan kombinasi kayu dan kain tenun di kota bandung.

Sementara itu, Ecopreneurship berbeda dengan entrepreneurship.

Perbedaannya adalah ecopreneurship berdiri dengan tujuan berorientasi

melestarikan lingkungan. Menggunakan istilah “ecopreneur”, seorang individu

sudah mempunyai tujuan sosial dan ekologi dengan cara berorientasi pada bisnis

hijau (Isaak 1999 dalam Nugroho Ratna L, 2014:224). Sejalan dengan itu, seorang

ecopreneur melihat dan menilai sumber daya serta peluang yang di dapat

berdasarkan komitmen terhadap lingkungan (Keogh dan Polonsky 1998 dalam

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

8

Nugroho Ratna L, 2014:224). Ecopreneurship adalah konsep kewirausahaan yang

tidak berorientasi terhadap keuntungan saja melainkan memperhatikan lingkungan

dan sosial. Ecopreneurship merupakan perilaku entrepreneurship yang

memperhatikan atau mementingkan keberlangsungan berlanjutan lingkungan pada

masa yang akan datang. Semua kegiatan dalam proses kewirausahaan ramah

terhadap lingkungan seperti memaksimalkan penggunaan bahan-bahan yang sudah

tidak terpakai.

Suatu produk biasa dikategorikan sebagai ecopreneurship jika memenuhi

salah satu dari 4 keriteria utama yaitu, pengurangan berat produk, penggunaan

bahan yang sudah tidak terpakai (recycle), efisien dalam penggunaan energi dan

konservasi lingkungan (ises2015.com). Berdasarkan 4 kategori diatas eco watch

buatan matoa bisa dikategorikan sebagai ecopreneurship karena termasuk 2 dari 4

kategori tersebut yaitu recycle dan konservasi lingkungan. Dengan menggunakan

limbah kayu sebagai bahan baku serta penanaman benih pohon baru sebanyak

jumlah eco-watch yang terjual, eco-watch buatan matoa termasuk dalam bisnis

berdampak positif terhadap lingkungan dan bisa disebut ecopreneurship.

Dengan munculnya perusahaan-perusahaan dan pesaing di bidang

ecopreneurship seperti diatas, lebih mendorong matoa untuk terus berinovasi untuk

mengembangkan bisnisnya di bidang ecopreneurship. Untuk mengidentifikasi

keberlanjutan bisnis perusahaan matoa, digunakan konsep Triple Bottom Line

dengan tiga fokus utama yaitu People, Profit dan Planet. Ini adalah upaya bersama

untuk menggabungkan pertimbangan ekonomi, lingkungan dan sosial menjadi

sebuah perusahaan serta evaluasi dan pengambilan keputusan (Wang dan Lin dalam

Jackson Aimee, Boswell Katherine dan Davis Dorothy, 2011:56).

Oleh karena itu, Sekarang ini banyak bermunculan perusahaan yang

memiliki konsep ecopreneurship dengan melakukan aksi nyata dalam

menyelesaikan masalah lingkungan sekitarnya. Adanya kerusakan hutan yang

disebabkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan hanya

mementingkan profit saja membuat beberapa perusahaan peduli dan lahir karena

permasalahan yang ada, salah satunya adalah Matoa. PT. Matoa Indonesia Digdaya

yang berdiri sejak tahun 2011 peduli terhadap permasalahan lingkungan tersebut

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

9

dengan menciptakan sebuah produk berupa eco-watch dari bahan kayu yang sudah

tidak digunakan dengan berbagai macam model jam eco-watch dengan nama-nama

yang berasal di Indonesia. Matoa di bidang ecopreneurship terbilang sukses dan

dapat menghabiskan 500-1000 buah jam tantangan eco-watch setiap tahunnta.

Selain itu untuk menjaga keseimbangan dibumi, matoa melakukan konservasi

lingkungan dengan menanam benih pohon baru sebanyak dengan jumlah jam

tangan yang terjual. Kegiatan ini dilakukan agar alam dan lingkungan tetap terjaga.

Akan tetapi permasalahan yang ada didalam matoa adalah konservasi lingkungan

yang sesuai dengan jumlah penjualan eco-watch sehingga bagian pemasaran harus

bekerja keras agar target penjualan terpenuhi dan konservasi dapat dilakukan serta

susahnya mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan. Dengan begitu proses

dalam konservasi lingkungan pun kurang lengkap atau puas jika masyarakat sekitar

juga tidak turun tangan untuk melestarikan lingkungan. Melestarikan lingkungan

merupakan salah satu tujuan matoa dalam berbisnis. Dengan terlaksananya

konservasi lingkungan maka berpengaruh juga terhadap keberlanjutan bisnisnya.

Seperti yang sudah diungkapkan di atas, Matoa merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang ecopreneurship dengan berpartisipasi dalam

melestarikan lingkungan. Lucky selaku owner matoa berhasil menciptakan usaha

baru dari permasalahan lingkungan yang ada. Dengan begitu penulis mengambil PT

MATOA INDONESIA DIGDAYA sebagai objek penelitian untuk kemudian

diidentifikasi menggunakan konsep Triple Bottom Line oleh karena itu penulis

tertarik untuk melakukan pebelitian dengan judul “IDENTIFIKASI KONSEP

TRIPLE BOTTOM LINE TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS (STUDI

KASUS PADA PT. MATOA INDONESIA DIGDAYA DI KOTA

BANDUNG)”.

1.3. Perumusan Masalah

Industralisasi dan modernisasi di negara-negara maju sekarang ini mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan diciptakannya berbagai macam

teknologi dengan maksud agar lebih mudah dan efisien. Namun teknologi yang di

gunakan menimbulkan masalah yang serius bagi kehidupan makhluk hidup dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

10

lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang dihadapi oleh Indonesia adalah

tingginya volume kerusakan hutan dan kebakaran hutan yang dilakukan masyarakat

karena tujuan tertentu.

Akan tetapi dari sekian banyaknya kerusakan lingkungan yang disebabkan

oleh pihak yang tak bertanggung jawab, masih ada beberapa yang peduli terhadap

lingkungan salah satunya adalah matoa. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi

matoa yang bergerak di bidang ecopreneurship, menggunakan konsep Triple

Bottom Line dengan tiga fokus utama yaitu People, Profit dan Planet. Dengan

metode tersebut, sangat cocok untuk melihat orientasi bisnis matoa dari ketiga

komponen tersebut.

1.4. Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang pada rumusan masalah, maka pertanyaan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan profit terhadap keberlanjutan bisnis pada

perusahaan matoa?

2. Bagaimana penerapan People terhadap keberlanjutan bisnis pada

perusahaan matoa?

3. Bagaimana penerapan Planet terhadap keberlanjutan bisnis pada

perusahaan matoa?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sesuai dengan penjabaran rumusan masalah yang telah

di buat, yaitu:

1. Mengetahui penerapan Profit terhadap keberlanjutan bisnis pada

perusahaan matoa.

2. Mengetahui penerapan People terhadap keberlanjutan bisnis pada

perusahaan matoa.

3. Mengetahui penerapan Planet terhadap keberlanjutan bisnis pada

perusahaan matoa.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

11

1.6. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat memeberi manfaat dilihat dari aspek teoritis

dan aspek praktisnya, yaitu:

1.6.1. Manfaat Teoritis

a) Mampu menambah pemahaman mengenai ilmu dan teori pada

bidang ecopreneurship yang berkaitan dengan lingkungan.

b) Berguna sebagi referensi bagi penelitian selanjutnya bagi yang

berminat untuk mempelajari penelitian ini.

1.6.2. Manfaat Praktis

a) Bagi Ecopreneur

Sebagai informasi dan masukan tambahan kepada pelaku

ecopreneurship, yaitu matoa dalam menjalankan bisnis untuk

kedepannya.

b) Bagi Entrepreneur

Sebagai masukan kepada entrepreneur agar dapat memberikan

sesuatu yang bermanfaat kepada lingkungannya dalam

menjalankan usaha sehingga tidak hanya berorientasi pada

keuntungan semata tetapi juga dapat memperhatikan

kesejahteraan lingkunan sekitar.

c) Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya

kepedulian terhadap lingkungan. Tidak hanya untuk keperluan

pribadi atau perusahaan akan tetapi harus melakukan timbal

balik kepada alam agar tetap lestari.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas bisnis yang bergerak di bidang ecopreneurship

yaitu matoa yang diidentifikasi menggunakan konsep Triple Bottom Line terhadap

keberlanjutan bisnis yang berfokus pada profit, people dan planet. Dari tiga fokus

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

12

tersebut, bagaimana matoa yang merupakan bisnis yang bergerak di bidang

ecopreneurship menerapkannya untuk perusahaan dari segi keuntungan, sosial dan

lingkungan mengingat banyaknya masalah yang terjadi pada lingkungan serta

mereka yang lebih berorientasi pada keuntungan semata dan tidak melakukan

timbal balik kepada lingkungan.

Sejalan dengan itu, seorang ecopreneur melihat dan menilai sumber daya

serta peluang yang di saring berdasarkan komitmen terhadap lingkungan (Keogh

dan Polonsky 1998 dalam Nugroho Ratna L, 2014:224). Ecopreneurship

merupakan perilaku entrepreneurship yang memperhatikan atau mementingkan

keberlangsungan berlanjutan lingkungan pada masa yang akan datang. Semua

kegiatan dalam proses kewirausahaan ramah terhadap lingkungan seperti

memaksimalkan penggunaan bahan-bahan yang sudah tidak terpakai.

Penelitian ini menggunakan objek yaitu matoa sebagai sampel untuk di

wawancarai secara langsung yang di kaitkan dengan konsep Triple Bottom Line

dengan tiga fokus yaitu profit, people dan planet. Dengan menggunakan konsep

tersebut, dapat mengetahui apakah matoa sudah menerapkan konsep tersebut

terhadap keberlanjutan bisnisnya yang bergerak di bidang ecopreneurship.

1.8. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dibuat untuk memberi gambaran umum

tentang penelitian dan hasil penelitian yang dilakukan. Berikut ini urutan

penulisannya :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian secara singkat mengenai gambaran umum perusahaan

gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batas penelitian dan

sistematika penelitian tugas akhir.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini berisi Kajian Pustaka yang mendeskripsikan teori-teori yang

berkaitan dan dianggap berhubungan dengan penelitian ini, serta literatur

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian · Diutamakan kayu yang diambil adalah kayu jenis eboni yang tidak rusak terutama bolong. Kayu jenis tersebut diambil karena

13

dari penelitian terdahulu yang menunjang penelitian dan gambaran dari

kerangka pemikiran.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang desain penelitian yang akan digunakan,

penjabaran operasional variabel, prosedur pengumpulan data, serta teknik

analisis yang ditunjang dengan teori yang berhubungan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan dari hasil analisa pengolahan data yang telah

dilakukan dan dikaitkan dengan teori yang mendasarinya seperti yang telah

diuraikan dalam Bab II.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi hasil akhir berupa rangkuman dan kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian ini, serta diakhir terdapat saran yang penulis berikan

dilihat dari hasil penelitian.