1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial akan berinteraksi dengan sesamanya menggunakan bahasa. Seiring dengan berkembangnya manusia sebagai pengguna bahasa, maka bahasa sebagai alat komunikasi yang universal pun mengalami perkembangan. Hal ini lebih disebabkan karena salah satu sifat bahasa yang dinamis, artinya bahwa bahasa tidak terlepas dari berbagai kemungkinan untuk berubah karena waktu dan perkembangan zaman (Setiawan, 2014: 1) Berkembangnya teknologi dan informasi sangat berpengaruh pada pola interaksi manusia. Berdasarkan peranannya sebagai media dalam berkomunikasi, pola interaksi yang menggunakan bahasa sebagai medianya yang digunakan untuk membicarakan suatu topik dalam rangka mencapai berbagai tujuan yang melibatkan pelaku interaksi itu sendiri, sekurang – kurangnya satu penutur dan satu mitra tutur disebut dengan istilah percakapan. Percakapan akan dianggap berhasil jika mitra tutur menangkap pesan yang disampaikan oleh penutur (Harared, 2014: 1) Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa sebuah percakapan adalah sebuah tuturan yang tidak beraturan dan tidak terstruktur. Pada kenyataannya, sebuah percakapan memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan sehingga dapat disebut sebagai sebuah percakapan. Percakapan dapat dimasukkan dalam kategori tindak tutur juga, misalnya menyapa, mengucapkan selamat, mengomentari,
21
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88068/potongan/S2-2015... · Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa sebuah percakapan adalah sebuah tuturan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial akan berinteraksi dengan sesamanya
menggunakan bahasa. Seiring dengan berkembangnya manusia sebagai pengguna
bahasa, maka bahasa sebagai alat komunikasi yang universal pun mengalami
perkembangan. Hal ini lebih disebabkan karena salah satu sifat bahasa yang
dinamis, artinya bahwa bahasa tidak terlepas dari berbagai kemungkinan untuk
berubah karena waktu dan perkembangan zaman (Setiawan, 2014: 1)
Berkembangnya teknologi dan informasi sangat berpengaruh pada pola
interaksi manusia. Berdasarkan peranannya sebagai media dalam berkomunikasi,
pola interaksi yang menggunakan bahasa sebagai medianya yang digunakan untuk
membicarakan suatu topik dalam rangka mencapai berbagai tujuan yang
melibatkan pelaku interaksi itu sendiri, sekurang – kurangnya satu penutur dan
satu mitra tutur disebut dengan istilah percakapan. Percakapan akan dianggap
berhasil jika mitra tutur menangkap pesan yang disampaikan oleh penutur
(Harared, 2014: 1)
Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa sebuah percakapan adalah
sebuah tuturan yang tidak beraturan dan tidak terstruktur. Pada kenyataannya,
sebuah percakapan memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan sehingga dapat
disebut sebagai sebuah percakapan. Percakapan dapat dimasukkan dalam kategori
tindak tutur juga, misalnya menyapa, mengucapkan selamat, mengomentari,
2
mengundang, meminta, menolak, berjanji, mengucapkan selamat tinggal, dan
lain-lain (Finnegan dkk, 1992: 316).
Seorang penutur dan lawan tuturnya akan saling bercakap-cakap dalam
sebuah percakapan. Masing-masing akan saling dipengaruhi oleh pembicaraan
sebelumnya sehingga proses percakapan dapat terus berlangsung dan berlanjut.
Jadi, sebuah percakapan merupakan suatu kombinasi dari banyak tuturan yang
diucapkan dan tuturan-tuturan tersebut saling berhubungan antara satu dengan
yang lain.
Percakapan merupakan salah satu jenis wacana yang akan selalu menarik
apabila dikaji. Hal tersebut disebabkan karena dalam sebuah wacana percakapan,
berbagai macam aspek dapat digali dan diteliti. Aspek-aspek tersebut dibagi
menjadi bentuk dan pola.
Dilihat dari aspek bentuknya, wacana percakapan dibagi menjadi dua,
yaitu wacana dialog dan wacana percakapan itu sendiri. Wijana (1995: 330)
menyebutkan bahwa wacana dialog melibatkan dua orang sebagai partisipan
dalam percakapan. Sementara sebuah percakapan melibatkan dua orang atau
lebih. Berikut adalah contoh wacana dialog dalam strip komik Baby Blues.
(Baby Blues, 4 Januari 2014)
3
Wanda: This year I‟m going to lose ten pounds.
„Tahun ini aku akan menurunkan berat badan sebanyak sepuluh
pon‟
Darryl : Go for it, girl.
„Lakukanlah‟
Wanda : And read a book a week.
„Dan membaca sebuah buku dalam satu minggu‟
Darryl : You can do it.
„Kamu pasti bisa melakukannya‟
Wanda : And be more patient with the kids.
„Dan lebih sabar menghadapai anak-anak‟
Darryl : Now you‟re starting to sound a little nuts.
„Sekarang kamu mulai terdengar gila‟
Contoh di atas merupakan contoh wacana percakapan menurut bentuknya yang
disebut wacana dialog, dimana dalam proses percakapan hanya melibatkan dua
orang (partisipan) saja, yaitu Wanda dan suaminya, Darryl.
Sementara dari aspek polanya, wacana percakapan mempunyai pola atau
organisasi tersendiri. Menurut Wijana (1995:329) dalam wacana dialog,
organisasi tersebut dimulai dari inisiasi (ketika penutur memulai percakapan),
respon (ketika lawan tutur memberikan tanggapan), dan follow-up (ketika penutur
memberikan tindak lanjut atas jawaban lawan tutur). Sedangkan dalam organisasi
wacana percakapan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu giliran berbicara (turn-
taking), pasangan berdampingan (adjacency pairs), dan tahapan percakapan
(sequence) (Cutting, 2008: 26-29). Dari sini dapat disimpulkan bahwa organisasi
yang kompleks dapat ditemui dalam sebuah proses percakapan yang terjadi secara
alamiah.
Penutur dan mitra tutur dalam suatu proses percakapan biasanya dituntut
untuk saling bekerja sama dalam membangun sebuah percakapan yang baik dan
lancar demi menghasilkan komunikasi yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu,
4
suatu percakapan akan berjalan dengan baik apabila setiap pemakai bahasa
memperhatikan serta menerapkan prinsip – prinsip yang berlaku dalam
berkomunikasi. Grice dalam (Thomas, 1995: 62) mengemukakan sebuah prinsip
yang dikenal dengan prinsip kerja sama dan empat buah maksim yang menunjang
prinsip tersebut. Keempat maksim tersebut antara lain; maksim kuantitas, maksim
kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.
Namun pada kenyataannya, keberadaan prinsip kerja sama dengan
beberapa macam maksim di dalamnya tersebut seringkali dilanggar atau pun
dikesampingkan penggunaannya. Hal inilah yang disebut sebagai pelanggaran
prinsip kerja sama. Pelanggaran tersebut memiliki beberapa fungsi, salah satunya
adalah untuk menimbulkan kelucuan atau humor. Percakapan dengan kelucuan di
dalamnya dapat kita temui dalam berbagai media, misalnya dalam komedi situasi,
kartun, karikatur ataupun dalam bentuk komik. Dalam penelitian ini, akan dipilih
wacana percakapan dalam strip komik. Istilah strip komik (comic strip) merujuk
pada, “a short series of amusing drawings with a small amount of writing which is
usually published in a newspaper” (Cambridge, 2003:239). Sejarah strip komik
berawal dari temuan broadsheet oleh Kunzle (1973) di Eropa. Selanjutnya,
Kunzle (1973:6) menggolongkan broadsheet sebagai cerita bergambar (picture
story) yang disebutnya sebagai strip komik awal (early comic strip).
Dalam perkembangannya, strip komik dapat ditemui di hampir setiap
media massa, seperti majalah, surat kabar, atau tabloid. Tidak hanya di media
cetak, akan tetapi strip komik juga dapat dibaca atau dinikmati di situs resmi yang
sengaja dibuat untuk para peminat strip komik. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, dalam strip komik dapat ditemui pelanggaran prinsip kerja sama
5
dalam percakapannya. Tujuan utama pelanggaran atas prinsip kerja sama tersebut
adalah untuk menimbulkan kelucuan dalam strip komik yang ditampilkan.
(Baby Blues, 17 April 2014)
Hammie : Mom, can we get a real baby chick for Easter?
„Bu, apakah kita boleh memiliki anak ayam untuk
Paskah?‟
Mom : Sure, I love chicken poop.
„Tentu saja, aku suka kotoran ayam‟
Hammie : She said „yes‟.
„Ibu bilang „iya‟‟
Zoe : Hammie, she was being sarcastic.
„Hammie, Ibu itu menyindirmu‟
Hammie : I knew that!
Now, what should I name my chick?
„Aku tahu itu! Sekarang, aku harus menamai anak ayamku
apa?‟
Zoe : How about „clueless‟?
„Bagaimana kalau „tidak paham‟ (clueless)‟
Dari contoh strip komik di atas, dapat dilihat pelanggaran prinsip kerja
sama, yaitu maksim relevansi. Ketika Hammie meminta anak ayam kepada ibunya
saat Paskah. Dan kemudian ibunya menjawab bahwa dia suka kotoran ayam.
Kemudian Hammie menceritakan kepada kakaknya, Zoe, kalau ibunya bilang
„iya‟ atau menyetujui permintaannya untuk memiliki seekor anak ayam. Zoe
berusaha menjelaskan bahwa ibunya itu menggunakan bahasa sindiran kepada
6
Hammie. Kemudian Hammie menjawab bahwa dia mengetahui hal tersebut.
Selanjutnya, Hammie bertanya kepada Zoe anak ayamnya itu harus diberi nama
apa dan Zoe menjawab „clueless‟ yang artinya tidak paham.
Selain berfungsi untuk menciptakan kelucuan dalam sebuah strip komik,
ternyata pelanggaran atas prinsip kerjasama juga memiliki fungsi pragmatis
tersendiri. Searle via Leech (1993: 164) menggolongkan fungsi tindak tutur
menjadi lima, yaitu: asertif (assertive), direktif (directive), ekspresif (expressive),
komisif (commisive) dan deklaratif (declarative). Jadi, setelah mengetahui
berbagai tipe wacana dialog dan menganalisis percakapan serta apa saja
pelanggaran atas prinsip kerja sama yang muncul di dalamnya, selanjutnya akan
dibahas lebih lanjut tentang fungsi pragmatis dari pelanggaran tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih objek penelitian berupa strip komik
online berjudul Baby Blues. Strip komik ini diciptakan oleh Rick Kirkman dan
Jerry Scott sejak 7 Januari 1990 dan didistribusikan oleh perusahaan King
Features Syndicate sejak tahun 1995. Strip komik ini menceritakan keseharian
keluarga MacPherson yang memiliki 3 orang anak. Keluarga MacPherson adalah
tokoh utama dalam strip komik ini, sedangkan pada beberapa cerita yang lain,
muncul tokoh-tokoh tambahan yang lainnya. Keluarga MacPherson terdiri dari
Darryl MacPherson, sang ayah, seorang manajer pada suatu perusahaan. Wanda
MacPherson adalah tokoh ibu dalam strip komik ini, awalnya adalah seorang
wanita yang bekerja, tetapi kemudian meutuskan untuk mengurus anak di rumah.
Selanjutnya tokoh anak-anak dalam keluarga MacPherson adalah Zoe