BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari enam program pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. 1 Program KIA menjadi salah satu program utama puskesmas disebabkan oleh masih tingginya angka kematian ibu dan anak di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara – negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan risiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi. 2 Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006, AKI Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari enam
program pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA
dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.1
Program KIA menjadi salah satu program utama puskesmas disebabkan oleh
masih tingginya angka kematian ibu dan anak di negara berkembang, termasuk di Indonesia.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka
tertinggi dibandingkan dengan negara – negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait
dengan risiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara
pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap
tinggi.2 Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006, AKI Indonesia adalah 307/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran
hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah
perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR
38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal
dipengaruhi oleh kondisi ibu saat melahirkan.3
Angka kematian ibu dan bayi di Sumatera Barat juga termasuk tinggi
dibandingkan provinsi lainnya. Dari data Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1999
angka kematian bayi di Sumatera Barat mencapai 48/1000 kelahiran hidup, sementara angka
kematian balita mencapai 62,2/1000 balita. Data dari Puskesmas Andalas sendiri ditemukan
kematian ibu nifas pada tahun 2011 berjumlah 1 orang dan kematian bayi/balita berjumlah 10
orang. Sementara data untuk tahun 2012 belum ada.3
Merujuk pada Millenium Development goals (MDGs) tahun 2015, target angka
kematian bayi adalah 23/1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu 102/100.000
kelahiran hidup. Oleh karena masih jauhnya target yang harus dicapai oleh Indonesia maka
diperlukan kerja keras dari semua pihak; pemerintah, dinas kesehatan, puskesmas dan
masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan ibu dan anak.
Puskesmas sebagai perpanjangan tangan pemerintah diharapkan mampu menjalankan
program KIA dengan sebaik-baiknya. Puskesmas Andalas sebagai salah satu Puskesmas
dengan wilayah kerja yang terluas di kota Padang telah menunjukkan peran serta dan
fungsinya dalam menjalankan program KIA ini dengan segala kekurangan dan kendala yang
dihadapi.4
Oleh karena pentingnya kesehatan ibu dan anak sebagai salah satu indikator
kesehatan, maka penulis mengangkatkan makalah Pelaksanaan Program KIA di Puskesmas
Andalas sebagai program percontohan bagi puskesmas lain dan sebagai evaluasi bagi
Puskesmas Andalas sendiri untuk memberikan pelayanan yang lebih baik di bidang KIA di
masa yang akan datang.
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Pelaksanaan program KIA di Puskesmas Andalas.
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui program KIA dan pelaksanaan program
KIA di Puskesmas Andalas.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur, laporan tahunan dan laporan tengah semester Puskesmas Andalas, dan
diskusi dengan kepala puskesmas dan pemegang program KIA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Program KIA
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari enam
program pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien meliputi pelayanan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.1
2.2 Epidemiologi Kematian Ibu dan Anak
Angka kematian ibu dan anak di dunia masih tinggi. Tiap menit 380 wanita hamil,
190 wanita hamil di luar rencana, 110 wanita hamil dengan komplikasi, 40 wanita
melakukan aborsi yang tidak aman, dan 1 wanita meninggal saat persalinan.5
Sementara di Indinesia : 4,5 – 5 juta kelahiran tiap tahun. AKI 228 per 100.000
kelahiran ibu, tiap tahun ada 10.000 ibu meninggal, tiap bulan ada 855 Ibu meninggal,
tiap minggu ada 214 Ibu meninggal, tiap hari ada 31 Ibu meninggal , tiap jam ada 1 – 1,5
ibu meninggal.5
Angka kematian bayi di Indonesia: 5
- tahun 1991 : 68
- tahun 1994 : 57
- tahun 1997 : 46
- tahun 2002-2003 : 35
- tahun 2007 : 34
2.3 Etiologi Kematian Ibu dan Anak
2.3.1 Etiologi Kematian Ibu5
- 85 % kematian ibu dapat dicegah
a. Penyebab langsung :
1997 2002-2003
– Perdarahan 42 % 30 %
– Eklampsia 13 % 25 %
– Aborsi 11 % 5 %
– Partus lama 9 % 5 %
– Lain 2 15 % 12 %
– Infeksi 10 % 12 %
b. Penyebab tidak langsung :
- Terlambat Mengambil Keputusan
- Terlambat Transportasi
- Terlambat Penanganan di Fasilitas pelayaan medik
- Terlalu muda melahirkan
- Terlalu tua melahirkan
- Terlalu sering melahirkan
- Terlalu banyak melahirkan/anak
- Gizi
- Pendidikan
2.3.2 Etiologi Kematian Neonatus, Bayi dan Balita
Diagram 1. Penyebab kematian usia < 1 tahun6 Diagram 2.Penyebab kematian neonatus6
2.4 Upaya Kementrian Kesehatan 5
- 1987 : Lokakarya SM setelah Pert Safe Motherhood Nairobi-Kenya
- 1989 : Penempatan Bidan di Desa
- 1999 : Indonesia menjadi salah satu dari 15 negara peserta APPI
- 2000 : MDG’S à 2015 Aki/102 per 100.000 KH
1. Menghilangkan Kemiskinan
2. Pendidikan dasar universal
3. Kesetaraan gender dan meningkatkan martabat perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Memperbaiki kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria penyakit lain
7. Keseimbangan LH
8. Partnership global untuk pencapaian MDGs
- 2000 : Making pregnancy Safe:
- Persalinan Nakes Terlatih
- Kegawat daruratan tertolong
- Merencanakan kehamilan (KB)
- 2006 : Desa Siaga
- 2008 : Program P4K
- 2011 : Desa Siaga Aktif
- 2011 : JAMPERSAL
2.5 Ruang Lingkup Program KIA
Kegiatan pokok KIA antara lain :1
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan kesehatan
dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke fasilitas
kesehatan
3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
4. Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat
5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan
6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai standar dan
menjangkau seluruh sasaran
7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas
8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi baru
lahir, bayi dan anak balita
9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar
2.5.1 Pelayanan Antenatal1
Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan standar
pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum
dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan
khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri
atas :
a. Timbang berat badan dan ukur Tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Tinggi fundus uteri
d. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan
e. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
f. Test laboratorium (rutin dan khusus)
g. Tata laksana kasus
h. Temu wicara (konseling).
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan :
a. Hemoglobin
b. Protein urine
c. Gula darah
d. Hepatitis B.
Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok
perilaku ber-risiko; dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan
thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut layak
apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar ”7T” tersebut.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko, pencegahan dan penanganan
komplikasi.
2.5.2 Pertolongan Persalinan1
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e. Memberikan pada bayi baru lahir :VitK 1, salep mata dan imunisasi Hepatitis B0
(Hep B0)
2.5.3 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 1
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan
terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan
distribusi waktu:
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan 7 hari.
b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan
c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan adalah :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan
e. Pemberian kapsulVitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam)
f. Pelayanan KB pasca persalinan
2.5.4 Deteksi Dini dan penanganan risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir1
Penjaringan dini kehamilan berisiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil dengan risiko/komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan
proses reproduksi yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya
komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang
adanya risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin,
merupakan kunci keberhasilan penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Anak lebih dari 4.
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan skarang kurang dari 2 tahun.
d. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau
gizi buruk dengan Indeks massa tubuh
e. Anemia : Hemoglobin
f. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
h. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: Tuberkulosis, Kelainan