BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal sebagai salah satu negara swasembada pangan karena keberhasilannya dalam program intensifikasi pertanian. Salah satu Propinsi yang turut memberikan andil dalam supply produk-produk pertanian unggulan negeri kita adalah Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur mampu menghasilkan beberapa komoditas pangan diantaranya adalah sektor tanaman pangan, perkebunan, dan pertanian. Komoditi tanaman pangan yang utama adalah padi (beras) dan kedelai. Komoditi padi/ beras memiliki output yang sangat besar dalam perekonomian Jawa Timur yang mampu memenuhi konsumsi dalam negeri dan ekspor sebesar 17,75% produksi nasional (Data Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2010). Hasil identifikasi di wilayah Jawa Timur terdapat beberapa daerah yang mempunyai potensi dalam bidang pertanian yang dapat dikelola oleh petani dan mampu 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia terkenal sebagai salah satu negara swasembada pangan karena
keberhasilannya dalam program intensifikasi pertanian. Salah satu Propinsi yang
turut memberikan andil dalam supply produk-produk pertanian unggulan negeri
kita adalah Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur mampu menghasilkan beberapa
komoditas pangan diantaranya adalah sektor tanaman pangan, perkebunan, dan
pertanian. Komoditi tanaman pangan yang utama adalah padi (beras) dan kedelai.
Komoditi padi/ beras memiliki output yang sangat besar dalam perekonomian
Jawa Timur yang mampu memenuhi konsumsi dalam negeri dan ekspor sebesar
17,75% produksi nasional (Data Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2010).
Hasil identifikasi di wilayah Jawa Timur terdapat beberapa daerah yang
mempunyai potensi dalam bidang pertanian yang dapat dikelola oleh petani dan
mampu menyumbang komoditi pangan bagi Propinsi Jawa Timur khususnya,
maupun negara Indonesia pada umumnya. Daerah-daerah tersebut yakni
Kabupaten Lamongan, Kabupaten Kediri, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten dan
Kota Malang, Kabupaten Situbondo, Kota Mojokerto, Kabupaten Madiun,
Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten
Jember dan Kabupaten Tuban. Beberapa daerah tersebut dikenal sebagai sentra
penghasil padi di Jawa Timur. Kondisi tersebut membuktikan bahwa Jawa Timur
1
2
merupakan salah satu lumbung utama pangan khususnya beras di Indonesia (Data
Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2010).
Upaya mempertahankan kualitas pertanian Indonesia sebagai negara
swasembada pangan dilakukan dengan berbagai usaha. Diantaranya dengan
menggunakan bibit unggul, melakukan pemupukan (terutama pupuk kimia), serta
pemberantasan penyakit dan hama tanaman menggunakan insektisida buatan
untuk membunuh hama dan serangga. Tujuan intensifikasi ini agar berhasil
mensejahterakan masyarakat dengan peningkatan hasil panen yang melimpah.
Penggunaan insektisida kimia, seperti obat semprot jenis rondaf pada
tanaman tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan dari segi lingkungan
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran air dan tanah,
menghancurkan ekosistem mahluk hidup tertentu, mengganggu alur rantai
makanan, munculnya serangan hama sekunder serta mematikan mikroorganisme
yang berguna apabila penggunaanya tidak tepat (Wyuliandari, 2009). Kandungan
di dalam insektisida kimia berbahaya bagi keberlangsungan kelestarian
lingkungan. Zat kimia tersebut antara lain timbal, air raksa, siklodenia,
organofosfat, karmabat. Bahan kimia tersebut apabila digunakan dalam jumlah
dan dosis yang tidak tepat dapat menimbulkan pencemaran tanah dan air akibat
konsentrasi bahan kimia yang terlalu tinggi, selain itu adalah munculnya spesies
baru yang resisten terhadap insektisida, dan mengakibatkan munculnya berbagai
penyakit pada manusia akibat penggumpalan insektisida (Wyuliandari, 2009).
Berbagai jenis insektisida berbahan kimia tersebut banyak digunakan oleh
masyarakat karena mampu membasmi hama dari pada penggunaan insektisida
3
alami. Namun tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan bagi
lingkungan di sekitarnya. Apabila hal ini terus dibiarkan tanpa penyelesaian dari
pihak-pihak terkait, maka kerusakan lingkungan akan semakin buruk. Selain itu
harga insektisida kimia yang semakin melambung juga harus diperhatikan dan
dipertimbangkan agar hasil panen petani dapat lebih optimal.
Salah satu dampak kerusakan lingkungan dapat kita lihat pada kondisi tanah
pertanian yang mulai mengalami penggerusan unsur hara dan penurunan Ph tanah
yang membuat tanah semakin keras serta tandus. Berbagai dampak tersebut
muncul sebagai akibat pemakaian pupuk kimia sintetis, insektisida kimia (rondaf)
dan obat-obatan kimia lain yang berlebihan. Berdasarkan hasil survei para ahli
pertanian, lahan-lahan pertanian di Indonesia 60 % dalam kondisi kritis dalam
arti unsur hara tanah di bawah kadar normal, yakni tinggal 1-2 %, hal ini secara
tidak langsung akan menurunkan hasil panen. Selain itu penggunaan insektisida
dan obat-obatan kimia yang bersifat racun akan membunuh serangga yang
berguna bagi tanaman, juga mikroorganisme tanah seperti cacing yang berperan
dalam kesuburan tanah, ganggang, jamur, cendawan dan bakteri lain (Winarso,
2005). Sehingga komponen yang bertahan dan mudah ditemukan justru serangga
penggangu. Hama pengganggu akan semakin ganas dengan cara berevolusi secara
genetik dan memiliki daya tahan yang jauh lebih hebat. Jadi mereka akan kebal
dengan penggunaan insektisida kimia dosis biasa yang berakibat pada naiknya
penggunaan dosis insektisida kimia pabrik. Secara otomatis kadar racun semakin
bertambah untuk dapat membasmi hama-hama pengganggu. Semakin lama siklus
kehidupan di dalam tanah yang tertinggal hanya endapan racun dari zat-zat kimia.
4
Kelompok tani di Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten
Magetan menggunakan insektisida kimia jenis rondaf dan phostoxin untuk
membunuh hama padi yakni walang sangit (L. oratorius), dan wereng yang
menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir
padi yang menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak
sempurna. Di Indonesia walang sangit merupakan hama potensial yang pada
waktu tertentu menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil
mencapai 50 %. Populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai
25 %. Kualitas gabah (beras) sangat dipengaruhi serangan walang sangit dan
hama wereng, karena secara langsung menurunkan hasil, dan secara tidak
langsung menurunkan kualitas gabah (Syam M. et al., 2007).
Apabila penggunaan insektisida kimia ini terus menerus dilakukan, maka
alam tidak akan seimbang dengan kehidupan manusia, oleh karena itu diperlukan
kesadaran dari semua pihak khususnya petani untuk menggunakan insektisida
yang ramah lingkungan. Insektisida nabati (ABCDG3) menjadi alternatif pilihan
bagi petani. Insektisida nabati (ABCDG3) adalah insektisida yang bahan
dasarnya adalah tumbuhan, sehingga tidak mengandung bahan-bahan kimia serta
mudah terurai (biodegradable) di alam dan tidak mencemari lingkungan.
Insektisida nabati ini mampu mengatasi dan mengusir hama perusak tanaman
pertanian dan perkebunan umumnya seperti kutu, ulat, belalang, wereng, walang
sangit. Insektisida nabati(ABCDG3) relatif mudah dibuat dengan bahan dan
teknologi yang sederhana. Sehingga insektisida ini relatif aman bagi manusia dan
ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Insektisida nabati (ABCDG3)
terbuat dari bahan alami yang mengandung zat-zat pembasmi hama seperti
Cabe Antioksidan senyawa yang digunakan untuk menjaga
tubuh dari serangan radikal bebas.
Termasuk golongan Solanaceae.
Bawang Putih Sulfur unsur bukan logam multivalen yang
berlimpah, tanpa rasa dan tanpa bau.
Termasuk golongan Liliaceae.
EM-4
(Efektif
Mikroorganisme)
Mikroorganisme
pengurai
Bahan dasar fermentasi (proses endapan
menggunakan bakteri) yang menguraikan
endapan-endapan insektisida buatan di
dalam tanah dan mengembalikan
kesuburan tanah.
Gula Pasir Gugus molekul
C6H12O6
Makanan mikroba pengurai agar dapat
berfungsi dengan baik dalam pembuatan
insektisida nabati.
Sumber : (Soenandar M, Aeni MN, Raharjo A. 2010)
3. Profil Kelompok Tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten
Magetan
Kelompok tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan
merupakan wujud kebersamaan warga desa dalam menyatukan visi dan misi
untuk meningkatkan pangupojiwo yang hampir semua berprofesi sebagai petani
padi. Ide kelompok untuk berbudidaya padi tercetus sejak tahun 1998. Luas lahan
kelompok 81 ha dari total luas lahan desa 152 ha ditanami padi sekaligus
20
memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada dan sangat mendukung yaitu
hamparan sawah, pengairan, kotoran ternak dan tenaga kerja. Budidaya padi yang
dilakukan 1 tahun 3 kali panen, perkembangan luas lahan garapan padi
berkembang pesat terbukti dari luas lahan 1 desa 152 ha hampir semua ditanami
padi. Beberapa varietas yang selama ini dikembangkan yaitu menthik wungu, C-4
raja. Akan tetapi kelompok tani ini masih menggunakan insektisida kimia jenis
BPMC dan MIPC untuk membunuh hama padi seperti walang sangit (L.
oratorius) dan hama wereng yang menyerang tanaman padi setelah berbunga
dengan cara menghisap cairan bulir padi yang menyebabkan bulir padi menjadi
hampa atau pengisiannya tidak sempurna (Kelompok tani Desa Simbatan
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, 2013).
Jika penggunaan insektisida kimia yang selama ini digunakan oleh kelompok
tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan dihentikan
dan dilakukan penggantian insektisida nabati yang ramah lingkungan. Secara
otomatis dampak buruk penggunaan insektisida kimia bagi lingkungan seperti
pencemaran air dan tanah yang terjadi, menurunnya produktifitas lahan, serta
resistennya hama pengganggu seperti walang sangit dan wereng akan dapat
diminimalkan.
B. Kerangka Berpikir
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan kualitas
lingkungan dan hasil panen adalah dengan penggunaan insektisida nabati yang
ramah lingkungan. Insektisida tersebut terbuat dari bahan-bahan alami yang
21
mampu membasmi hama yang bersifat merusak tanaman. Mekanisme kerja yang
dapat dilakukan adalah “hit and run”, yakni membunuh hama saat mulai
diaplikasikan, dengan residu yang akan hilang di alam karena mudah terurai
biodegradable (Untung, 1993). Penggunaan insektisida nabati dalam jangka
waktu tertentu akan mampu memberikan banyak keuntungan bagi para petani
diantaranya mampu menghasilkan produk yang aman dengan lingkungan yang
tidak tercemar, bahan yang digunakan cenderung ekonomis karena tidak sulit
dijumpai dan dapat dibuat sendiri. Selain itu penggunaan insektisida nabati juga
dapat mengatasi ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian
khususnya insektisida sintetis/ kimiawi. Kerangka berfikir ini dapat digambarkan
dalam peta konsep sebagai berikut yakni :
INSEKTISIDAKIMIAPABRIK
KERUSAKAN LINGKUNGANTanah (tanah semakin keras dan tandus, dan juga penurunan pH tanah).Air (sifat persistensi menyebabkan konsentrasi di dalam tubuh zooplankton meningkat).Mematikan mikroorganisme yang berguna.
SOLUSIMENGGUNAKAN INSEKTISIDA NABATI
PETANIAman untuk kesehatan petani.Harga lebih ekonomis. Peningkatan hasil panen, produk
pertanian dan mengatasi mahalnya harga insektisida kimia.
LINGKUNGANTidak menurunkan produktivitas
lahan.Tidak menimbulkan pencemaran
air.Mengembalikan unsur hara.
PENURUNAN HASIL PANEN PADA PENANAMAN BERIKUTNYA
22
C. Hipotesis Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah dibuat dan dengan beberapa kajian
pustaka yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian proposal
ini yakni terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan insektisida
nabati yang ramah lingkungan sebagai substitutor insektisida kimia di kelompok
tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan untuk
peningkatan hasil panen dan perbaikan kualitas lingkungan.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelompok tani Desa Simbatan Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Magetan. Kondisi lahan pertanian di Desa Simbatan
ini mengalami penurunan nutrisi tanah yang dapat dilihat pada kering dan
tandusnya lahan garapan serta kematian beberapa mikroorganisme maupun
organisme yang membantu menyuburkan tanah, hal ini berdampak pada
penurunan hasil panen berikutnya sebesar 15%. Beberapa kondisi yang terjadi
di lahan pertanian ini dapat dijadikan sebagai objek penelitian yang relevan
dengan mengaplikasikan penggunaan insektisida nabati yang ramah
lingkungan sebagai substitutor insektisida kimia di kelompok tani Desa
Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan untuk peningkatan
hasil panen dan perbaikan kualitas lingkungan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2014.
Pelaksanaan pengamatan pada tanaman padi yang mulai berbuah dan
merunduk 2 minggu menjelang panen, karena lebih dominan untuk
mendapatkan intensitas penyerangan yang tinggi dari hama-hama padi
khususnya serangga seperti walang sangit, wereng. Berikut ini jadwal
pelaksanaan penelitian :
25
24
No Kegiatan
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Konsultasi dengan
pembimbing
2
Membuat rancangan
penelitian
3 Mengurus perizinan
4
Pelaksanaan
Penelitian
5 Evaluasi Penelitian
6
Pembuatan Laporan
Akhir
B. Desain Penelitian
Desain Penelitian
Metode yang akan digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya
kontrol (Suryabrata, 2003). Penelitian ini terbagi atas perlakuan kontrol dan
perlakuan eksperimen. Perlakuan eksperimen berupa pemberian insektisida
nabati pada 700 m2 lahan sawah yang terserang hama padi, serta pemberian
insektisida kimia pada 700 m2 lahan sawah yang terserang hama padi sebagai
kontrol dan pembanding . Lama perlakuan kontrol dan eksperimen berkisar 2
minggu sebelum masa panen ketika hama wereng menyerang tanaman padi
25
yang telah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi yang
menyebabkan menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan insektisida nabati sebagai
substitutor insektisida kimia pada kualitas hasil panen dan lingkungan.
Penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian kuantitatif, karena
pengolahan datanya menggunakan angka-angka yang valid. Data yang
diperoleh merupakan perbandingan hasil panen padi dan kualitas lingkungan
sebelum penggunaan insektisida nabati dengan hasil panen padi dan kualitas
lingkungan setelah penggunaan insektisida nabati.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yakni pengaruh penggunaan
konsentrasi insektisida nabati sebagai substitutor insektisida kimia di Desa
Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini yakni hasil panen dan kualitas lahan
setelah penggunaan insektisida nabati di Desa Simbatan Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Magetan.
c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini yakni hasil panen sebelum pemberian
perlakuan insektisida nabati pada lahan sawah di Desa Simbatan
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan.
26
Desain yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Secara
acak benih-benih padi ditanam pada 2 petak lahan yang berbeda yakni pada
petak lahan kontrol dan petak lahan perlakuan dan setelah benih-benih tersebut
mulai tumbuh dan berkembang diberi penomoran untuk memudahkan
pengamatan pada 2 petak lahan yang digunakan sebagai sampel. Diawali
dengan pemberian nomor hingga 30 kemudian ke-30 benih padi tersebut secara
acak diberi perlakuan yang berbeda sesuai dengan tabel berikut :
Tanaman
Kontrol
(menggunakan
insektisida
kimia)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tanaman
Perlakuan
(menggunakan
insektisida
nabati)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Agar data yang akan dianalisis lebih mendekati pada populasi,
perlu dilakukan sebuah pengulangan (replikasi). Adapun penghitungan
nilai replikasi diperoleh dari rumus berikut (Suryabrata, 2003) :
T (r-1) ≥ 2
2 (r-1) ≥ 2
2r-2 ≥ 2
27
2r ≥ 4
r ≥ 2
Keterangan : T = Jumlah perlakuan = 2
r = Jumlah replikasi = 2
No Perlakuan Data Observasi
1 Petak sawah 1 2
2 Jumlah benih
padi
15 benih 15 benih
3 Perlakuan Penyemprotan hama
menggunakan
insektisida nabati
sebagai perlakuan
dengan dosis 100 ml
: 1 liter air dengan 4
x penyemprotan
selama 2 minggu
Penyemprotan hama
menggunakan insektisida kimia
sebagai kontrol dengan takaran
dosis 100 ml : 1 liter air dengan
intensitas penyemprotan 4 x
selama 2 minggu.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah lahan pertanian di Desa Simbatan
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan dengan luas lahan kelompok
81 ha dari total luas lahan desa152 ha yang ditanami padi.
28
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah 2 lahan garapan yang ditanami padi
dengan luas lahan masing-masing 700 m2 untuk diuji cobakan menggunakan
insektisida kimia dan insektisida nabati sebagai upaya penanganan hama
penyakit yang menyerang padi 2 minggu sebelum panen. Benih padi dalam 2
petak lahan sawah yang diuji cobakan ditanami 30 benih. 15 benih pada
lahan sawah pertama yang diberi perlakuan menggunakan insektisida nabati
ketika terserang hama, dan 15 benih padi pada lahan sawah yang kedua
sebagai kontrol pembanding yang menggunakan insektisida kimia ketika padi
diserang hama.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti dengan
menggunakan beberapa langkah diantaranya yakni :
1. Mengumpulkan berbagai kasus yang terkait dengan tema yang di bahas.
2. Mereduksi dan mempersempit fokus permasalahan menjadi lebih spesifik.
3. Mengumpulkan berbagai telaah pustaka untuk di jadikan bahan kajian.
4. Melakukan teknik pengambilan sampel menggunakan metode Probability
Sampling dengan Simple Ramdom Sampling.
5. Menganalisis permasalahan dengan menghubungkan data hasil
pengamatan dengan alternatif solusi yang ditawarkan serta telaah pustaka
yang berkaitan.
6. Mensisntesis hasil analisis menjadi alternatif pemecahan masalah yang
dikaji.
7. Menyimpulkan hasil yang di peroleh.
29
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Pengumpulan data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang berasal dari
hasil panen dan kualitas lingkungan sebelum penggunaan insektisida nabati
dengan data hasil panen dan kualitas lingkungan setelah penggunaan
insektisida nabati. Metode pengumpulan data di peroleh dari sumber primer
dan sekunder. Sumber primer diperoleh dari observasi dengan kelompok petani
di Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan. Sedangkan
sumber sekunder diperoleh dari berbagai sumber baik dari buku, koran,
internet, jurnal yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan resolusi
insektisida yang lebih aman dan ramah lingkungan.
a. Data hasil panen sebelum dan setelah penggunaan insektisida nabati
Data hasil panen sebelum penggunaan insektisida nabati didapatkan
dari proses observasi pada kelompok tani di Desa Simbatan Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Magetan yang terlebih dahulu menggunakan
insektisida kimia yang mengandung BPMC dan MIPC. Metode
pengumpulan data ini dimulai dengan penggunaan insektisida nabati pada
sampel petak lahan 1 seluas 700 m2 dengan intensitas penyemprotan yang
dilakukan 2 minggu menjelang panen. Menggunakan takaran dosis yakni
100 ml : 1 liter air dengan 4x penyemprotan. Penggunaan insektisida
kimia pada petak lahan yang kedua dengan takaran dosis 100 ml : 1 liter
air dengan intensitas penyemprotan 4 x selama 2 minggu.
30
b. Data pelaksanaan penggunaan insektisida nabati pada lahan
pertanian di Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten
Magetan Data pelaksanaan penggunaan insektisida nabati pada lahan
pertanian di Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten
Magetan mencakup beberapa langkah-langkah pelaksanaan dari awal
sampai akhir aplikasi penggunaan insektisida nabati di lahan uji seluas 700
m2.
E. Instrumen Penelitian
Berikut ini adalah resep pembuatan insektisida nabati untuk menghilangkan
hama wereng, walang sangit pada tanaman untuk penggunaan per 700 m2 lahan
untuk takaran dosis per 100 ml (Soenandar M, Aeni MN, Raharjo A. 2010) :
1. Alat yang digunakan :
1) Blender
2) Sendok
3) Alat penyemprot insektisida
4) Timbangan
2. Bahan yang digunakan :
1) Tembakau 100 g
2) Kenikir 100 g
3) Pandan 100 g
4) Kemangi 100 g
5) Cabe rawit 100 g
6) Kunyit 100 g
31
7) Bawang Putih 100 g
8) Aquades 1 lt
9) Decomposer BSA (mikro organisme pengurai) 1-2 ml
10) Gula pasir 2 sendok makan.
3. Cara Pembuatan :
1) Semua bahan di blender dan di tambah 1lt aquades.
2) Masukkan ke dalam botol yang steril.
3) Tambahkan gula pasir 2 sdm.
4) Tambahkan Decomposer BSA 1-2 ml.
5) Tutup dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi.
6) Kemudian di saring dan siap dipergunakan.
4. Pengaplikasian /dosis pemakaian:
1) 100 ml untuk 1 lt air
2) Disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya.
3) 1 minggu 4-8 kali
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa lembar observasi dalam bentuk tabel yang memuat
hasil panen sebelum perlakuan, hasil panen setelah perlakuan serta rata-rata
kualitas lahan pada petak sawah, adapun tabel nya sebagai berikut: