Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal sebagai salah satu negara swasembada pangan karena keberhasilannya dalam program intensifikasi pertanian. Salah satu Propinsi yang turut memberikan andil dalam supply produk-produk pertanian unggulan negeri kita adalah Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur mampu menghasilkan beberapa komoditas pangan diantaranya adalah sektor tanaman pangan, perkebunan, dan pertanian. Komoditi tanaman pangan yang utama adalah padi (beras) dan kedelai. Komoditi padi/ beras memiliki output yang sangat besar dalam perekonomian Jawa Timur yang mampu memenuhi konsumsi dalam negeri dan ekspor sebesar 17,75% produksi nasional (Data Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2010). Hasil identifikasi di wilayah Jawa Timur terdapat beberapa daerah yang mempunyai potensi dalam bidang pertanian yang dapat dikelola oleh petani dan mampu 1
54

BAB I new

Dec 21, 2015

Download

Documents

Ayu Efendy

proposal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I new

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia terkenal sebagai salah satu negara swasembada pangan karena

keberhasilannya dalam program intensifikasi pertanian. Salah satu Propinsi yang

turut memberikan andil dalam supply produk-produk pertanian unggulan negeri

kita adalah Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur mampu menghasilkan beberapa

komoditas pangan diantaranya adalah sektor tanaman pangan, perkebunan, dan

pertanian. Komoditi tanaman pangan yang utama adalah padi (beras) dan kedelai.

Komoditi padi/ beras memiliki output yang sangat besar dalam perekonomian

Jawa Timur yang mampu memenuhi konsumsi dalam negeri dan ekspor sebesar

17,75% produksi nasional (Data Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2010).

Hasil identifikasi di wilayah Jawa Timur terdapat beberapa daerah yang

mempunyai potensi dalam bidang pertanian yang dapat dikelola oleh petani dan

mampu menyumbang komoditi pangan bagi Propinsi Jawa Timur khususnya,

maupun negara Indonesia pada umumnya. Daerah-daerah tersebut yakni

Kabupaten Lamongan, Kabupaten Kediri, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten dan

Kota Malang, Kabupaten Situbondo, Kota Mojokerto, Kabupaten Madiun,

Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten

Jember dan Kabupaten Tuban. Beberapa daerah tersebut dikenal sebagai sentra

penghasil padi di Jawa Timur. Kondisi tersebut membuktikan bahwa Jawa Timur

1

Page 2: BAB I new

2

merupakan salah satu lumbung utama pangan khususnya beras di Indonesia (Data

Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2010).

Upaya mempertahankan kualitas pertanian Indonesia sebagai negara

swasembada pangan dilakukan dengan berbagai usaha. Diantaranya dengan

menggunakan bibit unggul, melakukan pemupukan (terutama pupuk kimia), serta

pemberantasan penyakit dan hama tanaman menggunakan insektisida buatan

untuk membunuh hama dan serangga. Tujuan intensifikasi ini agar berhasil

mensejahterakan masyarakat dengan peningkatan hasil panen yang melimpah.

Penggunaan insektisida kimia, seperti obat semprot jenis rondaf pada

tanaman tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan dari segi lingkungan

sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran air dan tanah,

menghancurkan ekosistem mahluk hidup tertentu, mengganggu alur rantai

makanan, munculnya serangan hama sekunder serta mematikan mikroorganisme

yang berguna apabila penggunaanya tidak tepat (Wyuliandari, 2009). Kandungan

di dalam insektisida kimia berbahaya bagi keberlangsungan kelestarian

lingkungan. Zat kimia tersebut antara lain timbal, air raksa, siklodenia,

organofosfat, karmabat. Bahan kimia tersebut apabila digunakan dalam jumlah

dan dosis yang tidak tepat dapat menimbulkan pencemaran tanah dan air akibat

konsentrasi bahan kimia yang terlalu tinggi, selain itu adalah munculnya spesies

baru yang resisten terhadap insektisida, dan mengakibatkan munculnya berbagai

penyakit pada manusia akibat penggumpalan insektisida (Wyuliandari, 2009).

Berbagai jenis insektisida berbahan kimia tersebut banyak digunakan oleh

masyarakat karena mampu membasmi hama dari pada penggunaan insektisida

Page 3: BAB I new

3

alami. Namun tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan bagi

lingkungan di sekitarnya. Apabila hal ini terus dibiarkan tanpa penyelesaian dari

pihak-pihak terkait, maka kerusakan lingkungan akan semakin buruk. Selain itu

harga insektisida kimia yang semakin melambung juga harus diperhatikan dan

dipertimbangkan agar hasil panen petani dapat lebih optimal.

Salah satu dampak kerusakan lingkungan dapat kita lihat pada kondisi tanah

pertanian yang mulai mengalami penggerusan unsur hara dan penurunan Ph tanah

yang membuat tanah semakin keras serta tandus. Berbagai dampak tersebut

muncul sebagai akibat pemakaian pupuk kimia sintetis, insektisida kimia (rondaf)

dan obat-obatan kimia lain yang berlebihan. Berdasarkan hasil survei para ahli

pertanian, lahan-lahan pertanian di Indonesia 60 % dalam kondisi kritis dalam

arti unsur hara tanah di bawah kadar normal, yakni tinggal 1-2 %, hal ini secara

tidak langsung akan menurunkan hasil panen. Selain itu penggunaan insektisida

dan obat-obatan kimia yang bersifat racun akan membunuh serangga yang

berguna bagi tanaman, juga mikroorganisme tanah seperti cacing yang berperan

dalam kesuburan tanah, ganggang, jamur, cendawan dan bakteri lain (Winarso,

2005). Sehingga komponen yang bertahan dan mudah ditemukan justru serangga

penggangu. Hama pengganggu akan semakin ganas dengan cara berevolusi secara

genetik dan memiliki daya tahan yang jauh lebih hebat. Jadi mereka akan kebal

dengan penggunaan insektisida kimia dosis biasa yang berakibat pada naiknya

penggunaan dosis insektisida kimia pabrik. Secara otomatis kadar racun semakin

bertambah untuk dapat membasmi hama-hama pengganggu. Semakin lama siklus

kehidupan di dalam tanah yang tertinggal hanya endapan racun dari zat-zat kimia.

Page 4: BAB I new

4

Kelompok tani di Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten

Magetan menggunakan insektisida kimia jenis rondaf dan phostoxin untuk

membunuh hama padi yakni walang sangit (L. oratorius), dan wereng yang

menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir

padi yang menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak

sempurna. Di Indonesia walang sangit merupakan hama potensial yang pada

waktu tertentu menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil

mencapai 50 %. Populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai

25 %. Kualitas gabah (beras) sangat dipengaruhi serangan walang sangit dan

hama wereng, karena secara langsung menurunkan hasil, dan secara tidak

langsung menurunkan kualitas gabah (Syam M. et al., 2007).

Apabila penggunaan insektisida kimia ini terus menerus dilakukan, maka

alam tidak akan seimbang dengan kehidupan manusia, oleh karena itu diperlukan

kesadaran dari semua pihak khususnya petani untuk menggunakan insektisida

yang ramah lingkungan. Insektisida nabati (ABCDG3) menjadi alternatif pilihan

bagi petani. Insektisida nabati (ABCDG3) adalah insektisida yang bahan

dasarnya adalah tumbuhan, sehingga tidak mengandung bahan-bahan kimia serta

mudah terurai (biodegradable) di alam dan tidak mencemari lingkungan.

Insektisida nabati ini mampu mengatasi dan mengusir hama perusak tanaman

pertanian dan perkebunan umumnya seperti kutu, ulat, belalang, wereng, walang

sangit. Insektisida nabati(ABCDG3) relatif mudah dibuat dengan bahan dan

teknologi yang sederhana. Sehingga insektisida ini relatif aman bagi manusia dan

ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Insektisida nabati (ABCDG3)

terbuat dari bahan alami yang mengandung zat-zat pembasmi hama seperti

Page 5: BAB I new

5

tembakau, kenikir, pandan, kemangi, cabe rawit, kunyit, bawang putih.

Penggunaan insektisida nabati (ABCDG3) tidak beresiko menyebabkan timbulnya

penyakit pada petani yang menggunakannya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas ditemukan beberapa masalah yang

dihadapi dalam bidang pertanian khususnya penanganan hama dan penyakit

tanaman padi diantaranya yaitu:

1. Munculnya hama walang sangit (L. oratorius) dan wereng yang

menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan

bulir padi yang menyebabkan bulir padi menjadi hampa.

2. Penurunan kuantitas hasil panen dan kualitas tanah akibat penggunaan

insektisida kimia yang berlebih ketika terjadi serangan hama seperti

wereng dan walang sangit.

3. Kurangnya kesadaran dan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai

penggunaan insektisida nabati yang lebih ramah lingkungan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas ditemukan beberapa batasan

permasalahan yang akan dibahas dalam proposal penelitian ini yaitu :

Page 6: BAB I new

6

1. Insektisida kimia yang digunakan di kelompok tani Desa Simbatan

Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan.

2. Insektisida nabati (ABCDG3) sebagai substitutor insektisida kimia

( phostoxin dan rondaf) yang digunakan di kelompok tani Desa Simbatan

Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan.

3. Pengaruh penggunaan insektisida nabati terhadap peningkatan hasil panen

tanaman padi di kelompok tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi,

Kabupaten Magetan

D. Rumusan Masalah

Proposal penelitian ini memfokuskan permasalahan bagaimana pengaruh

penggunaan insektisida nabati (ABCDG3) yang ramah lingkungan sebagai

substitutor insektisida kimia (phostoxin dan rondaf) di kelompok tani Desa

Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan melakukan peningkatan

hasil panen tanaman padi?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh penggunaan insektisida nabati (ABCDG3) yang

ramah lingkungan sebagai substitutor insektisida kimia (phostoxin dan rondaf) di

kelompok tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan

dalam melakukan peningkatan hasil panen tanaman padi.

Page 7: BAB I new

7

F. Kegunaan Penelitian

Terdapat beberapa kegunaan penelitian yang dilakukan ini, diantaranya

yakni :

a. Petani

Sebagai alternatif pilihan yang dapat digunakan oleh petani dalam menghadapi

berbagai dampak buruk penggunaan insektisida kimia pabrik terhadap

lingkungan dengan mengganti insektisida kimia menjadi insektisida nabati

berbahan dasar alami yang ramah lingkungan dan dapat memperbaiki kualitas

hasil panen.

b. Lingkungan

Sebagai upaya perbaikan untuk mengembalikan kualitas lahan dan

produktivitasnya, serta komponen-komponen ekosistem yang terkait sehingga

mampu tercipta alam yang balance untuk kehidupan manusia.

c. Pemerintah

Sebagai upaya untuk mendukung kemandirian masyarakat dan alternatif baru

dalam dunia pertanian khususnya untuk penggunaan insektisida yang lebih

ramah lingkungan yang aman digunakan dalam jangka waktu yang lama.

G. Definisi Istilah

Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam proposal penelitian ini

diantaranya yakni :

1. Insektisida kimia

Page 8: BAB I new

8

Merupakan suatu jenis pembasmi hama tanaman khususnya serangga

yang dibuat oleh pabrik menggunakan bahan-bahan kimia sebagai

penyusunnya.

2. Insektisida nabati

Merupakan suatu jenis pembasmi hama tanaman khususnya serangga

dan terbuat dari bahan-bahan alami yakni tumbuhan yang memiliki

bahan-bahan pembasmi hama serangga yang menyerang tanaman padi.

3. Substitutor

Dapat diartikan sebagai pengganti atau solusi baru yang ditawarkan

untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul sebelumnya.

Page 9: BAB I new

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Insektisida Kimia

Insektisida kimia (rondaf dan phostoxin) merupakan pembasmi hama dan

penyakit yang menyerang tanaman khususnya serangga yang dibuat dari berbagai

zat-zat kimia atau non organik. Paradigma penggunaan insektisida kimia untuk

membasmi hama penyakit pada beberapa jenis tanaman sudah diterapkan

pemerintah pada masyarakat Indonesia khususnya petani sejak Indonesia mulai

mencanangkan program intensifikasi pangan untuk mencapai swasembada pangan

(Wyuliandari, 2009). Orientasi pemerintah untuk mencapai hasil yang maksimal

memaksa para petani penggarap lahan menggunakan jenis insektisida kimia agar

masalah hama dan penyakit tanaman dapat ditanggulangi.

Jenis insektisida yang digunakan merupakan tipe insektisida berdaya bunuh

tinggi sehingga mampu membunuh sebagian besar organisme yang dikenainya

(Usitani, 2009). Tidak luput pula dengan organisme yang bermanfaat yang hidup

berdampingan dengan organisme penggangu. Frekuensi penyemprotan insektisida

ini menjadi lebih intensif setiap minggu sepanjang musim tanam berdasarkan

program penyuluhan pemerintah yang terjadwal dengan sistem kalender, tanpa

memperhatikan ada tidaknya hama yang menyerang di lapangan.

Tanpa disadari kebijakan pemerintah yang mulai diterapkan secara intensif itu

membawa dampak buruk terhadap lingkungan. Tidak sedikit berbagai 10

Page 10: BAB I new

10

permasalahan yang ditimbulkan akibat penggunaan insektisida kimia yang tidak

terkendali. Berbagai permasalahan itu diantaranya insektisida yang digunakan tanpa

prosedur yang tepat dan perlindungan mengakibatkan terjadinya keracunan pada

manusia saat insektisida digunakan, atau pun setelah melakukan penyemprotan.

Beberapa gejala akan muncul seperti gatal-gatal, muntah-muntah, kejang, bahkan

kematian apabila manusia tidak memperhatikan cara penyemprotan dan

perlindungan diri yang benar saat melakukan kontak langsung dengan insektisida

melalui kulit, mulut, dan pernafasan (Wyuliandari, 2009). Menurut World Health

Organization (WHO) paling tidak 20.000 orang per tahun mati akibat keracunan

pestisida buatan. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak

yang sangat fatal seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan

penyakit liver. Salah satu contoh nyata dampak negatif penggunaan pestisida

berjenis insektisida ini adalah tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984.

Dimana bahan kimia metil isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang

memproduksi pestisida sintesis (Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000

orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000 orang dirawat akibat keracunan. Bagi

orang awam, dampak negatif penggunaan insektisida ini juga dirasakan apabila

residu racun dalam insektisida masih tertinggal dalam bagian tanaman yang

dikonsumsi manusia.

Selain memiliki pengaruh buruk terhadap manusia, penggunaan insektisida

kimia ini juga akan mengganggu keseimbangan lingkungan fisik dan biotik yang

menyebabkan kualitas lingkungan hidup menurun (Usitani, 2009). Residu yang

disemprotkan di tanah memungkinkan terbawa hembusan angin sehingga residu

Page 11: BAB I new

11

yang mengandung racun ini akan terbawa dan mencemari berbagai biota lain yang

bukan sasaran dari insektisida ini. Jika insektisida ini sudah tercemar di dalam air,

partikel insektisida tersebut akan diserap oleh fitoplankton yang akan dikonsumsi

zooplankton. Kandungan insektisida yang ada di dalam fitoplankton ikut termakan.

Sifat persistensi yang dimiliki insektisida kimia menyebabkan konsentrasi di

dalam tubuh zooplankton meningkat hingga puluhan bahkan ratusan kali dibanding

dengan yang ada di dalam air. Bila zooplankton tersebut dimakan oleh ikan-ikan

kecil, konsentrasi insektisida di dalam tubuh ikan-ikan tersebut lebih meningkat

lagi. Demikian pula  konsentrasi insektisida kimia di dalam tubuh ikan besar yang

memakan ikan kecil tersebut. Rantai konsumen yang terakhir yaitu manusia yang

mengkonsumsi ikan  besar akan menerima konsentrasi tertinggi dari insektisida

tersebut. Kasus pencemaran lingkungan akibat penggunaan insektisida dampaknya

tidak segera dapat dilihat, sehingga sering diabaikan dan terkadang dianggap

sebagai akibat sampingan yang tak dapat dihindari.

Akibat pencemaran lingkungan ini juga berdampak terhadap organisme

biosfer sehingga dapat menyebabkan kematian dan menciptakan hilangnya spesies

tertentu yang bukan jasad sasaran (Kartasapoetra AG, 1993). Kehilangan satu

spesies dari muka bumi dapat menimbulkan akibat negatif jangka panjang yang

tidak dapat diperbaharui. Sering kali yang langsung terbunuh oleh penggunaan

insektisida adalah spesies serangga yang menguntungkan seperti lebah, musuh

alami hama, invertebrata, dan bangsa burung.

Penggunaan insektisida kimia ini juga berdampak pada munculnya resistensi

hama terhadap jenis insektisida yang digunakan. Munculnya resistensi sebagai

reaksi evolusi menghadapi suatu tekanan (strees). Karena hama terus menerus

Page 12: BAB I new

12

mendapat tekanan oleh insektisida, spesies hama mampu membentuk strain baru

yang lebih tahan terhadap insektisida tertentu yang digunakan petani. Bahan-bahan

kimia dapat menyebabkan gejala-gejala visual spesifik seperti kekurangan unsur

hara (Winarso, 2005). Kekurangan unsur hara baik kekurangan atau keracunan

dapat membuat tanaman lebih sensitif terhadap gangguan iklim dan serangga.

Kadar N yang tinggi dapat menyebabkan tanaman sensitif terhadap stres air dan

peka terhadap serangan serangga (Winarso, 2005).

Di Indonesia, beberapa jenis hama yang diketahui resisten terhadap insektisida

antara lain hama kubis Plutella xylostella, hama kubis Crocidolomia pavonana,

hama penggerek umbi kentang Phthorimaea operculella, dan ulat grayak

Spodoptera litura. Demikian juga hama-hama tanaman padi seperti wereng coklat

(Nilaparvata lugens), hama walang sangit (Nephotettix inticeps) dan ulat penggerek

batang (Chilo suppressalis) mengalami peningkatan ketahanan terhadap insektisida.

Hal ini mendorong petani untuk semakin sering melakukan penyemprotan

sekaligus melipat gandakan dosis. Penggunaan insektisida yang berlebihan ini dapat

menstimulasi peningkatan populasi hama (Syam M. et al, 2007).

Penggunaan insektisida yang berlebihan juga berakibat fatal pada ledakan

populasi hama sekunder (Usitani, 2009). Seperti peristiwa yang terjadi di

Indonesia,  dilaporkan pernah terjadi ledakan hama ganjur di hamparan persawahan

jalur Pantura Jawa Barat, setelah disemprot intensif pestisida Dimecron dari udara

untuk memberantas hama utama penggerek padi kuning Scirpophaga incertulas.

Penelitian dirumah kaca membuktikan, dengan menyemprotkan Dimecron pada

tanaman padi muda, hama ganjur dapat berkembang dengan baik, karena

Page 13: BAB I new

13

parasitoidnya terbunuh. Munculnya hama wereng coklat Nilaparvata lugens setelah

tahun 1973 mengganti kedudukan hama penggerek batang padi sebagai hama utama

di Indonesia, mungkin disebabkan penggunaan pestisida golongan khlor secara

intensif untuk mengendalikan hama sundep dan weluk.

Fakta lain yang cukup fatal akibat penggunaan insektisida kimia di luar

ambang batas adalah masalah residu insektisida pada produk pertanian yang

dijadikan pertimbangan untuk diterima atau ditolak negara importir (Sudarmo S,

2005). Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu insektisida pada

bahan makanan yang masuk ke negaranya. Produk pertanian Indonesia akhir-akhir

ini sering ditolak di luar negeri karena residu insektisida yang berlebihan. Media

massa memberitakan, ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak dapat diterima dan

akhirnya dimusnahkan karena residu insektisida yang melebihi ambang batas.

Demikian juga produksi sayur mayur dari Sumatera Utara, pada tahun 1980 masih

diterima pasar luar negeri. Tetapi  kurun waktu belakangan ini, seiring dengan

perkembangan kesadaran peningkatan kesehatan, sayur mayur dari Sumatera Utara

ditolak konsumen luar negeri,  dengan alasan kandungan residu pestisida jenis

insektisida yang  tidak dapat ditoleransi karena melampaui ambang batas.

Pemerintah Republik Indonesia tidak menutup mata melihat beberapa fakta

yang memprihatinkan akibat penggunaan insektisida kimia yang banyak merugikan

ini. Salah satu tindakan nyata pemerintah adalah pengeluaran kebijakan dan

tindakan yang dapat membatasi dan mengurangi penggunaan pestisida. Melalui

Instruksi Presiden No. 3 Tahun 1986 program penanganan organisma pengganggu

tanaman  adalah dengan menerapkan prinsip pengelolaan hama terpadu (PHT)

Page 14: BAB I new

14

sebagai program nasional, yang merupakan upaya untuk mengantisipasi dampak

buruk pemakaian pestisida (Pracaya, 2009).

Selain mengeluarkan beberapa kebijakan melalui penetapan intruksi presiden

dan surat keputusan bersama, pemerintah juga mengadakan sosialisasi lapangan

pada petani-petani. Mengkaji beberapa dampak negatif dan kerugian yang

ditimbulkan serta mengajak para petani untuk meminimalkan penggunaan

insektisida kimia pabrik. Namun pada kenyatannya, belum banyak pengusaha

pertanian atau petani yang perduli akan beberapa ketetapan pemerintah yang

dikeluarkan dan sosialisasi yang dilakukan. Para petani ini baru menyadari setelah

ekspor produk pertanian ditolak oleh negara importir, akibat residu insektisida yang

tinggi.

2. Insektisida Alami Berbahan Nabati

Berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan, upaya

terobosan untuk memperbaiki dan meminimalisir penggunaan insektisida kimia

adalah dengan menggantinya menggunakan insektisida alami dari nabati yang

ramah lingkungan (Wyuliandari, 2009). Menurut Thamrin (2008) insektisida nabati

merupakan insektisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian

tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi

berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin

yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian

tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan

sebagai insektisida.

Page 15: BAB I new

15

Saat ini banyak penelitian yang menyatakan bahwa insektisida alami dapat

dibuat dari bahan-bahan disekitar kita. Insektisida alami nabati adalah insektisida

yang berdaya basmi ampuh pada hama namun tetap ramah lingkungan, terbuat dari

bahan alami, dan tidak beresiko menyebabkan timbulnya penyakit pada petani yang

menggunakannya (Usitani, 2009). Insektisida alami ini dapat diolah dari berbagai

bahan yang mengandung zat-zat pembasmi hama.

Aplikasi mekanisme kerja insektisida nabati ini yakni “hit and run” saat

diaplikasikan yakni akan membunuh hama seketika dan setelah hama pengganggu

mati, residunya akan hilang di alam karena mudah terurai (Untung, 1993). Produk

pertanian akan terbebas dari residu insektisida, sehingga aman dikonsumsi manusia.

Insektisida organik ini mampu mengatasi dan mengusir hama perusak tanaman

pertanian dan perkebunan umumnya seperti belalang, walang sangit, wereng, dsb.

Manfaat lain yang didapatkan dari penggunaan insektisida nabati ini bagi

petani khususnya yakni menghasilkan produk yang aman serta lingkungan yang

tidak tercemar, mampu menghasilkan produk pertanian yang aman bagi manusia

dan ternak karena residunya mudah hilang, serta terbuat dari bahan-bahan yang

nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumber daya yang ada di sekitar dan

bisa dibuat sendiri (Usitani, 2009). Insektisida nabati ini dapat mengatasi kesulitan

ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya insektisida

sintetis/ kimiawi. Dosis yang digunakan pada insektisida nabati ini tidak terlalu

mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan insektisida kimia.

Penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan mati.

Penggunaan insektisida nabati ini tidak menimbulkan kekebalan dan kematian pada

Page 16: BAB I new

16

serangga maupun mikroorganisme lain seperti cacing dan mikroorganisme pengurai

yang bermanfaat untuk kesuburan lahan.

Penggunaan insektisida nabati berbahan dasar tumbuhan yang ramah

lingkungan ini mudah diserap oleh tanah karena memiliki degradasi/ penguraian

yang cepat oleh sinar matahari. Cara kerja insektisida nabati sangat spesifik, yaitu :

1) merusak perkembangan telur, larva dan pupa ; 2) menghambat pergantian kulit;

3) mengganggu komunikasi serangga; 4) menyebabkan serangga menolak makan;

5) menghambat reproduksi serangga betina; 6) mengurangi nafsu makan; 7)

memblokir kemampuan makan serangga; 8) mengusir serangga, dan 9)

menghambat perkembangan patogen penyakit (Soenandar M, Aeni MN, Raharjo A.

2010).

Insektisida nabati ini memiliki kandungan toksisitas yang umumnya rendah

terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia dan lingkungan. Selain itu

dapat diandalkan untuk mengatasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang

telah kebal pada insektisida kimia, tetapi memiliki toksisitas rendah, yaitu tidak

meracuni dan merusak tanaman sehingga insektisida nabati dapat menyelamatkan

musuh alami (Untung, 1993). Menurut Winarso S (2005) penggunaan insektisida

nabati yang tidak menggunakan bahan kimia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

perlu dibudidayakan karena memiliki beberapa khasiat untuk membunuh atau

mengendalikan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), baik dengan aroma yang

menyengat, dengan rasa yang tidak enak maupun dengan kandungan alami pada

tumbuhan yang dapat membunuh serangga. Penggunaan insektisida nabati

merupakan salah satu solusi dalam mengendalikan OPT (Organisme Pengganggu

Tanaman) khususnya pada tanaman padi, disamping dapat mengurangi efek

Page 17: BAB I new

17

kerusakan lingkungan maupun dampak terhadap kesehatan yang ditimbulkan akibat

penggunaan bahan kimia pada insektisida kimia.

Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan

yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati antara lain

Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperacea. Selain bersifat sebagai insektisida,

jenis-jenis tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida,

nematisida, bakterisida (Baehaki, 1992). Insektisida nabati dapat berfungsi sebagai

penghambat nafsu makan (anti feedant), penolak (repellent), penarik (atractant)

dan berpengaruh langsung sebagai racun. Berikut beberapa kandungan kimia dan

manfaat yang ada di dalam masing-masing bahan pembuatan insektisida alami :

Tabel 1. Kandungan Kimia dalam Bahan-Bahan Pembuatan Insektisida

Nabati

Nama Kandungan

Kimia

Keterangan

Tembakau Nikotin senyawa kimia organik kelompok

alkaloid yang dihasilkan secara alami

oleh tumbuhan. Termasuk golongan

Solanaceae.

Kenikir Protein senyawa organik kompleks berbobot

Page 18: BAB I new

18

molekul tinggi yang merupakan polimer

dari monomer-monomer asam amino

yang dihubungkan satu sama lain dengan

ikatan peptida. Termasuk golongan

Asteraceae.

Karbohidrat senyawa organik terdiri dari unsur

karbon, hidrogen, dan oksigen

Pandan Alkaloida sebuah golongan senyawa basa

bernitrogen yang kebanyakan

heterosiklik dan terdapat di tumbuhan.

Termasuk golongan Pandanaceae.

Saponin segolongan senyawa glikosida yang

mempunyai struktur steroid dan

mempunyai sifat-sifat khas dapat

membentuk larutan koloidal dalam air

dan membuai bila dikocok.

Flavonoida salah satu golongan senyawa metabolit

sekunder yang banyak terdapat pada

tumbuh-tumbuhan, khususnya dari

golongan Leguminoceae (tanaman

berbunga kupu-kupu).

Kemangi Sitral salah satu dari campuran sepasang

Page 19: BAB I new

19

terpenoid.

Cabe Antioksidan senyawa yang digunakan untuk menjaga

tubuh dari serangan radikal bebas.

Termasuk golongan Solanaceae.

Bawang Putih Sulfur unsur bukan logam multivalen yang

berlimpah, tanpa rasa dan tanpa bau.

Termasuk golongan Liliaceae.

EM-4

(Efektif

Mikroorganisme)

Mikroorganisme

pengurai

Bahan dasar fermentasi (proses endapan

menggunakan bakteri) yang menguraikan

endapan-endapan insektisida buatan di

dalam tanah dan mengembalikan

kesuburan tanah.

Gula Pasir Gugus molekul

C6H12O6

Makanan mikroba pengurai agar dapat

berfungsi dengan baik dalam pembuatan

insektisida nabati.

Sumber : (Soenandar M, Aeni MN, Raharjo A. 2010)

3. Profil Kelompok Tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten

Magetan

Kelompok tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan

merupakan wujud kebersamaan warga desa dalam menyatukan visi dan misi

untuk meningkatkan pangupojiwo yang hampir semua berprofesi sebagai petani

padi. Ide kelompok untuk berbudidaya padi tercetus sejak tahun 1998.  Luas lahan

kelompok 81 ha dari total luas lahan desa 152 ha ditanami padi sekaligus

Page 20: BAB I new

20

memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada dan sangat mendukung yaitu

hamparan sawah, pengairan, kotoran ternak dan tenaga kerja. Budidaya padi yang

dilakukan 1 tahun 3 kali panen, perkembangan luas lahan garapan padi

berkembang pesat terbukti dari luas lahan 1 desa 152 ha hampir semua ditanami

padi. Beberapa varietas yang selama ini dikembangkan yaitu menthik wungu, C-4

raja. Akan tetapi kelompok tani ini masih menggunakan insektisida kimia jenis

BPMC dan MIPC untuk membunuh hama padi seperti walang sangit (L.

oratorius) dan hama wereng yang menyerang tanaman padi setelah berbunga

dengan cara menghisap cairan bulir padi yang menyebabkan bulir padi menjadi

hampa atau pengisiannya tidak sempurna (Kelompok tani Desa Simbatan

Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, 2013).

Jika penggunaan insektisida kimia yang selama ini digunakan oleh kelompok

tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan dihentikan

dan dilakukan penggantian insektisida nabati yang ramah lingkungan. Secara

otomatis dampak buruk penggunaan insektisida kimia bagi lingkungan seperti

pencemaran air dan tanah yang terjadi, menurunnya produktifitas lahan, serta

resistennya hama pengganggu seperti walang sangit dan wereng akan dapat

diminimalkan.

B. Kerangka Berpikir

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan kualitas

lingkungan dan hasil panen adalah dengan penggunaan insektisida nabati yang

ramah lingkungan. Insektisida tersebut terbuat dari bahan-bahan alami yang

Page 21: BAB I new

21

mampu membasmi hama yang bersifat merusak tanaman. Mekanisme kerja yang

dapat dilakukan adalah “hit and run”, yakni membunuh hama saat mulai

diaplikasikan, dengan residu yang akan hilang di alam karena mudah terurai

biodegradable (Untung, 1993). Penggunaan insektisida nabati dalam jangka

waktu tertentu akan mampu memberikan banyak keuntungan bagi para petani

diantaranya mampu menghasilkan produk yang aman dengan lingkungan yang

tidak tercemar, bahan yang digunakan cenderung ekonomis karena tidak sulit

dijumpai dan dapat dibuat sendiri. Selain itu penggunaan insektisida nabati juga

dapat mengatasi ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian

khususnya insektisida sintetis/ kimiawi. Kerangka berfikir ini dapat digambarkan

dalam peta konsep sebagai berikut yakni :

INSEKTISIDAKIMIAPABRIK

KERUSAKAN LINGKUNGANTanah (tanah semakin keras dan tandus, dan juga penurunan pH tanah).Air (sifat persistensi menyebabkan konsentrasi di dalam tubuh zooplankton meningkat).Mematikan mikroorganisme yang berguna.

SOLUSIMENGGUNAKAN INSEKTISIDA NABATI

PETANIAman untuk kesehatan petani.Harga lebih ekonomis. Peningkatan hasil panen, produk

pertanian dan mengatasi mahalnya harga insektisida kimia.

LINGKUNGANTidak menurunkan produktivitas

lahan.Tidak menimbulkan pencemaran

air.Mengembalikan unsur hara.

PENURUNAN HASIL PANEN PADA PENANAMAN BERIKUTNYA

Page 22: BAB I new

22

C. Hipotesis Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah dibuat dan dengan beberapa kajian

pustaka yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian proposal

ini yakni terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan insektisida

nabati yang ramah lingkungan sebagai substitutor insektisida kimia di kelompok

tani Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan untuk

peningkatan hasil panen dan perbaikan kualitas lingkungan.

Page 23: BAB I new

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelompok tani Desa Simbatan Kecamatan

Nguntoronadi, Kabupaten Magetan. Kondisi lahan pertanian di Desa Simbatan

ini mengalami penurunan nutrisi tanah yang dapat dilihat pada kering dan

tandusnya lahan garapan serta kematian beberapa mikroorganisme maupun

organisme yang membantu menyuburkan tanah, hal ini berdampak pada

penurunan hasil panen berikutnya sebesar 15%. Beberapa kondisi yang terjadi

di lahan pertanian ini dapat dijadikan sebagai objek penelitian yang relevan

dengan mengaplikasikan penggunaan insektisida nabati yang ramah

lingkungan sebagai substitutor insektisida kimia di kelompok tani Desa

Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan untuk peningkatan

hasil panen dan perbaikan kualitas lingkungan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2014.

Pelaksanaan pengamatan pada tanaman padi yang mulai berbuah dan

merunduk 2 minggu menjelang panen, karena lebih dominan untuk

mendapatkan intensitas penyerangan yang tinggi dari hama-hama padi

khususnya serangga seperti walang sangit, wereng. Berikut ini jadwal

pelaksanaan penelitian :

25

Page 24: BAB I new

24

No Kegiatan

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Konsultasi dengan

pembimbing                        

2

Membuat rancangan

penelitian                        

3 Mengurus perizinan                        

4

Pelaksanaan

Penelitian                      

5 Evaluasi Penelitian                        

6

Pembuatan Laporan

Akhir                        

B. Desain Penelitian

Desain Penelitian

Metode yang akan digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian

eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya

kontrol (Suryabrata, 2003). Penelitian ini terbagi atas perlakuan kontrol dan

perlakuan eksperimen. Perlakuan eksperimen berupa pemberian insektisida

nabati pada 700 m2 lahan sawah yang terserang hama padi, serta pemberian

insektisida kimia pada 700 m2 lahan sawah yang terserang hama padi sebagai

kontrol dan pembanding . Lama perlakuan kontrol dan eksperimen berkisar 2

minggu sebelum masa panen ketika hama wereng menyerang tanaman padi

Page 25: BAB I new

25

yang telah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi yang

menyebabkan menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan insektisida nabati sebagai

substitutor insektisida kimia pada kualitas hasil panen dan lingkungan.

Penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian kuantitatif, karena

pengolahan datanya menggunakan angka-angka yang valid. Data yang

diperoleh merupakan perbandingan hasil panen padi dan kualitas lingkungan

sebelum penggunaan insektisida nabati dengan hasil panen padi dan kualitas

lingkungan setelah penggunaan insektisida nabati.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yakni pengaruh penggunaan

konsentrasi insektisida nabati sebagai substitutor insektisida kimia di Desa

Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yakni hasil panen dan kualitas lahan

setelah penggunaan insektisida nabati di Desa Simbatan Kecamatan

Nguntoronadi, Kabupaten Magetan.

c. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini yakni hasil panen sebelum pemberian

perlakuan insektisida nabati pada lahan sawah di Desa Simbatan

Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan.

Page 26: BAB I new

26

Desain yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Secara

acak benih-benih padi ditanam pada 2 petak lahan yang berbeda yakni pada

petak lahan kontrol dan petak lahan perlakuan dan setelah benih-benih tersebut

mulai tumbuh dan berkembang diberi penomoran untuk memudahkan

pengamatan pada 2 petak lahan yang digunakan sebagai sampel. Diawali

dengan pemberian nomor hingga 30 kemudian ke-30 benih padi tersebut secara

acak diberi perlakuan yang berbeda sesuai dengan tabel berikut :

Tanaman

Kontrol

(menggunakan

insektisida

kimia)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Tanaman

Perlakuan

(menggunakan

insektisida

nabati)

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Agar data yang akan dianalisis lebih mendekati pada populasi,

perlu dilakukan sebuah pengulangan (replikasi). Adapun penghitungan

nilai replikasi diperoleh dari rumus berikut (Suryabrata, 2003) :

T (r-1) ≥ 2

2 (r-1) ≥ 2

2r-2 ≥ 2

Page 27: BAB I new

27

2r ≥ 4

r ≥ 2

Keterangan : T = Jumlah perlakuan = 2

r = Jumlah replikasi = 2

No Perlakuan Data Observasi

1 Petak sawah 1 2

2 Jumlah benih

padi

15 benih 15 benih

3 Perlakuan Penyemprotan hama

menggunakan

insektisida nabati

sebagai perlakuan

dengan dosis 100 ml

: 1 liter air dengan 4

x penyemprotan

selama 2 minggu

Penyemprotan hama

menggunakan insektisida kimia

sebagai kontrol dengan takaran

dosis 100 ml : 1 liter air dengan

intensitas penyemprotan 4 x

selama 2 minggu.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah lahan pertanian di Desa Simbatan

Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan dengan luas lahan kelompok

81 ha dari total luas lahan desa152 ha yang ditanami padi.

Page 28: BAB I new

28

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah 2 lahan garapan yang ditanami padi

dengan luas lahan masing-masing 700 m2 untuk diuji cobakan menggunakan

insektisida kimia dan insektisida nabati sebagai upaya penanganan hama

penyakit yang menyerang padi 2 minggu sebelum panen. Benih padi dalam 2

petak lahan sawah yang diuji cobakan ditanami 30 benih. 15 benih pada

lahan sawah pertama yang diberi perlakuan menggunakan insektisida nabati

ketika terserang hama, dan 15 benih padi pada lahan sawah yang kedua

sebagai kontrol pembanding yang menggunakan insektisida kimia ketika padi

diserang hama.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti dengan

menggunakan beberapa langkah diantaranya yakni :

1. Mengumpulkan berbagai kasus yang terkait dengan tema yang di bahas.

2. Mereduksi dan mempersempit fokus permasalahan menjadi lebih spesifik.

3. Mengumpulkan berbagai telaah pustaka untuk di jadikan bahan kajian.

4. Melakukan teknik pengambilan sampel menggunakan metode Probability

Sampling dengan Simple Ramdom Sampling.

5. Menganalisis permasalahan dengan menghubungkan data hasil

pengamatan dengan alternatif solusi yang ditawarkan serta telaah pustaka

yang berkaitan.

6. Mensisntesis hasil analisis menjadi alternatif pemecahan masalah yang

dikaji.

7. Menyimpulkan hasil yang di peroleh.

Page 29: BAB I new

29

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Pengumpulan data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang berasal dari

hasil panen dan kualitas lingkungan sebelum penggunaan insektisida nabati

dengan data hasil panen dan kualitas lingkungan setelah penggunaan

insektisida nabati. Metode pengumpulan data di peroleh dari sumber primer

dan sekunder. Sumber primer diperoleh dari observasi dengan kelompok petani

di Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan. Sedangkan

sumber sekunder diperoleh dari berbagai sumber baik dari buku, koran,

internet, jurnal yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan resolusi

insektisida yang lebih aman dan ramah lingkungan.

a. Data hasil panen sebelum dan setelah penggunaan insektisida nabati

Data hasil panen sebelum penggunaan insektisida nabati didapatkan

dari proses observasi pada kelompok tani di Desa Simbatan Kecamatan

Nguntoronadi, Kabupaten Magetan yang terlebih dahulu menggunakan

insektisida kimia yang mengandung BPMC dan MIPC. Metode

pengumpulan data ini dimulai dengan penggunaan insektisida nabati pada

sampel petak lahan 1 seluas 700 m2 dengan intensitas penyemprotan yang

dilakukan 2 minggu menjelang panen. Menggunakan takaran dosis yakni

100 ml : 1 liter air dengan 4x penyemprotan. Penggunaan insektisida

kimia pada petak lahan yang kedua dengan takaran dosis 100 ml : 1 liter

air dengan intensitas penyemprotan 4 x selama 2 minggu.

Page 30: BAB I new

30

b. Data pelaksanaan penggunaan insektisida nabati pada lahan

pertanian di Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten

Magetan Data pelaksanaan penggunaan insektisida nabati pada lahan

pertanian di Desa Simbatan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten

Magetan mencakup beberapa langkah-langkah pelaksanaan dari awal

sampai akhir aplikasi penggunaan insektisida nabati di lahan uji seluas 700

m2.

E. Instrumen Penelitian

Berikut ini adalah resep pembuatan insektisida nabati untuk menghilangkan

hama wereng, walang sangit pada tanaman untuk penggunaan per 700 m2 lahan

untuk takaran dosis per 100 ml (Soenandar M, Aeni MN, Raharjo A. 2010) :

1. Alat yang digunakan :

1) Blender

2) Sendok

3) Alat penyemprot insektisida

4) Timbangan

2. Bahan yang digunakan :

1) Tembakau 100 g

2) Kenikir 100 g

3) Pandan 100 g

4) Kemangi 100 g

5) Cabe rawit 100 g

6) Kunyit 100 g

Page 31: BAB I new

31

7) Bawang Putih 100 g

8) Aquades 1 lt

9) Decomposer BSA (mikro organisme pengurai) 1-2 ml

10) Gula pasir 2 sendok makan.

3. Cara Pembuatan :

1) Semua bahan di blender dan di tambah 1lt aquades.

2) Masukkan ke dalam botol yang steril.

3) Tambahkan gula pasir 2 sdm.

4) Tambahkan Decomposer BSA 1-2 ml.

5) Tutup dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi.

6) Kemudian di saring dan siap dipergunakan.

4. Pengaplikasian /dosis pemakaian:

1) 100 ml untuk 1 lt air

2) Disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya.

3) 1 minggu 4-8 kali

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa lembar observasi dalam bentuk tabel yang memuat

hasil panen sebelum perlakuan, hasil panen setelah perlakuan serta rata-rata

kualitas lahan pada petak sawah, adapun tabel nya sebagai berikut:

No Perlakuan Hasil Panen

sebelum

perlakuan

Hasil Panen

sesudah

perlakuan

(minggu I)

Hasil Panen

sesudah

perlakuan

(minggu II)

Rata-rata

Kualitas

Lingkungan

Page 32: BAB I new

32

1. Pemberian

insektisida

nabati pada

petak lahan

sawah I

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 67

2. Pemberian

insektisida

kimia pada

petak lahan II

F. Analisis Data

Data perlakuan hasil panen benih padi dan kualitas lingkungan dianalisis secara

statistika untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan insektisida nabati

terhadap hasil panen dan kualitas lingkungan. Uji Hipotesis dilakukan setelah

terpenuhinya uji prasyarat normalitas dan homogenitas. Pengujian hipotesis

dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang sudah dilakukan ditolak atau

Page 33: BAB I new

33

diterima.Pengujian hipotesis dilakukan dengan anava tunggal. Langkah-langkah

uji hipotesis sebagai berikut (Suryabrata, 2003) :

a. Menentukan hipotesis

: (Tidak ada pengaruh penggunaan insektisida nabati sebagai

substitutor insektisida kimia terhadap peningkatan hasil panen dan kualitas

lahan)

: (Ada pengaruh penggunaan insektisida nabati sebagai

substitutor insektisida kimia terhadap peningkatan hasil panen dan kualitas

lahan)

Menentukan taraf signifikan ( = 0,05)

b. Menentukan statistik uji dengan anava satu jalur

1) JKt = ∑xt2 -

2) JKk = ∑

3) JKd = JKt - JKk

4) dbt= N – 1

5) dbk = K− 1

6) dbd = N – K

7) MKk = JKk : dbk

Page 34: BAB I new

34

8) MKd = JKd : dbd

Secara rinci dijelaskan pada tabel dibawah ini:

c. Mencari harga F observasi dengan rumus Fo = MK k

MK d

d. Menentukan taraf signifikan ( = 0,05)

e. Membandingkan nilai F0 dan Ftab.

Apabila ≥ maka dinyatakan signifikan. Namun jika <

maka dinyatakan tidak signifikan.Apabila data signifikan maka

ditolak dan diterima. Sebaliknya, jika data tidak signifikan maka

diterima dan ditolak.

Page 35: BAB I new

35

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengendalian Bimas Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2010.

Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, Sayur-Sayuran. Departemen

Pertanian. Jakarta.

Baehaki. 1992. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi. Angkasa. Bandung

Kartasapoetra AG. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi

Aksara. Jakarta

Pracaya. 2009. Bertanam Sayur Organik di Kebun, Pot, dan Polybag. Penebar

Swadaya. Jakarta

Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soenandar M, Aeni MN, Raharjo A. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida

Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sudarmo S. 2005. Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfatannya. Kanisius.

Yogyakarta.

Syam M. et al., 2007. Masalah Lapangan Hama Penyakit Hama pada Tanaman

Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bandung.

Page 36: BAB I new

36

Thamrin.2008. insektisida nabati untuk Pertanian.

Thamrin.wordpress.com/2008/insektisida-nabati untuk pertanian.

Usitani.2009. Dampak negatif penggunaan pestisida.

Usitanii.wordpress.com/2009/dampak-negatif-penggunaan-pestisida.

Diakses tanggal 08 Oktober 2014

Untung. 1993. Pertanian alternatif insektisida nabati untuk pemberdayaan petani

.

Winarso S. 2013. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava

Media. Yogyakarta

Wyuliandari. 2012. Pertanian organik pilihan petani saya.

wyuliandari.wordpress.com/pertanian-organik-pilihan-petani-saya.