BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh limbah merupakan salah satu masalah yang dihadapi
oleh negara berkembang seperti Indonesia, baik limbah industri
maupun limbah rumah tangga. Umumnya limbah yang di buang ke
lingkungan akan mempengaruhi lingkungan dimana limbah dibuang
(Djajadiningrat dan Harsono, 1990). Apabila dilihat dari bahaya
yang ditimbulkan limbah ini ada yang berbahaya dan ada yang tidak
berbahaya. Pembuangan limbah yang berbahaya akan menjadi persoalan
besar, apabila air yang dikonsumsi oleh manusia, hewan, dan
organisme tercemar limbah yang mengandung senyawa berbahaya.Air
merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga
tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun
demikian, air dapat menjadi mala petaka bilamana tidak tersedia
dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air
yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk
keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, maupun untuk
keperluan pertanian dan lain sebagainya.Air sangat penting bagi
kehidupan manusia digunakan berbagai macam kebutuhan yaitu minum,
mandi, mencuci, dan memasak. Air yang digunakan sebagai kebutuhan
semakin banyak dan air bersih semakin sedikit persediaannya karena
banyak sumber daya air yang tercemar. Pencemaran terjadi karena
manusia yang melakukan aktivitas produksi dan konsumsi sering
membuang limbah ke dalam saluran air yang nantinya akan mengalir ke
parit, sungai, dan laut.Air sebagai komponen lingkungan hidup akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang
kualitasnya buruk akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk
sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia serta
mahluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya
guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari
sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber
daya alam. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah
banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil
kegiatan manusia, sehingga secara kualitas, sumber daya air telah
mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah
tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.Salah satu
badan air yang merupakan kekayaan sumber daya air adalah sungai.
Sungai merupakan sebuah fenomena alam yang terbentuk secara
alamiah. Fungsi sungai adalah sebagai penampung, penyimpan irigasi
dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya.
Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatic yang mempunyai peran
penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan
air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya, sehingga kondisi
suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki
oleh lingkungan di sekitarnya. Sungai juga merupakan tempat yang
mudah dan praktis untuk pembuangan limbah, baik padat maupun cair,
sebagai hasil dari kegiatan rumah tangga, industri rumah tangga,
garmen, peternakan, perbengkelan, dan usaha-usaha lainnya. Dengan
adanya pembuangan berbagai jenis limbah dan sampah yang mengandung
beraneka ragam jenis bahan pencemar ke badan-badan perairan, baik
yang dapat terurai maupun yang tidak dapat terurai akan menyebabkan
semakin berat beban yang diterima oleh sungai tersebut. Jika beban
yang diterima oleh sungai tersebut melampaui ambang batas yang
ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka sungai tersebut dikatakan
tercemar, baik secara fisik, kimia, maupun biologi.Desa Tingkulang
merupakan daerah pesisir yang terletak di kecamatan Tomini
kabupaten Parigi Moutong. Desa ini merupakan daerah yang memiliki
kekayaan alam air, hal ini dibuktikan dengan terdapat PLTA dan air
terjun yang merupakan tempat permandian masyarakat Tingkulang.
Sehingga masyarakat desa tidak kesulitan air bersih, namun saat ini
telah menjadi kebiasaan masyarakat desa membuang sampah disungai
dan sungai ini terkadang banjir disaat musim penghujan. Hal ini
jika terjadi secara terus menurus dan pada jangka waktu yang
panjang maka sungai di Desa Tingkulang ini akan tercemar yang akan
berdampak pada penduduk desa tersebut. Berdasarkan uraian diatas,
maka dirasa perlu melakukan pengkajian awal mengenai analisis
pencemaran air sungai didesa Tingkulang dengan parameter fisik,
untuk mengetahui tingkat pencemaran sungai di Desa Tingkulang dan
bagaimana cara penanggulangan dari pencemaran air sungai
tersebut.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan
masalahnya yaitu seberapa besar tingkat pencemaran air di Desa
Tingkulang dan bagaimana cara menanggulangi masalah tersebut.1.3
Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui tingkat
pencemaran air sungai di Desa Tingkulang dengan menganalisis
parameter fisik yaitu warna, bau, rasa, suhu dan pH.2. Menemukan
solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan pencemaran air
sungai di Desa Tingkulang.1.4 Manfaat PenelitianPenelitian ini
diharapkan, dapat memberikan informasi kepada masyarakat Desa
Tingkulang mengenai tingkat pencemaran air sungai di desa tersebut
dan dampak dari pencemaran air sungai.1.5 Metode Penulisana.
Melakukan observasi dan sharing dengan warga mengenai pencemaran
air sungai di Desa Tingkulang.b. Studi literatur guna mempelajari
teori-teori yang berkaitan dengan penulisan.
BAB IIGAMBARAN UMUM LOKASI KKN2.1 Sejarah Singkat
DesaBerdasarkan sejarah pada awalnya Desa Tingkulang masih
bergabung dengan Tomini, dimana pada saat itu mulai dari Tingkulang
sampai dengan Tilung, semuanya berpusat di Tomini. Kemudian pada
tahun 1905 Tingkulang secara resmi berdiri sendiri. Sebelum
terbentuknya suatu pemukiman atau perkampungan telah hidup dan
berkembang dan komunitas masyarakat asli Tialo dan Lauje yang dalam
kehidupan sehari-harinya sangat tergantung pada alam.Tingkulang
berasal dari kata Nting-Nting Dulang yang artinya suatu alat yang
digunakan oleh para pemimpin untuk memanggil orang untuk berkumpul.
Konon apabila alat ini digunakan/dipukul maka dari Moutong sampai
dengan Tinombo mendengar dan langsung datang kesini. Dari kata
inilah sehingga lahir nama Desa Tingkulang.Sejak adanya Desa
Tingkulang maka terjadi pergantian Pemimpin/Kepala Desa sebagai
berikut:1. Pangko (Almarhum2. Dae Maketta (Almarhum)3. Aji Muni
(Almarhum)4. Hi. Sahid Dg Malimpo (Almarhum)5. Moh. Ali Dg Maketti
(Almarhum)6. Sahir Kasimbuang1981 20027. Idrus. E2002 20078. Dirham
S. Pasore2008 Sekarang
2.2 Kondisi GeografisDesa Tingkulang merupakan salah satu Desa
yang terletak di Kecamatan Tomini kabupaten. Parigi Moutong
Provinsi Sulawesi tengah dengan luas 40 km dari luas keseluruhan
Kecamatan Tomini. Ketinggian dari permukaan air laut berkisar 5
meter. Topografi wilayah berupa daratan berbukit-bukit. Jarak
tempuh dari Desa Tingkulang ke Kecamatan Tomini 3 Km, jarak ke ibu
kota kabupaten 240 Km.Desa Tingkulang Secara administrasi
pemerintahan termasuk dalam wilayah kecamatan Tomini dan merupakan
ibu kota Kaupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Desa
Tingkulang memiliki luas wilayah sekitar 40 Km2. Dari luasan
wilayah tersebut maka desa Tingkulang dibagi menjadi lima dusun,
yaitu : Dusun I(Bumi Sagu) Dusun II(Bonto) Dusun III(Pakuku) Dusun
IV(Bumi Harapan) Dusun V(Papasan)
Dimana secara administrasi perbatasan masing-masing sebagai
berikut: Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tomini Barat
Kecamatan Tomini Sebelah Barat berbatasan dengan desa Biga
kecamatan Tomini Sebelah Utara dengan Kabupaten Buol Toli Toli
Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Teluk TominiDesa Tingkulang
terletak disebelah utara Ibu Kota Kabupaten Sigi dengan jarak 240
KM. Untuk mencapai desa ini dibutuhkan waktu 4-5 Jam dengan
perjalanan darat. Dan menurut hasil sensus penduduk tahun 2013 oleh
BPS Statistik Kabupaten Parigi Moutong dan Validasi Data
Kependudukan oleh pihak Catatan Sipil tahun 2013, jumlah penduduk
Desa Tingkulang sekitar 1.767 jiwa yang terdiri dari laki-laki 924
jiwa dan perempuan 843 jiwa.
1. Luas wilayah: 40 Km22. Jumlah Dusuna. Dusun I(Bumi Sagu)b.
Dusun II(Bonto)c. Dusun III(Pakuku)d. Dusun IV(Bumi Harapan)e.
Dusun V(Papasan)3. Batas wilayaha. Utara: Kabupaten Buol Toli
Tolib. Selatan: Laut teluk tominic. Barat: Desa Bigad. Timur:
Tomini Barat4. Topografia. Luas kemiringan lahan (rata-rata)
Tingkat kemiringan tanah 0,565 Derajatb. Ketinggian di atas
permukaan laut (rata-rata) 5 mc. Klimatologid. Suhu 2035OCe. Curah
Hujan 3000 mmf. Kelembaban udarag. Kecepatan angin5. Luas lahan
pertaniana. Persawahan : 35,58 Ha/b. Perkebunan: 439 Ha/6. Luas
lahan pemukiman: 43 Ha/Dari data diatas menyatakan bahwa desa
Tingkulang memiliki Kondisi tanah yang cukup subur karena
berdekatan dengan pegunugan dan cocok untuk ditanami tumbuhan.
Sebagian lahan merupakan pemukiman penduduk untuk kawasan desa yang
berada di daereah pertanian dan perkebunan terdapat beberapa lahan
persawahan milik warga setempat, dan pada bagian sebelah utara
merupakan daerah pegunungan dan hutan dijadikan lahan perkebunan
warga.2.3 Kondisi DemografisDi samping faktor lainnya aspek
demografi termasuk salah satu aspek yang sangat penting dalam suatu
wilayah Desa. Penduduk baik statusnya sebagai subyek dan terlebih
lagi sebagai subyek pembangunan merupakan salah satu sumber daya
terpenting yang kemampuannya harus ditumbuh kembangkan sehingga
mampu menjawab berbagai perkembangan yang terjadi sebagai dampak
dari pembangunan itu sendiri. Penduduk atau masyarakat yang cukup
merupakan potensi sumber daya yang harus dimiliki oleh suatu
wilayah, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini karena
dalam setiap proses pembangunan, penduduk ataupun masyarakat
merupakan objek sekaligus subyek dalam setiap kegiatan. Berdasarkan
data tahun 2013 Desa Tingkulang memiliki penduduk sejumlah 1.767
jiwa dengan rincian berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :
Tabel 1. Menunjukkan Jumlah penduduk Desa Tingkulang Berdasarkan
Jenis Kelamin NoPendudukTahun 2013
1Jumlah Penduduk1.767
2Jumlah KK437
3Laki laki924
4Perempuan843
(Sumber : Data Monografi Desa Tingkulang, Tahun 2013)Dari Tabel
diatas, penduduk Desa Tingkulang dapat di golongkan berdasarkan
kelompok umur sebagai berikut:Tabel 2. Data penduduk di golongkan
dalam bentuk umurNoKelompok umurLaki-lakiPerempuanJumlah
10 12 Bulan81119
21 5 Tahun8279161
36 7 Tahun402969
48 15 Tahun252206458
516 56 Tahun556301857
656 keatas544397
Jumlah total9298431772
(Sumber : Data Monografi Desa Tingkulang, Tahun 2013)
2.4 Kondisi Sosial, Budaya dan EkonomiPenduduk Desa Tingkulang
beraneka ragam yang menopang kehidupan keluarga masing-masing,
namun mayoritas bermata pencaharian di bidang pertanian, untuk
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 3. Data
penduduk di golongkan berdasarkan jenis pekerjaanNoJenis
pekerjaanJumlah (orang)
1PNS8
2Petani267
3Peternak86
4Montir1
5Pegawai swasta2
6Pengusaha Kecil dan Menengah4
7Dukun Kampung Terlatih1
8Nelayan71
Jumlah440
(Sumber : Data Monografi Desa Tingkulang, Tahun 2013)Adapun Luas
Lahan Perkebunan Desa Tingkulang sekitar 439 Ha/dan persawahan
yaitu 35,58 Ha/. Dalam kesehariannya, masyarakat desa Tingkulang
telah melakukan kegiatan ekonomi dan hal ini dapat dikembangkan
sejak adanya interaksi sosial hingga saat ini. Walaupun pada saatu
itu segalanya masih sangat terbatas namun hal tersebut semakin lama
semakin menunjukan peningkatran. Dan signifikan yang cukup
signifikan terjadi yaitu setelah masyarakat keterampilan dan
pengetahuan tentang berkebun dan bersawah.Desa Tingkulang secara
administrasi kepemerintahan memiliki luas wilayah sekitar 40 KM2.
Dari potensi tersebut oleh masyarakat desa Tingkulang
memanfaatkannya sebagai wilayah. Pengembangan sebagai sumber
produktifitas dan pemukiman.2.4.1 Kondisi Pendidikan Desa
TingkulangDari segi pendidikan di Desa Tingkulang dapat dikatakan
bahwa belum memadai hal ini dapat dilihat dari jumlah sekolah dan
tenaga pengajar yang ada di desa ini, seperti yang terlihat pada
tabel berikut: Tabel 4. Jumlah Sarana pendidikanNoSarana
PendidikanJumlah
1PAUD2 Unit
2SD3 Unit
Jumlah5 Unit
Tabel 5. Jumlah Guru SDK Terpencil PakukuNoData
PendidikJumlah
1Kepala Sekolah1 Orang
2Guru6 Orang
Jumlah7 Orang
(Sumber: Data Administrasi SDK Terpencil Pakuku) Tabel 6. Jumlah
Siswa SDK Terpencil PakukuNoData SiswaJumlah
1Siswa Perempuan56 Orang
2Siswa Laki-Laki60 Orang
Jumlah 105 Orang
(Sumber: Data Administrasi SDK Terpencil Pakuku)
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1 Definisi Pencemaran AirDefinisi
pencemaran air menurut surat Keputusan Mentri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/1/1988 Tentang Penetapan
Baku Mutu Lingkungan adalah: masuk atau dimasukkan makhluk hidup,
zat,energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya
tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air
menjadi atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya
(pasal 1). Dalam pasal 2, air pada sumber menurut
kegunaan/peruntukannya digolongkan menjadi: 1. Golongan A, yaitu
air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu. 2. Golongan B, yaitu air yang dapat
dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan
keperluan rumah tangga. 3. Golongan C, yaitu air yang dapat
dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 4. Golongan
D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan
dapat dimanfatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan milik Negara
(Achmad, 2004). Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya
bagi manusia. Bahan pencemar yang berasal dari industri juga dapat
meresap ke dalam air tanah menjadi sumber air minum, mencuci,
memasak, mandi, dan bersuci. Air tanah yang telah tercemar sangat
sulit untuk dipulihkan kembali menjadi air bersih, meskipun
beberapa logam berat sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan biologis,
misalnya pertumbuhan alga sebagai tumbuhan air namun jika jumlahnya
berlebihan akan mempengaruhi kegunaannya karena yang timbul justru
daya racun yang dimiliki logam berat, sehingga jumlah logam berat
dalam air limbah harus diperhatikan sebelum dibuang ke lingkungan
luar yang luas (Sugiharto, 2005). Daerah pemukiman juga
menghasilkan limbah yang dapat mencemari air. Limbah yang
dihasilkan yaitu sampah dan air buangan yang mengandung deterjen.
Limbah yang masuk dalam perairan akan menggangu ekosistem perairan
dan secara langsung maupun tidak langsung yang berimbas juga pada
manusia (Aliya, 2006). 3.2 Limbah1. Definisi Limbah adalah buangan
yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestic (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik
dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah. 2. Indikasi Pencemaran air dapat kita ketahui baik secara
visual maupun pengujian. a. Perubahan pH (tingkat keasaman /
konsentrasi ion hidrogen) Air normal yang memenuhi syarat untuk
suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 7.5.
Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai
pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu
kehidupan organisme di dalamnya. Hal ini akan semakin parah jika
daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah
dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam. b.
Perubahan warna, bau dan rasa Air normal dan air bersih tidak akan
berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air
warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi
bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan
merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang berbau
dapat berasal dari limbah industri atau dari hasil degradasi oleh
mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi
bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa. c.
Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut. Endapan, koloid dan
bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk
padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut
sempurna akan mengendap didasar sungai, dan yang larut sebagian
akan menjadi koloid dan akan menghalangi bahan-bahan organik yang
sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui
reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD. Adapun
komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan
padat, bahan buangan organik, bahan buangan anorganik. 3.
Macam-macam limbah ada 3 macam: a. Limbah padat Limbah padat atau
sampah, istilah ini diberikan kepada barang-barang atau bahan-bahan
buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi atau
tidak terpakai dalam bentuk padat. Sampah merupakan campuran dari
berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sampah dapur
(organik) maupun bahan-bahan berbahaya yang banyak dibuang oleh
pabrik dan rumah tangga yang dapat digunakan kembali maupun yang
tidak dapat digunakan kembali. Dampak negatif dari sampah tersebut
dapat terjadi di tempat penampungan sementara (TPS) yang terdapat
di setiap wilayah seperti di setiap RW atau Kelurahan, pasar dan
sebagainya maupun di tempat penampungan akhir (TPA). Dampak negatif
di TPS biasanya dalam bentuk bau yang kurang sedap karena terjadi
penguraian secara anaerob, kumpulan lalat di atas sampah yang dapat
menimbulkan berjangkitnya penyakit dan estetika. Tempat penampungan
sampah akhir (TPA) dalam bentuk penimbunan sampah terbuka akan
menimbulkan dampak negatif yang lebih besar karena selain bau yang
tidak sedap yang berasal dari penguraian secara anaerob dari
komponen-komponen sampah, seperti gas H2S, NH3, CH4 juga dapat
terjadi rembesan dari proses leaching logam-logam berbahaya ke
dalam air tanah atau sumber air (Achmad Lutfi, 2009). b. Limbah
Cair Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula
bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air
harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang
misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum
diproses lanjut. Pada beberapa pabrik tertentu, misalnya pabrik
pengolahan kawat, seng, besi-baja, sebagian besar air dipergunakan
untuk pendinginan mesin ataupun dapur pengecoran. Air ini dipompa
dari sumbernya lalu dilewatkan pada bagian-bagian yang membutuhkan
pendinginan, kemudian dibuang. c. Limbah Gas Limbah gas/asap adalah
limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik mengeluarkan
gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin memberikan
jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain
berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel
tambah berat dan malam hari turun bersama embun (Suparni, 2009).
3.3 Cara Menangani Pencemaran AirFiltrasi atau penyaringan
merupakan proses dimana air dibersihkan dengan melewatkan melalui
bahan (media) yang berpori. Cara ini cukup dikenal masyarakat dan
sering digunakan dalam berbagai pengolahan air.
Digunakannya media filter atau saringan karena merupakan alat
filtrasi atau penyaring memisahkan campuran solida likuida dengan
media porous atau material porous lainnya guna memisahkan sebanyak
mungkin padatan tersuspensi yang paling halus. Penyaringan ini
merupakan proses pemisahan antara padatan atau koloid dengan
cairan, dimana prosesnya bisa dijadikan sebagai proses awal
(primary treatment). Air olahan yang akan disaring berupa cairan
yang mengandung butiran halus atau bahan-bahan yang larut dan
menghasilkan endapan, maka bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan
dari cairan melalui filtrasi. Apabila air olahan mempunyai padatan
dengan ukuran seragam, maka saringan yang digunakan adalah single
medium. Sebaliknya, seperti dalam penelitian ini, karena ukuran
beragam maka digunakan saringan dual medium atau three medium
(Sanropie,1984). Ada beberapa alternatif media untuk penyaringan
antara lain: a. Pasir Pasir merupakan media penyaring yang baik dan
biasa digunakan dalam peroses penjernihan air. Ini dikarenakan
sifatnya yang berupa butiran bebas yang porous, berdegradasi, dan
uniformity. Butiran pasir memiliki pori-pori dan celah yang mampu
menyerap dan menahan pertikel dalam air. Selain itu butiran pasir
juga mempnyai keuntungan dalam pengadaannya yang mudah dan harganya
yang relatif rendah. Pasir berfungsi menyaring kotoran dan air,
pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk
setelah kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi
dalam air akan ditahan dalam media porous tersebut sehingga
kualitas air akan meningkat (Kusnaedi,1995). b. Kerikil Kerikil
berfungsi sebagai media penyangga dalam proses filtrasi, agar media
pasir tidak terbawa aliran hasil penyaringan, sehingga penyumbatan
dapat dihindari. Diameterkerikil yang digunakan biasanya antara
1-2,5 cm. Batuan kerikil mempunyai bentuk yang tidak beraturan
namun ukurannya dapat disamakan melalui proses pengayakan analisa
krikil. Di Indonesia pembagian fradasi krikil sesuai dengan lubang
ayakan yang terdiri dari 5 mm, 10 mm, 15 mm, 20 mm, 25 mm, 40 mm.
c. Arang Aktif Arang aktif adalah bahan padat berpori yang
terbentuk dari hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Unsur
utamanya terdiri atas karbon terikat, abu, nitrogen. Arang aktif
yang sering disebut karbon aktif dan biasa dimanfaatkan untuk bahan
bakar juga digunakan untuk keperluan pengolahan air karena memiliki
daya serap dan absorbsi yang kuat untuk gas atau bau dan warna pada
air. Arang yang biasa dimanfaatkan untuk pengolahan air ada 2
bentuk yaitu bubuk dan butiran. Arang aktif juga sering digunakan
dalam proses pengolahan akhir terhadap air untuk proses industri
dan air mineral. Pada proses ini arang aktif akan menahan bahan
organik terlarut, menghilangkan bau dan rasa dalam air serta
mengabsorbsi ion-ion logam berat, ketebalan media arang aktif untuk
filtrasi setinggi 10-20 cm (Sutrisno,1987). Arang yang baik adalah
arang yang memiliki kadar karbon tinggi dan kadar abu rendah. Arang
tempurung kelapa termasuk arang yang sudah diaktifkan sehingga
pori-porinya terbuka, dengan demikian gaya absorbsi menjadi lebih
besar. Pori-pori arang aktif tersebut bersifat menyerap. 3.4 Dampak
Pencemaran Air sungaiLimbah permukiman (rumah tangga) yang menjadi
salah satu penyebab pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas
manusia itu sendiri. Dan pada akhirnya pencemaran air ini juga
memberikan dampak dan akibat merugikan bagi manusia itu pula.
Limbah permukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik
dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah
yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri seperti sisa
sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik
seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam,
karet, dan kulit. Sampah anorganik ini tidak dapat diuraikan oleh
bakteri (non biodegrable). Selain sampah organik dan anorganik,
deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari
air. Padahal saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan
deterjen.Dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah
permukiman mendatangkan akibat atau dampak diantaranya:
Berkurangnya jumlah oksigen terlarut di dalam air karena sebagian
besar oksigen digunakan oleh bakteri untuk melakukan proses
pembusukan sampah. Sampah anorganik ke sungai, dapat berakibat
menghalangi cahaya matahari sehingga menghambat proses fotosintesis
dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen. Deterjen
sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk
jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air dan meracuni
berbagai organisme air. Penggunaan deterjen secara besar-besaran
juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau yang
merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok (Eichhornia
crassipes). Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak
terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup
sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan
terhambatnya proses fotosintesis. Tumbuhan air (eceng gondok dan
ganggang) yang mati membawa akibat proses pembusukan tumbuhan ini
akan menghabiskan persediaan oksigen. Material pembusukan tumbuhan
air akan mengendapkan dan menyebabkan pendangkalan.Selain
diakibatkan oleh limbah pemukiman (rumah tangga) sumber atau
penyebab pencemaran air juga disebabkan oleh limbah pertanian,
limbah industri, dan beberapa tempat tertentu diakibatkan oleh
limbah pertambangan.3.5 Indikator Pencemaran PerairanBeberapa
karakteristik atau indikator kualitas air yang disarankan untuk
dianalisis sehubungan pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai
keperluan, antara lain parameter fisika, kimia dan biologi
(Effendi, 2003). Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah
tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang
dapat digolongkan menjadi : Pengamatan secara fisik, yaitu
pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air
(kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau
dan rasa. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran
air berdasarkan zat kimia yang terlarut dan perubahan pH.
Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada
tidaknya bakteri patogen. Indikator yang umum digunakan pada
pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen,
oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia
(Biochemical Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi
(Chemical Oxygen Demand, COD). Pemantauan kualitas air pada sungai
perlu disertai dengan pengukuran dan pencatatan debit air agar
analisis hubungan parameter pencemaran air dan debit badan air
sungai dapat dikaji untuk keperluan pengendalian pencemarannya
(Irianto dan Machbub, 2003). Parameter Fisikaa. SuhuSuhu sangat
berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam badan air.
Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air.
Hal ini erat hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan
suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi
antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya.
Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut:
(1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. (2) kecepatan
reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya
terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan
hewan air lainnya akan mati. (Fardiaz, 1992).b. Daya Hantar
ListrikDaya hantar listrik adalah bilangan yang menyatakan
kemampuan larutan cair untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan
ini tergantung keberadaan ion, total konsentrasi ion, valensi
konsentrasi relatif ion dan suhu saat pengukuran. Makin tinggi
konduktivitas dalam air, air akan terasa payau sampai asin.
(Mahida, 1986).c. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,
TSS) dan Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solid, TDS)
Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel
mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA,
1989). Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan
berdasarkan ukuran diameter partikel Tabel 1 Berikut:Klasifikasi
PadatanUkuran Diameter (Ukuran Diameter (mm)
Padatan Terlarut< 10 -31>10-3
Klasifikasi Padatan Diperairan Berdasarkan Ukuran
Diameter(Sumber: Apha, 2000)Sugiharto (1987) mendefinisikan sebagai
jumlah berat dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan
membran berukuran 0,45 mikro. Total padatan tersuspensi terdiri
atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam
badan air. Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan dapat
menimbulkan kekeruhan air. Hal ini menyebabkan menurunnya laju
fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan
menurun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan
rantai makanan. Padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi
biota di perairan melalui dua cara. Pertama, menghalangi dan
mengurangi penetrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga
mengahambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air
lainnya. Kedua, secara langsung TDS yang tinggi dapat mengganggu
biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang.d.
KekeruhanMahida (1986) mendefinisikan kekeruhan sebagai intensitas
kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang
melayang. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya
partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan
organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya. Effendi
(2003), menyatakan bahwa tingginya nilai kekeruhan juga dapat
menyulitkan usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi
pada proses penjernihan air.3.6 Baku Mutu Lingkungan HidupBaku mutu
lingkungan hidup didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar
mahluk hidup, zat energi atau komponen yang ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya
tertentu sebagai unsure lingkungan hidup (Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, 2009), sedangkan baku mutu air adalah ukuran
batas atau kadar mahluk hidup, zat energi atau komponen yang ada
atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air.
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi
kelangsungan hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya, sehingga dipandang perlu untuk melakukan upaya-upaya
melestarikan fungsi air. Upaya yang dilakukan adalah dengan
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara
bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan
mendatang serta keseimbangan ekologis yaitu dengan menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya
pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjaga agar kualitas air tetap dalam
kondisi alamiahnya. Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk
menjamin kualitas agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya
pencegahan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas
air (Pemerintah Republik Indonesia, 2001).
Arti penting baku mutu lingkungan adalah untuk mencegah
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas
industri dan aktivitas manusia, sebagai penentuan terjadinya
pencemaran lingkungan hidup serta untuk pengendalian terhadap
pencemaran lingkungan.
Status mutu air adalah kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu
dengan membandingkan terhadap baku mutu air yang ditetapkan. Banyak
cara untuk melakukan penilaian status mutu air pada suatu sumber
air, yaitu diantaranya yang disajikan dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 (Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, 2003), tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air,
yaitu dengan Metoda Storet dan Metoda Indeks Pencemaran.
Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini
dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai
kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan
untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat
kehadiran senyawa pencemar. Metode ini menghubungkan tingkat
pencemaran dengan dapat tidaknya air yang diperiksa dipakai untuk
penggunaan tertentu dengan nilai-nilai parameter tertentu.
BAB IVMETODE PENELITIAN4.1 Lokasi PenelitianPenelitian ini
dilakukan di sungai Desa Tingkulang, Kecamatan Tomini, Kabupaten
Parigi Moutong.4.2 Alat dan BahanAlat yang digunakan pada
penelitian ini yaitu thermometer dan bahan yang digunakan yaitu
kertas pH.4.3 Prosedur PenelitianPenelitian mengenai analisis
tingkat pencemaran air sungai di Desa Tingkulang ini, dengan
menganalisis parameter fisik yaitu warna, bau, rasa, suhu dan pH.
Pengambilan sampel dilakukan di tiga titik yaitu titik pertama
daerah hulu, tengah dan daerah hilir. Analisis ini dilakukan dengan
melihat warna air sungai, bau dan rasa kemudian mengukur suhu air
dengan menggunakan thermometer dan mengukur pH dengan menggunakan
kertas pH pada masing-masing titik.4.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam Menulis Karya Ilmiah 4.4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang
digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini meliputi data primer
dan data sekunder yang terdiri atas :1) Data Primer, berupa data
hasil observasi atau data hasil pengukuran dilapangan. 2) Data
Sekunder, berupa data yang di peroleh dari buku-buku atau literatur
yang berhubungan dengan penulisan karya tulis ilmiah ini.
4.4.2 Teknik Pengumpulan DataTeknik yang di gunakan dalam
pengumpulan data primer dan data sekunder yaitu: a. Teknik
observasi, digunakan untuk mengamati secara langsung kondisi
dilapangan dengan menganalisis parameter fisiknya.b. Studi
literatur, mencari informasi dari buku-buku dan dari internet yang
dapat menunjang penyusunan karya tulis ilmiah ini.
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN5.1 Hasil
1
Titik 1WarnaBauRasaSuhupHBeningTidak berbauTawar25oC7
2
Titik 2WarnaBauRasaSuhupHBeningTidak BerbauTawar26oC7
3
Titik 3WarnaBauRasaSuhupHAgak kuningAgak berbauTawar29oC8
5.2 Analisis pencemaran air sungaiPencemaran atau polusi adalah
keadaan yang telah berubah dari bentuk asal kekeadaan yang lebih
buruk. Pergeseran bentuk dari kondisi asal kekondisi buruk dapat
terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau
polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun
atau toksik yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksitas atau daya
racun dari polutan itulah yang menjadi pemicu terjadinya
pencemaran. pH merupakan derajat keasaman. Biologycal Oxygen Demand
(BOD) atau kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu20
oC. Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen yaitu
oksidasi secara kimiawi dengan menggunakan kalium bikarbonat yang
dipanaskan dengan asam sulfat pekat. DO adalah kandungan oksigen
terlarut. Konduktifitas merupakan daya hantar listrik. Resistifitas
merupakan tahanan jenis penghantar dan TDS (Total Dissolve Solid)
yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic).
Desa Tingkulang merupakan daerah yang kaya dengan air bersih, karna
didaerah ini memiliki aliran sungai yang dapat menjangkau atau
dapat memenuhi semua kebutuhan air bersih dari penduduk desa. Namun
saat ini telah menjadi kebiasaan masyrakat desa membuang sampah
rumah tangga disungai bahkan membuat aliran air got yang
pembuanganya menuju kesungai. Jika hal ini terus terjadi, lama
kelamaan air akan tercemar dan akan memiliki dampak terhadap
penduduk desa kinopasan sendiri. Dan air sungai didesa tersebut
kadang banjir disaat musim penghujan.
Limbah pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab
pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Dan
pada akhirnya pencemaran air ini juga memberikan dampak dan akibat
merugikan bagi manusia itu pula. Limbah pemukiman mengandung limbah
domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen.
Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan
oleh bakteri seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan.
Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas atau
kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah anorganik
ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Selain
sampah organik dan anorganik, deterjen merupakan limbah pemukiman
yang paling potensial mencemari air. Karena saat ini hampir setiap
rumah tangga menggunakan deterjen.Pengambilan sampel analisis
tingkat pencemaran air sungai ini dilakukan ditiga titik yaitu,
daerah hulu, tengah dan hilir. Dengan menganalisis parameter fisik
yaitu warna, bau, rasa, suhu dan pH. Pengukuran pH dilakukan untuk
menentukan derajat keasaman air sungai. Suatu larutan dapat
dikatakan asam jika pH lebih besar dari 7, dikatakan basa jika pH
kurang dari 7 dan dikatakan netral jika pH nya sama dengan 7. Asam
adalah zat yang dalam air akan melepaskan ion H+. Jadi, pembawa
sifat asam adalah ion H+ (ion hidrogen), dan basa adalah ion yang
dalam air melepaskan ion . Pada titik pertama atau daerah hulu
warna airnya bening, tidak berbau, rasanya tawar dan pH = 7. Dari
hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa air pada daerah hulu belum
tercemar karna masih memiliki pH netral dan parameter fisiknya
masih memenuhi syarat untuk kebutuhan air bersih. Begitu pula untuk
titik kedua atau daerah tengah hasil yang diperoleh sama dengan
titik pertama atau daerah hulu, sehingga air dititik kedua dapat
dikatakan belum tercemar. Dan dititik ketiga atau daerah hilir
warna airnya agak kuning, agak berbau rasanya tawar dan PH = 8.
Dari hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa air pada daerah hilir
telah tercemar. Karena warna airnya telah berubah dan agak berbau.
Standar air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari
yaitu warna airnya bening, tidak berbau dan rasanya tawar. pH air
pada daerah hilir ini yaitu 8, hal ini berarti air sungai pada
daerah hilir lebih bersifat asam. pH air pada daerah hilir ini
telah berubah karena telah tercemar dengan larutan garam atau pun
detergen. Dan pada saat musim penghujan sungai ini akan banjir. Hal
ini menunjukkan bahwa ada aktivitas manusia yang merusak hutan,
sehingga ketika hujan tidak ada lagi pepohonan yang dapat menahan
aliran air dari pengunungan. 5.3 Cara Penanggulangan pencemaran
airDesa Tingkulang merupakan salah satu desa yang penghasil kakao
dan kelapa tertinggi didaerah Parigi Moutong khususnya dikecamatan
Tomini. Setelah kelapanya diolah menjadi kopra maka tempurung
kelapa sering dibuat arang. Dalam menanggulangi pencemaran air ini,
arang tempurung kelapa dapat digunakan sebagai karbon aktif, karena
arang tempurung kelapa termasuk arang yang sudah diaktifkan
sehingga pori-porinya terbuka, dengan demikian gaya absorbsi
menjadi lebih besar. Pori-pori arang aktif tersebut bersifat
menyerap. Dan air sungai didaerah ini juga sering banjir ketika
musim penghujan sehingga air berubah warna menjadi coklat, untuk
menanggulangi hal ini dapat dilkukan penyaringan / filter. Alat
filtrasi atau penyaring antara padatan atau koloid dengan cairan.
Air olahan yang akan disaring berupa cairan yang mengandung butiran
halus atau bahan-bahan yang larut dan menghasilkan endapan, maka
bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan melalui filtrasi.
Untuk pencegahan banjir disaat musim penghujan yaitu dapat
dilakukan penanaman pohon kembali (Penghijauan).
BAB VIPENUTUP6.1 KesimpulanDari hasil observasi dan analisis
yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1.
Pencemaran air disungai Desa Tingkulang tingkat pencemaranya masih
rendah, dari ketiga titik yang digunakan sebagai sampel hanya titik
ketiga yang telah tercemar.2. Proses penyaringan air yang tercemar
di Desa Tingkulang dapat diatasi dengan media arang tempurung
kelapa, karena arang tempurung kelapa merupakan arang aktif dan
memiliki pori yang bersifat menyerap, sehingga gaya absorbsi lebih
besar.3. Banjir yang sering terjadi didaerah ini saat musim
penghujan akibat dari penebangan pohon (illegal logging). Sehingga
ketika hujan tidak ada lagi pepohonan yang dapat menahan aliran air
dari pengunungan. Hal ini dapat diminimalisir yaitu dengan
melakukan penanaman pohon (penghijauan) kembali.
6.2 SaranDari hasil analisis dan penyusunan KTI ini, penulis
mengakui masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun guna untuk kesempurnaan penyusunan KTI ini.
DAFTAR PUSTAKABambang Priadi, 2008, Prediksi Tingkat Pencemaran
Air Sungai Menggunakan Indeks Kimia- Fisik dan Metrik Bentik
Makroinvertebrata, Bandung.Juandi, 2009, Analisis Pencemaran Limbah
Berdasarkan Nilai Resistivitas, Riau.Syamsul Bahri, 2009, Analisis
kualitas air sungai secara cepat menggunakan makrobenthos disungai
cikapuntung, Bandung.Yekti Prihati, 2008, Analisis kualitas air
sungai krakat di kabupaten sragen dengan indicator nilai coliform
fecal setelah diberi perlakuan tanaman enceng gondok (Eichhrnia
crassipes Mart. Solms), Surakarta.
LAMPIRAN Gambar 1. Sungai Desa TingkulangGambar 2.
Tumbuhan/Pepohonan sekitar sungai
Gambar 3. Analisis Warna Air SungaiGambar 4. Analisis Bau Air
Sungai Gambar 5. Identivikasi Sampah disungaiGambar 6. Menganalisis
Keadaan Sungai
Gambar 7. Tempat pembuangan sampah di pinggiran sungai
Karya Tulis Ilmiah (Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai
dengan Paramete Fisik) 23