Konsep Das-tel
PAGE 7Pengantar Sistem Telekomunikasi
BAB I KONSEP DASAR TELEKOMUNIKASI1.1 Definisi TelekomunikasiKata
telekomunikasi terdiri dari dua kata yaitu tele dan komunikasi. Di
mana tele berarti jauh sedangkan komunikasi berarti penyampaian
informasi atau hubungan antara satu titik (point) dengan titik yang
lainnya. Jadi kalau diterjemahkan secara langsung maka
telekomunikasi berarti penyampaian informasi atau hubungan antara
satu titik dengan titik yang lainnya yang berjarak jauh. Tetapi
keterangan jarak menjadi hal yang relatif. Bisa jadi komunikasi
antara dua orang tidak dapat dikategorikan telekomunikasi meskipun
jaraknya jauh. Contohnya adalah sebagai berikut :Orang berteriak :
hubungan jarak jauh. Yaitu teriakan seseorang tanpa bantuan
peralatan yang mungkin berjarak 80-100 meter. Akan tetapi meskipun
berjarak cukup jauh, ini tidak dapat dikategorikan sebagai hubungan
telekomunikasi.Intercom : hubungan jarak dekat. Yaitu pembicaraan
antara dua orang dengan alat komunikasi intercom yang mungkin hanya
berjarak 1-5 m saja di rumah yang bersebelahan. Dalam hal ini
meskipun jaraknya lebih dekat dari contoh kasus pertama tadi,
hubungan dengan alat bantu intercom ini dikategorikan sebagai
hubungan telekomunikasi
Jadi dari dua contoh di atas terlihat bahwa telekomunikasi ini
melibatkan suatu jarak dengan suatu bentuk peralatan khusus
tertentu. Oleh karena itu definisi telekomunikasi yang lebih tepat
dari pada definisi diatas tersebut adalah: pertukaran informasi
atau hubungan antara satu titik dengan titik yang lainnya dengan
mempergunakan alat bantu khusus. Peralatan khusus yang banyak
digunakan sekarang ini dalah peralatan elektrik (listrik) seperti
telepon, televisi, radio penerima, handphone, komputer, faximile,
teleprinter dan lain sebagainya. Tetapi tidak menutup kemungkinan
peralatan yang digunakan sebagai alat bantu adalah non elektrik,
sepertu komunikasi dengan bantuan bendera, asap, kentongan, bedug
dan lain sebagainya. Meskipun demikian dalam pembahasan lebih
lanjut hanya akan dibahas hubungan yang mempergunakan bantuan
peralatan listrik, karena ini adalah yang terbesar sampai saat
ini.Memperhatikan hal-hal tersebut maka jelaslah bahwa ilmu
pengetahuan tentang telekomunikasi adalah ilmu yang mempelajari
tentang penyampaian informasi dengan bantuan peralatan listrik.
Berbeda dengan ilmu pengetahuan tentang komunikasi yang merupakan
ilmu yang mempelajari seluruh aspek penyampaian informasi. Sebagai
gambaran, di dalam siaran televisi maka ilmu telekomunikasi itu
adalah yang mempelajari bagaimana suatu siaran itu dapat dikirimkan
dan di terima dengan baik oleh alat penerima di sisi user.
Sedangkan ilmu komunikasi adalah selain hal tersebut diatas
termasuk juga mempelajari hal-hal lain yang sifatnya non teknis,
seperti bagaimana susunan siarannya, mutu siarannya, teknik
penyampaian siaran, waktu jam tayang, durasi tayangan, penyesuaian
siaran dengan segmentasi pasar penerima dan sebagainya. Atau dengan
perkataan lain ilmu telekomunikasi adalah ilmu yang mempelajari
perangkat kerasnya (hardware) saja dari penyampaian informasi yang
mempergunakan bantuan peralatan khusus. Sedangkan ilmu komunikasi
adalah ilmu yang mempelajari penyampaian informasi itu secara luas
yaitu termasuk perangkat lunaknya (software) dan perangkat
kerasnya. Bahkan di Indonesia ada kecenderungan bahwa ilmu
komunikasi adalah yang mempelajari software sedangkan yang
mempelajari hardware-nya adalah ilmu telekomunikasi.1.2 Konsep
Dasar Telekomunikasi
Dibandingkan dengan sistem-sistem yang lainnya maka intrercom
memang sederhana, akan tetapi ia adalah two way system, di mana
kedua belah pihak dapat saling berbicara dan mendengar meskipun
bergantian. Contoh lainnya adalah komunikasi dengan menggunakan
handy talky. Sistem lain yang lebih sederhana dari intercom dan
handy talky adalah baby alarm, dimana prinsip kerjanya hampir sama
dengan intercom, tetapi sistemnya satu arah saja (one way system),
seperti dapat dilihat pada gambar 1.1.
Sistem ini terdiri dari sebuah microphone, ditempatkan pada
kamar bayi, dan sebuah loudspeaker pasda kamar orang tuanya. Suara
yamg dihasilkan oleh bayi akan diubah menjadi sinyal listrik oleh
microphone, kemudian sinyal-sinyal ini di salurkan melalui kabel
yang merupakan saluran transmisi, di perkuat oleh amplifier dan
diubah kembali menjadi suara yang dipancarkan oleh loudspeaker.
Microphone dan loudspeaker ini yang disebut input dan output
transducer. Kedua tranducer ini elemen di antranya membentuk suatu
sistem telekomunikasi. Manusianya, yaitu bayi serta orangtuanya,
tidak termasuk dalam sistem ini. Dalam hal ini mereka adalah
sebagai pemakai saja (user). Kabelnya adalah saluran transmisinya.
Amplifier-nya dapat diletakan di salah satu ujung pengirim atau
penerima. Pada gambar 1.1 itu amplifier adalah bagian dari terminal
penerima, dan terminal pengirimnya adalah microphone. Sistem dasar
dari baby alarm itu kemudian dapat di gambarkan seperti terlihat
pada gambar 1.2. biasanya lebih baik untuk mempartisi suatu sistem
yang kompleks menjadi bagian-bagian seperti pada gambar tersebut di
bawah ini .
Jadi prinsip dasar dari telekomunikasi adalah dua buah terminal
yang di hubungkan oleh saluran transmisi. Di sini masalah yang
timbul adalah masalah terminal dan transmisi. Sekarang jika
terminalnya lebih dari dua, maka masalah lainnya akan tinbul yaitu
bagaimana mengontrol atau mengendalikan penyambungan dari terminal
tersebut. Dalam hal ini akan terlihat bahwa masalah yang baru ini
akan timbul jika beberapa terminal tersebut merupakan suatu two way
system di mana antar terminal harus dapat berhubungan. Akan tetapi
jika tidak, maka masalah penyambungan atau switching tidak ada,
misalnya pada sistem hubungan televisi. Sedangkan yang memerlukan
penyambungan itu misalnya pada sistem hubungan telepon.
Gambar dari hubungan telekomunikasi yang mempunyai masalah
penyambungan itu adalah seperti terlihat pada gambar 1.3 berikut
ini
Sesuai dengan prinsip atau konsep dasar dari hubungan
telekomunikasi di atas maka pembahasan dalam bab-bab berikut ini
juga berdasarkan pada konsep tersebut yaitu pembahasan tentang
terminal, pembahasan penyambungan serta pembahasan tentang saluran
transmisi.
1.3 Jaringan TelekomunikasiDari konsep dasar hubungan
telekomunikasi ini maka jaringan telekomunikasi diperlukan untuk
menghubungkan terminal-terminal lewat saluran transmisi. Jaringan
ini mungkin menghubungkan terminal yang jaraknya berdekatan maupun
yang jauh sekali. Jaringan telekomunikasi ini dapat berupa
macam-macam bentuk tergantung dari terminalnya yaitu yang berarti
tergantung juga dari macam informasi yang akan dikirim dan di
terima. Meskipun demikian macam informasi yang tersebar di dunia
yang di kirimkan adalah sinyal frekuensi suara melalui telepon,
atau dengan perkataan lain jaringan telekomunikasi yang terbesar di
dunia adalah jaringan telepon. Jaringan yang lainnya misalnya
jaringan telex, jaringan data, jaringan radio siaran dan jaringan
televisi tidak atau jauh dari besarnya jaringan telepon. Jaringan
telepon adalah jaringan yang terbesar karena selain adanya hubungan
antar terminal sehingga di perlukan sentral switching juga jumlah
terminalnya yang banyak sekali tersebar di seluruh dunia.
Pada jaringan telekomunikasi, pentransmisian sinyal informasi
dapat melalui laut, udara dan darat. Begitupun juga jenis-jenis
terminalnya, ada telepon, telex, radio, televisi dan lain
sebagainya. Sedangkan jenis media stransmisinya juga bermacam-macam
seperti coaxial, tembaga, fiber optik, gelombang radio dan
lain-lain. Ini semua akan di bahas dalam bab-bab berikut. Pada
dasarnya hanya ada dua macam bentuk dasar dari jaringan
telekomunikasi yaitu : jaringan mata jala (mesh) jaringan bintang
(star)sedangkan jaringan mata jala ini dapat di bagi menjadi dua
bagian yaitu : jaringan mata jala penuh (fully interconeccted
network)
jaringan mata jala tunggal (single mesh network)
perbedaan dasar antara jaringan mata jala dengan jaringan
bintang adalah bahwa jaringan mata jala merupakan jaringan tertutup
(closed network) sedangkan jaringan bintang merupakan jaringan
terbuka (open network).Jaringan mesh tunggal menunjukan suatu
bentuk jaringan di mana setiap terminal terhubung ke dua terminal
lainnya membentuk satu mata jala saja seperti dapat dilihat pada
gambar 1.4 di bawah ini.
Jumlah seluruh saluran (n) pada jaringan bentuk ini cukup
sedikit dan sederhana yaitu sama dengan jumlah terminal (x) yang
akan saling dihubungkan, n = x . Jika ada 1000 terminal telepon,
maka diperlukan 1000 saluran telepon untuk menghubungkannya.
Meskipun demikian bentuk ini mempunyai suatu kelemahan yaitu bahwa
setiap terminal disamping harus dapat menyalurkan informasi antara
dirinya dengan terminal lain yang dituju, terminal-terminal
tersebut juga di haruskan mampu menyalurkan informasi yang hanya
lewat saja dari terminal lain ke terminal lainnya lagi. Hal ini
membuat saluran menjadi tidak efisien. Misalnya saluran antara B
dan C tidak dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari B ke C
itu sendiri karena saluran itu sedang dipakai untuk menyalurkan
informasi dari A ke D via saluran B C. Hal ini berbeda dengan
terminal-terminal bertopologi jaringan mata jala penuh (fully
interconeccted network), dimana setiap terminal dihubungkan ke
semua terminal lainnya dengan masing-masing ditarik satu saluran
transmisi. Hal ini memungkinkan setiap terminal dapat langsung
mengirim atau menerima informasi ke dan atau dari terminal
lainnya.Pada gambar 1.5 terlihat jaringan mata jala penuh, karena
setiap terminal disambungkan langsung dengan terminal yang
lainnya.
Jika di sini ada sejumlah x terminal maka tiap terminal
disambungkan dengan (x-1) terminal yang lainnya. Perlu diperhatikan
juga bahwa saluran dari A ke B sama dengan saluran dari B ke A
(hanya ada satu saluran yang sama antara dua titik). Oleh karena
itu, jumlah seluruh saluran n adalah sama dengan :
n = x (x-1)Dengan demikian jika jumlah terminalnya bertambah
besar, maka jumlah salurannya akan menjadi sangat besar sekali.
Oleh karena itu model ini hanya di pakai untuk jumlah terminal yang
relatif sedikit. Jika ada 1000 terminal telepon, maka berdasarkan
rumus di atas diperlukan saluran telepon penghubungnya sebesar
499.500 saluran. Jaringan bintang (Star) merupakan suatu bentuk
jaringan terbuka (open network), seperti dapat dilihat pada gambar
1.6 . Di sini jumlah salurannya berkurang menjadi sama dengan n = x
1 dan tiap saluran tidak perlu menyalurkan informasi dari terminal
lain ke terminal lainnya lagi. Jika ada 1000 terminal telepon, maka
jumlah saluran yang diperlukan untuk penghubungnya adalah sebesar
999 saluran. Hanya saja, pada topologi ini, jika terminal pusat
mengalami gangguan, semua terminal yang ada dalam jaringannya tidak
dapat saling berkomunikasi.
Dalam kenyataannya bentuk jaringan tidak semurni seperti ketiga
bentuk topologi di atas . Bentuk dasar topologi jaringan di atas
tidak dipergunakan untuk koneksi langsung tiap termina telepon,
tetapi dipergunakan untuk menghubungkan saluran antara sentral
(trunk). Hal ini untuk mengurangi ketidak efisienan membengkaknya
jumlah saluran pelanggan jika jumlah pelanggan semakin banyak. Ada
beberapa pertimbangan dalam merencanakan bentuk jaringan
telekomunikasi, misalnya:
letak dan posisi geografis dari terminal/sentral kebutuhan
hubungannya (komersil atau keperluan khusus) biaya (estimasi cost
yang dibutuhkan dengan kemungkinan keuntgungan yang akan di dapat
penyedia jasa) keadaan sebelumnya dan yang akan datang
meskipun demikian bentuk dasar jaringan ini tetap di pakai dalam
jaringan telekomunikasi di dunia ini. Misalnya dalam jaringan
telepon yang juga memakai jaringan radio komunikasi, satelit, kabel
laut, dan sebagainya. Gambar 1.7 menggambarkan contoh suatu
jaringan telepon yang juga terdiri dari bermacam-macam cara
menyampaikan informasi tersebut. Jaringan ini pada kenyataannya
lebih kompleks dari gambar ini.
1.4 Informasi
Informasi adalah sesuatu yang dipertukarkan antara dua terminal
yang berkepentingan melalui suatu hubungan telekomunikasi.
Informasi biasa dikirimkan dalam bentuk signal-signal yang
dimengerti dan sesuai dengan karakteristik dari sistem peralatan
telekomunikasi yang digunakan. Dan seperti telah kita telah ketahui
adalah bahwa signal yang di terima tidaklah sebaik signal yang
dikirimkan. Hal ini dikarenakan selama proses pentransmisian dalam
suatu sistem telekomunikasi, kualitas sistem dibatasi kemampuannya
oleh level daya signal yang tersedia, latar belakang noise yang
pasti selalu ada dalam transmisi, serta keharusan untuk membatasi
bandwidth (lebar pita saluran). Setiap sistem mempunyai performansi
masing-masing. Satu sistem bisa lebih baik dari sistem-sistem
lainnya, sehingga dapat dibandingkan sistem yang bagaimana yang
terbaik.Untuk itu telah dibuat suatu model signal, kemudian diuji
apa akibatnya jika suatu sistem telekomunikasi diterapkan pada
signal tersebut, dianalisa juga teknik modulasinya yaitu suatu alat
atau cara untuk mengirimkan signal tersebut. Walaupun ini dilakukan
dengan hasil yang baik, akan tetapi masih belum memuaskan,
khususnya ketika tiba saatnya pada design dari suatu sistem yang
baru. Dengan ini pertanyaan diatas akan berkembang menjadi :
karakteristik yang bagaimana untuk suatu sistem yang ideal, yang
tidak dibatasi oleh ilmu dan kemampuan kita akan tetapi hanya di
batasi oleh lebih pada sifat-sifat dasar dari alam itu sendiri.
Sebelum tahun 1940 beberapa langkah untuk membuat teori tersebut
telah ditempuh yaitu penelitian pada telegraphi oleh Nyquist dan
Hartley. Kemudian sesudah perang dunia kedua, Claude Shannon (1948)
dan Nobert Wiener (1949) telah mengembangkan konsep baru yang
sampai sekarang masih tetap dipakai.
Wiener melakukan eksperimen yang lebih dikenal sebagai detection
theory. Penelitian yang dilakukannya yaitu dengan cara
memperkirakan keadaan dari suatu signal yang sebelumnya sudah di
tambah dengan noise. Di sisi penerima akan diteliti bagaimana
perkiraan keadaan signal sebelum diterima (dalam proses pengiriman)
dan setelah diterima di sisi penerima. Sedangkan Shannon bekerja
sesuai dengan prinsip dari komunikasi, di mana signal processing
dapat terjadi baik pada penerima maupun pada pengirim. Sedangkan
Shannon meneliti dengan suatu pendekatan (sampling) yang
selanjutnya lebih dikenal dengan information theory. Penelitian
dilakukan dengan cara jika diketahui suatu berita, lalu diteliti
bagaimana berita itu dapat terwakilkan sedemikian rupa sehingga
dapat membawa informasi suatu sistem yang diberikan dengan
keterbatasan-keterbatasannya. Dari cara ini dapat disimpulkan bahwa
yang dipentingkan bukanlah signalnya melainkan informasi yang
terkandung di dalam signal tersebut. Teori informasi ini adalah
suatu pelajaran matematik yang terbagi menjadi 3 bagian konsep
dasar yaitu : pengukuran dari informasi, kapasitas saluran
transmisi untuk menyalurkan informasi, dan penyandian (coding)
sebagai cara untuk mendayagunakan saluran agar dapat berkapasitas
penuh. Lebih jelasnya, dimisalkan ada suatu sumber informasi, suatu
saluran transmisi, dan suatu teknik pengkodean yang digunakan.
Bagaimana caranya sehingga informasi tersebut dapat dikirimkan
melewati saluran transmisi dengan kapasitas informasi yang tentunya
harus di bawah kapasitas saluran dan dengan sejumlah kecil
kesalahan yang disebabkan karena danya derau (noise).1.4.1 Simbol
dan Nilai Informasinya
Sistem komunikasi adalah sistem yang dipergunakan unutk
menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima seperti telah
disebutkan sebelumnya. Informasi biasanya diwakili oleh
simbol-simbol komunikasi baik dalam bentuk alphabet maupun dalam
bentuk sandi-sandi. Seperti telah disampaikan sebelumnya, teori
informasi ini mulai mendapatkan penghargaan yang layak setelah
diterbitkannya makalah dari .E.C Shannon yang berjudul A
Mathematical Theory of Communication pada tahu 1948. Dalam bidang
komunikasi, teori Shannon ini memegang peranan yang amat penting
oleh karena kesanggupannya untuk memberikan standard performansi
yang absolut serta faktor-faktor yang membatasi performansi
tersebut.
Konsep yang akan dibahas di sini mencakup usaha untuk mengukur
kuantitas yang terkandung dalam suatu informasi/berita. Pada tahun
1928, R.V Hartley menyarankan agar kuantitas ini dikaitkan dengan
kemungkinan terjadinya berita. Berita yang sudah pasti akan
terjadi, pasti bukan merupakan berita lagi, sehingga nilai
informasinya sama dengan nol. Seperti misalnya berita : matahari
besok pagi akan terbit dari sebelah timur, berita ini bukan lagi
merupakan berita karena nilai informasinya adalah nol dimana semua
orang sudah pada tahu bahwa matahari setiap pagi akan terbit di
sebelah timur. Sebaliknya, hal yang tidak mungkin terjadi pasti
mempunyai nilai informasi yang tidak terhingga besarnya. Oleh
karena itu mungkin kwantitas yang terkandung di dalam suatu berita
haruslah dikaitkan dengan ketidakpastian yang dihilangkan akibat
munculnya berita tersebut.
Oleh karena informasi diwakili oleh symbol-simbol, maka
pengukuran informasi sebaiknya dikaitkan dengan masing-masing
smbol. Kalau p adalah peluang terjadinya suatu simbol maka nilai
informasinya didefinisikan sebagai :
- log pHartley memakai basis 10 untuk pengukuran tadi dan satuan
nilai informasi tadi diberi nama Hartley. Adapula yang menyarankan
agar basis e dipakai dalam perhitungan logaritma tadi dengan satuan
nilai informasi disebut nat. Sedangakn Shannon mengusulkan agar
basis 2 yang dipakai, mengingat bahwa simbol biner adalah simbol
yang paling mendasar dan dipakai dalam sistem komunikasi digital
dewasa ini. Satuan yang dipakai adalah bit (binary digit).
Sebagai contoh ambil simbol biner 1 dan 0 . Masing-masing simbol
memerlukan satu bit untuk repersentasinya memakai signal digital.
Ini sesuai dengan nilai informasi yang telah didefinisikan
sebagai:
- log2 pdi mana p =1/2.Dalam mendefinisikan satuan nilai
informasi di mana kita memakai simbol biner, ada dua faktor yang
harus di perhatikan:
bahwa simbol 1 dan 0 memiliki kemungkinan yang sama.
Simbol yang dibangkitkan setiap saat tidak tergantung pada
simbol yang dibangkitkan sebelumnya.
Hanya dalam batasan inilah masing-masing simbol mempunyai nilai
informasi sebesar 1 bit. Pada umumnya, kedua simbol biner tadi
tidak mempunyai kemungkinan yang sama. Dalam kasus seperti ini,
kita biasanya mencari peralatan yang dapat membuat kemungkinan
tersebut sama (scramble/descramble).
Contoh :
Suatu sumber berita menghasilkan 6 macam simbol dengan
kemungkinan sebagai berikut :
A =
D = 1/16
B =
E = 1/32
C = 1/8F = 1/32
Maka entropy sumber berita ini adalah :
H = - (1/2 log2 + log2 + .)
= 1 15/16 bit / simbol.
Perhatikan bahwa entropy akan mencapai harga maksimum apabila
semua symbol memiliki kemungkinan yang sama. Untuk contoh di atas
maka, H = 2,585 apabila keenam symbol memiliki kemungkinan yang
sama.
1.4.2 Kapasitas SaluranKalau H adalah entropy sumber berita dan
B adalah jumlah simbol yang dihasilkan setiap detik maka source
rate atau laju volume informasi adalah HB bit/detik. Ini adalah
kemampuan minimum yang harus dipenuhi oleh saluran agar informasi
dapat di transmisikan tanpa kesalahan. Kalau C merupakan kapasitas
saluran, yaitu laju informasi maksimum yang dapat ditransmisikan
melalui saluran tersebut, maka teori Shannon dapat dirumuskan
sebagai berikut: apabila HB lebih kecil dari C maka dapat dicari
suatu cara pengkodean sedemikian rupa sehingga informasi dapat
ditransmisikan dengan kesalahan yang tak berarti
Shannon sendiri tidak memberi petunjuk bagaimana caranya
mengkodekan informasi tersebut, tetapi ia dapat merumuskan C kalau
bandwitch dan S/N saluran diketahui (S/N = Signal to noise ratio
yang menentukan kualitas telekomunikasi).
Kita tinjau dahulu kasus dimana saluran tidak diganggu oleh
derau. Dalam teori pencuplian (sampling) yang akan dibahas nanti
pada bab yang lain disebutkan bahwa saluran memiliki bandawicth W
Hz sanggup mentransmisikan cuplikan-cuplikan yang frekwensinya 2W
cuplikan per detik. Misalkan bahwa setiap cuplikan dapat mengambil
salah satu dari m tingkat (level) yang sama kemungkinannya. Saluran
tadi dengan demikian akan sanggup mentransmisikan informasi dengan
laju:C = 2W log2 m bit / detikSebab setiap pencuplikan memiliki
nilai informasi sebesar m bit.Untuk saluran tanpa derau (noiseless)
dengan W tertentu maka kapasitas saluran, C, akan ditentukan oleh
kesanggupan pesawat penerima untuk membedakan sebanyak m tingkat
signal yang diterima. Secara teoritis, m dapat dibuat mendekati
tidak berhingga. Keadaan praktis (misalnya daya maksimum yang dapat
ditampung oleh saluran, ketelitian alat deteksi dan keterbatasan
lainnya) akan memaksakan sistem untuk memiliki harga m yang
terhingga.
Keterbatasan dalam saluran komunikasi biasanya secara dominan
dipengaruhi oleh hadirnya derau. Untuk derau yang sifatnya putih
(white noise) dengan distribusi normal, Shannon telah menurunkan
bahwa kapasitas saluran menjadi :
C = W log2 (1 + S/N) bit / detikDi mana W adalah banwitch
saluran dan S/N adalah signal to noise ratio. Secara formal rumus
di atas diikat oleh syarat-syarat sebagai berikut ini:
kecepatan maksimum tadi (C) akan menghasilkan kesalahan
transmisi yang tidak berarti apabila dipakai cara pengkodean yang
tepat
teknik pengkodean menghendaki agar informasi dikirim dalam
blok-blok yang panjang memakai gelombang yang menyerupai derau
derau dalam saluran bersifat putih dengan distribusi normal
dari uaraian diatas jelaslah bahwa laju informasi yang
dihasilkan oleh sumber informasi (dalam bit/detik) haruslah lebih
rendah dari kapasitas saluran supaya informasi dapat ditransmisikan
dengan kesalahan yang tidak berarti.
1.5 Jaringan TeleponJaringan Telepon merupakan solusi bagi
besarnya jumlah terminal telepon dan kompleksitasnya sistem
penyambungan antar terminal. Jaringan telepon pada umumnya terdiri
dari :
1. Internal lines pada area milik pelanggan, yaitu yang
menghubungkan extension telepon satu dengan lainnya dan ke
sentralnya melalui suatu PABX.
2. Subscribers distribution network (area jaringan sentral
lokal), yaitu jaringan yang terdiri dari kabel-kabel yang
menghubungkan terminal pelanggan atau sentral PABX ke sentral
lokal. Jaringan ini disebut juga jaringan distribusi lokal3.
Junction network, yaitu yang menghubungkan suatu group sentral
lokal yang melayani suatu daerah.
4. Trunk network, yaitu yang saluran untuk menghubungkan
beberapa daerah lokal di suatu negara (inter lokal). Jaringan trunk
ini juga disebut long distance network.
5. International network, yaitu jaringan yang menyelenggarakan
hubungan antara group-group sentral lintas negara.
Berikut dapat dilihat pada tabel 1.1 pemakaian istilah-istilah
dalam sistem telepon. Ada tiga standar badan yang biasa digunakan
dalam sistem pertelekomunikasian khususnya sistem telepon di dunis
internasional yaitu standar CCITT, Eropa, dan Amerika Utara.Tabel
1.1 Istilah-istilah dalam sistem telepon
FungsiCCITTEropaAmerika Utara
Terminal teleponSubscribers instrumentSubscribers
apparatusTelepon subset
Jaringan lokalSubscribers lineLocal lineCustomers loop
Sentral teleponExchangeExchangeOffice
Sentral telepon yang langsung disambung dengan terminalLocal
exchangeLocal exchangeEnd office atau Central office atau Class 5
office
Sentral telepon yang tidak langsung disambung dengan terminal
Trunk exchangeTrunk exchangeToll office
Sentral telepon yang menghubungkan local exchange (tidak ada
saluran ke trunk network)Tandem exchangeTandem exchangeTandem
office
Saluran antara dua local exchangeJunction
circuitJunctionInter-office trunk
Saluran antara local exchange dengan trunk exchangeToll
circuitJunctionTrunk
Saluran antara dua trunk exchangeTrunk circuitTrunk atau Trunk
circuitTrunk
First level trunk exchangePrimary centreGroup switching
centreToll centre atau class 4 office
second level trunk exchangeSecondary centre District switching
centrePrimary centre atau class 3 office
Third level trunk exchangeTertiary centreMain switching
centreSecsional centre atau class 2 office
Fourth level trunk exchangeQuaternary centre-Regional centre
atau class 1 office
Sentral telepon yang mempunyai saluran ke international
networkCentre du transit 3 (CT 3)Centre du transit 3 (CT 3)Centre
du transit 3 (CT 3)
International transit centreCentre du transit 2 (CT 2)Centre du
transit 2 (CT 2)Centre du transit 2 (CT 2)
Top level international transit switching centre (fully
interconnected)Centre du transit 1 (CT 1)Centre du transit 1 (CT
1)Centre du transit 1 (CT 1)
1.5.1 Jaringan LokalJaringan lokal dari suatu sistem telepon
adalah bagian dari jaringan nasional. Jaringan ini merupakan suatu
jaringan antara minimal satu telepon pelanggan dengan satu sentral
lokal. Jaringan lokal merupakan bagian dari seluruh jaringan yang
menyerap investasi paling besar. Hal ini dapat dimengerti karena
jaringan lokal merupakan akses langsung pelanggan ke sistem
jaringan nasional dan jaringan internasional. Alokasi dana
investasi jika akan ditambahkan pemasangan satu buah pesawat
telepon pada suatu jaringan telepon dapat dilihat pada tabel 1.2 di
bawah ini. Tabel 1.2 Alokasi dana investasi pasang baru telepon
Item pekerjaanPersentase alokasi dana
Peralatan pelanggan4
Jaringan lokal38
Peralatan sentral22
Junction dan trunk plant25
Tanah dan bangunan11
Dari data tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pembangunan jaringan
lokal menyerap investasi dana yang cukup besar kurang lebih 40 %
dari total dana investasi. Angka-angka ini tentunya akan
berbeda-beda pada berbagai negara dan untuk setiap jenis proyek
pengembangan jaringan.
1.5.1.1 Konfigurasi Jaringan Lokal
Sentral telepon lokal terdiri dari berbagai macam ukuran dari
yang terkecil dimana melayani suatu daerah kecil yang mempunyai
kapasitas hanya sekitar 100 lines unit saja, sampai dengan yang
besar sekali yang ditempatkan pada suatu gedung tersendiri dan
melayani sampai dengan 40.000 lines unit. Dengan demikian kabel
yang keluar dari suatu sentral lokal juga mempunyai ukuran yang
bermacam-macam. Satu hal yang sama adalah bahwa kabel yang dipakai
untuk setiap telepon set adalah 2 wire of twisted pair cable. Dan
ini yang menyebabkan bahwa jaringan lokal merupakan bagian yang
menyerap dana investasi yang paling besar. Sekarang ini ada
kecenderungan saluran pelanggan dari sentral sampai ke distribution
point yang semula menggunakan kabel tembaga diganti secara bertahap
menggunakan fiber optik. Secara perhitungan biaya tentunya cukup
mahal tetapi ini seimbang dengan manfaat yang lebih dari fiber
optik ini dimana kapasitasnya jauh lebih besar, redamannya jauh
lebih kecil dan jangka waktu umur saluran yaang relatif lebih lama
di bandingkan dengan menggunakan tembaga. Diharapkan kedepannya 100
% jaringan lokal memanfaatkan fiber optik, bahkan sampai ke sisi
terminal pelanggannya. Hal ini untuk mendukung keperluan user yang
semakin besar akan akses komunikasi multimedia.
Bentuk jaringan lokal berdasarkan standar CCITT dapat dilihat
pada gambar 1.8. Jumlah kabel yang keluar dari sentral menuju
pelanggan bermacam-macam disesuaikan dengan jumlah pelanggan yang
akan dilayani, fungsi konstruksinya, posisinya dan letak
geografisnya. Tetapi yang pasti bahwa semakin mendekati ke titik
pelanggan, jumlah kabel yang digunakan akan semakin berkurang
sesuai dengan distribusi pelanggan yang akan dilayani.
Kabel dalam jumlah besar meninggalkan sentral dan disambungkan
ke kabinet. Kabel-kabel ini disebut sebagai main pair atau saluran
utama/primer. Kabinet dihubungkan dengan pilar menggunakan branch
pair atau disebut saluran sekunder. Ukuran kabel pada saluran
sekunder lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran kabel pada
saluran primer. Selanjutnya pillar disambungkan ke distribution
point menggunakan distribution pair atau saluran tertier. Titik
pembagi (distribution point) terdiri dari bermacam-macam jenis,
yaitu underground distribution point ( letaknya di bawah tanah),
internal distribution point (letaknya di dalam gedung), overhead
ring type distribution point (letaknya di atas permukaan tanah/
tiang). Setiap pelanggan dihubungkan ke distribution point dengan
menggunakan sepasang konduktor/kabel. Secara umum pelanggan
terhubung ke sentral melalui distribution point, pillar, kabinet,
dan sentral. Tetapi tidak menutup kemungkinan kalau posisi
pelanggan dekat dengan sentral, maka pelanggan-pelanggan tersebut
langsung disambungkan ke sentral via distribution point tanpa harus
melalui pillar dan kabinet, atau pelanggan yang dekat dengan
kabinet langsung dihubungkan ke sentral via distribution point
langsung ke kabinet tanpa melalui pillar. Demikian juga pillar yang
dekat dengan sentral dapat langsung dihubungkan ke sentral tanpa
harus melalui kabinet. Tentunya ini semua mengacu pada efisiensi
jarak dan biaya.
Dalam perencanaan biasanya jumlah pair dalam distribution point
selalu dilebihkan dari jumlah pelanggan terdaftar. Tentunya dengan
memperhitungkan pola demand dan karakteristik perkembangan
pelanggan di daerah layanan. Hal ini untuk mengantisipasi
pemasangan pelanggan baru agar bisa cepat dilayani.1.5.1.2
Konfigurasi Jaringan Lokal di IndonesiaJaringan lokal di Indonesia,
hanya terdiri dari dua terminal saja (diluar sentral), yaitu rumah
kabel dan distribution point (kotak pembagi). Konfigurasi jaringan
lokal di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.9. Setiap pelanggan
tersambung ke sentral melalui saluran sekunder dan saluran primer.
Saluran primer menghubungkan sentral dengan rumah kabel, sedangkan
saluran yang menghubungkan rumah kabel dengan kotak pembagi disebut
saluran sekunder.
Saluran primer biasanya menggunakan kabel berukuran 600, 800,
atau 1200 pair. Tetapi tidak jarang juga menggunakan jumlah pair
kabel yang lebih besar. Sedangkan saluran sekunder menggunakan
kabel dengan ukuran yang lebih sedikit yaitu 20 pair saja. Saluran
primer merupakan saluran yang flexibel dalam artian kabel primer
dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan apabila pada kabel
primer terjadi kerusakan.
Dalam perencanaan jaringan lokal, kapasitas sentral biasanya
jauh lebih sedikit dari jumlah pelanggan yang akan dilayani. Hal
ini dilakukan dengan mempertimbangkan sangat jarang sekali dalam
waktu yang bersamaan seluruh pelanggan melakukan panggilan. Dalam
waktu-waktu puncak hanya kurang lebih 40-60 % saja pelanggan yang
melakukan panggilan. Perbandingan kapasitas sentral dengan jumlah
kabel primer biasanya 1 : 1,2-1,5. Begitu juga perbandingan antara
jumlah saluran primer dengan saluran sekunder biasanya 1 : 1,2-1,5
juga. Jadi kalau kapasitas sentral adalah 1000, maka saluran yang
keluar menuju rumah kabel adalah sebanyak 1200 1500 pair, dan
saluran yang menghubungkan rumah kabel dengan distribution point
adalah sebanyak 1440 2250 pair. Atau dengan kata lain, pelanggan
yang jumlahnya 2250 dapat dilayani dengan baik cukup dengan
menggunakan sentral yang berkapasitas 1000 saja.
Untuk penghematan biaya dalam perluasan dan demi keamanan serta
umur pakai yang lama, lebih dari 20 tahun, maka biasanya kabel
primer dipasang dalam sistem duct. Pada jarak tertentu dibuat
manhole sebagai suatu fasilitas teknisi dalam pekerjaan penarikan
kabel, penyambungan kabel, perlengkapan kabel lainnya, pengetesan
dan pemeliharaan. Jarak antara manhole biasanya 100 m, 250m atau
idealnya 500 m (sesuai dengan panjang kabel 1 haspel). Sementara
itu untuk proses pemeliharaan kabel/saluran dalam pipa distribusi,
dibuat lubang yang lebih kecil dari manhole yang disebut handhole.
Konstruksi manhole biasanya tahan terhadap beban diatasnya sampai
dengan 20 ton.
Kabel sekunder biasanya berupa kabel tanam langsung (ground
cable). Untuk menghindari penggalian yang berulang kali, maka
perencanaan jumlah kabel sekunder ini harus benar-benar
memperhitungkan jumlah pelanggan ditambah dengan cadangan untuk
melayani perkembangan pelanggan di masa yang akan datang dan untuk
mengcover kabel yang rusak. Kedalaman penanaman kabel disesuaikan
dengan peraturan daerah setempat. Bagi lokasi-lokasi yang tidak
mungkin untuk penanaman langsung dengan kedalaman tertentu,
biasanya diatasnya digunakan batu atau tembok untuk
melindunginya.
Saluran distribusi dari kotak pembagi ke pelanggan, biasanya
menggunakan kabel udara, dimana kabel-kabel langsung ditarik dari
tiang pembagi ke pelanggan. Jumlah kabel pada saluran distribusi
harus tepat sama sesuai dengan jumlah pelanggan. Tetapi biasanya di
dalam kotak/tiang pembagi selalu ada cadangan untuk melayani pasang
baru dan antisipasi saluran pelanggan yang rusak. Kotak-kotak
pembagi ini diletakkan di tempat-tempat sekitar pelanggan untuk
mempermudah pemasangan baru. Jika ada pelanggan yang meminta pasang
baru sementara cadangan dalam kotak pembagi kelompoknya sudah habis
terpakai, maka akan di cari cadangan sambungan pada kotak pembagi
lainnya yang terdekat dengan pelanggan tersebut.
Cara penyambungan kabel sepanjang lintasan ditunjukkan pada
gambar 1.10. Jumlah saluran tetap mengacu pada perbandingan awal
yang sudah di bahas sebelumnya.
1.5.2 Jaringan Interlokal
Jaringan yang menghubungkan dua atau lebih sentral lokal atau
area lokal di sebut jaringan interlokal. Sebelum adanya sentral
otomat proses penyambungan antar lokal ini dilakukan secara manual.
Tetapi sekarang ini hampir seluruh sentral sudah merupakan sentral
otomat dan digital (SPC sentral), sehingga penyambungan interlokal
dapat dilakukan dengan cepat dan otomatis.
Setidaknya ada lima macam cara penyambungan interlokal,
yaitu:
1. Interlokal secara manual yang menghubungkan area-area lokal
dimana sistem sambungan lokalnya juga masih manual.2. Interlokal
secara manual yang menghubungkan area-area lokal dimana sistem
sambungan lokalnya sudah otomatis.
3. Interlokal secara otomatis yang menghubungkan area-area lokal
dimana sistem sambungan lokalnya masih manual.
4. Interlokal secara otomatis yang menghubungkan area-area lokal
dimana sistem sambungan lokalnya juga sudah otomatis.
5. Interlokal otomatis dimana penyambungannya dilakukan sendiri
oleh pelanggan dari pesawatnya. Hubungan ini biasanya disebut
Subscriber Long Distance Dialling (SLDD) atau Sambungan Langsung
Jarak Jauh (SLJJ).
Pada sambungan interlokal manual proses yang terjadi adalah:
pertukaran informasi mengenai nomor pesawat (pelanggan yang
dituju), tempat pelanggan yang dituju, dan sifat interlokal antara
pelanggan dengan operator. Informasi antar operator
Informasi antara operator tujuan dengan pelanggan yang
dituju.
Pada sambungan SLJJ, peretukaran informasi secara manual
tersebut dapat digantikan oleh:
pulsa-pulsa dialling dari pelanggan untuk mengerjakan alat-alat
switching
tone-tone yang dikirim kepada pelanggan
signalling antar sentral
pencatatan tarifMelihat hal-hal tersebut di atas, maka persoalan
umum dalam jaringan interlokal adalah:1. Konfigurasi jaringan,
meliputi bentuk jaringan dan tingkatan sentral.
2. Penomoran, meliputi pengaturan nomor setiap pelanggan agar
dapat di hubungi oleh pelanggan lainnya.
3. Signalling, meliputi cara-cara pertukaran dan penyaluran
signal-signal penyambungan untuk kelancaran jalannya
penyambungan.
4. Routing, meliputi cara-cara pencarian jalan dalam
penyambungan menuju pelanggan yang dituju.5. Pentaripan, meliputi
pencatatan dan perhitungan tarip.
6. Sistem transmisi, meliputi cara-cara menyalurkan informasi
dan batasan-batasan yang di izinkan.7. Sinkronisasi, meliputi
pengaturan clock dalam sistem komunikasi digital.
8. Kerjasama antara sistem penyambungan yang berbeda.
9. Kemungkinan penyesuaian ke dalam jaringan internasional.
Pada penyelenggaraan hubungan telepon terutama pada penyambungan
jarak jauh, bentuk jaringan serta jumlah saluran harus direncanakan
secara baik agar lalu lintas telepon yang berlangsung dapat
berjalan dengan lancar, mudah secara teknis, dan efisien.
Proses perencanaan penomoran, routing dan pembagian wilayah
harus juga dilakukan dengan baik dan matang untuk mempermudah
perencanaan proses penyambungan selanjutnya. Untuk memudahkan
proses perencanaan ini, penyelenggara jasa telekomunikasi harusnya
bekerjasama dengan pemerintahan setempat agar sesuai dengan
administrasi dan peraturan wilayah yang bersangkutan. Pembagian
wilayah yang terlalu luas menjadi beberapa zona diperlukan untuk
mempermudah proses pengontrolan dan pengendalian. Dalam membagi
wilayah menjadi beberapa zona, perlu dipertimbangkan beberapa hal:
Jumlah pelanggan dan jumlah sentral yang tercakup di dalam wilayah
tersebut. Untuk itu diusahakan jumlahnya rata untuk masing-masing
zona jaringan.
Luas geografif wilayah masing-masing zona sama besar.
Kepadatan penduduk dan fungsi daerah/kota di dalam wilayah /zona
jaringan tersebut.
Bentuk geografis dari negara yang bersangkutan. Apakah daratan,
kepulauan, persegi, memanjang dan lain sebagainya.
Konfigurasi dari jaringan dan tingkatan sentral secara sederhana
dapat digambarkan pada gambar 1.11, dimana ada tiga bagian utama
dari tingkatan jaringan, yaitu:
1. Jaringan lokal yang meliputi subscriber line, sentral lokal,
dan sentral tandem.
2. Jaringan Trunk yang meliputi sentral tandem regional dan
sentral tandem nasional
3. Jaringan internasional yang meliputi centre du transit 1 dan
sentral gateway internasional via kabel laut, satelit atau radio
HF.
Sentral lokal merupakan sentral dengan level paling bawah,
dimana bisa disambung langsung antar sentral lokal (direct route)
atau disambung melalui sentral tandem di level atasnya (alternate
route). Proses pencarian jalan (routing) oleh signal menuju
pelanggan yang dituju biasanya memilih direct route (rute langsung)
sebagai pilihan pertama jalur yang akan dilalui karena pertimbangan
jarak yang paling dekat sehingga waktu routing pun lebih singkat.
Tetapi jika tidak memungkinkan, routing akan memilh jalur
alternatif lainnya sampai signal menemukan jalan terdekat dan
kosong untuk membangun proses penyambungan hubungan sampai
berhasil.
1.5.3 Kerjasama Internasional
Lembaga standar internasional di bidang telekomunikasi adalah
ITU (Inyternational Telecommunication Union). ITU didirikan pada
tahun 1865 dengan nama pada waktu itu International Telegraph Union
dengan kantor pusat di jenewa dan beranggotakan 124 negara. ITU
mempunyai dua komisi utama untuk menangani tugas-tugasnya,
yaitu:
1. CCITT ( The Comite Consultatif International Telegraphique et
Telephonique) yang dibentuk dari penggabungan antara komite telepon
(CCIT) dan komite telegraph (CCIF) pada tahun 1956. Tugasnya
meliputi studi pengembangan teknologi telekomunikasi, metode
operasional, pentaripan untuk telepon, telegraph dan transmisi
data.
2. CCIR (The Comite Consultatif International des
Radiocommunications). CCIR didirikan pada tahun 1906 dengan nama
Radio Telegraph Union dan pada tahun 1921 melebur ke dalam ITU
menjadi salah satu komisi yaitu CCIR. Tugas komisi ini meliputi
semua studi teknik dan operasional dari komunikasi radio, termasuk
komunikasi poin to point, komunikasi bergerak, siaran radio dan
televisi. CCIR bersama-sama dengan International Frequencies
Registration Board (IFRB) menentukan dan mengatur pembagian
frekuensi radio untuk mencegah saling mengganggunya antar transmisi
yang berbeda-beda.1.5.4 Dasar Statistik untuk Perencanaan
JaringanHampir semua kejadian pada sistem telekomunikasi, mulai
dari permintaan sambungan, pencarian saluran, penentuan rute sampai
koneksi ke pelanggan yang di tuju merupakan suatu kejadian dengan
kemungkinan/probabilitas yang acak. Sistem tidak tahu kapan
terminal akan meminta sambungan, berapa lama, dan kapan sambungan
akan diakhiri oleh salah satu pelanggan. Kejadian-kejadian ini
perlu dianalisa dengan memanfaatkan metode yang khusus mempelajari
teori kemungkinan/probabilitas yang biasa dikenal ilmu statistika.
Hal penting adalah bagaimana saluran pembicaraan yang tersedia
cukup untuk melayani dan menyalurkan sejumlah pembicaraan yang
terjadi secara bersamaan pada saat kondisi trafik mencapai
puncaknya. Adakalanya jumlah permintaan semakin bertambah sementara
jumlah saluran yang ada tidak mencukupi sehingga permintaan
sambungan gagal. Atau sibuknya proses penyambungannya juga bisa
menyebabkan gagalnya suatu permintaan sambungan. Kegagalan
sambungan ini menunjukan kualitas layanan sistem, semakin kecil
jumlah gagal sambung semakin bagus kualitas layanan sistem.
Kemungkinan gagal sambung biasanya ditunjukkan oleh suatu nilai
tertentu yang disebut grade of service (GoS). Nilai GoS menujukkan
kemungkinan sejumlah panggilan akan mengalami kegagalan jika
melakukan panggilann pada jam sibuk dari suatu hari tertentu.
Tentunya suatu sistem menginginkan agar dapat menekan nilai GoS
sekecil mungkin, tetapi disisi lain kita juga harus
mempertimbangkan nilai cost/biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperbaiki kinerja sistem. Secara logika semakin besar jumlah
saluran dan peralatan switching yang disediakan sistem (bahakan
mendekati jumlah pelanggan), maka dapat dipastikan setiap
permintaan sambungan dapat terlayani dengan baik. Tetapi ada fakta
menurut statistik, rata-rata penggunaan telepon oleh pelanggan
dalam sehari semalam hanya selama 30 menit, yang berati
efisisensinya penggunaannya adalah (0.5 : 24) x 100% = 2.1 %. Data
lain bahawa dari 100 pelanggan, hanya 10 pelanggan saja yang
menggunakan telepon dalam waktu yang bersamaan. Dari hal-hal
tersebut yaitu kesempurnaan layanan dengan jumlah saluran yang
besar di satu sisi dan efisiensi biaya, efisiensi penggunaan
saluran dan kebiasaan/karakteristik pelanggan di sisi lain, harus
menjadi bahan pertimbangan perencanaan jaringan. Pola penggunaan
telepon perwaktu dalam satu hari juga berubah-ubah. Dimulai jam
6.00 pagi meningkat terus sampai mencapai puncaknya pada sekitar
jam 10.00 pagi, kemudian menurun lagi sampai jam 14.00 dan naik
lagi sampai mencapai puncak kedua pada jam 16.00. Dari jam 16.00
sore permintaan sambungan menurun sampai jam 18.00, kemudian naik
lagi sampai mencapai puncaknya pada jam 20.00 dan akhirnya menurun
terus sampai mendekati nilai nol. Untuk mengimbangi fluktuasi
pemanfaatan saluran agar distribusinya seimbang antara waktu puncak
dengan jam-jam tidak sibuk, penyelenggara biasanya menerapkan
strategi cheap rate (potongan tarif sampai 75 %) pada jam-jam tidak
sibuk.Pola permintaan sambungan juga tidak sama untuk semua tempat.
Permintaan sambunga di daerah perkantoran akan berbeda dengan
permintaan sambungan di daerah perdagangan dan permintaan sambungan
di daerah perumahan. Permintaan sambungan di daerah perdagangan
paling banyak dibanding kedua daerah lainnya. Para pedagang ini
biasanya menggunakan telepon dengan prosentase 60 %, daerah
perkantoran sebesar 30 % dan daerah perumahan sekitar 10 %.
Waktu-waktu puncak untuk ketiga daerah juga tentunya berbeda-beda.
Misalnya untuk daerah perkantoran dan perdagangan waktu puncaknya
terjadi di siang hari sekitar jam 10.00 sampai jam 14.00, sedangkan
di daerah perumahan puncaknya biasanya terjadi di malam hari
sekitar jam 20.00.
Trafik pada saluran telekomunikasi biasanya di ukur berdasarkan
hitungan pendudukan saluran-saluran dalam satu jam. Berapa lama
satu saluran diduduki secara-terus-menerus dalam satu jam itu
menentukan besarnya trafik. Misalnya satu saluran dalam satu jam
diduduki dengan waktu total 30 menit, maka trafik saluran tersebut
adalah 0.5. Sebenarnya menurut hitungan, nilai trafik tidak
mempunyai satuan (waktu/waktu), tetapi untuk menghargai penemunya
yaitu Agner Krarup Erlang (1878-1929), maka trafik pada sistem
telekomunikasi di beri satuan erlang (Erl). Nilai trafik satu
erlang (1 Erl) adalah jika satu saluran diduduki secara
terus-menerus selama satu jam. Nilai trafik saluran pelanggan lokal
biasanya beragam mulai dari 0.02 0.3 Erl dengan nilai GoS biasanya
0,01. Sedangkan pada saluran juction biasanya nilai trafiknya
sampai 0,5 Erl dengan GoS untuk junction jarak jauh biasanya
0,1.Selain itu dalam pentransmisian signal juga harus
mempertimbangkan jarak. Hal ini berkenaan dengan karakteristik
alami saluran yang mempunyai sifat meredam. CCITT merekomendasikan
nilai redaman total selama proses stransmisi end to end dalam suatu
hubungan jarak jauh atau internasional sebesar senilai 33 36
dB.Gambar 1.1 Baby Alarm
microphoone
Ampli+loudspeakere
Saluran transmisi
E
Gambar 1.3 Kompleksitas Sistem Penyambungan
Media
Transmisi
Gambar 1.2 Konsep Dasar Telekomunikasi
D
F
E
D
C
B
A
Switching
center
C
B
A
Gambar 1.4 Jaringan Mesh Tunggal
F
F
Gambar 1.5 Jaringan Mata Jala Penuh
B
C
D
A
E
F
Secondary Center
Primary Center
Local exchange
Gambar 1.7 Hirarki Jaringan Telekomuniksi
Gambar 1.6 Jaringan Bintang
Tertiary Center
Saluran gateway
Sistem Radio
Sistem transmisi laut
Saluran Transmisi Darat
S
E
N
T
R
A
L
main pair
Cabinet
branch pair
branch pair
Pillar
Pillar
distribution pair
Distribution point
U
U
U
U
I
I
I
I
R
R
R
R
Gambar 1.8 Jaringan lokal standar CCITT
U: Underground distribution point
I : Internal distribution point (in building)
R: Overhead ring type distribution point
U: Underground distribution point
I : Internal distribution point (in building)
R: Overhead ring type distribution point
Gambar 1.9 Jaringan lokal di Indonesia
R
R
Saluran pelanggan
Sistem transmisi laut
Sistem Satelit
Sentral gateway internasional (CT1)
I
I
Sentral tandem nasional
(tersier)
Jaringan trunk
U
U
Splitter
Gambar 1.10 Jalur kabel
Rumah kabel
Rumah kabel
Saluran sekunder
Distribution point
Rumah kabel
Saluran primer
S
E
N
T
R
A
L
Rumah kabel
Saluran primer
S
E
N
T
R
A
L
Jaringan lokal
Local exchange
Gambar 1.11 Tingkatan sentral telepon
Sistem Radio HF
Sentral tandem regional
(sekunder)
Sentral tandem lokal
(primer)
Jaringan Internasional
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi