KATA PENGANTARPuji syukur kami sampaikan atas kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan karunia-Nyapenulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Adapun judul makalah ini adalah Asuhan Keperawatan
Anak dengan gangguansistem pernafasan: Asfiksia Neonatorum.Dalam
penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
IbuYusnaini Siagian, S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah
keperawatan anak.Penulis menyadari dalam makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan kami. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, guna memperbaiki makalah
untuk di masa yang akan datang, semoga ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca khususnya tenaga kesehatan.
Tanjungpinang, 12Oktober2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.iDAFTAR ISI....iiBAB
IPENDAHULUANA.LatarBelakang.... 1B.TujuanPenulisan....1C.Metode
Penulisan...........3BAB IITINJAUAN TEORITIS1.Pengertian..
42.Anatomi Fisiologi......................................
43.Etiologi...
74.Patofisiologi...............................................
85.Klasifikasi..................................................86.Tanda
dan Gejala.... 117.Manifestasi
Klinik......................................108.Komplikasi.....109.Pemeriksaan
Penunjang..............................1210.Penatalaksaan Medis dan
Keperawatan......1211.Asuhan
Keperawatan..................................15a.Pengkajian................15b.Diagnosa...........17c.Intervensi..18BAB
IIITINJAUAN KASUS SECARA TEORITIS.....22BAB IVPEMBAHASAN.....37BAB
VKESIMPULAN & SARAN...............................40DAFTAR
FUSTAKA.......iii
BAB IPENDAHULUAN
1.1Latar BelakangAsfiksia adalah keadaan diman bayi yang baru
diahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
dilahirkan. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dan rahim yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan dan setelah lahir.Di Indonesia, angka kematian neonatal
sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal
dini (0-7 hari) sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup. Dari hasil
Survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2007 penyebab utama
kematian neonatal dini adalah BBLR (35%), asfiksia (33,6%), tetanus
(31,4%). Sebagian kasus asfiksia pada bayi baru lahir merupakan
kelanjutan dari asfiksia intrauterin. Maka dari itu, diagnosa dini
pada penderita asfiksia mempunyai arti penting dalam merencanakan
resusitasi yang akan dilakukan. Setelah bayi lahir, diagnosis
asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan nilai APGAR. Penilaian
menggunakan skor APGAR masih digunakan karena dengan cara ini
derajat asfiksia dapat ditentukan sehingga penatalaksanaan pada
bayi pun dapat disesuaikan dengan keadaaan bayi. Dari sumber lain
juga ditemukan bahwa prematuritas merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya asfiksia pada bayu baru lahir. Jadi, terdapat
hubungan yang erat antara persalinan preterm dengan kejadian
asfiksia. Di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun
2009 persalinan sebanyak 1972 orang dimana pada tahun tersebut
terdapat 163 bayi yang lahir diantaranya mengalami asfiksia
neonatorum, dan 78 bayi lahir kurang bulan dan 85 (52,6 %)
diantaranya mengalami asfiksia neonatorum.
2.2Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan asfiksia
neonatorum ?2. Apa yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum
?3. Bagaimana tanda dan gejala terjadinya asfiksia neonatorum ?4.
Bagaimana patofisiologi terjadinya asfiksia neonatorum ?5. Sebutkan
klasifikasi dari asfiksia neonatorum?6. Bagaimana komplikasi dari
asfiksia neonatorum ?7. Bagaimana penatalaksanaan asfiksia
neonatorum ?8. Bagaimana asuhan keperawatan asfiksia neonatorum
?
2.3Tujuan Penulisan1.Tujuan UmumDiharapkan mahasiswa dapat
memahami rencana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pernafasan : asfiksia neonatorum.2.Tujuan Khususa.Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian pada anak asfiksia neonatorumb.Mahasiswa
mampu melakukan analisa data, serta menetukan diagnosa keperawatan
pada anak asfiksia neonatorumc.Mahasiswa mampu melakukan intervensi
yang sesuai dengan masalah pada anak asfiksia neonatorumd.Mahasiswa
mampu melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada anak
asfiksia neonatorume.Mahasiswa mampu melakukan pembahasan pada anak
dengan asfiksia neonatorum
BAB IIPEMBAHASAN
2.1.PengertianAsfiksia neonatorium ialah keadaan dimana bayi
tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
lahir. Hal ini disebabkan hipoksia janin dalam uterus danhipoksia
ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah lahir(Ilmu Kebidanan,
2002).Akibat-akibat asfiksia akan bertanbah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu
dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.
2.2 Etiologi dan Faktor PredisposisiHipoksia janin yang
menyebakan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran
gas secara transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan
dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini
adapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada
ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang
diderita ibu dalam persalinan.Gangguan menahun dalam kehamilan
dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia,
hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada keadaan terakhir
ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi
serta kekurangan penberian zat-zat makanan berhubungan dengan
gangguan fungsi plasenta. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi
dengan melakukan pemerikasaan antenatal yang sempurna, sehingga
perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan.Faktor-faktor yang dimbuk
dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir selalu
mengakibatkan anoksia atau hioksia janin dan berakhir dengan
asfiksia bayi. Faktor itu diantaranya :a.Faktor-faktor dari pihak
janin:1)Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali
pusat,2)Deprei pernafasan karena obat-obat anestesia/analgetika
yang diberikan kepada ibu, perdarahan intrakranial, dan kelainan
bawaanb.Faktor dari pihak ibu:1)Gangguan his, misalnya hipertoni
dan tetani2)Hiptensi mendadak pada ibu karena
perdarahan3)Hipertensi pada eklamsia4)Gangguan mendadak pada
plasenta, seperti solusio plasenta5)Dapat terjadi karena
hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam,
dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya.c.Faktor plasentaPertukaran gas antara ibu dan janin
dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksia janin dapat
terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta,plasenta tipis, plasenta
kecil, plasenta tak menempel.d.Faktor persalinanMeliputi partus
lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
2.3PatofisiologiBila janin kekurangan O2 dan kadar CO2
bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga bunyi
jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus
berlangsung, maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbulah rangsangan dari nervus simpatikus. Denyut jantung janin
menjadi lebih cepat akhirnya irreguler dan menghilang.Secara klinis
tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih cepat
dari 160x / menit atau kurang dari 100x / menit, halus dan
irreguler dan menghilang, serta adanya pengeluaran
mekonium.Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium
keluar sebagai tanda janin dalam asfiksia.a.Jika denyut jantung
janin normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksiab. Jika denyut
jantung janin lebih dari 160x / menit dan ada mekonium : janin
sedang asfiksiac.Jika denyut jantung janin kurang dari 100x / menit
dan ada mekonium : janin dalam keadaan gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin, dan bila kita
periksa kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam
paru.
2.4Klasifikasi AsfiksiaKlasifikasi klinik nilai APGAR :Asfiksia
neonatorum diklasifikasikan sbb:a.Asfiksia Ringan (vigorus
baby)Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakanistimewa.b.Asfiksia sedang (mild moderate asphyksia)Skor
APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.c.Asfiksia Berat Tanda012Jumlah
Nilai
Frekwensi jantungTidak adaKurang dari 100 X/menitLebih dari 100
X/menit
Usaha bernafasTidak adaLambat,tidak teraturMenangis kuat
Tonus ototLumpuhEkstremitas fleksi sedikitGerakan aktif
RefleksTidak adaGerakan sedikitMenangis
WarnaBiru / pucatTubuh kemerahan, ekstremitas biruTubuh dan
ekstremitas kemerahan
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada.Tabel. 1.1 Daftar penilaian keadaan bayi secara penilaian
apgarDilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit
ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian
dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
(bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar).1)Penilaian apgar
scorePenilaian apgar ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan
mortalitas bayi baru lahir. Patokan klinik yang dinilai adalah
:a)Mengihitung frekuensi jantungb)Melihat usaha bernafasc)Melihat
tinus ototd)Melihat refleks terhadap rangsangane)Memperhatikan
warna kulit.
6.Manifestasi KlinisApabila asfiksia berlanjut bayi akan
menunjukan megap-megap yang dalam, denyut jantung cepat, dan bayi
akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah
sampai bayi memasuki periode apnue yang disebut apnue sekunder,
selama apnue sekunder ini denyut jantung, tekanan darah, dan kadar
oksigen dalam darah(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali apabila
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai
dengan segera. Gejala dan tanda-tanda asfiksia termasuk tidak
bernafas atau bernafas megap-megap, warna kulit kebiruan, kejang,
dan penurunan kesadaran.
6.Komplikasi AsfiksiaKomplikasi yang muncul pada asfiksia
neonatus antara lain :a.Edema otak & Perdarahan otakPada
penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah
ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia
dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga
dapat menimbulkan perdarahan otak.b.Anuria atau oliguriaDisfungsi
ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan
ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti
mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.c.KejangPada bayi yang
mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan
kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada
anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.d.KomaApabila
pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan meyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada
otak.
2.7Pemeriksaan Penunjanga.Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia
terdiri dari :1)Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan
asfiksia Hb cenderung turun karena O2dalam darah
sedikit.2)Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x
10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko
tinggi.3) Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)4)Distrosfiks pada bayi
preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena sering terjadi
hipoglikemi.b.Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi
terdiri dari :1)pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun
terjadi asidosis metabolik.2)PCO2(normal 35-45 mmHg) kadar PCO2pada
bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi
hiperapnea.3)PO2(normal 75-100 mmHg), kadar PO2pada bayi post
asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia
progresif.4)HCO3(normal 24-28 mEq/L)5)UrineNilai serum elektrolit
pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium (normal 134-150
mEq/L). Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)Kalsium (normal 8,1-10,4
mEq/L)6)Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung
ukuran normal.
8.Penatalaksanaan KeperawatanPenatalaksanaan bayi baru lahir
dengan asfiksia sedang menurut Wiknjosastro (2005) adalah sebagai
berikut :a.Tindakan umum1)Pengawasan suhuBayi baru lahir secara
relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh,
sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga
kehangatan suhu BBL dengan :a)Mengeringkan bayi dari cairan ketuban
dan lemak.b)Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.c)Bungkus
bayi dengan kain kering.2)Pembersihan jalan nafasSaluran nafas
bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion,
kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya
lendir.3)Rangsangan untuk menimbulkan pernafasanRangsangan nyeri
pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi,
menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini
berfungsi memperbaiki ventilasi.
b.Tindakan khusus1)Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)Resusitasi
aktif dalam hal ini harus segera dilakukan yaitu dengan
:a)Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2secara
langsung dan berulang atau dengan melakukan intubasi endotracheal
dan O2dimasukkan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml. Hal ini
mencegah terjadinya iritasi paru berlebihan sehingga dapat terjadi
ruptur aveoli. Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan udara
ke dalam kateter dari mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke
pipa.b)Memberikan natrikus bikarbonat dengan dosis 2-4 mEQ/kg
BBc)Masase jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas
tulang dada secara teratur 80-100 x/mnt. Tindakan ini berselingan
dengan nafas buatan, yaitu setiap 5 x masase diikuti 1x pemberian
nafas. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya
komplikasi pneumotoracks jika tindakan ini dilakukan
bersamaan.d)Memberikan obat-obatan 1/10.000 andrelin dengan dosis
0,5- 1 cc secara intravena (sebegai obat inotropik) dan kalsium
glukonat 50-100 mm/kg BB secara intravena, untuk meningkatkan
frekuensi jantung.2)Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6)Dilakukan
rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan dengan:a)Melakukan
rangsangan 30-60 detik setelah penilaian APGAR 1 menit.b)Melakukan
nafas buatan dengan memasukkan pipa ke dalam hidung, O2dialirkan
dengan kecepatan 1-2 liter/menit. Bayi diletakkan dengan kepala
dalam dorsofleksi, dilakukan dengan membuka dan menutup lubang
hidung dan mulut disertai dengan menggerakkan dagu ke atas dan
kebawah dalam frekuensi 20 x/ menit.c)Melakukan pernafasan mulut ke
mulut yag seharusnya dalam mulut bayi dimasukkan pharingeal airway
yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan, sebelum mulut
penolong diisi O2sebelum peniupan, peniupan dilakukan secara
teratur dengan frekuensi 20-30 x/menit.
c.Tindakan lain dalam resusitasi1)Pengisapan cairan lambung
dilakukan pada bayi-bayi tertentu yaitu pada bayi prematur,
sebelumnya bayi mengalami gawat janin, pada ibu yang mendapatkan
anastesia dalam persalinan.2)Penggunaan obat Nalorphin diberikan
pada bayi yang disebabkan oleh penekanan pernafasan akibat morfin
atau petidin yang diberikan selama proses persalinan.Menurut
Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan
asfiksia, antara lain1)Asfiksi Ringan (Apgar score
7-10)Caranya:a)Bayi dibungkus dengan kain hangatb)Bersihkan jalan
napas dengan menghisap lendir padahidung kemudian mulutc)Bersihkan
badan dan tali pusat.d)Lakukan observasi tanda vital dan apgar
score dan masukan ke dalam inkubator.2)Asfiksia sedang (Apgar score
4-6)Caranya :a)Bersihkan jalan napas.b)Berikan oksigen 2 liter per
menit.c)Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila
belu ada reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker
(ambubag).d)Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis
berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc.Dextrosa 40% sebanyak
4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk
mencegah tekanan intra kranial meningkat.3)Asfiksia berat (Apgar
skor 0-3)a)Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui
ambubag.b)Berikan oksigen 4-5 liter per menit.c)Bila tidak berhasil
lakukan ETT (Endotracheal Tube)d)Bersihkan jalan napas melalui
ETT.e)Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis
berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak
4cc.
2.9Asuhan Keperawatana.Pengkajian1)Sirkulasia)Nadi apikal dapat
berfluktuasi dari 110 sampai 180x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80
mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).b)Bunyi jantung,
lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.c)Murmur biasa
terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.d)Tali pusat putih
dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.2)Eliminasia)Dapat
berkemih saat lahir.3)Makananataucairana)Berat badan : 2500-4000
gramb)Panjang badan : 44-45 cmc)Turgor kulit elastis (bervariasi
sesuai gestasi)4)Neurosensoria)Tonus otot : fleksi hipertonik dari
semua ekstremitas.b)Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks
menghisap selama 30menit pertama setelah kelahiran (periode pertama
reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema,
hematoma).c)Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)5)Pernafasana)Skor APGAR : 1 menit. 5 menit skor
optimal harus antara 7-10.b)Rentang dari 30-60 permenit, pola
periodik dapat terlihat.c)Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang
krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid
menonjol, umum terjadi.6)Keamanana)Suhu rentang dari 36,5 C sampai
37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia
gestasi).b)Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki
dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin
belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan
forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis
(kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.
Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
b.Diagnosa KeperawatanDiagnosakeperawatandiagnosa keperawatan
yang sering muncul pada pasien post asfiksia berat antara
lain:1)Gangguan pemenuhan kebutuhan O2berhubungan dengan post
asfiksia beratekspansi yang kurang adekuat.2)Bersihan jalan nafas
tidak efektifberhubungan dengan obstruksi mekanis (adanya
secret)3)Resiko terjadinya hipotermib.dadanya proses persalinan
yang lama dengan ditandai akral dingin suhu tubuh dibawah 36
C4)Resiko gangguan penemuankebutuhan nutrisi berhubungan dengan
reflek menghisap lemah.5)Hipertermiberhubungan dengan transisi
lingkungan ekstra uterinneonatus6)Resiko terjadinya
hipoglikemiab.dmetabolisme yang meningkat.7)Gangguan hubungan
interpersonal antara ibu dan bayib.drawatterpisah
c.Intervensi KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuan dan
Kriteria HasilIntervensiRasional
1.Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan post
asfiksia berat, ekspansi yang kurang adekuatSetelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan O2 bayi
terpenuhiKriteriaHasil:1.Pernafasan normal 40-60 kali
permenit;2.Pernafasan teratur;3.Tidak cyanosis;4.Wajah dan seluruh
tubuh warna kemerahan;5.Gas darah normal.
1.Letakkan bayi terlentang dengan alas yang datar, kepala lurus,
dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau
selimut diatas bahu bayi sehingga bahuterangkat 2-3 cm.2.Bersihkan
jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
3.Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4
jam.4.Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri.1.Memberi rasa nyaman dan
mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan
nafas
2.Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk
menjamin pertukaran gas yang sempurna3.Deteksi dini adanya
kelainan.
4.Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk
jantung dan otak. Dan peningkatankadar PCO2 menunjukkan
hypoventilasi.
2.Resiko terjadinya hipotermi b.d adanya proses persalinan yang
lama dengan dintadai akral dingin suhu tubuh dibawah 36 C
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan tidak
terjadi hipotermia.Kriteria Hasil:1.Suhu tubuh 36,5 37,5C;2.Akral
hangat;3.Warna seluruh tubuh kemerahan.1.Letakkan bayi terlentang
diatas pemancar panas (infant warmer).
2.Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh,
letakkan bayi diatas handukataukain yang kering dan
hangat.3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam.4.Kolaborasi dengan team
medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin
diberikan.1.Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan
sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.2.Mencegah kehilangan
cairan tubuh melalui konduksi
3.Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat
hipotermia.4.Mencegah terjadinya hipoglikemia
3.Resiko gangguan penemuankebutuhan nutrisib.dreflek menghisap
lemah.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharpkankebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria Hasil :1.Bayi dapat
minum ppersonde dengan baik;2.Berat badan tidak turun lebih dari
10%;3.Retensi tidak ada
1. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta
konsistensi.
2. Monitor turgor dan mukosa mulut
3.Monitor intake dan out put.
4.Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
5.Lakukan control berat badan setiap hari.1.Deteksi adanya
kelainan pada eliminasi bayi dan segera mendapat tindakan /
perawatan yang tepat2.Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan
mukosa mulut.3.Mengetahui keseimbangan cairan tubuh
(balance).4.Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.5.Penambahan
dan penurunan berat badan dapat di monitor.
4.Resiko terjadinya hipoglikemiaberhubungan dengan metabolisme
yang meningkat.Setealah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam diharapkan tidak terjadi hipoglikemia selama masa
perawatan.KriteriaHasil1.Akral hangat2.Tidak cyanosis3.Tidak
apnea4.Suhu normal (36,5C -37,5C);1.Berikan nutrisi secara adekuat
dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi
2.Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu
lingkungan.
3.Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi).4.Kolaborasi
dengan team medis untuk pemeriksaan laborat yaitu distrostikterapy
yang di jalani.1.Mencegah pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk
pemantauan intake dan out put.2.Menjaga kehangatan agar tidak
terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu
lingkungan berpengaruh pada suhu bayi3.Deteksi dini adanya
kelainan.
4.Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia lebih lanjut dan
kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang
lain.
e.EvaluasiSetelah dilakukan implementasi, semua masalah belum
terasi danintervensidilanjutkan. Masalah yang belum teratasi adalah
sebagai berikut : gangguan pemenuhan kebutuhan O2b.dpost asfiksia
berat,ekspansi yang kurang adekuat, hipertermib.d transisi
lingkungan ekstra uterinneonates, resiko gangguan penemuankebutuhan
nutrisi.b.dreflek menghisap lemah.
BAB IIIPENUTUP
3.1KesimpulanAsfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir
yang tidak dapat bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah
lahir.Untuk menentukan derajat asfiksia dapat menggunakan APGAR
score.Dalam pelaksanaan asuhankeperawatanpada bayi dengan
asfiksiadiperlukan perawatan dan penatalaksanaan yang tepat dan
cepat sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi / keadaan bayi
yang bertambah buruk. Sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.Bayi dengan asfiksia pertolongan pertamanya dapat di
lakukan dengan tindakan Resusitasi. Resusitasi(respirasi
artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. Asfiksasi
neonatorum paling banyak terjadi pada pada bayi dalam persalinan
pretern.
3.2SaranSelumnyakamimengucapkan terimakasih kepadaIbu Yusnaini
Siagian,S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing,karena dengan adanya
tugas asuhan keperawatan anak dengangangguanasfiksia neotorumini,
kami bisamemahami dan mempelajarinyaproses keperawatanya. Walaupun
makalah ini masih banyak kurangnya tapi kritik bagi pembaca
khususnya dosen pembimbing kami harapkan. Dan saran dari kami,
dengan adanya pelajaran ini, kami harap mahasiswa- mahasiswi dapat
mengerti dan memahami apa ituasfiksia neotorumdan mengerti asuhan
keperawatan anak dengan gangguanasfiksia neoturum.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa (2002).Edisi 3 Ilmu Kandungan. Editor Prof.
dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH. Jakarta: VTNovita, Regina
(2011).Keperawatan Arif, Mansjoer, 2000.Kapita Selekta
Kedokteran.Edisi III. Jakarta: FKUI.Carpenito, Lynda Juall.
2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8.Jakarta:
EGC.Doengoes, Marilynn. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi
III.Jakarta: EGC.