Hal. 93 LAPORAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005 - 2010 Berikut akan dilaporkan matriks pengukuran kinerja agregat pembangunan kesehatan sebagai tolok ukur keberhasilan melaksanakan agenda pembangunan Kabupaten Bintan Tahun 2005- 2009. Tabel. 1 : Matriks Pengukuran Kinerja Agregat Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2005-2009. INDIKATOR KINERJA CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN 2005 2006 2007 2008 2009 I. Agenda Pertama : Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat yang Lebih Baik 13 . Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup 10 7,8 5,3 4,52 6,59 14 . Angka Harapan Hidup (Th.) 69,33 69,50 69,57 69,61 69,69 15 . Angka Kematian Ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup 164 135 33 69.6 108,9 7 16 . Prevalensi kurang gizi pada anak (%) 0,76 0,6 3,3 0,48 0,45 17 . Persalinan oleh Nakes (%) 93,66 96 97,8 97,5 98 Sumber : Dinas/Instansi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bintan, BPS Bintan, Polres Bintan dan hasil Penelitian, Tahun 2010 Dalam membuat analisis akan dikemukakan keterkaitan pencapaian kinerja program dan kegiatan yang akan dilakukan (kebijakan) dalam rangka mewujudkan tujuan, sasaran, visi, dan misi yang sudah ditetapkan. Selanjutnya perlu pula dijelaskan proses dan nuansa pencapaian tujuan dan sasaran Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
49
Embed
BAB I - muslimpinang.blog | ilmu pelita hati · Web viewPerlu diketahui bahwa secara program penyakit kusta sudah tereleminir di Kabupaten Bintan karena prevalensinya kurang dari
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Hal. 93
LAPORAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KESEHATANKABUPATEN BINTAN TAHUN 2005 - 2010
Berikut akan dilaporkan matriks pengukuran kinerja agregat pembangunan kesehatan sebagai tolok ukur keberhasilan melaksanakan agenda pembangunan Kabupaten Bintan Tahun 2005-2009.
Tabel. 1 : Matriks Pengukuran Kinerja Agregat Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2005-2009.
I. Agenda Pertama : Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat yang Lebih Baik 13
.Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup
10 7,8 5,3 4,52 6,59
14.
Angka Harapan Hidup (Th.) 69,33 69,50 69,57 69,61 69,69
15.
Angka Kematian Ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup
164 135 33 69.6 108,97
16.
Prevalensi kurang gizi pada anak (%)
0,76 0,6 3,3 0,48 0,45
17.
Persalinan oleh Nakes (%) 93,66 96 97,8 97,5 98
Sumber : Dinas/Instansi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bintan, BPS Bintan, Polres Bintan dan hasil Penelitian, Tahun 2010
Dalam membuat analisis akan dikemukakan keterkaitan pencapaian kinerja program dan kegiatan yang akan dilakukan (kebijakan) dalam rangka mewujudkan tujuan, sasaran, visi, dan misi yang sudah ditetapkan. Selanjutnya perlu pula dijelaskan proses dan nuansa pencapaian tujuan dan sasaran secara efisien, efektif, dan ekonomis sesuai dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Dalam menyusun analisis perlu ditampilkan perbandingan antara indikator kinerja dengan realisasi pembangunan, seperti: 1) Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan;
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 94
2) Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja Tahun-Tahun sebelumnya.
Berikut adalah realisasi pelaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan pada Tahun 2009 berdasarkan urusan :
I. URUSAN WAJIB
Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Daerah. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang berkaitan dengan urusan wajib dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Bintan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kesehatan Di Kabupaten Bintan pembangunan kesehatan merupakan bagian dari Pembangunan Kesehatan Nasional yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap upaya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan ekonomi serta berperan penting terhadap penanggulangan kemiskinan sehingga dikatakan pembangunan kesehatan adalah suatu investasi bagi pembangunan masyarakat di Kabupaten Bintan.
2.1 Program dan KegiatanSasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan sampai dengan akhir Tahun 2010 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya melalui peningkatan jangkauan/akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan prioritas pada kelompok sasarannya yaitu masyarakat/keluarga miskin, kelompok rentan (bayi, Balita, ibu hamil, usila) dan masyarakat di daerah terpencil, dengan sasaran programnya sebagai berikut :
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 95
1. Tersedianya berbagai kebijakan dan pedoman, serta Peraturan Daerah yang menunjang pembangunan kesehatan;
2. Tersedianya sarana dan prasarana upaya pelayanan kesehatan yang memadai sesuai kebutuhan dan tuntutan pelayanan di Kecamatan sampai daerah terpencil;
3. Tersedianya sumber daya tenaga kesehatan yang bermutu, jumlah mencukupi, komposisi sesuai kebutuhan, terdistribusi secara adil dan merata, serta dimanfaatkan secara berhasil guna dan berdayaguna;
4. Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdayaguna;
5. Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pengembangan serta membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat ditengah masyarakat;
6. Terselenggaranya sistem surveilance epidemiologi penyakit menular dan tidak menular serta sistem kewaspadaan dini, penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan wabah;
7. Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yag aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat;
8. Cakupan pengawasan : 100% (pada seluruh satuan kerja di Lingkungan Kantor Dinas Kesehatan, dan di Puskesmas, Pustu dan Polindes).
Kebijakan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan tersebut, telah kedalam program-program pembangunan kesehatan selama Tahun 2005-2010 sebagai berikut:
1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 96
Program ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain meliputi:
a. Peningkatan promosi kesehatan dan pengembangan media promosi kesehatan;
b. Pelayanan dan pengembangan UKS;c. Revitalisasi operasional posyandu dan pengembangan TOGA /
UPGK;d. Pelaksanaan Desa Siaga.
2. Program Peningkatan Lingkungan SehatProgram bertujuan ditujukan untuk mewujudkan mutu
lingkungan hidup yang sehat melalui peningkatan dan pembinaan serta penggalangan kemitraan untuk menggerkkan pembangunan berwawasan kesehatan. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi:
a. Peningkatan pembinaan dan pengembangan klinik sanitasi;b. Pengawasan kualitas air dan lingkungan;c. Peningkatan dan pemantapan dan penyelenggaraan akselerasi
desa sehat;d. Peningkatan upaya penyehatan lingkungan daerah wisata.
3. Program Upaya Kesehatan MasyarkatProgram ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah,
pemerataan, dan mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Bidan di Desa/Polindes. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain Pembinaan bagi pengobatan tradisional dan pelaksana pelayanan kesehatan swasta.
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 97
4. Program Upaya Kesehatan PeroranganProgram ini ditujukan untuk meningkatkan akses,
keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan perorangan dan rujukan.Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi :a. Pelayanan kesehatan penduduk miskin (Gakin)b. Pelayanan pasien rawat inapc. Kemitraan asuransi kesehatan masyarakatd. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah
kesehatan.e. Pembinaan bagi pengobatan tradisional dan pelaksana
pelayanan kesehatan swasta.
5. Program Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitProgram ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Proritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah malaria,DBD,TB>Paru, Diare,Polio, HIV/AIDS, Pneumonia, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan penyakit tidak menular dan degeneratif yang prioritas ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi darah, diabetes mellitus, dan penyakit-penyakit lainnya. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini adalah:a. Pelaksanaan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah);b. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit IMS;c. Pelayanan klinik IMS;d. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Filariasis; e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC;f. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta;g. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA/Pneumonia;h. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria; i. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD;
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 98
j. Pelaksanaan UCI (Universal Child Immunization);k. Pelaksanaan TT WUS (Tetanus Toxois Wanita Usia Subur);l. Peningkatan surveilance efidemiologi dan penanggulangan
wabah / KLB;
6. Program Perbaikan Gizi MasyarakatProgram ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran gizi
keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak Balita.Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi :a. Peningkatan surveilance gizi buruk;b. Peningkatan kemampuan tenaga pengelola dan pelaksana
program gizi di Puskesmas dan jaringan;c. Peningkatan manajemen program gizi.d. Peningkatan surveilance gizi buruk;e. Peningkatan kemampuan tenaga pengelola dan pelaksana
program gizi di Puskesmas dan jaringan;f. Peningkatan manajemen program gizi.g. PMT Pemulihan di Posyandu;
7. Program Pengawasan Obat, Makanan dan MinumanProgram ini ditujukan untuk melindungi masyarakat dari
penyalahgunaan pemakaian sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan, serta produk makanan dan minuman yang beredar di masyarakat, sarana kefarmasian, serta pelayanan kesehatan swasta lainnya.Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini adalah :
a. Peningkatan pengawasan peredaran dan pemakaian sediaan farmasi (obat-obatan dan obat tradisional), makanan dan minuman ;
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 99
b. Peningkatan pengetahuan dan wawasan bagi produsen pengedar makanan dan minuman.
8. Program Obat dan Perbekalan KesehatanProgram ini ditujukan untuk menjamin ketersediaan obat,
mutu, pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perebekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika.Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini adalah :a. Peningkatan dan pemerataan serta pengadaan obat-obatan PKD,
Puskesmas dan perbekalan kesehatan; b. Monitoring, evaluasi dan pelaporan obat dan perbekalan
kesehatan.
9. Program Peningkatan Kesehatan KeluargaProgram ini ditujukan untuk mendukung upaya menurunkan
angka kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi dan Balita.Kegiatan pokok yang dilakukan program ini meliputi :a. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (bayi);b. Peningkatan pelayanan kesehatan Balita dan anak pra-sekolah;c. Peningkatan pelayanan kesehatan remaja ;d. Peningkatan pelayanan kesehatan usia lanjut.
10. Program Peningkatan dan Pembinaan Sumberdaya Kesehatan
Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah, mutu, dan penyebaran tenaga kesehatan serta sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi :
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 100
a. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme SDM tenaga kesehatan;
b. Pendamping DAK bidang kesehatan;c. Peningkatan, pengembangan dan pembangunan sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan (DAK); d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pendataan sarana
kesehatan.
11. Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Program ini ditujukan untuk mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan guna mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan daerah dan sistem kesehatan nasional.Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi :a. Penyusunan dan evaluasi kewenangan wajib SPM bidang
kesehatan di Kabupaten Bintan;b. Pelaksanaan perencanaan, monitoring dan evaluasi program dan
kegiatan Dinkes dan KB;c. Penyusunan dan pembuatan profil kesehatan Kabupaten Bintan.d. Pelaksanaan simpus / SPSTP dan pengendalian pelayanan
kesehatan.e. Penunjang kegiatan operasional dan administrasi DAK.f. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK).
2.2 Realisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan.
Di Kabupaten Bintan pembangunan kesehatan merupakan bagian dari Pembangunan Kesehatan Nasional yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap upaya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan juga
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 101
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan ekonomi serta berperan penting terhadap penanggulangan kemiskinan sehingga dikatakan pembangunan kesehatan adalah suatu investasi bagi pembangunan masyarakat di Kabupaten Bintan.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut program pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas kehidupan dan usia harapan hidup serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk dilakukan melalui berbagai program baik yang bersifat promotif, preventif dan kuratif seperti pendidikan dan pelatihan kesehatan, imunisasi, pemberantasan penyakit menular, penyediaan air bersih dan sanitasi serta peningkatan pelayanan kesehatan. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di daerah perkotaan tetapi juga sampai pedesaan dan daerah terpencil. Karena berbagai keterbatasan seperti dana, rendahnya pendapatan masyarakat dan kesulitan transportasi ke pemukiman penduduk, menyebabkan prioritas pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada pelayanan kesehatan yang mampu terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah. Upaya lain yang ditempuh adalah dengan meningkatkan peran serta pihak swasta dan masyarakat melalui pengelolaan pelayanan kesehatan terpadu dan mandiri.
a. Indeks Kesehatan
Peningkatan kualitas fisik penduduk dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk secara keseluruhan. Beberapa indikator yang sering digunakan untuk melihat perkembangan derajat kesehatan adalah diketahuinya Indeks Kesehatan. Indeks Kesehatan
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 102
merupakan komponen pertama dari Indeks Pembangunan Manusia. Hanya satu ukuran yang digunakan sebagai indikator kesehatan yaitu Angka Harapan Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dari sejak dilahirkan, dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Pernghitungan AHH dilakukan dengan metode tidak langsung, dari keterangan anak lahir hidup dan anak masih hidup pada suatu kurun waktu tertentu. Dengan bantuan tabel kematian, akan diperoleh AHH. Perhitungan masih menggunakan metode tidak langsung karena pelaksanaan registrasi vital yang belum optimal, sehingga perubahan aktivitas vital penduduk (kelahiran, kematian dan migrasi) tidak dapat diketahui secara pasti.
Keberhasilan Pemerintah Kabupaten Bintan dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk sedikit mengalami peningkatan, hal ini tercermin dari AHH penduduk Kabupaten Bintan dari usia 69,33 Tahun pada Tahun 2005 menjadi 69,69 Tahun pada Tahun 2009. Angka ini menandakan bahwa secara rata-rata akan terjadi peningkatan umur manusia dari 69 Tahun 3 bulan menjadi 69 Tahun 7 bulan.
Tabel. 78
: Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2005-2009
No Tahun Angka Harapan Hidup Indeks Kesehatan
2. 2005 69,33 73,883. 2006 69,50 74,174. 2007 69,57 74,285. 2008 69,61 74,356. 2009 69,69 74,48Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun
2010
Begitu pula dengan indeks kesehatan Bintan, pada Tahun 2005 diperoleh sebesar 73,88 poin atau meningkat sebesar 0,60
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 103
poin pada Tahun 2009 menjadi 74,48 poin. Dari kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas hidup penduduk di Kabupaten Bintan relatif semakin membaik.
b. Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup
Meskipun terjadi peningkatan pada Angka Harapan Hidup, namun masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi indeks kesehatan masyarakat antara lain masih terdapatnya kematian ibu dan bayi. Penyebab kematian tersebut salah satunya adalah masih terbatasnya pemenuhan sanitasi kesehatan dasar. Jumlah kematian bayi dari Tahun 2005 s/d 2008 cenderung menurun namun pada Tahun 2009 meningkat menjadi 18 orang atau 6,59 per 1000 kelahiran hidup, dengan jumlah kelahiran tercatat sebanyak 2.752 orang. Penyebabnya antara adalah asfiksia, lahir prematur dan BBLR serta cacat bawaan.
Jika dibandingkan dengan standar Nasional, target angka kematian pada bayi sampai dengan Tahun 2010 sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup, hal ini menunjukkan bahwa angka kematian bayi di Kabupaten Bintan berada dibawah standar Nasional, hal ini disebabkan aksebilitas dan kualitas pelayanan kepada ibu hamil yang semakin mudah dan baik, karena disetiap desa telah terdapat tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 104
Tabel. 79
: Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2009
No KecamatanJumlah Jml
Bayi Mati
JmlBalita
JmlBalita Mati
Lahir Hidup
Lahir Mati
Lahir Hidup +
Lahir Mati1. Teluk Bintan 201 2 203 0 1120 02. Seri Kuala Lobam 330 5 335 8 2416 03. Bintan Utara 440 6 446 0 2716 04. Teluk Sebong 207 3 210 2 1548 05. Bintan Timur 820 3 823 1 4709 06. Bintan Pesisir 176 1 177 1 475 07. Mantang 86 2 88 2 1054 08. Gunung Kijang 201 1 202 3 1183 09. Toapaya 171 1 172 1 1005 010 Tambelan 95 1 96 0 616 0
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
c. Angka Kematian Ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup
Kematian Ibu Maternal adalah kematian ibu selama masa kehamilan, waktu melahirkan dan masa nifas. Pada Tahun 2009 terdapat 3 orang kematian ibu maternal dari 2.752 persalinan, ini berarti Angka Kematian Ibu (AKI) sama dengan 108,97 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan kondisi pada Tahun 2008 kematian ibu maternal sebanyak 2 orang dari 2.873 persalinan atau sama dengan 69.61 per 100.000 kelahiran hidup. Seluruh data diatas dicatat berdasarkan sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas, penyebab kematian ibu maternal karena post sectio cesaria 1 orang, solusio placenta 1 orang dan illius obstruction (riwayat pernah sectio cesaria) 1 orang (semua kasus meninggal di tempat rujukan, RSUD Propinsi Kepulauan Riau dan RSUD Kota Tanjungpinang).
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 105
Jumlah kematian lima Tahun terakhir cenderung menurun yaitu dari 5 kasus kematian Tahun 2005 (AKI 164,26 per 100.000 kelahiran hidup) menjadi 3 kasus kematian Tahun 2009 (AKI 108,97 per 100.000 kelahiran hidup). Angka ini berada dibawah angka Nasional pada Tahun 2009 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup dan diharapkan dapat menurun menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup pada Tahun 2010. Penyebab kematian ibu maternal selama periode lima Tahun terakhir adalah perdarahan, eklamsia (keracunan masa kehamilan), infeksi nifas dan riwayat pernah section cesaria.
Tabel. 80 : Jumlah Ibu Hamil dan Ibu Bersalin yang ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2009
No. Kecamatan Ibu Hamil *
Ibu Bersalin
Jlh Ibu Bersalin
Ditolong Tenaga
Kesehatan
%
1. Bintan Timur 863 823 823 1002. Mantang 89 88 88 1003. Bintan Pesisir 194 177 175 98.94. Gunung Kijang 220 202 198 98.05. Topaya 185 173 172 99.46. Teluk Bintan 209 203 178 87.77. Teluk Sebong 272 210 195 92.88. Sri Kuala Lobam 391 335 327 97.69. Bintan Utara 488 446 446 10010 Tambelan 115 96 96 100
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
Trend cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan lima Tahun terakhir meningkat secara signifikan. Terjadinya peningkatan ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukkan bahwa pemerataan tenaga kesehatan dipedesaan sudah baik
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 106
sehingga jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat sampai ketingkat desa mulai merata. Pada Tahun 2005 terdapat 3.044 persalinan dan yang ditolong oleh tenaga kesehatan 2.851 persalinan (93,66%), dibandingkan dengan Tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 98% dengan jumlah persalinan 2.753 persalinan dan yang ditolong oleh tenaga kesehatan 2.698 persalinan (meningkat 4,34% selama periode lima Tahun).
Tabel. 81
: Jumlah Kematian Ibu Maternal Per Kecamatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2009
No Kecamatan Jml Ibu
Hamil
Jml Kematian Ibu MaternalKematian Ibu Hamil
Kematian Ibu
BersalinKematian Ibu Nifas Jml
1. Bintan Timur 863 2 22. Mantang 893. Bintan Pesisir 1944. Gunung Kijang 2205. Topaya 1856. Teluk Bintan 2097. Teluk Sebong 2728. Sri Kuala
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
d. Sarana dan Parasana Kesehatan
Sarana dan Prasarana kesehatan seluruhnya berjumlah 132 unit dengan rasio sampai dengan Tahun 2009 sebesar 105,56 per 100.000 penduduk dan sudah terdapat dihampir semua desa/kelurahan. Pada Tahun 2005 jumlah Polindes/Poskesdes sebanyak 23 unit dan pada Tahun 2009 jumlah tersebut
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 107
meningkat menjadi 52 unit. Meskipun demikian jumlah tersebut sebanyak 10 unit belum memiliki bangunan sendiri.
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Puskesmas dalam perkembangannya, dari Tahun ke Tahun terus meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat dan merata sampai di daerah terpencil. Pada Tahun 2009 jumlah Puskesmas sebanyak 10 unit dengan rasio Puskesmas per penduduk 12. 505 meningkat dibandingkan Tahun 2005 yaitu 19.637 dengan jumlah 6 unit. Angka ini sudah memenuhi standar pelayanan minimal dimana ditentukan rasio Puskesmas dibandingkan dengan jumlah penduduk adalah 1 unit Puskesmas melayani 15.000 jiwa penduduk. Peningkatan pembangunan bidang kesehatan yang lain sampai dengan Tahun 2009 telah diupayakan sebanyak 5 (lima) unit Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan yaitu : Puskesmas Kijang, Tanjung Uban, Kawal, Tambelan dan Puskesmas Mantang.
Tabel. 82 : Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Balai Pengobatan dan Posyandu Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2009
KecamatanJenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit PKM Pustu Puskel Balai
PengobatanPolindes/ Poskedes
1. Bintan Timur 1 1 3 4 3 3
2. Mantang 0 1 3 0 0 93. Bintan
Pesisir 0 1 3 0 1 5
4. Gunung Kijang 0 1 2 3 2 4
5. Topaya 0 1 2 1 0 36. Teluk
Bintan 0 1 5 3 0 7
7. Teluk Sebong 0 1 5 1 5 6
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
Pada Tahun 2005 Kabupaten Bintan memiliki 31 Puskesmas Pembantu atau setiap unit Puskesmas Pembantu dapat melayani penduduk sebanyak 3.800 penduduk (rasio 1 : 3.800 penduduk), sedangkan Tahun 2009 Puskesmas pembantu 30 unit dengan rasio menurut penduduk 1 : 4.169 penduduk, penurunan jumlah Puskesmas Pembantu ini disebabkan karena adanya peningkatan status Puskesmas Pembantu menjadi Puskesmas. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan standar pelayanan minimal kesehatan Kabupaten Bintan yaitu 1 unit Puskesmas Pembantu melayani 1.500 jiwa penduduk.
e. Tenaga kerja bidang kesehatan
Kondisi tenaga kesehatan Tahun 2009 baik PNS maupun non PNS yang bekerja di Kecamatan/Puskesmas berjumlah 582 orang dan jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan terdapat 97 orang meningkat dibandingkan Tahun 2008 yaitu 504 orang PNS/PTT. Sementara itu untuk tenaga dokter dan bidan sebagian besar bestatus pegawai tidak tetap (PTT).
Tenaga Medis (Dokter)
Dalam rangka meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan diperlukan tenaga dokter yang cukup. Gambaran mengenai jumlah tenaga dokter dapat dilihat dari
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 109
indikator jumlah dokter per 100.000 penduduk. Jumlah tenaga dokter Tahun 2009 sebanyak 73 orang terdiri dari 55 orang dokter umum, 16 orang dokter gigi dan 2 orang dokter spesialis baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit dan Balai Pengobatan Swasta untuk melayani 125.085 penduduk. Rasio dokter umum terhadap penduduk di Kabupaten Bintan 1 : 2.273 jiwa, sedangkan standar Indonesia Sehat 2010 rasio dokter terhadap penduduk 1 : 2.500 jiwa. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Bintan kebutuhan untuk tenaga dokter umum sudah mencukupi. Begitu juga dengan Rasio dokter gigi terhadap penduduk adalah 1 : 15.632 penduduk. Sedangkan Standar Indonesia Sehat 2010 rasio dokter gigi terhadap penduduk 1 : 9.000. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Bintan kebutuhan untuk tenaga dokter gigi belum mencukupi. Untuk Rasio dokter spesialis terhadap penduduk 1 : 62.529 penduduk, sedangkan Standar Indonesia Sehat 2010 rasio dokter spesialis terhadap penduduk 1 : 16.600. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Bintan kebutuhan untuk tenaga dokter spesialis masih kurang. Idealnya untuk jumlah penduduk sebesar 125.085 jiwa dilayani sebanyak 7 orang dokter spesialis.
Tabel. 83 : Jumlah Tenaga Teknis Kesehatan di Puskesmas di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2009
No PuskesmasTenaga Medis
Dokter Spesiali
sDokterUmum
Dokter Gigi Jumlah
Dokter Keluarg
a1. Puskesmas 2 50 16 68 -2. Rumah Sakit Antam - - - - -3. Sarana Kesehatan
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 110
2005 0 15 7 22 -Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan tenaga dokter umum di Puskesmas adalah Rasio Dokter Puskesmas per Puskesmas. Rasio Dokter umum per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2009 adalah sebesar rata-rata 5,5. Dapat diartikan bahwa di Kabupaten Bintan pada Tahun 2009 setiap Puskesmas memiliki tenaga dokter rata-rata 5 orang. Sedangkan rasio Dokter Gigi per Puskesmas Tahun 2009 sebesar 1,6 atau rata-rata Puskesmas di Kabupaten Bintan memiliki 1 orang dokter gigi.
Tenaga Paramedis
Pada Tahun 2009 Kabupaten Bintan telah memiliki 126 orang bidan yang penempatannya tersebar di setiap Kecamatan. Standar Indonesia Sehat 2010 untuk tenaga bidan adalah 1 : 1000. Rasio bidan terhadap penduduk di Kabupaten Bintan pada Tahun 2009 sebesar 1 : 1.992 penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Bintan tenaga bidan telah mencukupi.
Dalam rangka peningkatan upaya perawatan kesehatan masyarakat, tenaga perawat kesehatan memegang peranan yang sangat penting, karena pada umumnya tenaga perawat memberikan pelayanan langsung baik kuratif maupun preventif. Jumlah perawat per 100.000 penduduk menurut Kecamatan dapat memberikan gambaran tentang penyebaran perawat di seluruh Kabupaten. Di Kabupaten Bintan Tahun 2009 jumlah perawat sebanyak 145 orang artinya 1 orang perawat melayani 862 penduduk. Idealnya jumlah perawat untuk Tahun 2009 sebanyak 146 orang. Standar Indonesia Sehat 2010 untuk tenaga perawat dibutuhkan 1 : 855 penduduk. Berarti di
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 111
Kabupaten Bintan untuk tenaga kesehatan perawat masih kekurangan sebanyak 7 orang.
f. Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)
Kegiatan imunisasi dasar lengkap merupakan pemberian vaksin kepada bayi umur <1 Tahun meliputi BCG, Polio, DPT+HB dan Campak, dengan tujuan untuk mencegah penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sebagai indikator keberhasilan program imunisasi di tingkat desa/kelurahan adalah bilamana imunisasi dasar lengkap telah mencapai 80% dari jumlah bayi yang ada atau disebut dengan UCI (Universal Child Imunization). Hasil cakupan UCI Tahun 2005-2009 berdasarkan indikator imunisasi campak cenderung meningkat yaitu 79,4% Tahun 2005 menjadi 94,11% Tahun 2009, capaian UCI lima Tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 84 : persentase Cakupan Desa/Kel UCI Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2009
No Kecamatan Jumlah Desa/Kel
Desa/KelUCI %
1. Bintan Timur 4 4 1002. Mantang 4 4 1003. Bintan Pesisir 4 3 75,04. Gunung Kijang 4 4 1005. Topaya 4 3 75,06. Teluk Bintan 6 6 1007. Teluk Sebong 7 7 100
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 112
8. Sri Kuala Lobam 5 4 80,09. Bintan Utara 5 5 10010 Tambelan 8 8 100
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
g. Balita
Indikator yang digunakan untuk menilai status gizi Balita yaitu dengan melakukan penimbangan berat badan melalui posyandu dan sarana kesehatan lainnya kemudian dibandingkan dengan umur Balita (BB/U). Pertumbuhan Balita pada Tahun 2009, dari 11.833 Balita yang ditimbang ditemukan 745 orang Balita kekurangan gizi (4,5 %), dari jumlah tersebut ditemukan 76 anak menderita gizi buruk (0,45 %). persentase keadaan gizi buruk Tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2005 (0,76%). Upaya yang dilakukan dalam penanganan gizi buruk adalah dengan memberikan makanan tambahan selama 90 hari.
h. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Jumlah bayi yang lahir pada Tahun 2009 yaitu sebanyak 2.766 bayi, dari jumlah tersebut yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 37 bayi (1,3 %). Kondisi ini menurun jika dibandingkan dengan Tahun 2005 yaitu sebanyak 56 bayi dengan BBLR (1,84 %) dari 3.044 bayi lahir. Pada Tahun 2009 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan 6 (enam) bulan sebanyak 1.005 bayi (36,3 %), meningkat dibandingkan Tahun 2005 yaitu 1.056 bayi (34,66%).
Jumlah Ibu hamil yang diperiksa (K1) pada Tahun 2009 berjumlah 3.074 orang. Dari jumlah tersebut yang menderita
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 113
Kurang Energi Kronis (KEK) sebanyak 167 orang (5.4 %). Angka ini menurun bila dibandingkan dengan Tahun 2008 yaitu dari 3.002 ibu hamil yang diperiksa, ditemukan penderita 133 ibu hamil KEK (3,7 %) .
Upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan kesehatan pada ibu hamil adalah pemberian tablet tambah darah dan Imunisasi TT. Ibu hamil yang mendapat 30 tablet tambah darah (Fe) pada Tahun 2009 sebesar 83.15 %, angka ini meningkat dibandingkan Tahun 2005 sebesar 53,62 %. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 1.133 orang (37,4 %) dan yang mendapatkan imunisasi TT5 (Long Life) sebanyak 824 orang (27,2 %).
Hasil pemantauan penggunaan garam beryodium di masyarakat yang dilaksanakan di 51 desa/kelurahan tidak ditemukan adanya garam yang tidak beryodium. Keadaan ini sama dengan keadaan lima Tahun terakhir, namun demikian untuk mencegah terjadinya kekurangan yodium ditingkat masyarakat perlu dilakukan upaya promotif dengan melakukan pemantauan garam beryodium ditingkat rumah tangga dan penyuluhan.
i. Pemanfaatan Sarana Kesehatan
Jumlah penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya Tahun 2009 sebesar 114.409 kunjungan terdiri dari 111.388 kunjungan rawat jalan dan 2.661 kunjungan rawat inap. Ini artinya lebih 85 % penduduk telah memanfaatkan Puskesmas dan jaringannya. Bila dibandingkan dengan kunjungan rawat jalan dan rawat inap pada Tahun 2005 sejumlah 90.114 kunjungan mengalami peningkatan sebesar 11 %. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Rawat Jalan sebesar 15 % dan 1,5 % untuk
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 114
rawat inap maka jumlah kunjungan penduduk yang menggunakan Puskesmas dan jaringannya sudah melebihi Standar Pelayanan Minimal.
Sementara pasien dari Keluarga Miskin (GAKIN) dan Usia Lanjut (Usila) yang memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan selama Tahun 2009, untuk rawat jalan GAKIN di Puskesmas sebanyak 26.985 pasien (23,66%) dan rawat jalan Usila di Puskesmas sebanyak 11.367 pasien (9,97%), sehingga total kunjungan rawat jalan sebanyak 38.361 kunjungan (33,64%). Kunjungan rawat inap di Puskesmas, untuk pasien GAKIN sebanyak 545 pasien (0,48%) dan Usila 164 pasien (0,14%), sehingga total kunjungan rawat inap sebanyak 709 pasien (0,62%). Jumlah pasien yang dirujuk ke RSU sebanyak 881 pasien.
j. Penyehatan Lingkungan
Lingkungan sehat merupakan lingkungan yang dapat mencegah masyarakat agar terhindar resiko penularan menyakit yang berbasis lingkungan. Sub indikator yang menjadi penilaian faktor lingkungan yaitu rumah sehat, sekolah dan madrasah sehat, sarana ibadah sehat, pesantren sehat, TTU/TPM sehat dan keluarga yang memiliki sarana sanitasi/kesehatan lingkungan.
Berdasarkan laporan dari Puskesmas Tahun 2009 terdapat 8.154 unit rumah yang diperiksa. Ditemui rumah yang sehat sebanyak 4.923 unit (60,3 %) dan selebihnya dikategorikan rumah kurang sehat yang seluruhnya telah diberikan penyuluhan perorangan dan kelompok melalui kegiatan sosialisasi kebijakan lingkungan sehat. Keadaan ini berbeda jika dibandingkan dengan Tahun 2008, dimana jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 8.021 unit ditemui jumlah rumah yang sehat sebanyak 4.601 unit (57,4 %).
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 115
Tempat-tempat umum merupakan tempat terjadinya aktifitas dan interaksi banyak orang yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, untuk itu perlu mendapatkan perhatian dalam hal fasilitas kebersihannya. Jenis TTU/TPM yang didata dan termasuk kedalam penilaian antara lain kantor Pemerintah/swasta, hotel/penginapan, toko, pasar, swalayan, pelabuhan, restoran/rumah makan, salon dan lain-lain. Semua jenis TTU/TPM Tahun 2009 yang diperiksa sebanyak 545 TTU dengan hasil TTU/TPM sehat sebanyak 391 (71,79 %) yang selebihnya dilakukan saran dan pembinaan untuk evaluasi pada Tahun berikutnya melalui kegiatan peningkatan upaya penyehatan lingkungan di 10 Puskesmas/Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bintan.
Sarana kesehatan lingkungan/sanitasi yang menjadi persyaratan kesehatan suatu rumah/keluarga yaitu penyediaan air bersih. Jamban Keluarga, pembuangan air limbah rumah tangga dan tampat sampah. Pada Tahun 2009 telah dikakukan pemeriksaan rumah sebanyak 8.154 rumah ditemui yang memiliki sarana jamban keluarga (JAGA) sebanyak 4.351 KK (53,4 %) dan yang tidak mempunyai JAGA 3.803 rumah (46,6 %). Sedangkan jumlah keluarga/KK yang memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Tahun 2009 sebanyak 1.985 KK (24,34 %) dari 8.154 KK yang di periksa. Sedangkan jumlah keluarga/KK yang mempunyai akses air bersih ledeng 7.130 KK (87,4 %) dari jumlah KK yang diperiksa sebanyak 8.154 KK.
k. Penyakit Menular
Penyakit-penyakit menular berbasis lingkungan dan berpotensi wabah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, antara lain Penyakit Malaria, DBD, Diare, TB Paru, dan sebagainya. Sementara disisi lain penyakit-penyakit tidak menular (degeneratif) dan HIV /AIDS cenderung meningkat.
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 116
Selain itu pelaksanaan Surveilans Epidemiologi belum optimal, Cakupan Imunisasi perlu dipertahankan, serta penanggulangan masalah kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu dan anak, usila dan kelompok remaja/usia sekolah perlu mendapatkan perhatian khusus.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular endemis dan potensial wabah secara terus menerus dan berkesinambungan dilaksanakan dengan cara memperkuat kerjasama lintas program maupun lintas sektoral. Demikian juga untuk mengantisipasi terjadinya transisi epidemiologi penyakit, yaitu perubahan pola penyakit, dari penyakit menular yang memang selama ini merupakan masalah kesehatan masyrakat, pada dewasa ini ada kecenderungan meningkatnya penyakit-penyakit tidak menular dan degeneratif akibat gaya hidup (life style) masyarakat yang kurang baik. Disamping upaya-upaya langsung untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit, Dinas Kesehatan memperkuat peran promosi kesehatan dengan pendekatan KIE-nya secara berkala dan intensif. Sesuai dengan karateristik wilayah Kabupaten Bintan dimana terdapat daerah pantai dan pesisir yang sangat luas dan panjang, banyaknya lagoon-lagoon bekas galian pasir dan pertambangan bauksit, rawa-rawa, sangat berpengaruh terhadap endemisitas penyakit malaria.
(1). Penyakit Malaria
Penyakit malaria masih merupakan penyakit endemis di Kabupaten Bintan sampai saat ini. Hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Bintan sebagai daerah kepulauan dan sebagian besar terdiri dari rawa-rawa/perairan ditambah lagi dengan adanya kemungkinan penyebabnya adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur baik industri, pertambangan, perkantoran, dan perumahan yang sedang giat-giatnya dikembangkan
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 117
mengakibatkan banyaknya bekas-bekas galian yang menjadi tempat penampungan air hujan dan menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk anopeles yang merupakan vektor penyebaran malaria.
Annual Parasit Incident (API) dan Annual Malaria Incident (AMI)
Pada Tahun 2009 jumlah kasus malaria yaitu 904 kasus malaria positif (7,0 per 1000 penduduk) dan 44,9 per 1000 penduduk malaria klinis. Keadaan ini menurun dibandingkan dengan Tahun 2005, dimana kasus malaria positif 9,0 per 1000 penduduk. Walaupun malaria positif menurun dalam kurun waktu lima Tahun terakhir namun penyakit malaria masih menjadi masalah utama di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bintan, ini dapat dibuktikan dengan tolok ukur atau indikator yang ada yakni API dan AMI. Penyebab peningkatan kasus malaria positif adalah jumlah sampel meningkat dibandingkan Tahun 2005 sehingga jumlah kasus yang ditemukan juga meningkat, jumlah desa yang disurvey meningkat, serta adanya bantuan dana dari Global Fun untuk mendukung kegiatan malaria khususnya kaitannya dengan optimalisasi survey di polindes dan Puskesmas pembantu sehingga jumlah kasus yang ditemukan juga meningkat. Walaupun terjadi peningkatan kasus dua Tahun terakhir (2008 s/d 2009), namun trend selama periode lima Tahun 2005 s/d 2009 baik malaria klinis maupun positif mengalami penurunan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 85
: Annual Parasit Incident (API) per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 - 2009.
No Puskesmas Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Bintan Timur 10,1 11,6 3,4 2,38 5,1
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 118
2. Mantang 0,0 0,0 0,0 5,04 27,13. Bintan Pesisir 0,0 0,0 0,0 2,19 23,24. Gunung Kijang 0,4 29,5 8,2 3,20 10,45. Toapaya 0,0 0,0 0,0 1,99 1,56. Teluk Bintan 12,5 26,3 13,4 6,21 5,37. Teluk Sebong 3,6 2,9 6,2 4,07 3,18. Sri Kuala
Jumlah 84,2 125,3 127,2 55,76 44,9Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
(2). TB Paru
Pada Tahun 2009 di Kabupaten Bintan ditemukan sebanyak 927 kasus TB Paru Klinis (7,41 per 1000 penduduk) dan dari jumlah tersebut 114 kasus diantaranya adalah Basil Tahan Asam/BTA positif (0,91 per 1000 penduduk). Keadaan ini jika dibandingkan Tahun lalu terjadi penurunan kasus dimana pada Tahun 2008 kasus TB Paru Klinis sebanyak 1.082 kasus atau 8,82 per 1.000 penduduk dan kasus TB Paru positif sebanyak 153 kasus atau 1,24 per 1.000 penduduk. Langkah-
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 119
langkah yang telah dilakukan dalam rangka penanggulangan TB Paru adalah dengan intensifikasi penemuan penderita berupa survey kontak serumah dan pengobatan gratis kepada semua penderita yang telah ditemukan.
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 120
Tabel. : Jumlah Kasus Penderita TB Paru Per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 – 2009
No Puskesmas Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Bintan Timur 268 442 571 521 3262. Mantang - - - 1 43. Bintan Pesisir - - - 0 84. Gunung Kijang 107 106 86 0 635. Topaya - - - 50 426. Teluk Bintan 35 11 66 44 127. Teluk Sebong 23 9 72 107 1018. Sri Kuala
Jumlah 587 945 1137 1083 927Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
(3). Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular, pada Tahun 2009 kasus penyakit diare di Kabupaten Bintan tercatat sebanyak 3.504 kasus (28,02 per 1.000 penduduk), 1.478 kasus diantaranya terjadi pada Balita. Angka ini menurun jika dibandingkan Tahun 2005 s/d 2008.
Tabel. : Jumlah Kasus Penderita Diare Per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 – 2009
No Puskesmas Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Bintan Timur 1017 944 908 1034 4502. Mantang - - 498 - 1613. Bintan Pesisir - - 0 - 2554. Gunung Kijang 684 721 0 - 4085. Topaya - - 0 345 2176. Teluk Bintan 156 280 263 383 3477. Teluk Sebong 311 334 371 268 2648. Sri Kuala
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 121
Jumlah 4371 4444 3509 3835 3504Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
(4). PMS HIV/AIDS
Penyakit PMS HIV/AIDS masih menjadi masalah di Kabupaten Bintan. Pada Tahun 2009 telah ditemukan 49 kasus HIV di seluruh wilayah Puskesmas dengan sebaran kasus Bintan Utara 2 kasus, Teluk Sebong 6 kasus, Gunung Kijang 6 kasus, Toapaya 23 kasus dan Bintan Timur 12 kasus. Seluruh kasus telah dilakukan VCT (Voluntary Counseling and Testing), Manajemen Kasus (MK), sehingga memperoleh CST (Care Supporting and Treatment) bagi ODHA serta telah dilakukan penanganan dengan kerjasama lintas program dan sektor termasuk LSM, begitu juga dengan penyakit Menular Seksual (PMS) di Kabupaten Bintan seperti sipilis, gonorhoe, ulcus genital, diplococcus, dll. Pada Tahun 2009 tercatat 202 kasus dari seluruh WPS yang berkunjung ke klinik 24 Kecamatan Toapaya dan Bukit Senyum Bintan Utara dan telah dilakukan pengobatan sesuai dengan standar WHO.
Tabel. : Jumlah Kasus Penderita PMS HIV/AIDS Per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 – 2009
No Puskesmas Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Bintan Timur 1 122. Mantang3. Bintan Pesisir4. Gunung Kijang 2 65. Topaya 4 4 3 22 236. Teluk Bintan7. Teluk Sebong 68. Sri Kuala
Lobam9. Bintan Utara 3 8 11 4 210 Tambelan
Jumlah 7 12 14 29 49 Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 122
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
(5). Kusta
Untuk mewujudkan eliminasi kusta upaya penemuan penyakit kusta baru terus dilakukan dengan berbagai kegiatan, diantaranya kegiatan pasif maupun aktif (school survey, contact survey dan chase survey). Dari kegiatan tersebut pada Tahun 2009 ditemukan 2 kasus (0,16 Per 10.000 penduduk) yang terdapat di Kecamatan Bintan Utara dan Bintan Timur masing-masing 1 kasus, kedua penderita kasus tersebut telah dilakukan pengobatan. Perlu diketahui bahwa secara program penyakit kusta sudah tereleminir di Kabupaten Bintan karena prevalensinya kurang dari 1 per 10.000 penduduk. Bila dibandingkan pada Tahun 2005 dimana ditemukan 4 kasus atau ( 0,34 per 10.000 ) penduduk terjadi penurunan kasus.
Tabel. : Jumlah Kasus Penderita Kusta Per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 – 2009
No Puskesmas Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Bintan Timur 2 0 0 0 12. Mantang 0 0 0 0 03. Bintan Pesisir 0 0 0 0 04. Gunung Kijang 0 0 0 0 05. Topaya 2 0 0 0 06. Teluk Bintan 0 0 0 0 07. Teluk Sebong 0 0 2 0 08. Sri Kuala
Lobam0 0 0 0 0
9. Bintan Utara 0 0 0 0 110 Tambelan 0 0 0 0 0
Jumlah 4 0 2 0 2Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
(6). Deman Berdarah
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 123
Penyakit Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Bintan masih merupakan masalah utama, dimana pada Tahun 2009 terdapat 142 kasus (Insident Rate 1,13/1000) dengan kematian 4 orang (CFR 2,81 %). Semua kasus kematian terjadi di Kecamatan Bintan Timur, bilamana dibandingkan dengan Tahun 2008 terjadi penurunan kasus, pada Tahun 2008 terdapat 150 kasus ( IR 1,33 per 1000 ) sedangkan kematian mengalami peningkatan pada Tahun 2008 sebanyak 2 kematian (CFR 1,33%).
Tabel. : Jumlah Kasus Penderita Demam Berdarah Per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 – 2009
No Puskesmas Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Bintan Timur 14 12 12 33 542. Mantang 0 0 0 3 33. Bintan Pesisir 0 0 0 9 44. Gunung Kijang 13 16 16 4 115. Topaya 0 0 0 28 146. Teluk Bintan 6 1 1 3 47. Teluk Sebong 5 7 7 11 78. Sri Kuala
Jumlah 60 59 71 150 142Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
l. Pneumonia
Jumlah penderita pneumonia di Kabupaten Bintan Tahun 2009 sebanyak 67 kasus dimana kasus tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan Bintan Timur sebanyak 33 kasus. Dari 67 kasus, 47 kasus diantaranya terjadi pada Balita dan semuanya telah dilakukan penanganan dengan pemberian obat dan penatalaksanaan pneumonia bagi Balita. Trend penderita pneumonia empat Tahun terakhir (2006-2009) mengalami penurunan yang siginifikan.
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 124
Tabel. : Jumlah Kasus Penderita Pneumonia Per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 – 2009
No Puskesmas Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Bintan Timur 11 6 1 35 332. Mantang 0 0 0 0 03. Bintan Pesisir 0 0 0 0 04. Gunung Kijang 0 12 51 28 125. Topaya 0 0 0 0 66. Teluk Bintan 0 42 194 2 07. Teluk Sebong 6 0 13 0 08. Sri Kuala
Jumlah 43 167 272 73 67Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
m. Sepuluh Penyakit Terbesar
Dari 10 jenis penyakit terbesar berdasarkan jumlah kunjungan pasien di Puskesmas yaitu ISPA 36.080 kunjungan (31,81 %), hipertensi 10,538 kunjungan (9,29 %), dan urutan 10 penyakit Diabetes Melitus (DM) 2.484 kunjungan (2,19 %) dan 163 penyakit lainnya sebanyak 36.276 kunjungan (31,81 %). Dari kunjungan pasien ke Puskesmas penyakit tidak menular merupakan bagian terbesar dari kunjungan pasien ke Puskesmas yaitu hipertensi, penyakit pada gaster dan DM.
Untuk jumlah kasus penyakit terbanyak adalah ISPA 24.517 kasus (34,13 %), diarhe dan gastroenteritis 4.042 kasus (5,63 %) dan diurutan 10 penyakit gaster 1.275 kasus (1,78 %) dan 163 jenis penyakit lainnya diderita oleh 24.077 pasien (33,52 %). Dari jumlah kasus yang ada penyakit menular masih merupakan masalah utama, namun penyakit tidak menular seperti hipertesni masih banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Bintan.
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 125
Dibandingkan dengan data Tahun 2005 kunjungan terbanyak di Puskesmas dan jaringannya adalah penyakit ISPA sebanyak 12440 kasus (10,55 %) mengalami peningkatan kunjungan. Tingginya angka penyakit ISPA di Kabupaten Bintan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor cuaca dan sanitasi lingkungan. Penyakit ISPA juga merupakan penyakit terbesar dibeberapa daerah lain di Indonesia. Selama Tahun 2005 s/d 2009 upaya yang telah dilakukan untuk menekan jumlah angka penyakit ISPA adalah dengan dilakukan upaya kuratif yaitu pengobatan penderita dan promotif serta preventif berupa penyuluhan (pemutaran film, penyebaran famplet). Upaya ini dilakukan melalui program kegiatan promosi kesehatan di Kabupaten Bintan. Menurut hasil Sensus Kesehatan Rumah Tangga dan Sukesnas bahwa penyakit ISPA dan Sistem Pernafasan merupakan penyebab utama kematian bayi dimana 80-90 % dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh Pneumonia.
Tabel. 86 : Jenis penyakit dominan berdasarkan jumlah kunjungan pasien di Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 – 2009
6. Malaria klinis 0 0 0 1420 15977. Diabetes mellitus 0 0 0 1458 24848. Penyakit pada
pulpa dan jaringan periapikal
551 1975 2055 2572 3530
9. Karies gigi 301 503 987 1048 1730 Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 126
10 Infeksi pada kulit 544 575 1299 2292 2916Jumlah 12440 13122 2828
357198 75584
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2010
2.3 Permasalahan dan Solusi
2.3.1. Permasalahan
Program pelayanan kesehatan masyarakat antara lain :
a. Angka Kematian Ibu (AKI) masih fluktuatif, hal ini disebabkan karena adanya penyakit yang menyertai ibu hamil seperti hipertensi, penyakit jantung, keracunan kehamilan dan lain-lain. Disamping itu AKI dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : terlambat memutuskan, terlambat mencapai tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pelayanan medis.
b. Safe community sebagai program peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kegawat daruratan dan bencana belum sepenuhnya terealisasi walaupun telah terjadi peningkatan komitmen Pemerintah Daerah untuk mewujudkan pendirian Public Safety Center yang merupakan wadah penanggulangan gawat darurat dan bencana.
c. Pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupation Rate) di setiap Puskesmas bervariasi. Beberapa Puskesmas mencapai BOR diatas 60% tetapi ada juga Puskesmas dengan BOR dibawah rata-rata Nasional. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kualitas pelayanan kesehatan di masing-masing Puskesmas. Kenyataan ini disebabkan oleh belum
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 127
meratanya distribusi dokter spesialis, yang terkonsentrasi di Kecamatan Bintan Timur dan Bintan Utara.
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit antara lain :
a. Adanya peningkatan Angka Kesakitan Demam Berdarah dari 50,92 per 100.000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 113,55 per 100.000 penduduk pada tahun 2009 yang erat kaitannya dengan perubahan musim dan kelembaban yang sulit diprediksi, peningkatan mobilitas dan kepadatan penduduk sejalan dengan lancarnya transportasi, banyaknya pengembangan permukiman baru, serta masih kurangnya peran serta masyarakat dalam pencegahan penyegaran penyakit DBD.
b. Terjadi penurunan Angka Kesakitan Malaria (API) di Kabupaten Bintan dari 9,0 per 1.000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 7,0 per 1.000 penduduk pada tahun 2009. Namun demikian masih terdapat Kecamatan yang mengalami peningkatan API yaitu Kecamatan Mantang, Bintan Pesisir, serta Gunung Kijang dan Bintan Utara. Hal ini disebabkan karena adanya migrasi penduduk, dan masih rendahnya peran serta masyarakat dalam manajemen lingkungan.
c. Meningkatnya kasus TB menular dari 4,98 per 1000 penduduk tahun 2005 menjadi 7,41 per 1000 penduduk tahun 2009. Terjadinya peningkatan disebabkan karena insentifikasi penemuan penderita berupa survey kontak serumah.
d. Meningkatnya prevalensi HIV/AIDS pada penduduk yang berisiko dari 7 kasus pada tahun 2005 menjadi 49 kasus pada tahun 2009. Adanya peningkatan penemuan kasus
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 128
HIV/AIDS akibat dari : akses ketempat pelayanan sudah banyak tersedia, biaya pemeriksaan gratis, biaya obat gratis dan kerahasiaan terjamin.
Program Perbaikan Gizi Masyarakat antara lain :
a. Masih terdapat kasus gizi buruk pada Balita yang sebagian besar disebabkan oleh faktor asupan, pola asuh yang salah, penyakit-penyakit bawaan disamping pengetahuan gizi pada beberapa ibu hamil masih rendah.
Program meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan antara lain :
a. Tidak optimalnya kepesertaan JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) dari Tahun 2005-2009, akibat masih rendahnya sosialisasi kepada masyarakat.
2.3.2. Solusi
1. Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat
a) Intensifikasi program P4K (perencanaan pertolongan persalinan dalam kehamilan), sehingga masyarakat mengetahui siapa yang akan menolong, mengantar/pendamping, pendonor, tempat persalinan.
b) Pendirian Public Safety Center yang melibatkan 3 unsur yaitu Kesehatan, Kepolisian dan Pemadam Kebakaran di Kabupaten Bintan sebagai ujung tombak penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana.
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 129
pelayannan medik spesialistik dengan cara memberikan kesempatan kepada dokter umum di Puskesmas untuk menjalani pendidikan spesialis sesuai kebutuhan Puskesmas, dan program magang bagi residen spesialis di beberapa Puskesmas.
3. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit antara lain :
a) Dalam upaya pencegahan penyakit DBD telah dilakukan beberapa upaya seperti : Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap KLB, pelaksanaan pengendalian vektor penular penyakit DBD melalui Gerakan Serentak PSN melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terus menerus, bersama-sama dan berkesinambungan, penanggulangan kasus melalui penyelidikan epidemologi, penyuluhan, fogging (massal dan focus).
4. Dalam rangka pemberantasan penyakit malaria telah dilakukan beberapa upaya seperti peningkatan pemahaman masyarakat, optimalisasi surveilans migrasi, peningkatan juru malaria desa (JMD) dan kelambunisasi.
5. Dalam penanggulangan penyakit TB di Kabupaten Bintan, telah dilaksanakan peningkatan pengetahuan masyarakat, dikembangkan surveilans ke semua Puskesmas, rumah sakit rujukan.
6. Dalam rangka pencegahan penyakit HIV/AIDS telah dilakukan berbagai upaya yang meliputi peningkatan pemahaman pada masyarakat, surveilans, pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayinya (PMTCT), tatalaksana infeksi menular seksual, pengurangan dampak buruk
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 130
(Harm Reduction) pada pengguna Nafza suntik, penggunaan kondom 100% pada hubungan seksual berisiko tinggi, Voluntary Counselling Testing (VCT) dan pemberian Anti Retrovial Therapy (ART).
7. Dalam rangka pencegahan dan penanggulangan Avian Influenza di Kabupaten Bintan telah dilakukan langkah-langkah antara lain:
a) Membentuk tim teknis penanggulangan Avian Influenza bidang kesehatan Kabupaten Bintan.
b) Membentuk jejaring kerjasama antar dinas kesehatan dan dinas pertanian secara berjenjang ditingka Kabupaten dan Kecamatan, membentuk DSO (Distric Surveilance Officer) yang merupakan tim cepat bidang kesehatan di Kabupaten yang berintegrasi dengan tim PDS/PDR (partisipatory Disease Surveillance/Partisipatory Disease Response).
c) Menyiapkan Rumah Sakit Umum Kota Tanjungpinang sebagai Rumah Sakit Rujukan.
d) Mendistribusikan alat perlindungan perorangan (masker, sarung tangan) ke setiap Kecamatan, melakukan sosialisasi upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan flu burung baik pada unggas maupun manusia melalui media cetak, elektronik maupun penyuluhan langsung.
e) Melakukan surveillance secara terpadu antara lain secara aktif petugas kesehatan melakukan pengamatan pada daerah-daerah unggas tertular H5N1 dan secara pasif dilakukan Surveilans Inflenza
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010
Hal. 131
Like (ILI) dilaksanakan oleh semua Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) baik Pemerintah maupun swasta.
f) Melakukan Sero Survey untuk mengetahui kemungkinan adanya sebaran dari flu burung pada manusia serta melakukan koordinasi dengan melibatkan jajaran peternakan, kesehatan, karantina hewan.
8. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan penyuluhan, makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI), revitalisasi posyandu, pemberian suplemen gizi dan penyuluhan berjenjang.
9. Mendorong pengembangan model jaminan yang layak untuk seluruh penduduk sesuai dengan potensi daerah masing-masing, meningkatkan sosialisasi JPK kepada masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Laporan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan 2005-2010