BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangSalah satu komponen penting dalam proses
belajar adalah media. Kedudukan media pembelajaran ini tidak hanya
sekedar alat bantu mengajar, tetapi juga merupakan salah satu cara
untuk memotivasi dan berkomunikasi dengan siswa agar lebih efektif.
Selain dapat menggantikan sebagian tugas guru sebagai penyaji
materi (penyalur pesan). Media juga memiliki kegunaan untuk
mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam
kelas, sikap pasif siswa serta mempersatukan pengamatan mereka.
Oleh karena itu media pembelajaran dapat dikatakan sebagai sumber
belajar yang dapat membantu mencapai tujuan dari pembelajaran.Media
yang dapat menunjang keaktifan siswa adalah Lembar Kerja Siswa.
Selain membuat siswa lebih aktif dan mandiri, LKS juga memacu guru
untuk menciptakan suatu media yang berhubungan erat dengan materi
yang disampaikan. Hal yang menjadi harapan, apabila materi tidak
tersampaikan dengan jelas karena waktu yang singkat di kelas, maka
siswa dapat belajar mandiri dengan melatih diri menjawab soal-soal
yang ada pada LKS mata pelajaran terkait di luar kelas.Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan di SMK N 1 Cidaun, belum tersedia media
LKS pada mata pelajaran produktif. Akibatnya sumber belajar siswa
hanya didapatkan dari pengetahuan guru saja. Apabila materi tidak
tersampaikan dengan jelas oleh guru karena waktu yang singkat di
kelas maka siswa harus belajar mandiri. Terlebih lagi pada mata
pelajaran produktif pengolahan pangan dengan menggunakan media
penghantar panas merupakan salah satu standar kompetensi yang
berisi banyak materi. Tidak tersedianya media LKS menyebabkan siswa
tidak bisa belajar mandiri sehingga pemahaman siswa terhadap
pelajaran produktif tidak maksimal.Solusi yang bisa dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut adalah dengan mengembangkan media
pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi pelajaran yang akan
disampaikan di dalam kelas yaitu media LKS. Media LKS memberikan
banyak materi-materi dasar yang perlu dipahami secara mendalam
sehingga memerlukan kerjasama antar siswa untuk memahami secara
menyeluruh materi yang ada.Berdasarkan latar belakang diatas maka
penulis tertarik untuk mengembangkan media belajar tambahan berupa
LKS agar siswa dapat belajar mandiri baik di dalam kelas maupun di
luar kelas dan bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berjudul
: Pengembangan Media LKS pada Kompetensi Dasar Menerapkan
Penggorengan (Deep Frying).
B. Identifikasi MasalahBeberapa masalah yang telah
diidentifikasi oleh penulis diantaranya adalah:a. Pada pembelajaran
produktif di SMKN 1 Cidaun saat ini belum diterapkan media belajar
berupa LKS .b. Pemahaman siswa yang belum maksimal pada mata
pelajaran produktif.
C. Batasan MasalahPenelitian ini dibatasi pada :1. Penelitian
terfokus pada bagaimana pengembangan media LKS dalam mata pelajaran
pengolahan pangan dengan menggunakan media penghantar panas.2.
Penerapan media LKS pada kelas X Teknologi Pengolahan Hasil
Pertanian (TPHP) tahun ajaran 2013/2014 semester 2.
D. Rumusan MasalahBerdasarkan batasan masalah diatas terdapat
beberapa rumusan masalah, diantaranya adalah:a. Bagaimana prosedur
pengembangan media pembelajaran pada standar kompetensi pengolahan
pangan dengan menggunakan media penghantar panas kompetensi dasar
menerapkan penggorengan (deep frying) dengan menggunakan media
LKS?b. Apakah pengembangan media LKS dapat meningkatkan pemahaman
siswa?
E. Tujuan PenelitianSesuai dengan masalah yang diteliti, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Menghasilkan media
LKS yang layak dan valid digunakan untuk pembelajaran pada
Kompetensi Dasar menerapkan penggorengan (Deep Frying).b.
Mengetahui peningkatan pemahaman siswa setelah menggunakan media
LKS.F. Manfaat PenelitianPelaksanaan penelitian Pengembangan Media
ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu:a. Meningkatkan hasil
belajar siswa dan motivasi belajar siswa dengan strategi
pembelajaran yang bervariasi juga meningkatkan keterampilan guru
(peneliti) dalam menggunakan LKS sebagai alat bantu yang efisien
dan meningkatkan motivasi guru agar melakukan inovasi dalam
pembelajaran serta membantu guru berkembang secara profesional.b.
Pengembangan media LKS pada Kompetensi Dasar menerapkan
penggorengan (Deep Frying) merupakan sumbangan pemikiran di SMK
untuk pelajaran produktif.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Media PembelajaranKata media berasal dari bahasa latin medius
yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal. AECT (association of Education and
Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai
segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar,
media yang sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah
mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur
hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar,
yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Arsad,
2010).Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan
alat atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman,1996).
Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam
proses dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran
juga merupakan komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami
sebagai media komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi
tersebut, media pembelajaran memiliki peranan penting sebagai
sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.Media dapat dibagi
dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran (instructional
aids) dan media pembelajaran (instrutional media). Alat bantu
pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik) dalam
memperjelas materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu
alat bantu pembelajaran disebut juga alat bantu mengajar (teaching
aids). Misalnya OHP/OHT, film bingkai (slide) foto, peta, poster,
grafik, flip chart, model benda sebenarnya dan sampai kepada
lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi
pembelajaran (Anderson,1987).
OHP, Slide, peta, Gambar, Poster, Model Grafik, Flip Chart, dan
benda sebenarnya, Lingkungan.Alat Bantu
Media
Media Pembelajaran
Televisi, Film Chart, Modul, Slide dan Program Audio.
Gambar 1. Bagan Penggolongan Media (Warsita,2008)
B. Fungsi dan Manfaat Media PembelajaranPemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran dan
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran
juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya (Hamalik, 1986).Media pembelajaran
paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin
pemahaman, orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat
pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan
dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkannya.
Selanjutnya menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena
media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan
gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka,
membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta
menghidupkan pelajaran.Empat fungsi media pembelajaran, khususnya
media visual, yaitu: Fungsi Atensi, Fungsi Afektif, Fungsi
Kognitif, Fungsi Kompensatoris. Fungsi atensi media visual
merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Seringkali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan
materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak disenangi oleh mereka
sehingga mereka tidak memperhatikan. Media visual yang
diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka
kepada mata pelajaran yang akan mereka terima (Levie,1982). Dengan
demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi materi
pelajaran semakin besar.Fungsi afektif media visual dapat terlihat
dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau membaca
teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah
emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah
sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari lambang
visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami
dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar.Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami
isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara
verbal.Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa
(Sudjana,2002) yaitu:1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.2. Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran.3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh
guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi bila guru mengajar pada setiap jam pelajaran.4. Siswa dapat
lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan mendemostrasikan, memamerkan dll.Beberapa
manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses
belajar mengajar sebagai berikut:1. Media pembelajaran dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.2. Media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya.3. Media pembelajaran dapat
mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.a. Objek atau benda
yang terlalu besar untuk ditampilakan langsung di ruang kelas dapat
diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau
model.b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh
indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau
gambar.c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi
sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video,
film, foto, slide, disamping secara verbal.d. Objek atau proses
yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara
konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer.e.
Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan
dengan media seperti komputer, film, dan video.f. Pristiwa alam
seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam
kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi
kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik video, slide, atau
simulasi komputer.4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan
pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa lingkungan
mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan
guru, masyarakat dan lingkungannya. C. Media LKSLembar Kerja Siswa
(student work sheet) adalah lembaran duplikat yang dibagikan guru
pada tiap siswa disuatu kelas untuk melakukan kegiatan (aktivitas
mengajar). LKS adalah tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat
berupa teori dan atau praktek(Zamroni, 2004). LKS adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
yang berisikan petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas.LKS dapat berupa materi ajar yang sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi
ajar tersebut secara mandiri. LKS merupakan salah satu alat bantu
untuk memahami materi yang diberikan. Dalam LKS, siswa pada saat
yang bersamaan diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi
tersebut. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai
pelengkap atau sarana pedukung pelaksanaan RPP, LKS juga dapat
berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal
(pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh siswa.Pada dasarnya
LKS merupakan lembaran bahan pelajaran yang disusun langkah demi
langkah secara sistematis dan teratur. LKS merupakan lembaran yang
berisikan pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang
terprogram.
D. Kategori LKSAda dua kategori LKS yaitu :1. LKS tak
berstruktur yaitu lembaran yang berisi sarana untuk menunjang
materi pelajaran siswa yang dipakai guru untuk menyampaikan
pelajaran yang berisi sedikit petunjuk tertulis atau lisan untuk
mengarahkan kerja siswa.2. LKS berstruktur yaitu memuat informasi,
contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing siswa
dalam satu program kerja atau mata pelajaran,dengan sedikit atau
sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran
pembelajaran.LKS ada dua macam,yaitu LKS eksperimen dan LKS non
eksperimen. LKS eksperimen digunakan untuk membimbing siswa dalam
melakukan eksperimen, sedangkan LKS non eksperimen digunakan
sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi hambatan proses
pembelajaran (Mita,2006), misalnya: sekolah tidak mempunyai
fasilitas untuk kegiatan laboratorium.Sebelum membuat LKS sendiri
hendaknya kita memperhatikan beberapa hal yaitu:1. Materi harus
mengacu pada kurikulum.2. Memperhatikan adanya perbedaan
individual, karena dalam KTSP menekankan pada adanya kompetensi
maka LKS harus dapat mengukur kemampuan siswa.3. Kegiatan mendukung
pemahaman konsep, kegiatan dalam LKS membantu memahami
konsep-konsep yang dipelajari.4. Kegiatan dikaitkan dengan kegiatan
nyata dan teknologi.5. Memiliki tujuan belajar yang jelas.6. Memuat
pokok-pokok materi dan rinciannya.7. Menggunakan kalimat yang
sederhana, jelas dan mudah dipahami.8. Memiliki tata urutan yang
sesuai dengan kemampuan siswa.9. Mendorong siswa belajar dan
bekerja secara ilmiah.10. Ada kesesuaian antara materi dan waktu
yang tersedia.11. Digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau
pemecahan masalah dan menarik kesimpulan.
E. Teknik membuat LKS Adapun tehnik untuk membuat Lembar Kerja
Siwa (LKS) adalah sebagai berikut:1. Sesuaikanlah LKS yang akan
kita buat mulai dari SK, KD dan indikator.2. Biasakanlah LKS dibuat
dalam satu kali pertemuan sesuai dengan materi yang diajarkan.3.
Pertama-tama tuliskanlah SK, KD dan indikatornya.4. Buatlah teori
singkat dari materi yang akan kita buatkan LKSnya.5. Petunjuk dalam
LKS yang akan kita buat, dapat berupa petunjuk langsung atau dalam
bentuk gambar dan simbol.6. Jika LKS kita dalam bentuk
petunjuk,berilah petunjuk yang mudah dipahami siswa.7. Jika LKS
kita hanya dalam bentuk symbol dan gambar maka symbol dan gambar
harus jelas mengarah pada pertanyaan.8. Dalam memberi soal test
harus sesuai dengan indikator yang yang ada.
F. Kompetensi Dasar Menerapkan Penggorengan (Deep
Frying)Pengolahan pangan dengan media penghantar panas adalah jenis
pengolahan yang menggunakan benda/barang yang mampu menghantarkan
panas dengan baik saat pengolahan pangan, seperti minyak, pasir,
wajan, kompor, dan sebagainya. Kompetensi dasar ini mengharuskan
siswa dapat mengerti tentang definisi, prinsip, proses, metode,
keuntungan dan kerugian serta penerapan dalam industri dan
kehidupan sehari-hari. Adapun materi pengolahan pangan dengan
menggunakan media penghantar panas adalah penggorengan dan
penyangraian. Penggorengan itu sendiri dibagi lagi menjadi: deep
frying,surface frying/ pan frying, vacum frying. Semua jenis
penggorengan yang disebutkan menggunakan media minyak goreng baik
dalam jumlah sedikit dan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan
penyangraian yaitu pengolahan pangan dengan media penghantar panas
tetapi tidak menggunakan media minyak goreng melainkan media pasir
atau batu kerikil.Pengertian penggorengan itu secara sederhana
adalah proses pemasakan menggunakan minyak atau lemak sebagai
medium transfer panas (biasanya minyak/ lemak nabati). Pemasakan
dengan penggorengan cenderung lebih cepat daripada perebusan dan
pemanggangan. Proses penggorengan meliputi transfer panas dari
permukaan penggorengan ke medium pemasak dan dari medium pemanas ke
permukaan bahan pangan yang digoreng. Selama proses penggorengan
air diuapkan dan permukaan bahan yang digoreng menjadi berubah.
Medium penggorengan (minyak) juga dapat teradsorpsi pada permukaan
atau terabsorpsi menuju bagian dalam produk yang digoreng.
Perubahan cita rasa dan tekstur pada bagian dalam terjadi karena
panas.Adapun deep frying adalah teknologi penggorengan rendam/dalam
dimana media minyak yang digunakan dalam jumlah banyak dan wajan
yang cekung serta dalam suhu yang tinggi, contohnya; keripik dan
kerupuk, fried chicken dll. Berbeda halnya dengan teknologi
penggorengan dangkal/pan frying dimana minyak yang digunakan dalam
jumlah sedikit dan wajan yang sedikit cekung pula serta suhunya
tidak terlalu tinggi, contohnya; pancake, telur dadar dll.
Sedangkan teknologi penggorengan vakum/ vacuum frying adalah
pengolahan pangan dengan menggunakan media penghantar panas namun
dikhususkan untuk produksi buah-buahan dan buah dengan kadar minyak
rendah yang memiliki tekstur dan karakteristik rasa, contoh;
keripik buah.Penyangraian berasal dari kata sangrai yang artinya
menggoreng tanpa minyak. Sehingga penyangraian dapat diartikan
sebagai proses menggoreng bahan tanpa menggunakan minyak. Bahan
yang diolah menggunakan penyangraian adalah biji kopi,kakao, dan
biji kacang-kacangan. Menurut (Mawaddah, 2012) penyangraian adalah:
proses pindah panas baik tanpa mediamaupun mengunakan pasirdengan
tujuan mendapatkancitarasa tertentu. Contoh : penyangraian kerupuk,
kopi, biji kakao, dan kacang.Penyangraian kopi adalahproses yang
tergantung waktu dantemperature, dimana senyawa-senyawa kimia di
dalam kopi akan berubah dengan hilangnya massa kering kopi yang
sebagian besar adalah karbondioksida dan gas-gas volatile lainnya
sebagai produk dari pirolisis. Sekitar setengah dari karbondioksida
yang dihasilkan akan tertahan dalam kopi yang telah disangrai
bersama-sama dengan senyawa flavor penting yang
bersifatvolatile.
G. Lembar Kerja Siswa untuk Kompetensi Dasar Menerapkan
Penggorengan (Deep Frying)Lembar Kerja Siswa (student work sheet)
adalah lembaran duplikat yang dibagikan guru pada tiap siswa
disuatu kelas untuk melakukan kegiatan (aktivitas mengajar). Pada
umumnya Lembar Kerja Siswa berisikan ringkasan materi-materi
pelajaran dan juga memuat soal-soal latihan mengenai pelajaran
tersebut.Lembar kerja siswa untuk kompetensi dasar menerapkan
penggorengan (Deep Frying) adalah tergolong dalam kategori LKS
berstruktur yaitu memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini
dirancang untuk membimbing siswa dalam satu program kerja atau mata
pelajaran,dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing
untuk mencapai sasaran pembelajaran.suatu media yang memuat tentang
ringkasan materi dan soal-soal latihan mengenai penggorengan
terendam baik itu alat dan bahan yang digunakan juga keuntungan dan
kerugian dari penggorengan terendam tersebut.Media ini juga
membahas bagaimana definisi, prinsip, proses, dan metode metode
penggorengan (Deep Frying), kriteria minyak goreng yang baik,
indikator dan kesegaran minyak. Perbedaan antara Deep frying dengan
Surface frying juga dimuat dalam media ini. Adanya media Lembar
Kerja Siswa untuk kompetensi dasar menerapkan penggorengan (Deep
Frying) akan mempermudah siswa dalam memahami materi dan lebih
mampu untuk menguasai materi dan mengerjakan soal-soal
latihan.Lembar kerja siswa ini dibagikan kepada setiap siswa dan
kemudian siswa disuruh untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada
lembar kerja siswa tersebut. Kemudian lembar kerja siswa akan
dikumpulkan kembali kepada guru untuk dilakukan evaluasi untuk
mengetahui apakah siswa sudah menguasai dan paham mengenai materi
penggorengan.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANA.Lokasi dan Subjek
Penelitian1.Lokasi PenelitianPenelitian mengenai pengembangan media
LKS untuk materi dasar penggorengan (deep frying) dilakukan di SMK
Negeri 1 Cidaun, Cianjur. Penelitian yang dilakukan difokuskan pada
kelas X program keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian
(TPHP) tahun ajaran 2013/2014.2.Subjek Penelitian1)Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian SMK
Negeri 1 Cidaun, Cianjur.2)SampelSampel merupakan bagian yang
diambil dari suatu populasi yang dinilai dapat mewakili populasi
tersebut (Sugiyono, 2013). Sampel yang diambil untuk uji coba
terbatas dalam penelitian ini adalah 12 orang siswa kelas X (TPHP)
SMK Negeri 1 Cidaun, Cianjur.B.Pendekatan PenelitianPendekatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan deskriptif
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan instrumen (alat pengumpul
data) yang menghasilkan data numerikal (angka). Data yang diperoleh
dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode
statistik yang digunakan kemudian diinterpretasikan.
C.Metode PenelitianPenelitian pengembangan media LKS pada
kompetensi dasar menenerapkan penggorengan (Deep Frying) yang akan
dilakukan menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau
Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2013), metode
Research and Development (R&D) merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut.Langkah-langkah metode Research and
Development (R&D) menurut Sugiyono (2013:409) dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Langkah-langkah metode Research and Development
(R&D)(sumber: Sugiyono, 2013)Pertimbangan peneliti menggunakan
metode Research and Development (R&D) adalah sebagai
berikut:1.Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah
mengembangkan suatu produk berupa Lembar Kerja Siswa sebagai media
dalam proses pembelajaran.2.Sesuai dengan tujuan penelitian yang
akan dilakukan, maka digunakan metode Research and Development
(R&D) yang merupakan rangkaian proses atau langkah-langkah
dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan.D.Definisi
OperasionalUntuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang
digunakan dalam penelitian, maka penulis menganggap perlu
digunakannya definisi operasional sebagai berikut:1.Media
PembelajaranMedia pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
proses belajar (Sumiati, 2007).2.Lembar Kerja SiswaLembar Kerja
Siswa (student work sheet) adalah lembaran duplikat yang dibagikan
guru pada tiap siswa disuatu kelas untuk melakukan kegiatan
(aktivitas mengajar). LKS adalah tugas-tugas yang diberikan kepada
siswa dapat berupa teori dan atau praktek. LKS adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
yang berisikan petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas (Zamroni, 2004).3.Kompetensi Dasar: Menerapkan
Penggorengan (Deep Frying)Pengolahan pangan dengan media penghantar
panas adalah jenis pengolahan yang menggunakan benda/barang yang
mampu menghantarkan panas dengan baik saat pengolahan pangan,
seperti minyak, pasir, wajan, kompor, dan sebagainya. Kompetensi
dasar ini mengharuskan siswa dapat mengerti tentang definisi,
prinsip, proses, metode, keuntungan dan kerugian serta penerapan
dalam industri dan kehidupan sehari-hari.E.Teknik Pengumpulan
DataUntuk melaksanakan penelitian dan memperoleh data, maka perlu
ditentukan teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Pada
penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan
adalah:1.ObservasiObservasi yang dilakukan pada penelitian ini
merupakan obesrvasi nonpartisipan, yakni peneliti tidak terlibat
langsung dalam aktivitas yang menjadi sumber data penelitian dan
hanya berperan sebagai pengamat (Sugiyono, 2013). Pengumpulan data
dengan teknik observasi nonpartisipan dilakukan pada tahap
identifikasi potensi dan masalah.2.Angket Validasi dan Angket
TanggapanPengumpulan data menggunakan angket dilakukan melalui
permintaan keterangan kepada sumber data. Pengumpulan data melalui
angket validasi pada penelitian ini dilakukan pada tahap validasi
ahli. Sedangkan pengumpulan data melalui angket tanggapan dilakukan
pada uji coba terbatas.3.TesTes merupakan kumpulan pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu/kelompok. Pengumpulan data
melalui tes dilakukan pada tahap uji coba terbatas berupa post test
yang dilakukan setelah penggunaan buku ajar yang dihasilkan sebagai
media pembelajaran. Pada tahap ini digunakan pre-experimental
design dengan bentuk one-shot case study. Paradigma dari one-shot
case study adalah Terdapat suatu kelompok diberi
treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya
(Sugiyono, 2013). Treatment adalah sebagai variabel independen dan
hasil adalah sebagai variabel dependen. Paradigma bentuk one-shot
case study dapat digambarkan seperti yang terlihat pada Gambar
3.1.X O
X = treatment yang diberikan (variabel independen) O = observasi
(variabel dependen)Gambar 3.1. Paradigma Bentuk One-Shot Case
Study(sumber: Sugiyono, 2013)F.Instrumen PenelitianInstrumen
penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian
(Sugiyono, 2013). Lebih lanjut Sugiyono (2013:148) mengemukakan
bahwa Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah:1.Lembar validasi ahli beserta
rubrik penskoranLembar validasi beserta rubrik penskoran merupakan
instrumen dari angket validasi yang digunakan pada tahap validasi
ahli dengan responden penelitian sebagai berikut: Burhan, S.TP.,
dan guru mata pelajaran produktif sebagai validator materi, guru
Bahasa Indonesia sebagai validator bahasa, serta Dr. Sri Handayani,
M.Pd. sebagai validator media.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi MateriNo Aspek
Indikator Skor
4321
1.Silabus Kesesuaian materi dengan:
a. Standar Kompetensi
b. Kompetensi Dasar
c. Indikator
2.Materi Kebenaran materi pada segmen:
a. Pengertian,tujuan, prinsip deep frying
b. Alat-alat penggorengan (deep frying)
c. Proses penggorengan (deep fying)
Keterkinian materi
Kemenarikan materi
Kedalaman materi
3.Penyajian programKemudahan untuk dipahami
Ketepatan penggunaan bahasa
Kesesuaian gambar yang digunakan dengan materi:
a. Pengertian, tujuan dan prinsip deep frying
b. Alat-alat penggorengan (deep frying)
c. Keuntungan dan kerugian penggorengan (deep frying)
Kesesuaian soal latihan yang digunakan dengan materi pada
segmen:
a. Pengertian, tujuan dan prinsip penggorengan (deep frying)
b. Alat-alat penggorengan (deep frying)
c. Keuntungan dan kerugian penggorengan (deep frying)
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi
BahasaAspekIndikatorNo butir
Bahasaa. Penggunaan bahasab. Ketepatan penulisan/redaksic. Mudah
dimengerti dan komunikatifd. Penggunaan istilah1, 234,56, 7
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi
MediaAspekIndikatorNo butir
Mediaa. Komunikasi visual (layout dan desain)b. Bentuk dan
ukuran hurufc. Daya tarikd. Konsistensie. Formatf.
Organisasi123456
2.Lembar angket tanggapan siswaLembar angket tanggapan siswa
merupakan instrumen dari angket tanggapan siswa kelas X TPHP SMK
Negeri 1 Cidaun sebagai responden penelitian. Lembar angket yang
diberikan berupa kuisioner tanggapan siswa mengenai LKS yang
diterapkan Kisi-kisi instrumen angket tanggapan siswa secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut ini:
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Angket Tanggapan
SiswaNo.PernyataanSkor
4321
1Melalui media LKS ini, saya dapat memahami:
Pengertian penggorengan (deep frying)
Tujuan penggorengan (deep frying)
Prinsip prinsip penggorengan (deep frying)
Alat-alat penggorengan (deep frying)
Kelebihan penggorengan (deep frying)
Kekurangan penggorengan (deep frying)
2Materi penggorengan (deep frying) yang ditampilkan sesuai
dengan kebutuhan belajar saya
3Tampilan media LKS ini menarik
4Bahasan yang digunakan mudah dipahami
5Teks yang digunakan jelas dan mudah dibaca
6Saya tertarik untuk mempelajari kembali materi penggorengan
(deep frying) di rumah
7Saya senang belajar dengan penggorengan (deep frying) ini
8Gambar-gambar yang digunakan membuat saya lebih cepat memahami
materi
9Soal latihan yang digunakan membuat saya lebih cepat memahami
materi
10Saya merasa bersemangat untuk belajar setelah menyimak media
LKS penggorengan (deep frying) ini
G.Teknik Analisis Data1.Validitas Instrumen PenelitianSebelum
instrumen penelitian digunakan, dilakukan pengujian validitas
instrumen terlebih dahulu.Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid
(Sugiyono, 2013). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Definisi dari instrumen
yang reliabel, yaitu Instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama
Selain itu, (Sugiyono, 2013).Dalam penelitian yang akan dilakukan,
validasi angket tanggapan siswa dan lembar validasi media hanya
akan dilakukan melalui pendapat dari seorang ahli. Sedangkan untuk
soal tes, akan dilakukan uji coba terlebih dahulu kemudian dihitung
validitas dan reliabilitas dari soal tes yang digunakan. Secara
teknis pengujian validitas instrumen dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen (Sugiyono, 2013). Indikator yang
terdapat dalam kisi-kisi instrumen validasi ahli dan angket
tanggapan siswa dapat dijadikan sebagai tolak ukur, selain itu
terdapat pula nomor butir item instrumen sehingga pengujian
validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
2.Validasi Lembar Kerja SiswaValidasi lembar kerja siswa yang
dihasilkan dilakukan oleh validator materi, validator bahasa, serta
validator media dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif
persentase (Sudijono, 2009) dengan rumus:
dimanaP = persentase skorf = jumlah skor yang diperolehN =
jumlah skor maksimumValidator materi, validator bahasa, dan
validator media akan menjawab pertanyaan dengan memberi skor sesuai
rubrik validasi (skor tertinggi = 4 dan skor terendah = 1).
Penentuan kriteria validitas ditentukan dengan cara sebagai berikut
(Sudjana, 2005):1.Tentukan persentase skor tertinggi/maksimum,
yaitu:
2.Tentukan persentase skor terendah/minimum, yaitu:
3.Tentukan range, yaitu persentase skor maksimum dikurangi
persentase skor minimum:
4.Menetapkan banyak kelas interval, yaitu 4 (sangat layak,
layak, kurang layak, dan tidak layak)5.Tentukan panjang interval,
yaitu range dibagi dengan banyak kelas interval. Banyak kelas
interval yang diambil adalah 19 dengan perhitungan sebagai
berikut:
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka rentang persentase dan
kriteriakualitatif uji kelayakan media dapat ditetapkan pada Tabel
1.Tabel 1. Rentang Persentase dan Kriteria Kualitatif Kelayakan
MediaRentang PersentaseKriteria KualitatifKeterangan
82 % 100 %Sangat layakTidak perlu revisi
63 % 81 %LayakRevisi
44 % - 62 %Kurang layakRevisi
25 % - 43 %Tidak layakRevisi
Sumber: Sudjana (2005) dengan modifikasi2.Analisis Tanggapan
SiswaTanggapan siswa mengenai penggunaan lembar kerja siswa sebagai
media pembelajaran diambil melalui angket. Skala pengukuran yang
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh melalui angket
tanggapan siswa adalah Skala Likert. Angket tanggapan siswa dibuat
dalam bentuk checklist yang berisi beberapa pernyataan dengan
jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi pilihan jawaban
sebagai berikut (Sugiyono, 2013): sangat setuju (SS), setuju (S),
kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka masing-masing jawaban diberi skor, yaitu: SS = 4,
S = 3, KS =2, TS = 1. Hasil tanggapan siswa kemudian dianalisis
menggunakan rumus sebagai berikut (Sudijono, 2009):
dimanaP = persentase skorf = jumlah skor yang diperolehN =
jumlah skor maksimumKriteria hasil tanggapan siswa ditentukan
dengan cara sebagai berikut (Sudjana, 2005):1.Tentukan persentase
skor tertinggi/maksimum, yaitu:
2.Tentukan persentase skor terendah/minimum, yaitu:
3.Tentukan range, yaitu persentase skor maksimum dikurangi
persentase skor minimum:
4.Menetapkan banyak kelas interval, yaitu 4 (sangat baik, baik,
kurang baik, dan tidak baik)5.Tentukan panjang interval, yaitu
range dibagi dengan banyak kelas interval. Banyak kelas interval
yang diambil adalah 19 dengan perhitungan sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan di atas, maka rentang persentase dan
kriteria kualitatif dapat ditetapkan pada Tabel 2.Tabel 2. Rentang
Persentase dan Kriteria Kualitatif Tanggapan SiswaRentang
PersentaseKriteria KualitatifKeterangan
82 % 100 %Sangat baikTidak perlu revisi
63 % 81 %BaikRevisi
44 % - 62 %Kurang baikRevisi
25 % - 43 %Tidak baikRevisi
Sumber: Sudjana (2005) dengan modifikasi
3.Penilaian Hasil Penerapan LKSEfektifitas penerapan lembar
kerja siswa terhadap hasil belajar siswa diukur melalui hasil post
test. Nilai post test tiap siswa dianalisis dengan menggunakan
rumus:
Keterangan:Jika jawaban benar, diberi bobot nilai 1Jika jawaban
salah, diberi bobot nilai 0Media LKS dikatakan efektif apabila
hasil belajar siswa (post test) menunjukkan 60% siswa mencapai
angka KKM, yaitu 75.H.Prosedur PenelitianLangkah-langkah prosedur
penelitian sesuai alur metode Research and Development (R&D)
dijabarkan sebagai berikut:1.Potensi dan MasalahPada tahap ini
dilakukan observasi nonpartisipan untuk mengidentifikasi
permasalahan yang ada. Pada program keahlian TPHP SMKN 1 Cidaun
khususnya kelas X, belum tersedia media LKS yang dapat digunakan
sebagai sumber dan media pembelajaran. Materi ajar yang disampaikan
lebih banyak disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran di
kelas atau melalui tugas mandiri. Media pembelajaran yang digunakan
dalam proses belajar mengajar di kelas masih terbatas pada
penggunaan papan tulis dan Microsoft Power Point yang dilengkapi
dengan penggunaan LCD projector. Buku yang tersedia di perpustakaan
juga masih sangat minim dan tidak lengkap. Siswa yang memiliki
komputer dan akses internet pun sangat sedikit sehingga pemahaman
siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai cenderung kurang
berkembang karena terbatasnya materi yang dapat disampaikan oleh
guru di dalam kelas. Kondisi pembelajaran di kelas dan buku yang
belum di perpustakaan dapat dilihat pada dokumentasi berikut
ini:
mj
jjjGambar 3.1. kondisi perpustakaanSumber: dokumentasi
pribadi
Gambar 3.2. Kondisi pembelajaran tanpa media LKSSumber:
dokumentasi pribadi
2.Pengumpulan DataPengembangan media LKS untuk kompetensi dasar
menerapkan penggorengan (deep frying) membutuhkan
literatur-literatur sebagai sumber informasi sebagai acuan dalam
penyusunannya. Literatur-literatur yang digunakan diantaranya:
Media LKS untuk SMK, buku-buku mengenai pengolahan pangan dengan
menggunakan media penghantar panas, buku-buku mengenai bahan pangan
yang diolah dengan cara penggorengan, silabus SMK, serta
jurnal-jurnal yang mendukung pengembangan LKS.3.Pengembangan
ProdukPengembangan produk dilakukan dengan membuat desain LKS
termasuk membuat garis-garis besar isi media, jabaran materi, serta
naskah media. Produk yang dihasilkan berupa LKS yang memuat materi
pada kompetensi dasar menenerapkan penggorengan (Deep
Frying).4.Validasi AhliSetelah LKS selesai dibuat maka tahap
selanjutnya adalah validasi yang dilakukan oleh validator ahli,
yaitu validator materi, validator bahasa, dan validator
media.5.Revisi ProdukMedia LKS yang telah divalidasi kemudian
diperbaiki apabila masih terdapat kekurangan berdasarkan saran
validator materi, validator bahasa, dan validator media .6.Uji Coba
TerbatasMeida LKS yang telah diperbaiki kemudian diuji cobakan pada
12 orang siswa kelas X program keahlian TPHP SMK Negeri 1 Cidaun,
Cianjur. Selain itu, siswa akan diminta untuk mengisi angket
tanggapan berisi pertanyaan mengenai penilaian siswa terhadap
kemudahan dalam memahami materi yang terdapat di dalam LKS dan
ketertarikan siswa menggunakan LKS untuk pembelajaran.7.Revisi
Produk AkhirLKS kemudian direvisi dan disempurnakan kembali
berdasarkan hasil uji coba terbatas (skala kecil).
8. Penerapan LKSSetelah media LKS direvisi, media LKS diterapkan
kepada 25 orang siswa kelas X TPHP SMK Negeri 1 Cidaun,
Cianjur.
Gambar 2. Langkah-langkah Prosedur Penelitian Sesuai Alur Metode
R&D dengan Modifikasi
27
28