-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini perkembangan teknologi informasi sangat
berkembang
pesat. Kalangan pers mendapatkan kebebasan pemberitaan dan
berbondong-bondong
untuk memberikan informasi secara cepat dan aktual kepada
masyarakat. Informasi
adalah suatu komoditi yang merupakan kebutuhan hidup masyarakat
informasi,maka
bisnis untuk menjadi penyedia informasi adalah peluang bisnis
yang menggiurkan.
Tidak dipungkiri kehadiran media massa juga tidak lepas dari
kehidupan
masyarakat. Media massa telah melakukan inovasi dari zaman ke
zaman. Di Indonesia
penggabungan antara media konvensional (cetak maupun elektronik)
dengan teknologi
komunikasi telah dilakukan oleh media massa besar, dan biasa
disebut media
online.Walaupun media online sudah mulai berkembang tetapi media
konvensional masih
menjadi pilihan sebagian besar masyarakat indonesia.
Jurnalisme konvensional (cetak maupun elektronik),adalah proses
penyampaian
informasi atau pesan yang menganut sistem penulisan berita
dengan menggunakan
teknik Piramida Terbalik dan 5W+1H. Pokok berita mendeskripsikan
secara ringkas yang
intinya sudah mencakup 5W+1H. Informasi yang tersaji dalam
Jurnalisme Konvensional
sebisa mungkin dipahami dan dimengerti oleh masyarakat luas.
Media cetak terbit harian,
mingguan, dwi mingguan, maupun bulanan, dengan adanya
periodisasi semacam itu
aktualitas suatu berita adalah sesuatu yang harus benar-benar
diperjuangkan. Sedangkan
Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau pesan
yang menggunakan
internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam
melakukan tugasnya.
-
Media massa bertugas memberikan informasi menghibur dan
mendidik
masyarakat,sedangkan dalam politik pers media merupakan salah
satu pilar-pilar
demokrasi dengan tidakan kontrol sosial. Secara moral sebaiknya
media massa
memberikan kontribusi yang besar dalam memberdayakan pola pikir,
pola sikap dan
persamaan masyarakat. Informasi sangatlah penting untuk dimiliki
dan dikuasai.
Perkembangan dunia olahraga menunjukkan ketergantungan besar
terhadap dunia
politik dan bisnis. Manajemen olahraga di indonesia sampai saat
ini merupakan warisan
dari zaman orde baru sehingga sangat sentralistik. Semua diatur
dari pusat yang ujung-
ujungnya hanya untuk kepentingan politik pihak-pihak tertentu.
Sedangkan dalam dunia
bisnis,olahraga sangat bergantung pada sponsorship suatu produk
perusahaan yang untuk
kepentingan promosi produk tersebut. Semua bisa dilihat dari
berbagai even olahraga
ditanah air.
Sepak bola bukan lagi hanya sekedar olahraga saja,melainkan
sudah berkembang
menjadi bertarungnya kepentingan politik maupun bisnis. Sepak
bola telah membentuk
suatu jaringan yaitu kepentingan politik dan bisnis yang saling
berkaitan. Semakin tinggi
gengsi dan prestasi klub tersebut semakin rumit pola
kepentingannya
Pemberitaan dunia olahraga sepak bola saat ini sangat diminati
oleh masyarakat
khususnya masyarakat Kota Malang. Para pecinta bola bisa
mendapatkan informasi
bukan hanya hasil akhir pertandingan (skor) saja, melainkan
mendapatkan informasi
tentang manajemen keuangan klub, profil pemain dan pelatih,
komentar suporter,bursa
transfer pemain dan banyak lagi informasi-informasi tentang klub
tersebut.
Pemberitan Sepak bola baik cetak maupun online bukan hanya
sekedar olahraga
melainkan telah berkembang sebagai komuditi atau “makanan
sehari-hari” masyarakat
malang (aremania). Mereka selalu mencari informasi yang “up to
date” seputar klub
Arema. Memang tidak bisa dipungkiri klub Arema mempunyai daya
tarik tersendiri bagi
-
masyarakat malang walaupun masih banyak klub di kota Malang
antara lain Persema,
Persikoba, dan Persekam. Dari beberapa klub yang ada dikota
malang hanya Arema yang
“hidup” tanpa biaya dari APBD karena klub Arema dibentuk bukan
dari Pemerintahan.
Dengan tidak adanya dana APBD, klub arema menjadi incaran
orang-orang besar untuk
kepentingan politik maupun bisnis. Apalagi saat ini Arema
termasuk salah satu klub besar
dikancah persepakbolaan Nasional maupun Asia.
Kisruh manajemen dan dualisme pengurus klub Arema sampai saat
ini masih
hangat diberitakan di sejumlah media cetak, elektronik, maupun
media online. Kisruh dan
dualisme pengurus ini terjadi sebelum akhir kompetisi liga ISL
2011. Diakhir kompetisi
para jajaran pengurus manajemen arema banyak yang
“menghilang”,tidak menduduki pos
masing-masing. Seperti M.Nur (ketua yayasan) dan Siti Nurjanah
(CO. Marketing),
mereka adalah orang-orang yang sangat sentral ditubuh yayasan
arema. Tetapi entah
kemana mereka berdua tidak pernah terlihat dikantor arema dan
banyak pecinta bola
malang khususnya aremania mempertanyakan keberadaan mereka dan
meminta
pertanggungjawaban mereka selama mengarungi kompetisi ISL 2011
bersama arema.
Banyak tunggakan utang klub arema kepada pihak luar dan gaji
para punggawa arema
belum terbayar selama 3 bulan. Padahal selama 1 tahun pemasukan
untuk klub arema
sendiri sangat besar,selain dari sponsor,dan tiket
pertandingan,arema juga disokong
dengan hasil penjualan merchandise tim kebanggaan arek malang
ini.
Baru reda masalah kekosongan kekuasaan ditubuh klub arema,kini
arema
dihadapkan dengan dualisme pengurus arema. Ada dua kubu yang
mengklaim dan
menginginkan klub arema. Kubu Rendra Kresna dan kubu Edy
rumpoko. Mereka berdua
adalah orang-orang besar dan berpengaruh di kota malang raya.
Rendra Kresna misalnya,
saat ini dia menjabat sebagai bupati malang dan pembina yayasan
arema, sedangkan Edy
Rumpoko adalah orang nomor 1 dikota Batu dan ingin memegang
kendali awak tim singo
-
edan. Mereka berdua saling berebut untuk mendapatkan legalitas
klub arema. Mungkin
tidak hanya legalitas yang diperebutkan, melainkan adanya
kepentingan-kepentingan
politik dan bisnis.
Kisruh dualisme pengurus ini berimbas pada pemain, para
punggawa-punggawa
arema mengancam akan hengkang jika gonjang-ganjing ditubuh arema
tak kunjung
berakhir, serta tunggakan gaji yang harus dibayar oleh
pengurus.kalau tidak dipenuhi
keinginan mereka, para punggawa tim berlogo singa akan out dari
bumi arema. Tidak
bisa dipungkiri juga, beberapa pemain bintang arema banyak yang
dilirik klub-klub besar
yang menjadi rival tim arema.
Peneliti tertarik untuk meneliti peristiwa Dualisme dalam tubuh
tim Arema
dikarenakan beberapa alasan. Pertama,unsur kedekatan,karena
peristiwa ini terjadi dikota
Malang yang merupakan tempat dimana peniliti berdomisili dan
menimba ilmu selama
empat tahun,sehingga memudahkan peneliti mengikuti perkembangan
dari peristiwa
tersebut. Kedua peristiwa atau fenomena dualisme ditubuh Arema
baru kali ini terjadi,
ditahun-tahun sebelumnya pemberitaan dan peristiwa tentang
kesulitan dana untuk
pembiayaan tim Arema untuk mengarungi kompetisi tahun depan.
Harian Surya dan Sportivo Radar Malang sebagai media cetak
berbasis wilayah,
tidak henti-hentinya memberitakan kejadian tersebut.. Mereka
selalu berlomba-lomba
menghadirkan berita terbaru, terhangat, termenarik dan
terlengkap mungkin mengenai
kasus lanjutan gonjang-ganjing ditubuh tim singo edan. Kedua
media ini
menghadirkannya dengan dilengkapi foto yang menarik dan
kalimat-kalimat yang dibuat
terstruktur untuk mengkonstruksikan suatu realitas. Sehingga
suatu berita mengenai
kisruh arema ini dapat mempersuasif pembaca, untuk menyikapi dan
selalu mengikuti
informasi atau berita tentang tim arema. Sebagaimana diketahui
Arema adalah tim besar
-
dan sedikit banyaknya akan mempengaruhi pemberitaan Tim Arema
itu sendiri dalam
surat kabar.
Persaingan pemberitaan kedua surat kabar ini menyebabkan
keduanya ingin
menyajikan sesuatu yang lebih dalam pemberitaan peristiwa
tersebut. Dan kedua media
ini mempunyai karakteristik dalam pemberitaan. Surya tetap
dengan gaya pemberitaan
yang independen,atau tanpa ada intervensi pihak luar dan pemilik
modal sedangkan Radar
Malang memberitakan suatu peristiwa selengkapnya dan relevan
bagi pembacanya.
Dalam hal ini peneliti ingin meniliti secara mendalam peristiwa
tersebut dengan
menggunakan analisis Framing. Analisis Framing adalah analisis
yang memusatkan
perhatian bagaimana cara media memaknai,memahami,dan membingkai
peristiwa yang
diberitakan.
Dengan menggunakan analisis Framing penelitian ini dapat melihat
secara detail
bagaimana kedua media massa ini dalam mengkontruksi suatu berita
Kisruh Manajemen
Organisasi Klub AREMA pada Harian SURYA dan Sportivo,RADAR
MALANG.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ bagaimana kontruksi pemberitaan Kisruh
Manajemen Organisasi
klub Arema pada harian SURYA dan Sportivo, RADAR MALANG edisi
bulan Juli
2011?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana konstruksi
berita harian Surya dan Sportivo, Radar Malang terhadap
pemberitaan klub Arema. Dan
mengetahui serta memahami perbedaan konstruksi pemberitaan klub
Arema oleh harian
Surya dan Sportivo,Radar Malang.
-
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pendalaman ilmu
komuikasi,
khususnya pada konsentrasi Jurnalistik dan Studi Media. selain
itu, penelitian ini
juga dapat memberikan kritik sosial terhadap pengelola media
dalam
mengkonstruksi berita khususnya berita olahraga.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi media
massa di
Indonesia untuk lebih memiliki tanggung jawab sosial dengan
menyajikan berita
yang berkualitas pada khalayak.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pemahaman Media Massa
1.1 Media Massa
Media massa seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah
menjadi bagian tak
terpisahkan dari komunikasi manusia. Pada hakikatnya, media
adalah perpanjangan
lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia
untuk
mengembangkan struktur sosialnya. Namun banyak orang yang tidak
menynadari
hubungan fundamental antara manusia dan media itu, dan keliru
menilai peran media
kehidupan mereka (Rivers, 2008:27).
Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses
komunikasi
massa dewasa ini. Asumsi pokok akan arti penting media massa
menurut Dennis
McQuail (1987) sebagai berikut :
1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang
menciptakan
lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industry
lain yang terkait.
-
Media juga merupakan industry tersendiri yang memiliki peraturan
dan norma-
norma yang menghubungkan institusi sosial lainnya. Di pihak
lain, institusi
media diatur oleh masyarakat.
2. Media massa merupakan sumber kekuatan-alat kontrol,
manajemen, dan inovasi
dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti
kekuatan atau
sumber daya lainnya.
3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan
untuk menampilkan
peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf
nasional maupun
internasional.
4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan
kebudayaan, bukan
saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol tetapi
jugga dalam
pengertian pengembangan tata cara,mode, gaya hidup, dan
norma-norma.
5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu
untuk memperoleh
gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat
dan kelompok
secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan
penilaian normatif yang
dibaurkan dengan berita dan hiburan (Nurudin, 2007 : 34).
Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki
oleh media
massa. Setiap hari media massa memberikan informasi dan berbagai
kejadian di
seluruh dunia kepada para audience-nya. Disamping itu media
massa tidak sekedar
memberitakan, tetapi juga mengevaluasi dan menganalisis setiap
kejadian tersebut.
Melalui keahlian dalam menginterpretasikan pesan dan fakta-fakta
dari lapangan,
media massa menyajikan berita yang mudah untuk dipahami
(Nurudin, 2007:101).
Lionberger (1994) mengatakan, media massa merupakan salah satu
sarana
penyampaian informasi dan divusi inovasi. Perkembangan media
massa sebenarnya
tidak terlepas dari ilmu komunikasi ynag intinya menyampaikan
pesan, karena pada
-
dasarnya media massa, termasuk surat kabar harian berfungsi
menyampaikan pesan
kepada masyarakat luas. Lebih jauh dia mengatakan, informasi
yang disampaikan
media massa bersifat massal, sehingga hanya dapat meningkatkan
pengetahuan. Bila
ingin mencapai tingkat lebih dari itu, perlu ada lembaga atau
orang-orang yang
menindak lanjuti informasi media massa tersebut (Mondry,
2006:24).
1.2 Jenis Media Massa
a. Media Cetak
Media cetak tidak hanya memberitakan dengan bentuk straight news
semata,
tetapi juga feature, investigative reporting (laporan
investigasi), tajuk rencana, dan
ulasan lain (Nurudin, 2007:101)
Semua itu dihidupkan oleh kelembagaan media yang menetapkan
peranan,
tujuan, dan visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat.
Dalam bahasa teknis
jurnalistiknya, misalnya menetapkan dengan baik kebijakan
editorial dan
kebijakan perusahaannya. Dari sanalah, dihasilkan berita,
komentar, dan opini.
Di sisi internal sebuah media cetak memang harus memiliki
manajemen yang
bagus untuk mengatur hubungan antara berbagai pihak seperti para
pendiri,
karyawan, wartawan, , mitra kerja, agen, loper, pemasang iklan,
dan biro iklan
khalayak pelanggan dan pembaca. Selaiin itu interaksi
internalnya melalui surat
pembaca, para kontributor, pemerhati dan pemberi masukan serta
kritik.
Setiap media massa memiliki kelebihan, media cetak memiliki
kelebihan yang
tidak dimiliki media elektronik, berupa “daya tahan” informasi.
Artinya berita di
media elektronik akan lebih sulit disimpan, Karena membutuhkan
biaya
tambahan. Sedang berita media massa cetak bisa lebih panjang dan
lengkap serta
dapat disimpan lebih lama tanpa biaya tambahan (Mondry,
2006:3).
-
Kehidupan media cetak juga ditentukan oleh “kondisi dimana ia
hidup”, yakni
: sistem politik, sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan. Dan
pers di Indonesia
amatlah dekat hal itu (Santana, 2005:85).
b. Media elektronik
Dunia media elektronik adalah dunia siaran. Dunia siaran berbeda
dengan
dunia cetak-mencetak Koran dan majalah, atau media cetak pers
lainnya. Dunia
siaran diantaranya mengenali bahasa siaran sebagai bahasa
percakapan. Bukan
bahasa teks yang dibaca, tetapi bahasa audio, atau audio+visual,
yang ditangkap
telinga dan mata pemirsa (Santana, 2005:97).
Karena itu media eletronik sejak awal sudah bersifat demokratis,
dan sejak
awal pula khalayaknya adalah masyarakat luas. Secara
keseluruhan, bukan
kalangan tertentu saja. Dahulu tidak seperti media cetak, media
elektronik
menuntut khalayaknya member perhatian secara penuh karena apa
yang
disiarkannya tidak diulang (Rivers, 2008:60).
Termasuk dalam media elektronik yaitu televisi. Seperti sudah
diduga
sebelumnya, televisi merupakan sarana multifungsi bagi
masyarakat, selain
berfungsi untuk mendapatkan hiburan, tidak sedikit televisi
memiliki fungsi
sebagai sumber informasi berita. Sejak media televisi masuk ke
masyarakat mulai
diminati, dengan segala kelebihannya disbanding jenis media
massa lain,
khususnya dengan tampilan audio-visual, televisi cepat diterima
masyarakat,
termasuk ke masyarakat pedesaan juga memiliki kecepatan yang
sangat tinggi
sehingga akhirnya bagi masyarakat desa diperkirakan televisi
menjadi sumber
informasi utama dan sekaligus sebagai sarana hiburan utama
(Mondry, 2006:82).
Gerbner, dkk dalam buku Bryant, dkk mengatakan, Televisi
merupakan
sebuah system puasat dari penceritaan. TV merupakan bagian dan
bidan
-
kehidupan kita sehari-hari. Dramanya, iklannya, beritanya, dan
program-program
lainnya membawa dunia citra-citra dan pesan-pesan umum yang
relatif berkaitan
secara logis kerumah.
Televisi mengembangkan masa pertumbuhan
kecenderungan-kecenderungan
dan pilihan-pilihan yang berguna untuk dipelajari dari
sumber-sumber utama
lainnya. Diluar hambatan-hambatan historis kemelekhurufan dan
mobilitas,
televisi telah menjadi sumber sosialisasi umum yang penting dan
informasi sehari-
hari (terutama dalam bentuk hiburan) dan media lain yang
heterogen. Pola
ulangan pesan-pesan dan citra-citra yang dihasilkan televisi
membentuk arus
utama lingkungan simbolik pada umumnya (Winarso, 2005:98).
c. Media Online
Perkembangan internet yang pesat kini telah melahirkan beragam
bentuk
media online. Pengertian media online adalah blog atau situs
yang dijadikan
sebagai media untuk menyebarkan berbagai berita atau informasi.
Melalui
website, situs, atau blog inilah terbuka peluang bagi siapapun
untuk membuat
media online. Melalui media online ini pula berbagai berita
maupun informasi
dengan cepat dapat disebarkan secara lebih luas, lebih cepat,
lebih terbuka, dan
tentunya juga lebih murah.
Untuk mengakses dan memperoleh informasi melalui media online,
siapapun
bisa melakukannya. Bahkan tak ada yang mengawasi ataupun
melarang bila isi
berita atau informasi yang disajikan dalam media online tersebut
memuat unsur
pornografi, kekerasan, maupun mengandung unsur sara. Berbeda
dengan media
cetak atau elektronik dimana pemilik stasiun atau koran akan
dikenakan sanksi
bila melanggar aturan yang telah ditetapkan
(www.AnneAhira.com).
-
2. Jurnalisme Konvensional
Jurnalisme pada umumnya dapat diartikan sebagai kegiatan
dalam
mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita kepada
khalayak atau
masyarakat luas. Jurnalisme tidak bisa dilepaskan dengan masalah
media, karena
media merupakan institusi sedangkan jurnalisme sendiri adalah
seperangkat
pengetahuan yang membahas seluk-beluk kegiatan yang memungkinkan
institusi
tersebut hadir dan berfungsi dalam masyarakat.
Dalam jurnalisme konvensional, mengandung unsur-unsur seperti
Timelines
atau termassa, Proximity atau kedekatan, Impact atau dampak,
Magnitude, Conflict,
Kemajuan, dan Manusiawi. Para jurnalis dalam jurnalisme
konvensial ini juga hanya
dibekali dengan pengetahuan yang elementer dan dikenal dengan 5W
+ 1H. Berita
dianggap elementer bila didalamnya terdapat what, who, when,
where, why, dan how.
Serta dalam jurnalisme konvensional ini baru memaparkan
reportase faktual, bersifat
linier dan hanya dari satu dimensi saja. Penulisan berita
jurnalisme konvensional ini
juga menganut sistem piramida terbalik, diawali dengan
berita-berita yang penting
dan hingga akhirnya berita yang kurang penting / tidak
penting.
Dalam jurnalisme konvensional, wartawan juga dituntut untuk
memiliki
kemampuan / kepekaan terhadap situasi dan kondisi yang terjadi
di lapangan.
Perjuangan serta proses yang dilakukan dalam mencari, mengolah
sampai
menyebarkan berita juga tidak semudah dan se-simple seperti yang
terjadi dalam
jurnalisme online.
Surat kabar merupakan bagian dari jurnalisme konvensional.
Menurut Agee,
surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder.
Fungsi utama adalah :
-
1. to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif
tentang apa yang
terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia,
2. to comment (mengomentari berita yang disampaikan dan
mengembangkannya ke
dalam focus berita.
3. to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang
membutuhkan
barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media surat
kabar.
Fungsi Sekunder adalah :
1. untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat
kemasyarakatan, yang
diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu,
2. memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita
komik,kartun dan
cerita-cerita khusus,
3. melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen
informasi dan
memperjuangkan hak.
Adanya jurnalisme konvensional ini, sangat membantu masyarakat /
publik
dalam memenuhi kebutuhannya dalam mendapatkan informasi,
terutama bagi
masyarakat yang tidak begitu bisa menggunakan media internet (
jurnalisme online )
tersebut. Walaupun publik merupakan pemirsa / penonton yang
pasif dalam
mendapatkan informasi, karena hanya bersifat satu arah saja
tidak seperti pada
jurnalisme online, namun jurnalisme konvensional selalu berusaha
menyuguhkan
berita atau informasi penting bagi masyarakat yang penyampainnya
juga faktual serta
menurut kaidah-kaidah jurnalisme.
3. Konstruksi Media Massa
Media massa berperan aktif sebagai penyalur (deseminator) dan
sentral informasi
bagi masyarakat, tetapi dalam perkembangannya menunjukkan bahwa
berbagai
-
kekuatan dalam masyarakat sangat berperan di bandingkan dengan
pengaruh yang
ditimbulkan media itu. Pada dasarnya media itu tergantung
pendayagunaan kekuasaan
dengan kekuatan lain, juga merupakan saluran yang dimanfaatkan
untuk
mengendalikan arah dan dorongan terhadap perubahan sosial (Mc
Quail, 1994:4).
Kekuasaan dalam konteks pemberitaan media selalu berhubungan
dengan
"kontrol", baik yang dilakukan oleh institusi (negara),
kelompok, maupun perorangan,
yang dalam perwujudannya tidak hanya berbentuk fisik yang
langsung, namun juga
kontrol secara mental dan psikis (Eriyanto, 2001:12).
Dengan demikian, kekuasaan yang mengitari media bisa berwujud
Negara
(pemerintah), kekuasaan institusi, kekuasaan kelompok (seperti
partai politik), dan
kekuasaan perorangan.
Beragam kepentingan dan kelompok dalam masyarakat menuntut media
massa
dapat mengaplikasikan fungsi dan perannya secara adil dan
proporsional. Sebaliknya
dengan adanya pluralitas kepentingan masyarakat tersebut juga
membuat kepentingan
dan tuntutan terhadap media massa menjadi beragam, yang sedikit
banyak akan
mempengaruhi arah dan orientasi media (termasuk fungsi dan
tujuan media). Denis
McQuail (1987:74) menawarkan perspektif alternative menyangkut
fungsi dan tujuan
media massa di tengah banyaknya kepentingan yang mengitarinya,
dalam model
sebagai berikut:
-
Masyarakat / bangsa
Sumber: Mc.Quail 1987 :74
Model yang dibuat oleh McQuail di atas menjelaskan bagaimana
banyaknya
kepentingan yang berada di sekeliling media massa yang akan
menentukan
(mempengaruhi) mekanisme operasional dalam menjalankan fungsi
dan tujuannya.
Masyarakat/bangsa misalnya menginginkan media massa menjadi
sarana pemeliharaan
integrasi bangsa dan membantu mensosialisasikan dan mewujudkan
tujuan dan
program bangsa. Bagi kelas dominan menginginkan media massa
sebagai sarana
pelanggengan kekuasaan dengan terus mempublikasikan (kebaikan
dan keunggulan)
kelompoknya sembari memarjinalkan kelompok-kelompok lain yang
dianggap
mengancam eksistensi dominasi dan kekuasaannya. Tujuan yang agak
berbeda berasal
dari pemilik media. Bagi pemilik media, media massa dianggap
sebagai lahan bisnis
yang dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi. Sedangkan
khalayak media
Kelas dominan Intregasi kontrol
Media Massa
kerja
Pemilik media
Keuntungan status
komunikator
kekuasaan
Suara masyarakat
kesempatan
Khalayak
Sumber informasi
Kelas lemah
Sarana kontrol
atau perubahan
-
hanya mengharapkan media dapat menjadi sumber informasi yang
dapat diakses oleh
mereka dengan cepat akurat dan terpercaya.
Khusus bagi komunitas masyarakat yang lemah, media diharapkan
sebagai
sarana kontrol bagi setiap kebijakan dan praktek kehidupan yang
menyimpang
sehingga dapat terwujud perubahan. Proses interaksi yang terjadi
antara media massa
dengan berbagai kepentingan yang ada, pada tataran praktis tidak
selalu menghasilkan
sebuah kepercayaan, kerjasama atau hubungan yang harmonis.
Benturan-benturan
yang terjadi diantara mereka sering sekali terjadi. Hal ini
menandakan bahwa dalam
hubungan tersebut terdapat dinamika yang akan membentuk proses
“tawar menawar”.
Selain dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan luar media, berita
suatu media juga
ditentukan oleh faktor-faktor internal yang ada dalam
masing-masing institusi media.
faktor-faktor tersebut akan banyak berpengaruh bagi orientasi
dan mekanisme kerja
awak media (wartawan) di lapangan. Adanya perbedaan versi
pemberitaan antara
media yang satu dengan media yang lain tentang suatu persoalan
yang sama
merupakan indikasi adanya agenda yang berbeda dari masing-masing
media. Model
“hierarchy of influence” dari Pamela Shoemaker dan Stephen D.
Reese (1996:64)
adalah model yang tepat untuk menggambarkan beberapa pengaruh
faktor internal
media (disamping dua faktor eksternal yang berada dalam
lingkaran luar).
-
Gambar 2
Model Hierarchy of influence
Tingkat Ideologis Tingkat Ekstramedia Tingkat Organisasi Tingkat
Rutinitas Media Tingkat Individu
(Sumber: Shoemaker dan Reese, 1996)
Model diatas menggambarkan beberapa pengaruh faktor internal
media yaitu :
1. Pengaruh individu pekerja media, diantaranya adalah
karakteristik pekerja
komunikasi, latar belakang personal dan profesional.
2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media
massa dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan seleksi yang dilakukan oleh komunikator,
termasuk deadline
dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space),
struktur piramida
terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter pada
sumber-sumber
resmi dalam berita yang dihasilkan.
3. Pengaruh organisasional, yakni bahwa media mencari keuntungan
materi. Tujuan
dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan.
4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi
lobi dari kelompok
kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public
relation pada
pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.
-
5. Pengaruh ideologi, yakni merupakan sebuah pengaruh yang
paling menyeluruh dari
semua pengaruh. Idiologi disini diartikan sebagai mekanisme
simbolik yang
menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam
masyarakat.
Faktor-faktor internal sebuah media massa memberi kontribusi
yang besar
terhadap orientasi dan kebijakan media. Wartawan dan pekerja
media lainnya di
samping bekerja berdasarkan nilai-nilai individu yang dianut
oleh masing-masing
mereka, juga dikendalikan oleh rutinitas media serta kebijakan
dari organisasi media
dimana mereka bekerja. Dengan demikian, berita yang ada pada
setiap media
merupakan hasil akhir dari kerja jurnalistik yang telah
dipengaruhi oleh aspek internal
dan eksternal media massa.
4. Ekonomi Politik Media
Ekonomi politik media sangat erat sekali hubungannya dengan
hubungan
sosial media mengenai hubungan kekuasaan dan motif ekonomi yang
terkait dengan
komunikasi. Setiap media massa memiliki karakter dan latar
belakang sendiri-sendiri.
Berdirinya suatu media ada yang dilator belakangi oleh
kepentingan politik, ekonomi
ataupun yang lainnya. Adanya beragam kepentingan dalam media
massa adalah hal
yang tidak bisa dipungkiri bahwasanya media massa memiliki
kepentingan politik,
karena di support oleh kekuatan politik yang menyertainya. Lalu
motif ekonomi
dimana keuntungan materiil adalah target utama dari berdirinya
suatu media massa.
Pendekatan ekonomi politik, melihat media massa dari siapa
penguasa
sumber-sumber produksi media massa, siapa pemegang rantai
distribusi media massa,
siapa yang menciptakan pola konsumsi masyarakat atas media massa
dan komoditas
lain sebagai efek kerja dari media. Siapa penguasa sumber-sumber
media dapat dilihat
atara lain dari kepemilikan media massa.
-
Di Indonesia kepemilikan media massa konvensional dapat dilihat
antara lain,
Jawa Pos dan Anak cabang daerah Jawa pos dimiliki Dahlan Iskan,
Kompas dan
Surya dimiliki oleh Yakob Oetama, Sindo dimiliki oleh kelompok
MNC Group, dan
masih banyak lagi kelompok usaha kepemilikan media di Indonesia.
Dari contoh-
contoh diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pemilik
media bukan berlatar
belakang dari pendidikan media melainkan pengusaha-pengusaha
besar. Dari
kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa penguasa media adalah
penguasa ideologi
yang membentuk persepsi masyarakat untuk mendapatkan profit atau
keuntunngan.
Penciptaan pola konsumsi masyarakat secara tidak langsung
dipengaruhi oleh
media. Melalui iklan-iklan yang ditayangkan di media massa,
perlahan pola konsumsi
masyarakat terbentuk di dalam dirinya, pengaruh iklan praktis
membuat pihak
produksi untuk terus meningkatkan belanja iklannya di media
massa. Dalam hal inilah
tercipta pola ekonomi yang memberikan keuntungan bagi pengusaha
media.
Pendekatan ekonomi politik terjadi karena adanya hubungan yang
kompleks. Hal
yang terpenting adalah penciptaan produksi hingga penerimaan
berita (dan konteks
sekelilingnya) dikemas se-perfect mungkin.
5. Teori Konstruksi Sosial
Berger dan Luckman (1994) menyatakan bahwa masyarakat secara
empirik
berproses melalui tiga langkah yaitu eksternalisasi,
objektivasi, dan internalisasi.
Eksternalisasi adalah suatu pencurahan kedirian manusia secara
terus menerus
kedalam dunia sekelilingnya baik dalam aktivitas fisik maupun
mentalnya. Manusia
tidak bisa menutup diri tinggal diam melainkan bergerak keluar
untuk
mengekspresikan dirinya. Objektivasi adalah suatu realitas baik
material maupun non
material, yang bisa berhadapan dengan para produsennya semula,
dalam suatu bentuk
-
kefaktaan (faktisitas) yang eksternal “yang berada diluar sana”,
sekaligus bisa
merupakan sesuatu yang lain terhadap dan dari produsennya itu
sendiri.
Menurut McQuail cabang dari teori Marxis, diantaranya
political-economic
media theory dan hegemonic theory.
a. Political-Economic Media Theory (teori media ekonomi
politik)
Ini merupakan teori yang dekat dengan Marxisme klasik dimana
teori itu
menyalahkan struktur kepemilikan dalam masyarakat terhadap
penyakit sosial.
Dalam aliran pemikiran ini, isi media adalah suatu komoditas
yang dijual dipasar,
dan informasi yang disebarluaskan diawasi oleh pasar.
b. Hegemonic Theory (teori hagemonik)
Hegemoni adalah dominasi dari suatu ideologi palsu atau cara
berfikir
terhadap cara-cara pemahaman lain. Ideologi tidak disebabkan
oleh sistem
ekonomi itu sendiri dan secara mendalam ditanamkan pada semua
aktivitas
masyarakat. Dengan demikian ideologi tidak dipaksa oleh suatu
kelompok
terhadap kelompok lain, melainkan merembes dan tak disadari.
Ideologi dominan
mengabadikan kepentingan-kepentingan kelas tertentu terhadap
lainnya, dan
dengan jelas media mengambil peran utama dalam proses ini
(Winarso, 2005 :
67).
6. Analisis Framing
Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanyalah konstruksi dari
realitas. Dalam
pandangan positivis, berita adalah informasi. Ia dihadirkan
kepada khalayak sebagai
representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan
ditransformasikan
lewat berita. Tetapi dalam pandangan konstruksionis, berita itu
ibaratnya seperti
-
sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi potret
dari arena pertarungan
antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa (Eriyanto,
2002:24).
Gans (1979) berpendapat, bahwa isi berita tidak hanya
nilai-nilai melainkan
juga ideologi, bahkan jika hal itu berisi ide-ide yang hanya
sebagian dipertimbangkan.
Ia menyebut “kumpulan nilai-nilai ini dan pertimbangan realitas
(reality judgements)
yang berkaitan dengan para-ideologi, khususnya untuk membedakan
hal tersebut dari
seperangkat nilai cermat, terpadu, dan lebih bersifat doktriner
yang biasanya
didefinisikan sebagai ideologi : itulah ideologi” (Winarso,
2005:153).
Berita dalam pandangan Fishman, bukanlah refleksi atau distorsi
dari realitas
yang seakan berada diluar sana. Titik perhatian tentu saja bukan
apakah berita
merefleksikan realitas. Atau apakah berta distorsi atas
realitas. Apakah berita sesuai
dengan kenyataan ataukah bias terhadap kenyataan yang
digambarkannya.
Menurutnya ada dua kecenderungan studi bagaimana proses produksi
berita
dilihat. Pandangan pertama sering disebut sebagai pandanagan
seleksi berita
(selectivity of news). Dalam bentuknya yang umum pandangan ini
sering kali
melahirkan teori seperti gate keeper. Intinya, proses produksi
berita adalah proses
seleksi. Pendekatan kedua adalah pendekatan pembentukan berita
(creation of news).
Dam perspektif ini, peristiwa itu bukan diseleksi, melainkan
sebaliknya dibentuk.
Wartawan lah yang membentuk peristiwa : mana yang disebut berita
dan mana yang
tidak. Peristiwa dan realitas bukanlah diseleksi, malainkan
dikreasi oleh wartawan
(Eriyanto, 2002:100).
Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan juga cenderung
menyertakan
pengalaman serta pengetahuannya yang sudah mengkristal menjadi
skemata
interpretasi (schemata of interpretation). Dengan skema ini pula
wartawan cenderung
menbatasi atau menyeleksi sumber berita, menafsirkan
komentar-komentar sumber
-
berita, serta memberi porsi yang berbeda terhadap tafsir atau
perspektif yang muncul
dalam wacana media. Pada dasarnya pekerjaan media massa dalam
konsep ini adalah
mengkonstruksikan realitas (Sobur, 2002:166).
7. Model Framing Pan dan Kosicki
Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan
mereka
“Framing Analysis: An Approach to News Discourse”
mengoperasionalisasikan
empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing.
Yakni sintaksis, skrip,
tematik, dan retoris. Model ini berasumsi bahwa setiap berita
mempunyai frame yang
berfungsisebagai tempat organisasi ide. Frame merupakan suatu
ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita
(kutipan sumber, latar
informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ) kedalam teks
secara keseluruhan
(Sobur, 2006:175 ).
Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih
menonjol,
menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak
lebih tertuju pada
pesan tersebut.
Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang
saling
berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi framing lebih
menekanan pada
bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Kedua,
konsepsi
sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih menekankan pada
proses internal
seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu
peristiwa dalam cara
pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada
bagaimana
konstruksi social atas realitas. Frame disini dipahami sebagai
proses bagaimana
seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan
pengalaman
sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya
(Eriyanto, 2009:253).
-
Sobur (2006) menuliskan bahwa dalam pendekatan ini perangkat
framing
dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur
Sintaksis. Kedua, struktur
skrip. Ketiga, struktur tematik, dan yang keempat adalah
struktur retoris. Berikut
adalah tebel kerangka framing Pan dan Kosicki.
Tabel 1 KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG
DIAMATI
Sintaksis: Cara wartawan menyusun fakta
1. skema berita
Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan,
penutup
Skrip : Cara wartawan mengisahkan fakta
2. kelengkapan berita 5W + 1H
Tematik : Cara wartawan menulis fakta
1. Detail 2. Maksud kalimat,
hubungan 3. Nominalisasi
antarkalimat 4. koherensi 5. bentuk kalimat 6. kata ganti
Paragraf, proposisi
Retoris : Cara wartawan menekankan fakta
7. leksikon 8. Grafis 9. metafor 10. Pengandaian
Kata, idiom, gambar/foto, grafik
(Sobur, 2006 : 176)
a. Sintaksis
Sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam
wacana berita,
sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita
(headline, lead,
latar informasi, sumber, penutup) dalam satu kesatuan teks
berita secara
keseluruhan (Eriyanto, 2009:257).
Struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis
berhubungan
dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa pernyataan, opini,
kutipan,
-
pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan kisah berita
(Sobur,
2006:175).
b. Skrip
Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita atau
bertutur yang dipakai
wartawan dalam mengemas peristiwa. Laporan berita sering disusun
sebagai suatu
cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita
yang berusaha
menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan
kelanjutan dari
peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai
orientasi
menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal
pembaca. Bentuk
umum dari struktur skrip ini adalah 5W + 1H (who, what, when,
where, why dan
how). Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap
berita yang
ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh
wartawan untuk
dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda
framing yang
penting (Eriyanto, 2009:260).
c. Tematik
Struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan
mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat, atau
hubungan antar
kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini
akan melihat
bagaimana pemahaman itu diwujudkan kedalam bentuk yang lebih
kecil (Sobur,
2006:176).
Dalam menulis berita wartawan mempunyai tema tertentu atau
suatu
peristiwa. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat
tematik ini.
Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan antar kata,
proposisi atau
-
kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan
fakta yang
berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga
fakta yang
tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika
seseorang
menghubungkannya (Eriyanto, 2002:263).
d. Retoris
Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya
atau kata
yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin
ditonjolkan oleh
wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat
citra,
meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan
gambaran yang
diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana
berita juga menunjukkan
kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu
kebenaran
(Eriyanto, 2002:264).
F. DEFINISI KONSEPTUAL
1. AREMA
Arema merupakan sebuah Tim sepakbola dari kota Malang yang
didirikan pada tahun
1987 oleh Purnawirawan Acub Zainal yang pada waktu itu menjabat
sebagai Gubernur
Papua. Tim berlogo Singa ini mulai tahun 1987 hingga sekarang
menggantungkan
seluruh biaya kompetisi dari dana sponsor dan hasil tiket
supporter serta merchandise.
Karena Arema bukan milik pemerintah, dan Sebagai klub
professional pertama di
-
Indonesia, Arema sering kali dijadikan contoh oleh banyak klub
baik klub dari super
league maupun divisi-divisi dibawahnya.
Meskipun dijadikan panutan oleh klub-klub bola Indonesia ,arema
masih saja diterpa
masalah internal baik financial maupun kisruh pembayaran gaji
pemain. Dan yang paling
hangat diberitakan saat ini adalah masalah dualisme
kepemilikan.
2. MEDIA MASSA
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai
dipergunakan pada tahun 1920-an
untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain
untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari,
istilah ini sering disingkat
menjadi media.
G. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Analisis Framing untuk
mengetahui
bagaimana realitas dikonstruksi oleh media. Analisis framing
secara sederhana dapat
digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas
(peristiwa, aktor,
kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Disini realitas
sosial dimaknai dan
dikonstruksi dengan makna tertentu. (Eriyanto, 2002 : 3).
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana
data yang
terkumpul berbentuk kata-kata, gambar-bambar, dan kalaupun ada
angka-angka,
sifatnya hanya sebagai penunjang data penelitian. (Chairun
Nasirin, 2009 : 14).
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah pemberitaan tentang Pemberitaan
Kisruh
Manajemen Organisasi Dan Pemain Klub sepak Bola AREMA Pada Surat
Kabar
Harian Surya dan Sportivo Radar Malang Edisi Bulan Juli
2011.
Tabel I
-
Objek Penelitian
No Edisi Pemberitaan Surya Pemberitaan Radar malang
1 13 Juli 2011 Sam Ikul Berang
Yayasan Kisruh
2 15 juli 2011 Cari Ketua Yayasan Sinyal konflik mereda
3 18 juli 2011 Bingung Dana Rendra berhak diyayasan arema
4 19 juli 2011 Yayasan Makin Kisruh dua jendral pimpin arema
5 20 juli 2011 Kubu Rendra Meradang sebulan susunan pengurus
6 25 Juli 2011 Pengurus Belum Jelas Dua jendral tunggu konflik
reda -
7 26 juli 2011 Abriadi didepak -
8 28 juli 2011 Ajak damai Rendra-M.Nur
9 29 juli 2011 Rendra Legal Rendra Legal
10 30 juli 2011 Desak Rendra terbuka -
-
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan:
a. Data Primer dengan cara mendokumentasikan berita-berita
terkait kisruh
manajemen organisasi dan pemain klub sepak bola Arema dalam
edisi bulan juli
2011 pada surat kabar harian Surya dan Sportivo Radar.
b. Data Sekunder diperoleh dari kepustakaan yang ada baik dari
buku, data
pendukung dari internet seperti artikel maupun lainnya.
4. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan
menggunakan model analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki.
Analisis ini menjadi pilihan peneliti karena merupakan analisis
terlengkap elemenya
dalam membedah suatu berita. Data-data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini akan
dianalisis dengan menggunakan elemen sintaksis (cara wartawan
menyusun fakta),
Skrip (cara wartawan mengisahkn berita), tematik (cara wartawan
menulis fakta), dan
retoris (cara wartawan menekankan fakta).