1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stevia rebaudiana adalah tanaman herbal yang berasal dari Amerika Selatan (Paraguay dan Brazil). S. rebaudiana mengandung senyawa diterpen glikosida. Kandungan senyawa diterpen glikosida utama dalam tanaman S. rebaudiana adalah steviosida (6-10%) dan rebaudiosida A (2-4%) (Pól dkk., 2007). Senyawa steviosida dan rebaudiosida A memiliki kemiripan struktur kimia. Karena mengikat sejumlah molekul glukosa, kedua senyawa memiliki polaritas yang tinggi dan terlarut dalam akuades. Perbedaan struktur kimia kedua senyawa hanya pada jumlah glukosa yang terikat pada atom C-13. Rebaudiosida A mengikat 3 molekul glukosa pada atom C-13, sedangkan steviosida mengikat 2 molekul glukosa. Struktur tersebut menyebabkan rebaudiosida A sedikit lebih polar daripada steviosida. Struktur kimia steviosida dan rebaudiosida A ditunjukkan pada Gambar 1. Metode analisis kuantitatif kedua analit sangat perlu untuk dikembangkan berkaitan dengan beberapa faktor seperti: steviosida sangat potensial dikembangkan sebagai kandidat obat antidiabetes tipe 2 karena memiliki bioaktivitas antihiperglikemik yang berarti (Gregersen dkk., 2004). Bioaktivitas steviosida dan atau rebaudiosida A yang lain adalah antikanker (Takasaki dkk., 2009), antidiare (Wang dkk., 2014), imunomodulator (Sehar dkk., 2008), dan antioksidan (Hajihashemi dan Geuns, 2013; Kim dkk, 2011). Bioaktivitas kedua
15
Embed
BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103060/potongan/S3-2016... · Stevia rebaudiana adalah tanaman herbal yang berasal dari Amerika Selatan (Paraguay
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stevia rebaudiana adalah tanaman herbal yang berasal dari Amerika
Selatan (Paraguay dan Brazil). S. rebaudiana mengandung senyawa diterpen
glikosida. Kandungan senyawa diterpen glikosida utama dalam tanaman S.
rebaudiana adalah steviosida (6-10%) dan rebaudiosida A (2-4%) (Pól dkk.,
2007). Senyawa steviosida dan rebaudiosida A memiliki kemiripan struktur kimia.
Karena mengikat sejumlah molekul glukosa, kedua senyawa memiliki polaritas
yang tinggi dan terlarut dalam akuades. Perbedaan struktur kimia kedua senyawa
hanya pada jumlah glukosa yang terikat pada atom C-13. Rebaudiosida A
mengikat 3 molekul glukosa pada atom C-13, sedangkan steviosida mengikat 2
molekul glukosa. Struktur tersebut menyebabkan rebaudiosida A sedikit lebih
polar daripada steviosida. Struktur kimia steviosida dan rebaudiosida A
ditunjukkan pada Gambar 1.
Metode analisis kuantitatif kedua analit sangat perlu untuk dikembangkan
berkaitan dengan beberapa faktor seperti: steviosida sangat potensial
dikembangkan sebagai kandidat obat antidiabetes tipe 2 karena memiliki
bioaktivitas antihiperglikemik yang berarti (Gregersen dkk., 2004). Bioaktivitas
steviosida dan atau rebaudiosida A yang lain adalah antikanker (Takasaki dkk.,
2009), antidiare (Wang dkk., 2014), imunomodulator (Sehar dkk., 2008), dan
antioksidan (Hajihashemi dan Geuns, 2013; Kim dkk, 2011). Bioaktivitas kedua
2
senyawa aktif bersifat dose-dependent (Gregersen dkk., 2004; Kujur dkk., 2010;
Melis dkk., 1991; Jepersen dkk., 2000). Oleh karena itu, aspek kuantitatif sangat
penting diperhatikan dalam pengembangan penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan senyawa aktif steviosida dan rebaudiosida A terhadap
bioaktivitasnya.
Aspek lain pentingnya pengembangan studi metode analisis kuantitatif
steviosida dan rebaudiosida A adalah pemanfaatan steviosida dan rebaudiosida A
yang memiliki karakteristik kemanisan tinggi (300× lebih dibanding sukrosa) dan
rendah kalori sebagai pemanis alami di beberapa negara (Liu dkk., 2010);
berhubungan dengan berbagai regulasi yang mengatur kadar steviosida dan
rebaudiosida A yang diijinkan serta batasannya (Well dkk., 2013); serta nilai
Gambar 1. Struktur kimia (a) steviosida (BM = 804 g/mol) dan (b) rebaudiosida A
(BM = 966 g/mol)
(a) (b)
3
keekonomian ekstrak terpurifikasi steviosida dan rebaudiosida A ditinjau dari
aspek kuantitatif senyawa analit (Gardana dkk., 2010). Lebih jauh, saat ini,
Indonesia belum memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai acuan untuk
metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A baik dalam daun S.
rebaudiana, ekstrak dan atau ekstrak terpurifikasi yang mengandung kedua analit
maupun dalam produk komersial yang mengandung kedua analit meskipun telah
mengijinkan pemanfaatan kedua senyawa sebagai pemanis alami (BPOM, 2014).
Penelitian Martono dkk. (2012) menunjukkan bahwa kemurnian dalam
proses kristalisasi steviosida dan rebaudiosida A sangat dipengaruhi oleh kadar
kedua analit dalam bahan baku daun S. rebaudiana dan setiap tahap prosesnya.
Oleh karena itu, aplikasi metode analisis kuantitatif untuk penetapan kadar kedua
analit dalam daun S. rebaudiana sangat diperlukan dalam kaitannya untuk
keberhasilan proses kristalisasi baik steviosida maupun rebaudiosida A atau
kedua-duanya. Penelitian Martono dan Hastuti (2013) serta Martono dan Soetjipto
(2014) juga menunjukkan bahwa produk simulasi minuman Stevia yang
dikembangkan berpotensi sebagai minuman fungsional antidiabetes. Bioaktivitas
produk simulasi minuman stevia sangat dipengaruhi oleh kadar senyawa analit
yang terkandung di dalamnya. Kadar senyawa analit dalam produk simulasi
minuman tergantung pada kadar kedua analit dalam daun S. rebaudiana sebagai
bahan bakunya. Oleh karena itu, penetapan kadar kedua analit baik dalam daun S.
rebaudiana maupun dalam produk simulasi minuman Stevia sangat diperlukan
dalam kaitannya dengan standardisasi produk simulasi minuman Stevia berdasar
kadar kedua analit.
4
Berbagai metode analisis steviosida dan rebaudiosida A telah
dikembangkan. Sebagian besar metode analisis kuantitatif steviosida dan
rebaudiosida A berbasis pada metode High Performance Liquid Chromatography
(HPLC). Metode HPLC fase normal (normal phase, NP-HPLC) yang
dikembangkan dapat memisahkan kromatogram steviosida dan rebaudiosida A
secara sempurna (Kolb dkk., 2001; Dacome dkk., 2005). Namun demikian,
pengkondisian kolom membutuhkan waktu yang panjang, selain itu keterulangan
waktu retensi analisis sangat bervariatif sehingga reprodusibilitas metode analisis
kurang (Bergs dkk., 2012). Metode HPLC fase terbalik (reversed phase, RP-
HPLC) dengan sistem elusi gradien juga dapat memisahkan kromatogram
steviosida dan rebaudiosida A dengan baik (Cacciola dkk., 2011; Jaworska dkk.,