BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Menerjemahkan merupakan suatu kegiatan memindahkan maksud atau pesan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan padanan sedekat mungkin, sebagaimana dikemukakan oleh Nida dan Taber bahwa menerjemahkan berarti menciptakan padanan yang paling dekat dengan bahasa penerima terhadap bahasa sumber pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya bahasa. 1 Menerjemahkan tidak hanya memindahkan maksud atau pesan, akan tetapi juga mampu menyampaikan pesan secara tepat atau tidak. Sebagai seorang penerjemah harus pandai dalam memilih padanan, agar naskah yang diterjemahkan enak dibaca dan mudah dimengerti oleh pembaca. Apabila seorang penerjemah pandai dalam memilih padanan, maka naskah yang dihasilkan seolah-olah bukan terjemahan. Dalam sebuah penerjemahan, kita akan menjumpai banyaknya kendala dalam mencari padanan yang tepat dan benar. Kendala itu muncul ketika seorang penerjemah mempertahankan bentuk dan strukturnya dalam bahasa sumber, dengan tujuan untuk memindahkan bentuk dan struktur itu kedalam bahasa sasaran. Sedangkan bagi penerjemah yang baik yang mengerti tentang hakikat penerjemah, tentu seorang penerjemah akan memilih padanan yang tepat, benar dan tidak keluar dari konteks. Misalnya saat menerjemahkan partikel preposisi ﻠﻰ ﻋdalam bahasa Arab. Partikel ini mempunyai variasi makna yaitu: ﻠﻰ ﻋyang bermakna ءﻼﻌﺘﺳﺈﻟ ا, ﻠﻰ ﻋyang bermakna ﻲ ﻓ, ﻋ ﻠﻰyang bermakna ,ﺎﺼﻤﻟ اﺔﺒ ﺣﻠﻰ ﻋyang bermakna اكرﺪﺘﺳﺈﻟ ا, ﻠﻰ ﻋyang bermakna ﻦ ﻋ/ﺎوزةﺠﻤاﻟ, ﻠﻰ ﻋyang bermakna ﻦﻣ, ﻰﻠ ﻋyang bermakna طﺮ ﺷdan ﻰﻠ ﻋyang bermakna ﺪﻴآ ﱠﻮﻟﺘ ا.Variasi makna ﻠﻰ ﻋtersebut memperlihatkan suatu perubahan pada ujud penggunaan makna sesuai dengan konteks. 1 Eugene A. Nida dan Charles R. Raber, The Theory and Practice of Translation, (Leiden: UBS, 1974), h. 1. 1
48
Embed
BAB I - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5961/1/ADE ERNAWATI... · Misalnya saat menerjemahkan partikel preposisi َﻰﻠَﻋ dalam bahasa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Menerjemahkan merupakan suatu kegiatan memindahkan maksud atau pesan bahasa sumber
ke dalam bahasa sasaran dengan padanan sedekat mungkin, sebagaimana dikemukakan oleh
Nida dan Taber bahwa menerjemahkan berarti menciptakan padanan yang paling dekat dengan
bahasa penerima terhadap bahasa sumber pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya
bahasa.1
Menerjemahkan tidak hanya memindahkan maksud atau pesan, akan tetapi juga mampu
menyampaikan pesan secara tepat atau tidak. Sebagai seorang penerjemah harus pandai dalam
memilih padanan, agar naskah yang diterjemahkan enak dibaca dan mudah dimengerti oleh
pembaca. Apabila seorang penerjemah pandai dalam memilih padanan, maka naskah yang
dihasilkan seolah-olah bukan terjemahan. Dalam sebuah penerjemahan, kita akan menjumpai
banyaknya kendala dalam mencari padanan yang tepat dan benar. Kendala itu muncul ketika
seorang penerjemah mempertahankan bentuk dan strukturnya dalam bahasa sumber, dengan
tujuan untuk memindahkan bentuk dan struktur itu kedalam bahasa sasaran. Sedangkan bagi
penerjemah yang baik yang mengerti tentang hakikat penerjemah, tentu seorang penerjemah
akan memilih padanan yang tepat, benar dan tidak keluar dari konteks.
Misalnya saat menerjemahkan partikel preposisi على dalam bahasa Arab. Partikel ini
mempunyai variasi makna yaitu: على yang bermakna على , الإستعالء yang bermakna لىع , في yang
bermakna ,على حبة المصا yang bermakna على , الإستدراك yang bermakna yang على ,المجاوزة/ عن
bermakna على ,من yang bermakna على Variasi makna. التوآيد yang bermakna على dan شرط
tersebut memperlihatkan suatu perubahan pada ujud penggunaan makna sesuai dengan konteks. 1Eugene A. Nida dan Charles R. Raber, The Theory and Practice of Translation, (Leiden: UBS, 1974), h. 1.
1
Lihat contoh terjemahan partikel على pada kalimat berikut.
.1 در نسل ورجا فرج تحصين البصر غض النكاح فوائد
آذااستراحة العبادة على تقوية آذا القلب صفيةت
واآتف فراع النفس رياضة والتكلف المنزل تدبير من
الجنان إلى يشوقه الذي على اإلنسان والطالع ايضا والغني
حال آل في حقوقها وعن الحالل عن العجز آفاته
Beberapa kegunaan menikah adalah dapat memejamkan penglihatannya
Menjaga farji dan mengharap keturunan yang baik
Hati ini agar menjadi bersih dan kuat
Untuk ibadah, demikian juga beristirahat
Dari mengatur rumah tangga, sampai berusaha keras
Untuk melatih diri, agar hidup merasa puas
Kaya harta orang menjadi suka beramal
Melihat sesuatu menuju surga yang kekal
Bahaya menikah, orang lemah mencari yang halal
Lemah juga mendatangkan hak istri, dalam setiap permasalahan
Preposisi على pada contoh di atas diterjemahkan dengan ragam makna yang
berbeda. Preposisi pada bait kedua diartikan ”untuk” yang menentukan waktu. Dalam
bahasa Arab disebut isim zaman. Sedangkan pada bait keempat preposisi على tidak
diartikan.
Lihat contoh no.2 pada kalimat berikut.
.قال آما او العيال على السعى اال والجهاد ومص وال صالة ها يكفر ال الذنوب من وسلم عليه اهللا صلى وقال.2
2
“ Rasullah saw bersabda: termasuk dosa-dosa yang tidak dapat ditebus dengan salat,
puasa dan berjihad, melainkan memberi nafkah (kehidupan) kepada keluarga. Atau
seperti sabda beliau”.
Makna preposisi على di atas diartikan sebagai kepada, yang menentukan sebuah
tujuan tertentu. Tujuan tertentunya adalah keluarga.
Bandingkan dengan contoh no.3 berikut.
آلها الدنيا ملكت امراة لوان يقول وسلم عليه اهللا صلى ىالنب سمعت عنه اهللا رضى عفان بن عثمان وقال .3
.فرعون مع وحشرها عملها اهللا احبط اال عليه بذلك منت ثم زوجها على وانفقتها
seorang wanita memiliki dunia dan sesisinyadan ia menafkahkannya kepada
suaminya, kemudian ia mengungkit-ungkit itu terhadap suaminya, maka Allah
melebur amal dan menggiringnya bersama Fir’aun.
Makna preposisi على pada contoh no.3 di atas diartikan “kepada”, makna
gramatikal preposisi على sama dengan preposisi إلى yang menentukan sebuah tujuan.
Berdasarkan alasan di atas, penelitian tentang preposisi sangat menarik untuk dibahas.
Preposisi على ternyata tidak hanya diartikan dengan ”di atas”, ”atas” dan ”alasan”. Akan tetapi
memiliki variasi atau ragam makna yang lain. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “MAKNA PREPOSISI على DALAM BUKU TERJEMAHAN
QURRAH AL-‘UYÛN OLEH MOH. AFANDI”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Batasan penelitian adalah hanya pada bab muqodimah pada pasal-pasal:
3
1. Beberapa hukum pernikahan
2. Kegunaan dan bahaya menikah,
3. Melangkah kejenjang pernikahan,
4. Waktu bersenggama,
5. Adab bersenggama dan cara yang lebih utama serta segala hal yang berhubungan erat
dengannya.
Sedangkan rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana variasi makna preposisi على dalam buku terjemahan Qurrah al- ’Uyûn?
2. Bagaimana jenis makna preposisi على dalam buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn?
3. Apa metode yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan preposisi ىعل dalam
buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui variasi makna preposisi على dalam buku terjemahan Qurrah al-
’Uyûn.
2. Untuk mengetahui jenis makna preposisi على dalam buku terjemahan Qurrah al-
’Uyûn.
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan
preposisi على dalam buku terjemahan Qurrah al-‘Uyûn.
Sedangkan manfaatnya adalah:
Penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis
memberikan pengetahuan terhadap teori mengenai preposisi dalam bahasa Arab khususnya dan
4
penerjemahan dalam bahasa Arab. Secara praktis dapat memberikan kekayaan, wawasan ilmu
pengetahuan bagi penerjemah, penulis, dan pengajar bahasa Arab.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian Siti Zahroh tentang padanan preposisi عن dalam bahasa Indonesia: Studi kasus
teks al-qur’an juz 30 dan terjemahannya, 2002. Penelitiannya ini menganalisis salah satu
preposisi bahasa Arab. Fokus عن dengan mengambil korpus al-qur’an.
Selain itu penelitian lain tentang preposisi Arab dilakukan oleh Ummu Salamah mengenai
padanan preposisi من dalam bahasa Indonesia: Studi kasus teks al-qur’an juz 30, 2002 dan Irfan
Suhada tentang preposisi فى dalam al-qur’an studi kasus semantis dan padanan dalam bahasa
Indonesia, 2005. Penelitian yang senada dilakukan oleh Arifin tentang preposisi Li dan
padanannya dalam bahasa Arab, 2005.
Penelitian terdahulu pada umumnya menganalisis jenis preposisi yang berbeda dengan
peneliti dan menjadikan penerjemahan al-qur’an sebagai korpus penelitian. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada pilihan jenis preposisi yang diteliti, dimana
peneliti memilih preposisi على sebagai objek kajian. Perbedaan lainnya adalah pada korpus
penelitian. Bila peneliti terdahulu menggunakan terjemahan al-qur’an, dalam penelitian ini
peneliti mengambil buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn oleh Moh.Afandi sebagai korpus
penelitian.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semantik. Pengumpulan
data diambil dari buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn dengan tahapan sebagai berikut. Pertama
5
Penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Disertasi) yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh
Center of Quality Development and Assurance (CEQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bab yang memayungi topik
penelitian ini, dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat masalah, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II menyajikan teori penerjemahan yang terdiri dari variasi makna, preposisi على
dalam bahasa Arab, dan teori penerjemahan.
Bab III sekilas tentang buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn.
Bab IV berupa analisis makna على dalam buku terjemahan Qurroh al-’Uyun secara
tepat dan benar.
Bab V merupakan bab terakhir berupa kesimpulan.
6
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian makna dalam semantik
Bidang yang mengkaji dan menganalisis tentang makna kata atau kalimat suatu bahasa
dikenal dalam ilmu semantik. Dalam bahasa Arab Umar mendefinisikan semantik sebagai
berikut
.المعنى نظرية يتناول الذي اللغة علم من الفرع كذل أو المعنى، يدرس الذي أوالعلم المعنى، دراسة إنه
7
Semantik adalah studi tentang makna atau ilmu yang mempelajari tentang makna atau
merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang teori makna.2
Dari sejumlah definisi semantik yang ditemukan, Verhaar mendefinisikan semantik sebagai
teori makna atau teori arti.3 Demikian juga Lyon mendefinisikan semantik dengan penyelidikan
makna.4 Sementara J.D. Parera juga mengemukakan bahwa semantik adalah ilmu tentang
makna.5
Menurut Frans Sayogie batasan-batasan makna terdiri dari tiga unsur, diantaranya: (1)
Makna ialah hasil hubungan antara bahasa dan dunia luar, (2) Penentuan hubungan terjadi karena
kesepakatan para pengguna bahasa, (3) Perwujudan makna itu dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti.6 Huford Heasley mengemukakan
bahwa pemahaman makna dan pengacuan adalah pada inti kajian makna itu sendiri. Ide
pengacuan mudah dimengerti, akan tetapi beda dengan ide makna yang sulit untuk dimengerti.7
Dalam Kamus linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi empat bagian.8
1. Maksud pembicara;
2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau
kelompok manusia;
2Umar Mukhtar, Ilmu al Dilâlâh, (Kuwait: Maktabah Dar al ‘Arabiyah li al-Nasri wa al-Tauzi’, 1987), h. 11. 3J.W.M. Verhaar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: UGM Press, 1989), h.123. 4John Lyon, Pengantar Teori Linguistik, terj. 1 Soetikno, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 393. 5J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 1991), h.14. 6Frans Sayogie, Penerjemahan Teks Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga
Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuallah Jakarta, 2008), h. 130.
7Hufrod Heasley, Semantic a Coursebook, (Cambridge: University press, 2007), h. 304. 8Harimurti Kridalaksana, Kamus linguistik, (Jakarta: Gramedia, 1993), h. 132.
8
3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara
ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan
4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
Mansur pateda mengemukakan bahwa pendekatan teori makna terdiri dari dua teori yaitu:
(1) Referensial (Analitik), dan (2) operasional.
Dari kedua teori tersebut dapat dipahami bahwa dalam pendekatan referensial (analitik) ini
ingin mencari makna dengan cara menguraikannya atas segmen-segmen utama. Sedangkan
pendekatan operasional lebih menekankan, bagaimana kata dioprasikan di dalam tindak fonasi
sehari-hari.9 Menurut Ogden dan Richard makna adalah suatu sifat intrinstik yang mempunyai
suatu hubungan khas yang tidak teranalisis dengan hal-hal atau benda-benda lain, dimana makna
itu sendiri mempunyai konotasi pada masing-masing kata.10
B. Jenis-jenis makna
1. Makna leksikal, makna gramatikal dan makna kontekstual
Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan makna referennya, makna yang sesuai
dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan
kita.11
9Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka cipta, 2001), h. 86. 10Ogden dan Richard, The Meaning of Meaning, (London: Broadway House, 1923), h. 193. 11Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) cet. Kedua edisi revisi, h. 60.
9
Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya makna gramatika seperti
proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu
konteks.12
2. Makna referensial dan nonreferensial
Makna referensial adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia
di luar bahasa, apakah objek atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis
komponen.Sedangkan nonreferensial adalah kata-kata itu tidak mempunyai referen.
3. Makna denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif sering disebut dengan makna denotasional, makna konseptual, atau makna
kognitif karena dilihat dari sudut lain. Pada dasarnya makna denotatif sama dengan makna
referensial, sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan
hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran , perasaan atau pengalaman lain.
Denotasi ini menyangkut informasi-informasi faktual objek. Makna denotatif sering disebut juga
makna sebenarnya atau makna kamus.
Makna konotatif disebut juga dengan makna konotasional, makna emotif, atau makna
evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon mengandung
nilai-nilai emosional.13 Makna konotatif yaitu makna yang mempunyai nilai rasa, baik positif
ataupun negatif.
4. Makna konseptual dan makna asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan kosepnya, makna yang sesuai dengan
referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun.
12Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 290. 13Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), cet. Ke-15, h. 29.
10
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa.
5. Makna idiom dan makna pribahasa
Makna idiom adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frase, atau kalimat) yang
menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya.
Makna pribahasa adalah semua bentuk bahasa yang (kata, frase, kalimat) yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif).14
6. Makna afektif
Dalam makna ini menjelaskan bahwa makna afektif yaitu makna yang muncul akibat reaksi
pendengar atau pembanca terhadap penggunaan kata atau kalimat.
7. Makna ekstensi
Jenis makna ini adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau konsep. Dalam makna
ini meliputi semua konsep yang ada dan kemungkinan muncul dalam kata.
8. Makna itensi
Pada jenis makna ini mengartikan bahwa makna yang menekankan maksud pembicara.
9. Makna kiasan
Makna kiasan yaitu pemakaian kata yang yang maknanya tidak sebenarnya. Akan tetapi
kalau dipikir secara mendalam makna tersebut masih ada kaitan dengan makna sebenarnya.15
C. Perubahan makna
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna, yaitu:
1) Perkembangan dalam ilmu dan teknologi
14Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 60-77. 15Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 97,100,105,108.
11
Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Sebuah kata yang tadinya mengandung
konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang
dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru, atau teori baru dalam satu bidang
ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Perubahan makna kata sastra dari
makna ’tulisan’ sampai pada makna ’karya imaginatif’ adalah salah satu contoh perkembangan
bidang keilmuan. Akibat perkembangan teknologi kita lihat kata berlayar yang pada awalnya
bermakna ’perjalanan di laut (di air) dengan menggunakan perahu atau kapal yang bergerak
dengan tenaga layar’. Kapal-kapal besar tidak lagi menggunakan layar, tetapi sudah
menggunakan tenaga mesin, malah juga tenaga nuklir, namun kata berlayar masih digunakan.
Malah ada lagi bagi umat Islam di Indonesia kata berlayar diberi makna ’pergi menunaikan
ibadah haji ke Mekkah’. Meskipun perjalanan ke Mekkah sudah tidak menggunakan kapal laut,
sudah diganti dengan kapal terbang, masih terdengar ucapan’insaAllah tahun depan kami akan
berlayar’ belum terdengar ’insaAllah tahun depan kami akan terbang.16
2) Perkembangan sosial dan budaya
Perkembangan sosial dan budaya sama dengan yang terjadi sebagai akibat perkembangan
dalam bidang ilmu dan teknologi, sebuah kata mulanya bermakna ’A’, lalu berubah menjadi
bermakna ’B’, atau ’C’. Bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna yang dikandungnya
sudah berubah. Seperti kata saudara dalam bahasa sanskerta bermakna ’seperut’ atau ’satu
kandungan’. Kini kata saudara , walaupun masih digunakan dalam arti ’orang yang lahir dari
kandungan yang sama’ seperti dalam kalimat saya mempunyai saudara di sana, tetapi dapat
16Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 97,100,105,108.
12
digunakan juga untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus
sosial yang sama.
3) Perbedaan bidang pemakaian
Pada bagian di atas sudah dibicarakan bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan
memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam
bidang tersebut. Contohnya dalam bidang pertanian ada kata-kata benih, menuai, panen,
menggarap, membajak, menabur, menanam, pupuk, hama. Dalam bidang pendidikan formal di
sekolah ada kata-kata murid, guru, ujian menyalin, menyontek, membaca dan menghafal.
Dari contoh di atas kata-kata itu jadi mempunyai arti lain yang tidak sama dengan arti dalam
bidang atau lingkungan asli. Hanya perlu dilihat bahwa makna baru kata tersebut masih ada
kaitannya dengan makna asli yang digunakan dalam bidang asalnya. Kata-kata tersebut
digunakan dalam bidang lain secara metaforis, atau secara perbandingan. Seeperti kata
menggarap dalam frase menggarap skripsi adalah digunakan secara metaforis sedangkan
menggarap dalam frase menggarap sawah bukan secara metaforis. Jadi, makna kata yang
digunkan bukan dalam bidnagnya itu makna yang digunakan di dalam bidang asalnya masih
berada dalam poliseminya karenaa makna-makna tersebut masih saling berkaitan atau masih ada
persaman antara makna yang satu dengan makna yang lain.17
4). Adanya asosiasi
Kata-kata yang digunakan di luar bidangnya, seperti dibicarakan di atas masih ada
hubungannya atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan pada bidang asalnya.
Misalnya kata mencatut berasal dari bidang atau lingkungan perbengkelan dan pertukangan
mempunyai makna’bekerja dengan menggunakan catut’. Seperti mencabut paku dengan mudah.
Berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat penggguna dalam bidang yang 17 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.135.
13
lain, makna baru muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkaitan dengan
kata tersebut. Contoh kata amplop yang berasal dari bidang administrasi atau surat menyurat,
maka asalnya adalah ’sampul surat’. Amplop itu selain biasa dimasukkan tetapi bisa pula
dimasukkan benda lain, misalnya uang. Seperti dalam kalimat beri aja amplop maka urusan pasti
beres. Kata amplop disitu bermakna ’uang’ sebab kata amplop yang dimaksud bukan berisi surat
atau tidak berisi apa-apa, melainkan uang sebagai sogokan. Asosiasi antara amplop dengan uang
ini adalah berkenaan dengan wadah. Jadi menyebut wadahnya yaitu amplop tetapi yang
dimaksud adalah isinya, yaitu uang.
5) Pertukaran tanggapan indera
Dalam penggunaan bahasa banyak kasus pertukaran tanggapan antara indra yang satu
dengan indra yang lainya. Misalnya rasa pedas yang seharusnya ditanggap oleh alat perasa lidah,
tertukar menjadi ditanggap oleh alat indra pendengaran seperti tampak pada ujaran kata-katanya
cukup pedas. Pertukaran alat indra penanggap, biasa disebut dengan istilah sinestesia. Istilah ini
berasal dari bahasa yunani sun artinya’sama’ dan aisthetikas artinya ’tampak’.18
6) Perbedaan tanggapan
Unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang
tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat,
maka banyak kata yang memiliki nilai rasa rendah atau kurang mengenakan dan ada juga yang
memiliki nilai rasa tinggi atau mengenakan. Kata-kata yang nilainya merrosot menjadi rendah
biasanya disebut dengan penoratif, sedangkan kata-kata yang nilainya naik menjadi tinggi
disebut dengan amelioratif. Contoh kata bini dianggap peyoratif, sedangkan kata istri disebut
dengan amelioratif. Perkembangan pandangan hidup yang biasanya sejalan dengan
18 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 137-138.
14
perkembangan budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya perubahan nilai rasa
peyoratif atau amelioratif sebuah kata.
7) Adanya penyingkatan
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan,
maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti
maksudnya. Contonhya kalau dikatakan ayahnya meninggal tentu maksudnya adalah meninggal
dunia. Bentuk meninggal merupakan singkatan dari ungkapan meninggal dunia. Penyingkatan ini
bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi, sebab makna atau konsep itu tetap, yang
terjadi adalah perubahan bentuk kata.
8) Proses gramatikal
Terjadinya proses gramatikal yaitu dengan adanya afiksasi, reduplikasi dan komposisi
(gabungan kata) akan meyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Akan tetapi dalam hal ini
yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna, sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai
hasil proses gramatikal.19
9) Pengembangan istilah
Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan
memanfaatkan kosakta bahasa Indonesia yang ada dengan memberi makna baru, entah dengan
menyempitkan makna kata tersebut, meluaskan atau memberi makna baru. Contoh kata papan
19 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 139-140.
15
yang semula bermakna ’lempengan kayu (besi,dan sebagainya) tipis, kini diangkat menjadi
istilah untuk makna perumahan.20
Dari beberapa faktor di atas, secara sinkronis disebutkan bahwa makna kata tidak akan
berubah, sedangkan secara diakronis makna kata akan ada kemungkinan bisa berubah.
Di bawah ini akan disebutkan beberapa jenis perubahan makna, yaitu:
a. Meluas
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang
pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena faktor menjadi memiliki
makna-makna lain.21
b. Menyempit
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada
mulanya mempunyai makna yang luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah
makna saja.
c. Perubahan total
Perubahan total adalah perubahan sebuah makna kata dari makna asalnya.
d. Penghalusan (eufemia)
Penghalusan terjadi ketika sebuah makna kata mengalami perubahan makna yang
meluas, menyempit, atau berubah secara total.
e. Pengasaran
Pengasaran yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna
biasa dengan kata yang maknanya kasar.22
D. Preposisi على dalam Bahasa Arab
20 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 140. 21 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 141-145.
22 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 145.
16
1. Pengertian Preposisi
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain , terutama nomina
sehingga membentuk frase eksosentris direktif.23 Preposisi disebut juga dengan partikel yang
dalam bahasa tipe VO biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata
lain dalam ikatan eksosentris.24 Dari aspek semantisnya, preposisi disebut kata depan yaitu
menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan
konstituen di belakangnya. Preposisi dilihat dari sintaksisnya yaitu preposisi berada di depan
nomina, adjektifa, atau adverbia sehingga terbentuk frase yang dinamakan frase preposisional. 25
Preposisi juga disebut dengan partikel atau kata tugas yang hanya mempunyai makna gramatikal
tidak mempunyai makna leksikal. Oleh sebab itu preposisi tidak mempunyai fungsi dan makna
dalam struktur sintaksis.26
Preposisi (kata depan) dalam bahasa Arab disebut dengan harf jar. Harf jar istilah yang
dipergunakan untuk menggambarkan kata itu sebagai partikel atau kata tugas yang menyebebkan
munculnya bunyi kasroh ( -- ) karena dalam kasus genetif. Preposisi (kata depan) terbagi menjadi
dua, diantaranya:
a. Kata depan yang tak dapat dipisahkan
Kata depan yang tak dapat dipisahkan yaitu kata yang terdiri satu huruf yang selalu
terikat dengan kata berikutnya. Kata depan yang tak dapat dipisahkan yaitu:
الدين بذات فعليك :yang diatikan di, oleh, dengan. Contoh ب .1
diartikan demi hanya digunakan dalam sumpah dengan nama Allah ت .2
yang maha kuasa.
23Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 49. 24Harimurti kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), cet.3 h. 177.
25Hasan Alwi. dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 288. 26Sri Nardiati, dkk. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1996), h.11.
17
.diartikan demi untuk suatu sumpah dengan menyebutkan nama-nama biasa و .3
:diartikan untuk, karena kata depan yang digunakan untuk menyatakan milik. Contoh ل .4
فقر ومن تزوجها لما لها لم يجده اال
Barang siapa yang menikahi wanita karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah
sesuatu padanya melainkan kefakiran.
البدر :diartikan seperti, bagaikan, contoh ك .5
ليلة آالقمر
Bagaikan rembulan di malam purnama
b. Kata depan yang terpisah
Kata depan yang terpisah yaitu kata yang berdiri sendiri, baik yang berupa partikel atau
kata benda dalam akusatif. Kata depan yang terpisah yaitu:
:yang bermakna ’ sampai’, ’kepada’, ’ke’ contoh إلى .1 اهللا عليه وسلم جاء رجل الى النبي صلى
Seorang lelaki datang kepada Rasulallah saw.
موارد يوردوه حتى الهلكة :hingga’ atau ’sampai’ contoh ’ حتى .2
Hingga mereka terjerumus ke tempat kehancuran
حجر المهردون فساد على :yang bermakna’ di atas’, ’atas’, ’kepada’ contoh على .3
Atas kerusakan maskawin, tak ada yang mencekalnya
عنها اهللا رضي ئشة عا عن :yang bermakna ’ dari’, ’tentang’, ’dengan’ contoh عن .4 قالت
Dari A’isyah ra berkata
حال لآ في حقوقها وعن :yang bermakna ’ di dalam’, ’pada’ contoh في .5
Lemah jua mendatangkan hak istri dalam setiap permasalahan
غيره من صالة اربعين من افضل المتزوج صالة :yang bermakna ’dari’ contoh من .6
18
Shalatnya seseorang yang telah menikah lebih utama dari empat puluh shalat yang
belum menikah
نر فع عملك فى عمل المجاهدين سبيل هللا منذ جمعة : yang bermakna ’sejak’ contoh منذ/ مذ .7
Kami diperintahkan agar mengangkat amal tuan bersama amal para pejuang demi
tegaknya agama Allah dan sejak jum’at ini.
’yang bermakna ’dengan’ atau ’dihadapan لدى, لدى , لدن .8
’yang bermakna ’bersama مع .9
:yang bermakna ’ di sisi’, ’di’, ’pada’ contoh عند .10 ال يكثر احدآم الكالم عند الجمام
Tidaklah salah seorang di antara kalian memperbanyak pembicaraan di saat
bersenggama berlangsung.
2. Jenis-jenis preposisi dalam bahasa Arab
Menurut Ghalayayni dalam buku jami’ al-durus al-’Arabiyyah terdapat 20 harf jarr atau
preposisi, yaitu:27
No Preposisi Arti
Dengan الباء 1
Dari من 2
لىإ 3 ke, kepada
Tentang عن 4
Di atas على 5
Di, pada, dalam فى 6
27 Mustafa al-Ghalayayni, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), h. 166.
19
Seperti 7 الكاف
Bagi, untuk الالم 8
Demi القسم واو 9
Demi القسم تاء 10
Sejak مذ 11
Sejak منذ 12
Banyak رب 13
Sehingga, sampai حتى 14
Selain خال 15
Selain عدا 16
Selain حاشا 17
Supaya آى 18
Kapan متى 19
Semoga لعل 20
dalam Preposisi bahasa Arab على .3
Preposisi على dalam bahasa Arab disebut juga dengan harf jarr. Pada kasus genetif kata
yang diawali dengan harf jarr, maka kata itu akan berharakat kasroh pada akhir kata tersebut.
Seperti دة العبا على
disebut juga dengan harf jar, harf jar yaitu huruf yang menjarkan (--) kata atau frase على
yang terdapat di depan huruf jar. على pada umumnya diartikan dengan di atas, atas, kepada. Akan
tetapi tidak semua على diartikan dengan di atas, atas, kepada. على itu sendiri mempunyai makna
yang berbeda-beda seperti yang akan disebutkan pada pembahasan selanjutnya.
20
4. Variasi makna على dalam bahasa Arab
Ada beberapa pendapat tentang variasi makna على dalam bahasa Arab, yaitu: Menurut Juraz
Mitro Abdul Masih dalam kamus nahu saraf begitu juga menurut Mustafa al-Ghalayayni dalam
buku Jami’u al-durus al’Arabiyyah28 menyebutkan variasi makna على dalam bahasa Arab, yaitu:
المجاوزة yang bermakna على .(3) ,فى yang bermakna على .(2) ,الإستعالء yang bermakna على .(1)
atau لىع (4) ,عن yang bermakna على .(5) ,المصاحية yang bermakna على .(6) الإستدراك yang
bermakna 29.من Selain itu Menurut Martin J. Mc.Dermott dalam A Dictionary Arabic
Gramatical Nomenclature Arabic-English menyebutkan juga bahwa variasi makna ’ala ada yang
bermakna حرف توآيد dan شرط حرف .30
E. Teori Penerjemahan
1. Pengertian Penerjemahan
Kata dasar terjemah berasal dari bahasa Arab yaitu ترجمة_ يترجم _ ترجم yang maknanya
adalah ihwal pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Penerjemahan adalah kegiatan
mengalihkan pesan secara tertulis dari teks satu bahasa (misalnya dari bahasa Arab) ke dalam
bahasa lain (misalnya bahasa Indonesia).31
Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan
pendekatan yang berbeda. Meskipun tidak mewakili keseluruhan definisi yang ada dalam dunia
penerjemahan. Di bawah ini ada beberapa pendapat tentang penerjemahan.
Beberapa ahli berpendapat bahwa penerjemahan adalah sekedar pengalih bahasaan. Lebih
tepat bila dikatakan bahwa penerjemahan adalah pengalihan pesan (message) dari Tsu ke dalam
28 Mustafa al-Ghalayayni, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), h. 166. 29Juraz Mitro Abdul Masih, Mu’jam lughah Nahwi al Arabi, (Beirut: Libanon Nasirun, 1993), h. 379-380. 30Antonie El-dahda dan Martin J. Mc. Dermott, A Dictionary Arabic Gramatical Nomenckature Arabic-English, ( Beirut: Maktabah Libnan, 1993), h. 34-35. 31Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 23.
21
Tsa. Dengan demikian, idealnya adalah Tsa yang disampaikan berisi pesan yang sepadan dengan
TSu.32
Menurut Nida dan Taber penerjemahan adalah suatu pengalihan yang terdapat dalam bahasa
sumber bahasa sasaran dengan mencari padanan yang terdekat, yaitu dari segi makna dan gaya.33
Catford berpendapat bahwa penerjemah adalah the reflacement of textual material in one
language (SL) by equivalent textual material in another language (TL) (mengganti bahan teks
dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran.34 Sedamgkan
menurut Newmark penerjemahan adalah translation is a craft consisting in the attempt to reflace
a written message and/or statement in one language by the same message and/or statement in
another language (Penerjemahan adalah suatu kiat yang merupakan usaha untuk mengganti
suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama
dalam bahasa lain).35
Dari beberapa pendapat di atas tentang penerjemahan dapat disimpulkan bahwa
penerjemahan adalah pengalihan pesan dari bahasa satu kedalam bahasa lain dengan
mempertimbangkan aspek-aspek makna, gramatikal, gaya bahasa dan aspek sosial budaya.
2. Jenis-jenis penerjemahan
Menurut Roman Jakobson sebagaimana yang dikutip oleh Nurmufid penerjemahan menurut
bentuknya terbagi menjadi tiga, yaitu: (a) Penerjemahan inter bahasa, (b) Penerjemahan antar
bahasa,
(c) Penerjemahan antar simbol atau transferensi.
32 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 24. 33Eugene A. Nida dan Charles R. Raber, The Theory and Practice of Translation, (Leiden: UBS, 1974), h. 1.
34J.c. Catford, A Linguistic Theory of Translation, (London: Oxford University Pres, 1965), h. 20.
35Peter Newmark, Approaches to Translation, (London: Pergamon Press, 1981), h.7.
22
Penerjemahan inter bahasa disebut juga dengan syighat bi alfadz ukhra (mengungkapkan
kalimat dengan redaksi yang berbeda) yaitu menjelaskan kata-kata dalam bahasa yang sama
akantetapi berbeda dalam pengungkapan.
Penerjemahan antar bahasa disebut juga dengan terjemah hakiki yaitu menjelaskan kata-kata
atau simbol-simbol bahasa dengan simbol lain dari bahasa yang berbeda. Penerjemahan antar
simbol atau transferensi yaitu menerjemahkan simbol bahasa yang berupa kata-kata dengan
simbol lain.36
Sebuah penelitian penerjemahan tidak akan terlepas dari metode yang telah ada, menurut
Newmark ada delapan metode penerjemahan, yaitu: (1). Penerjemahan kata demi kata, (2)
Lebih jelas lagi di bawah ini akan di paparkan satu persatu tentang metode penerjemahan.
3. Metode Penerjemahan
(a) Penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan kata demi kata adalah suatu jenis penerjemahan yang pada dasarnya masih
sangat terikat pada tataran kata. Dalam melakukan tugasnya, penerjemah hanya mencari padanan
kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran, tanpa mengubah susunan kata dalam terjemahannya.
Metode penerjemahan ini lebih fokus kepada susunan kalimat Tsu.
(b) Penerjemahan harfiah
36 Nur Mufid, Kaserun As Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan Arab Indonesia Cara Paling Tepat, Mudah, Kreatif, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2007), cet.pertama, h. 9-10. 37 Nur Mufid, Kaserun As Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan Arab Indonesia Cara Paling Tepat, Mudah, Kreatif, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2007), cet.pertama, h.76.
23
Penerjemahan harfiah terletak antara penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas.
Penerjemahan harfiah hampir sama dengan penerjemahan kata demi kata, akan tetapi
penerjemahan harfiah lebih menyesuiakan dengan susuan kata dalam kalimat terjemahannya
yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran. Dalam metode ini,
penerjemahan harfiah masih mempertahankan kata-kata dan gaya bahasa Tsu dalam Tsa.
(c) Penerjemahan setia
Penerjemahan setia artinya penerjemahan yang dilakukan dengan mempertahankan aspek-
aspek yang ada, sehingga kita masih melihat kesetiaan pada segi bentuknya.
(d) Penerjemahan semantis
Penerjemahan semantis terfokus pada pencarian padanan pada tataran kata dengan tetap
terikat pada budaya bahasa sumber.
Berdasarkan teori diatas, maka penerjemahan yang sesuai untuk padanan preposisi ini
adalah penerjemahan semantis, karena penerjemahan memberikan kebebasan dalam makna yang
menyesuaikan dengan kalimat yang ada. Akan tetapi tidak terlepas dengan sumbernya.
(e) Penerjemahan adaptasi (saduran)
Metode adaptasi ini lebih mementingkan isi pesan, sedangkan bentuk disesuaikan dengan
kebutuhan pembaca dalam Bsa. Metode penerjemahan ini biasanya digunakan untuk
penerjemahan film, drama atau puisi.
(f) Penerjemahan bebas
Penerjemahan bebas ini biasanya berbentuk parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih
pendek dari aslinya. Metode penerjemahan ini hampir sama dengan metode adaptasi, akan tetapi
metode ini lebih mementingan isi pesan agar pembaca mengerti tentang penerjemahan tersebut.
(g) Penerjemahan idiomatis
24
Penerjemahan idiom mengupayakan penemuan padanan istilah, ungkapan, dan idiom dari
pada yang tersedia dalam Bsa. Metode ini sering mengunakan kesan keakraban dan ungkapan
idomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.
(h) Penerjemahan komunikatif
Penerjemahan komunikatif ini berupaya memberikan makna kontekstual yang sedemikian
rupa, agar dapat dimengerti oleh pembaca.
BAB III
SEKILAS TENTANG BUKU TERJEMAHAN QURRAH AL-’UYÛN
OLEH MOH.AFANDI
Dalam buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn ini menarik untuk dibaca, dipelajari dan bahkan
dipraktekan ketika sudah berumah tangga. Dalam buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn berisis
tentang suatu etika perkawinan, kitab ini sangat detail menyinggung masalah-masalah ’dalam’
dari hubungan suami-istri. Di dalam buku terjemahan ini ada beberapa etika dalam berhubungan
antara suami dan istri.
Qurrah al-‘Uyûn merupakan khazanah kitab kuning yang termasyhur di pesantren
tradisional, sebuah panduan untuk menakhodai bahtera rumah tangga dan menuntun langkah
dalam menelusuri lika-liku kehidupan seksual. Mulai dari keutamaan menikah, memilih jodoh
yang sesuai, adab bersetubuh dengan pasangan, posisi-posisi sanggama yang paling nikmat,
hingga pentingnya puncak kepuasan dicapai secara bersamaan oleh suami-istri.
Qurrah al-‘Uyûn juga membahas hal ihwal terkait walimah, waktu yang tepat untuk
melangsungkan pernikahan, saat paling pas untuk bersetubuh, nasihat agar suami-istri saling
menyayangi, serta tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak. Dengan kandungan yang
25
padat dan berharga, kitab ini telah dipraktikkan para kiai, santri, dan masyarakat Islam pada
umumnya berabad lamanya.
Fakta tentang Buku Ini: 1. Rujukan sebagian besar umat Islam tentang seksualitas Islam
selama berabad-abad. 2. Kitab tentang seks paling terkenal di dunia pesantren. 3. Edisi kitab
kuningnya telah terjual jutaan kopi. 4. Rujukan “wajib” umat Islam saat menjalani pernikahan. 5.
Rujukan penting para dai saat menyampaikan khotbah nikah.
BAB IV
ANALISIS MAKNA PREPOSISI على DALAM BUKU TERJEMAHAN QURROH AL-
‘UYUN
Setelah menelaah prepossi على dalam buku terjemahan Qurroh al-‘Uyun, peneliti
menemukan 41 preposisi على. Dari hasil telaah yang peneliti lakukan pada 41 preposisi itu,
peneliti menemukan 8 jenis klasifikasi makna yang berbeda. Oleh karena itu, bab ini akan
menguraikan dan menganalisis hasil temuan mengenai variasi dan jenis makna dalam buku
terjemahan Qurroh al-‘uyun.
A. Variasi Makna Preposisi dalam Buku Terjemahan Qurroh al-‘Uyun
Variasi makna preposisi dalam buku terjemahan Qurroh al-‘Uyun terdapat dalam 8
kelompok, yaitu preposisi yang memiliki makna شرط , اإلستعالء, الباء ,توآيد ,ظرفية مكانية ,ظرفية زمانية ,
, إلى , التعليل
1. Makna اإلستعالء
Makna ستعالء اإل adalah makna hakiki على yang menunjukkan posisi tinggi. Dalam bahasa
Indonesia اإلستعالء atau على diterjemahkan dengan ‘di atas’, ‘atas’, pada.38 Dalam buku
Untuk ibadah, begitu juga .2 على العبادة آذااستراحة
dengan istirahat
37 2
Pada contoh no.1 preposisi bermakna sama dengan karena pada frase yang bermakna
‘karena mensyukuri’ mengandung arti sebuah penjelasan dari kalimat sebelumnya. Sedangkan
pada contoh no.2 preposisi على diartikan dengan ‘untuk’ dalam kamus besar bahasa Indonesia
kata ‘untuk’ menunjukkan tujuan atau maksud.45 Maksud atau tujuan disini yaitu ibadah.
8. Makna إلى
Makna إلى adalah makna yang menunjukkan kepada tujuan tertentu. Dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan ‘kepada’, ‘terhadap’, dan frase preposisional ke dalam, ke luar,
dan lain sebagainya. Dalam buku Qurroh al-‘Uyun itu terdapat 21 preposisi على yang memiliki
arti إلى . lihat tabel berikut.
Tabel 8
Preposisi على dengan makna إلى
No Preposisi Makna preposisi Hal Baris ke
فى احمد الامام روى .1
لىع دخل رجال ان مسنده
عليه اهللا صلى النبى
وسلم
Imam Ahmad meriwayatkan dalam
musnadnya, bahwa seoarng lelaki
menghadap kepada nabi saw.
22 1
45Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia departeman Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet.1.
36
صلى اهللا رسول وقال
من وسلم عليه اهللا
صالة يكفرها ال الذنوب
اال جهاد وال صوم وال
اوآما العيال على السعى
.قال
2.
Rasulullah saw bersabda: termasuk
dosa-dosa yang tidak dapat ditebus
dengan shalat, puasa dan berjihad,
melainkan memberi nafkah
(kehidupan) kepada keluarganya atau
halnya seperti sabda beliau.
38 2
اهله على الرجل انفق .3
يحتسبها وهو نفقة
.صدقة آانت
Barang siapa memberi nafkah kepada
keluarganya dengan suatu nafkah ia
lakukan hanya karena Allah semata,
maka nafkah tersebut merupakan
sedekah baginya
39 4
عليه اهللا صلى وقال .4
ينفقه دينار ضلاف :وسلم
على ينفقه دينار الرجل
.عياله
Nabi saw bersabda: Harta dinar yang
paling utama adalah yang dinafkahkan
. keluarganyakepada) diberikan(
39 2
على النفقة اهللا رسول يا .5
النفقة ام اليك احب يالالع
اهللا؟ سبيل فى
Wahai Rasulallah apakah memberi
nafkah kepada keluarga lebih engkau
cintai atau memberi nafkah di jalan
Allah.
43 4
37
الرجل ينفقه درهم قال .6
من الي احب عياله لىع
سبيل فى ينفقه دينار الف
.اهللا
Beliau menjawab: suatu dirhamnya
seorang lelaki yang ia nafkahkan
kepada keluarganya lebih aku cintai
dari seribu dirham yang dinafkahkan di
jalan Allah.
43 6
دابته على ينفقه ودينار .7
اهللا سبيل فى
Begitu juga dinar yang diberikan
kepada hewan piaraan di jalan Allah.
39 2
على ينفقه ودينار .8
هللا سبيل فى اصحابه
para kepada Dan dinar diberikan
sahabat di jalan Allah.
39 3
اهللا صلى النبى واولم .9
عليه وسلم على سفية
وهو بحيس خيى بنت
.واالقط والتمر السمن
Beliau juga mengadakan walimah
kepada Syafiah binti Huyai Bihais
sereal yaitu bubur samin, kurma dan
susu kental.
67 3
خيرها اسألك انى اللهم .10
وخيرما جبلتها عليه
Ya Allah aku memohon kepadamu atas
kebaikan istri dan kebaikan tabiat yang
79 1 dan 2
38
telah engkau tabiatkan kepadanya, dan
aku berlindung kepadamu dari
keburukan istri dan kenurukan tabiat
yang telah engkau tabiatkan kepadanya.
طلب ويوم الخميس ويوم .11
الحوائج والدخول على
سلطان
hari kamis adalah hari mencari
kebutuhan hidup dan menghadap
kepada raja
65 5
عليه اهللا صلى وقال .12
على المتاهل فضل وسلم
.العازب
Beliau juga bersabda: keutaman orang
yang sudah berkeluarga terhadap
orang bujang.
26 6
عليه اهللا صلى وقال .13
الرجل انفقه ما :وسلم
وولده واهله نفسه على
وقرابته ورحمه وذوى
.صدقة له فهو
Nabi saw bersabda: sesuatu yang
dinafkahkan terhadap dirinya, keluarga,
sanak famili, dan kerabatnya. Maka hal
itu adalah merupakan sedekah baginya.
40 4
عليه اهللا صلى وقال .14
الدنيا طلب من :وسلم
عن فافاواستع حالال
Rasullah saw bersabda: Barang siapa
mencari harta halal, menjaga agar tidak
meminta-minta, bersungguh-sungguh
42 4
39
terhadap keluarganya.
جاء جاره على وتعطفا .15
ههووج القيامة يوم
.البدر ليلة آالقمر
Dan berbelas kasih terhadap
tetangganya, maka dia datang pada hari
kiamat dengan wajah cemerlang
bagaikan rembulan di malam bulan
purnama.
42 4
عفان بن عثمان وقال .16
سمعت عنه اهللا رضى
عليه اهللا صلى ىالنب
امراة ان لو يقول وسلم
وانفقتها آلها الدنيا ملكت
منت ثم زوجها على
اهللا احبط اال عليها بذالك
مع وحشرها عملها
.فرعون
Usman bin Affan ra berkata: Aku
mendengar Rasulallah saw bersabda : “
Andai seorarng wanita memiliki dunia
dan seisinya dan ia menafkahkannya
kepada suami, kemudian mengungkit-
ngungkit hal itu terhadap suaminya,
maka Allah melebur amal dan
mengirimnya bersama fir’aun”.
45 3
Said bin Musayyab ra berkata: 48 3 المسيب بن سعد وقال .17
40
Rasulallah saw bersabda: wanita
manakah yang meminta sesuatu kepada
suaminya, sedang ia tahu sang suami
tidak mampu terhadap hal tersebut.
الجراح عبيدة عبو وقال .18
سمعت عنه اهللا رضى
عليه اهللا صلى اهللا لرسو
امرأة ايما: يقول وسلم
وهى زوجها اغضبت
ظالمة او غضبت عليه
Abu Ubaidilah Al Jarrah ra berkata:
aku mendengar Rasulullah saw
bersabda: perempuan manakah yang
memarahi suaminya sembari
menganiaya atau membencinya.
49 3
عليه اهللا صلى النبى .19
نسائه بعص على وسلم
شعير من بمدين
Nabi saw melaksanakan walimah
terhadap sebagian para istrinya dengan
dua mud gandum.
67 2
يقدر لم قإن بشاة لم او .20
من فمدين شاة على
به اولم ما اقل وهو شعير
النبي صلى اهللا عليه
وسلم على بعض
.ازواجه
Adakanlah walimah meski dengan
seekor kambing. Bila kamu tidak
mampu dengan dua mud dari biji
gandum, itu adalah walimah yang
paling sedikit yang dilakukan nabi saw
terhadap sebagian istrinya.
67 7
41
اهللا رضى عائشة وقالت
جباهنا نضمد آنا نهاع
احدانا عرقت فاذا بالمسك
سال ذلك على وجهها.
21. Aisyah ra berkata: Kami membalut
kening kami dengan pembalut yang
diberi minyak kasturi, kemudian ketika
salah seorang diantara kami
berkeringat, maka mengalirlah keringat
itu ke wajahnya.
94 2
Pada contoh no.1 sampai no.11 preposisi diterjemahkan dengan ‘kepada’ karena bila dilihat
dari bahasa sumber terjemahan ‘kepada’ merupakan terjemahan yang paling tepat. Sedangkan
pada no.12 sampai no.20 preposisi diterjemahkan dengan ‘ terhadap ‘ karena bahasa sasaran
yang dikandung oleh teks bahasa sumber adalah bermakna terhadap dan perlu diketahui
bahwa kata terhadap merupakan varian dari preposisi kepada dan pada no.21 preposisi على
diterjemahkan dengan makna ke. karena ke merupakan frase preposisisonal yaitu ke
wajahnya.
B. Jenis dan perubahan makna
Berbicara tentang jenis makna, telah kita ketahui beberapa pendapat mengenai pengertian
makna itu sendiri. Makna diartikan dengan arti. Berdasarkan kepada analisis-analisis di atas,
maka hal ini yang perlu diketahui adalah jenis makna apakah yang digunakan oleh penerjemah
dalam menerjemahkan teks-teks di atas. Berikut jenis makna yang digunakan dalam
penerjemahan ini, terdapat dua jenis makna, yaitu:
1. Makna leksikal
Pada preposisi على yang memiliki makna اإلستعالء lebih kepada makna leksikal. Karena
preposisi على diterjemahkan sebagaimana referennya atau sesuai dengan makna aslinya.
42
2. Makna kontekstual
Makna kontekstual yaitu makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam satu
konteks. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dari kelompok dua sampai delapan
makna preposisi على diterjemahkan dengan beragam makna. Oleh karena itu preposisi على pada
kelompok tersebut merupakan makna kontekstual. Karena preposisi diterjemahkan sesuai
dengan kontek yang ada.
Berdasarkan jenis makna di atas, maka terjadilah sebuah perubahan makna preposisi على
. terjadinya perubahan makna preposisi على disebabkan oleh beberapa faktor. Akan tetapi pada
analisis ini hanya terdapat satu faktor perubahan yaitu faktor perkembangan dalam ilmu.
Perkembangan dalam ilmu sangat mempengaruhi pada perubahan makna. Misalnya pada
preposisi على , على dalam kamus al-Munawwir diartikan dengan di atas, atas, dan alasan. Sebuah
kata yang awalnya mengandung konsep makna sederhana, tetap digunakan walaupun konsep
makna berubah sesuai dengan pandangan baru dan teori baru. Oleh karena itu analisis preposisi
.ini memiliki ragam makna على
C. Metode terjemahan Qurroh al-‘Uyun
Berdasarkan analisis preposisi على di atas pada kelompok اإلستعالء ini dapat dilihat bahwa
metode yang digunakan yaitu metode penerjemahan kata demi kata. Penerjemah lebih
menekankan kepada teks bahasa sumber dibandingkan dengan teks bahasa sasaran. Sedangkan
pada kelompok ظرفية زمانية، الباء، توآيد، ظرفية مكانية، التعليل، إلى, شرط penerjemahan menggunakan
metode semantis. Penerjemahan semantis adalah terjemahan yang mengakomodasi teks sumber,
baik dari segi maknanya maupun estetikanya, tetapi tidak serta merta menghilangkan nilai
estetikanya yang terdapat dalam teks sasaran. Artinya hasil penerjemahan yang diperoleh lebih
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Variasi makna preposisi على dalam hasil penelitian ini beragam. Preposisi على tidak saja
diterjemahkan dengan atas, di atas, dan alasan. Akan tetapi memiliki 8 variasi makna yaitu: 1)