BAB I PENDAHULUAN Penyakit paget merupakan gangguan tulang terlokalisasi yang efeknya menyebar luas ke tulang melalui peningkatan remodeling tulang. Penyakit paget ini biasanya terjadi pada orang yang berusia diatas 40 tahun. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan,biasanya muncul secara sporadis. (Kumar, 2007; Fauci, 2008) Frekuensi dari penyakit paget ditandai dengan adanya variasi geografi dengan prevelensi yang tinggi di Eropa Barat (Inggrris, Perancis, Jerman, tetapi tidak untuk Swiss atau Skandinavia) dan diantaranya yang telah bermigrasi ke Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Afrika Utara dan Amerika Selatan. Penyakit ini jarang terjadi pada penduduk asli Amerika, Afrika, Asia maupun Timur Tengah. Prevalensinya lebih besar besar pada laki – laki dan meningkat seiring bertambahnya usia. Seri otopsi mengungkapkan penyakit paget terjadi sekitar 3 % dari mereka yang berusia diatas 40 tahun. Prevalensi radigrafi tulang positif pada pasien diatas 55 tahun adalah 2,5% untuk laki – laki dan 1,6% untuk perempuan. Peningkatan alkalin fosfatase (ALP) pada pasien asimtomatik memiliki kejadian yang disesuaikan menurut umur sebesar 12,7 dan 7 per 100.000 orang per tahun masing – masing pada laki – laki dan perempuan. Frrekuensi diagnosis baik oleh criteria radiografi atau
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
Penyakit paget merupakan gangguan tulang terlokalisasi yang efeknya
menyebar luas ke tulang melalui peningkatan remodeling tulang. Penyakit paget
ini biasanya terjadi pada orang yang berusia diatas 40 tahun. Kebanyakan
penderitanya adalah perempuan,biasanya muncul secara sporadis. (Kumar, 2007;
Fauci, 2008)
Frekuensi dari penyakit paget ditandai dengan adanya variasi geografi dengan
prevelensi yang tinggi di Eropa Barat (Inggrris, Perancis, Jerman, tetapi tidak
untuk Swiss atau Skandinavia) dan diantaranya yang telah bermigrasi ke
Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Afrika Utara dan Amerika Selatan.
Penyakit ini jarang terjadi pada penduduk asli Amerika, Afrika, Asia maupun
Timur Tengah. Prevalensinya lebih besar besar pada laki – laki dan meningkat
seiring bertambahnya usia. Seri otopsi mengungkapkan penyakit paget terjadi
sekitar 3 % dari mereka yang berusia diatas 40 tahun. Prevalensi radigrafi tulang
positif pada pasien diatas 55 tahun adalah 2,5% untuk laki – laki dan 1,6% untuk
perempuan. Peningkatan alkalin fosfatase (ALP) pada pasien asimtomatik
memiliki kejadian yang disesuaikan menurut umur sebesar 12,7 dan 7 per 100.000
orang per tahun masing – masing pada laki – laki dan perempuan. Frrekuensi
diagnosis baik oleh criteria radiografi atau biokimia telah menurun selama 20
tahun terakhir (Fauci, 2008).
BAB IIISI
1. Definisi
Penyakit paget (osteitis deformans) adalah suatu gangguan aneh pada
tulang yang ditandai dengan episode aktivitas osteoklastik lokal yang tinggi
dan resorpsi tulang, diikuti oleh pembentukan tulang yang berlebihan, hasil
akhir proses ini adalah deformitas tulang akibat penimbunan tulang abnormal
tak stabil yang berlebihan (Kumar, 2007).
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit paget tidak diketahui secara pasti, akan tetapi bukti
penelitian mendukung penyebabnya adalah dari faktor genetik dan virus.
Riwayat keluarga positif ditemukan pada 15 – 25% pasien dan ada yang
prevalensinya meningkat 7 – 10 kali lipat pada kalangan kerabat tingkat
pertama (Fauci, 2008).
3. Faktor Resiko
4. Patogenesis
Penyebab penyakit paget tidak diketahui. Namun, kecenderungan genetik
untuk penyakit Paget telah jelas. Sekitar 40% dari pasien dengan penyakit
Paget memiliki keluarga satu garis keturunan (contohnya: anak) yang terkena
dampak, dan sejumlah besar keluarga dengan transmisi vertikal dari penyakit
Paget dan pola dominan autosomal dari warisan telah dijelaskan. Setidaknya
enam lokus genetik telah dikaitkan dengan penyakit Paget, dan kelainan
genetik yang paling sering adalah mutasi pada gen sequestosome-1
(SQSTM1) atau dikenal sebagai p62. SQSTM1 mutasi telah terdeteksi pada
30% pasien dengan penyakit Paget familial dan pada 10% pasien dengan
penyakit Paget sporadis. Meskipun penetrasi untuk penyakit Paget tinggi, hal
ini dapat bervariasi dalam keluarga dengan kecenderungan genetik. Bisa aja
pasien tua dengan SQSTM1 mutasi tidak memiliki bukti penyakit Paget,
meskipun homozigot mereka telah mengalami mutasi. Jaringan selular utama
kelainan pada penyakit Paget berada di osteoklas. Sel-sel ini mengandung
inklusi nukleus yang menyerupai nucleocapsid paramyxoviral. Kedua virus
campak dan protein virus syncytial pernapasan nukleokapsid dan transkrip
telah dideteksi dalam osteoklas dari pasien dengan penyakit Paget, tetapi
beberapa penelitian tidak dapat membuktikan hubungan deteksi transkrip
paramyxoviral atau protein dalam osteoklas pagetik.. Namun demikian, dalam
studi in vitro di mana prekursor osteoklas normal transfected dengan transkrip
virus campak atau terinfeksi virus campak telah menunjukkan bahwa
prekursor osteoklas mengandung virus campak gen nukleokapsid dapat
membentuk pagetik seperti osteoklas (Fauci, 2008).
5. Patofisiologi
Inti dari keabnormalan pada penyakit paget ini adalah peningkatan
jumlah dan aktivitas dari osteoklast. Osteoklast pada penyakit paget sangat
besar, meningkat antara 10 hingga 100 kali dari osteoklast normal. Selain itu
pada penyakit paget, jumlah osteoklastnya juga meningkat drastis, biasanya
ditemukan 100 nukleus, bila pada osteoklast normal hanya ditemukan 3 – 5
buah nucleus (Fauci, 2008).
Karena jumlah dan ukurannya yang melebihi normal, menyebabkan
osteoklast overaktif, padahal kita ketahui fungsi dari osteoklast sendiri adalah
resorpsi mineral tulang. Sehingga pada penyakit paget terjadi peningkatan
resorpsi/absorbsi hingga 9 g per hari (normalnya 1 g per hari). Untuk
mengimbanginya tubuh memproduksi osteoblast dengan jumlah yang besar
pula.Sehingga terbentuk matrix tulang baru dalam jumlah besar. Dan pada
akhirnya masa tulang justru bertambah dan bukan berkurang sehingga
menimbulkan deformitas (Fauci, 2008).
Karakteristikdari penyakit paget sendiri adalah peningkatan resorpsi
tulang diikuti formasi tulang baru. Biasanya dibagi dalam 3 fase, fase pertama
atau fase inisial melibatkan prominent resorpsi tulang dan hipervaskularisasi.
Jika dilihat secara radiografi hal ini menunjukan irisan/potongan lisis atau lesi
blade of grass. Fase kedua periode adalah fase dimana resorpsi dan formasi
penggantian matrix normal tulang yang sangat aktif dan mengganti menjadi
tulang haphazard (woven). Hal ini menyebabkan lebih mudah untuk fraktur.
Fase final sclerosis, resorpsi tulang berkurang drastis dan menimbulkan
tulang yang keras, padat, tetapi sedikit vaskularisasi (Fauci, 2008).
6. Gambaran Histopatologi
Paget disease bisa muncul sebagai lesi soliter (monostotik) atau terjadi
pada berbagai tempat di tulang (poliostotik) seperti di tulang aksial termasuk
vertebrae, cranium, dan pelvis. Femur dan tibia bagian proksimal juga
termasuk bentuk poliostotik. Gambaran histologi yang khas yaitu adanya pola
mozaik pada lamella tulang (seperti puzzle) karena susunan lamella yang
tidak teratur dan disebabkan karena tulang baru dan tulang lama saling
melekat secara tidak teratur (Kumar, 2007).
Paget disease merupakan contoh penyakit yang disebabkan karena
gangguan proses remodeling tulang. Penyakit ini terdiri dari tiga fase (Rubin
et al, 2009; Kumar, 2007) :
1. Fase lisis awal
Pada fase ini terjadi penyebaran luas osteolisis dengan fibrosis sumsum
tulang dan dilatasi sinusoid pada sumsum tulang. Osteoklas dan lakuna-
lakuna howship yang berhubungan jumlahnya sangat banyak dan
mengalami pembesaran abnormal.
2. Fase campuran aktivitas osteoblas dan osteoklas
Pada fase ini terdapat aktivitas osteoblas dan osteoklas yang irregular.
Osteoklas tetap ada di fase campuran, tetapi permukaan tulang menjadi
dilapisi oleh tonjolan osteoblas. Sumsum tulang digantikan oleh
jaringan ikat longgar yang mengandung sel osteoprogenitor sama
3. Fase burnt-out
Fase ini ditandai dengan aktivitas seluler yang menurun.
Paget disease disebabkan oleh gangguan dari percepatan remodeling.
Gambaran histologisnya yaitu adanya osteitis fibrosa, osteoklas yang
jumlahnya meningkat, osteoblas aktif dalam jumlah besar, dan ditemukan
fibrosis sumsum tulang peritrabekular. Remodelling yang cepat menyebabkan
gangguan pada bangunan trabekula. Osteoklas adalah sel yang bersifat
patologis pada Paget disease, dan kemunculannya menjadi karakteristik dari
penyakit ini. Osteoklas normal jumlah nukleusnya hanya lusinan, tetapi pada
Paget disease jumlahnya mencapai lebih dari 100. Nukleus dapat
mengandung partikel seperti virus. Tanda khas untuk penegakan diagnosis
Paget disease yaitu adanya susunan lamella tulang yang abnormal sehingga
pembentukan tulang ireguler, mirip seperti puzzle yang dipisahkan oleh
tonjolan cement line (Rubin et al, 2009).
Gambar 1. Pola mozaik lamella tulang (Kumar, 2007)
Gambar 2. Tonjolan dan cement line basofilik yang ireguler (Rubin et al,
2009)
Gambar 3. Osteoklas bernukleus banyak (Rubin et al, 2009).
Gambar 4. Nukleus osteoklas mengandung partikel virus (Rubin et al, 2009).
7. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Penyakit Paget pada tulang biasanya asimtomatik. Episode berulang
penguraian tulang yang cepat diikuti oleh periode pembentukan tulang
yang singkat.Tulang baru menjadi tebal dan kasar, dan proses ini
menyebabkan deformitas structural dan kelemahan. Pasien yang
mengalami penyakit ini sebagian mengalami lesi tulang hipervaskular
awal menyebabkan kulit dan jaringan subkutis diatasnya
hangat.Peningkatan curah jantung menjadi hipervaskularitas,pada
penyakit yang luas (Kumar, 2007).
Fase proliferasi, umumnya pasien mengalami nyeri kepala,
pembesaran kepala, gangguan penglihatan, dan ketulian yang semuanya
disebabkan oleh deformitas tulang tengkorak dan penekanan saraf
kranialis. Nyeri punggung ditemukan dan mungkin berkaitan dengan
fraktur vertebra dan penekanan akar saraf (Kumar, 2007).
b. Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologis
Diagnosis penyakit paget terutama adalah secara radiologis. Foto
polos berharga dalam mendiagnosis komplikasi penyakit sekunder
penyakit paget sperti artitis atau fraktur.Ada beberapa hal yang
direkomendasikan mengenai foto polos (Kertia, 2006) :
1. Diagnosis penyakit Paget dapat ditegakan dengan foto polos dari
minimal satu area tulang pada semua pasien dalam kondisi ini
2. Survei tulang menyeluruh tidak tepat untuk menegakan luasnya
keterlibatan skeletal.
3. Area yang nyeri pada penyakit paget harus diperiksa dengan foto
polos untuk menentukan apakah ada penyebab yang
mendasarinya.
b) Biokimiawi
Penyakit Paget berkaitan dengan peningkatan turnouver . Marker
turnover tulang apada umumnya meningkat pada penyakit aktif.
Pasien dengan aktivitas alkaline fosfoatase “normal” penyakit ini
monostotik atau terbatas pada sedikit tulang, hubungan antara luasnya
aktivitas penyakit yang diukur dengan skintigrafi dan derajat elevasi
alkaline fosfatase pada penyakit paget yang tidak diterapi. Penyakit
Paget umumnya terjadi akibat gangguan resporbsi tulang
osteoklastik,marker dari resorpsi tulang yang diperiksa kurang kuat
dengan sensitivitas yang agak rendah. Beberapa pedoman yang dapat
digunakan adalah :
1. Pada pasien dengan penyakit Paget,namun tanpa peningktan
aktivitas alkaline fosfotase total dalam plasma,maka
direkomendasikan penggunaan alkaline fosfotase spesifik tulang
sebagai marker dari turnover tulang.
2. Pada pasien dengan penyakit hepar,direkomendasikan
pengguanaan alkali fosfatase spesifik tulang untuk memonitor
aktivitas penyakit Paget.
c) Histologis
Biopsi tulang jarang dibutuhkan untuk menegakan diagnosis
penyakit Paget. Kadang, pemeriksaan ini bermanfaat dalam
membedakan metastase osteoblastik atau osteosarkoma.
8. Penatalaksanaan
Terapi spesifik untuk penyakit paget bertujuan untuk menurunkan turn
over abnormal tulang. Dengan menggunakan obat jenis Bisfosfonat dan
kalsitonin.
a. Bisfosfonat
Bekerja dengan dua mekanisme dasar utama yang berbeda, yaitu
bifosfonat yang mengandung nitrogen seperti Alendronat, Risedronat dan
Pamidronat yang dapat menghambat enzim dari jalur melanovat. Inhibisi
jalur ini menghambat resorptif dan memicu apoptosis. Dan bifosfonat
tidak mengandung nitrogen seperti etidronat, Tiludronat dan klodronat
yang dapat mengga nggu jalur metabolic seluler dan juga memicu
kematian sel dengan apoptosis. Semua bifosfonat hanya sedikit di
absorbs di traktus gastrointestinal, yang akan berkombinasi dengan
kalsium yang ada dalam lambung sehingga absorbsinya terhambat. Jika
bifosfonat diberikan melalui per oral, maka perlu diperhatikan agar tidak
tidak diberikan bersamaan dengan makanan atau minuman yang
mengandung kalsium. Nama dagang dari obat bifosfonat bermacam,
yaitu (Kertin, 2006):
1. EtidronatEtidronat adalah bisfosfonat pertama yang digunakan dalam
penyakit paget. Ketika diberikan per oral dalam dosis antara 5 dan
20 mg/kg per hari. Untuk menghindari defek mineralisasi, kini dapat
diberikan dalam dosis 400 mg/hari selama tidak lebih dari 6 bulan.
Dibawah ini obat – obat yang termasuk jenis etidronat (Kertin,
2006):
a. PamidronatSecara original dapat diberikan secar per oral. Namun
tingginya insidensi efek samping saluran cerna mengakibatkan
penggunaannya lebih banyak sebagai infuse intravena.
Diberikan tiga infuse 60 mg dengan interval 2 minggu atau
infuse dari 30 mg dengaan interval waktu yang sama. Meskipun
Pemidronat secara umum dapat ditoleransi dengan baik, obat ini
berhubungan dengan kejadian reaksi febris setelah terapi
intravena, dan paling sering terjadi setelah infuse pertama.
b. TiludronatMerupakan bifosfonat yang mengandung sulfur, secara
normal agen ini diberikan selama 3 bulan 400 mg sebagai dosis
oral tunggal per hari. Tiludrronat biasanya dapat ditoleransi
dengan baik, namun kadang menyebabkan diare.
c. RisedronatAdalah bifosfonat yang mengandung nitrogen, dan
diberikan sebagai dosis tunggal 30 mg per hari selama 2 bulan.
d. KlidronatKlidronat adalah generasi pertama yang diijinkan di UK
untuk penggunaan hiperkalsemia maligna. Dalam penyakit
paget,jika diberikan secara per oral atau intravena, mampu
menurunkan turnover tulang dan memperbaiki symptom
pagetik.
e. AlendronatMerupakan generasi ketiga dari bifosfonat. Dosis biasa
adalah 40 mg/hari selama 6 blan, jika diberikan dengan infuse
atau per oral maka berkaitan dengan penurunanturnover tulang
secara bermakna, yang diikuti deengan perbaikan nyeri tulang.
f. Ibandronat Adalah bifosfonat baru yang poten. Dengan car injeksi
tunggal 2 mg, dan mampu meensupresi aktivita penyakit paget.
b. KalsitoninKalsitonin adalah peptide 32-asam amino yang disekresikan oleh sel
C tiroid. Kalsitonin dapat menghambat resorpsi tulang dengan aksi
langsung terhadap osteoklas, yang dimediasi oleh reseptorreseptor yang
ditemukan dalam sel-sel tersebut. Sebelum adanya bifosfonat, kalsitonin
adalah terapi pilihan untuk managemen penyakit paget. Sebagai
polipeptida, kalsitonin cepat dirusak dalam saluran gastrointestinal dan
perlu diberikan secara parenteral. Awalnya ini dilakukan dengan
menggunakan injeksi subkutan dan intramuscular, namun karena
memberikan efek samping berupa flushing, nausea dan vomitus.
Aktivitasnya lebih lemah, durasi aksi yang lebih pendek dan efek
samping yang lebih banyak dari pada bifosfonat. Salah satu obat
kalsitonin adalah plikamisin (dulunya mitramisin) adalah antibiotika
sitotoksika yang mampu mengahmbat aktivitas osteoklas (Kertin, 2006).
9. Komplikasi
Komplikasi Paget’s disease yaitu (Eckman, 2009) :
1. Tuli
Kehilangan pendengaran pada satu atau kedua telinga dapat terjadi jika
Paget’s disease mengenai cranium dan tulang di sekeliling telinga dalam
(NIAMS, 2011).
2. Gagal jantung
Pada beberapa kasus, ditemukan kerja jantung untuk memompa meningkat
pada tulang yang terkena Paget’s disease. Namun,gagal jantung hanya
terjadi jika penderita juga mengalami pengerasan pada arteri (NIAMS,
2011).
3. Hiperkalsemia
Proses remodeling tulang yang berlangsung cepat secara abnormal dapat
meningkatkan kadar kalsium di dalam darah (hiperkalsemia).
Hiperkalsemia hanya terjadi pada pasien Paget’s disease yang bed rest di
tempat tidur setelah operasi atau fraktur. Hiperkalsemia merupakan
komplikasi yang jarang terjadi (Anonym, 2011).
4. Sarkoma
Sarkoma adalah jenis kanker yang diawali dari sel tulang. Komplikasi ini
sangat jarang, hanya 1 dari 1000 penderita dan komplikasi ini biasanya
muncul setelah bertahun-tahun pasien terdiagnosis Paget’s disease
(Anonym, 2011).
5. Arthritis
Arthritis terjadi pada tulang panjang di sekitar kaki yang menjadi bengkok,
tulang menjadi tidak sejajar, dan tekanan di sekitar sendi menjadi
meningkat. Tulang yang terkena Paget’s disease membesar karena sendi
harus menopang beban yang berat. Kalau sudah seperti ini, nyeri
diakibatkan karena kombinasi dari Paget’s disease dan osteoarthritis
(NIAMS, 2011).
10. Prognosis
Prognosis Paget’s disease tergantung dari reaksi penderita terhadap
pengobatan dan komplikasi yang ditimbulkan pada pasien. Prognosis Paget’s
disease yaitu (Goldman, 2007; Eckman, 2009) :
a. Prognosis Baik
Prognosis baik jika pasien diberikan pengobatan teratur karena
dengan pengobatan dapat mengontrol penyebaran penyakit dan
menghilangkan gejala seperti nyeri tulang. Sebagian besar nyeri tulang
pada Paget’s disease merupakan hasil dari radang sendi atau nyeri sendi
akibat deformitas tulang. Pengobatan teratur dapat menurunkan
abnormalitas biokimiawi, menjadikan aktivitas alkalin fosfatase
mendekati normal, dan memperbaiki sindrom neurologik yang
berhubungan dengan penyakit ini.
b. Prognosis Buruk
Prognosis buruk jika tidak diobati. Lesi bisa menyebar dan menjadi
lebih besar. Beberapa pasien mungkin juga memerlukan operasi
pergantian sendi jika setelah diberikan analgesik atau terapi lain ternyata
tidak menunjukkan hasil yang maksimal. Selain itu, prognosis buruk
terjadi jika Paget’s disease sudah berkembang menjadi osteosarkoma.
BAB IIIKESIMPULAN
1. Penyakit Paget merupakan gangguan pada tulang yang ditandai dengan
peningkatan resorpsi tulang sehingga terbentuk tulang baru.
2. Penyebab penyakit paget belum diketahui secara pasti, tetapi prevalensinya
meningkat pada hubungan kekerabatan yang dekat.
3. Penyakit paget memiliki tiga fase yaitu fase lisis awal, fase campuran
osteoblast dan osteoklast, dan fase burnt out.
4. Terapi penyakit paget dapat menggunakan bifosfonat dan kalsitonin yang
bertujuan untuk menurunkan turn over abnormal tulang.
5. Komplikasi apabila penyakit paget tidak ditangani dengan baik antara lain
tuli, gagal jantung, hiperkalsemia, sarcoma, dan arthritis.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Fauci,Anthony S. MD. 2008. Harrison's Principles Of Internal Medicine Seventeenth Edition. USA: Mc-Graw Hill.
Goldman L, Ausiello D. 2007.Cecil Textbook of Medicine. 23rd ed. Philadelphia,
Pa: Saunders Elsevier.
Kertin, Nyoman.2006. Ilmu Penyakit Dalam : Penyakit Paget. Jakarta : Pusat