1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia di Indonesia berkembang dengan sangat pesat, terbukti dengan banyaknya industri kimia yang berdiri serta dibukanya kesempatan untuk penanaman modal asing baik industri kimia yang merupakan industri hulu (memproduksi produk yang berupa bahan baku bagi industri lain) maupun industri hilir (pemakai produk industri hulu). Salah satu industri hulu yang telah berdiri di Indonesia adalah PT Black Bear Resources Indonesia yang merupakan pabrik penghasil amonium nitrat yang merupakan bahan baku untuk pembuatan pupuk nitrogen dan bahan peledak bagi industri pertambangan yang ada di Indonesia. PT Black Bear Resources Indonesia didirikan untuk menjawab tantangan akan perkembangan aktifitas sektor pertambangan di Indonesia. PT Black Bear Resources Indonesia bekerja sama dengan PT Dahana (Persero) dalam bentuk Joint Operation dalam merintis pembangunan pabrik Ammonium Nitrate Solution di Kota Bontang dengan kapasitas produksi mencapai 74.250 ton/tahun. PT Black Bear Resources Indonesia telah memulai produksi sejak bulan Mei 2014 dengan pangsa pasar utamanya yaitu industri pertambangan di Kalimantan Timur salah satunya adalah tambang milik PT Kaltim Prima Coal. Amonium nitrat bukan merupakan industri baru yang ada di Indonesia, bahkan di dunia. Produksi amonium nitrat di dunia pada tahun 1981 mencapai 8.724.000 ton, sedangkan pada tahun 1980 amonium nitrat di produksi oleh 55 pabrik dengan produk dalam bentuk padat dan 77 pabrik memproduksi dalam bentuk larutan. Produk yang dihasilkan PT Black Bear Resources Indonesia ini yaitu Ammonium Nitrate Solution, yaitu amonium nitrat dalam bentuk larutan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri kimia di Indonesia berkembang dengan sangat pesat, terbukti dengan
banyaknya industri kimia yang berdiri serta dibukanya kesempatan untuk penanaman
modal asing baik industri kimia yang merupakan industri hulu (memproduksi produk
yang berupa bahan baku bagi industri lain) maupun industri hilir (pemakai produk
industri hulu). Salah satu industri hulu yang telah berdiri di Indonesia adalah PT Black
Bear Resources Indonesia yang merupakan pabrik penghasil amonium nitrat yang
merupakan bahan baku untuk pembuatan pupuk nitrogen dan bahan peledak bagi
industri pertambangan yang ada di Indonesia.
PT Black Bear Resources Indonesia didirikan untuk menjawab tantangan akan
perkembangan aktifitas sektor pertambangan di Indonesia. PT Black Bear Resources
Indonesia bekerja sama dengan PT Dahana (Persero) dalam bentuk Joint Operation
dalam merintis pembangunan pabrik Ammonium Nitrate Solution di Kota Bontang
dengan kapasitas produksi mencapai 74.250 ton/tahun. PT Black Bear Resources
Indonesia telah memulai produksi sejak bulan Mei 2014 dengan pangsa pasar utamanya
yaitu industri pertambangan di Kalimantan Timur salah satunya adalah tambang milik
PT Kaltim Prima Coal.
Amonium nitrat bukan merupakan industri baru yang ada di Indonesia, bahkan di dunia.
Produksi amonium nitrat di dunia pada tahun 1981 mencapai 8.724.000 ton, sedangkan
pada tahun 1980 amonium nitrat di produksi oleh 55 pabrik dengan produk dalam
bentuk padat dan 77 pabrik memproduksi dalam bentuk larutan. Produk yang dihasilkan
PT Black Bear Resources Indonesia ini yaitu Ammonium Nitrate Solution, yaitu
amonium nitrat dalam bentuk larutan.
2
PT Black Bear Resources Indonesia dipilih sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan
karena PT Black Bear Resources Indonesia merupakan salah satu industri kimia yang
memproduksi Ammonium Nitrate Solution sebagai bahan baku peledak di industri
pertambangan yang berhubungan dengan proses industri kimia yang merupakan disiplin
ilmu teknik kimia. Oleh karena itu, dengan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini
mahasiswa mampu mendalami sistem proses industri kimia yang ada di PT Black Bear
Resources Indonesia, sesuai dengan program studi yang di ambil yaitu Teknik Kimia.
1.1.1 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dicapai pada Praktik Kerja Lapangan yang
dilakukan yaitu :
1. Bagaimanakah gambaran keseluruhan organisasi perusahaan PT Black Bear
Resources Indonesia?
2. Bagaimanakah proses pembuatan Nitric Acid sebagai bahan baku produk
Ammonium Nitrate Solution pada PT Black Bear Resources Indonesia?
3. Bagaimanakah proses pembuatan Ammonium Nitrate Solution pada PT Black
Bear Resources Indonesia?
4. Apa saja unit utilitas yang terdapat pada PT Black Bear Resources Indonesia?
1.1.2 Faedah yang Diharapkan
Adapun faedah yang diharapkan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengetahui proses industri kimia yang dilakukan mulai dari persiapan
bahan baku hingga menghasilkan produk yang diinginkan.
b. Memperluas wawasan, pengetahuan dan pendalaman sebelum terjun
kebidang yang sesungguhnya, serta dapat meningkatkan kemampuan diri
dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan proses industri kimia di
perusahaan khususnya di lingkungan kerja nantinya.
3
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Sebagai studi banding bagi mahasiswa mengenai proses industri kimia yang
terjadi di perusahaan di masa yang akan datang.
b. Sebagai bahan evaluasi dan mengevaluasi sampai mana Mahasiswa Teknik
Kimia mampu memahami dan mempraktikkan ilmu yang telah didapatkan di
bangku perkuliahan.
3. Bagi Perusahaan
a. Memperoleh gambaran mengenai sumber daya manusia pada umumnya,
serta sumber daya manusia Teknik Kimia di Kalimantan Timur secara
khusus.
b. Sebagai sarana untuk menjembatani hubungan kerja sama antara perusahaan
dengan Universitas Mulawarman Samarinda, khususnya mengenai
rekruitmen tenaga kerja.
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Adapun tujuan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui deskripsi proses pembuatan Nitric Acid
2. Mengetahui deskripsi proses pembuatan Ammonium Nitrate Solution
3. Mengetahui unit utilitas yang terdapat pada PT Black Bear Resources Indonesia
1.3 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan ini yaitu :
1. Mengetahui dan memahami proses pembuatan Nitric Acid
2. Mengetahui dan memahami proses pembuatan Ammonium Nitrate Solution
3. Mengetahui dan memahami unit utilitas yang ada di PT Black Bear Resources
Indonesia
4. Mengetahui komposisi emisi gas buang pada PT Black Bear Resources
Indonesia berupa NOx (NO2).
4
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan ini referensi diambil dari berbagai sumber sebagai penunjang
yang dapat digunakan untuk mengembangkan lebih lanjut tentang pembahasan laporan
ini yang berbentuk deskripsi, data gambar atau tabel maupun keterangan lainnya yang
sesuai dengan materi yang diambil dalam penulisan laporan ini.
Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan selama penulisan laporan Praktik
Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengamatan langsung di lapangan sehingga dengan cara ini diperoleh
data yang akurat pada lokasi Praktik Kerja Lapangan.
2. Inventarisasi, yaitu pengumpulan data baik sekunder maupun primer yang
selanjutnya sebagai bahan referensi dilapangan .
3. Dokumentasi, yaitu membuat dokumentasi secara visual dengan gambar foto – foto
kegiatan di lapangan guna mendukung penyusunan laporan.
4. Melakukan diskusi - diskusi baik kepada Process Engineer sebagai pembimbing
Praktik Kerja Lapangan, kepada Process Control, kepada karyawan bagian Utilitas,
kepada karyawan bagian Laboratorium, kepada bagian Safety, maupun kepada
karyawan yang berkaitan dengan Proses Produksi di PT Black Bear Resources
Indonesia.
5. Melakukan studi pustaka yang dapat menunjang penyusunan laporan Praktik Kerja
Lapangan ini yaitu dengan cara mencari data pada buku - buku penunjang yang
berhubungan dengan hal - hal yang dibahas pada laporan ini.
6. Identifikasi mengenai permasalahan - permasalahan yang di hadapi di lapangan
selama Praktik Kerja Lapangan ini berlangsung.
Untuk memudahkan pembahasan dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan
maka digunakan sistematika penulisan laporan. Adapun urutan pokok penulisan laporan
Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai berikut :
5
Bab I Pendahuluan
Pada bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang yang terdiri dari perumusan
masalah dan faedah yang diharapkan, tujuan Praktik Kerja Lapangan, ruang lingkup
Praktik Kerja Lapangan dan juga sistematika penulisan laporan.
Bab II Organisasi Perusahaan
Membahas mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasinya, dan bidang
usaha yang dikerjakan oleh perusahaan di tempat melakukan Praktik Kerja Lapangan.
Bab III Landasan Teori
Landasan teori memuat penjelasan tentang konsep dan prinsip dasar yang diperlukan
untuk memecahkan masalah pekerjaan dan untk merumuskan hipotesis apabila memang
diperlukan. Landasan teori dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis, atau
persamaan-persamaan yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang dikerjakan.
Bab IV Tugas Khusus yang Dilaksanakan pada Saat Praktik Kerja Lapangan
Menguraikan tentang tugas khusus yang diberikan oleh dosen pembimbing maupun
pembimbing lapangan Praktik Kerja Lapangan.
Bab V Kesimpulan
Berisi tentang kesimpulan dari tinjauan teori terhadap hasil pengamatan dilapangan
berdasarkan tujuan yang telah dibuat pada Bab I.
Daftar Pustaka
Memuat semua literatur yang diacu dalam penyusunan laporan ini.
Lampiran
Lampiran dipakai untuk menjelaskan data atau keterangan lain yang sifatnya terlalu
terperinci atau terlalu besar untuk dimuat di dalam pembahasan.
6
BAB II
ORGANISASI PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
PT Black Bear Resources Indonesia berdiri sejak tanggal 7 September 2009 dan
memulai produksi sejak bulan Mei 2014. PT Black Bear Resources Indonesia
merupakan pabrik penghasil Ammonium Nitrate Solution, yaitu amonium nitrat dalam
bentuk larutan (solution) di Indonesia. Beberapa pabrik amonium nitrat yang telah lebih
dahulu berdiri memproduksi amonium nitrat dalam bentuk padatan (prill), seperti PT
Kaltim Nitrat Indonesia (PT KNI) di Kota Bontang, Kalimantan Timur dan PT Multi
Nitrotama Kimia (PT MNK) di Cikampek, Jawa Barat. Selain amonium nitrat, PT Black
Bear Resources Indonesia juga memproduksi asam nitrat yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan Ammonium Nitrate Solution tersebut. Lokasi pabrik PT Black Bear
Resources Indonesia terletak di Jalan Kapal Tengker, Kelurahan Loktuan, Bontang,
Kalimantan Timur.
PT Black Bear Resources Indonesia memiliki kapasitas produksi Ammonium Nitrat
Solution hingga 74.250 ton/tahun, dengan bahan baku yang digunakan yaitu asam nitrat
dan amonia. Asam nitrat yang digunakan dalam satu hari proses produksi hingga 163
ton/hari dan diproduksi sendiri oleh PT Black Bear Resources Indonesia, sedangkan
amonia yang digunakan di datangkan dari PT Pupuk Kalimantan Timur, Bontang.
Pangsa pasar utama Ammonium Nitrate Solution yang dihasilkan adalah industri
pertambangan di Kalimantan Timur salah satunya tambang milik PT Kaltim Prima
Coal.
PT Black Bear Resources Indonesia mengusung semangat pengabdian untuk bangsa,
yaitu dengan berusaha mensinergikan antara potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan kelestarian lingkungan Indonesia, khususnya kota Bontang untuk dapat
mewujudkan harmonisasi kehidupan.
7
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
Adapun visi dan misi PT Black Bear Resources Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Visi:
Menjadi perusahaan produsen Amonium Nitrat dan juga jasa pertambangan kelas dunia
yang handal dan merupakan kebanggaan bagi seluruh pemangku kepentingan termasuk
karyawan dan juga masyarakat kota Bontang.
b. Misi:
a. Berkomitmen untuk terus menambah wawasan dalam memproduksi Amonium
Nitrat dan jasa pertambangan, untuk secara kreatif mentransformasikan sumber
daya alam menjadi kesejahteraan dan pembangunan yang berkelanjutan dengan
memprioritaskan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup dengan
pemanfaatan dan juga peningkatan kualitas SDM kota Bontang untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan dan juga masyarakat kota Bontang.
b. Untuk mengoperasikan pabrik Amonium Nitrat kelas dunia yang mampu
bersaing dengan pabrik - pabrik terbaik di dunia.
c. Untuk menjadi kuartil terendah dari produsen nitrat.
2.3 Kerjasama Perusahaan
Dalam mendirikan perusahaan, PT Black Bear Resources Indonesia bekerja sama
dengan PT Dahana (Persero) yang merupakan BUMN yang bergerak dibidang bahan
peledak komersial dan pertahanan dengan membentuk Joint Operations untuk
membangun pabrik Ammonium Nitrate Solution.
Selain bekerja sama dengan PT Dahana (Persero), pada tahun 2013 PT Black Bear
Resources Indonesia mengadakan kerjasama dengan salam satu perusahaan tambang
terbesar di dunia yaitu Perusahaan AEL yang berpusat di Afrika Selatan. Dengan
masuknya AEL, maka AEL menguasai 42,59% saham PT Black Bear Resources
Indonesia dan AEL juga akan menempatkan sumber daya di PT Black Bear Resources
8
Indonesia. Salah satu poin penting dalam kerjasama ini adalah AEL bersedia meng-
offtake 100% hasil produksi dari PT Black Bear Resources Indonesia.
2.4 Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Pabrik PT Black Bear Resources Indonesia terletak di Kelurahan Loktuan, Kecamatan
Bontang Utara, Kota Bontang Kalimantan Timur. Dimana pemilihan lokasi ini dianggap
memenuhi kriteria dalam pembangunan pabrik, yaitu :
1. Bahan Baku
Bahan baku utama produksi Ammonium Nitrate Solution yaitu amonia yang
diperoleh dari PT Pupuk Kalimantan Timur, yang letaknya ± 1 km dari lokasi pabrik
sehingga hal tersebut dapat mempermudah dalam perolehan bahan baku untuk
produksi.
2. Transportasi
Pemasaran produk dilakukan dengan menggunakan angkutan laut yaitu tanker, dan
lokasi pabrik juga berada di dekat pelabuhan Loktuan sehingga memudahkan dalam
memasarkan produk. Selain itu, lokasi pabrik juga dekat dengan jalan raya, sehingga
mempermudah pendistribusian bahan baku dan segala keperluan pabrik.
3. Tenaga kerja
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja diperoleh dari lulusan sekolah keahlian
(SMK dan sejenisnya) yang berada di sekitar kota Bontang ataupun perguruan
tinggi.
4. Utilitas (Air dan Listrik)
Untuk memenuhi kebutuhan air, maka air laut di sekitar lokasi pabrik diolah terlebih
dahulu pada sistem utilitas, untuk kemudian digunakan dalam proses produksi dan
kebutuhan di kantor. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik diperoleh dari
PT Bumi Bayu Gemilang (PT BBG) yang terletak ± 2 km dari lokasi pabrik.
9
2.5 Disiplin Kerja
Disiplin kerja yang diterapkan di PT Black Bear Resources Indonesia sangat baik,
dimana ketepatan waktu dan efisiensi kerja selalu dijaga dengan baik. Adapun sistem
kerja yang ada di PT Black Bear Resources Indonesia terdiri dari 2 sistem, yaitu :
1. Sistem harian:
Jam kerja sistem harian:
Pagi : pukul 08.00 – 12.00
Istirahat : pukul 12.00 – 13.00
Sore : pukul 13.00 – 17.00
Jam kerja pada hari Jumat:
Pagi : pukul 08.00 – 11.30
Istirahat : pukul 11.30 – 13.30
Sore : pukul 13.30 – 17.00
2. Sistem shift:
Jam kerja sistem sift:
Pagi : pukul 07.00 – 15.00
Sore : pukul 15.00 – 23.00
Malam : pukul 23.00 – 07.00
2.6 Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi PT Black Bear Resources Indonesia disajikan pada gambar
Organization & Manning Chart PT Black Bear Resources Indonesia.
10
11
12
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Sejarah Penemuan dan Perkembangan Amonium Nitrat
Kebutuhan akan bahan peledak yang semakin berkembang membawa para ilmuwan
kepada suatu penemuan baru, yaitu amonium nitrat. Penemuan ini bermula dengan
adanya kalium nitrat, yaitu suatu senyawa yang mudah meledak jika ditambahkan
dengan zat lain. Hal tersebut mengawali pembuatan gun powder oleh orang-orang Cina
yang kemudian digunakan pada senjata, meriam dan kembang api. Untuk mempercepat
reaksi, pada ilmuwan mengembangkan daya ledak yang lebih besar dengan
mencampurkan nitrogen, karbon, oksigen dan hidrogen (Anonim, 2010).
Nitrogliserin, yaitu zat dengan daya ledak dan kesensifitasan tinggi pertama kali
ditemukan oleh Afred Nobel yang kemudian digunakan sebagai bahan baku dinamit.
Hingga saat ini dinamit masih digunakan, namun sekarang telah digantikan oleh
penggunaan amonium nitrat (Anonim, 2010).
Pada mulanya amonium nitrat disintesis oleh Johann R.Glauber pada tahun 1965
dengan mengombinasikan amonium karbonat dengan asam nitrit, namun daya ledaknya
tidak ditemukan sampai Perang Dunia I. Sepanjang Perang Dunia I, sistem pembuatan
amonium nitrat telah dibangun dan digunakan di Jerman untuk membekali keperluan
bahan peledak negara tersebut. Sistem tersebut dapat mensintesis amonia dengan
menggunakan proses Haber - Bosch yang telah dikembangkan oleh peraih Hadiah
Nobel, Fritz Haber dan kemudian diindustrialisasikan oleh peraih Hadiah Nobel, Carl
Bosch. Proses tersebut mengombinasikan hidrogen dan nitrogen dibawah tekanan yang
sangat tinggi untuk menghasilkan amonia (Anonim, 2010).
Pada akhir Perang Dunia I, amonium nitrat diproduksi dalam jumlah besar dan hanya
ditumpuk saja bahkan ketika sistem pembuat amonium nitrat dihentikan. Tumpukan
13
besar tersebut disimpan di lapangan terbuka. Untuk menguraikan tumpukan tersebut
sebagai usaha untuk pembersihan, bahan peledak dimasukkan ke dalam tumpukan
tersebut. Berlawanan dengan harapan, seluruh tumpukan yang diledakkan menghasilkan
letusan sebanyak 4500 ton. Kejadian ini menelan korban sebanyak 600 jiwa. Ada dua
insiden lain dimana amonium nitrat merupakan sumber bencana yang terjadi di Texas
dan Oklahoma (Anonim, 2010).
3.2 Kegunaan Amonium Nitrat
Kegunaan dari amonium nitrat antara lain sebagai bahan baku pembuatan bahan
peledak, pembuatan pupuk dan untuk industri lainnya.
3.2.1 Amonium Nitrat sebagai Bahan Peledak
Amonium nitrat merupakan komponen utama dalam industri bahan peledak dan
nonmiliter. Amonium nitrat tidak terdapat di alam karena sifatnya yang mudah larut dan
mudah diuraikan. Amonium nitrat menjadi campuran yang mudah meledak ketika
dikombinasikan dengan senyawa hidrokarbon, khususnya bahan bakar diesel atau
minyak tanah. Campuran amonium nitrat dan fuel oil (ANFO) telah digunakan oleh
teroris sebagai bom, seperti pada peristiwa Oklahoma (Anonim, 2010).
Amonium nitrat digunakan dalam kemiliteran sebagai bom dan komponen dari amatol.
Campuran ini seringkali dibubuhi oleh bubuk aluminium untuk meningkatkan daya
ledaknya. Salah satu contoh campuran ini adalah ammonal yang terdiri dari amonium
nitrat, TNT (Trinitrotulena) dan aluminium. Campuran aluminium sangat efektif dalam
peledakan tempat tertutup, seperti peledakan bawah air yang menggunakan torpedo.
Amonium nitrat juga digunakan sebagai bahan pembakar roket. Namun, untuk
sementara waktu amonium perklorat lebih disukai karena performa yang lebih tinggi
dan kecepatan pembakaran yang lebih tinggi. Selain itu, amonium nitrat lebih disukai
pada indsutri roket karena tingkat bahaya dan kesensitifannya yang rendah (Anonim,
2010).
14
3.2.2 Amonium Nitrat-Fuel Oil (ANFO)
Bahan peledak amonium nitrat - fuel oil merupakan industri pembuatan bahan peledak
terbesar (dalam hal kuantitas) di Amerika Serikat. Produk ini terutama digunakan dalam
pertambangan dan penggalian. Pada umumnya komponen-komponen tersebut dicampur
di lokasi peledakan untuk alasan keselamatan. Produk campuran tersebut relatif aman,
mudah dibawa dan dapat dituangkan ke dalam lubang objek yang akan diledakkan.
Bahan peledak tersebut terdiri dari campuran minyak dan oksidator yang keduanya
tidak tergolong sebagai zat yang mudah meledak. Nitrokarbonitrat merupakan aturan
klasifikasi untuk bahan peledak yang dibuat oleh Departemen Transportasi Amerika
Serikat dalam hal pengepakan dan pengapalan. Bahan peledak tersebut terdiri dari nitrat
anorganik dan minyak bakar berkarbon dan mengandung zat tambahan yang tidak
mudah meledak seperti bubuk aluminium atau ferosilikon untuk meningkatkan massa
jenis. Bahan peledak tambahan yang digunakan adalah TNT yang dapat mengubah
letusan menjadi ledakan (Anonim, 2010).
Pencampuran antara minyak dan amonium nitrat sangat penting untuk menghasilkan
gaya ledakan yang penuh. Beberapa bahan peledak dicampur dan dikemas oleh
produsen. Salah satu cara yang biasa dan efektif untuk pencampuran adalah merendam
butiran padatan di kantung besar dengan 8-10% dari berat minyak. Setelah pengeringan
selama ± 1,5 jam, butiran padatan tersebut akan dipertahankan jumlahnya sebanyak
minyak (Anonim, 2010).
Fuel oil juga dapat dituangkan kedalam amonium nitrat ± sebanyak ukuran yang akan
dituangkan ke dalam lubang ledakan. Untuk tujuan ini, sekitar 1 gal fuel oil untuk setiap
100 pon amonium nitrat. Minyak tersebut dapat ditambahkan setelah setiap kantung,
dan campuran tersebut akan dimasukkan secara bersamaan (Anonim, 2010).
3.2.3 Bahan Baku Pupuk Nitrogen
Amonium nitrat adalah pupuk nitrogen murni yang memiliki kandungan nitrogen
sekitar 35%. 50% dari nitrogen sudah langsung tersedia bagi tanaman dalam bentuk
15
nitrat. 50% ammonium nitrat lainnya disediakan oleh bakteri tanah. Sehingga efek
langsung dari pemupukan menyebar serta perluasan tercapai (Widiasih, 2013).
3.2.4 Kegunaan dalam Bidang Industri
Amonium nitrat digunakan dalam bidang industri, antara lain :
a. Untuk memodifikasi zeolite
Pada pertukaran ion, zeolit mempertukarkan ion natriumnya dengan NH4+ pada
amonium nitrat. Proses ini membentuk katalis zeolit yang digunakan berbagai
macam industri, seperti industri perminyakan.
b. Untuk pembuatan obat bius dinitrogen oksida
NH4NO3(s) ↔ N2O(g) + 2H2O(g)
c. Amonium nitrat juga digunakan sebagai bahan pembakar roket karena tingkat
bahaya dan kesensitifannya yang rendah.
(Widiasih, 2013).
3.3 Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Produk
3.3.1 Ammonia
a. Sifat Fisika
Rumus molekul : NH3
Wujud zat : gas, anhdydrous, liquid, nitro-sil
Warna dan bau : tidak berwarna dan berbau tajam
Berat molekul : 17,03 mol/gram
Titik leleh : -77,7 C
Titik didih : -33,4 C
Berat jenis : 0,682 g/ml (-33,4 °C)
Berat jenis uap : 0,6 g/ml (udara = 1)
Suhu kritis : 133 °C
Kelarutan dalam air : 31 g/100 g (25 °C)
(Lembar Data Keselamatan Bahan PT BBRI).
16
b. Sifat Kimia
Ammonia mengalami reaksi oksidasi pada suhu dari 750 °C sampai 800 °C
(1380 °F - 1470 °F), dengan reaksi berikut:
4NH3 + 5O2 4NO + 6H2O
Secara kimia, keberadaan amonia di dalam air dapat sebagai gas amonia terlarut
(NH3) dan ion amonium (NH4+), maka total amonia dalam air adalah jumlah dari
NH3 ditambah NH4+. Bentuk yang paling dominan ditentukan oleh pH dan suhu
air, reaksi antara kedua bentuk tersebut ditunjukkan oleh reaksi berikut:
NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH
-
Di dalam air permukaan dan air tanah yang cukup banyak mengandung oksigen,
amonia dapat mengalami nitrifikasi oleh aktifitas mikroorganisme, yaitu proses
oksidasi amonia menjadi nitrat oleh bantuan bakteri Nitrosomonas dan bakteri
Nitrobacter.
2NH3 +3O2 2HNO2 + 2H2O + Energi
2NO2- + O2 2NO3
- + Energi
Reaksi ammonolisis merupakan proses aminasi menggunakan amonia (NH3).
Aminasi adalah proses memperkenalkan gugus amino (-NH2) menjadi senyawa
organik seperti, misalnya :
C6H5OH + NH3 C6H5NH2 + H2O
HgCl2 + 2NH3 Hg(NH2)Cl + NH4Cl
(Widiasih, 2013).
3.3.2 Asam Nitrat
a. Sifat Fisika
Rumus molekul : HNO3
Wujud zat : Cairan jernih-kuning
HNO3 fuming : merah coklat
Berat Molekul : 63,02 g/mol
Titik leleh : - 42 °C
Titik didih : 86 °C
Berat jenis : 1,50269 g/ml (25 °C)
Berat jenis uap : 1,01g/ml (udara = 1)
Nitrosomonas
Nitrobacter
17
pH : 1
Tekanan uap : 62 mmHg (25 °C)
Viskositas : 0,761 Cp (25 °C)
Kelarutan dalam air : larut dan melepaskan panas
(Lembar Data Keselamatan Bahan PT BBRI).
b. Sifat Kimia
Produksi HNO3 dilakukan dengan proses Oswald, terdiri dari 3 langkah reaksi
dengan bahan utama amonia dan gas oksigen, yaitu:
4NH3(g) + 5O2(g) ↔ 4NO(g) + 6H2O(l)
2NO(g) + O2(g) ↔ 2NO2(g)
3NO2(g) + H2O(l) ↔ 2HNO3(aq) + NO(g)
Asam nitrat juga terbentuk dari nitrat oksida yang dioksidasi menjadi nitrogen
dioksida oleh udara atmosfer. Gas didinginkan pada 50 °C kemudian diserap air
dan udara, reaksinya adalah sebagai berikut:
2NO + O2 2NO2 2HNO3
Asam nitrat tidak stabil terhadap panas dan cahaya matahari dan akan terurai
sebagai berikut :
4HNO3 4NO2 + 2H2O + O2
Larutan asam nitrat pekat berwarna kuning yang berasal dari warna NO2
terlarut. Untuk mengurangi penguraian asam nitrat ini, maka asam nitrat
disimpan dalam botol berwarna coklat.
Nitrasi, yaitu reaksi antara asam nitrat dengan gliserin membentuk nitrogliserin.
C3H5(OH)3 + 3HNO3 C3H5(ONO2)3 + 3H2O
Campuran 1 bagian asam nitrat dan asam klorida disebut aqua regia atau air raja.
(Widiasih, 2013).
3.3.3 Amonium Nitrat
a. Sifat Fisika
Rumus Molekul : NH4NO3
Bentuk dan warna : Cairan bening hampir tidak berwarna
(135 - 140 °C)
H2O
O
18
Bau : Berbau seperti amonia lemah
Berat molekul : 80,04 g/mol
Tekanan uap : 2,3 kPa (20 °C)
Titik didih : 142 °C (101,3 kPa)
Titik kristalisasi : 88 °C untuk 88% solution
Suhu dekomposisi : 210 °C
pH larutan 1% : 4,5 - 6,0
Berat jenis : 1,36 g/ml (120 °C, 88% solution)
Kelarutan dalam air : 366 g/ 100 g (35 °C)
(Lembar Data Keselamatan Bahan PT BBRI).
b. Sifat Kimia
Amonium nitrat merupakan oksidator kuat
Bila amonium nitrat kering dipanaskan antara 170 °C (titik leleh) dan sekitar
250 °C, terjadi reaksi eksotermik sebagai berikut :
4NH4NO3 2NO2 +8H2O + 3N2
Reaksi eksotermis dapat terjadi bila gas nitrogen dioksida tidak diloloskan
secara bebas
NH4NO3 + 2NO2 N2 + 2HNO3 + H2O
Pada suhu 250 °C terbentuk asam nitrat dan amonia dengan reaksi endotermis
NH4NO3 HNO3 + NH3
Dekomposisi eksplosif dari ammonium nitrat dapat digambarkan reaksi dibawah
ini:
2NH4NO3 2N2 + O2 + 4H2O
(Widiasih, 2013).
3.4 Proses Pembuatan Amonium Nitrat
Sampai saat ini dikenal 4 proses pembuatan Amonium Nitrat yaitu Proses Grainer,
Proses Prilling, Proses Stengel dan Proses Uhde.
19
3.4.1 Proses Grainer
Proses ini merupakan proses yang sudah tua dan jarang digunakan lagi. Pada proses ini
pemekatan konsentrasi dilakukan di evaporator terbuka (panci tinggi), sehingga
konsentrasi larutan mencapai 98 - 98,5% berat pada suhu 150 - 155 °C. Kristalisasi
dilakukan pada Graining Kettle dimana larutan panas diaduk, sampai kristal yang
terbentuk mengandung 0,1% berat moisture. Proses ini mahal dan berbahaya, serta butir
yang dihasilkan terlalu kecil untuk digunakan sebagai pupuk walaupun cocok untuk
amunisi (Widiasih, 2013).
3.4.2 Proses Prilling
Gas amonia dan asam nitrat direaksikan dalam reaktor yang disebut vessel neutralizing
under agitation dari stainless steel. Kontak antar material menyebabkan larutan panas
dan konsentrasinya 85%. Hampir semua larutan netral dipompa ke vacuum evaporator
dan dipekatkan sampai 95%. Larutan amonium nitrat panas (125 – 140 °C) kemudian
dipompa ke atas spray tower atau prilling tower dengan ketinggian 60 meter, dimana
keluar melalui spray head. Dari bawah prilling tower di alirkan udara, bahan mengeras
menjadi pelet bulat kecil (disebut prills) seukuran gotri. Partikel disaring, dikeringkan
lebih lanjut dan kemudian ditaburi dengan clay untuk meminimalkan kecenderungan
penggumpalan. Partikel besar dan kecil dipisahkan di akhir screening, dilarutkan
kembali dan dikembalikan ke reaktor (Widiasih, 2013).
3.4.3 Proses Uhde
Proses ini merupakan alternatif yang sangat populer karena mempunyai biaya investasi
yang paling rendah. Proses Uhde ini dilakukan dengan mereaksikan gas amonia dan
asam nitrat di dalam bubbling reactor dengan reaksi netralisasi pada suhu mendekati
200 °C dan tekanan 4 - 5 bar (Widiasih, 2013).
20
3.5 Deskripsi Proses Pembuatan Ammonium Nitrate Solution di PT Black
Bear Resources Indonesia
3.5.1 Deskripsi Proses Nitric Acid
Nitric acid diproduksi dengan menggunakan proses Oswald, yaitu proses oksidasi
amonia (NH3 + O2). Proses Oswald ini dipelopori oleh Wilhelm Oswald sejak tahun
1901. Proses ini dilakukan dengan mengkonversi amonia menjadi asam nitrat melalui
oksidasi dengan menggunakan katalis platina.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nitric acid yaitu amonia dan oksigen.
Amonia yang digunakan berasal dari PT Pupuk Kalimantan Timur. Amonia dari PT
Pupuk Kaltim yang dalam bentuk cair terlebih dahulu di vapourkan di Ammonia
Vaporizer. Amonia cair di vaporkan di Ammonia Vaporizer dengan menggunakan Fresh
Steam lalu difilter di cloth filter dan sintered filter untuk menghilangkan pengotor
(seperti oli, minyak dan karat) sebelum masuk ke Gas Mixer. Sedangkan O2 diambil
dari udara di lingkungan lalu di kompresi di Demag Compressor. Udara bertekanan
tersebut lalu di filter di Process Air Filter lalu di panaskan di Process Air Heater.
Kemudian amonia dan udara dicampurkan didalam Gas Mixer. Hasil pencampuran
tersebut di alirkan menuju ke Converter yang berisi katalis Platinum - Rhodium, tempat
dimana terjadinya reaksi oksidasi NH3 dengan O2 dari udara.
Hasil reaksi antara NH3 dan O2 kemudian disebut Process Gas dan reaksi ini
menghasilkan panas (reaksi eksotermis) sehingga Process Gas perlu didinginkan secara
bertahap. Process Gas dari Converter kemudian masuk ke Tail Gas Reheater (TGR). Di
dalam TGR ini terjadi perpindahan panas antara Process Gas dan Tail Gas (gas - gas
yang tidak terserap di dalam Main Absorption Column dan High Efficiency Absorption
Column).
Setelah dari TGR, Process Gas kemudian dialirkan ke Proces Air Heater (PAH) untuk
memanaskan Process Air dari Compressor sebelum masuk ke dalam Gas Mixer.
Process Gas dari PAH, kemudian dipakai untuk menghasilkan steam di dalam Waste
Heat Exchanger (WHE).
21
Setelah dari WHE, Process Gas kemudian masuk ke Platinum Filter untuk
menghilangkan debu Platinum yang terbawa oleh Process Gas sebelum dialirkan ke
Tail Gas Preheater (TGP). Pada TGP terjadi perpindahan panas antara Process Gas
dengan Tail Gas.
Dari TGP, Process Gas kemudian dialirkan ke dalam Cooler Condenser A yang
berfungsi mengkondensasikan Process Gas. Pada cooler condenser A telah terbentuk
weak nitric acid. Sisa gas yang tidak terkondensasi masuk ke Cooler Condenser B
melalui Bend. Process Gas yang di kondensasi di Cooler Condenser B yang terhubung
langsung dengan Acid Separator untuk weak nitric acid yang terbentuk dengan Process
Gas yang tidak terkondensasi.
Weak nitric acid dari Acid Separator dan Cooler Condenser A kemudian masuk ke
dalam Main Absorption Column pada tray ke 10. Sedangkan Process Gas dari Acid
Separator masuk melalui bottom Main Absorption Column. Di dalam Main Absorption
Column kemudian dihasilkan Nitric Acid dengan konsentrasi 56%. Nitric Acid yang
dihasilkan kemudian disimpan di Nitric Acid Tank. Sedangkan Process Gas yang tidak
membentuk nitric acid yang keluar dari Main Absorption Column yang disebut Tail
Gas, masuk ke High Eficiency Absorption Column untuk di absorbs dengan air demin
dan Contaminan Condensate lalu diumpankan lagi ke Main Absorption Column.
Sedangkan Tail Gas yang tidak terlarut diumpankan ke Mist Separator untuk
memisahkan asam dari Tail Gas. Tail Gas dari Mist Separator masuk ke Tail Gas
Tempering Heater (TGTH) dimana Tail Gas dipanaskan sampai temperatur di atas
Boiling Point Nitric Acid. Selanjutnya Tail Gas dipanaskan secara counter current
dengan Process Gas yang dihasilkan dari Converter. Energi panas dari Tail Gas ini
dimanfaatkan sebagai penggerak Turbine sebelum dibuang ke atmosfer.
3.5.2 Deskripsi Proses Ammonium Nitrate Solution
Ammonium nitrate solution diproduksi dengan menggunakan proses netralisasi vakum
KRUPP - UHDE yaitu proses netralisasi nitric acid dengan tekanan vakum pada pH
rendah.
22
Ammonium nitrate solution dibentuk oleh reaksi dari nitric acid dan amonia. Amonia
dalam bentuk cair pertama kali harus diuapkan dan dikeringkan di ammonia vaporizer
atau superheater, setelah itu amonia dalam bentuk gas dialirkan ke Knock Out Pot (K.O
Pot) untuk menghilangkan kotoran yang terdapat pada amonia (seperti oli). Setelah
amonia bebas dari kotoran, amonia gas kemudian diumpankan ke reaktor 1 (Neutralizer
1). Di dalam reaktor 1 amonia dan nitric acid direaksikan dengan rasio stoikiometri
yaitu 1 : 3,7, sesuai reaksi di bawah ini:
NH3 + HNO3 NH4NO3
17 63 80
HNO3 / NH3 = 1 : 3,7
Ammonium Nitrate Solution yang terbentuk pada Reactor Neutralizer 1 kemudian
dialirkan ke Vapour Separator untuk memisahkan Ammonium Nitrate Solution dari gas-
gas yang terdapat pada Ammonium Nitrate Solution (contaminated steam).
Contaminated steam dan mengalir ke Process Condenser untuk dikondensasi dan
didinginkan dengan menggunakan cooling water. Sebagian besar Ammonium Nitrate
Solution di sirkulasikan kembali ke Reactor Neutralizer 1 dengan Ammonium Nitrate
Recirculation Pump. Sebagian Ammonium Nitrate Solution dari Vapour Separator
kemudian dialirkan ke Reactor Neutralizer 2 untuk dinaikan pH -nya hingga 4,5.
Setelah dari neutralizer 2, produk berupa Ammonium nitrate solution dengan
konsentrasi 82 - 85% kemudian dialirkan ke AN Holding Tank, New ANSOL A dan B.
3.6 Diagram Blok Proses
Adapun diagram blok proses pembuatan Nitric Acid dan Ammonium Nitrate Solution
dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2.
23
Gambar 3.1 Diagram Blok Proses Pembuatan Nitric Acid
Gambar 3.2 Diagram Blok Proses Pembuatan Ammonium Nitrate Plant
Ammonia
Vaporizer Mixer Converter Tail Gas
Reheater
Waste Heat
Exchanger
Process Air
Heater
Platinum
Filter Tail Gas
Preheater
Cooler
Condenser A
Main
Absorption
Column
High Efficient
Absorption
Column
Cooler
Condenser B
NA Storage
Tank
Ammonia
liquid
Process
Air
Ammonia
Vaporizer Neutralizer 1 Vapor
Separator
HEA
Contaminated
Condensate
Feed Tank
HEA Column
AN Tank
Start-Up
Neutralizer 2
Acid
Preheater
Contaminated
Condensate
Cooler
Contaminated
Condensate
Tank
NA Storage
Tank Process
Condenser
Ammonia
liquid
New
ANSOL
Tank B
AN Holding
Tank
New
ANSOL
Tank A
Nitric
Acid
24
BAB IV
TUGAS YANG DILAKSANAKAN SAAT PRAKTIK KERJA
LAPANGAN
4.1 Tugas Umum Deskripsi Proses Per - unit Operasi
4.1.1 Nitric Acid Plant
a. Ammonia Burn Tank (NA-FA301 / AN-FB301)
Ammonia Burn Tank merupakan tempat penyimpanan sementara (Buffer
Storage) dan mengatur kondisi amonia pada temperatur dan tekanan yang
diinginkan sebelum masuk ke Ammonium Vaporizer. Setelah kondisi operasi
(suhu dan tekanan) telah dicapai, amonia tersebut kemudian dialirkan masing -
masing ke Nitric Acid Plant dan Ammonium Nitrate Plant.
Ammonia Burn Tank terdiri dari 2 unit yaitu untuk Burn Tank Nitric Acid Plant
(NA-FA301) berkapasitas 34 m3 dan Burn Tank Ammonium Nitrate Plant (AN-
FB301) berkapasitas 30 m3. Amonia dari PT Pupuk Kalimantan Timur dengan
tekanan 25 bar g dialirkan ke Burn Tank NA-FA301 / AN-FB301. Sebelum
masuk ke Burn Tank, tekanan amonia telah dikondisikan menjadi 12,5 bar g
dengan temperatur sebesar 32,4 °C dengan menggunakan shell and tube
exchanger.
b. Ammonia Vaporizer (01W1101)
Ammonia Vaporizer berfungsi untuk mengubah fasa amonia cair menjadi gas
dengan menggunakan panas steam. Ammonia vaporizer yang digunakan
berbentuk Shell and Coil Heat Exchanger. Shell side terbuat dari bahan Carbon
Steel dengan 2 helical coil berupa Steinless Steel. Amonia dengan tekanan 12,5
bar g dan temperatur 32,4 °C masuk kedalam shell side dan bertukar panas
dengan steam yang masuk melalui coil. Steam yang digunakan untuk pemanasan
mempunyai tekanan 16 bar g temperatur 200 °C. Gas amonia yang keluar dari
Ammonia Vaporizer bertekanan 12,5 bar g dan temperatur 65,5 °C. Temperatur
25
amonia meningkat menjadi 110 °C akibat pemanasan oleh steam tracing
sebelum masuk kedalam gas mixer (01T1101).
Menghitung laju alir Nitric Acid :
Basis desain 163 ton/hari (basis 100%)
Basis NH3
Misalkan laju alir pada keluaran filter amonia = 1276 kg/jam, maka laju alir
Nitric Acid :
c. Ammonia Gas Filter (01F1102A / 01F1102B)
Ammonia Gas Filter berfungsi untuk menyaring gas amonia dari Ammonia
Vaporizer dari kotoran - kotoran berupa logam, karat, minyak, debu dan bahan
pengotor lainnya sebelum dicampur dengan udara proses. Penyaringan amonia
dilakukan dengan menggunakan 2 alat yaitu, Ammonia Cloth Filter (01F1102A)
dan Sintered Metal Filter (01F1102B). Kondisi operasi feed Ammonia Filter
Cloth yaitu 12,5 bar g dan 65,5 °C dan kondisi operasi outputnya yaitu 12,3 bar
g dan 110 °C dimana temperatur meningkat menjadi 110 °C akibat pemanasan
oleh steam tracing yang kemudian masuk ke sintered metal filter dengan kondisi
operasi outputnya yaitu 12 bar g dan 110 °C.
d. Demag Compressor System (01V1101)
Demag Compressor System berfungsi untuk mengkompresi udara yang diambil
dari lingkungan untuk kebutuhan Process Air, Cooling Air dan Bleaching Air.
Compressor System terdiri dari 4 tahapan Turbo - compressor yang digerakkan
oleh motor dan Hot Gas turbine yang memberikan daya 2,7 MW. Total daya
yang dibutuhkan Compressor adalah 3,9 MW. Turbo - compressor mempunyai 3
intercooler untuk mendinginkan udara setelah melewati tahap pertama, kedua
dan ketiga kompresi. Minyak untuk pelumasan dan kontrol hidraulik dijaga
26
tekanannya pada masing - masing 55 psi g dan 110 psi g di temperatur maksimal
48 °C.
Udara dengan tekanan 1 bar g dan temperature 35 °C (temperatur udara ambien)
di filter 2 tahap di sebuah Suction Air Filter yang mengandung 2 Band Filters di
tahap pertama dan 8 Pocket Filters di tahap kedua. Kemudian udara masuk ke
Compresor 4 tahap dimana setelah dikompresi di setiap tahap, udara akan di
dinginkan di 3 intercooler kecuali di tahap ke 4. Udara yang telah dikompresi
bertekanan 8,4 bar g dengan temperatur 140 °C. Cooling Water yang masuk
kedalam setiap intercooler mempunyai temperatur 34 °C dengan tekanan 4 bar
g.
Compresed Air dengan laju alir 33.000 NM3/h yang meninggalkan Turbo-
compressor dibagi untuk 4 aliran yaitu:
a. 24.438 NM3/h sebagai Process Air ke Process Air Filter (01F1103),
b. 5.860 NM3/h sebagai Cooling Air ke turbin, dan
c. Sekitar 3.000 NM3/h sebagai Bleaching Air ke Absorbtion Column (01K1101 A)
dan Air Lift.
e. Process Air Filter (01F1103)
Process Air Filter adalah vessel yang terbuat dari Stainless Steel yang berisi 8
pleated sintered metal ‘cylinders’ yang digunakan untuk menyaring karat,
minyak dan sisa kotoran pada Process Air yang menuju Converter.
Process Air yang masuk ke dalam filter bertekanan 8,4 bar g dengan temperatur
140 °C dan Process Air bersih yang sudah di filter bertekanan 8,3 bar g dengan
temperatur 140 °C. Process Air ini kemudian diumpankan ke Process Air
Heater.
f. Process Air Heater (01W1102)
Process Air Heater merupakan alat penukar panas yang terbuat dari Stainless
Steel yang berbentuk Shell and Tube. Pertukaran panas yang terjadi yaitu antara
27
Process Air yang akan dipanaskan oleh Proses Gas. Process Air mengalir pada
Shell - side dan Process Gas melewati Tube - side secara counter - current.
Process Air yang keluar dari dari Process Air Heater mempunyai temperatur
280 °C dengan tekanan 8,3 bar g.
g. Gas Mixer (01T1101)
Gas Mixer berfungsi untuk mencampurkan gas amonia dengan Process Air.
Pada Gas Mixer terdapat filter berupa Ni - Chrome steel mesh yang berguna
untuk menghilangkan kontaminan yang merugikan seperti :
a. Minyak, karat atau pengotor yang menjadi racun katalis
b. Kontaminan yang akan bereaksi dan mengakibatkan temperatur meningkat
sebelum reaksi dan akan menguraikan amonia di aliran proses.
Gas amonia masuk kedalam Gas Mixer dengan tekanan 12 bar g dan temperatur
110 °C dicampurkan dengan Process Air bertekanan 8,3 bar g dan temperatur
280 °C. Campuran gas amonia dan Process Air selanjutnya disebut Process Gas
bertekanan 8,3 bar g dan temperatur 270 °C.
h. Converter
Converter berfungsi untuk mengoksidasi gas amonia dengan oksigen dari
Process Air dengan bantuan katalis Platinum - Rhodium dengan temperatur 900-
925 °C. Rasio amonia dan udara proses mengandung 10,5% volume (6,0% berat
ammonia). Batas maksimal agar tidak terjadi ledakan untuk ratio NH3/udara
proses adalah 12% volume pada tekanan operasi.
Hasil reaksi dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan pada saat operasi. Pada
temperatur 850 °C dan tekanan rendah, N2O terbentuk. Pada temperatur 900 -
925 °C, NO dan NO2 terbentuk. Pada temperatur ˃950 °C, N2O4 terbentuk.
Semua reaksi ini sangat eksotermis. NO dan NO2 merupakan hasil reaksi yang
diinginkan untuk pembentukan Nitric Acid. Oleh sebab itu temperatur operasi
dijaga 900 – 925 °C pada tekanan operasi untuk mendapatkan hasil reaksi
berupa NO dan NO2.
28
Reaksi yang terjadi didalam Converter adalah:
a. 4NH3 + 5O2 → 4NO + 6H2O +216.600 cal
b. 4NH3 + 3O2 → 2N2 + 6H2O +302.700 cal
c. 4NH3 + 6NO → 2N2 + 6H2O +431.900 cal
Reaksi tersebut di atas merupakan reaksi eksotermis (reaksi yang menghasilkan
panas), sehingga Process Gas perlu didinginkan secara bertahap agar sebagian
Process Gas dapat dikondensasi untuk dapat diserap di dalam Unit Absorpsi.
i. Tail Gas Reheater (TGR / 01A1101)
Tail Gas Reheater (TGR) merupakan alat penukar panas tipe jacket shell dan
tube yang terbuat dari Stainless Steel. Tube pada Tail Gas Reheater berbentuk U
- Tube yang terletak dibawa katalis Converter. TGR berfungsi untuk mengambil
panas reaksi dari Process Gas dengan menggunakan Tail Gas. Tail gas adalah
gas - gas yang tidak terserap di dalam Main Absorption Column (01K1101A)
dan High Efficiency Absorption Column (01K1101B). Tail gas mengandung gas
- gas N2, uap H2O, O2, dan NO + NO2 ≤ 1000 ppm.
Process Gas dengan temperatur 925 °C tekanan 8,2 bar g keluar dari Converter
lalu masuk ke dalam Tail Gas Reheater melalui shell side. Di dalam TGR ini
terjadi perpindahan panas antara Process Gas yang melewati shell side dan Tail
Gas yang masuk melalui jacket kemudian melalui U - tube side. Tail gas yang
masuk kedalam TGR melalui jacket mempunyai temperatur 170 °C dan tekanan
6,1 bar g. Pada pertukaran panas ini temperatur Process Gas turun dari 925 oC
menjadi 610 oC pada tekanan 8,1 bar g, sedangkan temperatur tail gas naik dari
170 oC ke 242
oC (saat melalui jacket) kemudian naik lagi menjadi 600
oC pada
tekanan 6,0 bar g (saat melalui U - tube side). Tail gas keluar dari TGR
digunakan energi panasnya untuk penggerak Turbine.
Dari TGR, Process Gas dialirkan ke Proces Air Heater (PAH / 01W1102).
Proces Air Heater (PAH / 01W1102) berfungsi untuk memanaskan Process Air
dari Compressor dari 140 oC menjadi 280
oC sebelum masuk ke dalam Gas
29
Mixer. Sementara itu Process Gas yang keluar dari Process Air Heater
mempunyai temperatur 610 °C dengan tekanan 8,1 bar g.
j. Waste Heat Exchanger (01W1103)
Waste Heat Exchanger merupakan alat penukar panas tipe shell and tube dari
bahan stainless steel untuk pembangkit steam (steam generator). Generator ini
mampu memproduksi steam sebanyak 3,75 - 4,0 ton/h pada tekanan 16 bar g.
Process Gas yang keluar dari Process Air Heater (PAH / 01W1102) akan
bertukar panas dengan Boiler Feed Water untuk memproduksi steam. Process
Gas yang masuk melalui tube side mula - mula mempunyai temperatur 560 °C
dengan tekanan 8,1 bar g. Setelah panas Process Gas diambil oleh Boiler Feed
Water yang melewati shell side, temperatur process gas akan menurun sampai
230 °C dengan tekanan 8,0 bar g.
k. Platinum Filter (01F1104)
Platinum Filter terbuat dari bahan stainless steel dengan tipe cartridge yang
digunakan untuk menyaring katalis Platinum yang kemungkinan terdapat pada
Process Gas. Cartridge yang digunakan berbentuk silinder mengandung lapisan
serat kaca (glass fibre). Glass Fibre pada cartridge akan dilepas dan dikirim ke
pabrik katalis untuk menghilangkan debu platinum setelah pemakaian 90 hari.
Waktu optimal pemakaian platinum filter adalah ± 90 hari, jika lebih dari 90 hari
maka kinerja platinum filter akan berkurang dan tidak optimal.
Process Gas yang membawa katalis Platinum masuk kedalam Platinum Filter
bertekanan 8,0 bar g dan temperatur 230 °C. Setelah melewati cartridge,
Process Gas yang meninggalkan Platinum Filter mempunyai tekanan 7,5 bar g
(pressure drop platinum filter optimum kurang dari 1 bar) dan temperatur 230 °C
lalu diumpankan ke Tail Gas Preheater.
30
l. Tail Gas Preheater (01W1104)
Tail Gas Preheater merupakan alat penukar panas tipe shell and tube berbahan
stainless steel. Tail Gas Preheater berfungsi untuk mengambil panas Process
Gas dengan Tail Gas yang akan masuk kedalam Tail Gas Reheater. Proses
pertukaran panas ini memakai prinsip aliran secara counter - current
(berlawanan arah) dengan Process Gas dari Platinum Filter masuk melalui tube
side dari top vessel dan Tail Gas melalui shell side dari bottom vessel.
Process Gas dari Platinum Filter masuk kedalam Tail Gas Preheater pada
tekanan 7,5 bar g dengan temperatur 230 °C melewati tube side bertukar panas
dengan Tail Gas yang masuk melalui shell side dengan tekanan 6,1 bar g dan
temperatur 80 °C. Process Gas yang keluar dari Tail Gas Preheater mempunyai
temperatur 185 °C dengan tekanan 7,3 bar g untuk diumpankan ke Cooler
Condenser A. Sedangkan Tail Gas yang keluar dari Tail Gas Preheater
mempunyai temperatur 170 °C dan tekanan 6,1 bar g lalu diumpankan ke Tail
Gas Reheater.
m. Cooler condensers A/B (01W1105 A / 01W1105 B)
Cooler Condensor A/B adalah alat penukar panas tipe shell and tube yang
berfungsi untuk mengkondensasikan Process Gas menjadi Nitric Acid. Di
Cooler Condenser A, aliran Process Gas pada tube side dan aliran cooling water
counter-current pada shell side.
Pada Cooler Condenser A, Process Gas yang masuk dengan temperatur 185 °C
dan tekanan 7,3 bar g dikondensasi dengan cooling water dengan temperatur 36
°C dan tekanan 3,0 bar g menghasilkan kondensat asam lemah (konsentrasi
asam 40%) dengan temperatur 40 °C dengan tekanan 5,7 bar g. Asam lemah dari
Cooler Condenser A lalu diumpankan ke Main Absorption Column dengan Air-
Lift. Sedangkan Process Gas yang belum terkondensasi mempunyai temperatur
58 °C dengan tekanan 6,5 bar g akan menuju Cooler Condenser B. Sedangkan
Cooling water yang meninggalkan Cooler Condenser A mempunyai temperatur
57 °C dan tekanan 2,0 bar g.
31
Process Gas yang belum terkondensasi akan mengalir melalui bend berupa pipa
penghubung antara Cooler Condenser A dan Cooler Condenser B. Pada Bend
memungkinkan konversi semua NO dan NO2 yang berupa gas akan membentuk
weak nitric acid. Konversi ini akan terbentuk pada Process Gas temperatur
rendah setelah pendinginan pada temperatur 40 °C di Cooler Condenser A.
Temperatur di Bend berkisar 40 °C – 58 °C.
Process Gas dengan temperatur 58 °C dan tekanan 6,5 bar g yang masuk
kedalam Cooler Condenser B akan dikondensasikan lagi dengan Cooling Water.
Cooler Condenser B terhubung langsung dengan Acid Separator untuk
memisahkan Process Gas yang terkondensasi menjadi asam lemah dengan
Process Gas yang belum terkondensasi.
n. Acid Separator (01B1102)
Acid Separator adalah vessel yang terbuat dari Stainless Steel untuk
memisahkan asam lemah dari Process Gas yang meninggalkan Cooler
Condenser B sebelum masuk ke Main Absorbtion Column. Process Gas yang
dari Cooler Condenser B mempunyai temperatur 40 °C dengan tekanan 6,5 bar g
masuk ke Acid Separator untuk memisahkan weak nitric acid dari Process Gas.
Weak nitric acid dari Acid Separator yang mempunyai temperatur 40 °C dengan
tekanan 6,3 bar akan dicampurkan dengan weak nitric acid dari Cooler
Condenser A ke Air - Lift untuk didorong oleh udara ke Main Absorbtion
Column di tray ke 10. Process Gas yang masih mengandung weak nitric acid
akan dialirkan masuk ke Main Absorption Coloum pada bottom Main
Absorbtion Column. Process Gas ini mempunyai temperatur 40 °C dengan
tekanan 6,3 bar g.
o. Main Absorption Column (01K1101 A)
Main Absorption Column merupakan Stainless Steel Tower dengan tipe Bubble-
cap Plate. Column ini mempunyai 35 trays dengan tipe Bubble - cap dan 2
Bleacher trays pada bagian bawah untuk mendistribusikan Bleaching Air yang
berfungsi untuk menghilangkan gas terlarut dari Nitric Acid yang akan membuat
32
warna produk menjadi kuning gelap. Bleaching ini menggunakan Compressed
Bleaching Air pada temperatur 140 °C dan tekanan 8,4 bar g.
Weak Nitric Acid dari Cooler Condenser A dan Acid Separator masuk ke Main
Absorption Column di tray ke 10 bercampur dengan asam lemah dari HEA
Column yang masuk melalui top Main Absorption Column lalu mengabsorpsi
NO2 dan sisa NO yang masuk dari Bottom Column. Process Gas pada
temperatur 40 °C dan tekanan 6,3 bar g g dari bottom akan melewati setiap tray
dan Weak Nitric Acid akan turun dari top column.
Proses Absorpsi NO2 dan sisa NO dengan Weak Nitric Acid bersifat eksotermis.
Proses absorpsi ini dilakukan pada temperatur rendah. Sehingga column
mempunyai 6 Cooling Water coils pada setiap tray kecuali pada bagian paling
atas absorbs terdapat 4 coils karena proses absorbsi NO2 dan sisa NO lebih
banyak terjadi di tray - tray selain tray paling atas. Cooling water yang masuk ke
setiap coil mempunyai temperatur 36 °C dan tekanan 4,0 bar g.
Reaksi yang terjadi di Main Absorption Column adalah:
2NO + O2 ↔ 2NO2
3NO2 + H2O ↔ 2HNO3 + NO
Nitric Acid pada bottom column mempunyai konsentrasi 56% dengan temperatur
40 °C dan tekanan 6,2 bar g akan disimpan di Nitric Acid Tank. Process Gas
(lean tail gas ) yang lolos pada top Main Absorption Column dengan temperatur
34 °C dan tekanan 6,2 bar g akan diumpankan ke bottom High Efficiency
Absorption Column (HEA Column).
p. High Efficiency Absorption Column (HEA Column) (01K1101 B)
High Efficiency Absorption Column (HEA Column) adalah column absorption
dengan 7 trays Sieve-plate yang berfungsi untuk mengurangi NOx (NO+NO2)
dari Lean Tail Gas dari Main Absorbtion Column yang masuk melalui bottom
HEA Column. Lean Tail Gas ini akan diabsorbsi oleh demineralized water atau
33
Low pH Contaminated Condensate dengan temperatur 35 °C dan tekanan 7 bar
g sebagai umpan di top HEA Column.
HEA Column terdiri dari 7 sieve-plate dan 1 tray pada bagian atas sebagai
pendistribusi air yang diumpankan di top HEA Column. HEA Column juga
mempunyai Cooling Water Coils dibawah setiap Sieve-plate untuk menurunkan
suhu reaksi absorbs NO dan NO2 pada Lean Tail Gas. HEA Column
memungkinkan NOx content pada Tail Gas yang dikeluarkan kurang dari 1000
ppm. Tail gas yang keluar mempunyai temperatur 34°C dan tekanan 6,1 bar g g.
Sedangkan asam lemah yang mempunyai temperatur 34°C dengan tekanan 6,1
bar g hasil absorbs NO2 oleh demineralized water atau Low pH Contaminated
Condensate diumpankan ke top Main Absorption Column.
q. Mist Separator (01B1103)
Mist Separator adalah tangki Stainless Steel yang mempunyai Demister pad
yang berfungsi untuk memisahkan asam lemah yang masih terkandung dalam
Tail gas dari HEA Column. Tail Gas dari HEA Column masuk ke Mist Separator
dan mengalir melewati Demister pad sebelum keluar dari top vessel. Sedikit
asam akan dialirkan ke Acid Sump Tank. Pada Mist Separator tidak ada
perubahan tekanan dan temperatur.
r. Tail Gas Tempering Heater (TGTH) (01W1106)
Tail Gas Tempering Heater adalah alat penukar panas tipe shell and tube dengan
SS tubes untuk memanaskan Tail Gas dari 34°C ke atas boiling point dari Nitric
Acid pada tekanan 6,1 bar g dengan menggunakan media pemanas steam. Hal ini
dilakukan karena Nitric Acid pada Boiling point bersifat sangat korosif terhadap
Stainless Steel.
Tail Gas dengan temperatur 34°C dengan tekanan 6,1 bar g masuk dari top
vessel melalui tube side dan steam dengan bertekanan 16 bar g masuk melalui
shell side pada top vessel. Tail Gas dipanaskan hingga temperatur 80°C lalu
masuk kedalam Tail Gas Preheater.
34
s. Turbine
Gas panas dengan temperatur dan tekanan tinggi digunakan untuk
menggerakkan turbin dan mengubahnya menjadi energi mekanis sebesar 2,7
MW untuk digunakan di Compressor. Tail Gas dari Tail Gas Reheater dengan
temperatur 600°C dengan tekanan 6 bar g dicampur udara dari Compressor
dengan temperatur 140°C dengan tekanan 8,4 bar g sebelum memasuki Turbin.
Turbin akan digerakkan oleh gas panas sisa dari Nitric Acid Plant saat
beroperasi. Tekanan gas panas yang akan diumpankan ke Turbin sebesar 6 bar g
dengan temperature 580°C. Sisa Tail Gas yang bertekanan 0,98 bar g dengan
temperatur 300°C akan di buang ke atmosfer melewati Exhaust Stack.
t. Exhaust Stack (01A1102)
Exhaust Stack adalah cerobong tinggi yang berfungsi untuk mengeluarkan gas
buang dari turbin ke atmosfer. Gas buang ini akan bercampur dengan udara
sekitar dengan melewati Exhaust Stack Fan yang mendilusi Tail Gas yang
meninggalkan turbin sebanyak 3 kali. Gas emisi pada top Stack mempunyai
temperatur 80°C dan tekanan 1 bar g dengan kandungan NOx kurang dari 300
ppm (0,025%).
4.1.2 Ammonium Nitrate Plant
a. Ammonia Vaporizer (E-10)
Amonia vaporizer merupakan heat exchanger berupa vertical shell and tube
dengan bahan Carbon Steel dimana amonia dievaporasi di dalam sisi shell and
vapour condensing di dalam tube. Amonia yang berasal dari burn tank dengan
tekanan 12,5 bar dan temperatur 30°C terlebih dahulu di turunkan tekanannya
menjadi 6 bar menggunakan valve PV 3100, setelah itu amonia masuk ke dalam
ammonia vapourizer melalui Shell yang di flash kemudian diumpankan ke
ammonia vaporizer. Amonia dalam bentuk liquid dievaporasikan dengan
menggunakan fresh Steam (3,5 bar) saat start up dan proses vapour dari vapour
separator ketika pabrik telah beroperasi.
35
Hasil dari ammonia vaporizer yaitu gas amonia dengan tekanan 6 bar dan suhu
30°C, gas amonia yang tidak teruapkan kemudian dialirkan ke ammonia stripper
untuk dihilangkan kondensat yang terdapat pada gas amonia. Setelah bebas dari
kondensat, gas amonia kemudian dialirkan menuju ke Knock Out Pot (KO Pot)
untuk memisahkan gas amonia dengan kontaminan berupa oil, air atau minyak.
Gas amonia dari KO Pot kemudian diumpankan ke Reaktor 1/ Neutralizer 1.
b. Acid Preheater (31E002)
Acid Preheater adalah alat penukar panas tipe Shell and Tube Stainless Steel
dengan aliran Co-current yang berguna untuk memanaskan Nitric Acid dengan
menggunakan LP Steam (3,5 bar g).
Nitric acid pada NA storage tank memiliki kondisi operasi tekanan 1 bar dan
temperatur 50 °C. Nitric Acid dipompakan ke Acid Preheater untuk dipanaskan
menjadi 60°C. Setiap kenaikan temperatur 5°C acid akan menaikan konsentrasi
AN solution sebanyak 1%. Hal ini terjadi karena semakin tinggi temperatur
asam, temperatur reaksi akan semakin tinggi dan semakin banyak flashing di
Vapor Separator dan akan meningkatkan konsentrasi pada AN solution.
Kondensat yang terbentuk pada acid preheater kemudian dialirkan ke
Contaminated Condensate Tank. Setelah dari Acid Preheater, Nitric Acid
kemudian dialirkan ke Neutralizer 1 untuk direaksikan dengan Amonia.
Temperatur Nitrid Acid yang keluar dari Acid Preheater adalah 60° dengan
tekanan 1 bar g.
d. Reaction Loop
Neutralizer Reactor 1 merupakan reaktor dibagi menjadi 2 bagian, inlet nozzles
untuk reaktan masuk dari bottom dan reaktan yang tercampur dari sirkulasi AN
solution dengan mengunakan Recirculation Pump. Reaktan dan AN solution
naik melalui pipa ke bagian atas reaktor dan mengalir ke Vapor Separator.
Dibagian injeksi Acid ke reaktor terdapat 4 injection nozzle yang terbuat dari
PTFE ( Polytetrafluoroethylene) yang berada di sekeliling bottom perimeter dan
36
dibawah aliran gas amonia untuk mencegah korosi akibat temperatur asam yang
tinggi.
Neutralizer 1 merupakan reaktor yang berbentuk plug flow reactor dengan
kapasitas 240 m3/jam. Reaksi yang terjadi di dalam Neutralizer 1 ini adalah
reaksi antara gas amonia dan Nitric Acid dari Acid Preheater dengan rasio 1 :
3,7. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
NH3 + HNO3 NH4NO3
BM 17 63 80
1 : 3,7
Amonia dan Nitric Acid diumpankan ke dalam reactor 1. Kenyataannya nilai pH
akan tetap berubah-ubah antara daerah asam dan amonia. Untuk mencegah hal
ini reaksi AN dioperasikan dalam kondisi asam pada nilai pH sekitar 1,2-1,5.
Kondisi asam dipilih sehingga mengurangi kelebihan Amonia yang dapat
menguap dari AN solution di Vapour Process. Percampuran reaktan ini
menghasilkan AN solution dengan konsentrasi 60% dengan temperatur 140°C
dan tekanan 2,5 bar g.
Ammonium Nitrate Solution yang telah terbentuk kemudian di alirkan ke vapor
separator untuk memisahkan Ammonium Nitrate Solution dari gas-gas yang
terdapat pada Ammonium Nitrate Solution.
Vapour Separator digunakan untuk menaikkan konsentrasi AN solution dari
70% menjadi 82-85% karena adanya perbedaan tekanan. Didalam vapour
separator terdapat demister berupa Filter Plate untuk menyaring AN solution
yang bercampur dengan uap air yang keluar pada bagian atas Vapour Separator.
Vapour separator bekerja pada tekanan vakum 0,45 bar abs atau -0,55 bar g
(vakum).
Pada inlet nozzle dari vapour separator, Ammonium Nitrat Solution diflash ke
dalam vapour separator dimana contaminanted steam yang terbentuk
37
dipisahkan dari Ammonium Nitrat Solution. Sebagian besar Ammonium Nitrat
Solution disirkulasikan kembali ke reactor Neutralizer 1. Aliran Ammonium
Nitrat Solution diumpankan ke overflow ke dalam Neutralizer Reactor 2 dengan
aliran gravitasi. Contaminated Steam dengan temperatur 80°C dan tekanan 0,55
bar g digunakan untuk vaporasi Amonia di dalam ammonia vaporizer dan
dikondensasikan di Process Condenser.
e. Neutralizer Reaktor 2 (31R002)
Neutralizer Reaktor 2 berfungsi untuk menaikan pH Ammonium Nitrat Solution
dari 1,2-1,5 menjadi 4,5-5,5 dengan menginjeksikan Amonia dari Ammonia
Vaporizer. AN Solution yang memiliki pH 4,5-5,5 dengan temperatur 110°C dan
tekanan 1 bar g di simpan di AN Holding Tank, New ANSOL Tank A dan B.
f. AN Tank Start-up, AN Holding Tank, New ANSOL Tank A dan B
ANSOL Tank berbentuk vertical cylindrical dari Stainless Steel dengan sebuah
steam coil. Terdapat 1 AN Tank sebagai Start Up tank dan 3 Tank sebagai
tempat penyimpan AN Solution. AN Start Up tank digunakan untuk menyimpan
AN solution yang terbentuk saat start up pabrik dan akan disirkulasikan ke
reaction loop. 3 AN Solution Tank digunakan untuk menyimpan produk AN
Solution yang akan di loading untuk kemudian di distribusikan kepada
konsumen (buyer).
g. Process Condenser (31E001)
Process Condenser berbentuk shell and tube exchanger yang terbuat dari
Stainless steel pada shell dan tube-nya dengan kapasitas 5 m3/jam. Cooling
water dari cooling water pumps pada bagian tube dan contaminated steam dari
vapor separator pada bagian shell. Contaminated Steam dari Vapor Separator di
kondensasikan di Process Condenser dengan menggunakan cooling water
secara counter current.
Tekanan contaminated steam yang masuk ke Process Condenser adalah 0,55 bar
g dan temperature 80°C, sedangkan Cooling Water yang masuk ke Process
38
Condenser mempunyai tekanan 3 bar g dan temperature 33°C. Contaminated
steam yang tidak terkondensasi seperti Amonia, masuk ke Steam Ejector. Steam
ejector digerakan dengan menggunakan LP steam lalu didorong menuju mist
separator untuk memisahkan gas-gas dari kondensat yang kemungkinan
terdapat pada zat-zat tersebut. Gas-gas tersebut kemudian dialirkan menuju
udara (atmosfer) sedangkan kondensat yang masih ada dialirkan menuju ke
Contaminated Condensat Tank.
h. Contaminated Condensate Tank (AN-FB202)
Aliran yang masuk pada contaminated condensate tank berasal dari:
a. Process Condenser
b. Ammonia Vaporizer
c. Acid Preheater (biasanya berupa kondensat berupa air yang bersih tanpa
campuran zat lain, kecuali jika terdapat kebocoran pada tube Acid Preheater).
d. Mist Separator
Selain itu, aliran juga masuk dari pump recycle dan Demin water line. Level
pada Contaminated Condensate Tank dijaga dengan minimum level 50%.
Kondensat ini akan dialirkan ke HEA Column Contaminated Condensate Feed
Tank untuk digunakan di HEA Column pada Nitric Acid Plant sebagai absorben
Tail Gas.
4.1.3 Unit Utilitas
a. Sea Water Intake Basin
Sea Water Intake Basin berfungsi untuk menyediakan bahan baku air laut untuk
keperluan air pendingin, bahan baku air proses dan bahan baku Steam. Air laut
masuk sistem melalui sea water intake tanpa filtrasi dan dilakukan injeksi
chlorinasi. Injeksi diharapkan dapat menghambat pertumbuhan algae dan
mikroorganisme yang dapat mengganggu jalannya proses heat transfer pada
exchanger.
39
Air laut dipompa dengan pompa sentrifugal berkapasitas 135 m3/h dengan rate
92 m3/h. Pompa tersebut mendistribusikan air laut dari intake basin ke unit
Desalinasi (22 m3/h), injeksi kimia (0,001 m
3/h), dan Cooling Tower (70 m
3/h).
b. Unit Desalinasi
Unit Desalinasi adalah unit yang berfungsi mengubah air laut menjadi air tawar
dengan menggunakan Reverse Osmosis Unit dari PT Aozora Agung Perkasa.
Prinsip kerja RO adalah proses dimana air dipaksa dengan tekanan melewati
membran semi-berpori. Air lewat melalui membran sedangkan materi dan zat-
zat terlarut akan tertinggal. Ketika tekanan digunakan pada pada larutan
berkonsentrasi, maka air akan dipaksa melewati membran dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Ada 4 faktor utama yang mempengaruhi membran RO:
1. Tekanan : tekanan berlebih dapat merubah atau memadatkan bentuk dari
membran. Pemadatan menyebabkan membran menjadi kurang berpori, sehingga
akan mengurangi produksi dari air.
2. Bakteri : jika dibiarkan berkembang di membran, maka akan memakan bagian
atas lapisan dari membran dan mengurangi kemampuan membran menjadi
garam.
3. Temperatur : temperatur diatas 95°F (maksimum 135°F) harus dihindari karena
akan menjadi masalah di membran terkait struktur dan kecepatan pemadatan dan
tingkat hidrolisis. Laju produksi dari membran akan meningkat dengan
temperatur yang tinggi dan akan turun dengan temperatur yang rendah.
4. Permukaan lapisan atau fouling : permukaan lapisan atau fouling adalah masalah
yang sering dihadapi di RO. Yaitu garam-garam (calcium carbonate, dll) yang
mempercepat di membran. Garam-garam ini akan menyumbat pori-pori dan
saluran, sehingga mengurangi laju produksi air.
Air laut dengan laju alir 22 m3/h dengan tekanan 3 bar, dengan TDS ≈ 36.000
mg/L masuk ke Unit RO di Multi Media Filter (F-101 A/B) lalu ditampung di
Filter Tank (T-104). Setelah itu air laut dipompakan dengan Booster Sea Water
40
Pump (P-100 A/B) lalu diinjeksikan bahan kimia Anti Scale dan Dechlorinasi.
Anti Scale ini bertujuan untuk menghindari kerak pada membran dengan dosis
yang direkomendasikan 5 ppm. Bahan kimia Dechlorinasi diinjeksikan untuk
melindungi membran dari kerusakan bertahap yang disebabkan oleh pengotor
chlorine di air umpan RO. Setelah itu air laut di filter lagi di Sea Water Catridge
Filter (F-102 A/B) yang menyaring partikel dibawah 5 mikron lalu dibuang agar
melindungi membrean RO dan pompa tekanan tinggi. Air umpan dipompakan
dengan Sea Water HP Pump (P-101 A/B) dan Energy Recovery Turbo (PT-101
A/B) untuk meningkatkan tekanan air menjadi 750 psi. Booster tekanan energi
recovery akan menerima energi dari pressure drop di sistem air reject yang
selanjutnya akan digunakan untuk membosster tekanan dari aliran air umpan ke
membran.
Air bertekanan kemudian diumpankan ke membran Sea Water Reverse Osmosis
(SW-101 A/B). 40% dari total umpan akan keluar sebagai hasil RO sementara
60% lainnya keluar sebagai air reject mealui header booster energy recovery.
Setelah itu air laut tersebut diinjeksi Alkali untuk menjaga pH dari air produk
lalu masuk ke Holding Tank (T-101). Air ini akan dikurangi tekanannya dan di
venting ke atmosfer. Selanjutnya tangki ini akan mensuplai air untuk pengolahan
air selanjutnya.
Air payau (Brackish Water) dari Holding Tank dipompakan dengan Brackish
Water Inter Stage Pump (P-102 A/B) lalu diinjeksikan anti scale kemudian di
filter di Brackish Water Catridge Filter (P-102 A/B). Brackish Water kemudian
di pompakan dengan Brackish Water HP Pump (P-103 A/B) menuju Brackish
Water Reverse Osmosis (BW-101 A/B). Setelah itu, Brackish Water yang keluar
dari Brackish Water Reverse Osmosis (BW-101 A/B) di sterilisasi di Ultraviolet
Sterilizer (UV-101) kemudian air produk sebanyak 6,7 m3/h dengan tekanan ˂ 4
bar di tampung di Desalinated Water Tank.
Produk Desalinasi mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
- pH : 6,0-7,5
41
- Conductivity : ≤ 40 μmhos
- TDS : ≤ 10 ppm
- Cloride : ˂ 10 ppm
- Fe : ˂ 0,03 ppm
Air Desalinasi ini kemudian didistribusikan untuk:
1. Cooling Water Circuit ( 13, 2 m3/h),
2. Portable Water Tank untuk Sefety Shower dan Control Building (2,8 m3/h),
3. Demineralisasi Unit (5 m3/h), dan
4. Converter Water Tank (1 m3/h)
c. Demineralisasi
Demineralisasi merupakan unit yang berfungsi mengolah air desal dari unit
desalinasi menjadi air bebas mineral di Mix Bed Cation/Anion Exchanger (W-
DU1002 A/B). Ion-ion mineral berupa garam bermuatan positif dan negatif
ditukar dengan ion positif dan negatif pada resin kation dan anion; Kedua resin
ini berada dalam sebuah vesseldan dilewati aliran air yang masih mengandung
garam mineral. Pada unit ini, kandungan mineral akan dijaga serendah mungkin
dengan menjaga parameter konduktivitas air demin produk ˂ 1µS/cm.
Ada 4 faktor yang mempengaruhi kerja resin Mix Bed, yaitu:
1. Tekanan: Tekanan air diperlukan agar aliran dapat melewati susunan media resi
dan pertukaran ion terjadi secara sempurna. Tekanan yang terlalu rendah akan
menyebabkan pertukaran ion berlangsung lebih lama dan menurunkan kualitas
output Mix Bed. Tekanan yang terlalu besar akan menyebabkan media resin
terkikis dan hancur. Tekanan kerja Mix Bed berada pada 2-3,5 bar.
2. Laju Aliran: laju aliran yang sesuai dengan karakterisasi desain bertujuan untuk
menghasilkan output dengan kadar garam mineral yang sangat kecil. Dengan
laju alir yang tepat (5 m3/h), pertukaran ion antara ion-ion positif (kation) dan
ion-ion negatif (anion) dengan garam mineral pada air berlangsung sempurna.
42
3. Temperatur: Temperatur operasi diatas 36°C (maksimal 42°C) akan
menyebabkan proses pertukaran ion berjalan lambat dan resin akan terkikis.
Temperatur normal operasi adalah 33°C.
4. Kadar garam mineral dalam air: Kadar garam mineral yang tinggi menyebabkan
Lifetime (masa aktif) resin akan berkurang. Hal ini disebabkan karena proses
pertukaran ion yang cukup tinggi. Sehingga ion-ion pada resin akan tereduksi
dan tertukar dengan garam mineral pada air. Pada fasa ini, resin menjadi tidak
aktif, utnuk mengaktifasi resin maka resin Mix Bed harus di regenerasi dengan
asam untuk kation (resin ion positif) dan basa untuk anion (resin ion negatif).
Air Desal dipompa dengan menuju Mix Bed Cation/Anion Exchanger (W-
DU1002 A/B) di unit demineralisasi. Proses yang terjadi dalam unit ini adalah
kation dan anion yang terlarut dalam air umpan akan terserap oleh resin secara
bersama-sama. Kation dan anion dalam air desal diikat oleh resin kation dan
resin anion. Indikasi adanya penyerapan di dalam mix bed adalah konduktivitas
air yang keluar rendah. Konduktivitas rendah berarti padatan atau mineral yang
terlarut didalamnya juga rendah. Semakin murni kadar suatu air maka daya
hantar listriknya akan semakin kecil. Dengan Mix Bed Cation/Anion Exchanger,
conductivity yang tecapai bisa mencapai ˂ 1µS/cm.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Resin Kation : R – H + A+ ↔ R – A + H
+
Resin Anion : R – OH + B- ↔ R – B + OH
-
Proses diatas terjadi secara reversibel sehingga bila resin sudah jenuh, atau tidak
bisa menangkap atau mengikat ion mineral positif/negatif, bisa diregenerasi
kembali. Regenerasi dilakukan dengan mereaksikan resin dengan asam/basa
sehingga ion mineral positif yang sudah terikat di resin akan terlepas lagi.
Apabila kemampuan resin mengikat ion-ion dalam air berkurang, ditandai
dengan indikasi konduktivitas air demin naik, maka perlu dilakukan regenerasi
untuk mengaktifkan kembali resin cation dan anion. Resin yang sudah jenuh
diregenerasi dengan menggunakan asam (HCl 5 %) untuk resin kation dan
43
menggunakan basa (NaOH 6 %) untuk resin anion. Air bekas regenerasi akan di
tampung di Netutralizer Basin sebelum di umpankan ke Waste Water Treatment
Pond (WWTP).
Air Demin mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
- pH : 6,0-7,5
- Conductivity : ˂ 1,0 μS/cm
- TDS : ≤ 10 ppm
Air Demin ini di tamping di Demineralized Water Tank untuk di distribusikan
ke:
1. Daerator (4 m3/h)
2. Laboratorium (0,021 m3/h)
3. Demin Tank AN Plant (0,3 m3/h)
4. Chemical Injection Tank (0,001 m3/h)
d. Steam System
Untuk mendapatkan kualitas steam yang diinginkan maka pengolahan air untuk
feed boiler menjadi hal yang sangat penting. Pengolahan Boiler Feed Water
(BFW) yang sesuai dapat mengurangi resiko timbulnya masalah yang umum
terjadi antara lain korosi dan scalling. Pengolahan air demin yang akan
digunakan sebagai BFW dilakukan dalam Deaerator. Daerator berfungsi untuk
menghilangkan gas-gas terlarut seperti O2, CO2 dengan tujuan untuk memenuhi
persyaratan dari kualitas BFW.
Air Demin diinjeksikan bahan kimia seperti Eliminox dan Amine. Eliminox dapat
mengikat oksigen pada air demin sedangkan Amine adalah suatu jenis inhibitor
yang dikenal sebagai neutralizing amines atau volatile amine biasanya
digunakan untuk menjaga pH agar mencegah korosi.
Boiler pada unit utility terdiri dari dua jenis yaitu Package Boiler dan Waste
Heat Exchanger. Steam yang diproduksi Package Boiler diperoleh dari panas
44
hasil pembakaran diesel pada burner. Sedangkan panas yang digunakan untuk
memproduksi steam di Waste Heat Exchanger utamanya diperoleh dari
pemanfaatan panas dari Process Gas di Nitric Acid Plant.
Package Boiler merupakan penghasil steam yang digunakan di proses pada saat
start up pabrik. Package Boiler menghasilkan steam bertekanan 10 bar. Package
Boiler merupakan pembangkit steam tipe Fire Tube. Steam di produksi Package
Boiler dengan dari panas hasil pembakaran diesel pada burner. Sisa
Pembakaran dibuang melalui Stack.
Waste Heat Exchanger di desain untuk menghasilkan HP Steam (16 Bar).
Sumber panas utama dari boiler ini adalah panas Process Gas di Nitric Acid
Plant yang mempunyai temperatur 560°C. BFW masuk ke steam drum lalu
dengan gravitasi yang terjadi karena adanya perbedaan densitas akibat
pemanasan. Boiler water mengalir turun dan mengisi tube-tube karena
mempunyai densitas yang lebih besar, sedangkan air beserta steam yang
terbentuk setelah proses pemanasan akan mengalir ke steam drum akibat
mempunyai densitas yang lebih kecil.
e. Sea Cooling Water System
Pada unit ini, air laut digunakan untuk mendinginkan air pendingin (cooling
water) dari proses sehingga air pendingin ini dapat digunakan kembali. Air
Desal digunakan sebagai Cooling Water Circuit di Intercooler Compressor,
Main Absorption Column, HEA Column, Process condenser dan Condensate
Cooler.
Cooling Water dengan temperatur 30oC dipompa menuju ke Cooling Water
Circuit digunakan sebagai pendingin peralatan dan proses. Cooling Water yang
telah digunakan sebagai pendingin akan naik temperaturnya dan akan
diumpankan ke Plate Heat Exchanger (CW-EA2001) untuk bertukar panas
dengan air laut. Panas dari Cooling Water akan ditukar dengan panas dari air
laut. Plate Heat Exchanger merupakan alat penukar panas yang terdiri dari plat-
45
plat logam tipis yang disusun sedemikian rupa sehingga Cooling Water dapat
mengalir di pada satu sisi sedangkan air laut mengalir pada sisi yang lain.
Cooling Water ini kemudian digunakan lagi di Cooling Water Circuit.
Air laut yang telah bertukar panas dengan cooling water akan didinginkan di
Cooling Tower Cooling tower merupakan sistem pendingin terbuka denga
menggunakan 2 Fan. Didalam Cooling Tower terdapat 2 Fan, Double Screen
dan Cooling Tower Basin. Untuk menjaga kualitas air laut, maka diinjeksikan
anti Foam dan Hipocloride di Cooling Tower Basin. Setelah air laut ini dingin,
maka akan digunakan lagi untuk mendinginkan Cooling Water di Plate Heat
Exchanger.
f. Instrumen Air (IA) dan Plant Air (PA)
Suplai kebutuhan normal plant air adalah dari Boge Compressor. Plant air
digunakan sebagai udara yang secara umum digunakan di utility (Utility Header
Station). Instrument air (IA) dimaksudkan sebagai udara kering (low dew point)
yang digunakan hampir seluruh media power untuk seluruh instrument yang
beroperasi secara pneumatic.
Udara disuplai ke Boge Compressor (I-GB5001 A/B) dengan kapasitas desain
600 m3/h ssetiap unit. Udara masuk ke Plant Air Receiver lalu dibagi untuk
Plant Air (ke Utility Header Station) dan Instrument Air. Plant Air dikeringkan
terlebih dahulu sebelum digunakan untuk Instrument Air. Plant Air masuk ke
Pre Filter (1-FD5001 A/B) lalu di keringkan di Air Dryer (I-GB5002 A/B) pada
Dew Point (-40°C) untuk mencegah kerusakana peralatan instrument. Udara
kering meninggalkan dryer mengalir lewat After Filter (I-FD5002 A/B) dan
masuk ke Instrument Air Receiver dengan tekanan 5 bar.
g. Waste Water Treatment Pond (WWTP)
Waste Water Treatment Pond (WWTP) adalah kolam pengolahan air buangan
proses sebelum air limbah dibuang ke laut. Air limbah dari Neutralization Basin
dan Contaminated Condenate Tank di umpankan ke WWTP. Di WWTP, air
46
limbah kemudian di netralisasi (pH di jaga antara 6,5-8,5) dengan Caustic
Solution dan Nitric Acid dan di aerasi dengan udara dari Plant Air. Air limbah
ini kemudian dipompakan dengan WWTP Pumps (W-GA7001 A/B) untuk di
buang ke laut.
h. Unit Penyedia Listrik
Dalam memenuhi kebutuhan listrik PT Black Bear Resources Indonesia disuplai
dari PT Bumi Bayu Gemilang (PT BBG)
4.2 Tugas Khusus
4.2.1 Hubungan antara kondisi vakum pada vapor separator terhadap pH dan
konsentrasi Ammonium Nitrat yang dihasilkan
a. Pendahuluan
Separator secara umum memisahkan fluida produksi menjadi dua atau tiga fase
dengan temperatur dan tekanan tertentu. Prinsip pemisahannya adalah dengan
mengubah kecepatan fluida tersebut, sehingga liquid dan gasnya terpisah karena
perbedaan densitasnya. Fluida yang lebih berat jatuh ke bawah dan yang lebih
ringan berada di atasnya (Yudiastuti, 2011).
Separator adalah tabung bertekanan yang digunakan untuk memisahkan
campuran fluida menjadi cairan dan gas, dimana pemisahannya dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
1. Prinsip penurunan tekanan
2. Gravity setlink
3. Turbulensi aliran atau perubahan arah aliran
4. Pemecahan atau tumbukan fluida
(Abdulrohim, 2011).
Untuk mendapatkan efisiensi kerja yang stabil dengan kondisi yang bervariasi,
gas liquid separator harus mempunyai komponen pemisah sebagai berikut :
47
1. Bagian pemisah pertama, berfungsi untuk memisahkan cairan dari aliran fluida
yang masuk dengan cepat berupa tetes fluida dengan ukuran besar.
2. Bagian pengumpul cairan, berfungsi untuk memisahkan tetes cairan kecil
dengan prinsip gravity setlink.
3. Bagian pemisah kedua, berfungsi untuk memisahkan tetes cairan kecil dengan
prinsip gravity settlink.
4. Mist separator, berfungsi untuk memisahkan tetes cairan berukuran sangat kecil
(kabut).
5. Peralatan kontrol, berfungsi untuk mengontrol kerja separator terutama pada
kondisi over pressure.
(Abdulrohim, 2011).
Vapour Separator digunakan untuk menaikkan konsentrasi AN solution dari
70% menjadi 82-85% karena adanya perbedaan tekanan. Didalam vapour
separator terdapat demister berupa Filter Plate untuk menyaring AN solution
yang bercampur dengan uap air yang keluar pada bagian atas Vapour Separator.
Vapour separator bekerja pada tekanan vakum -0,55 bar g.
Pada inlet nozzle dari vapour separator, Ammonium Nitrat Solution diflash ke
dalam vapour separator dimana contaminanted steam yang terbentuk
dipisahkan dari Ammonium Nitrat Solution. Sebagian besar Ammonium Nitrat
Solution disirkulasikan kembali ke reactor Neutralizer 1 dan sebagian aliran
Ammonium Nitrat Solution yang lain diumpankan ke overflow ke dalam
Neutralizer Reactor 2 dengan prinsip gaya gravitasi. Contaminated Steam
dengan temperatur 80°C dan tekanan 0,55 bar g digunakan untuk vaporasi
Amonia di dalam ammonia vaporizer dan dikondensasikan di Process
Condenser.
b. Tujuan
1. Mengetahui penyebab kondisi vakum dalam Vapor Separator
2. Mengetahui hubungan kondisi vakum dalam Vapor Separator terhadap
konsentrasi produk Ammonium Nitrate Solution
48
c. Pembahasan
Vapor separator bekerja pada tekanan -0,55 bar g, yaitu kondisi vakum yang
bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi Ammonium Nitrate Solution dari 70%
menjadi 82-85%. Vapor Separator memisahkan antara Ammonium Nitrate
Solution dengan gas-gas seperti ammonia dan uap air. Campuran gas ammonia
dan uap air ini disebut Contaminated Steam.
Contaminated Steam yang terbentuk, terpisah dari Ammonium Nitrate lalu
masuk ke Process Condensor untuk dikondensasi dan zat yang tidak dapat
terkondensasi di dorong oleh ejector dengan steam untuk dibuang ke atmosfer.
Hal ini menyebabkan kondisi di Vapor Separator menjadi vakum.
Semakin vakum sistem tersebut maka akan semakin banyak contaminated steam
yang terbentuk sehingga konsentrasi dari Ammonium Nitrat semakin meningkat
dan pH Ammonium Nitrat semakin kecil. Akan tetapi vakum dibatasi hingga -
0,55 bar g untuk memperoleh ANSOL 82-85% pada konsentrasi acid 52-54%.
d. Kesimpulan
1. Penyebab kondisi vakum dalam Vapor Separator adalah mengalirkan
contaminated steam yang terbentuk di Vapor Separator ke Process Condensor
untuk dikondensasi sehingga dengan adanya penurunan temperatur maka akan
menurunkan tekanan sedangkan gas yang tidak dapat terkondensasi di dorong
oleh ejector dengan menggunakan steam untuk dibuang ke atmosfer.
2. Hubungan kondisi vakum dalam Vapor Separator terhadap konsentrasi produk
Ammonium Nitrate Solution adalah Semakin vakum sistem tersebut maka akan
semakin banyak contaminated steam yang terbentuk sehingga konsentrasi dari
Ammonium Nitrat semakin meningkat dan pH Ammonium Nitrat semakin kecil.
Akan tetapi vakum dibatasi hingga -0,55 bar g untuk memperoleh ANSOL 82-
85% pada konsentrasi acid 52-54%.
49
4.2.2 Alasan kondisi proses saat pembuatan Ammonium Nitrate di Neutralizer 1
/ Reactor 1 dijaga tetap asam (pH = 1,2 – 1,5)
a. Pendahuluan
Proses pembentukan Ammonium Nitrate diperoleh dari reaksi Amonia (NH3)
dan NIitric Acid (HNO3). Reaksi ini terjadi didalam Reactor 1/Neutralizer 1
dengan rasio NH3: HNO3 sebesar 1 : 3,7. ini Reactor 1/ Neutralizer 1 merupakan
reaktor yang berbentuk plug flow reactor dengan kapasitas 240 m3/jam. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
NH3 + HNO3 NH4NO3
BM 17 63 80
1 : 3,7
Amonia dan Nitric Acid diumpankan ke dalam reactor 1. Reaksi pembentukan
AN dioperasikan dalam kondisi asam pada nilai pH sekitar 1,2-1,5. Percampuran
reaktan ini menghasilkan AN solution dengan konsentrasi 70% dengan
temperatur 140°C dan tekanan 2,5 bar g.
b. Tujuan
1. Mengetahui fungsi Reaktor 1 (Neutralizer 1) pada Ammonium Nitrate Plant
2. Mengetahui alasan Ammonium Nitrate Solution yang dihasilkan di Reaktor 1 di
jaga pada kondisi asam (pH 1,2 -1,5)
c. Pembahasan
Amonia dan Nitric Acid diumpankan ke dalam reactor 1 dengan rasio 1 : 3,7.
Tipe reaktor yang digunakan yaitu plug flow reactor sehingga amonium nitrat
yang diinginkan langsung terbentuk (secara continous). Reaksi pada reactor 1 ini
dioperasikan pada kondisi asam yaitu dengan nilai pH sekitar 1,2-1,5. Kondisi
asam dipilih karena akan mengurangi kelebihan amonia yang dapat menguap
dari AN solution di Vapour Process. Percampuran antara amonia dan nitric acid
ini akan menghasilkan AN solution dengan konsentrasi 70% dengan temperatur
140°C dan tekanan 2,5 bar g.
50
Selain itu, amonia memiliki densitas lebih rendah daripada nitric acid, sehingga
amonia lebih mudah menguap dibandingkan nitric acid (ρ amonia = 0,599 kg/L,
ρ nitric acid = 1,408 kg/L). Jika ammonia yang menguap lebih sedikit, maka
kerugian kehilangan ammonia dapat diminimalisasi dan pencemaran lingkungan
dengan gas ammonia dapat dikurangi. Jika ammonia yang ikut menguap lebih
sedikit di contaminated steam, maka contaminated condensat dari contaminated
steam dari vapor separator yang dikondensasikan di Process Condensor akan
memiliki pH rendah (pH kondensat < 3,5). Sehingga contaminated condensat
dapat digunakan sebagai absorben di HEA Column untuk menyerap Process
Gas sehingga menghasilkan Weak Nitric Acid 20% di bottom HEA Column.
d. Kesimpulan
1. Fungsi Reaktor 1 (Neutralizer 1) pada Ammonium Nitrate Plant adalah
mereaksikan gas ammonia dengan Nitric Acid dengan rasio 1 : 3,7 sehingga
menghasilkan Ammonium Nitrate Solution 70 % dengan pH 1,2-1,5.
2. Alasan Ammonium Nitrate Solution yang dihasilkan di Reaktor 1 di jaga pada
kondisi asam (pH 1,2 -1,5) adalah untuk mengurangi kelebihan Amonia yang
dapat menguap dari AN solution di Vapor Separator dan contaminated
condensat dari contaminated steam dari vapor separator absorben di HEA
Column.
4.2.3 Kontaminan yang dapat meningkatkan titik didih Ammonium Nitrat
a. Pendahuluan
Amonium nitrat, senyawa dengan rumus molekul NH4NO3 secara umum
berbentuk padatan pada suhu ruangan dan tekanan standard. Sesuai dengan
sifatnya sebagai pengoksidasi, senyawa ini mempunyai berbagai banyak fungsi
dalam berbagai bidang. Sejak Perang Dunia I, senyawa ini dikenal sebagai
bahan peledak yang berkekuatan tinggi sehingga penggunaannya hingga saat ini
masih untuk berbagai kegunaan (Anonim, 2010).
51
Sifat fisik dan kimia Ammonium Nitrate Solution adalah sebagai berikut:
a. Sifat Fisika
Rumus Molekul : NH4NO3
Bentuk dan warna : Cairan bening hampir tidak berwarna
(135-140°C)
Bau : Berbau seperti amonia lemah
Berat molekul : 80,04 g/mol
Tekanan uap : 2,3 kPa (20°C)
Titik didih : 142°C (101,3 kPa)
Titik kristalisasi : 88°C untuk 88% solution
Suhu dekomposisi : 210°C
pH larutan 1% : 4,5-6,0
Berat jenis : 1,36 g/ml (120°C, 88% solution)
Kelarutan dalam air : 366 g/ 100 g (35°C)
(Lembar Data Keselamatan Bahan PT BBRI).
b. Sifat Kimia
Amonium nitrat merupakan oksidator kuat
Bila amonium nitrat kering dipanaskan antara 170 °C (titik leleh) dan sekitar
250 °C, terjadi reaksi eksotermik sebagai berikut:
4NH4NO3 2NO2 +8H2O + 3N2
Reaksi eksotermis dapat terjadi bila gas nitrogen dioksida tidak diloloskan
secara bebas
NH4NO3 + 2NO2 N2 + 2HNO3 + H2O
Pada suhu 250 °C terbentuk asam nitrat dan amonia dengan reaksi endotermis
NH4NO3 HNO3 + NH3
Dekomposisi eksplosif dari ammonium nitrat dapat digambarkan reaksi dibawah
ini:
2NH4NO3 2N2 + O2 + 4H2O
(Widiasih, 2013).
52
Sebelum Perang Dunia I, material peledak telah diteliti oleh para ilmuwan. Sejak
saat itu, sistem pembuatan bahan peledak mulai dikembangkan hingga sekarang.
Perkembangan bahan peledak mencapai puncaknya pada Perang Dunia I,
dimana amonium nitrat menjadi salah satu zat yang diteliti dan dikembangkan
untuk maksud ini. Ditemukan bahwa amonium nitrat sangat berpotensi dalam
hal peledakan. Hal ini terbukti dari penggunaannya dan produksinya yang
mencapai skala besar pada saat Perang Dunia I untuk kepentingan militer.
Sampai sekarang pun, amonium nitrat masih digunakan dimana penggunaannya
merambah bidang non-militer. Karena sifatnya yang berbahaya, maka
penggunaannya harus memperhatikan faktor-faktor keamanan (Anonim, 2010).
Amonium nitrat dianggap sebagai garam (kristal) yang sangat stabil, walaupun
garam amonium dari asam kuat umumnya meniadakan amonia dan menjadi
sedikit asam pada saat penyimpanan. Pada amonium nitrat, peruraian endotermis