BAB I PENDAHULUAN http://meidiana-rahayu.blogspot.com/2013/11/cerdas-istimewa-dan- bakat-istimewa.html A. Latar Belakang Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.Kesulitan belajar anak tentu saja tidak boleh di diamkan begitu saja karena hal ini akan sangat menghambat anak dalam memperoleh prestasi selain itu apabila hal ini di diamkan ini akan lebih menghambat anak untuk belajar ke depannya. Kesulitan dalam belajar dapat di sebabkan karena beberapa faktor.Bisa dari faktor internal ( diri anak ) dan juga faktor eksternal ( dari luar anak ) .Faktor internal ini bisa di sebabkan karena anak mempunyai perbedaan dengan anak yang lainnya dan sering juga di sebut anak dengan kebutuhan khusus . Dalam hal ini kebutuhan khusus bukan berarti anak mempunyai kekurangan . Anak Cerdas Istimewa / Berbakat Istimewa juga termasuk anak yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
JANGAN MASUKAN ANAK NON CI+BI KE KELAS AKSELERASIPosted on Juli 22, 2012 by asosiasicibinasional
14
Pengantar
Bulan ini, Juli 2012 bertepatan dengan ramadan 1433 H, sekolah/madrasah memasuki awal tahun ajaran. Artinya sekolah/madrasah juga mulai menerima siswa untuk kelas akselerasi. Namun sayangnya masih banyak kepala sekolah/madrasah yang tidak mau mengerti bahwa akselerasi itu adalah layanan untuk anak yang memiliki kualifikasi CI+BI, bukan asal memasukan anak demi gengsi sekolah/madrasah.
Di kabupaten malang, ada sebuah MTs yang kelas akselnya tetap dibuka, padahal tidak ada satupun anak yang memenuhi kualifiksi CI+BI. di Mojokerto ada madrasah yang yang semua siswanya dimasukkan ke dalam program aksel. Hal yang sama juga terjadi pada sebuah sekolah islam di cikarang. Ini baru sebagian kecil penyimpangan yang terjadi. Lebih parahnya lagi penyimpangan ini justru terjadi pada lembaga pendidikan yang menyebut dirinya berbasis agama.
Foto bareng anak CI+BI SMPN 1 Kota Sukabumi saat acara dialog dengan orang tua dan siswa kelas aksel SMPN 1 Kota Sukabumi
Asosiasi CI+BI Nasional juga berterima kasih pada sekolah/madrasah yang konsisten hanya menerima anak CI+BI di kelas aksel, meskipun jumlah terbatas, seperti di SMP Islamic Village Tangerang dan MTs As Salam di SUkoharjo Jawa Tengah.
Penampilan Anak CI+BI SMPN 1 Cisaat ketika Pembukaan Acara Workshop Kurikulum Diferensiasi untuk guru SMPN 1 Cisaat Sukabumi, Jawa Barat
Layanan Akselerasi untuk anak CI+BI
Adanya peserta didik yang tidak sesuai kriteria CI+BI, yang kemudian menjadikan layanan akselerasi tidak optimal. Dampaknya, di masyarakat muncul sorotan negatif tentang program akselerasi karena membuat peserta didik menjadi “teralienasi” dari lingkungannya. Hal ini menjadi alasan sebagian kelompok masyarakat menyarankan program ini dibubarkan.
Keinginan untuk membubarkan program akselerasi ini tentu saja tidak tepat, karena penelitian yang dilakukan oleh Swiatek dan Benbow (1991) menyimpulkan bahwa penggunaan model akselerasi yang benar akan mampu mengembangkan secara positif kemampuan anak CI+BI dalam pengetahuan yang semakin baik dan berkurangnya efek negatif dari aspek sosial dan emosional. Penelitian yang yang dilakukan Robinson dan Janos (1989) menyimpulkan bahwa layanan akselerasi tidak akan merusak siswa CI+BI apabila dilakukan secara benar.
Pemaksaan agar siswa CI+BI dimasukkan dalam kelas bersama anak non CI+BI juga tidak terlalu tepat. Lena Hollingsworth (1995) bahkan menyatakan bahwa lingkungan sekolah reguler tidak sesuai dengan kebutuhan siswa CI+BI. Sehingga bila lingkungan itu dipaksakan pada siswa CI+BI, justru mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan sebaya dan juga terbentuknya sikap apatis.
Layanan pembelajaran yang kurang sesuai akan menyebabkan siswa CI+BI berprestasi di bawah kinerjanya. siswa CI+BI membutuhkan kurikulum yang berbeda dengan anak reguler, karena layanan reguler dapat mengakibatkan mereka berprestasi rendah. Hal ini disebabkan siswa CI+BI mempunyai perbedaan secara intelektual, ketertarikan serta kebutuhan di atas rerata siswa seumurnya.
Di sisi lain, layanan pendidikan yang tidak memadai dapat memunculkan stres yang kemudian menjadikan munculnya penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi antara lain: pelarian menjadi pecandu narkoba atau melakukan tindakan kontraprestatif seperti pembrontakan terhdap lingkungan atau prestasi yang jauh dari potensi yang dimiliki.
Anak CI+BI adalah anak yang dikaruniakan potensi luar biasa…tetapi potensi itu akan sulit teraktualisasi sebagai prestasi luar biasa jika tidak diberikan DUKUNGAN yang memadai…
Sebaliknya…anak2 yang tidak memiliki potensi bawaan yang biasa, meskipun dengan pendidikan yang luar biasa, akan SULIT mencapai prestasi luar biasa..
JADI….layani anak CI+BI dalam program akselerasi dengan benar…DAN….jangan paksakan anak yang tidak berkualifikasi Ci+BI untuk masuk dalam program akselerasi..Penulis: Amril Muhammad
Ciri Umum anak CI+BI.Hasil penelitian dari Balitbang Depdikbud (1986) dan Council of Curriculum Examinations and Assessment (2006) menyebutkan bahwa seorang anak cerdas istimewa dapat mempunyai beberapa dari ciri-ciri berikut ini:
1. Sangat peka dan waspada2. Belajar dengan mudah dan cepat3. Mampu berkonsentrasi4. Sangat logis5. Cepat berespon secara verbal dengan tepat6. Lancar berbahasa7. Mempunyai daya ingat yang baik8. Mempunyai pengetahuan umum yang luas9. Mempunyai minat yang luas dan mendalam10. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan11. Cermat atau teliti dalam mengamati12. Kemampuan membaca yang baik13. Lebih menyukai kegiatan verbal daripada kegiatan tertulis14. Mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dengan sangat cepat15. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah16. Menunjukkan cara pemecahan masalah yang tidak lazim17. Mempunyai pendapat dan pandangan yang sangat kuat terhadap suatu hal18. Mempunyai rasa humor19. Mempunyai daya imajinasi yang hidup dan orisinil20. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)21. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya22. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar23. Tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak yang berusia lebih tua
darinya24. Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan lebih baik daripada jika
berkomunikasi dengan anak sebayanya25. Bisa belajar sendiri dalam bidang-bidang yang diminati26. Berfokus pada minatnya sendiri, bukan pada apa yang diajarkan27. Mempunyai keterampilan sosial28. Mudah bosan pada hal-hal yang dianggapnya rutin29. Menunjukkan kepemimpinan yang tinggi30. Kadang-kadang tingkah lakunya tidak disukai orang lain.31.
Ciri Umum anak CI+BI.Hasil penelitian dari Balitbang Depdikbud (1986) dan Council of Curriculum Examinations and Assessment (2006) menyebutkan bahwa seorang anak cerdas istimewa dapat mempunyai beberapa dari ciri-ciri berikut ini:
1. Sangat peka dan waspada2. Belajar dengan mudah dan cepat3. Mampu berkonsentrasi4. Sangat logis5. Cepat berespon secara verbal dengan tepat6. Lancar berbahasa7. Mempunyai daya ingat yang baik8. Mempunyai pengetahuan umum yang luas9. Mempunyai minat yang luas dan mendalam10. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan11. Cermat atau teliti dalam mengamati12. Kemampuan membaca yang baik13. Lebih menyukai kegiatan verbal daripada kegiatan tertulis14. Mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dengan sangat cepat15. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah16. Menunjukkan cara pemecahan masalah yang tidak lazim17. Mempunyai pendapat dan pandangan yang sangat kuat terhadap suatu hal18. Mempunyai rasa humor19. Mempunyai daya imajinasi yang hidup dan orisinil20. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)21. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya22. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar23. Tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak yang berusia lebih tua
darinya24. Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan lebih baik daripada jika
berkomunikasi dengan anak sebayanya25. Bisa belajar sendiri dalam bidang-bidang yang diminati26. Berfokus pada minatnya sendiri, bukan pada apa yang diajarkan27. Mempunyai keterampilan sosial28. Mudah bosan pada hal-hal yang dianggapnya rutin29. Menunjukkan kepemimpinan yang tinggi30. Kadang-kadang tingkah lakunya tidak disukai orang lain.
ANAK CERDAS ISTIMEWA BAKAT ISTIMEWA (CI+BI) DAN LAYANAN PENDIDIKANNYA
PENDAHULUAN
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 4 menyatakan bahwa “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Perlunya perhatian khusus kepada anak CI+BI merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal.
Strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat masal memberikan perlakuan standar/rata-rata kepada semua siswa sehingga kurang memperhatikan perbedaan antar siswa dalam kecakapan, minat, dan bakatnya. Dengan strategi semacam ini, keunggulan akan muncul secara acak dan sangat tergantung kepada motivasi belajar siswa serta lingkungan belajar dan mengajarnya. Oleh karena itu perlu dikembangkan keunggulan yang dimiliki oleh siswa agar potensi yang dimiliki menjadi prestasi yang unggul.
Perhatian khusus tersebut tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tetapi semata-mata untuk memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Melalui penyelenggaraan pendidikan khusus untuk siswa CI+BI, diharapkan potensi-potensi yang selama ini belum berkembang secara optimal, akan tumbuh dan mampu menunjukkan kinerja terbaik.
KARAKTERISTIK ANAK CI+BI
Anak-anak gifted bukanlah anak dengan populasi seragam, ia mempunyai banyak variasi, baik variasi pola tumbuh kembangnya, variasi personalitasnya, maupun variasi keberbakatannya. Semakin tinggi perkembangan inteligensianya, maka akan terjadi deskrepansi (perbedaan) di berbagai domain perkembangan. Deskrepansi ini bukan saja akan menyangkut perkembangan dalam individu, tetapi juga akan menyangkut perkembangan antar individu. Kondisi inilah yang sering membawa berbagai kesulitan pada anak-anak gifted dan sering salah terinterpretasi (Silverman, 2004).
Sebagian besar anak gifted akan mengalami perkembangan motorik kasar yang melebihi kapasitas normal, namun mengalami ketertinggalan perkembangan motorik halus. Saat ia masuk ke sekolah dasar, umumnya ia mengalami kesulitan menulis dengan baik. Banyak dari anak-anak ini diberi hukuman menulis berlembar-lembar yang justru tidak menyelesaikan masalahnya bahkan akan memperberat masalah yang dideritanya. Anak-anak gifted adalah anak-anak yang sangat perfeksionis, sehingga perkembangan kognitif yang luar biasa tidak bisa ia salurkan melalui bentuk tulisan. Hal ini selain dapat menyebabkan kefrustrasian dan juga dapat menyebabkan kemerosotan rasa percaya diri, konsep diri yang kurang sehat serta anjlognya motivasi untuk berprestasi.
Deskrepansi antara perkembangan kognitif dan ketertinggalan motorik halus, ditambah karakteristik perfeksionisnya bisa menimbulkan masalah yang cukup serius baginya, terutama kefrustrasian dan munculnya konsep diri negatip, ia merasa sebagai anak yang bodoh tidak bisa menulis. Namun seringkali pendeteksian tidak diarahkan pada apa akar permasalahan yang sebenarnya, dan penanggulangan hanya ditujukan pada masalah perilakunya yang dianggap sebagai perilaku membangkang
Anak cerdas (brigth/higt achiever) berbeda dengan dengan anak CI+BI (gifted) dan anak-anak cerdas tidak bisa dimaksukkan ke dalam kelompok gifted karena mereka memiliki karakteristik yang berbeda. Sekalipun mereka juga memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, namun kemampuan mereka dalam analisis, abstraksi dan kreativitas tidak seluar biasa anak-anak CI+BI. Berbagai perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
(Sumber: CGIS-Net Assessment systems, 2008)
IDENTIFIKASI ANAK CI+BI
Dalam mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa menggunakan pendekatan multidimensional. Artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelligensi). Batasan yang digunakan adalah peserta didik yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas
ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan skala Wechsler (Pada alat tes yang lain = rerata skor IQ ditambah dua standar deviasi), dimensi kreativitas tinggi (ditetapkan skor CQ dalam nilai baku tinggi atau plus satu standar deviasi di atas rerata) dan pengikatan diri (Task commitment) terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik, atau plus satu standar deviasi di atas rerata). Tiga komponen ini dikenal sebagai Konsepsi Tiga Cincin dari Renzulli (1978, 2005) yang banyak digunakan dalam menyusun pendidikan untuk anak cerdas istimewa, dan merupakan teori yang mendasari pengembangan pendidikan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (Gifted and Talented children).
(Standar inilah yang digunakan oleh SMA Negeri 3 Surakarta dalam proses rekrutmen peserta didik baru program akselerasi)
Selanjutnya dari keterkaitan tiga komponen yang menentukan giftedness tersebut, dapat dirinci kemampuan-kemampuan anak-anak cerdas secara umum maupun secara khusus. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Model lain adalah The Triadich dari Renzulli-Mönks yang merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Model Renzulli-Mönks ini disebut sebagai model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Dalam model multifaktornya Mönks mengatakan bahwa potensi kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan oleh Renzulli itu tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana si anak tinggal (Mönks dan Ypenburg, 1995).
Dengan model multifaktor maka pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orang tua dan lingkungan dalam menanggapi gejala-gejala berkecerdasan istimewa (giftedness), toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penyulit baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikannya. Lebih lanjut model pendekatan ini menuntut keterlibatan pihak orang tua dalam pengasuhan di rumah agar berpartisipasi secara penuh dan simultan dengan layanan pendidikan terhadap anak di sekolah. Secara grafis pengaruh tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Model Triadich Renzulli-Mönks menuntut sistem pendidikan, keluarga, dan lingkungan untuk dapat memberikan dukungan yang baik dan mengupayakan agar anak didik dapat mencapai prestasi istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi adanya kondisi berprestasi rendah (underachiever) pada seorang anak berkecerdasan istimewa. Dengan model pendekatan teori ini juga, maka anak-anak yang mempunyai ciri-ciri berkecerdasan istimewa (dengan ciri-ciri tumbuh kembang, ciri-ciri personalitas, dan ciri-ciri intelektual) sekalipun underachiever masih dapat terdeteksi sebagai anak berkecerdasan istimewa yang memerlukan dukungan dari sekolah, keluarga dan lingkungan agar ia dapat mencapai prestasi yang istimewa sesuai potensinya.
Heller (2004) mengembangkan model multifaktor yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari Triadic Interdependence model Mönks serta Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Menurut Heller konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain: (1) faktor talenta (talent) yang relatif mandiri (relatif mandiri); (2) faktor kinerja (performance); (3) faktor kepribadian; dan (4) faktor lingkungan; Dua faktor terakhir menjadi perantara untuk terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. Secara grafis, model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Proses Identifikasi merupakan salah satu tahap awal yang merupakan kunci utama yang penting dalam keberhasilan suatu program layanan pendidikan khusus bagi siswa CI+BI. Dalam proses rekrutmen dan seleksi dipengaruhi oleh model layanan pendidikan yang diberikan bagi peserta didik cerdas istimewa ada beberapa prinsip identifikasi yang perlu diperhatikan adalah (Klein, 2006; Porter, 2005) yaitu: Cerdas Istimewa merupakan suatu fenomena yang kompleks sehingga identifikasi hendaknya dilakukan secara multidimensional dengan:
1. Menggunakan sejumlah cara pengukuran untuk melihat variasi dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa cerdas istimewa pada usia yang berbeda.
2. Mengukur bakat-bakat khusus yang dimiliki untuk dijadikan acuan penyusunan program belajar bagi siswa cerdas istimewa
3. Tidak hanya memperhatikan hal-ahl yang sudah teraktualisasi, namun juga mengidentifikasi potensi.
4. Identifikasi tidak hanya untuk mengukur aspek kognitif, namun juga motivasi, minat, perkembangan sosial emosional serta aspek non kognitif lainnya.
PERMASALAHAN ANAK CI+BI
Gejala-gejala lompatan perkembangan anak CI+BI merupakan faktor kuat yang memberi dampak psikologis dalam perilakunya, baik positif maupun negatif. Dengan memahami karakteristik anak, orang tua, guru, masyarakat dapat mengantisipasi hal-hal di luar dugaan (misalnya marah, agresif) dan bisa menduga penyebabnya. Perilaku negatif tersebut, mungkin menjadi sumber masalah emosional anak CI+BI. Gambaran perilaku negatif dan positif anak CI+BI, dapat dilihat pada tabel berikut:
Karakteristik Perilaku Positif Perilaku negatifSangat waspada Cepat mengetahui ada masalah Senang mengoreksi orang dewasaSelera humor tinggi Mampu menertawakan diri
sendiriMembuat lelucon dengan mengorbankan orang lain
Mampu memahami keterkaitan satu dengan yang lain
Mampu memecahkan masalah sosial sendirian
Ikut campur urusan orang lain
Dorongan berprestasi yang kuat
Mengerjakan tugas sekolah dengan baik
Arogan, egois, tidak sabaran dengan kelambanan orang lain
Kemampuan verbal yang tinggi Diplomasi persuasif dengan tata bahasa yang tepat
Memanipulasi orang lain
Individualistik, menantang stabilitas
Percaya diri tinggi Hanya sedikit punya teman dekat, kuat dengan keyakinan diri sendiri
Motivasi diri yang kuat, merasa tidak perlu bantuan orang lain
Hanya perlu sedikit arahan dan bantuan orang lain
Agresif berlebihan, menantang otoritas
Karakteristik Perilaku Positif Perilaku negatifKemampuan membaca sangat tinggi
Mengingat dan menguasai materi belajar dengan mudah
Gampang bosan, tidak suka hafalan
Sangat senang membaca Membaca berbagai jenis buku, memonopoli perpustakaan
Mengabaikan orang lain
Kaya perbendaharaan kata Mengkomunikasikan gagasan dengan lancar
Suka pamer pengetahuan
Simpanan informasi yang sangat banyak
Cepat dalam menjawab pertanyaan
Memonopoli diskusi
Rentang perhatian yang panjang
Mengerjakan tugas sampai selesai
Tidak suka kerja terbatas waktu, mengatur sendiri waktu penyelesaian
Minat beragam, rasa penasaran yang tinggi
Banyak bertanya, senang dengan gagasan baru
Kurang dapat membuat pembicaraan yang lintas disiplin
Belajar/bekerja sendiri Menciptakan gaya sendiri dengan melakukan sesuatu
Menolak bekerjasama dengan orang lain yang dianggap tidak sejalan
LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK CI+BI
A. Kurikulum
Kurikulum yang diberikan pada siswa CI+BI tidak boleh sama dengan siswa reguler, karena bobot dan kedalamannya tidak sesuai karakter siswa CI+BI. Kurikulum untuk siswa CI diarahkan pada pemenuhan kebutuhan siswa dan sekaligus menyeimbangkan domain kognitif dan non kognitif.
Berdasarkan pada diferensiasi diatas selanjutnya ditentukan materi kurikulum yang sesuai dengan siswa. Secara prinsip, penetapan materi yang secara efektif dapat dijadikan sebagai materi kurikulum bagi siswa akselerasi terikat dengan ketentuan sebagai sebagai berikut
1. Materi memang dikumpulkan dan memenuhi rasa keingintahuan siswa akselerasi dalam pengembangan keilmuan, memberikan peluang kepadanya dengan belajar hal-hal baru serta ketrampilan yang mereka butuhkan.
2. Isi kurikulum memiliki tingkat kesulitan paling tidak dua tingkat di atas rerata materi sebayanya.
3. Materi yang dipilih terfokus pada penerapan pengetahuan nyata.
4. Materi harus lebih unggul dari materi regular, mendalam dan menuntut ketrampilan berfikir tingkat tinggi.(Joan F. Smutny,2003:54).
Dalam konteks yang lebih modern, pengertian akleserasi tidak hanya isi pelajaran disajikan dalam bentuk yang ringkas dan dipercepat (compating content) tetapi juga bagaimana teknik intruksional
direkayasa. Oleh karena itu, upaya mengembangkan kurikulum bagi program CI+BI menjadi penting untuk dilakukan.
B. Pembelajaran
Harus difahami bahwa dalam komunitas peserta didik yang berkarakter gifted bukanlah merupakan komunitas yang homogen, mereka adalah sangat heterogen walaupun sama-sama berciri khas gifted. Sebagai konsekwensi dari heteroginitas tersebut maka wajib pula disediakan menu model layanan pendidikan yang juga heterogin. Tidak boleh dianggap mereka sama dan diberikan layanan sama dalam satu kelas.
Pembelajaran harus berorientasi pada siswa, bukan pada guru. Oleh karena itu penerapan materi esensial dilakukan dengan cara melakukan asessment kemampuan siswa terhadap materi pelajaran. Apabila siswa telah menguasai materi suatu materi, maka materi tersebut tidak perlu diajarkan lagi. Dengan demikian dimungkinkan adanya perbedaan materi yang harus diajarkan kepada seorang siswa dengan siswa lainnya.
Salah satu bagian penting untuk melaksanakan pembelajaran untuk siswa CI+BI adalah memilih bahan atau materi ajar. Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan melalui pengorganisasian materi. Isi bidang studi memiliki implikasi langsung dalam upaya pembuatan urutan dan sintesis isi bidang studi sehingga langkah pengembangan bahan ajar selalu didahului dengan langkah analisis isi bidang studi dan analisis tujuan.
Yang dimaksud dengan analisis tujuan adalah langkah memperoleh informasi mengenai kategori tujuan dari pembelajaran, apakah berdimensi cognitive apa efektif atau psikomotorik, demikian juga diketahui pula level tujuannya, apakah mengarah pada tujuan yang berlevel lainnya. Analisis atas jenis dan level tujuan sangat menolong bagi pengembang bajan ajar dalam seleksi, menetapkan materi yang akan dipilih sebagai bahan pengisi pengalaman siswa.
Analisis bidang studi dimaksud sebagai langkah untuk mengetahui jenis kategori apa isi dari bidang studi, apakah isi bidang studi bermuatan sebatas konsep atau berkategori prosedur atau kategori prinsip. Dengan mengatahui apa kategorinya bagi pengembang bahan ajar dapat dengan mudah menentukan strategi
Dalam melakukan pembelajaran kepada siswa CI+BI, khususnya mata pelajaran rumpun MIPA, penggunaan laboratorium untuk kegiatan praktikum perlu dioptimalkan. Laboratorium merupakan bagian terintegrasi pada kegiatan pembelajaran MIPA. Pembelajaran MIPA berupa percobaan dan bukan percobaan dapat dilakukan di laboratorium. Pada saat menjelaskan suatu topik, guru dapat langsung mempraktekkannya di depan peserta didik. Dengan demikian siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru secara efektif
Bagi para guru penanggungjawab praktikum tugas penting yang harus dan perlu dilakukan adalah mendisain dan mengelola sebuah kegiatan praktikum. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajarannya jelas, isi dan urutan kegiatannya terarah dengan baik, relevan dengan tuntutan kompetensi lulusan nantinya. Di samping itu, praktikum harus dirancang sedemikian rupa sehingga merupakan pengalaman
belajar yang menarik serta menyenangkan bagi peserta didik, bukan justru sebaliknya, menyiksa dan membosankan.
Sebagaimana kegiatan pembelajaran lainnya, kegiatan praktikum harus dilakukan evaluasi atau penilaian. Evaluasi cakupan materi praktikum dapat dilakukan dengan mengevaluasi topik-topik dan keterampilan yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik. Evaluasi kedalaman relatif lebih sulit dan memerlukan penilaian yang jujur serta kriteria yang jelas terhadap tugas-tugas yang diberikan dalam praktikum. Seringkali terjadi aktivitas intelektal peserta didik sebatas hanya mengikuti petunjuk/resep yang ada di buku petunjuk praktikum, padahal kompetensi yang dikehendaki adalah kemampuan penemuan/penelitian ilmiah. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam menilai praktikum adalah ketepatan metode penilaian dan proses umpan balik.
Sangat penting untuk menjamin bahwa metode penilaian yang digunakan cocok (sesuai dengan tujuan). Jika tujuan praktikum adalah peserta didik dapat menggunakan alat dengan benar, maka evaluasi dilakukan dengan mengamati dan menilai apakah yang dilakukan peserta didik telah sesuai dengan kriteria yang telah disepakati. Jika tujuan praktikum adalah peserta didik mampu berpikir ilmiah, metode evaluasi harus dapat menilai kemampuan yang ditunjukkan peserta didik. Penilaian praktikum yang hanya didasarkan pada laporan saja, tidak akan berhasil mengukur kemampuan berpikir pada tingkat tinggi yang ada pada pekerjaan praktikum itu sendiri.
Umpan balik juga merupakan salah satu sarana penilaian. Proses belajar peserta didik akan dapat difasilitasi dengan baik apabila ada umpan balik terhadap yang mereka lakukan dan hasilkan. Umpan balik dapat diperoleh dari guru pembimbing, dosen pendamping atau kelompok praktikan.
A. Tenaga Pendidik
KTSP membuka ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola sekolah dalam penjabaran rencana, metode, dan alat-alat pengajaran. Standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar kurikulum masih ditentukan pemerintah pusat, namun kontekstualisasi detailnya diarahkan kepada pengelola sekolah dan guru. Guru ditantang untuk mampu menciptakan suasana belajar yang kontekstual dan menyenangkan bagi siswa, barangkat dari pemahaman bahwa guru (dan pihak sekolahlah) yang paling paham mengenai karakteristik siswa dan lingkungan sekolahnya.
Dengan demikian seorang tenaga pendidik di program CI+BI harus memiliki kemampuan optimal dalam mengembangkan potensi siswa dan menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendorong terjadinya pengembangan siswa. Upaya peningkatan kemampuan tenaga pendidik perlu dilakukan secara sistemik dan sistematis, bukan sekedar mencukupi prasyarat sertifikasi.
Pengajar siswa kelas akselerasi harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik yang ada pada siswa akselerasi. Secara umum kompetensi yang harus dimiliki guru terdiri dari kompetensi pedagogik, profesional, personal/kepribadian dan sosial (Kepmendiknas No. 19 Tahun 2005). Secara lebih spesifik, beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh guru pengajar kelas akselerasi antara lin:
1. Lulusan S-1 yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan, serta berasal dari perguruan tinggi negeri/swasta yang terakreditasi A.
2. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru.
4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik berkecerdasan istimewa.
5. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.
6. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik, yang meliputi:
a. Perancangan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar.
b. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi kecardasan.
7. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar peserta didik cerdas istimewa.
8. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan.
9. Mampu mengembangkan kreativitas peserta didik.
10. Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran.
11. Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran.
12. Memiliki pengalaman mengajar di kelas reguler sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dengan prestasi baik.
13. Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan terkait penyelenggaraan pendidikan.
B. Kelembagaan
Pemerintah pada dasarnya telah membuka pintu yang cukup terbuka terkait dengan pelaksanaan pendidikan akselerasi. Dalam layanan pendidikan khusus yang ditetapkan oleh direktorat pendidikan luar biasa mengenai bentuk program akselerasi dan keberbakatan, dicantumkan bahwa program percepatan belajar bisa dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu: 1) kelas reguler, 2) kelas khusus, dan 3) sekolah khusus. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bentuk ini :
1. Kelas Reguler, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler (model terpadu/inklusif). Bentuk penyelenggaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut:
a. Kelas reguler dengan kelompok (cluster). Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus.
b. Kelas reguler dengan pull out. Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas regular, namun dalam waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus.
2. Kelas Khusus, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus (Bentuk inilah yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta);
3. Sekolah Khusus, dimana semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
C. Manajemen.
Pengelolaan pendidikan khusus bagi siswa CI/BI di sekolah reguler harus memiliki manajer/pengelola program sendiri dan tidak boleh dirangkap oleh kepala sekolah. Artinya kepala sekolah, berdasarkan mekanisme pengambilan keputusan yang ada, harus menetapkan manajer/kepala program tersendiri dengan tugas utama mengelola pendidikan khusus bagi siswa CI/BI. Dalam pelaksanaan tugas, manajer pendidikan khusus bagi siswa CI/BI dibantu oleh staf yang dapat berupa staf mandiri maupun dirangkap oleh staf sekolah secara umum. Namun demikian, secara administratif pendidikan khusus bagi siswa CI/BI harus memiliki dokumen administrasi yang terpisah dari administrasi sekolah secara umum dalam berbagai aspek, termasuk aspek pembiayaan. (direktorat PSLB, Dirjend Mandikdasmen Dapartemen Pendidikan Nasional, 2009).
Sumber:
Amril Muhammad (Sekjend. Asosiasi CI+BI Nasional, Sekretaris Dewan Pembina Cugenang Gifted School, Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan FIP UNJ). 2010. Memahami Anak Cerdas/berbakat Istimewa (CI+BI) dan Pengembangan Layanan Pendidikannya: Makalah.
Muh. Hanif Dhakiri (Komisi X DPR RI). 2010. Penyediaan Layanan Pendidikan Khusus untuk Anak CI + BI di Indonesia: Makalah.
Alfikalia (Dosen Program Studi Psikologi Universitas Paramadina). 2010. Inklusivitas dalam Pendidikan bagi Siswa Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa: Makalah.
Direktorat PSLB, Dirjend Mandikdasmen Dapartemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa.