BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBatuan adalah benda yang
merupakan kumpulan atau agregasi dari mineral yang sejenis atau
yang tidak sejenis yang menyusun bumi. Di bumi terdapat berbagai
jenis batuan. Berdasarkan proses terbentuknya, batuan dapat dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu : Batuan beku / batuan magma yakni batuan
yang terbentuk dari magma, batuan metamorf / batuan malihan
merupakan batuan yang mengalami perubahan struktur, tekstur dan
komposisinya karena pengaruh bertambahnya tekanan dan temperatur,
dan batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat peristiwa
pembatuanatau litifikasi dari hancuran batuan lain atau litifikasi
darireaksi kimia tertentu.Aspek utama dalam menentukan jenis batuan
adalah mineral, yang dilihat dari persentase jumlah mineral yang
terkandung di dalamnya. Mineral-mineral penyusun batuan dapat
dilihat secara megaskopis serta mikroskopis berdasarkan sifat fisik
dan sifat optiknya. Untuk melihat secara lebih detail, penentuan
jenis batuan diamati secara mikroskopis. Sehubungan dengan hal itu,
dilakukanlah praktikum mineral optik dalam acara pengenalan
batuan.1.2 Maksud dan TujuanAdapun maksud dari diadakannya
praktikum mineral optik dengan acara pengenalan batuan adalah untuk
mengidentifikasi mineral-mineral yang terdapat pada suatu batuan
dengan mengggunakan mikroskop polarisasi.Tujuan dari diadakannya
praktikum mineral optik dengan acara pengamatan konoskop adalah,
sebagai berikut:1. Dapat mengetahui nama mineral pada suatu
batuan.2. Dapat menentukan nama batuan berdasarkan komposisi
mineral yang terdapat di dalamnya.1.3 Alat dan Bahan Adapun alat
dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah :1. Mikroskop
polarisasi2. Alat tulis menulis3. Lap kasar dan lap halus4. Pensil
warna5. Lembar kerja praktikum6. Penuntun praktikum7. Sampel
batuan8. Album mineral optik1.4 Prosedur KerjaPada saat praktikum,
dilakukan beberapa tahapan dalam pengerjaannya, beberapa tahapan
tersebut adalah sebagai berikut:1. Membuat bon alat, yang bertujuan
untuk mengetahui keadaan mikroskop sebelum ataupun setelah
digunakan.2. Menyalakan mikroskop dan menyentringkan mikroskop dan
memfokuskan medan pandang3. Meletakkan sampel batuan pada meja
objek.4. Mengatur kedudukan sampel sehingga berada pada perpotongan
benang silang mikroskop.5. Mengfungsikan analisator, kemudian
memperhatikan warna, gejala pleokroisme dari mineral pada saat
diputar, menentukan bentuk mineral, indeks bias dengan menggunakan
metode iluminasi miring, belahan, pecahan, relief, inklusi pada
mineral, dan menentukan ukuran dari mineral .6. Mengfungsikan
polarisator lalu memperhatikan warna interfernsi maksimum, sudut
gelapan, jenis gelapan, bias rangkap, sistem kristal dan komposisi
kimia mineral yang diamati.7. Memasukkan keping gips pada
kompensator sehingga sejajar dengan objek dan amati perubahan warna
yang terjadi sehingga kita dapat mengetahui TRO-nya. 8. Setelah
data yang didapatkan cukup, maka selanjutnya menentukan nama
mineral yang diamati.9. Mengganti mineral yang diamati dengan
mineral lain yang terdapat dalam sampel batuan.10. Melakukan
langkah 5-langkah 7 untuk sampel mineral tersebut.11. Menentukan
nama batuan berdasarkan kandungan mineralnya.
BAB IITINJAUAN PUSTAKABatu adalah sejenis bahan yang terdiri
daripada mineral dan dikelaskan menurut komposisi mineral. Batuan
secara umum biasanya dikelompokkan menurut proses yang
membentuknya, diantaranya :1. Batuan beku2. Batuan sedimen3. Batuan
MetamorfBatuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma cair,
batuan sedimen merupakan batuan asal atau batuan lain yang
terbentuk akibat proses sedimentasi. Dan batuan metamorf adalah
batuan asal yang berubah bentuk dan kompoisisi kimianya akibat
perubahan temperatur dan tekanan.2.1 Batuan BekuBatuan beku adalah
batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma. Karena hasil
pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya.
Komposisi mineral yang menyusunnya merupakan kristalisasi dari
unsur-unsur secara kimiawi, sehingga bentuk kristalnya mencirikan
intensitas kristalisasinya.Didasarkan atas lokasi terjadinya
pembekuan, batuan beku dikelompokkan menjadi dua yaitu betuan beku
intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava). Pembekuan batuan beku
intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan
batuan beku ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava,
sebagai bagian dari kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif,
antara lain berupa batholith, stock (korok), sill, dike (gang) dan
lakolith dan lapolith (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu
batholith, stock, sill dan dikeKarena pembekuannya di dalam, batuan
beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun atas mineral-mineral
yang tingkat kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan
batuan beku ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku
intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur
fanerik, sehingga tidak membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi.
Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api (stock),
gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur
halus karena sangat dekat dengan permukaan Jenis dan sifat batuan
beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe magma tergantung dari
komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari
limpahanunsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H,
dan O yang mencapai hingga 99,9%. Semua unsur yang berhubungan
dengan oksigen (O) maka disebut sebagai oksida, SiO2adalah salah
satunya. Sifat dan jenis batuan beku dapat ditentukan dengan
didasarkan pada kandungan SiO2di dalamnya (Tabel V.1).
Tipe MagmaBatuan VulkanikBatuan PlutonikKomposisi
KimiaSuhuKekentalanKandungan Gas
BasalticBasaltGabbroSiO2 45-55 %: Fe, Mg, Ca tinggi,K dan Na
rendah1000 - 1200oCRendahRendah
AndesiticAndesitDioritSiO2 55-65 %, Fe, Mg, Ca, Na, K sedang800
- 1000oCIntermediatIntermediat
RhyoliticRhyolitGranitSiO2 65-75 %, Fe, Mg, Ca rendah,K dan Na
tinggi650 - 800oCTinggiTinggi
Tabel 1.1. Tipe batuan beku dan sifat-sifatnya (Nelson,
2003)Menurut keterdapatannya, berdasarkan tatanan tektonik dan
posisi pembekuannya (Tabel 1.2), batuan beku diklasifikasikan
sebagai batuan intrusi plutonik (dalam) berupa granit, syenit,
diorit dan gabro. Intrusi dangkal yaitu dasit, andesit, basaltik
andesitik, riolit, dan batuan gunung api (ekstrusi yaitu riolit,
lava andesit, lava basal.
KeterdapatannyaAsamIntermedietBasa
Plutonik (intrusi)Granit, SyenitDioritGabro
intrusi dangkalDasit - RiodasitAndesitBasaltik- andesitik
Vulkanik:Dengan Tatanan tektonikBusur
magmaticRiolitikAndesitikBasaltik
Belakang busurTrakitikTrakitikBasalt trakitik
Mid oceanic ridges--Lava basalt
Tabel 1.2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan letak /
keterdapatannya.Berdasarkan komposisi mineralnya, batuan beku dapat
dikelompokkan menjadi tiga, tergantung dari persentase mineral
mafik dan felsiknya. Secara umum, limpahan mineral di dalam batuan,
akan mengikuti aturan reaksi Bowen. Hanya mineral-mineral dengan
derajad kristalisasi tertentu dan suhu kristalisasi yang relatif
sama yang dapat hadir bersama-sama (sebagai mineral asosiasi; Tabel
1.3).
Tabel 1.3. Bowen reaction series yang berhubungan dengan
kristalisasi mineral penyusun dalam batuan beku2.1.1 Klasifikasi
Batuan Beku Berdasarkan Komposisi MineralnyaA. Kelompok batuan beku
intrusi plutonik1) Batuan beku basa dan ultra-basa: dunit,
peridotitKelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200oC, dan
melimpah pada wilayah dengan tatanan tektonik lempeng samudra,
antara lain pada zona pemekaran lantai samudra dan busur-busur
kepulauan tua. Dicirikan oleh warnanya gelap hingga sangat gelap,
mengandung mineral mafik (olivin dan piroksen klino) lebih dari 2/3
bagian; batuan faneritik (plutonik) berupa gabro dan batuan
afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan basanit.
Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang
berseri toleeit, Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling
umum dijumpai adalah seri batuan toleeit.Kelompok batuan basa
diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar dengan didasarkan pada
kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya; yaitu basa
dan ultra basa (Gambar 1.2). Batuan beku basa mengandung mineral
plagioklas lebih dari 10% sedangkan batuan beku ultra basa kurang
dari 10%. Makin tinggi kandungan piroksen dan olivin, makin rendah
kandungan plagioklasnya dan makin ultra basa (Gambar 1.2 bawah).
batuan beku basa terdiri atas anorthosit, gabro, olivin gabro,
troktolit (Gambar 1.2. atas). Batuan ultra basa terdiri atas dunit,
peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain (Gambar
1.2 bawah).
Gambar 1.2 Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa
(ultra mafik; sumberIUGS classification)2) Batuan beku asam
intermedietKelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan
tatanan tektonik kratonik (benua), seperti di Asia (daratan China),
Eropa dan Amerika. Kelompok batuan ini membeku pada suhu 650-800oC.
Dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu batuan beku kaya
kuarsa, batuan beku kaya feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin
kuarsa maupun foid. Batuan beku kaya kuarsa berupa kuarzolit,
granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang miskin kuarsa berupa
syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit (Gambar
1.3). Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka
tidak akan mengandung mineral foid, begitu pula sebaliknya.
Gambar 1.3 Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang
memiliki persentasi kuarsa, alkali feldspar, plagioklas dan
feldspathoid lebih dari 10% (sumberIUGS classification)B. Kelompok
batuan beku luarKelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan
beku yang tersingkap di Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan
batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur vulkanisme, baik pada
busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur gunung api
yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan
sebagai batuan asal gunung api. Batuan ini secara megaskopis
dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak mengandung gelas
gunung api. Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan
ini dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok
dasit-riolit-riodasit, kelompok andesit-trakiandesit dan kelompok
fonolit (Gambar 1.4).
Gambar 1.4 Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi
didasarkan atas kandungan kuarsa, feldspar, plagioklas dan
feldspatoid (sumberIUGS classification)Tata nama tersebut bukan
berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu batuan, dapat
salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama.
Di samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di
dalamnya, seperti horenblende (amfibol), piroksen ortho (enstatit,
diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral asesori dengan
plagioklas dan feldspathoid. Pada prinsipnya, feldspatoid adalah
mineral feldspar yang terbentuk karena komposisi magma kekurangan
silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan kuarsa. Jadi,
limpahan feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas
intermediet hingga basa, berasosiasi dengan biotit dan amfibol,
atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan
trakit-trakiandesit. Batuan yang mengandung plagioklas dalam jumlah
yang besar, jarang atau sulit hadir bersama-sama dengan mineral
feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.2.1.3. Struktur Batuan
Beku Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang
keluarnya gas; dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi
dangkal dan inti lava; Ct: granit, diorit, gabro dan inti andesit.
Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang
tidak teratur; dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan
intrusi dangkal, terutama batuan vulkanik andesitik-basaltik; Ct:
andesit dan basalt Vesikuler: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas
dengan susunan teratur; dijumpai pada batuan ekstrusi riolitik atau
batuan beku berafinitas intermediet-asam. Amigdaloidal: dijumpai
lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi oleh mineral lain
seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik trakitik;
Ct: trakiandesit dan andesit
Gambar 1.5 Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya
ikat masing-masing mineral sangat kuat, contoh padagranodiorit
dengan komposisi mineral plagioklas berdiameter >1 mm (gambar
atas) dan granit (gambar bawah) dengan komposisi kuarsa dan
ortoklas anhedral dengan diameter >1 mm2.1.4 Tekstur batuan
bekuTektur batuan menggambarkan bentuk, ukuran dan susunan mineral
di dalam batuan. Tektur khusus dalam batuan beku menggambarkan
genesis proses kristalisasinya, seperti intersertal, intergrowth
atau zoning. Batuan beku intrusi dalam (plutonik) memiliki tekstur
yang sangat berbeda dengan batuan beku ekstrusi atau intrusi
dangkal. Sebagai contoh adalah bentuk kristal batuan beku dalam
cenderung euhedral, sedangkan batuan beku luar anhedral hingga
subhedral (Tabel 1.4.)
Jenis batuanTeksturIntrusi dalam (plutonik)Intrusi dangkal dan
EkstrusiBatuan Vulkanik
FabrikEquigranularInequigranularInequigranular
Bentuk
kristalEuhedral-anhedralSubhedral-anhedralSubhedral-anhedral
Ukuran kristalKasar (> 4 mm)Halus-sedangHalus-kasar
Tekstur khusus-
Porfiritik-poikilitikOfitik-subofitikPilotaksitikPorfiritik:
intermediet-basaVitroverik-Porfiritik: Asam-intermediet
Derajad
KristalisasiHolokristalinHipokristalinHolokristalinHipokristalinHolokristalin
Tekstur khusus-Perthit-perlitikZoning pada plagioklas, tumbuh
bersama antara mineral mafik dan plagioklas dan intersertal
Tabel 1.3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam,
intrusi dangkal dan ekstrusi dan pada batuan vulkanika) Tekstur
trakitik Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan
kenampakan adanya orientasi mineral arah orientasi adalah arah
aliran Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal
seperti dike dan sill Gambar 1.7 adalah tekstur trakitik batuan
beku dari intrusi dike trakit di G.Muria; gambar kiri: posisi nikol
sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang
Gambar 1.7 Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di
Gunung Muria). Arah orientasi dibentuk oleh mineral-mineral
plagioklas. Di samping tekstur trakitik juga masih menunjukkan
tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen orto.b)
Tekstur Intersertal Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh
susunan intersertal antar kristal plagioklas;mikrolit plagiklas
yang berada di antara / dalam massa dasar gelasinterstitial.
Gambar 1.8 Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi
nikol sejajar dan gambar kanan posisi nikol silang. Butiran hitam
adalah magnetitc) Tekstur Porfiritik Yaitu tekstur batuan yang
dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris) yang dikelilingi
oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas Jika massa
dasar seluruhnya gelas disebut teksturvitrophyric. Jika fenokris
yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk
teksturglomeroporphyritic.
Gambar 1.9 Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin
porfirik dengan fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan
plagioklas yang tertanam dalam massa dasar plagioklas dan granular
piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan: basalt
olivin porfirik yang tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst
olivin (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar plagioklas
intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui,
Hawaii)d) Tekstur OfitikTekstur Ofitik yaitu tekstur batuan beku
yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang tersusun secara acak
dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar 1.10). Jika
plagioklasnya lebih besar dan dililingi oleh mineral
ferromagnesian, maka membentuk tekstursubofitic(Gambar 1.11). Dalam
suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai kedua tekstur
tersebut secara bersamaan.Secara gradasi, kadang-kadang terjadi
perubahan tektur batuan dari intergranular menjadi subofitik dan
ofitik. Perubahan tektur tersebut banyak dijumpai dalam batuan beku
basa-ultra basa, contoh basalt. Perubahan tekstur dari
intergranular ke subofitic dalam basalt dihasilkan oleh pendinginan
yang sangat cepat, dengan proses nukleasi kristal yang lebih
lambat. Perubahan terstur tersebut banyak dijumpai pada inti batuan
diabasik atau doleritik (dike basaltik). Jika pendinginannya lebih
cepat lagi, maka akan terjadi tekstur interstitial latit antara
plagioclase menjadi gelas membentuk tekstur intersertal.
Gambar 1.10 Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral
plagioklas dikelilingi oleh mineral olivin dan piroksen klino
Gambar V.11 Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas
dikelilingi oleh mineral feromagnesian yang juga menunjukkan
tekstur poikilitik2.1.5. Komposisi Mineral pada Batuan
BekuKomposisi mineral pada batuan beku ditentukan dari komposisi
kimiawinya. Didasarkan atas komposisi mineral mafik dan felsik yang
terkandung di dalamnya, batuan beku dapat dikelompokkan dalam tiga
kelas, yaitu asam, intermediet dan basa. Batuan beku asam tersusun
atas mineral felsik lebih dari 2/3 bagian; batuan beku intermediet
tersusun atas mineral mafik dan felsik secara berimbang yaitu
felsik dan mafik 1/3 hingga 2/3 secara proporsional; dan batuan
beku basa tersusun atas mineral mafik lebih dari 2/3 bagian (Tabel
1.4).Afinitas batuanMafikFelsikNama batuan
IntrusifEkstrusifVulkanik
Asam2/3Gabro, diabasBasaltBasalt
Intermediet1/3-2/31/3-2/3DioritAndesit, trakitAndesit,
trakit
Basa>2/3 Ca (Mg untuk Ol, OPX dan CPX)Ca > Mg (Ca pada
augit, amfibol, titanit)Ca+Na > Mg (Ca+Na pd CPX, amfibol,
aegirin, dll)
MORYaTidakTidak
Busur kepulauan/ busur magmatikYaTidakTidak
Gunung api di belakang busur magmatikYaYaYa
Tabel V.6. Tiga tipe seri magmatik batuan beku dengan limpahan
mineral penunjuknyaSiO2(%)Tipe magmaNama batuan seri gunung
apiTatanan tektoniknya
< 50Basa / mafikBasalMid oceanic ridge basalt
50-65Intermediet / menengahAndesitBusur kepulauan dan busur
magmatik dangkal
65-70Asam / felsik rendah SiDasitBusur magmatik: lempeng benua
dengan dapur magma tengah (B)
>70Asam / felsik kaya SiRiolitBusur magmatik: segregasi pada
lempeng benua dengan dapur magma dalam (A)
Tabel 1.7. Beberapa tipe magma dari batuan gunung api
berdasarkan kandungan silika dan keterdapatannya dari tatanan
tektoniknya2.2 Batuan SedimenTerbentuk dari proses sedimentasi. Di
dalam proses sedimentasi berlangsung proses erosi, transportasi,
sedimentasi dan litifikasi. Batuan vulkanik tidak termasuk di dalam
kelompok batuan sedimen, karena dihasilkan langsung dari aktivitas
gunungapi, tidak ada proses erosi. Terdiri dari: Batuan sedimen
klastik; didiskripsi berdasarkan komposisi dan fraksi butirannya
Batuan sedimen non-klastik menyesuaikan dengan kondisi batuannyaa.
Batuan sedimen klastik fragmental1. Struktur sedimen: Masif: tidak
dijumpai struktur yang lain dalam >40 cm Gradasi: diameter
butirfining up(menghalus ke atas(, dan gradasi terbalik jika
diameter butircoarsing up(mengasar ke atas) Berlapis: memiliki
struktur perlapisan >2 cm Laminasi: perlapisan dengan tebal
lapisan < 2 cm Silangsiur: struktur lapisan saling memotong
dengan lapisan yang lain, jika tebal silangsiur Ncb) ini dibuktikan
juga dengan menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat
sebagian illuminator ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka
bidang yang gelap searah dengan arah datangnya bayangan gelap yang
diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan bentuk mineral yang
euhedral-subhedral dan indeks bias mineral yang sedang
mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga
dapat ditentukan bahwa relief dari mineral yang diamati adalah
tinggi. Pada saat dibawah mikroskop, mineral ini tidak memberikan
adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang tidak rata dengan
ukuran 0,12 mm hingga 3 mm. Pada posisi nikol silang, warna
interferensi maksimum yang terlihat adalah abu-abu kehitaman pada
bias rangkap 0,03 orde I. Sudut gelapan pada mineral ini adalah
44,5o, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah
gelapan miring. Kembaran yang terlihat ketika meja objek pada
pengamatan mineral ini diputar adalah Calsbat-Albit. Sistem kristal
pada mineral ini berupa monoklin dengan komposisi kimia
(Ca,Na)[Al(Al,Si)Si2O8]. Pada saat keping gips di masukkan
perubahan warna yang terlihat cepat dengan adanya penambahan orde
dimana perubahan warnanya tidak terlalu jauh, sehingga mineral ini
tergolong mineral yang Addisi-Length Fast. Berdasarkan ciri-ciri
sifat optik yang telah didapatkan dari hasil pengamatan, maka dapat
ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah Bitownite.3.2
Sampel Mineral 2Pada mineral kedua, secara mikroskopis pada
pengamatan nikol sejajar mineral tersebut menampakkan warna kuning
kecoklatan, pada saat meja objek diputar sebesar 900, mineral tadi
menampakkan gejala pleokroisme yaitu terjadinya dua perubahan warna
atau disebut dengan dwikroik dengan intesitas yang kuat. Pada saat
di bawah mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang
bervariasi antara subhedral sampai anhedral, bentuk
subhedral-anhedral tadi menjelaskan bahwa mineral ini mengalami
proses kristalisasi yang cepat dan terjadi pada suhu dan
temperature yang rendah. Mineral ini memiliki indeks bias yang
lebih besar dari pada indeks bias kanada balsam (Nmin>Ncb) ini
dibuktikan juga dengan menggunakan metode iluminasi miring, dimana
pada saat sebagian illuminator ditutupi oleh kertas tidak tembus
cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah datangnya
bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Relief mineral
ini adalah tinggi. Pada saat dibawah mikroskop, mineral ini tidak
memberikan adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang tidak
rata dengan ukuran 0,38 mm hingga 3,1 mm. Pada posisi nikol silang,
warna interferensi maksimum yang terlihat adalah coklat pada bias
rangkap 0,11 orde I. Sudut gelapan pada mineral ini adalah 30,
sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah gelapan
miring tanpa memperlihatkan adanya kembaran. Sistem kristal pada
mineral ini berupa monoklin dengan komposisi kimia
(K(Mg,Fe2+,Mn2+)[(OH,F)2|(Al,Fe3+,Ti3+)Si3O10]). Pada saat keping
gips di masukkan perubahan warna yang terlihat cepat dan tidak jauh
dari warna asal dengan adanya penambahan orde sehingga mineral ini
tergolong mineral yang Addisi-Length Fast. Berdasarkan ciri-ciri
sifat optik yang telah didapatkan dari hasil pengamatan, maka dapat
ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah Bitownite.3.3
Sampel Mineral 3Pada mineral ketiga, secara mikroskopis pada
pengamatan nikol sejajar mineral tersebut menampakkan warna kuning
kehijauan, pada saat meja objek diputar sebesar 900, mineral tadi
menampakkan gejala pleokroisme dimana terjadi dua perubahan warna
atau dwikroik dengan intesitas yang lemah. Pada saat di bawah
mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi
antara subhedral sampai anhedral, bentuk subhedral-anhedral tadi
menjelaskan bahwa mineral ini mengalami proses kristalisasi yang
cepat dan terjadi pada suhu dan temperature yang rendah. Mineral
ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada indeks bias
kanada balsam (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga dengan menggunakan
metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator
ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap
searah dengan arah datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh
kertas karton. Relief mineral ini adalah rendah. Pada saat dibawah
mikroskop, mineral ini tidak memberikan adanya kenampakkan belahan
dengan pecahan yang tidak rata dengan ukuran 0,6 mm hingga 1,86 mm.
Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat
adalah biru pada bias rangkap 0,13 orde II. Sudut gelapan pada
mineral ini adalah 36,25o, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis
gelapannya adalah gelapan miring. Kembaran tidak terlihat ketika
meja objek pada pengamatan mineral ini. Sistem kristal pada mineral
ini berupa monoklin dengan komposisi kimia (Kal2(AlSi3O10)(F,OH)2).
Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat
lambat dan jauh dari warna asal dengan adanya pengurangan orde
sehingga mineral ini tergolong mineral yang Substraksi-Length Slow.
Berdasarkan ciri-ciri sifat optik yang telah didapatkan dari hasil
pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati
adalah Muscovite.
BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanSetelah melakukan praktikum acara
pengenalan mineral, maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu
sebagai berikut:1. Berdasarkan sifat-sifat optik mineral yang
diamati dapat diinterpretasikan bahwa nama sampel mineral pertama
adalah Bitownite, mineral kedua adalah Biotit sedangkan mineral
yang ketiga adalah Muscovite. 2. Sampel batuan ini bernama
Monzodiorite yang dilihat dari komposisi mineralnya dimana
plagioklas sekitar 57,5 %, mika sekitar 42,5%.
4.2 Saran4.2.1 Saran Untuk LaboratoriumPraktikan menyarankan
agar peralatan laboratorium diperbaharui agar tidak menyusahkan
mahasiswa dalam proses praktikum.4.2.2 Saran Untuk Asisten
Praktikan menyarankan agar setiap asisten mempunyai format yang
sama dalam pembuatan laporan praktikum agar praktikan tidak
bingung, terlebih bila laporan yang telah diterima oleh asisten di
koreksi lagi pada saat pengumpulan laporan oleh asisten pembawa
acara karena terdapat perbedaan pendapat.
DAFTAR PUSTAKAPada
http://wingmanarrows.wordpress.com/2012/05/27/petrografi-bab-vi-petrografi-batuan-vulkanik-sedimen-dan-metamorf/.
Diakses pada tanggal 26 April 2014 pukul 12.28 WITA.Pada
http://ayobelajargeologi.blogspot.com/2011/12/petrografi-batuan-beku.html.
Diakses pada tanggal 27 April 2014 pukul 12.57 WITA.Ria, Ulva.
2014, Mineral Optik. Laboratorium Mineral Optik : Makassar.Simon,
Schuster. 1978, Rocks and Minerals. Fireside: New York.
ASISTEN PRAKTIKAN
(MUH. FUJIANTO MANATI) (CITRA ARYANI ANWAR)
LAMPIRAN