Page 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia terus mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat dilihat salah satunya dari pendapatan per kapita
Indonesia. Pendapatan per kapita adalah pendapatan yang diperoleh masyarakat
dalam satu tahun. Pendapatan per kapita dihitung dari pendapatan nasional dibagi
jumlah penduduk.
Gambar 1.1
Pendapatan per Kapita di Indonesia Tahun 2017-2018
(Sumber: www.bps.go.id)
Dapat dilihat pada gambar 1.1, pendapatan per kapita Indonesia pada tahun
2018 sebesar Rp 40.916.368,2. Jumlah tersebut meningkat sebesar 6,76 persen
dari tahun 2017 yang berjumlah Rp 38.325.249,8. Industri manufaktur menjadi
primadona dan penggerak perekonomian di Indonesia karena menjadi kontributor
terbesar dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) (www.bps.go.id).
Page 2
2
PDB merupakan penjumlahan dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
investasi, serta ekspor dikurang impor.
Gambar 1.2
Kontribusi Lima Subsektor Terbesar dalam Industri Pengolahan terhadap
Total PDB Tahun 2017 dan 2018 (Persen)
(Sumber: www.bps.go.id)
Dapat dilihat pada gambar 1.2 industri makanan dan minuman yang menjadi
subkategori dengan kontribusi terbesar dalam PDB tahun 2017-2018 yaitu sebesar
6,14 persen dan 6,25 persen. Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita sebulan
masyarakat dalam kelompok makanan lebih besar daripada pengeluaran
masyarakat pada kelompok non makanan (batubara dan pengilangan migas, alat
angkut, barang logam, kimia, farmasi, dan obat tradisional). Pengeluaran
masyarakat pada kelompok makanan didominasi oleh pengeluaran untuk makanan
dan minuman.
Page 3
3
Gambar 1.3
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang
Tahun 2015-2018
(Sumber: www.bps.go.id)
Peningkatan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2017 untuk kelompok makanan lebih tinggi dari kelompok
non makanan. Seperti yang terlihat pada gambar 1.3 diatas, rata-rata pengeluaran
per kapita sebulan untuk kelompok makanan pada tahun 2015 sebesar Rp 412.462
meningkat sebesar 11,6% pada tahun 2016 menjadi Rp 460.639. Pada tahun 2017
mengalami peningkatan sebesar 14,6% menjadi Rp 527.956. Sedangkan
kelompok non makanan pada tahun 2015 sebesar Rp 868.823 meningkat sebesar
8,9% pada tahun 2016 menjadi Rp 946.258. Pada tahun 2017 mengalami
peningkatan sebesar 9,5% menjadi Rp 1.036.497.
Page 4
4
Gambar 1.4
Jumlah Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2018
(Sumber: www.idx.co.id)
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah bahan mentah
menjadi barang jadi. Terdapat tiga sektor dalam perusahaan manufaktur, yaitu
sektor industri dasar dan kimia, sektor industri barang konsumsi, dan sektor aneka
industri. Dapat dilihat pada gambar 1.4 diatas, berdasarkan data pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pertumbuhan perusahaan manufaktur terus meningkat dari tahun
ketahun. Pada tahun 2015 jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar sebanyak
146 perusahaan, tahun 2016 jumlah perusahaan manufaktur meningkat menjadi
147 perusahaan. Tahun 2017 jumlah perusahaan yang terdaftar mengalami
peningkatan lagi sebanyak 167 perusahaan dan pada tahun 2018 perusahaan
manufaktur yang terdaftar mencapai 171 perusahaan.
Page 5
5
Gambar 1.5
Jumlah Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang
Terdaftar di BEI Tahun 2015-2018
(Sumber: www.idx.co.id)
Sektor industri barang konsumsi menjadi salah satu sektor pada perusahaan
manufaktur yang mengalami peningkatan jumlah perusahaan. Sektor industri
barang konsumsi terbagi menjadi subsektor makanan dan minuman, rokok,
farmasi, kosmetik, dan barang keperluan rumah tangga, peralatan rumah tangga
serta subsektor lainnya (www.idx.co.id). Dapat dilihat pada gambar 1.5 diatas,
tahun 2015 dan tahun 2016 jumlah perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di BEI sebanyak 39 perusahaan. Tahun 2017 mengalami
peningkatan sebanyak 10 perusahaan menjadi 49 perusahaan dan pada tahun 2018
meningkat lagi sebanyak 3 perusahaan menjadi 52 perusahaan.
Investor menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan dengan harapan
mendapatkan pengembalian berupa return (pendapatan) baik berupa dividend
yield (pendapatan dividen) ataupun berupa capital gain (pendapatan selisih harga
jual saham terhadap harga beli) (Arifin dan Asyik (2015) dalam Bawamenewi dan
Afriyeni (2019)). Dividen adalah distribusi berupa uang tunai atau saham
Page 6
6
perusahaan kepada pemegang saham secara proposional (Weygandt, et al., 2019).
Menurut Kieso, et al. (2018) terdapat empat tipe dividen, yaitu cash dividend
(dividen kas), property dividend (dividen properti), liquidating dividend (dividen
likuidasi), dan share dividend (dividen saham). Dalam teori the bird in the hand
menurut Myron Gordon dan John Lintner dalam Winna dan Tanusdjaja (2019)
menjelaskan bahwa investor menyukai dividen yang sudah di tangan
dibandingkan dengan capital gain yang belum tentu ada dimasa mendatang,
artinya investor memberikan nilai lebih tinggi atas dividend yield dibandingkan
dengan capital gain yang diharapkan. Menurut teori ini dividen lebih memiliki
kepastian dan lebih bisa diprediksi dibandingkan capital gain yang nilainya
cenderung lebih spekulasi karena harga saham cenderung berubah-berubah setiap
saat.
Untuk mencapai kesejahteraan pemegang saham dan perusahaan, laba yang
dimiliki oleh perusahaan harus dapat dialokasikan pada pembagian dividen
kepada pemegang saham serta meningkatkan pertumbuhan serta mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan. Investor mengharapkan return dari investasi
yang dimilkinya dalam bentuk dividen. Semakin meningkatnya dividen yang
dibagikan oleh perusahaan maka meningkatkan minat investor untuk melakukan
investasi dan membeli saham, sehingga akan meningkatkan harga saham
perusahaan. Disisi lain perusahaan perlu mengalokasikan laba yang diperoleh
sebagai saldo laba untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan harus dapat membuat sebuah kebijakan terkait pengalokasian laba
Page 7
7
yang dimiliki perusahaan untuk mensejahterakan pemegang saham dan
perusahaan.
PT Indofood Sukser Makmur Tbk (INDF) melakukan pembagian dividen
yang telah disetujui oleh para pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang
Saham Tahunan (RUPST). Dividen itu akan dibayarkan pada 6 Juli 2017.
Direktur INDF Thomas Tjhie menjelaskan, produsen indomie itu membagikan
dividen sebesar Rp 235 per lembar saham. Pada tahun 2016, INDF berhasil
meraup laba bersih sebesar Rp 4,14 triliun dimana angka tersebut naik dari tahun
sebelumnya sebesar Rp 2,97 triliun (finance.detik.com). Dividen yang dibagikan
pada tahun 2017 meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp 168 per lembar
saham.
PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mengumumkan akan membagikan dividen
kepada pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
Dividen akan dibagikan kepada pemegang saham pada 25 Juni 2018. MYOR akan
membagikan dividen tunai Rp 603,68 miliar. Dividen ini setara dengan Rp 27 per
saham. Andre Sukendra Atmadja yang merupakan Direktur Utama Mayora Indah
mengatakan, total pendapatan MYOR mencapai Rp 20,82 triliun. Pendapatan ini
naik 13,4% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 18,35 triliun
(investasi.kontan.co.id). Dividen yang dibagikan pada tahun 2018 meningkat dari
tahun sebelumnya sebesar Rp 461 miliar atau setara dengan Rp 21 per saham.
Dari fenomena yang terjadi pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT
Mayora Indah Tbk menunjukan bahwa peningkatan laba yang diperoleh
Page 8
8
perusahaan dapat meningkatkan jumlah dividen yang dibagikan. Semakin tinggi
dividen yang dibagikan oleh perusahaan maka akan berpotensi meningkatkan
minat investor untuk berinvestasi di perusahaan dan akan membeli saham
perusahaan, sehingga meningkatkan harga saham. Sebaliknya, jika dividen yang
dibagikan kecil maka minat investor untuk berinvestasi dan membeli saham
perusahaan akan menurun. Akibatnya harga saham perusahaan juga akan
mengalami penurunan.
Investor menginginkan pembagian dividen yang meningkat, sehingga mereka
berminat untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, sementara manajemen
perusahaan perlu mengalokasian laba untuk saldo laba guna berinvestasi serta
meningkatkan pertumbuhan perusahaan dimasa depan. Oleh karena itu, untuk
mencapai tujuan tersebut perusahaan harus menetapkan kebijakan dividen
(Amalia dan Hermanto, 2018). Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan
yang berkaitan dengan laba perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan pada
akhir periode apakah akan dibagikan kepada pemegang saham atau menjadi laba
ditahan untuk kepentingan investasi perusahaan di masa yang akan datang
(Wiendharta dan Andayani, 2019). Menurut Kieso et al. (2018) bagi perusahaan
yang membagikan dividen tunai, perusahaan itu harus memiliki saldo laba atau
retained earning, memiliki uang tunai yang mencukupi, dan dewan direksi
memutuskan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham. Investor
berharap perusahaan dimana investor menanamkan modalnya selalu mendapatkan
keuntungan yang besar, karena hal tersebut membuat investor mendapatkan
pendapatan dan tingkat pengembalian investasi yang besar pula dalam bentuk
Page 9
9
dividen. Apabila pembagian dividen yang dilakukan perusahaan lebih tinggi dari
tahun sebelumnya, maka keadaan tersebut semakin meningkatkan minat para
investor mengenai pendapatan perusahaan di masa yang akan datang. Jika
pembagian dividen yang dilakukan perusahaan cenderung lebih rendah dari tahun
sebelumnya, maka keadaan tersebut mengakibatkan para investor tidak tertarik
pada perusahaan tersebut, karena para investor berpendapat bahwa perusahaan
mengalami penurunan pendapatan (Cisilia dan Amanah, 2017).
Perusahaan dengan laba yang besar akan semakin menarik minat investor
dalam berinvestasi, karena akan berpotensi membagikan dividen dalam jumlah
besar. Kebijakan dividen memiliki peranan yang sangat penting karena dapat
berpengaruh terhadap sikap atau reaksi investor dan juga mempengaruhi
kesempatan investasi, harga saham, struktur financial, arus pendanaan dan posisi
keuangan perusahaan (Zahrah dan Amanah, 2017). Jika semakin tinggi minat
investor pada perusahaan, maka perusahaan akan mendapatkan modal lebih besar
untuk menjalankan operasionalnya dan meningkatkan keuntungan di masa yang
akan datang.
Kebijakan dividen diukur menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR).
Payout Ratio merupakan persentase pendapatan yang didistribusikan dalam
bentuk dividen tunai (Weygandt, et al., 2019). DPR merupakan suatu kebijakan
yang telah ditentukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam membagikan
besarnya dividen kepada pemegang saham (Cisilia dan Amanah, 2017). Rasio
DPR merupakan perbandingan antara dividen per lembar saham dengan laba per
lembar saham. DPR adalah rasio yang mengukur besarnya laba yang dibagikan
Page 10
10
dalam bentuk dividen tunai kepada pemegang saham dari laba yang diestimasikan
akan diterima oleh pemegang saham. Tingkat DPR yang tinggi menunjukan
bahwa laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemagang saham lebih
besar dari laba yang diestimasikan akan diterima oleh pemegang saham. Rasio
DPR penting bagi investor untuk melihat besarnya pertumbuhan dividen yang
dibagikan oleh perusahaan serta untuk membuat keputusan apakah investor akan
membeli saham perusahaan dan berinvestasi di perusahaan. Sedangkan untuk
perusahaan, rasio DPR penting karena menunjukan besarnya laba yang dibagikan
dalam bentuk dividen dan laba yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup perusahaan serta untuk membuat sebuah kebijakan yang
dapat memenuhi harapan investor dan dapat membuat pertumbuhan perusahaan
meningkat.
Kebijakan dividen pada setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada
kondisi suatu perusahaan. Apabila perusahaan mengalokasikan laba ditahan dalam
jumlah besar, maka perusahaan akan memiliki kesempatan untuk meningkatkan
pertumbuhan perusahaannya dengan melakukan investasi, tetapi akan
menurunkan laba yang dibagikan dalam bentuk dividen. Sedangkan jika
perusahaan mengalokasikan laba ditahan dalam jumlah kecil, maka laba yang
dibagikan dalam bentuk dividen akan menjadi besar dan pemegang saham akan
merespon sinyal positif dari perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan harus bisa
mengambil sebuah kebijakan dividen yang tepat agar dapat menghasilkan
keseimbangan antara dividen saat ini dan meningkatkan nilai perusahaan yang
dilihat dari harga saham yang meningkat.
Page 11
11
Dalam penelitian ini terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi
kebijakan dividen, yaitu profitabilitas, leverage, likuiditas, dan ukuran perusahaan.
Faktor pertama adalah profitabilitas. Profitabilitas menunjukkan besarnya
keuntungan yang diperoleh perusahaan selama satu periode (Purba, dkk (2020)).
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan Return on Equity (ROE).
ROE merupakan pengukuran profitabilitas dengan membandingkan laba bersih
dengan rata-rata ekuitas (Weygandt, et al., 2019). ROE menunjukan kemampuan
perusahaan memperoleh laba dari ekuitas. Semakin tinggi ROE berarti perusahaan
telah mengelola ekuitasnya dengan efisien sehingga menghasilkan laba bersih
yang tinggi. Tingginya laba bersih perusahaan akan meningkatkan retained
earning. Retained earning yang tinggi akan meningkatkan potensi perusahaan
untuk membagikan laba dalam bentuk dividen kepada pemegang saham. Jika laba
yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham lebih besar dari
laba yang diestimasikan akan diterima oleh pemegang saham, maka akan
meningkatkan DPR perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Bawamenewi dan
Afriyeni (2019) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Wiendharta
dan Anadayani (2019) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Amalia dan Hermanto
(2018) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Faktor kedua adalah leverage. Leverage menunjukan tingkat utang suatu
perusahaan dalam membiayai operasi perusahaan. Leverage merupakan rasio yang
mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang
Page 12
12
(Menurut Brigham dan Houston (2010) dalam Bawamenewi dan Afriyeni (2019)).
Leverage dalam penelitian ini diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER).
DER merupakan rasio yang mengukur perbandingan antara total utang dengan
total ekuitas suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai DER rendah
menunjukan bahwa semakin sedikit pendanaan perusahaan yang dibiayai dengan
utang dibanding dengan ekuitas. Perusahaan dengan utang yang rendah, maka kas
yang digunakan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman lebih kecil, sehingga
kas dapat digunakan untuk membeli persediaan yang digunakan untuk
meningkatkan penjualan. Meningkatnya penjualan yang disertai efisiensi biaya
akan meningkatkan laba perusahaan. Laba yang meningkat akan meningkatkan
retained earning perusahaan, sehingga meningkatkan potensi perusahaan untuk
membagikan laba dalam bentuk dividen kepada pemegang saham meningkat. Jika
laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham lebih besar
dari laba yang diestimasikan akan diterima oleh pemegang saham, maka akan
meningkatkan DPR perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyah,
Nuraina, dan Murwani (2018) menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap
kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Argamaya dan Putri (2017)
menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Penelitian yang dilakukan oleh Bawamenewi dan Afriyeni (2019) menyatakan
bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Faktor ketiga adalah likuiditas. Likuiditas adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu
(Wijayanto dan Putri, 2018). Likuiditas diukur menggunakan current ratio.
Page 13
13
Current ratio adalah perbandingan antara aset lancar dengan utang lancar.
Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi maka akan mampu memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar. Setelah perusahaan
memenuhi kewajibannya, maka terdapat working capital yang dapat perusahaan
gunakan untuk pembiayaan operasional perusahaan, seperti menambah aset tetap.
Penambahan aset tetap akan meningkatkan kemampuan produktivitas perusahaan.
Produktivitas yang meningkat akan meningkatkan penjualan perusahaan.
Penjualan yang meningkat disertai dengan efisiensi biaya yang meningkat akan
menghasilkan laba perusahaan tinggi. Tingginya laba yang diperoleh perusahaan
akan meningkatkan retained earning, sehingga meningkatkan potensi perusahaan
untuk membagikan laba dalam bentuk dividen kepada pemegang saham. Jika laba
yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemagang saham lebih besar dari
laba yang diestimasikan akan diterima oleh pemegang saham, maka akan
meningkatkan DPR perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Junita, Abubakar,
dan Bastari (2018) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Winna dan
Tanusdjaja (2019) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh
Bawamenewi dan Afriyeni (2019) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh
tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
Faktor terakhir adalah ukuran perusahaan (firm size). Menurut Junita,
Abubakar, dan Bastari (2018) ukuran perusahaan adalah skala yang digunakan
untuk mencerminkan besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan total aset
Page 14
14
perusahaan. Ukuran perusahaan diukur menggunakan logaritma dari total aset.
Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar ukuran
perusahaan tersebut. Tingginya aset yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan
kemampuan produktivitas perusahaan. Perusahaan dengan produktivitas yang
tinggi berpotensi memperoleh penjualan yang tinggi. Penjualan yang tinggi jika
disertai dengan efisiensi biaya maka akan menghasilkan laba yang tinggi. Laba
yang diperoleh perusahaan tinggi akan meningkatkan retained earning, sehingga
meningkatkan potensi perusahaan untuk membagikan laba dalam bentuk dividen
kas kepada pemegang saham. Jika laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kas
kepada pemegang saham lebih besar dari laba yang diestimasikan akan diterima
oleh pemegang saham, maka akan meningkatkan DPR perusahaan. Penelitian
yang dilakukan oleh Febrianti dan Zulvia (2020) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang
dilakukan oleh Wiendharta dan Andayani (2019) serta Agustina dan Andayani
(2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Bawamenewi dan Afriyeni
(2019). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu:
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan satu variabel independen
yang digunakan dalam penelitian Wiendharta dan Andayani (2019) yaitu
ukuran perusahaan.
Page 15
15
2. Periode Waktu dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini periode waktu yang digunakan adalah tahun 2016-
2018. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sedangkan penelitian oleh Bawamenewi dan Afriyeni (2019)
serta Wiendharta dan Andayani (2019) periode waktunya adalah tahun
2013-2017.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian
dengan judul “PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS,
DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Indutsri Barang
Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018)”.
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan membatasi variabel independen. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini ada 4 (empat) variabel, yaitu:
1. Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE),
2. Leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER),
3. Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR), dan
4. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan size.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang
diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Objek penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2018.
Page 16
16
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE)
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan
Dividend Payout Ratio (DPR)?
2. Apakah leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan
Dividend Payout Ratio (DPR)?
3. Apakah likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR)
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan
Dividend Payout Ratio (DPR)?
4. Apakah ukuran perusahaan yang diproksikan dengan size berpengaruh
positif terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend
Payout Ratio (DPR)?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dibuat untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh positif profitabilitas yang diproksikan dengan
Return on Equity (ROE) terhadap kebijakan dividen yang diproksikan
dengan Dividend Payout Ratio (DPR).
2. Menganalisis pengaruh negatif leverage yang diproksikan dengan Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan
Dividend Payout Ratio (DPR).
Page 17
17
3. Menganalisis pengaruh positif likuiditas yang diproksikan dengan Current
Ratio (CR) terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend
Payout Ratio (DPR).
4. Menganalisis pengaruh positif ukuran perusahaan yang diproksikan
dengan size terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend
Payout Ratio (DPR).
1.5 Manfaat Penelitian
Peneilitan ini dapat bermanfaat bagi:
1. Perusahaan
Dengan hasil dari penelitian ini perusahaan khususnya perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi dapat mengetahui faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan dividen dari suatu
perusahaan, sehingga perusahaan dapat membuat kebijakan yang dapat
mensejahterakan pemegang saham dan perusahaan dengan
mengalokasikan laba yang dimiliki untuk dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham serta untuk pertumbuhan perusahaan.
2. Investor
Dengan hasil dari penelitian ini diharapkan investor dapat mengambil
keputusan dengan tepat untuk melakukan investasi dalam suatu
perusahaan khusunya perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi.
Page 18
18
3. Peneliti Selanjutnya
Dengan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan acuan dasar untuk peneliti selanjutnya sehingga penelitian
selanjutnya akan lebih baik lagi.
4. Peneliti
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan
terhadap pengaruh profitabilitas, leverage, likuiditas, dan ukuran
perusahaan terhadap kebijakan dividen.
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan agar lebih mudah dipahami dan
dimengerti. Berikut sistematikanya:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TELAAH LITERATUR
Bab ini terdiri dari teori-teori yang menjelaskan tentang agensi
teori, kebijakan dividen, profitabilitas, leverage, likuiditas, dan
ukuran perusahaan serta model penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari metode penelitian, populasi dan sampel yang
diambil, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan dan
analisi data dalam penelitian ini.
Page 19
19
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Penelitian dilakukan dari tahap analisis data, pemilihan objek, dan
pengujian hipotesis yang menghasilkan jawaban yang menjawab
rumusan masalah.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Penelitian dilakukan dari tahap analisis data, pemilihan objek, dan
pengujian hipotesis yang menghasilkan jawaban yang menjawab
rumusan masalah.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari simpulan dan saran. Simpulan merupakan
ringkasan atas jawaban dari masalah penelitian. Saran merupakan
pesan yang disampaikan peneliti kepada peneliti selanjutnya.