BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPenyakit kanker merupakan salah
satu penyakit tidak menular yang memiliki jumlah penderita
meningkat setiap tahunnya. Kejadian ini menyebabkan beban yang
harus ditanggung dunia semakin berat (Noviani, 2007). Dimana kanker
adalah pertumbuhan pertumbuhan sel abnormal yang cenderung
menyerang jaringan sekitarnya serta menyebar ke organ yang letaknya
tidak jauh dari pusat kanker (Corrwin, 2009).
Penyakit kanker menjadi penyabab utama kematian di negara-negara
berekonomi maju sedangkan menjadi penyebab kematian kedua pada
negara berkembang (WHO,2011). Data statistik menyatakan bahwa
kanker menyumbang 7,6 juta kematian di seluruh dunia. Kanker
payudara merupakan kanker paling umum yang terjadi pada wanita.
Diperkirakan 519.000 perempuan meninggal pada tahun 2004 disebabkan
oleh kanker payudara dan mayoritas (69%) terjadi pada negara
berkembang seperti Indonesia (WHO, 2011).
Angka kejadian kanker payudara secara global semakin meningkat.
Penyakit ini memiliki prognosis yang berhubungan dengan stadium
penyakit saat terdiagnosa, jika semakin dini tumor terdeteksi maka
semakin baik prognosisnya. Skrining rutin kanker payudara bagi
perempuan dapat mendeteksi secara klinis tumor yang tidak teraba,
pemeriksaan ini meningkatkan kelangsungan hidup perempuan 95,1%
jika secara dini terdeteksi (Muttarak, 2003). Sebanyak 60-70%
penderita kanker payudara datang pada stadium lanjut (stadium III
atau IV), sehingga setengah dari penderita berakhir dengan kematian
(Kemenkes, 2011).
Kanker yang paling tinggi diderita wanita Indonesia adalah
kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 wanita. Kanker
payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap diseluruh
RS di Indonesia (17%), disusul kanker leher rahim (11,78%)
sedangkan di Bali angka kejadian kanker payudara adalah sebanyak
167 kasus dan mengalami peningkatan menjadi 584 kasus pada tahun
2010 (Dinkes Bali, 2010).
Penyakit kanker payudara sangat menakutkan bagi kaum wanita. Hal
ini terjadi karena penderita kanker payudara akan kehilangan atau
mengalami gangguan pada salah satu mahkota tubuhnya, yaitu
payudara. Faktor resiko terjadinya kanker payudara antara lain,
mutasi gen Breast Cancer 1 (BRCA-1) atau Breast Cancer - 2 (BRCA-2)
pada wanita yang meningkatkan 50-90% terkena kanker payudara
(Lewis, 2007). Riwayat keluarga meningkatkan 2-3 kali terkena
kanker payudara (Tjindarbumi, 2002). Menstruasi pertama saat umur
kurang dari 12 tahun (Rasjidi, 2010). Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral lebih dari 7 tahun (Ditjen RI, 2007). Pemanjanan
terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun berisiko hampir dua kali lipat, obesitas, alkohol, trauma
terus menerus seperti memakai bra yang terlalu ketat, dan tidak
pernah menyusui. Nulipara serta usia maternal saat kelahiran anak
pertama seperti memiliki anak pertama diatas 30 tahun meningkatkan
resiko sebanyak dua kali lipat, dan faktor usia dimana 78% kanker
payudara terjadi pada pasien berusia lebih dari 50 tahun dan 6%
pada pasien yang kurang dari 40 tahun (Rasjidi, 2010).
Penemuan dini benjolan payudara melalui pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) merupakan tindakan yang penting untuk mencegah dan
mendeteksi dini penyakit kanker payudara (Rosolowich, 2006).
Rendahnya kesadaran untuk memeriksakan diri berkaitan erat dengan
pola pikir masyarakat bahwa mereka akan ke tenaga medis jika
merasakan sakit. kebanyakan pasien yang datang berobat ternyata
telah menderita penyakit stadium akhir. Keterlambatan deteksi dini
ini kemungkinan terjadi karena kurangnya pengetahuan wanita tentang
deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan payudara sendiri
merupakan deteksi dini kanker yang paling banyak disarankan bagi
setiap wanita, sehingga masyarakat dapat datang ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat untuk mendeteksi dini.
Pendidikan mengenai SADARI diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan wanita. Di Bali Khususnya Desa Tulikup Gianyar yang
merupakan desa binaan dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Warmadewa diketahui dari Kepala Puskesmas Pembantu Desa
Tulikup Gianyar bahwa belum pernah dilakukanya penyuluhan mengenai
pemeriksaan payudara sendiri. Sehingga, peneliti ingin melihat
pengetahuan dan perilaku yang dimiliki wanita di Desa Tulikup
mengenai pemeriksaan kanker payudara sendiri khususnya pada wanita
yang telah memiliki anak balita sebanyak 375 orang. Pemilihan
sample ini dipengaruhi oleh faktor resiko yang menyatakan bahwa
kejadian kanker payudara akan meningkat pesat setelah umur 50 tahun
sehingga pada umur ini merupakan masa emas untuk terhindar dari
penyakit kanker payudara stadium lanjut dimana semakin cepat
dideteksi semakin baik prognosisnya. Pemilihan sample ini
dikhususkan pada ibu-ibu yang memiliki balita dengan alasan yaitu,
ibu-ibu yang masih memiliki balita cenderung sibuk mengasuh anak
dan seringkali lupa memperhatikan kesehatan dirinya sendiri.
1.2 Pertanyaan PenelitianApakah ada hubungan tingkat pengetahuan
ibu-ibu yang memiliki balita terhadap perilaku pemeriksaan payudara
sendiri di Desa Tulikup Gianyar ?
1.3 Tujuan PenelitianUntuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balita terhadap perilaku
pemeriksaan payudara sendiri di Desa Tulikup Gianyar.
1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman penulis
mengenai pemeriksaan payudara sendiri dan mendapatkan informasi
mengenai hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku pemeriksaan
payudara sendiri di Desa Tulikup Gianyar.1.4.2 Manfaat bagi
penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai
pemeriksaan payudara sendiri khususnya bagi ibu-ibu yang memiliki
balita di Desa Tulikup Gianyar sehingga penelitian ini diharapkan
dapat menjadi dasar, sumber dan bahan pemikiran untuk perkembangan
penelitian selanjutnya.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai
pemeriksaan payudara sendiri khususnya ibu-ibu yang memiliki balita
di Desa Tulikup Gianyar mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan
payudara sendiri secara rutin.
1.4.4 Bagi Instansi Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar program dalam
upaya peningkatan pengetahuan terhadap perilaku pemeriksaan
payudara sendiri bagi ibu-ibu yang memiliki balita.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
2.1.1 Definisi SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan suatu teknik
untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan pada payudara dengan
melakukan inspeksi secara teratur, yang dilakukan setelah
menstruasi. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mendeteksi dini
adanya kelainan-kelaianan pada payudara baik struktur, bentuk
maupun tekstur (Lewis, 2007).
SADARI dilakukan seorang wanita agar dapat mengetahui adanya
benjolan, perubahan warna kulit, puting susu bersisik, dan
pengeluaran atau nanah serta darah puting, semakin bertambahnya
usia, semakin besar risiko bagi seorang wanita terkena kanker
payudara (Debbie, 2004).
2.1.2 Pelaksanaan SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri dibagi menjadi dua tahap, yaitu: di
hadapan cermin dan dengan cara berbaring.
1. Melakukan SADARI di hadapan cermin.
a. Tahap 1
Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara
(simetris atau tidak). Cara melakukan adalah dengan berdiri tegak
didepan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah di samping
badan.
b. Tahap 2
Lihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot. Cara
melakukanya adalah dengan mengangkat tangan ke atas kepala.
c. Tahap 3
Lihat perubahan payudara dengan cara berdiri tegak di depan
cermin dan tangan kanan kiri berada di samping badan.
d. Tahap 4
Lihat penegangan otot axilla dengan cara menegakan otot-otot
bagian dada dengan tangan menekan pinggul.1. Melakukan SADARI
dengan cara berbaring.
a. Tahap 1
Merupakan tahap persiapan dimulai dari payudara kanan. Berbaring
menghadap ke kiri dengan membengkokan kedua lutut anda. Letakan
bantal atau handuk mandi yang telah dilipat dibawah bahu sebelah
kanan untuk menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakan
tangan kanan anda di bawah kepala. Gunakan tangan kiri anda untuk
memeriksa payudara kanan. Gunakan telapak jari-jari anda untuk
memeriksa sembarang benjolan atau penebalan.
b. Tahap 2
Memeriksa bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang
selangka di bagian atas bra-line di bagian bawah, dan garis tengah
antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak anda. Gunakan
tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan
tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan anda
perlahan-lahan ke bawah bra-line dengan putaran ringan dan tekan
kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra-line, bergerak kurang
lebih 2 cm ke kiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka
dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah
mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.c.
Tahap 3
Berawal dari bagian atas payudara anda, buat putaran yang besar.
Bergeraklah di sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan
yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil
sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan
tekanan ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa
areola mammae.
d. Tahap 4
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara anda untuk
melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.
e. Tahap 5
Letakkan tangan kanan anda ke samping dan rasakan ketiak anda
dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak
(Debbie,2004).
2.2 Kanker Payudara
2.2.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan kanker pada jaringan payudara yang
timbul ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang
dengan tidak terkendali. Sel ini dapat menyerang jaringan sekitar
dan menyerang keseluruh tubuh. Sel kanker payudara yang pertama
dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm pada waktu 8-12 tahun,
dimana sel kanker tersebut berdiam pada kelenjar payudara. Sel
kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh
tubuh (Mc Cartney,2002).
2.2.2 Etiologi Kanker Payudara
Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara
pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu
banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor
yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker
payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, lingkungan dan faktor
lain yang bersifat eksogen (Sylvia,2006). 2.2.3 Stadium Kanker
Payudara
Kanker payudara memiliki beberapa stadium, antara lain :
a. Stadium I (stadium dini)Besarnya tumor tidak lebih dari
2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastasis) pada kelenjar
getah bening ketiak. Pada stadium ini kemungkinan kesembuhan
sempurna adalah 70%. Pemeriksaan ada atau tidaknya metastasis ke
bagian tubuh yang lain harus dilakukan di laboratorium.b. Stadium
II
Tumor sudah lebih dari 2,25 cm dan sudah terjadi mestastasis
pada kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan untuk sembuh pada
stadium ini hanya 30-40 % tergantung pada luasnya penyebaran sel
kanker. Tindakan operasi biasanya dilakukan pada sadium I dan II
untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian
penyebaran dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk
memastikan tidak adanya sel-sel kanker yang tertinggal.c. Stadium
IIITumor sudah cukup besar 3-5 cm, sel kanker hampir menyebar
keseluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit.
Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi
(pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga
dilakukan operasi untuk mengangkat payudara bagian yang parah.
Benjolan sudah menonjol ke permukaan kulit dan pecah/berdarah.d.
Stadium IVTumor sudah berukuran besar >5 cm, sel kanker telah
menyebar/bermestastase ke seluruh organ tubuh, dan biasanya
penderita mulai lemah. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya
lagi. Biasanya pengobatan dilakukan dengan terapi hormonal dengan
syarat Estrogen Reseptor (ER) atau Progesteron Reseptor (PR)
positif karena penderita terlalu lemah dengan syarat
mempertimbangkan kemoterapi yang sudah didapat sebelumnya (Rasjidi,
2011). 2.2.4 Faktor Risiko Kanker Payudara
Faktor risiko pada kanker payudara dapat dikelompokkan menjadi
2, yaitu: faktor yang dapat dirubah seperti riwayat kehamilan,
riwayat menyusui, oral kontrasepsi, hormonal replacement, alkohol,
obesitas, dan trauma, sedangkan faktor yang tidak dapat dirubah
antara lain riwayat keluarga, dan status menstruasi.
Sedangkan menurut Lewis, faktor-faktor risiko kanker payudara
yaitu :
1. Mutasi gen BRCA-1 atau BRCA-2 pada wanita dengan mutasi gen
memiliki perubahan 50-90% meningkatkan kanker payudara dan
kemungkinan berkembang sebelum usia 50 tahun (Lewis, 2007).
2. Riwayat keluarga, merupakan faktor risiko yang penting
khususnya jika terdapat anggota keluarga yang juga memiliki riwayat
kanker payudara. Menurut penelitian Tjindarbumi tahun 2002
menemukan bahwa bila ada riwayat keluarga yang menderita kanker
seperti ayah atau ibu, saudara perempuan ayah atau ibu, kakak atau
adik, mempunyai risiko 2-3 kali lebih besar terhadap terjadinya
kanker payudara.
3. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun. Kehamilan pertama pada usia lebih
dari 35 tahun dimana wanita nulipara atau belum pernah melahirkan
dan lama masa menyusui dapat meningkatkan angka kejadian kanker
payudara (Price, 2006).4. Terapi sulih hormon (TSH) dapat
meningatkan risiko kanker payudara. Terdapat peningkatan sebesar
2,3% setiap tahunnya pada wanita pasca menepaus yang memakai TSH.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun
kemudian meningkatkan faktor risiko.
5. Wanita yang mengalami obesitas dan individu dengan konsumsi
tinggi lemak, berisiko 2 kali lebih tinggi daripada yang tidak
sering mengkonsumsi tinggi lemak.
6. Konsumsi alkohol, sebagai faktor risiko yang dapat
meningkatkan kanker payudara sebanyak 2 kali lipat jika dikonsumsi
secara berlebihan.
7. Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko yang diperkuat
oleh data bahwa 78% kanker payudara terjadi pada pasien yang
berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien 40 tahun,
rata-rata usia pada saat ditemukan kanker payudara adalah 62 tahun
(Rasjidi, 2011). 2.2.5 Patofisiologi Kanker Payudara
Transformasi sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam
suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari
tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu
perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas.
Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran), atau sinar matahari, tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan
genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah
mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena
itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan
antara sel yang peka dan suatu karsinogen) (Price, 2006). 2.2.6
Manifestasi Klinis Kanker Payudara
Manifestasi klinis kanker payudara pada awal permukaan sering
tidak dirasakan oleh penderita. Kanker payudara pada tahap dini,
biasanya tidak menimbulkan keluhan tanda yang mungkin dirasakan
pada stadium dini adalah terabanya benjolan pada bagian
payudara.Manifestasi klinis yang khas pada kanker payudara dapat
diamati pada stadium lanjut antara lain teraba ada benjolan kecil
yang keras di payudara, benjolan semakin membesar, benjolan
terfiksasi dan pada awalnya tidak terasa sakit. Perubahan bentuk
dan ukuran payudara terjadi karena pembengkakan menyebabkan rasa
panas, nyeri atau sangat gatal disekitar putting. Gejala pada
putting meliputi perubahan bentuk puting (masuk ke dalam atau
mipple rectraction dan mengeluarkan cairan atau darah. Selain
adanya benjolan dan perubahan putting, perubahan juga terjadi pada
bagian kulit payudara. Perubahan pada kulit payudara diantaranya
perubahan warna kulit, berkerut dan iritasi seperti kulit jeruk.
Hal ini dapat terjadi jika benjolan pada awal stadium tidak
ditindaklanjuti oleh penderita (Smeltzer,2006).
2.2.7 Diagnosis Kanker Payudara
Diagnosis dari kanker payudara dapat dilakukan dengan berbagai
pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan antara lain :
1. Anamnesa
pada anamnesa ditanyakan mengenai keluhan yang ada pada bagian
payudara serta daerah aksila. Keluhan dapat berupa adanya benjolan,
rasa nyeri, luka maupun perubahan bentuk payudara. Riwayat penyakit
yang pernah diderita, obat-obatan yang pernah dikonsumsi, dan jenis
pengobatan yang pernah didapatkan sebelumnya, serta faktor risiko
kanker payudara juga ditanyakan pada saat pemeriksaan.
2. Pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri secara rutin. Pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi pada kedua payudara.
3. Pemeriksaan biopsi jarum halus
diagnosis kanker ini sering dapat ditentukan dengan pemeriksaan
biopsi jarum halus. Biopsi jarum halus merupakana suatu teknik
aspirasi sel dan cairan dari jaringan tumor atau massa yang
dicurigai suatu keganasan. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah
jaringan yang diambil merupakan jaringan jinak atau ganas.
4. pemeriksaan radiologi
pemeriksaan radiologi yang direkomendasikan adalah
Ultrasonography (USG) payudara dan mammografi. Mammografi merupakan
pembagaieriksaan payudara dengan menggunakkan sinar-x berintensitas
rendah. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada tidaknya
benjolan pada payudara.
5. pemeriksaan antigen kanker
berbagai zat yang disebut Cancer Antigen (CA) dianjurkan untuk
memantau respon metastase penyakit.2.2.8 Penatalaksanaan Kanker
Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan sesuai dengan stadium
dari penderita 1. Stadium I
Karena kanker pada stadium satu masih relatif kecil dan belum
menyebar ketempat lain, maka dapat diobati dengan pembedahan
payudara yaitu lumpektomi dan mastektomi parsial atau radikal.
Kelenjar getah bening juga perlu diperiksa dengan biopsi (American
Cancer Society, 2013).2. Stadium II
Kanker ini lebih besar dan sudah menyebar ke beberapa kelenjar
getah bening di dekatnya. Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan
adalah mastektomi parsial tau radikal. Terapi yang dapat dilakukan
sebelum operasi adalah terapi neoadjuvant dimana berfungsi untuk
mengecilkan tumor. Jika terapi ini berhasil mengecilkan tumor maka
penderita perlu melakukan operasi seperti lumpektomi serta diikuti
dengan terapi hormon. Namun, jika tumor tidak mengecil maka
diperlukan operasi mastektomi (American Cancer Society, 2013).3.
Stadium III
Stadium ini, hampir sama penanganannya dengan stadium 2 ditambah
dengan pembedahan kelenjar getah bening aksila.
4. Stadium IV
Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke luar kelenjar
payudara, kelenjar getah bening, dan bagian lainnya. Meskipun
operasi dapat mempertahankan keadaan penderita namun tidak dapat
menyembuhkan. Sehingga dalam stadium ini terapi sistemik merupakan
pengobatan utama seperti terapi hormon dan kemoterapi (American
Cancer Society, 2013).2.2.9 Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan pada prinsipnya dikelompokan menjadi 3, yaitu :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu
bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang sehat melalui
upaya menghindari faktor-faktor risiko dan melaksanakan pola hidup
sehat serta melakukan SADARI untuk deteksi dini. (WHO, 2006).2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki
risiko terkena kanker payudara. Pencegahan ini dapat dilakukan
dengan deteksi dini seperti melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(WHO, 2006).3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dilakukan kepada seseorang yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat akan mengurangi
kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita (WHO,
2006).
2.3 Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan suatu
persentuhan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman orang lain, media massa, dan lingkungan.
Pengetahuan merupakan hal penting yang akan membentuk suatu
perilaku seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai pendukung dalam
menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku
sehari-hari, sehingga dapat dikatakan pengetahuan merupakan fakta
yang mendukung tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2005).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :1. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumny, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab tingkat pengetahuan yang paling rendah adalah tahu. 2.
Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang telah faham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
3. Aplikasi
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menyambungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6.
Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo,
2005).2.4 Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang
biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas
masing-masing (Notoatmodjo, 2005s).
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau
faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang
membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan
menjadi dua, yakni :a. Determinan atau faktor internal, yakni
karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau
bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005)
Perilaku kesehatan adalah sesuatu respon terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Menurut Lawrence
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:a. Faktor predisposisi
(predisposing factors)Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.b. Faktor pendukung (enabling
factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih,
tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan
sebagainya. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami
maupun keluarga.c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku pada petugas kesehatan.
Termasuk juga disini undang-undang peraturan baik dari pusat maupun
dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.Pengukuran
atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara,
secara langsung, yakni: observasi, yaitu mengamati tindakan dari
subyek dalam menjaga kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung
menggunakan metode recall. Metode ini dilakukan melalui
pertanyaan-pertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah
dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005).BAB
III
KERANGKA KONSEP3.1 Kerangka Teori
Bagan 3.1 Kerangka Teori3.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
1. = Area diteliti
2. = Faktor Perancu
Bagan 3.2 Kerangka Konsep
3.3 Hipotesis
Penelitian hubungan tingkat pengetahuan ibu-ibu yang memiliki
balita terhadap perilaku pemeriksaan payudara sendiri dapat
diirumuskan hipotesis , yaitu :Ha: Ada hubungan antara pengetahuan
ibu-ibu yang memiliki balita terhadap perilaku pemeriksaan payudara
sendiri di Desa Tulikup Gianyar.Ho: Tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balita terhadap perilaku
pemeriksaan payudara sendiri di Desa Tulikup Gianyar.Uji statistik
dinyatakan berhubungan jika nilai p < 0,005 alpha.BAB IV
METODE PENELITIAN4.1 Tempat dan WaktuPenelitian ini akan
dilakukan di Desa Tulikup Gianyar pada bulan Desember 2014.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross
sectional.
4.3 Populasi dan Sampel4.3.1 Populasi
4.3.1.1 Populasi Target
Seluruh warga berjenis kelamin wanita yang memiliki balita.
4.3.1.2 Populasi Terjangkau
Wanita dengan rentang umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 375 orang
di Desa Tulikup Gianyar.4.3.2 Sampel
Besar sampel penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Slovin
sebagai berikut :
n = 2 P (1-P)
d2
Keterangan :
2 : Harga normal baku sesuai dengan luas area dibawah kurva baku
sebesar untuk : 0,05 dan : 1,96
: Tingkat kepercayaan
P :Proporsi kasus dalam populasi
d : Kesalahan yang dapat ditolelir
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel sebesar
60 orang. Sampel diambil dengan teknik sistematik random sampling
yaitu diawali dengan penetapan jumlah sampel, mencari registrasi
nama ibu-ibu yang memiliki balita di setiap banjar, dan kemudian
membuat registrasi sistematik random sampling untuk mengetahui
nama-nama ibu yang terpilih untuk dijadikan responden.
4.3.3 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Semua ibu-ibu yang memiliki balita dengan kisaran umur 20-35
tahun.
b. Wanita yang bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Wanita yang tidak bersedia menjadi responden
4. 4 Variabel dan Definisi Operasional4.4.1 Variabel
penelitian
a. Variabel bebas: pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balita
mengenai
pemeriksaan payudara sendiri.
b. Variabel tergantung: perilaku pemeriksaan payudara sendiri.c.
Variabel perancu : usia, sumber informasi, pekerjaan, dan
pendidikan.
4.4.2 Definisi Operasional
1. Pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balitaPengetahuan merupakan
pemahaman atau pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balita dalam
rentangan umur 20-35 tahun mengenai cara melakukan pemeriksaan
payudara sendiri yang bertujuan untuk mendeteksi penyakit kanker
payudara secara dini. Data tentang pengetahuan dikumpulkan dengan
kuesioner yang berisikan 20 pertanyaan dengan dua kemungkinan
jawaban. Bila jawaban benar diberi nilai 2 dan salah diberi nilai 1
untuk setiap pertanyaan.
Nilai tertinggi=
=
= Nilai terendah=
=
= Range (R)
= Nilai tertinggi nilai terendah= 100 % -50%= 50%
Kategori (K)
= 2
Interval
= R/K =50% / 2 =25%
Nilaistandar = 100 % -25% =75%
Kriteria objektif:
a. Pengetahuan tinggi
: Jika persentase total jawaban responden memiliki
nilai>75%b. Pengetahuan kurang
: Jika persentase total jawaban responden memiliki nilai75%b.
Perilaku SADARI kurang baik: Jika persentase total jawaban
responden memiliki nilai0,05, sedangkan penerimaan terhadap
hipotesis apabila nilai p 1 maka variabel yang diteliti
mempengaruhi perilaku pemeriksaan payudara sendiri. Namun, jika
nilai PR < 1 maka variabel yang diteliti tidak mempengaruhi
perilaku pemeriksaan payudara sendiri.BAB V
HASIL PENELITIAN5.1 Gambaran Umum Lokasi PenelitianTempat
penelitian adalah di Desa Tulikup Gianyar dengan jumlah penduduk
8217 orang. Tempat ini memiliki 7 banjar yaiti Banjar Siyut,
Kembengan, Menak, Tegal, Pande, Roban, dan Kaje kauh. Desa ini
merupakan salah satu binaan dari Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan
Universitas Warmadewa.
5.2 Analisis Univariat
5.2.1 Karakteristik Individu
Responden yang terpilih sebanyak 60 orang ibu-ibu yang memiliki
balita dengan usia 20-35 tahun. Dari seluruh responden, gambaran
karakteristik yang diamati meliputi umur, pendidikan, pekerjaan,
dan sumber informasi.
5.2.1.1 Umur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu-Ibu yang memiliki Balita
di Desa Tulikup Gianyar Desember 2014
UmurFrekuensi Persentase (%)
(20-27) Tahun2440.0
(28-35) Tahun 3660.0
Total60100
Dari table 5.1 di peroleh bahwa responden terbanyak berumur
sekitar 28-35 tahun sebanyak 36 orang (60%).
5.2.1.2 Pendidikan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu-Ibu yang memiliki
Balita di Desa Tulikup Gianyar Desember 2014
PendidikanFrekuensi Persentase (%)
SD1220.00
SMP1423.3
SMA3253.3
DIPLOMA23.3
Total60100
Dari table 5.2 di peroleh bahwa responden terbanyak
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 32 orang (53,3 %).
5.2.1.3 Pekerjaan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu-Ibu yang memiliki
Balita di Desa Tulikup Gianyar Desember 2014
PekerjaanFrekuensi Persentase (%)
Bekerja3660.0
Tidak Bekerja 2440.0
Total60100
Dari tabel 5.3 di peroleh data bahwa responden yang bekerja
lebih banyak dibandingkan responden yang tidak bekerja sebanyak 36
orang (60%).
5.2.1.4 Sumber Informasi
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Ibu-Ibu yang
memiliki Balita di Desa Tulikup Gianyar Desember 2014
Sumber InformasiFrekuensi Persentase (%)
Internet1321.7
Majalah1626.7
TV46.7
Penyuluhan813.3
Keluarga1423.3
Teman Kerja58.3
Total60100
Dari tabel 5.4 di peroleh bahwa responden dengan sumber
informasi terbanyak melalui majalah sebanyak 16 orang (26,7%).
5.2.2 Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan SADARI
Ibu-Ibu yang memiliki Balita di Desa Tulikup Gianyar Desember
2014
Tingkat PengetahuanFrekuensi Persentase (%)
1 Pengetahuan Rendah5286.7
2 Pengetahuan Tinggi813.3
Total60100
Dari tabel 5.5 di peroleh bahwa responden memiliki pengetahuan
rendah mengenai SADARI yaitu sebanyak 52 orang (86,7%).Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Jawaban Terhadap Komponen Pengetahuan
NoKomponen PengetahuanFrekuensi Sampel yang Menjawab BenarPersen
(%)
1Kanker payudara adalah penyakit payudara yang paling
ganas.5998.3
2Kanker payudara adalah penyakit menular.58.3
3Wanita yang tidak menstruasi (Menopause) tidak akan terkena
kanker payudara.711.7
4Penyakit kanker payudara dapat menyebar ke organ lain misalnya
paru-paru.46.7
5Sampai saat ini penyakit kanker payudara belum ada
obatnya.4066.7
6Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah salah satu cara
untuk mengetahui adanya kanker payudara. 4066.7
7SADARI dilakukan untuk menemukan adanya benjolan pada
payudara.2643.3
8SADARI sebaiknya dilakukan setiap 4 minggu sekali.1118.3
9Wanita yang berusia 15-19 tahun dianjurkan untuk melakukan
SADARI.813.3
10 Sarung tangan adalah salah satu alat yang dibutuhkan untuk
melakukan SADARI.35
11Saat melakukan SADARI posisi tubuh yang benar adalah posisi
tidur miring ke kanan.711.7
12Maraba payudara dengan tekanan yang kuat merupakan salah satu
langkah melakukan SADARI yang benar.2338.3
13Pada saat melakukan SADARI, ibu sebaiknya meraba dengan empat
jari.1118.3
14Gerakan jari-jari tangan saat meraba payudara adalah gerakan
melingkar searah jarum jam dari putting susu kemudian melebar
kearah luar payudara.46.7
15Ketiak merupakan salah satu bagian yang akan diperiksa saat
SADARI. 2135
16Saat melakukan SADARI sebaiknya dilakukan dengan posisi tubuh
terlentang dengan posisi bahu atau punggung tanpa dialasi
bantal.1728.3
17Puting susu yang tidak menonjol yang terjadi sudah lama
merupakan salah satu temuan yang tidak normal pada payudara saat
SADARI.1931.7
18Waktu yang tepat melakukan SADARI adalah 5-7 hari setelah hari
pertama menstruasi.1118.3
19Dengan melakukan SADARI wanita akan terbebas dari penyakit
kanker payudara.915
20Tujuan dilakukan SADARI adalah untuk mengetahui secara dini
adanya kanker payudara. 5693.3
Tabel 5.6 menunjukkan frekuensi responden yang menjawab
pernyataan komponen-komponen pengetahuan dengan benar. Dari 20 item
pernyataan, terlihat 16 pernyataan yang memiliki frekuensi jawaban
benar dibawah 50%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa masih
sedikit responden yang mengetahui mengenai penyakit kanker payudara
dan langkah-langkah melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan
benar.5.2.3 Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Perilaku SADARI Ibu-Ibu yang
memiliki Balita di Desa Tulikup Gianyar Desember 2014
Perilaku SADARIFrekuensi Persentase (%)
1 Perilaku Kurang Baik5388.3
2 Perilaku Baik711.7
Total60100
Dari tabel 5.7 di peroleh bahwa responden tertinggi memiliki
perilaku SADARI kurang baik yaitu sebanyak 53 orang (88,3%).Tabel
5.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Terhadap Komponen Perilaku
NoKomponen PerilakuFrekuensi Sampel yang Menjawab BenarPersen
(%)
1Saya melakukan SADARI secara teratur setiap bulan.915
2Saya melakukan SADARI setelah menstruasi.711.7
3Saya mengajarkan teknik SADARI kepada orang lain.23.3
4Saya melepaskan seluruh pakaian bagian atas kemudian berdiri
didepan cermin sebelum memulai SADARI.5795
5Saya mengamati bentuk dan ukuran payudara.3863.3
6Saya melakukan pengamatan payudara dengan posisi berdiri tegak
dengan kedua tangan lurus kebawah.813.3
7Saya melakukan pemeriksaan dengan posisi kedua tangan diletakan
dipinggang dan posisi duduk.813.3
8Saya menggunakan dua jari (telunjuk dan jari tengah) untuk
meraba payudara.915
9Saya meraba payudara dengan gerakan melingkar dari putting
hingga ke arah tepi payudara.1321.7
10 Saya meraba payudara dengan gerakan lurus dari sisi luar ke
sisi dalam.46.7
11Saya meraba menggunakan 3 macam penekanan (ringan, sedang,
kuat).1525
12Saya melakukan penekanan kuat untuk memeriksa adanya benjolan
pada payudara yang berada dibawah kulit.1118.3
13Saya tidak memijit putting susu.5795
14Saya memeriksa salah satu payudara setiap kali
pemeriksaan.5591.7
15Saya memeriksa hingga bagian ketiak.813.3
Tabel 5.8 menunjukkan frekuensi responden yang menjawab komponen
perilaku dengan baik. Dari 15 item pernyataan, terdapat 13
pernyataan yang memiliki frekuensi jawaban baik dibawah 50%. Dari
hasil ini dapat disimpulkan masih sedikit responden yang
mempraktekkan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur dan tepat
untuk mendeteksi dini penyakit kanker payudara.5.3 Analisis
Bivariat
5.3.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku SADARI
Tabel 5.9 Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku SADARI
Ibu-Ibu yang memiliki Balita di Desa Tulikup Gianyar Desember
2014
NoKarakteristik IndividuPerilaku SADARITotalP valuePR
Kurang BaikBaik
f%f%F%
1Umur
20-27 Tahun
28-35 Tahun21
3287.5
88.93
412.5
11.124
36100
1000.8700.984 (0.814-1.191)
2Pendidikan
SD/SMP
SMA/Diploma26
27100
79.40
70
20.626
34100
1000.0141.259 (1.061-1.494)
3Pekerjaan
Tidak BekerjaBekerja233095.883.3164.216.72436100
1001.1400.870 (0.735-1.029)
4Sumber Informasi
PasifAktif242988.987.93411.112.12733100
1000.9030.989 (0.823-1.188)
1. Hubungan Antara Umur Responden dengan Perilaku SADARI
Hasil analisis dari tabel 5.9 antara umur responden dengan
perilaku SADARI didapatkan bahwa responden dengan umur 20-27 tahun
yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 21 orang (87,5%) dan
yang memiliki perilaku baik sebanyak 3 orang (12,5%). Sedangkan
responden dengan umur 28-35 tahun yang memiliki perilaku kurang
baik sebanyak 32 orang (88,9%) dan yang memiliki perilaku baik
sebanyak 4 orang (11,1%).
Umur dan perilaku secara statistik menunjukan tidak ada hubungan
yang bermakna dimana nilai p > alpha (0,05) yaitu sebesar 0,870.
Dari hasil ini diperoleh pula nilai PR (Prevalence Rate) 0,987
(0,814-1,191).2. Hubungan Antara Pendidikan Responden dengan
Perilaku SADARI
Hasil analisis dari tabel 5.9 antara pendidikan dengan perilaku
SADARI didapatkah bahwa responden dengan jenjang pendidikan SD/SMP
seluruhnya memiliki perilaku yang kurang baik sebanyak 26 orang
(100%). Sedangkan responden dengan jenjang pendidikan SMA/DIPLOMA
yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 27 orang (74,4%) dan
yang memiliki perilaku baik sebanyak 7 orang (20,6%).
Pendidikan dan perilaku secara statistik menunjukan ada hubungan
yang bermakna dimana nilai p < alpha (0,05) yaitu sebesar 0,014.
Dari hasil ini diperoleh pula nilai PR (Prevalence Rate) 1,259
(1,061-1.494).3. Hubungan Antara Pekerjaan Responden dengan
Perilaku SADARI
Hasil analisis dari tabel 5.9 antara pekerjaan responden dengan
perilaku SADARI diperoleh responden yang tidak bekerja yang
memiliki perilaku kurang baik sejumlah 23 orang (95,8%) dan yang
memiliki perilaku baik sejumlah 1 orang (4,2%). Sedangkan responden
dengan status bekerja yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak
30 orang (83,3%) dan yang memiliki perilaku baik sebanyak 6 orang
(16,7%).
pekerjaan dan perilaku secara statistik menunjukan tidak ada
hubungan yang bermakna dimana nilai p > alpha (0,05) yaitu
sebesar 0,140. Dari hasil ini diperoleh pula nilai PR (Prevalence
Rate) 0,870 (0,735-1,029).4. Hubungan Antara Sumber Informasi
Responden dengan Perilaku SADARI
Hasil analisis tabel 5.9 antara sumber informasi responden
dengan perilaku SADARI diperoleh bahwa respoden dari kategori pasif
yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 24 orang (88,9%) dan
yang memiliki perilaku baik sebanyak 3 orang (11,1%). Sedangkan
responden dari kategori aktif yang memiliki perilaku kurang baik
sebanyak 29 orang (87,9%) dan yang memiliki perilaku baik sebanyak
4 orang (12,1%).
Sumber informasi dan perilaku secara statistik menunjukan tidak
ada hubungan yang bermakna dimana nilai p > alpha (0,05) yaitu
sebesar 0.903. Dari hasil ini diperoleh pula nilai PR (Prevalence
Rate) 0,989 (0,823-1,188).5.3.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Perilaku SADARI
Tabel 5.10 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku SADARI
Ibu-Ibu yang memiliki Balita di Desa Tulikup Gianyar Desember
2014
NoTingkat PengetahuanPerilaku SADARITotalP valuePR
Kurang BaikBaik
f%f%F%
1Pengetahuan Rendah
Pengetahuan Tinggi48
592.3
62.54
37.7
37.552
8100
1000.0141.532 (1.009-2.541)
Hasil analisis tabel 5.10 antara tingkat pengetahuan responden
dengan perilaku SADARI diperoleh bahwa responden dengan pengetahuan
rendah yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 48 orang (92,3%)
dan yang memiliki perilaku baik sebanyak 4 orang (7,7%). Sedangkan
responden dengan pengetahuan tinggi yang memiliki perilaku kurang
baik sebanyak 5 orang (62,5%) dan yang memiliki perilaku baik
sebanyak 3 orang (37,5%).
Tingkat pengetahuan dan perilaku secara statistik menunjukan ada
hubungan yang bermakna dimana nilai p < alpha (0,05) yaitu
sebesar 0.014. Dari hasil ini diperoleh pula nilai PR (Prevalence
Rate) 0,989 (1,009-2,541).BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang
dibandingkan dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Hasil
penelitian ini berdasarkan variabel yang di teliti yaitu hubungan
tingkat pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balita terhadap perilaku
pemeriksaan payudara sendiri. Peneliti juga memaparkan keterbatasan
dari penelitian ini dan implikasi dari penelitian.
6.1 Pembahasan Univariat
6.1.1 Gambaran Karakteristik Individu
Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini
adalah umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi dari
ibu-ibu yang memiliki balita di Desa Tulikup Gianyar.1. Umur
Dari tabel 5.1 hasil penelitian didapatkan bahwa usia responden
dengan umur antara 20-27 tahun sebanyak 24 orang dan umur antara
28-35 tahun sebanyak 36 orang. Sebagian besar ibu-ibu yang memiliki
balita berumur antara 28-35 tahun sebanyak 36 dari 60 orang atau
60%.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rianti
tahun 2011 kepada mahasiswi kedokteran UPN Veteran Jakarta dimana,
sebagian besar responden berumur kurang dari 40 tahun yaitu
sebanyak 102 dari 168 responden atau 60,7%.
2. Pendidikan
Dari tabel 5.2 hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang
berpendidikan SMA dan Diploma sebanyak 34 orang dan responden yang
berpendidikan SD dan SMP sebanyak 26 orang. Sebagian besar
responden berpendidikan SMA dan Diploma atau lebih tinggi sebanyak
34 dari 60 orang atau 56,6%.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Sari tahun 2004 pada tenaga
pengajar wanita SD di wilayah kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur,
dimana sebagian besar responden yaitu 64 dari 110 responden (58,2%)
berpendidikan tinggi. 3. Pekerjaan
Dari tabel 5.3 hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang
bekerja sebanyak 36 orang dan responden yang tidak bekerja sebanyak
24 orang. Sebagian besar responden bekerja sebanyak 36 orang
(60%).Pekerjaan merupakan salah satu alat yang dapat mempengaruhi
ruang lingkup seseorang dalam mendapatkan pengetahuan. Dengan
pekerjaan diharapkan individu mampu meningkatkan kemampuan diri
dalam bidang kesehatan (Bachori, 2006).4. Sumber Informai
Berdasarkan tabel 5.4 hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh
responden yang berjumlah 60 orang telah terpapar dengan sumber
informasi mengenai SADARI yaitu sebanyak 100%. Sumber informasi
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu aktif (majalah, TV, dan internet)
dan pasif (Penyuluhan, keluarga, dan teman kerja).
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Rianti tahun 2011
kepada mahasiswi kedokteran UPN Veteran Jakarta, dimana sebagian
besar responden telah terpapar dengan sumber informasi sebanyak 107
dari 168 responden (63,7%).
6.1.2 Tingkat Pengetahuan SADARI
Sebagian besar responden berdasarkan tabel 5.6 tidak mengetahui
penyakit kanker
payudara seperti penyebab, gejala, dan pengobatan. Pertanyaan
pengetahuan selanjutnya mengenai pemeriksaan payudara sendiri
diawali dengan SADARI merupakan salah satu cara untuk mendeteksi
kanker payudara yaitu sebanyak 40 dari 60 (66,7%) responden
menjawab benar. Namun, responden tidak mengetahui kapan dan
bagaimana cara melakukan SADARI dengan benar. Sebanyak 49 dari 60
responden (81,7%) tidak menjawab dengan benar mengenai SADARI
dilakukan setiap 4 minggu sekali. Selanjutnya, sebanyak 53 dari 60
responden (88,3%) menjawab salah mengenai posisi melakukan SADARI
yang benar. Kemudian, 56 dari 60 (93,3%) responden tidak mengetahui
teknik melakukan SADARI seperti gerakan melingkar searah jarum jam
tangan dari puting susu kemudian melebar kearah luar
payudara.Setelah dilakukan pengkatagorian dari tabel 5.5 didapatkan
sebanyak 86,7% yang
berpengetahuan rendah tentang pemeriksaan payudara sendiri dan
13,3% yang berpengetahuan tinggi tentang pemeriksaan payudara
sendiri.
Hasil ini sejalan dengan yang didapat oleh Sari tahun 2004 pada
tenaga pengajar wanita SD di wilayah kecamatan Pasar Rebo, Jakarta
Timur, dimana sebagian besar responden yaitu sebanyak 67 dari 110
(60,9%) masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kanker
payudara dan SADARI.
Hal ini disebabkan karena ibu-ibu yang memiliki balita di Desa
Tulikup Gianyar sebagian besar hanya berpendidikan SD, SMP, dan SMA
tanpa mengambil jurusan khususnya dibidang kesehatan. Hal ini
menyebabkan tingkat pengetahuan khususnya dibidang kesehatan
menjadi kurang.6.1.3 Perilaku SADARI
Sebagian besar responden dari tabel 5.8 mengetahui bahwa saat
melakukan pemeriksaan payudara sendiri harus melepaskan seluruh
pakaian bagian atas yaitu sebanyak 57 dari 60 (95%) responden.
Kemudian, sebanyak 38 dari 60 (63,3%) responden juga selalu
mengamati bentuk dan ukuran payudara.
Pada pertanyaan mengenai melakukan SADARI secara teratur setiap
bulan hanya 9 dari 60 (15%) responden yang menjawab benar. Sebanyak
8 dari 60 (13,3%) responden yang mengetahui bahwa melakukan
pengamatan pemeriksaan payudara sendiri dengan posisi berdiri tegak
dan kedua tangan lurus kebawah. Selanjutnya, hanya 15 dari 60 (25%)
responden yang menggunakan 3 macam penekanan (ringan, sedang,
kuat). Kemudian, hanya 8 dari 60 (13,3%) yang melakukan SADARI
hingga kebagian ketiak.
Setelah dilakukan pengkatagorian dari tabel 5.7 didapatkan
sebanyak 88,3% yang memiliki perilaku SADARI kurang baik dan
sebanyak 11,7% yang memiliki perilaku SADARI baik.
Hal ini disebabkan karena ibu-ibu yang memiliki balita di Desa
Tulikup Gianyar sebagian besar bekerja menjadi buruh bata dan
mengurus keluarga mereka. Sehingga tidak ada waktu untuk
memperhatikan diri mereka sendiri.
6.2 Pembahasan Bivariat
6.2.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku SADARI
1. Umur
Hasil uji statistic dari tabel 5.9 tidak ditemukan hubungan
bermakna antara umur dan perilaku SADARI (nilai p = 0,870 >
alpha) dengan nilai PR = 0,984.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rianti tahun 2011 kepada mahasiswi kedokteran UPN Veteran
Jakarta, dimana umur tidak berhubungan dengan perilaku SADARI yaitu
dengan nilai p velue 0,105. Hasil penelitian lain yang menunjang
adalah penelitian dari Sari tahun 2004 pada tenaga pengajar wanita
SD di wilayah kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, dimana umur
tidak berhubungan dengan proses terjadinya perilaku SADARI.
Hal ini terjadi karena proses terjadinya perilaku tidak hanya
dilihat dari faktor umur saja, melainkan faktor lain seperti
pendidikan. Meskipun ada beberapa responden yang sadar bahwa
penting untuk melakukan SADARI. Melihat hasil ini maka masih perlu
dilakukan usaha-usaha penyebarluasan informasi mengenai SADARI.
2. Pendidikan
Hasil uji statistik berdasarkan tabel 5.9 menunjukan adanya
hubungan antara pendidikan dan perilaku SADARI (nilai p = 0,014
< alpha) dengan nilai PR = 1,259.
Hasil penelitian yang menunjang penelitian ini adalah dari
Rianti tahun 2011 kepada mahasiswi kedokteran UPN Veteran Jakarta,
dimana diperoleh ada hubungan antara pendidikan dan perilaku SADARI
yaitu dengan nilai p velue 0,005. Hasil lainya yang menunjang
penelitian ini adalah dari Imelda tahun 2008 kepada wanita mulai
umur 20 tahun, dimana diperoleh adanya hubungan antara pendidikan
dengan perilaku SADARI yaitu dengan nilai p velue 0,005.
Hal ini dapat terjadi karena pendidikan akan berpengaruh dengan
daya penerimaan terhadap pesan atau informasi mengenai pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) (Notoadmodjo, 2005).
3. Pekerjaan
Hasil perhitungan statistik dari tabel 5.9 menunjukan tidak ada
hubungan antara pekerjaan dan perilaku SADARI (nilai p = 1,140 >
alpha) dengan nilai PR = 0,870.
Hal ini dapat terjadi karena ruang lingkup pekerjaan dapat
mempengaruhi berkembangnya suatu individu dan sebagian besar ruang
lingkup pekerjaan disana adalah pembuat bata yang tidak sejalan
dengan bidang kesehatan.
4. Sumber Informasi
Hasil perhitungan statistik menunjukan tidak ada hubungan antara
sumber informasi dengan perilaku SADARI (nilai p = 0,903 >
alpha) dengan nilai PR = 0,989.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rianti
tahun 2011 kepada mahasiswi kedokteran UPN Veteran Jakarta dimana,
dari hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara sumber
informasi dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (nilai p =
0,005 < alpha)
Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden hanya
terpapar sumber informasi dengan jumlah yang sedikit. Sehingga
menyebabkan responden belum mengetahui pentingnya perilaku SADARI
secara teratur. Pada proses penyampaian informasi kesehatan
dibutuhkan media agar hasil yang diperoleh lebih efektif.
6.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku SADARI
Hasil perhitungan statistik dari tabel 5.10 menunjukan ada
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku SADARI (nilai p
= 0,014 < alpha) dengan nilai PR = 1,532. Dimana semakin rendah
tingkat pengetahuan semakin rendah juga perilaku SADARI yang
baik.
Pengetahuan merupakan suatu keadaan yang hadir dikarenakan suatu
persentuhan. Pengetahuan merupakan hal penting yang akan membentuk
suatu perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2005).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rianti tahun 2011 kepada mahasiswi kedokteran UPN Veteran
Jakarta dengan hasil uji statistik menunjukan adanya hubungan
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pemeriksaan
payudara sendiri (nilai p = 0,012 < alpha).
6.3 Keterbatasan Penelitian6.3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode cross sectional
sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat. Penelitian
ini dibatasi untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan
perilaku pemeriksaan payudara sendiri dan hasil penelitian hanya
berlaku bagi populasi didaerah penelitian.
6.3.2 Variabel Penelitian
Variabel perancu yang diteliti hanya sedikit yaitu umur,
pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi. Sehingga penelitian
ini terbatas dalam menganalisis variabel perancu lain yang
berhubungan dengan perilaku SADARI.
6.4 Implikasi dan Tindak Lanjut Hasil Penelitian
6.4.1 Implikasi Pada Penelitian Kesehatan
Penelitian ini bersifat analitik, dimana penelitian ini
memberikan hubungan tingkat pengetahuan ibu-ibu yang memiliki
balita terhadap perilaku SADARI. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar bagi penelitian lanjutan terhadap masalah
yang sama.6.4.2 Implikasi Pada Instansi Kesehatan
Penelitian ini memberi informasi mengenai tingkat pengetahuan
dengan perilaku SADARI di Desa Tulikup Gianyar. Hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai dasar program kerja instansi kesehatan
seperti puskesmas untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakatnya.BAB VII
PENUTUP7.1 Simpulan
Sesuai dengan pembahasan hasil penelitian terhadap 60 responden
ibu-ibu yang
memiliki balita mengenai hubungan tingkat pengetahuan terhadap
perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), maka dapat diambil
simpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
terhadap perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan
nilai p = 0,014 < alpha dengan nilai PR = 1,532. Responden
dengan pengetahuan rendah yang memiliki perilaku kurang baik
sebanyak 48 orang (92,3%) dan yang memiliki perilaku baik sebanyak
4 orang (7,7%), sedangkan responden dengan pengetahuan tinggi yang
memiliki perilaku kurang baik sebanyak 5 orang (62,5%) dan yang
memiliki perilaku baik sebanyak 3 orang (37,5%). 7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa saran yang perlu
dijadikan
pertimbangan antara lain sebagai berikut :7.2.1 Bagi
Pendidikan
Sebagai referensi tambahan dalam penyampaian materi dalam proses
belajar mengajar
yang berkaitan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan
penyakit kanker payudara.
7.2.2 Bagi Masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian ternyata tingkat pengetahuan dan
perilaku SADARI
masih sangat rendah. Melalui hasil ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran wanita dalam upaya pencegahan dan deteksi
dini penyakit kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI).7.2.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dalam
pembuatan
penelitian yang sama. Dimana, diharapkan peneliti lain dapat
mempertimbangkan penambahan karakteristik responden serta
variabel-variabelnya.
7.2.4 Bagi Instansi Kesehatan
Penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dan
perilaku SADARI
ibu-ibu yang memiliki balita rendah. Sehingga instansi kesehatan
seperti puskesmas setempat dapat membuat program penyuluhan
mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara
berkala.-Usia
-Pendidikan Terakhir
-Sumber informasi
-Pekerjaan
Pengetahuan
(kognitif)
Wanita
Menerima
Merespon
Menghargai
Bertanggung jawab
Perilaku
(psikomotor)
Langkah SADARI
Baik
Kurang baik
Tidak dapat mendeteksi kanker payudara
Dapat mendeteksi dini kanker payudara
Perilaku
-Baik
Kurang Baik
Tingkat Pengetahuan
-Tinggi
-Rendah
-Usia
-Pendidikan Terakhir
-Pekerkjaan
-Sumber Informasi
n = 54 Orang
n = 3,84 x 0,17 (0,83)
0,01
n = 54 + 10%
= 60 Orang
44