BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cutaneous larva migrans (CLM) atau bisa juga disebut creeping eruption merupakan kelainan kulit berupa peradangan yang berbentuk linear atau berkelok- kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi cacing tambang yang berasal dari kucing dan anjing, yaitu Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum, dan Ancylostoma ceylanicum. Invasi ini sering terjadi pada anak-anak, terutama yang sering berjalan tanpa alas kaki, atau yang sering kontak dengan tanah atau pasir. Demikian pula para petani atau tentara sering mengalami hal yang sama. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang hangat dan lembab, misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan Barat, serta Indonesia. 1 Di dunia diperkirakan 574.000.000-740.000.000 orang terinfeksi cacing tambang. Cacing tambang pernah tersebar secara luas di Amerika Serikat, khususnya wilayah tenggara, namun perbaikan dalam kondisi hidup telah mengurangi angka kejadian infeksi cacing tambang dalam jumlah yang besar di wilayah tersebut. 2 Di berbagai daerah di Indonesia, prevalensi infeksi cacing tambang berkisar 30-50%. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cutaneous larva migrans (CLM) atau bisa juga disebut creeping eruption
merupakan kelainan kulit berupa peradangan yang berbentuk linear atau berkelok-
kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi cacing tambang yang
berasal dari kucing dan anjing, yaitu Ancylostoma braziliense, Ancylostoma
caninum, dan Ancylostoma ceylanicum. Invasi ini sering terjadi pada anak-anak,
terutama yang sering berjalan tanpa alas kaki, atau yang sering kontak dengan
tanah atau pasir. Demikian pula para petani atau tentara sering mengalami
hal yang sama. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang
hangat dan lembab, misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan Barat, serta
Indonesia.1
Di dunia diperkirakan 574.000.000-740.000.000 orang terinfeksi cacing
tambang. Cacing tambang pernah tersebar secara luas di Amerika Serikat,
khususnya wilayah tenggara, namun perbaikan dalam kondisi hidup telah
mengurangi angka kejadian infeksi cacing tambang dalam jumlah yang besar di
wilayah tersebut.2
Di berbagai daerah di Indonesia, prevalensi infeksi cacing tambang
berkisar 30-50%. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
seperti di perkebunan karet di Sukabumi, Jawa Barat (93,1%) dan di perkebunan
kopi di Jawa Timur (80,69%). Tingginya prevalensi juga dipengaruhi oleh sifat
pekerjaan. Sebagai contoh kelompok karyawan yang mengolah tanah di
perkebunan teh atau karet akan terus menerus terpapar sumber kontaminasi.3
Cacing tambang penyebab CLM tersebar di seluruh dunia. Akan tetapi,
infeksi lebih sering terjadi di iklim yang hangat dan lembab, khususnya di negara-
negara tropis dan subtropis Asia Tenggara, Afrika, Amerika Selatan, Karibia, dan
Amerika Serikat bagian tenggara. Larva ditemukan di pantai berpasir, kotak-kotak
pasir, dan di bawah tempat tinggal. Individu yang beresiko besar meliputi
wisatawan, anak-anak, dan buruh yang pekerjaannya menyebabkan kulit mereka
berkontak dengan tanah yang terkontaminasi.4
1
CLM sering dilaporkan oleh wisatawan yang baru kembali dari daerah
tropis yang memiliki tanah atau pasir di mana anjing dan kucing di tempat
tersebut cenderung terinfeksi cacing tambang. Akan tetapi, CLM kemungkinan
menyebabkan masalah yang signifikan bagi masyarakat yang tinggal di daerah
yang kurang berkembang, walaupun penyakit ini tidak dilaporkan secara
teratur. Di daerah-daerah yang kurang berkembang, anjing dan kucing sering
dibiarkan bebas berkeliaran dan memiliki tingkat infeksi cacing tambang yang
tinggi yang menyebabkan kontaminasi yang luas pada pasir dan tanah di
sekitarnya. Survey pada penduduk pedesaan di Brazil menunjukkan prevalensi
CLM selama musim hujan adalah 14,9% diantara anak-anak berusia kurang dari 5
tahun dan 0,7% di antara orang dewasa berusia 20 tahun atau lebih.5
Hasil penelitian terhadap faktor risiko kejadian CLM di Kabupaten Kulon
Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa faktor perilaku
(berjalan tanpa alas kaki dan kontak dengan pasir), faktor lingkungan (tekstur
tanah, selalu adanya kucing di lingkungan, dan keberadaan anjing atau kucing
yang terinfeksi Ancylostoma sp.), dan faktor sosial demografi (umur) memiliki
hubungan dengan kejadian CLM.4
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Cutaneous Larva Migrans
2.1.1. Definisi
Cutaneous larva migrans (CLM) merupakan kelainan kulit yang
merupakan peradangan yang berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan
progresif, disebabkan oleh invasi cacing tambang yang berasal dari kucing
dan anjing, yaitu Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum, dan
Ancylostoma ceylanicum. 1 Selama beberapa dekade, istilah CLM dan creeping
eruption sering disamaartikan. Perbedaannya adalah, CLM menggambarkan
sindrom, sedangkan creeping eruption menggambarkan gejala klinis. Creeping
eruption secara klinis diartikan sebagai lesi yang linear atau serpiginius, sedikit
menimbul, dan kemerahan yang bermigrasi dalam pola yang tidak teratur.6
Penyakit yang menimbulkan gejala berupa creeping eruption tapi tidak
disebabkan oleh parasit non-larva tidak disebut sebagai CLM, misalnya seperti
pada dracunculiasis, loiasis, skabies, schistosomiasis, ataupun onchocerciasis.6,7
2.1.2. Epidemiologi
CLM terjadi di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia, terutama di
daerah yang lembab dan terdapat pesisir pasir. Di Amerika Serikat, penyakit ini
sebagian besar terjadi di negara bagian tenggara, terutama Florida, tetapi dapat
juga ditemukan secara sporadik di negara bagian lain. 8 Kasus CLM telah
dilaporkan di Jerman, Prancis, Inggris, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.9
CLM endemik di masyarakat kurang mampu di negara berkembang,
seperti Brazil, India, dan Hindia Barat. Sebuah studi di Manaus, Brazil,
menunjukkan prevalensi CLM pada anak-anak selama musim hujan berkisar
9,4%. Di daerah perkumuhan di Timur Laut Brazil, didapati lebih dari 4% dari
keseluruhan populasi dan 15% pada anak-anak menderita CLM. 9
Di negara-negara berpenghasilan tinggi, CLM terjadi secara sporadis atau
dalam bentuk epidemi yang kecil. Kasus sporadis biasanya berhubungan dengan
kondisi iklim yang tidak umum seperti musim semi atau hujan yang memanjang.
3
Penyakit ini sering muncul pada daerah dimana anjing dan kucing tidak diberikan
antihelmintes secara teratur.10
Secara geografis, distribusi CLM mencerminkan distribusi geografi
Ancylostoma braziliense. Sebagian besar kasus yang dilaporkan adalah wisatawan
yang sering berkunjung ke daerah pantai. Ancylostoma braziliense endemik pada
anjing dan kucing, sering ditemukan di sepanjang Pantai Atlantik Amerika Utara
bagian tenggara, Teluk Meksiko, Laut Karibia, Uruguay, Afrika (Afrika Selatan,
Somalia, Republik Kongo, Sierra Leone), Australia, dan Asia. Penyakit ini tidak
muncul setelah terpapar pantai yang tidak terdapat Ancylostoma braziliense,
misalnya Pantai Pasifik Amerika Serikat dan Meksiko.11
2.1.3. Faktor Risiko
1. Faktor perilaku
Adapun faktor perilaku yang mempengaruhi kejadian CLM antara lain :
a) Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki
Adanya bagian tubuh yang berkontak langsung dengan tanah yang
terkontaminasi akan mengakibatkan larva dapat melakukan penetrasi ke
kulit sehingga menyebabkan CLM.12
b) Pengobatan teratur terhadap anjing dan kucing
Penyebab utama CLM adalah larva cacing tambang yang berasal dari
anjing dan kucing.1 Perawatan rutin anjing dan kucing, termasuk de-
worming secara teratur dapat mengurangi pencemaran lingkungan oleh
telur dan larva cacing tambang.
c) Berlibur ke daerah tropis atau pesisir pantai
Kondisi biogeografis yang hangat dan lembab menyebabkan banyak
terdapat larva penyebab penyakit ini di daerah tropis. 1 3 Selain itu,
kebiasaan wisatawan untuk berjalan di pesisir pantai tanpa menggunakan
sandal dan berjemur di pasir tanpa menggunakan alas menyebabkan
banyaknya laporan kejadian CLM dari wisatawan yang baru berlibur ke
pantai.10 Sebuah penelitian pada wisatawan international yang baru
meninggalkan Brazil bagian Timur Laut di bandara menunjukkan bahwa
semua wisatawan yang menderita CLM telah mengunjungi pantai selama
4
liburannya.10
2. Faktor lingkungan
Adapun faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian CLM antara lain :
a) Keberadaan anjing dan kucing
Anjing dan kucing merupakan hospes definitif dari cacing Ancylostoma
braziliense, Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma caninum. Tinja
anjing dan kucing yang terinfeksi dapat mengandung telur cacing
Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum dan Ancylostoma
caninum. Telur tersebut dapat berkembang menjadi stadium larva yang
infektif (filariform) pada tanah dan pasir yang terkontaminasi. Larva
filariform dari cacing tersebut apabila kontak dengan kulit manusia, dapat
menembus kulit dan menyebabkan CLM.14
b) Cuaca atau iklim lingkungan
Ada variasi musiman yang berbeda pada kejadian CLM, dengan puncak
kejadian selama musim hujan. Telur dan larva bertahan lebih lama di tanah
yang basah dibandingkan di tanah yang kering dan dapat tersebar secara
luas oleh hujan yang deras. Selain itu, iklim yang lembab juga
mengakibatkan peningkatan infeksi cacing tambang di anjing dan kucing
sehingga pada akhirnya meningkatkan jumlah tinja yang terkontaminasi
dan risiko infeksi pada manusia.10
c) Tinggal di daerah dengan keadaan pasir atau tanah yang lembab
Telur Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, dan
Ancylostoma caninum dikeluarkan bersama tinja anjing dan kucing. Pada
keadaan lingkungan yang lembab dan hangat, telur akan menetas menjadi
larva rabditiform dan kemudian menjadi larva filariform yang infektif.
Larva filariform inilah yang akan melakukan penetrasi ke kulit dan
menyebabkan CLM.5
3. Faktor demografis
Adapun faktor demografis yang mempengaruhi kejadian CLM antara lain :
a) Usia
CLM paling sering terkena pada anak berusia ≤4 tahun. Hal ini
disebabkan karena anak pada usia tersebut masih jarang menggunakan alas
5
kaki saat keluar rumah. Pada penelitian tersebut juga didapatkan bahwa
usia merupakan faktor demografis yang hubungannya paling signifikan
dengan kejadian CLM (p<0,0001).10
b) Pekerjaan
Larva infektif penyebab CLM terdapat pada tanah atau pasir yang lembab.
Orang yang pekerjaannya sering kontak dengan tanah atau pasir tersebut
dapat meningkatkan risiko terinfeksi larva CLM. Pekerjaan yang memiliki