Top Banner
BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) merupakan salah satu produsen listrik untuk PLN yang tergabung dalam interkoneksi Jawa dan Bali. Produk utamanya dalam pengelolaan PLTA adalah : (1). Kesiapan operasi unit pembangkit dengan mekanisme penyampaian dikirim langsung kepada pelanggan yang dinyatakan dengan EAF (Equivalent Availability Factor) declare; (2). Energi listrik (kWh) dengan mekanisme penyampaian dikirim langsung kepada pelanggan melalui transmisi tenaga listrik berdasarkan kontrak jual beli; (3). Jasa Operation dan Maintenance (O&M) pembangkit, dengan mekanisme penyampaian langsung kepada pelanggan melalui layanan pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit berdasarkan kontrak (Buku Saku Panduan Magang PT. PJB, 2010) Kesiapan operasi unit pembangkit yang dinyatakan melalui EAF merupakan indikator perusahaan dalam mewujudkan pelayanan kepada pelanggan. EAF tahun 2010 untuk UP. Cirata sebesar 95,98 persen. Artinya bahwa pembangkit siap beroperasi sebesar 95,98 persen dari total kemampuan daya yang dihasilkan. Penjualan energi listrik diakui berdasarkan kilo watt hour (KwH) yang dipasok kepada PT. PLN (Persero) dengan menggunakan formula tarif yang ditetapkan melalui perjanjian jual beli tenaga listrik. Formula tarif mencangkup perhitungan komponen harga tetap kapasitas, harga tetap operasi dan pemeliharaan, harga bahan bakar, tingkat pasokan energi, serta variabel lainnya. Disamping usaha utama, PT. PJB juga mengembangkan usaha penunjang tenaga listrik yaitu unit jasa operasi dan pemeliharaan (O&M) pembangkit. Unit jasa ini berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. Pembangkitan Jawa Bali Services dan PT. Rekadaya Elektrika. Untuk dapat menghasilkan produk utama ini, kinerja staf PT. PJB sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal perusahaan. Kondisi internal berkaitan dengan hal-hal tehnis pembangkit antara lain adalah kesiapsiagaan staf PJB selama dua puluh empat jam dalam merawat dan mengoperasikan alat-alat pembangkit sehingga berfungsi efesien dan bertahan dalam jangka panjang. Faktor eksternal pembangkit listrik tenaga air adalah tata kelola waduk yang
21

BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

Mar 16, 2019

Download

Documents

hathuan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

91

BAB 7

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA

PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) merupakan salah satu produsen

listrik untuk PLN yang tergabung dalam interkoneksi Jawa dan Bali. Produk

utamanya dalam pengelolaan PLTA adalah : (1). Kesiapan operasi unit

pembangkit dengan mekanisme penyampaian dikirim langsung kepada

pelanggan yang dinyatakan dengan EAF (Equivalent Availability Factor) declare;

(2). Energi listrik (kWh) dengan mekanisme penyampaian dikirim langsung

kepada pelanggan melalui transmisi tenaga listrik berdasarkan kontrak jual beli;

(3). Jasa Operation dan Maintenance (O&M) pembangkit, dengan mekanisme

penyampaian langsung kepada pelanggan melalui layanan pengoperasian dan

pemeliharaan pembangkit berdasarkan kontrak (Buku Saku Panduan Magang PT.

PJB, 2010)

Kesiapan operasi unit pembangkit yang dinyatakan melalui EAF

merupakan indikator perusahaan dalam mewujudkan pelayanan kepada

pelanggan. EAF tahun 2010 untuk UP. Cirata sebesar 95,98 persen. Artinya

bahwa pembangkit siap beroperasi sebesar 95,98 persen dari total kemampuan

daya yang dihasilkan. Penjualan energi listrik diakui berdasarkan kilo watt hour

(KwH) yang dipasok kepada PT. PLN (Persero) dengan menggunakan formula

tarif yang ditetapkan melalui perjanjian jual beli tenaga listrik. Formula tarif

mencangkup perhitungan komponen harga tetap kapasitas, harga tetap operasi dan

pemeliharaan, harga bahan bakar, tingkat pasokan energi, serta variabel lainnya.

Disamping usaha utama, PT. PJB juga mengembangkan usaha penunjang tenaga

listrik yaitu unit jasa operasi dan pemeliharaan (O&M) pembangkit. Unit jasa ini

berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. Pembangkitan Jawa Bali Services

dan PT. Rekadaya Elektrika.

Untuk dapat menghasilkan produk utama ini, kinerja staf PT. PJB sangat

dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal perusahaan. Kondisi internal

berkaitan dengan hal-hal tehnis pembangkit antara lain adalah kesiapsiagaan staf

PJB selama dua puluh empat jam dalam merawat dan mengoperasikan alat-alat

pembangkit sehingga berfungsi efesien dan bertahan dalam jangka panjang.

Faktor eksternal pembangkit listrik tenaga air adalah tata kelola waduk yang

Page 2: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

92

menjadi bahan bakar bagi alat pembangkit untuk menghasilkan listrik. Bahan

bakar berupa air tersebut ditampung dalam suatu waduk dan menjadi sumber

bahan bakar dalam jangka panjang. Tata kelola waduk tersebut dipengaruhi oleh

seberapa besar aktivitas penunjang yang memanfaatkan waduk, tekanan

lingkungan dari sekeliling waduk, dan limpasan erosi dan limbah dari hulu

sungai-sungai yang bermuara di waduk. Faktor lain yang mempengaruhi kondisi

air di waduk adalah besarnya curah hujan, evaporasi dan besarnya sedimen

mempengaruhi kualitas dan kuantitas air. Alat-alat pembangkit listrik

membutuhkan air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yag baik. Jika

kualitas air di waduk dalam keadaan buruk, misalnya mengandung unsur logam

tinggi tentunya akan mempengaruhi efesiensi alat-alat pembangkit.

Untuk memahami lebih jauh mengenai ketersediaan air dengan produksi

listrik yang menjadi produk utama PLTA, maka perlu dipelajari hubungan antara

tinggi muka air, sedimentasi dan produksi listrik seperti pembahasan dibawah ini :

7.1 Hubungan antara Elevasi, Luas Permukaan dan Volume Waduk

terhadap Sedimentasi

Waduk diperlukan untuk menampung air pada saat musim hujan, apabila

terjadi kemarau, maka air tetap tersedia dan listrik tetap dapat dihasilkan.

Tampungan air di waduk pada prinsipnya sama dengan tampungan air ditempat

penampungan lainnya. Hal yang membedakan adalah tampungan di waduk selalu

dalam skala besar dan air yang ditampung sangat bermakna bagi kepentingan

pengairan di daerah hilir dan bahkan bernilai ekonomi bila dapat membangkitkan

tenaga listrik seperti di PLTA. Penambahan dan pengurangan volume air waduk

dapat dikontrol melalui perubahan atau fluktuasi elevasi muka air waduk. Luas

permukaan waduk juga sangat tergantung pada elevasi muka air. Luas permukaan

waduk diperlukan untuk analisis perubahan tampungan, evaporasi waduk dan

menghitung volume curah hujan yang langsung jatuh ke waduk.

Pada umumnya, air yang ditampung di waduk tidak semua dapat

dimanfaatkan. Hal ini berhubungan dengan perencanaan struktur awal sebuah

waduk. Biasanya sebuah waduk memiliki batas air tertinggi disebut dengan

elevasi normal (normal pool level) sedangkan batas air terendah disebut elevasi

minimum (minimum pool level). Pada elevasi normal, permukaan air waduk tepat

Page 3: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

93

mencapai mercu bangunan pelimpah (spillway) dan elevasi minimum tercapai

pada saat permukaan air tepat mencapai dasar dari bangunan penyadap (intake,

gambar lihat lampiran). Ruang antara elevasi normal sampai pada elevasi

minimum disebut sebagai kapasitas tampungan efektif yaitu air yang dapat

dimanfaatkan untuk operasi waduk selama musim kemarau. Ruang dibawah

elevasi minimum disebut dengan kapasitas tampungan mati (dead storage).

Dalam sebuah waduk, ruang tersebut haus disediakan untuk menampung kadar

lumpur yang tersuspensi pada saat air masuk ke dalam waduk. Besarnya kapasitas

tampungan mati pada sebuah waduk didasarkan pada data kadar sedimen

melayang dari semua sungai yang masuk ke waduk pada saat perencanaan.

Semakin besar sedimen melayang dari sungai-sungai yang direncanakan masuk ke

waduk, semakin besar pula kapasitas tampungan mati yang harus disediakan oleh

seorang perencana. Untuk Waduk Cirata, posisi elevasi normal terletak pada

+220 m sedangkan elevasi minimum terletak pada +185 m. Mengingat

pertimbangan teknis operasional dan keamanan dari keempat turbin (sebelum

tahun 1997) maka elevasi muka air minimum dalam Pola Operasi Minimum

Waduk Cirata ditetapkan pada elevasi +205 m. Hal ini dilakukan untuk

melindungi turbin-turbin dari kemungkinan terjadinya gangguan cavitasi.

Ketersediaan air dalam waduk menjadi komponen paling penting dalam

pembangkit listrik tenaga air, sehingga debit dan jumlah air harus tersedia dalam

jumlah yang cukup dan memenuhi standarisasi untuk dapat menghasilkan listrik.

Jika muka air mencapai elevasi terendah, maka dapat mempengaruhi efesiensi

turbin. Waduk bisa mencapai elevasi terendah bisa disebabkan oleh beberapa

faktor, antara lain curah hujan dan sedimentasi yang tinggi. Jika curah hujan

tinggi, maka waduk dapat menampung air hujan dan muka air waduk akan

meningkat. Jika curah hujan rendah maka muka air waduk dapat berkurang.

Sedimentasi berkaitan dengan erosi dan limbah yang diperoleh dari anak-anak

sungai yang bermuara ke waduk. Jika erosi tinggi di hulu sungai atau di sekeliling

waduk, dapat terbawa sampai ke badan waduk, begitu pula jika air sungai

membawa limbah dan sampah, dapat menyebabkan sedimentasi di badan waduk.

Hal yang mampu ditangani oleh manusia adalah tingkat sedimentasi. Oleh karena

Page 4: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

94

itu, penghitungan sedimentasi dan kualitas air waduk terus dipantau secara rutin

minimal setahun sekali.

Berdasarkan penelitian yang panjang yang dilakukan oleh PT PJB dapat

dicari hubungan antara elevasi dengan volume air waduk dalam bentuk persamaan

matematis. Berdasarkan persamaan matematis tersebut ditentukan elevasi normal

(+220 m) dengan volume kumulatif 1827 juta m3, dan elevasi minimum (+205 m),

dengan volume kumulatif sebesar 1060 juta m3, sehingga volume efektif yang

merupakan selisih antara elevasi normal dan elevasi minimum sebesar 767 juta

m3. Volume ini lebih kecil dibandingkan dengan saat perencanaan yaitu sebesar

796 juta m3. Hal ini disebabkan oleh adanya akumulasi sedimentasi dan sampah

anorganik lainnya di dasar waduk yang terus berlangsung dari sejak Waduk Cirata

beroperasi di tahun 1988 sampai dengan saat ini.

Berdasarkan data perencanaan waduk, elevasi muka air dasar pintu

pengambilan (intake) ditetapkan pada +185 m, dengan volume sekitar 491 juta m3

dan rencana cadangan pada +205 dengan kapasitas tampungan sebesar 1177 m3.

Setelah dilakukan pengukuran sedimentasi di tahun 2007, ternyata akumulasi

sedimen di Waduk Cirata pada elevasi +185 m setelah 20 tahun beroperasi

diperkirakan sebesar 123 juta m3 dan pada elevasi +205 m diperkirakan sebesar

117 juta m3. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas tampungan mati yang tersisa

pada elevasi +185 m tinggal 368 juta m3 dan pada elevasi +205 m tinggal 1060

juta m3. Oleh karena itu kapasitas tampungan mati Waduk Cirata masih cukup

besar meskipun telah beroperasi selama 20 tahun.

Laju sedimentasi waduk merupakan kecepatan penambahan sedimen di

waduk. Perkiraan laju sedimen waduk dapat diketahui dengan cara

membandingkan perbedaan kapasitas tampungan efektif awal pada saat

perencanaan dengan kapasitas tampungan hasil perhitungan terakhir. Perbedaan

tersebut merupakan kondisi volume sedimen yang diendapkan di dasar waduk dan

tingkat laju sedimentasi waduk dapat dihitung berdasarkan total volume sedimen

dibagi dengan lamanya waktu operasi, dalam satuan m3/tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan sedimentasi tahun 2007 diperoleh volume

sedimen yang diendapkan selama periode 20 tahun dari 1988 – 2007 sebesar 146

juta m3 atau 7,28 juta m

3/tahun. Volume total sedimen tersebut setara dengan

Page 5: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

95

kehilangan tebal lapisan tanah di seluruh permukaan daerah alisan sungai lokal

Cirata sebesar 3,96 mm (Luas DAS lokal 1.836 Km2). Dengan asumsi berat jenis

sedimen di Waduk Cirata sebesar 0,6 ton/m3 maka besar volume sedimen di

Waduk Cirata sekitar 4,37 juta ton per tahun. Pengurangan kapasitas tampungan

waduk dari sejak perencanaan sampai tahun 2007 bervariasi untuk setiap elevasi.

Adapun pengurangan kapasitas tampungan untuk setiap elevasi dapat dilihat dari

perbedaan kapasitas tampungan antara hasil pengukuran sedimen dengan

perencanaan seperti pada Tabel 23.

Sesuai hasil penelitian sedimentasi diatas, maka pada kondisi saat ini

produksi listrik Cirata masih dalam status aman. Yang patut diperhatikan adalah

tingkat sedimentasi yang harus dijaga, bahkan dikurangi untuk bisa

memperpanjang umur waduk dan tetap menjaga kontinuitas pasokan listrik.

Tabel 24. Perbedaan Kapasitas Tampungan antara Perencanaan vs Pengukuran

Elevasi Vol

Perencanaan

Vol

Pengukuran

Pengurangan Kapasitas

Tampungan (m) (Juta m3) (Juta m

3) (Juta m

3) %

220 1973 1827 146 7,4

215 1677 1548 129 7,7

210 1411 1292 119 8,5

205 1177 1060 117 10

200 971 851 120 12,4

195 790 666 124 5,7

190 630 505 125 19,8

185 491 368 123 25,1

180 373 254 119 31,8

175 277 186 91 32,7

170 200 134 66 33,1

165 140 90,1 50 35,6

160 100 55,3 45 44,7

150 50 12 38 76

140 20 4,06 16 79,7

130 0 0,011 0

Sumber : Data Pengukuran Sedimentasi PT PLN PJB (2008)

Apabila terjadi musim kemarau yang panjang, dan tinggi muka air sampai

pada elevasi terendah maka sistem pola operasi waduk kaskade berlaku. Misalnya

dengan meminta pasokan air dari Waduk Saguling di hulu sungai. Permintaan

Page 6: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

96

tersebut harus melalui sistem dan prosedur yang dibangun oleh PT PLN untuk

kaskade tiga bendungan yaitu PLTA Saguling, Cirata dan jatiluhur, serta masing-

masing otorita. Sistem ini yang disebut P3B (Penyaluran Pusat Pengatur Beban).

Setiap bulan anggota P3B mengadakan rapat rutin untuk menentukan berapa

target yang diwajibkan untuk Cirata, Saguling dan Jatiluhur dalam produksi

listrik, penggunaan air irigasi, air minum, dan peruntukkan lainnya berdasarkan

data curah hujan dari Meteorologi dan data-data pendukung lain dari BPPT. Hasil

rapat ini harus disepakati, tidak boleh dilanggar dan menjadi indikator

performance masing-masing otorita pembangkit.

7.2 Perhitungan Produksi Listrik

Dalam perhitungan produksi listrik yang dikaitkan dengan ketersediaan

pasokan air, berlaku ilmu mekanika fluida, dimana terdapat 4 (Empat) perubahan

energi yang diperlukan dari air menjadi listrik yaitu : energi ketinggian (potensial)

menjadi energi kecepatan (kinetik). Dari energi kecepatan dirubah menjadi energi

mekanik atau energi putar dan terdapat generator di dalam turbin yang berfungsi

merubah energi putar menjadi energi listrik. Kerugian yang diperoleh bisa terjadi

pada saat perubahan energi kinetik, karena daya yang dihasilkan oleh listrik

berhubungan dengan banyaknya air yang dibutuhkan.

Perhitungan produksi listrik berdasarkan, ketinggian air (h) yang diperoleh

dari selisih elevasi air di bendungan, di tampungan air dan di pembuangan; flow

atau debit air (Q); efesiensi turbin ( massa jenis air ( seperti rumus dibawah

ini, berdasarkan Simanjuntak (2011) :

H adalah ketinggian air pada elevasi normal dikurangi elevasi di bendungan dan

dikurangi elevasi di pembuangan. Elevasi standar di tail race atau dipembuangan

adalah 113 m, elevasi efektif = 103 meter dan elevasi rendah berada pada 97

meter, sehingga didapatkan hasil :

H = 215 – 103 – 5,2

H = 106,8 meter

Berkaitan dengan operasional waduk untuk kebutuhan pembangkitan listrik, jika

batasan TMA (tinggi muka air) sudah terpenuhi (antara 205 s/d 220 m), maka

Page 7: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

97

pengaturan untuk daya yang dibangkitkan adalah melalui pengaturan debit air

yang masuk ke turbin (mekanisme pembukaan Guide Vane), yang berarti bahwa

flow atau debit air sudah diatur sesuai dengan kapasitas turbin dan listrik yang

ingin dihasilkan. Nilai debit ait tersebut adalah :

Q = 135 m3/s

Maka :

Oleh karena adanya efesiensi generator, maka hasil produksi listrik tersebut akan

dikalikan dengan efesiensi generator sebesar 98%, sehingga :

Dengan perhitungan elevasi standar inilah maka produksi listrik Cirata yang

mampu dihasilkan sebesar 126 MW per turbin. Oleh karena PLTA Cirata

memiliki 8 turbin, sehingga total kapasitas listrik terpasang yang mampu

dihasilkan sebesar 1.008 MW.

Jadi TMA sangat mempengaruhi produksi listrik, selama batasan TMA

terpenuhi (elevasi normal 205 – 220 m), maka operasional pembangkit bisa

difungsikan. Ketika TMA semakin menurun dan alat pembangkit terus menerus

difungsikan, disinilah peran P3B dalam sistem kaskade Citarum mengatur

permintaan produksi listrik. TMA ini sangat dipengarui oleh curah hujan. Oleh

karena itu kondisi curah hujan menjadi pantauan yang mutlak dilakukan dalam

perencanaan produksi listrik. Bekerjasama dengan lembaga meteorologi, PT. PJB

melakukan pantauan perkiraan curah hujan di daerah Jawa Barat dan sekitarnya.

Berdasarkan data curah hujan rata-rata tahunan seperti pada gambar dibawah ini,

menunjukkan bahwa selama tahun 1994 - 2011 rata-rata curah hujan sebesar

1959,67 mm/tahun. Angka curah hujan relatif rendah di tahun 1997, 1999, 2006

Page 8: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

98

dan 2009, dan curah hujan yang cukup tinggi di tahun 2011 seperti yang terlihat

dalam Gambar 20.

Gambar 20. Data Curah Hujan Rata-rata dari tahun 1994 s/d 2011

Gambar 21. Data Produksi Gross Listrik Tahunan dari 1988 s/d 2011 (MwH)

Jika data curah hujan dibandingkan dengan produksi listrik seperti yang

terlihat pada Gambar 21, maka trend produksi listrik mengikuti alur curah hujan.

Oleh karena peningkatan/penurunan curah hujan dapat mempengaruhi tinggi

muka air waduk yang pada akhirnya mempengaruhi produksi listrik. Selain curah

hujan yang pengukurannya di anak-anak sungai yang bermuara ke waduk, tinggi

Page 9: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

99

muka air waduk juga dipengaruhi oleh keluaran Waduk Saguling (yang

merupakan inflow Waduk Cirata) dan tingkat sedimentasi di waduk. Jika

sedimentasi di waduk tinggi maka mempengaruhi kapasitas tampungan waduk

yang pada akhirnya mempengaruhi tinggi muka air waduk. Oleh karena cuaca

sulit diprediksi dan siklus musim tidak teratur sehingga produksi listrik setiap

tahun akan berbeda. Selain itu kesiapan pembangkit thermal (base load) juga

mempengaruhi pengoperasian PLTA Cirata. Jika pembangkit thermal berkapasitas

besar dalam kondisi outage (keluar dari sistem) atau ada gangguan transmisi 500

kV (sutet tegangan tinggi) maka PLTA Cirata akan dioperasikan base load

sehingga produksi akan meningkat.

Terjadinya penurunan curah hujan yang drastis pada tahun 1997

dipengaruhi oleh musim, adanya gejala el nino menyebabkan beberapa wilayah di

Indonesia mengalami kekeringan. PLTA Cirata pun mendapat dampak dari

adanya gejala el nino tersebut, sehingga produksi listrik turun drastis pada level

858.040 MwH. Di tahun 2010-2011, terjadi gejala yang berkebalikan, dimana

pada tahun tersebut curah hujan saat tinggi, dan PLTA difungsikan maksimum.

Bagian terpenting dari suatu waduk adalah besarnya kapasitas tampungan

mati (dead storage). Kapasitas tampungan mati tersebut mempunyai batas masa

layan yang telah direncanakan sejak awal pembangunannya. Apabila batas masa

layan ini terlampaui berarti kapasitas tampungan matinya diperkirakan sudah

tertutup penuh oleh sedimen dan waduk berfungsi sebagai waduk runoff.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari PT. PJB dalam Laporan

pengukuran sedimentasi, maka dapat diprediksi umur layanan waduk. Untuk

menghitung perkiraan sisa umur layan waduk menggunakan rumus sebagai

berikut:

Vs = Vp – Va

Dimana : Vs = Volume sedimen yang diendapkan (m3)

Vp = Volume waduk pada saat perencanaan (m3)

Va = Volume waduk aktual (m3)

Page 10: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

100

Berdasarkan rumus diatas, dapat dihitung besarnya volume sedimen yang

diendapkan pada elevasi +185 yaitu sebesar 123 juta m3, pada elevasi +205 m

sebesar 117 juta m3 dan pada elevasi +220 m sebesar 146 juta m

3. Dengan rumus

tingkat laju sedimentasi waduk, maka dapat dihitung pada elevasi +185 m sebesar

6,15 juta m3/tahun, pada elevasi +205 sebesar 5,85 juta m

3/tahun dan pada elevasi

+220 m sebesar 7,3 juta m3/tahun. Dengan rumus diatas maka dapat diperkirakan

bahwa sisa umur layan waduk pada elevasi +185, +205 dan +220 adalah berturut-

turut 60 tahun, 180 tahun dan 250 tahun. Perhitungan tersebut didasarkan pada

asumsi bahwa laju sedimentasi tidak bertambah dari tahun ke tahun dan kondisi

hutan, tata guna lahan di daerah aliran sungai Citarum hulu dan wilayah sabuk

hijau (green belt) di sekeliling Waduk Cirata tidak lebih buruk dari kondisi

sekarang. Berikut ini adalah matriks perhitungan umur layanan waduk :

Gambar 22. Ilustrasi Umur Layan Waduk Setelah Pengukuran Sedimentasi 2007

7.3 Perhitungan Estimasi Kerugian

Perhitungan estimasi kerugian PLTA akibat sedimentasi dapat dilakukan

dengan dua pendekatan, yaitu productivity approach dan Benefit Cost Analysis.

Benefit cost analysis merupakan pendekatan dengan membandingkan ratio antara

keuntungan yang dihasilkan, dalam hal ini produksi listrik dan biaya yang

dikeluarkan untuk memproduksi listrik. Pendekatan ini membutuhkan data-data

berbagai macam pengeluaran (cost) dalam memproduksi listrik dan benefit yang

Page 11: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

101

diperoleh dalam usaha penjualan produksi listrik. Productivity approach

membutuhkan data produksi dan analisis dilakukan dengan melihat trend produksi

yang dihasilkan. Adanya gap atau penurunan/peningkatan produksi

mengindikasikan adanya potensi kerugian/keuntungan. Dalam penelitian ini

dilakukan kombinasi diantara dua pendekatan tersebut, produktivity approach dan

benefit cost analysis. Hal ini karena produktivitas listrik yang dihasilkan sangat

dipengaruhi oleh curah hujan, kesepakatan dalam kelompok P3B, sistem

interkoneksi Jawa-Bali, faktor-faktor managemen dan politis. Sementara itu

benefit cost analysis membutuhkan data-data keuangan yang kemungkinan sulit

diperoleh secara lengkap dan berurutan sesuai waktu beroperasinya pembangkit.

7.3.1 Analisis Benefit

Pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh data benefit adalah dengan

melihat data produksi listrik dan mencari data harga jual listrik dari produsen ke

perusahaan listrik. PT. PJB memiliki dokumentasi data produksi yang lengkap,

customize dan bisa diakses pihak luar. Data yang diperoleh untuk produksi listrik

tersedia dari mulai awal pembangkit beroperasi ditahun 1988 sampai dengan

tahun 2011 dalam satuan MwH. Data produksi listrik tersebut merupakan data

gross yang belum mempertimbangkan susut trafo (kehilangan energi dalam

transmisi distribusi) dan pemakaian sendiri. Berdasarkan hasil analisis data

produksi, rata-rata susut trafo dan pemakaian sendiri kurang dari 10 persen

terhadap produksi gross. Oleh karena itu Tabel 25 dibawah ini berisi data produksi

gross, produksi net, rata-rata produksi dan data penjualan.

Data penjualan diperoleh dengan mengalikan produksi listrik net dan harga

jual listrik kepada PT. PLN (Persero). Penjualan listrik ini dilakukan melalui

hubungan kerjasama yang istimewa. Penentuan harga ditetapkan berdasarkan

perhitungan komponen harga tetap kapasitas, harga tetap operasi dan

pemeliharaan, harga bahan bakar, tingkat pasokan energi, serta variabel lainnya.

Menurut Laporan Tahunan PT. PJB Tahun 2010, harga jual listrik Rp679,00/KwH

lebih rendah dibandingkan harga tahun 2009 yang ditetapkan sebesar

Rp680,00/KwH. Berdasarkan data rata-rata harga jual listrik dalam 10 tahun

terakhir (2000-2010), diperoleh rata-rata harga jual Rp399,00/KwH. Oleh karena

Page 12: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

102

itu untuk perhitungan benefit perusahaan ditetapkan harga jual listrik sebesar

Rp350,00/KwH.

Tabel 25. Data Produksi Listrik Gross, Estimasi Produksi Listrik Netto dan

Penjualan Listrik dari Tahun 1988-2011

TAHUN

Prod. Gross

(MwH)

Prod. Netto

(MwH)

Rata-rata

(MwH) Data Penjualan (Rp)

1988 797.464 717.718 72.497 251.201.160.000

1989 1.258.056 1.132.250 104.838 396.287.640.000

1990 1.253.904 1.128.514 104.492 394.979.760.000

1991 1.106.550 995.895 92.213 348.563.250.000

1992 1.799.207 1.619.286 149.934 566.750.205.000

1993 1.607.459 1.446.713 133.955 506.349.585.000

1994 1.488.516 1.339.664 124.043 468.882.540.000

1995 1.402.533 1.262.280 116.878 441.797.895.000

1996 1.481.659 1.333.493 123.472 466.722.585.000

1997 858.040 772.236 71.503 270.282.600.000

1998 1.731.668 1.558.501 144.306 545.475.420.000

1999 1.357.189 1.221.470 113.099 427.514.535.000

2000 1.292.114 1.162.903 107.676 407.015.910.000

2001 1.691.325 1.522.193 140.944 532.767.375.000

2002 1.369.796 1.232.816 114.150 431.485.740.000

2003 956.810 861.129 79.734 301.395.150.000

2004 1.140.901 1.026.811 95.075 359.383.815.000

2005 1.374.487 1.237.038 114.541 432.963.405.000

2006 891.707 802.536 74.309 280.887.705.000

2007 1.110.929 999.836 92.577 349.942.635.000

2008 1.216.975 1.095.278 101.415 383.347.125.000

2009 1.291.748 1.162.573 107.646 406.900.620.000

2010 2.401.036 2.160.932 200.086 756.326.340.000

2011 1.068.098 961.288 89.008 336.450.870.000

Rata-rata 1.331.174 1.198.056 111.183 419.319.744.375

Sumber : Data PT. PJB yang diolah (2012)

Untuk mendapatkan gambaran benefit sampai dengan akhir proyek, maka

dilakukan ektrapolasi data berdasarkan data benefit diatas. Ektrapolasi dilakukan

dengan membuat model regresi variabel tunggal yaitu waktu. Model yang

diperoleh dapat memberikan gambaran estimasi benefit yang diperoleh PT. PJB

sampai dengan akhir proyek. Hasil ektrapolasi benefit sampai dengan tahun 2075

(87 tahun) dapat dilihat pada Lampiran 10.

Page 13: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

103

7.3.2 Analisis Cost

Identifikasi selanjutnya adalah identifikasi cost/biaya operasional dan

maintenance yang harus dikeluarkan oleh PT. PJB untuk kegiatan produksi listrik.

Komponen biaya operasional secara keseluruhan meliputi : pemeliharaan saluran

air, pemeliharaan instalasi, pemeliharaan saluran, pemeliharaan unit umum dan

pemeliharaan unit bisnis. Komponen biaya maintenance meliputi pembelian suku

cadang, pemakaian umum, pembelian alat kontrol/instrumen dan pembelian suku

cadang mesin.

Tabel 26. Estimasi Cost Operasional&Maintenance vs Cost Karena Sedimentasi

Tahun Pemeliharaan

Saluran Air Biaya Operasional BPWC Total Ops&Maint Cost

2000 33.265.008 11.000.000.000 66.259.872.801

2001 32.380.000 11.550.000.000 81.071.635.377

2002 - 12.127.500.000 937.969.435.328

2003 - 12.733.875.000 283.015.367.013

2004 - 13.370.568.750 261.525.906.695

2005 - 14.039.097.188 265.840.403.730

2006 239.804.100 14.741.052.047 291.854.686.832

2007 1.262.209.854 15.478.104.649 270.217.636.678

2008 667.491.400 16.252.009.882 284.391.251.046

2009 - 17.064.610.376 265.824.163.151

2010 - 17.917.840.895 283.846.488.948

2011 2.956.764.047 18.813.732.939 279.710.170.503

Rata-rata 432.659.534 14.590.699.310 297.627.251.509

Sumber : Data Primer yang diolah (2012)

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf keuangan, jenis biaya yang

harus dikeluarkan berkaitan dengan akibat sedimentasi adalah pembersihan

saluran air. Biaya pembersihan saluran air ini bukanlah merupakan pengeluaran

rutin setiap tahun, hanya pengeluaran tentatif yang diperlukan jika terjadi

sumbatan atau kerusakan saluran air. Oleh karena tingkat sedimentasi berkaitan

dengan tata kelola waduk, maka PT. PJB memberikan kewenangan kepada

BPWC sebagai anak perusahaan PT PJB UP Cirata untuk mengatur dan

memastikan kualitas dan kuantitas air waduk dengan biaya operasional rutin

BPWC berasal dari PT. PJB sebesar Rp. 11-15 milyar/tahun. Informasi ini akan

dimasukkan dalam operasional cost untuk menangani sedimentasi. Tabel 25 diatas

Page 14: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

104

merupakan data simulasi dari biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengatasi

sedimentasi dan biaya-biaya operasional dan maintenance secara keseluruhan

berdasarkan hasil wawancara dengan staf keuangan dan staf BPWC.

Berdasarkan Tabel 26 diatas, pengeluaran untuk pembersihan saluran air

pada tahun 2007 cukup besar oleh karena adanya kerusakan pada salah satu turbin

sehingga mempengaruhi saluran air; sedangkan pada tahun 2011 juga terdapat

pengeluaran yang cukup besar karena adanya kegiatan overhaul/pemeriksaan dan

penggantian secara menyeluruh alat pembangkit termasuk pembersihan dan

perawatan saluran air.

Komposisi biaya operasional BPWC pada kolom kedua, berdasarkan hasil

wawancara dengan staf BPWC, yang berkaitan dengan kegiatan mengatasi

sedimentasi terdiri dari biaya penghijauan sekitar waduk sebesar

Rp250.000.000,00/tahun yang terdiri dari biaya pengadaan bibit sebesar

Rp150.000.000,00 dan biaya pemeliharaan sebesar Rp80.000.000,00. Biaya

penanggulangan sampah sebanyak Rp200.000.000 – 300.000.000,00/bulan atau

sekitar 3 milyar rupiah/tahun. Dana penanggulangan sampah tersebut dikeluarkan

untuk menggaji tenaga sukarelawan yang memungut/mengambil sampah di danau

di 7 titik lokasi, pengadaan perahu dan motor tempel.

Kolom ke-4 (Empat) pada tabel diatas, merupakan biaya keseluruhan yang

dikeluarkan oleh PT PJB dalam memproduksi listrik. Biaya tersebut terdiri dari

biaya operasional, biaya pemeliharaan pembangkit, termasuk beban biaya

penyusutan, beban pegawai dan beban lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara dan

verifikasi Laporan Tahunan PT. PJB secara cooperate, beban biaya penyusutan,

beban pegawai dan beban lain-lainnya berkisar 40-60 persen dari beban biaya

maintenance dan operasional. Menurut keterangan staf enjinering, biaya

pemeliharaan pembangkit mengalami trend yang meningkat dari tahun ke tahun.

Pada pemeriksaan menyeluruh alat pembangkit (over haul) yang dilaksanakan

pada tahun 2011, beberapa bagian alat pembangkit mengalami korosivitas yang

lebih cepat dari spesifikasi pabrik. Hal ini terjadi karena kualitas air yang buruk

dan banyak mengandung unsur logam berat.

Page 15: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

105

Untuk melihat perbandingan biaya secara umum, biaya pemeliharan

saluran air, biaya maintenance dan operasional pembangkit, dan biaya BPWC

dalam mengatasi sedimentasi, dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 23. Perbandingan Biaya Penanggulanan Sedimentasi vs Total Biaya

Operational&Maintenance

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa biaya operasional dan maintenance

cenderung meningkat sepanjang sepuluh tahun terakhir. Begitu pula dengan biaya

yang dikeluarkan oleh PT. PJB dalam mengatasi sedimentasi juga menunjukkan

trend peningkatan. Ekstrapolasi cost juga dilakukan untuk mengestimasi biaya

yang dikeluarkan sampai dengan akhir proyek, yang dilampirkan pada Lampiran

11 (Sebelas).

7.3.3 Analisis Kerugian

Secara umum biaya operasional dan maintenance memang mengalami

trend peningkatan, namun hal ini tidak bisa dijadikan dasar untuk perhitungan

kerugian spesifik karena sedimentasi. Oleh karena biaya operasional dan

maintenance merupakan kumulatif dari seluruh pembiayaan yang terjadi termasuk

dalam mengatasi korosivitas dan beban lain.

Sesuai hubungan antara elevasi, sedimentasi dan produksi listrik, serta

analisis biaya yang dikeluarkan PT. PJB berkaitan dengan sedimentantasi maka

Page 16: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

106

dapat disimpulkan bahwa PLTA sampai dengan saat ini belum mengalami

kerugian akibat sedimentasi, oleh karena TMA masih dalam batasan yang wajar

(elevasi normal), sehingga produksi listrik tetap dapat berjalan. Namun akumulasi

sedimentasi sebesar 146 juta m3 tersebut berpotensi mengurangi produksi listrik

karena masa layan waduk yang berkurang. Jika laju sedimentasi berdasarkan

pengukuran 2007 dianggap konstan, artinya laju sedimentasi tidak bertambah dari

tahun ke tahun, maka diperkirakan dead storage waduk terisi penuh oleh lapisan

sediment dalam waktu 60 tahun lagi. Oleh karena umur waduk dari mulai

beroperasi (1988-2012) telah berumur 19 tahun, dan laju sedimentasi berdasarkan

perencanaan sebesar 5,3 juta m3/tahun, maka dengan kapasitas 491 juta m

3,

direncanakan umur waduk mencapai 87 tahun (lihat perhitungan gambar). Dengan

perencanaan 87 tahun dan umur waduk saat ini sudah berlangsung 19 tahun, maka

umur waduk tahun 2012 ini tinggal 68 tahun. Berdasarkan perhitungan umur

layan waduk tahun 2007 dalam Laporan Hasil Sedimentasi PT. PJB (2008) yang

hanya tinggal 60 tahun, maka waduk mengalami 8 (Delapan) tahun masa

layanannya. Berikut ini tabel yang memudahkan perhitungan masa layan yang

hilang dari hasi data sedimentasi yang diperoleh dari PT. PJB :

Tabel 27. Data Perhitungan Masa Layan Waduk yang Hilang Akibat Sedimentasi

Parameter Perencanaan 1988 Pengukuran Sedimentasi 2007

Volume waduk (Juta m3) 491 368

Sediment Rate (m3/tahun) 5,6 6,16

Umur layan (tahun) 87 60

Masa layan yang hilang (thn) 8 Sumber : Data PJB dan hasil analisis (2012)

Berdasarkan perhitungan berkurangnya masa layan waduk, maka dapat

dihitung kerugian PLTA akibat sedimentasi karena berpeluang tidak dapat

berproduksi selama Delapan tahun, dengan cara melakukan ektrapolasi pada data

benefit dan cost diatas, sehingga diperoleh benefit dan cost dari awal tahun

beroperasinya waduk (1988) sampai berakhirnya waduk di tahun 2075.

Perhitungan ektrapolasi dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11. Hasil ektrapolasi

cost dan benefit kemudian di buat NPV untuk mengetahui nilai uang pada masa

sekarang. Perhitungan NPV hasil ektrapolasi dapat dilihat pada lampiran 12 dan

13. Delapan tahun terakhir yaitu 2068-2075 merupakan potensi kerugian PLTA

Page 17: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

107

karena tidak bisa beroperasi. Nilai benefit yang hilang pada tahun tersebut

dijumlahkan dan dikurangi dengan data cost yang diperoleh dengan cara yang

sama. Maka diperoleh nilai penjumlahan benefit dari tahun 2068 – 2075 sebesar

Rp12.257.461.933,00 dan nilai penjumlahan cost pada tahun 2068 – 2075 sebesar

Rp445.425.748,00. Hasil pengurangan penjumlahan benefit dan cost merupakan

nilai kerugian PLTA karena sedimentasi yaitu sebesar Rp11.812.036.184,00

(11 milyar rupiah).

Nilai diatas dapat dijadikan acuan bagi pemegang kebijakan PT. PJB

dalam mengatasi masalah sedimentasi saat ini, misalnya dengan melakukan

pengerukan. Jika biaya pengerukan saat ini lebih kecil dari nilai diatas, maka hal

tersebut dapat dilakukan agar perusahaan dapat memperpanjang umur waduk

selama 8 tahun dan mengantisipasi kerugian. Jika nilai pengerukan sedimentasi

melebihi nilai diatas, maka perlu dipertimbangkan upaya-upaya lain untuk

menekan laju sedimentasi agar bisa memperpanjang umur waduk.

Jika upaya-upaya mengatasi sedimentasi tidak membuahkan hasil, apa

yang akan terjadi jika dead storage sudah terisi penuh dengan sedimen?

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf PT. PJB, untuk mengantisipasi

keamanan bendungan maka produksi listrik akan dihentikan. Pada masa itulah

waduk saatnya ditutup dan mulai perencanaan membuka waduk baru. Berikut ini

adalah analisis financial untuk pertimbangan pembangunan waduk baru

berdasarkan data benefit dan cost diatas :

Tabel. 28 Analisis Financial Pembangunan Waduk Baru

KETERANGAN BIAYA

Biaya Pembangunan Cirata 1 dan 2 8.786.123.965.355

Benefit selama 60 tahun 44.397.183.828.022

Cost selama 60 tahun 567.700.535.048

Net surplus : Benefit - cost 43.829.483.292.974

Sisa surplus - biaya pembangunan 35.043.359.327.639 Sumber : Hasil Analisis Data Discounting Benefit dan Cost

Berdasarkan data diatas, jika perusahaan tidak melakukan upaya apapun

dalam mengatasi sedimentasi saat ini, maka diperkirakan waduk akan tutup

ditahun 2067 atau 60 tahun lagi. Pada masa tersebut terdapat net surplus dari

perhitungan benefit dikurangi dengan cost sebesar Rp43.829.483.292.974,00

Page 18: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

108

(43 triliun rupiah). Biaya pembangunan waduk pada tahun 1988 diperkirakan

sebesar Rp8.786.123.965.355,00 (8 triliun rupiah); maka jika net surplus

dikurangi biaya untuk membangun waduk baru, diperkirakan masih terdapat sisa

surplus sebesar Rp35.043.359.327.639,00 (35 triliun rupiah)

Pembangunan waduk baru ini sangat penting karena relevansi

pembangunan bendungan baru seringkali dikaitkan dengan peningkatan ekonomi

suatu negara. Fungsi bendungan selain untuk penerangan, juga memenuhi pasokan

listrik yang memiliki arti penting dalam pertumbuhan ekonomi. Konsumsi listrik

akan mendorong peningkatan aktivitas ekonomi yang berdampak pada output

perekonomian. Pertumbuhan output ini pada akhirnya akan mendorong

peningkatan permintaan akan energi listrik. Untuk itu ketersediaan sumber-

sumber listrik masih terus diperlukan untuk meningkatkan perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat. Belum lagi ditambah dengan jumlah penduduk yang

terus meningkat membutuhkan lebih banyak pasokan listrik terutama yang berasal

dari sumber terbaharukan seperti air.

Energi listrik yang berasal dari tenaga air cenderung lebih diutamakan

karena beberapa keuntungan antara lain : (i) Bahan bakar jenis air ini sama sekali

tidak habis terpakai ataupun berubah menjadi sesuatu yang lain, seperti PLTU

contohnya yang menggunakan bahan bakar batu bara akan menghadapi masalah

pembuangan limbahnya berupa abu batu bara. Air yang merupakan bahan bakar

untuk listrik ini melimpas melalui turbin, tanpa kehilangan kemampuan pelayanan

untuk wilayah di hilirnya. Air masih mampu mengairi sawah-sawah ataupun

bahan baku air minum. (ii) Biaya pengoperasian PLTA lebih rendah jika

dibandingkan dengan PLTN atau PLTU. (iii) Turbin-turbin pada PLTA bisa

dioperasikan ataupun dihentikan pengoperasiannya setiap saat. Hal ini tidak

mungkin pada PLTU dan PLTN. Dengan tehnik perencanaan yang baik

pembangkit listrik dapat menghasilkan tenaga dengan efesiensi yang sangat tinggi

meskipun fluktuasi beban cukup besar. (iv) Teknologi PLTA cukup sederhana,

dapat dimengerti dan mudah untuk dioperasikan. Ketangguhan sistemnya dapat

lebih diandalkan dibandingkan sumber-sumber daya lainnya. (v) Peralatan PLTA

yang mutakhir, umumnya memiliki peluang yang besar untuk bisa dioperasikan

selama lebih dari 50 tahun. Hal ini cukup bersaing jika dibandingkan dengan umur

Page 19: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

109

efektif dari PLTN yang sekitar 30 tahun. (vi) Pengembangan PLTA dengan

memanfaatkan arus sungai dapat menimbulkan manfaat lain seperti pariwisata,

perikanan, irigasi pertanian dan pengendali banjir (Dandekar&Sharma, 1991).

Tentu saja berbagai keuntungan diatas tidak terlepas dari beberapa

kelemahan dalam proses pembangunannya, antara lain yang paling menonjol

adalah : Pertama, semua program PLTA merupakan program padat modal,

sehingga laju pengembalian modal proyek PLTA rendah. Kedua, masa persiapan

suatu proyek PLTA pada umumnya memakan waktu yang cukup lama, kurang

lebih sepuluh sampai dengan lima belas tahun dari mulai persiapan hingga

pengoperasiannya. Ketiga, PLTA sangat tergantung pada aliran sungai secara

alamiah, sedangkan aliran sungai tersebut sangat bervariasi, banyak faktor yang

menyebabkan variasi tersebut, misalnya adanya erosi di hulu, limbah rumah

tangga/indutri/perikanan, dan lain sebagainya. Keempat, timbulnya dampak sosial

dari pembangunan bendungan besar jika harus merelokasi masyarakat dari

wilayah tempat tinggal mereka (Dandekar&Sharma, 1991).

Goldsmith&Hilyard (1993) pernah meneliti dampak sosial dan lingkungan

dari pembangunan bendungan-bendungan raksasa di seluruh dunia. Mereka

mengatakan bahwa lebih banyak kerugian yang diderita oleh masyarakat maupun

lingkungan akibat pembangunan bendungan besar, dibandingkan keuntungan

jangka pendek yang dihasilkan dari bendungan-bendungan tersebut. Dampak

sosial yang dikaji dari pembangunan bendungan besar di negara-negara maju dan

berkembang antara lain : masalah pembebasan lahan yang biasanya tidak

menguntungkan masyarakat, masalah pemukiman kembali bagi masyarakat yang

terkena dampak genangan, karena biasanya mereka mendapatkan tanah yang

kurang subur; kehancuran sosial dan budaya masyarakat setempat.

Pokok masalah yang disampaikan oleh Goldsmith&Hilyard (1993) dalam

penelitian tentang pembangunan bendungan-bendungan besar di seluruh dunia

ternyata pembangunan bendungan yang dibuat dengan tujuan irigasi tidaklah

sepenuhnya memberikan peningkatan produksi pangan, karena dalam jangka

panjang program irigasi tersebut telah mengubah areal luas tanah subur menjadi

gurun pasir yang berlapis garam dan betapa industri yang bertenaga bendungan ini

selanjutnya mengacaukan suplai bahan pangan karena terjadinya pencemaran dan

Page 20: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

110

merusak tanah pertanian. Sejumlah orang terpaksa harus dipindahkan dari rumah-

rumah mereka agar di tempat itu dapat dibangun waduk; kehidupan sosial mereka

menjadi berantakan dan kebudayaan mereka dihancurkan. Kesehatan mereka pun

dipertaruhkan karena mendapat ancaman baru berupa bahaya penyakit-penyakit

yang ditimbulkan oleh air waduk seperti malaria, schistosomiasis, filariasis, diare,

dll. Selain itu dewasa ini bendungan-bendungan tersebut dicurigai memicu

terjadinya gempa dan gagal mengendalikan banjir dan malah menurunkan kualitas

air yang diperlukan oleh ratusan orang. Pada akhirnya ahli waris yang

sesungguhnya dari program bendungan besar dan pengembangan air ini adalah

perusahaan-perusahaan multinasional besar, elit-elit di dunia ketiga dan para

politisi negara.

Dari sisi lingkungan, keberadaan bendungan besar menurut

Goldsmith&Hilyard (1993) telah menghilangkan tanah dan kehidupan

margasatwa di bagian hulu, menghilangkan endapan lumpur dan kesuburan di

bagian hilir. Plasma nutfah yang hilang dari keunikan wilayah tropis dan

biodiversitas berbagai tumbuhan dan hewan yang ikut punah terendam air waduk.

Ekosistem yang harus berubah digantikan dengan ekosistem baru dimana

beberapa spesies harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Seringkali

yang terjadi spesies endemik atau asli setempat tidak dapat menyesuaikan diri dan

akhirnya punah digantikan oleh spesies invasif yang memang sengaja dimasukkan

dalam ekosistem baru tersebut untuk kepentingan kehidupan manusia. Contohnya

adalah budidaya ikan mas telah menggantikan ikan-ikan endemik seperti ikan

nilem, benter, kalawak, dan tawes.

Masalah lingkungan lain yang kemudian akan timbul dalam jangka

panjang adalah salinitas yang tinggi dan sedimentasi di waduk. Banyak studi yang

menerangkan bahwa masalah utama waduk terutama di daerah tropis lebih rentan

mengalami sedimentasi karena tingkat konversi hutan dan penggundulan hutan

yang menyebabkan tingkat erosi lebih tinggi dibandingkan yang telah

direncanakan. Waduk Peligre di Haiti yang memanfaatkan sungai Artibonite

diperkirakan dapat bertahan untuk masa 50 tahun, namun dalam 30 tahun

bendungan tersebut harus ditutup karena sedimentasi. Bendungan tersebut akan

meninggalkan tanah berlumpur luas yang tidak bisa ditanami. Sedimentasi

Page 21: BAB 7 ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI PLTA - repository.ipb.ac.id · ... (Buku Saku Panduan Magang PT. ... berada di bawah anak perusahaan PJB yaitu PT. ... Data Pengukuran Sedimentasi

111

sebelum waktunya sangat mempengaruhi nilai ekonomis bendungan. Biaya akhir

pembangunan bendungan sangatlah besar, jika terjadi penutupan waduk lebih

cepat, tentunya pengembalian hutang pembangunan tidak tercapai.

Walaupun terdapat net surplus dari pembangunan waduk baru, dan adanya

kebutuhan yang mendesak terhadap energi seiring dengan pertumbuhan ekonomi

dan penduduk, namun dalam pembangunannya kita perlu juga

mempertimbangkan dampak-dampak sosial seperti diatas.