68 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Operasi Penangkapan 5.1.1. Persiapan di Darat CV. Sari Usaha Bitung memiliki beberapa staff tenaga kerja yang mendapat tugas dan tanggung jawabnya masing – masing diantaranya adalah bagian operasional dan logistik. Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan operasi penangkapan terlebih dahulu bagian operasional dan logistik mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh KM. Sinar Bahari sebelum keberangkatan kapal menuju fishing ground, yaitu diawali terlebih dahulu dengan perencanaan dan persiapan agar dalam pelaksanaan pada saat kapal berlayar dan melakukan operasi penangkapan tidak terjadi kendala teknis seperti terdapatnya kekurangan kebutuhan dalam operasi penangkapan. Adapun persiapan : 1. Mempersiapkan surat – surat kapal dan pengurusan dokumen – dokumen berupa Surat Ijin Berlayar (SIB) dan Sijil Awak Kapal kepada pejabat yang berwenang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
68
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Operasi Penangkapan
5.1.1. Persiapan di Darat
CV. Sari Usaha Bitung memiliki beberapa staff tenaga kerja yang
mendapat tugas dan tanggung jawabnya masing – masing diantaranya adalah
bagian operasional dan logistik. Dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan operasi penangkapan terlebih dahulu bagian operasional dan
logistik mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh KM. Sinar Bahari
sebelum keberangkatan kapal menuju fishing ground, yaitu diawali terlebih
dahulu dengan perencanaan dan persiapan agar dalam pelaksanaan pada saat
kapal berlayar dan melakukan operasi penangkapan tidak terjadi kendala teknis
seperti terdapatnya kekurangan kebutuhan dalam operasi penangkapan. Adapun
persiapan :
1. Mempersiapkan surat – surat kapal dan pengurusan dokumen – dokumen
berupa Surat Ijin Berlayar (SIB) dan Sijil Awak Kapal kepada pejabat yang
berwenang atau instansi yang berwenang dalam hal ini dinas kesyahbandaran
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung,
2. Pengisian bahan bakar, es, air tawar dan perbekalan makanan yang diperlukan
selama satu trip operasi. Bahan bakar solar yang dibutuhkan sekitar 7.000 liter
dengan harga Rp. 4.725/liter, bensin 50 liter dan es yang dibutuhkan setiap
satu trip rata - rata 175 balok dengan harga Rp. 12.000/ kg dengan berat tiap
balok 50 kg.
69
3. Pengecekan kelengkapan alat tangkap, mesin, alat bantú penangkapan dan
perlengkapan navigasi.
5.1.2 Persiapan di laut
Sebelum kapal menuju daerah penangkapan telebih dahulu kapal
menyediakan umpan hidup yang merupakan faktor utama keberhasilan
penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis).
5.1.2.1. Pengambilan umpan hidup
Umpan hidup merupakan faktor utama dalam pengoperasian huhate (pole
and line), karena dengan umpan hidup akan memudahkan memancing cakalang
untuk mendekati kapal dan naik ke permukaan laut.
Pengambilan umpan hidup dilakukan dalam dua tahap dan pada umumnya
dilakukan pada malam hari. Tahapan tersebut antara lain :
1. Tahap penanganan umpan dari bagan apung
Pengangkatan umpan hidup dari bagan apung dilakukan oleh dua orang
ABK jaga, pertama kantong jaring bagan yang berisi umpan diperkecil agar
mempermudah pada saat pengambilan umpan untuk dipindahkan ke bak
penampung umpan hidup di atas kapal, berikutnya pengambilan umpan dilakukan
dengan mengunakan ember. Umpan hidup tersebut diperoleh dengan membeli
dari bagan – bagan umpan milik nelayan yang tinggal di pesisir pantai, Sistim
pembeliannya dengan dua cara yaitu sistim borong dan pembelian dalam hitungan
ember sebesar Rp. 50.000 – Rp.100.000 per ember.
70
Dalam operasinya KM. Sinar Bahari memerlukan sekitar 190 – 200 ember
umpan hidup atau sekiatar 9.500 – 10.000 liter umpan hidup dimana 1 ember
berisi 50 liter atau 15 – 20 ekor per liter.
Ketika jaring mulai diangkat dari dalam air, kondisi ikan umpan masih
dalam keadaan tenang karena belum sadar akan keberadaanya yang sudah
terkurung oleh jaring. Ketika jaring mulai di angkat maka ruang gerak umpan
akan terbatas sehingga mengakibatkan umpan mengalami shock dan akan
bergerak kesegala arah. Untuk mencegah hal itu, maka diusahakan ruang gerak
umpan tersebut tidak terlalu sempit dan jaring diusahakan oleh ABK jaga agar
tidak terlipat, karena apabila hal itu terjadi maka ikan umpan akan terjepit. Salah
satu cara/usaha para ABK KM. Sinar Bahari untuk menghindari kondisi ini adalah
dengan menarik jaring sesuai dengan banyaknya umpan yang tertangkap. Jika
umpan banyak maka jaring sisa penarikan dibuat lebih besar dan bentuk jaring di
buat sebaik mungkin agar airnya tidak terlalu kering atau terlalu sedikit karena
umpan yang berada dalam jaring sedikit airnya biasanya menyebabkan terjadinya
gesekan antara ikan - ikan tersebut selanjutnya menyebabkan ikan akan
kehilangan sisik atau terluka. Kerusakan fisik sering juga terjadi pada saat
pemindahan umpan dari bagan ke dalam bak penampung umpan, oleh karena itu
saat pemindahan umpan juru umpan (boi – boi) selalu mengontrol proses
pemindahannya jangan sampai pengisian setiap embernya terlalu padat dan
mengakibatkan ikan umpan tersebut berdesak - desakkan dan sisiknya dapat
terkelupas. Apabila penanganan ini tidak diperhatikan, umpan akan cepat mati,
meskipun ada yang masih hidup pada waktu pemancingan, tetapi umpan hidup
71
tersebut sudah tidak efektif lagi untuk dipakai sebagai umpan karena tidak mampu
lagi memberikan refleksi cahaya yang menyolok dalam gerakannya.
Proses pemindahan dari bagan apung ke dalam bak penampung umpan di
KM. Sinar Bahari telah dilakukan dengan benar. Pemindahan umpan hidup
kedalam bak penampung umpan dilakukan sangat hati – hati, yakni dengan cara
ditumpahkan secara perlahan - lahan dan bahkan umpan tersebut dibiarkan keluar
dengan sendirinya dari ember ke dalam bak penampung umpan ketika posisi
ember umpan dicelupkan kedalam bak penampung umpan.
Gambar 20. Pengumpulan Umpan Hidup Pada Bagan Umpan
72
Gambar 21. Pengangkatan Umpan Hidup dari Bagan Umpan
2. Tahap Penanganan Umpan Hidup Di Atas Kapal
Agar ikan umpan hidup yang telah tersimpan di dalam bak penampung
umpan dapat bertahan hidup lebih lama dan pada saat ditebarkan masih dalam
kondisi hidup normal, untuk itu para ABK selalu memperhatikan hal sebagai
berikut :
1). Kepadatan umpan di dalam bak penampung
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh ABK jaga di KM. Sinar Bahari
ialah mengusahakan agar jumlah umpan hidup yang akan dimasukkan ke dalam
bak umpan tidak terlalu padat. Oleh sebab itu jumlah umpan yang dimasukkan
disesuaikan dengan kapasitas bak penampung umpan.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada nakhoda
KM. Sinar Bahari, bahwa kapasitas pada bak penampung umpan untuk
menampung umpan hidup dapat memuat sekitar 190 – 200 ember/ 9500 – 10.000
liter.
73
2). Sirkulasi air
Pengaturan sirkulasi di dalam bak umpan dilakukan agar ikan dapat
membentuk kelompok (schooling) yang baik. Pada KM. Sinar Bahari sirkulasi air
yang dilakukan di dalam bak penampung umpan menggunakan belahan bambu
yang ujungnya sedikit dikeluarkan dari lunas kapal melalui lubang dasar kapal
yang ada pada bak penampung umpan. Dengan kapal bergerak maju, air laut
masuk pada bak penampung melalui belahan bambu dan keluar melalui lubang
yang ditutup dengan saringan (jala – jala) pada bak penampung. Susunan
monofilamen berbentuk seperti jaring yang diikatkan pada besi dengan diameter
lingkaran 10 cm. Untuk mengatur kekuatan sirkulasi air ini dengan cara
memanjangkan atau memendekkan ujung belahan bambu yang berada di luar
lubang dasar kapal, dengan demikian sirkulasi air yang terjadi di dalam bak
penampung umpan tidak terlalu kuat atau terlalu lemah.
Gambar 22. Sirkulasi air di dalam bak penampung umpan hidup
Keterangan : 1. Leper bambu 4. Dinding palkah
2. Lubang pengeluaran air 5. Saringan (jala – jala) 3. Arah gerak kapal 6. Papan dek
74
3). Penerangan pada bak penampung umpan
Sumber cahaya yang dipasang pada bak penampung umpan menggunakan
lampu berkekuatan 20 - 25 watt, adapun aliran listrinya diambil dari anjungan
kapal. Penerangan ini diperlukan pada bak penampung umpan untuk penerangan
pada malam hari hingga menjelang pagi hari, kegunaannya agar umpan hidup
dalam bak penampung menjadi tenang sehingga daya tahan hidup umpanpun
lebih lama.
Pada saat menjelang siang hari lampu pada bak penampung dikeluarkan
oleh ABK jaga yang bertugas pada saat itu, kemudian bak ditutup dengan
mengunakan papan untuk menguragi masuknya cahaya matahari dengan tujuan
agar umpan tidak berpencar dan tenang selama kapal berlayar menuju fishing
ground.
\ (a) (b)
Gambar 23. a). Bak penampung pada malam hari, b). Bak penampung pada siang
hari.
Penanganan umpan hidup pada saat pengoperasian dan saat berada dalam
bak penampung umpan hidup adalah :
75
3). Penangana umpan hidup saat beroperasi
Penanganan yang dilakukan ABK jaga dalam penanganan umpan hidup
saat pengoperasian antara lain, pemberian umpan hidup ke dalam bak penebar
umpan dilakukan secara bertahap dan tidak terlalu banyak. Apabila umpan hidup
yang sudah dimasukkan ke dalam bak penebar ternyata tidak habis dipakai/ditebar
ke laut, maka umpan tersebut oleh ABK akan dimasukkan kembali ke dalam bak
penampung umpan. Biasanya dalam hal ini akan menyebabkan umpan menjadi
lemah dan tidak dapat menarik perhatian ikan cakalang karena sisiknya yang
sudah rusak. Oleh sebab itu banyaknya pemasukan ikan ke dalam bak penebar
umpan dikontrol oleh juru umpan (boi - boi).
Tabel 6. Daerah pengambilan umpan hidup KM. Sinar Bahari
No. DaerahPosisi
Lintang Bujur1 Kinabahutan 010 50' 00’ LU 1250 05' 00’ BT2 Gangga 010 40' 00’ LU 1250 05' 00’ BT3 Trosik 000 24' 00’ LS 1240 12' 00’ BT4 Jiko Blanga 000 27' 00’ LS 1240 29' 00’ BT5 Ratatotok 000 53' 00’ LS 1240 43' 00’ BT6 Pintu Kota 000 54' 00’ LS 1230 43' 00’ BT
Jenis - jenis ikan yang sering digunakan sebagai umpan hidup pada KM.
Sinar Bahari Lampiran 5 :
1. Ikan Teri (Stolephorus commersonii)
2. Ikan Layang (Decapterus russelli)
3. Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa ikan layang ( Decapterus russelli )
merupakan jenis ikan yang paling baik untuk dijadikan sebagai umpan hidup. Hal
ini dikarenakan ikan tersebut memiliki daya tahan hidup yang lama dalam
76
keadaan berdesak – desakkan dalam bak umpan serta ukuran yang sesuai, tetap
aktif bila dilemparkan ke laut. Ditinjau dari tingakah laku makan ikan cakalang
bahwa ukuran jenis layang merupakan umpan yang sesuai dengan selera ikan
cakalang, warna putih keperak – perakkan bila terkena cahaya matahari.
5.1.2.2. Persiapan alat tangkap (huhate)
Sebelum kapal tiba di lokasi daerah penangkapan para ABK telah
mempersiapkan alat tangkap dan memasangnya pada haluan kapal dengan tujuan
bila setibanya di fishing ground para ABK akan menempati posisinya masing –
masing sesuai kemahirannya dalam memancing.
Pada umumnya untuk pemancing yang telah mahir menempati bagian
depan di haluan kapal dan bagi para pemula posisi yang ditempati adalah pada
bagian barisan belakang haluan kapal.
Gambar 24. Persiapan alat tangkap
5.1.3. Pengoperasian penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
77
Operasi penangkapan ikan dilakukan pada saat menjelang matahari terbit
atau sekitar pukul 05.30 – 11.00 WITA dan menjelang matahari terbenam antara
pukul 14.30 – 17.30 WITA. Hal ini menyesuaikan aktivitas makan cakalang yang
diduga dua kali dalam satu hari yakni pagi hari pada saat matahari mulai terbit
dan sore hari saat matahari mulai terbenam. Pada saat – saat itu terjadi perubahan
cahaya (sinar matahari) yang relatif cepat dan kondisi ikan dalam keadaan lapar
sehingga memudahkan pemancingan cakalang di sekitar rumpon.
Selama dalam pelayaran berlangsung menuju fishing ground. Nakhoda
dibantu lima petugas jaga deck atau juru mudi yang dalam setiap empat jam sekali
saling bergantian memegang kemudi sampai kapal tiba di daerah yang menjadi
tujuan penangkapan.
Tahapan operasi penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) antara
lain :
5.1.3.1. Pengintaian
Juru umpan (boi – boi) yang sekaligus bertugas membantu dalam mencarí
rumpon dan penentuan daerah penangkapan (Gambar 25), mereka mencari
dengan mengunakan teropong untuk melihat adanya gerombolan cakalang yang
biasanya terlihat pada saat tanda – tanda seperti :
1. Sekelompok burung – burung yang menukik dan menyambar ke
permukaan air,
2. Ikan – ikan yang melompat ke atas permukaan air,
3. Terjadinya perubahan warna air akibat gerombolan ikan yang berenang
dekat permukaan air.
78
Gambar 25. Pengintaian (Searching)
5.1.3.2. Penebaran umpan hidup
Setelah terlihat tanda – tanda adanya gerombolan ikan maka segera kapal
diarahkan dengan kecepatan konstan, juru umpan (boi – boi), pemancing segera
bersiap pada posisinya masing – masing dan juru minyakpun segera
menghidupkan water pump (pompa air), kemudian pipa penyemprot (sprayer)
dibuka untuk mengaburkan penglihatan ikan. Setelah kapal mendekati
gerombolan cakalang, nakhoda mengambil bagian dalam mengemudi kapal,
kemudian juru umpan memulai menebar umpan hidup ke laut sehingga
gerombolan cakalang mendekati kapal. Sementara itu kapal membuat gerakan
melingkar sambil secara terus - menerus juru umpan menebar umpan hidup
sampai gerombolan ikan cakalang berada di bagian haluan kapal.
Peranan juru umpan dalam hal pelemparan umpan sangatlah penting
diantaranya dalam upaya menjaga gerombolan cakalang agar tidak menghilang
(menjauh). Cara melemparkan umpanpun merupakan keahlian tersendiri, mereka
berupaya menebar umpan hidup dengan tidak terputus - putus sambil
79
mengarahkan buangan umpan ke arah haluan kapal di mana terdapat para
pemancing yang handal.
5.1.3.3. Pemancingan
Pada saat cakalang sudah mendekati haluan kapal, maka para ABK yang
bertugas sebagai pemancing mulai melakukan pemancingan. Pancing diturunkan
ke permukaan laut sambil digerak - gerakkan ke kanan dan ke kiri. Bila cakalang
telah menyambar mata kail (umpan buatan), segera ikan diangkat dengan cara
dihentakkan ke atas deck kapal.
Cakalang yang sedang aktif makan biasanya ditandai dengan banyaknya
cakalang yang tertangkap di atas deck. Para pemancing bertugas untuk
memancing cakalang yang berada di laut tersebut sebanyak – banyaknya,
terutama pada saat cakalang sedang terihat lapar. Untuk itu diperlukan kecepatan,
kekuatan, kesabaran dan yang paling penting adalah keterampilan dan keahlian
pemancing. Berdasarkan posisi pemancingan untuk ABK yang telah mahir
menduduki posisi pada bagian depan haluan kapal (A) dan seterusnya untuk yang
masih tergolong masih pemula biasanya mendapat posisi pada bagian bawah atau
belakang haluan kapal (B). Untuk jumlah para pemancing ± 32 pemancing
diantaranya 12 pemancing bagian haluan kiri kanan kapal dan 8 pemancing pada
bagian depan haluan. Adapun posisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 26.
80
(A)
(B) (B)
Gambar 26. Kegiatan pemancingan
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi akan keberhasilan penangkapan
yaitu :
1. Faktor internal
1. Faktor internal ini meliputi kemampuan nakhoda sebagai fishing
master dalam mengemudi kapal dan menentukan daerah penangkapan,
2. jenis dan jumlah umpan yang digunakan pada saat pemancingan,
3. kemahiran juru umpan (boi – boi) pada saat menebarkan umpan,
4. ketangkasan dan kelihaian pemancing pada saat melakukan
pemancingan.
2. Faktor eksternal
Kondisi daerah penangkapan (suhu, salinitas, cuaca, dan kecerahan
permukaan laut).
5.1.4. Hasil Tangkapan
81
Jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan huhate pada umumnya
adalah ikan cakalang, namun ada juga jenis ikan lain yang ikut tertangkap, hal ini
disebabkan karena ikan - ikan tersebut berenang secara bergerombol bersamaan
dengan ikan cakalang untuk mencari makan.
Selama dua bulan operasi penangkapan yaitu selama bulan Maret a/d April
2010 total hasil tangkapan yang diperoleh KM. Sinar Bahari adalah sebesar
167.059 Kg, terdiri dari cakalang sebanyak 138.842 kg dan baby tuna sebanyak
28.217 kg. Secara rinci hasil tangkapan KM. Sinar Bahari selama bulan Maret s/d
Dari Tabel 16 diketahui total biaya penyusutan untuk KM. Sinar Bahari
adalah Rp. 93.825.000,-/ Tahun. Perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan kapal terdiri dari biaya perbaikan, perawatan, dan
docking :
Tabel 17. Biaya pemeliharaan dalam periode bulan Maret s/d April 2010
N0. Jenis Biaya Total Biaya1 Perbaikan, perawatan 3.000.0002 Docking 15.000.000
Total 18.000.000
Total biaya pemeliharaan untuk KM. Sinar Bahari periode bulan Maret s/d
April 2010 sebesar Rp. 18.000.000,-. (Tabel 17)
3. Biaya tenaga kerja
CV. Sari Usaha tidak memberikan gaji kepada awak kapal penangkap ikan
melainkan dengan memberikan bagi hasil, sehingga besarnya pendapatan awak
kapal tergantung pada besarnya hasil tangkapan. Bagi hasil dihitung dari jumlah
119
pendapatan satu trip dikurangi biaya operasional 20 % kemudian laba di bagi 50%
untuk perusahaan dan 30% dibagi untuk seluruh awak kapal. Sistem bagi hasil
dapat dijelaskan dengan bagan berikut :
.
Gambar 43. Skema Sistem Bagi Hasil Antara Perusahaan Dengan Awak Kapal.
Biaya tenaga kerja pada KM. Sinar Bahari Rp. 150.000.000,- untuk
periode bulan Maret s/d April 2010.
4. Biaya umum dan administrasi
Adapun biaya – biaya umum dan administrasi yang dikeluarkan untuk
KM. Sinar Bahari per tahunnya adalah Rp. 30.000.000,-.
Pungutan Hasil Perikanan (PHP) sejak 29 September 2009 s/d 29
September 2010 sebesar Rp. 9.709.900,- (Lampiran 16).
Tabel 18. Biaya tetap (Fixed Cost) pada KM. Sinar Bahari bulan Maret s/d April 2010.
Laba
30%Awak Kapal
50%Perusahaan
15%Nakhoda & Boi - boi
10%KKM & Mualim
75%Dibagi jumlah ABK
20%Operasional
120
No. Jenis Biaya Biaya (Rp)1 Penyusutan 3.127.5002 Pemeliharaan 18.000.0003 Tenaga kerja 150.000.0004 Umum & Administrasi 3.000.000
Total 174.127.500
Jumlah total biaya tetap (Fixed Cost) operasional untuk KM. Sinar Bahari
dalam periode bulan Maret s/d April 2010 adalah Rp. 174.127.500,-
5.3.4. Biaya tidak tetap (Variable Cost)
Variable Cost adalah biaya yang bervariasi mengikuti alur secara
proporsional dengan lamanya hari operasi yang dilakukan oleh suatu kapal.
Adapun biaya tidak tetap pada KM. Sinar Bahari untuk periode bulan Maret s/d
April 2010 dengan 11 trip adalah sebagai berikut :
Tabel 19. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Periode Bulan Maret s/d April 2010
No. Jenis BiayaNilai
Harga (Rp)Harga Keseluruhan
(Rp)Satuan
1 Bahan bakar solar 13.000 liter 4,725 61.425.0002 Bahan bakar bensin 200 liter 4,500 9.000.0003 Oli 100 liter 25,000 2.500.0004 Es 1925 balok 12,000 23.100.0005 Perbekalan makanan 1 unit 4.500.0006 Obat - obatan 1 unit 100.0007 Pengurusan dokumen 1 unit 500.0008 Umpan 1800 ember 50,000 95.000.0009 Uang bongkar 22.000.000
Jumlah 218.125.000
Berdasarkan total nilai variabel cost dari Tabel 19 diketahui bahwa jumlah
total biaya tidak tetap periode bulan Maret s/d April 2010 selama 11 trip adalah
sebesar Rp. 218.125.000,-
121
5.3.5. Perhitungan laba rugi usaha
Hasil produksi KM. Sinar Bahari untuk periode Maret s/d April 2010
selama 11 trip total produksi hasil tangkapan 167.059 kg dengan total nilai jual
produksi sebesar Rp. 1.128.209.000,-.
Tabel 20. Perhitungan Laba Rugi 11 trip periode bulan Maret s/d April 2010.
UraianBiaya (Rp)
Total (Rp)Tetap Variabel
A. Pendapatan 1.128.209.000
JUMLAH PENDAPATAN (A) 1.128.209.000
B. Biaya Operasi Solar 61.425.000 Bensin 900.000 Oli 2.500.000 Es 23.100.000 Bahan makanan 4.500.000 Obat – obatan 100.000 Pengurusan dokumen 500.000 Umpan 90.000.000 Premi 33.750.000 C. Jumlah biaya operasi (B) 218.125.000D. Laba operasi (A-B) 910.084.000E. Biaya umum Biaya umum & administrasi 3.000.000 Upah awak kapal 150.000.000 Perbaikan & perawatan 18.000.000 Biaya penyusutan 3.127.500 PHP 9.709.900F. Jumlah biaya umum (E) 183.837.400G. Jumlah biaya usaha (C+F) 401.962.400H. Laba usaha (D-F) 726.246.600I. LABA BERSIH (H-G) 324.284.200
Berdasarkan hasil analisa laba rugi periode Maret s/d April 2010 pada
Tabel 20, selama 11 trip operasi penangkapan dengan hasil tangkapan sebanyak
167.059 kg dengan pendapatan penjualan produksi Rp. 1.128.209.000, maka
untuk KM. Sinar Bahari diperoleh laba bersih senilai Rp. 324.284.200,-
122
Laba rugi usaha :
П = TR – TC
Keterangan :
П = Keuntungan
TR = Total penerimaan
TC = Total Biaya
Jadi :
Keuntungan = Rp. 726.246.600 – Rp. 401.962.400
= Rp. 324.284.200,-
Ditinjau dari segi layak atau tidaknya sebuah usaha apakah usaha tersebut
layak dan dapat terus berlanjut maka dapat dikatakan untuk usaha penangkapan
cakalang dengan mengunakan kapal huhate pada perusahaan CV. Sari Usaha
dapat terus berlanjut dan dapat dikatakan layak dimana jumlah penerimaan (TR) >
dari jumlah biaya (TC) maka usaha itu dapat dikatakan layak dan dapat terus
berlanjut.
5.3.6. Analisis titik impas (BEP)
Perhitungan Break Event Point dimaksudkan untuk mengetahui nilai
standar. Hasil tangkapan ini adalah jumlah kuantitas produk yang harus dihasilkan
oleh KM. Sinar Bahari untuk dapat menutupi biaya – biaya yang yang digunakan
dalam operasi penangkapan tiap trip, sehingga mendapatkan laba.
Perhitungan atas dasar penjualan dalam (Kg) :
atau BEP (Dalam Kg) =
= 183.837.400
123
6753,3 - 1297,5
= Rp. 183.837.400
5455,8
BEP(Kg) = 33.695,7 kg.
Di mana :
P = Penjualan (Kg)
V = biaya variabel per Kg
FC = biaya tetap
Perhitungan atas dasar penjualan dalam (Rp) :
atau BEP (dalam Rp) =
= Rp. 183.837.400
1 – Rp. 218.125.000
Rp.1.128.209.000
= Rp. 183.837.400
0.806
BEP(Rp) = Rp. 228.086.107,-
Di mana :
FC = biaya tetap
V = biaya variabel (Rp)
P = Penjualan (Rp)
Melihat dari perhitungan titik impas maka dapat disimpulkan KM. Sinar
Bahari mengalami keuntungan karena hasil pendapatan tiap trip melebihi titik
impas. Untuk lebih jelasnya terdapat pada grafik Break Even Point (Gambar 44).