Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-1 BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-1
BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-2
Pada bagian ini akan dijelaskan konsep pengembangan kawasan, perumusan visi dan tujuan
pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan Sekitarnya yang
mengacu pada pendekatan pembangunan kawasan, berdasarkan hasil analisis pada bab-bab
sebelumnya.
5.1 Pendekatan Pengembangan KSPP Muntok dan
Sekitarnya
Pendekatan pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya mengacu pada pendekatan historic
urban landscape, pendekatan community-based tourism, dan pendekatan sustainable tourism.
1. Pendekatan Historic Urban Landscape (Lansekap Perkotaan Bersejarah)
Pendekatan lanskap perkotaan bersejarah tidak hanya berfokus pada pelestarian lingkungan fisik,
namun juga pada seluruh lingkungan manusia dalam wujud non fisik. Dengan tujuan
meningkatkan perencanaan keberlanjutan, intervensi desain perlu memperhatikan aspek fisik
penataan yang ada sebelumnya, dan aspek non fisik yang berupa keragaman budaya, sosio-
ekonomi dan faktor lingkungan bersama yang berbasis komunitas lokal.
a. Penataan Kawasan dengan Pendekatan Historic Urban Landscape
Pendekatan lansekap perkotaan bersejarah melihat kota sebagai sebuah kontinum dalam waktu
dan ruang. Berbagai kelompok populasi yang tak terhitung jumlahnya telah meninggalkan jejak
mereka, dan terus melakukannya hingga hari ini. Dengan mempertimbangkan keragaman budaya
dan kreativitas sebagai aset utama bagi manusia dalam pembangunan sosial dan ekonomi.
Pendekatan ini cukup berhasil di berbagai kota bersejarah di Eropa. Keseimbangan tercapai
antara pelestarian dan perlindungan warisan kota, pembangunan ekonomi, fungsionalitas dan
livabilitas kota. Kebutuhan penduduk yang direspon sejalan dengan peningkatan konservasi
bentang alam dan budaya yang berakar di suatu kota sebagai bekal untuk generasi mendatang.
Metoda aplikasi penataan kawasan berupa;
1. Melakukan penilaian penuh tentang bentang alam, budaya dan sumber daya manusia di
sebuah kota;
2. Mengunakan metoda participatory planning dan konsultasi stakeholder untuk memutuskan
tujuan konservasi dan tindakan yang akan diambil;
3. Menilai kerentanan warisan perkotaan terhadap tekanan ekonomi sosial dan dampak
perubahan iklim;
4. Mengintegrasikan nilai-nilai warisan kota dan status kerentanan mereka ke dalam
pengembangan kerangka kota yang lebih luas;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-3
5. Memprioritaskan kebijakan dan tindakan untuk konservasi dan pengembangan, termasuk
penatagunaan lahan yang baik;
6. Menetapkan kerangka pengelolaan lokal dan kemitraan (publik-swasta) yang tepat sasaran.
b. Manfaat Pendekatan Historic Urban Lanscape
Jika ditangani dengan benar, warisan perkotaan akan berperan sebagai katalis untuk
pembangunan sosio-ekonomi melalui pariwisata, komersial, dan meningkatkan nilai tanah dan
property kawasan, sehingga dapat menghasilkan pendapatan sebagai dana pemeliharaan,
pemulihan dan rehabilitasi.
Daerah peninggalan kota bersejarah mampu menghasilkan pendapatan jauh lebih tinggi
dibanding area yang tidak memiliki sejarah budaya apa pun. Kedekatan dengan suatu monumen
dan situs peninggalan kelas dunia biasanya menarik penduduk dan bisnis sektor jasa high-end,
yang bersedia membayar lebih demi gengsi dan status untuk berada di lokasi tersebut.
c. Historic Urban Lanscape dalam Konteks Kota Tua Muntok
Muntok dulunya adalah daerah yang ditempati oleh penjajah Belanda, maka tak heran dapat
ditemukan beberapa bangunan tua dengan arsitektur khas Eropa yang memiliki nilai sejarah.
Selain bangunan peninggalan kolonial juga terdapat bangunan tua dengan arsitektur khas
Tionghoa dan Melayu. Bangunan–bangunan tua dan nilai–nilai sejarah inilah yang menjadi
warisan Kota Muntok.
Setiap bangunan tua di Muntok memiliki nilai sejarahnya masing–masing. Nilai sejarah masih
dapat dipertahankan selama usaha melestarikan bangunan tua masih dilakukan dengan baik.
Bangunan tua dengan arsitektur Eropa, Tionghoa, Melayu dan nilai – nilai yang ditinggalkannya
dapat menjadi kekuatan di sektor ekonomi, sosial serta budaya bagi Muntok. Inilah mengapa
warisan kota penting untuk suatu kawasan.
Problem yang dihadapi Muntok saat ini adalah urbanisasi. Akibatnya, dalam jangka panjang
Muntok akan menjadi kota penduduk. Tingkat kepadatan penduduk yang meningkat dan
kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya warisan berupa bangunan – bangunan
tua, baik yang memiliki nilai sejarah signifikan maupun yang tidak dapat mempengaruhi Kota Tua
Muntok. Hal ini dapat dilihat dari bangunan – bangunan tua yang secara jelas mengalami
perubahan fisik seperti penambahan ruang, perubahan material penutup atap, perubahan warna
cat dan tindakan perubahan fisik lainnya. Masyarakat hanya memahami bangunan–bangunan
tersebut sebagai rumah tinggal atau sebagai tempat untuk melakukan usaha sehingga
kebutuhan–kebutuhan mereka terpenuhi. Perubahan fisik pada bangunan tua dapat
menghilangkan nilai sejarah yang ada di dalamnya. Maka dari itu perlu ada usaha edukasi atau
pencerdasan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga, melestarikan dan merawat
bangunan tua bersejarah di Muntok.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-4
Pendekatan lanskap kota bersejarah di Kota Tua Muntok tak hanya fokus pada aspek fisik saja.
Warga Muntok dengan latar belakang budaya Melayu dan Tionghoa dengan kreatifitas mereka
masing - masing juga ikut berperan untuk meningkatkan nilai sosial dan ekonomi masyarakat.
Maka dari itu setelah dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya bangunan tua
perlu dilakukan perencanaan partisipatif bersama warga Muntok. Dengan partisipasi warga
diharapkan muncul kohesi sosial sehingga dapat bersama–sama menjaga dan merawat warisan
kota di Muntok. Tak hanya pada bangunan saja, jalanan serta ruang terbuka juga harus masuk ke
dalam pendekatan lanskap kota bersejarah. Perlunya mempertimbangkan sebuah Statement
Streetscape untuk mendukung suasana lingkungan dan juga penanda bahwa sudah memasuki
area Kota Tua Muntok. Keberadaan ruang terbuka juga perlu menjadi perhatian. Ruang terbuka
seperti People Square juga bisa mendukung suasana lingkungan dan juga bisa menjadi landmark
bagi Kota Tua Muntok. Warisan kota yang dirawat dengan baik dan diikuti pertumbuhan ekonomi
yang positif dapat menjadi warisan dari generasi saat ini untuk generasi selanjutnya.
Dengan perencanaan dan pengelolaan historic urban landscape yang baik di Muntok diharapkan
dapat mendukung perkembangan kepariwisataan Muntok. Industri pariwisata yang berkembang
akan meningkatkan perekonomian Muntok dan sekitarnya, sekaligus membantu pelestarian
budaya dan nilai–nilai yang ada di dalamnya dan meningkatkan sektor komersial Muntok. Selain
itu nilai jual tanah dan properti di Kecamatan Muntok dan sekitarnya dapat meningkat.
Pendapatan yang ada dapat digunakan untuk biaya pemeliharaan, pemulihan dan rehabilitasi
sehingga terjadi perputaran perekonomian kota.
2. Pendekatan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT) adalah
pembangunan kepariwisataan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan,
dan pengendalian kepariwisataan. Masyarakat menjadi pemain kunci dalam pembangunan
kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataan berbasis masyarakat akan memberikan manfaat
yang luas kepada masyarakat, tidak hanya manfaat ekonomi, tetapi juga mendukung
pembangunan berwawasan lingkungan hidup, pelestarian budaya lokal, pemberdayaan
masyarakat, menambah sumber pendapatan masyarakat tanpa menciptakan ketergantungan
pada satu usaha saja, serta pemerataan pendapatan di antara masyarakat.
Diana Conyers (1994) mengemukakan 3 (tiga) alasan mengapa pelibatan masyarakat sangat
penting dalam perencanaan, termasuk perencanaan pariwisata:
1. Pelibatan masyarakat merupakan suatu alat untuk mengidentifikasi kondisi, kebutuhan,
dan sikap masyarakat setempat, yang harus sangat dipahami sebelum membuat suatu
perencanaan pariwisata;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-5
2. Pelibatan masyarakat dalam proses persiapan dan perencanaan akan meningkatkan
pemahaman, dan kemudian kepercayaan masyarakat terhadap upaya pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat;
3. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan
masyarakat sendiri.
CBT didasarkan pada partisipasi aktif komunitas lokal. Hal ini mendasari pembentukan kegiatan
masyarakat yang disukai oleh wisatawan, dan pada saat yang bersamaan membantu membangun
relasi antara komunitas lokal dengan wisatawan. Untuk memfasilitasi hal tersebut, maka berbagai
pihak seperti pemerintah, lembaga non-pemerintah, dunia usaha dan komunitas lokal harus
terlibat dan bekerja sama. Berdasarkan kajian Nyaupane et.al (2006), kendala utama komunitas
lokal dalam implementasi pengembangan pariwisata adalah keterbatasan sumberdaya finansial,
infrastruktur dan pengetahuan; keterbatasan budaya; dan potensi konflik antara berbagai pihak
yang terlibat. Pada saat yang bersamaan, faktor yang digambarkan memiliki peranan penting bagi
implementasi CBT (Kbicho, 2008) adalah: keterlibatan para pihak (stakeholders), evaluasi
manfaat yang diperoleh secara individual dan kelompok, penetapan tujuan, serta analisis
keputusan untuk diimplementasikan. Manfaat utama yang diperoleh masyarakat adalah dampak
langsung ekonomi terhadap keluarga, peningkatan sosial-ekonomi, dan keberlanjutan gaya hidup
(Manyara dan Jones, 2007; Rastegar, 2010). CBT dengan demikian merupakan metoda yang
efektif untuk mengembangkan koordinasi kebijakan, menghindari konflik antarberbagai pihak
yang terlibat dalam kegiatan pariwisata, dan memperoleh sinergi berdasarkan pertukaran
pengetahuan diantara pihak yang terlibat (Kibicho, 2008).
Salah satu aspek yang paling kontroversial dalam kajian literatur adalah penentuan jumlah dan
jenis wisatawan. Nyaupane et.al. (2006) menggarisbawahi pentingnya jumlah wisatawan yang
terbatas (kecil). Hal ini untuk menjamin kontak dan relasi antara wisatawan dengan budaya lokal.
Dengan cara ini, risiko wisatawan untuk menginvasi aspek privat dalam kebudayaan lokal dapat
dihindari. Namun demikian, jumlah wisatawan yang kecil mengakibatkan nilai ekonomi yang
dikeluarkan oleh wisatawan berkurang. Berdasarkan hal tersebut, penciptaan kerjasama yang
memungkinkan masyarakat mengelola sendiri sumberdaya pariwisatanya dipandang sebagai
elemen yang penting (Lepp, 2007; Gronau dan Kaufmann, 2010). Namun demikian, terdapat
beberapa aspek negatif dalam pembangunan produk pariwisata, termasuk potensi hubungan
antara tingginya jumlah wisatawan, sex dan alkohol, dan hilangnya identitas budaya; serta
menurunnya sumberdaya alam (Teye et.al, 2002). Dalam kasus ini, komunitas lokal memiliki lima
alternatif untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap masyarakat, yaitu: resisten, mundur,
membuat batasan pengelolaan, revitalisasi, dan adaptasi (Dogan, 1989).
CBT didasarkan pada penciptaan produk pariwisata yang dicirikan dengan partisipasi masyarakat
dalam pembangunannya. CBT muncul sebagai solusi untuk menangani dampak negatif dari
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-6
pariwisata masal dan pada saat yang bersamaan merupakan strategi untuk pengorganisasian
masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ide utama dari CBT adalah integrasi
pengelolaan hotel, makanan dan minuman, pelayanan jasa dan pengelolaan wisata, termasuk
subsistem lainnya (seperti infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan) sebagai ciri khas
utama, yang selanjutnya menggambarkan keberlanjutan pembangunan yang dilakuan oleh
masyarakat dan mendorong interrelasi antara komunitas lokal dengan pengunjung sebagai
elemen kunci dari pembangunan produk pariwisata (Cioce et.al., 2007).
a. Pariwisata berbasis masyarakat dalam Konteks Kota Tua Muntok
Seluruh upaya pembangunan kepariwisataan Kota Tua Muntok ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berkesinambungan. Masyarakatlah yang harus mendapat
manfaat terbesar dari pembangunan kepariwisataan yang dilakukan di Kota Tua Muntok dengan
menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kepariwisataan, mengembangkan
produk lokal secara optimal, dan melindungi aset masyarakat melalui regulasi investasi yang
berkeadilan.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan kepariwisataan berbasis masyarakat di
Kota Tua Muntok adalah:
1. Melibatkan anggota masyarakat dari mulai tahap awal pengembangan;
2. Mendorong kepemilikan lokal dalam usaha-usaha pariwisata yang dikembangkan di Kota
Tua Muntok;
3. Mendorong kebanggaan masyarakat terhadap warisan sejarah dan budaya Kota Tua
Muntok;
4. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat;
5. Menjamin keberlanjutan lingkungan;
6. Melestarikan keunikan karakter dan budaya lokal;
7. Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia;
8. Mendistribusikan manfaat secara adil kepada masyarakat luas;
9. Berkontribusi terhadap program-program kemasyarakatan.
3. Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan kepariwisataan yang
memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi
kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat serta dapat diaplikasikan
ke semua bentuk aktivitas wisata di semua jenis destinasi pariwisata, termasuk wisata masal dan
berbagai jenis kegiatan wisata lainnya.
Prinsip pembangunan kepariwisataan berkelanjutan masih menjadi fondasi yang kuat dalam
pembangunan kepariwisataan dunia. Pembangunan kepariwisataan global saat ini yang semula
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-7
dihadapkan pada tantangan pencapaian tujuan pembangunan global Millennium Development
Goals (MDGs), mulai diarahkan pada tujuan-tujuan pembangunan yang berkelanjutan atau dikenal
sebagai Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs merupakan prinsip pembangunan yang
menggabungkan antara green growth, yang mengaitkan elemen ekonomi dengan lingkungan;
dengan inclusive growth, yang mengaitkan elemen sosial dengan lingkungan. SDGs merupakan
suatu upaya untuk menghubungkan sejumlah titik isu global, yaitu ketidakadilan, pertumbuhan
penduduk, perubahan iklim, tekanan terhadap lingkungan, air, energi, dan ketahanan pangan.
Kriteria pembangunan kepariwisataan berkelanjutan tercantum dalam Peraturan Menteri
Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, yaitu:
1. Pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan, mencakup:
a. perencanaan pembangunan kepariwisataan jangka panjang dan memperhatikan daya
tampung dan daya dukung lingkungan, pertumbuhan ekonomi, isu sosial, budaya,
kesehatan, keselamatan, dan estetika, serta disusun dengan melibatkan para pihak,
termasuk masyarakat;
b. pengelolaan pariwisata yang efektif, yang mampu mengoordinasikan keterlibatan para
pihak dalam mendukung pengelolaan pariwisata yang menyeimbangkan kebutuhan
ekonomi masyarakat lokal, sosial, budaya, dan lingkungan melalui manajemen yang
efektif, serta pendanaan dan pembagian tugas yang jelas;
c. pemantauan dan evaluasi yang aktif dan tanggap terhadap masalah ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan.
2. Pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal, mencakup:
a. pemantauan terhadap kontribusi ekonomi sektor pariwisata, baik secara langsung
maupun tidak langsung;
b. peluang kerja untuk masyarakat lokal, termasuk perempuan, pemuda, penyandang
cacat, dan kelompok minoritas;
c. partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk
pembangunan destinasi pariwisata berkelanjutan;
d. opini masyarakat lokal yang dijaring melalui sistem pengumpulan data, pemantauan,
dan pelaporan terkait dengan aspirasi publik terhadap pengelolaan destinasi
pariwisata;
e. akses bagi masyarakat lokal ke situs alam, budaya, sejarah, arkeologi, agama, dan
spiritual di destinasi pariwisata;
f. fungsi edukasi sadar wisata melalui program Sapta Pesona yang dilaksanakan secara
regular bagi masyarakat lokal;
g. pencegahan eksploitasi melalui praktik, program, dan peraturan perundang-undangan
untuk mencegah komersialisasi dan eksploitasi, pelecehan seksual, atau bentuk
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-8
pelanggaran lainnya terhadap anak-anak, remaja, perempuan, dan kelompok
minoritas;
h. dukungan perusahaan dan pengunjung untuk inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh
masyarakat;
i. mendukung pengusaha lokal dan perdagangan yang adil melalui sistem dan program
yang mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah pada rantai nilai pariwisata agar
dapat mempromosikan dan mengembangkan produk lokal yang berkelanjutan dengan
prinsip perdagangan yang adil.
3. Pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung, mencakup:
a. perlindungan atraksi budaya melalui kebijakan dan sistem evaluasi, rehabilitasi, dan
pelestarian situs alam dan budaya;
b. pengelolaan pengunjung, termasuk langkah-langkah untuk melestarikan, melindungi,
serta meningkatkan aset alam dan budaya;
c. panduan perilaku pengunjung yang sesuai dengan karakteristik destinasi pariwisata,
dirancang untuk meminimalkan dampak negatif terhadap destinasi pariwisata,
sekaligus memperkuat perilaku positif pengunjung selama berada di destinasi
pariwisata;
d. perlindungan warisan budaya melalui hukum yang mengatur penjualan, perdagangan,
pameran, atau pemberian artefak bersejarah dan/atau bernilai arkeologi kepada
pihak lain;
e. interpretasi daya tarik wisata alam dan budaya yang akurat;
f. perlindungan terhadap kekayaan intelektual melalui hukum dan sistem yang jelas
dalam perlindungan dan pelestarian kekayaan intelektual masyarakat dan individu.
4. Pelestarian lingkungan, mencakup:
a. pencegahan dan penanggulangan risiko lingkungan melalui kebijakan atau kearifan
lokal yang mampu mengurangi potensi terjadinya hal-hal negatif yang dapat merusak
lingkungan;
b. perlindungan terhadap lingkungan sensitif dengan memonitor dampak pariwisata
terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati;
c. perlindungan alam liar melalui pengembangan sistem untuk memastikan kepatuhan
destinasi terhadap hukum dan standar kegiatan memanen, penangkapan, pameran,
dan penjualan tumbuhan dan satwa liar;
d. mendorong perusahaan untuk mengukur, memantau, meminimalkan, dan
melaporkan kepada publik dan mengurangi kegiatan yang meningkatkan emisi gas
rumah kaca;
e. konservasi energi sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar
fosil;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-9
f. pengelolaan air;
g. keamanan air untuk memastikan bahwa sumber daya air selalu tersedia bagi
masyarakat setempat maupun untuk penggunaan lainnya;
h. kualitas air yang sesuai standar;
i. sistem pembuangan limbah cair yang tidak memberikan dampak negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan;
j. mengurangi limbah padat untuk memastikan keberlanjutan lingkungan;
k. panduan yang mendorong berbagai pihak untuk meminimalkan kegiatan operasional
yang dapat menyebabkan gangguan cahaya dan suara terhadap lingkungan;
l. transportasi ramah lingkungan.
d. Pariwisata Berkelanjutan dalam Konteks Kota Tua Muntok
Pembangunan kepariwisataan berkelanjutan harus menjadi fondasi, baik dalam perencanaan,
pengelolaan, maupun pengendalian pembangunan kepariwisataan di Kota Tua Muntok.
Penerapan pembangunan kepariwisataan berkelanjutan menjadi keharusan bagi Kota Tua
Muntok yang sebagian besar wilayahnya masih menyimpan sumber daya budaya tepatnya sejarah
yang bernilai tinggi. Membangun kepariwisataan yang berkelanjutan akan memberikan
perlindungan terhadap pelestarian Kota Tua Muntok, sekaligus memberikan manfaat ekonomi
yang luas bagi masyarakat dan daerah.
5.2 Konsep Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya
Konsep pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya didasarkan pada :
a. Isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya, seperti yang
dirumuskan dalam bab sebelumnya yaitu :
• Pengenalan (recognition) arti penting warisan budaya bangsa dalam perjalanan sejarah
Indonesia dan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri
bangsa;
• Pengemasan nilai-nilai peninggalan sejarah serta keunikan budaya menjadi produk
pariwisata yang menarik dan saling terintegrasi antarklaster, untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pendapatan pemerintah daerah;
• Peningkatan daya dukung lingkungan di KSPP Muntok dan sekitarnya;
• Aksesibilitas menuju Kawasan Muntok dari pintu masuk utama wisatawan, dan
aksesibilitas di dalam kawasan, serta integrasi antarsimpul dan moda transportasi;
• Dukungan fasilitas dan prasarana penunjang pariwisata sesuai kebutuhan dan standar
wisatawan;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-10
• Kapasitas masyarakat dalam mendukung pariwisata, terkait pemahaman masyarakat
terhadap pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya warisan budaya dan
manfaat pengembangan pariwisata;
• Dukungan berbagai usaha pariwisata lokal dan yang terkait;
• Optimalisasi program pemasaran dan promosi pariwisata Kawasan Muntok;
• Integrasi dan implementasi kebijakan dan rencana terkait pelestarian kebudayaan dan
nilai sejarah nasional Kawasan Muntok;
• Peningkatan peran dan koordinasi antarpemangku kepentingan kepariwisataan Kawasan
Muntok.
b. Pendekatan pembangunan kawasan yaitu pendekatan Historic Urban Landscape,
pendekatan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, serta pendekatan pembangunan
yang berkelanjutan seperti yang telah dijelaskan di subbab sebelumnya.
c. Arahan pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya berdasarkan kebijakan keruangan yang
tercantum dalam RTRW Nasional, RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, RTRW
Kabupaten Bangka Barat, RDTR Perkotaan Muntok, RTBL Klaster Eropa, RTBL Klaster Melayu,
RTBL Klaster Cina (yang dalam proses penyusunan), serta kebijakan pembangunan
kepariwisataan yang tercantum dalam Ripparnas, Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung,
serta Ripparkab Bangka Barat, dan RAKP Kota Muntok.
Berdasarkan arahan berbagai kebijakan tersebut di atas, beberapa wilayah KSPP Muntok
merupakan kawasan strategis provinsi dari berbagai sektor kepentingan. Kota Muntok sendiri
merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kota
Muntok, khususnya Kota Tua Muntok merupakan kawasan strategis Kabupaten Bangka
Barat, yang perlu dibangun dengan memperhatikan konsep konservasi. Pembangunan
kepariwisataan di kawasan ini harus memberikan perlindungan terhadap sumber daya alam
dan budaya, serta nilai tambah yang positif bagi identitas provinsi sebagai wilayah
pertambangan timah di Indonesia.
Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut di atas, maka konsep pengembangan KSPP Muntok dan
sekitarnya adalah pembangunan dan pengembangan daya tarik wisata sejarah, warisan budaya,
dan kuliner berbasis lokal, untuk (1) melestarikan kawasan warisan budaya Kota Muntok, (2)
memberikan wawasan kebangsaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sejarah dan
budaya, serta (3) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Berbasis
lokal mengandung arti bahwa sumber daya lokal akan diprioritaskan dalam pengembangan
kepariwisataan di kawasan ini, dan bentuk-bentuk pengembangan pun akan mengacu pada nilai-
nilai kearifan lokal yang ada. Bentuk produk pariwisata yang dikembangkan adalah edurekreasi
bertema yang berbasiskan wisata sejarah dan warisan budaya, serta wisata kuliner kreatif.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-11
Pengembangan kegiatan edurekreasi dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi
terhadap nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya serta memberikan nilai tambah dan
pengetahuan bagi pengunjung, masyarakat, dan pihak lain. Kegiatan edurekreasi ini akan
memiliki tema-tema khusus, terkait dengan atribut penting yang dimiliki daya tarik wisata sejarah,
warisan budaya, dan wisata kuliner yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya.
Untuk lebih jelasnya, perumusan konsep pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya dapat
dilihat dalam Gambar 5.1 berikut.
Gambar 5.1 Tahapan Perumusan Konsep Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya
5.3 Visi, Misi, Tujuan, dan Kebijakan Pembangunan
Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya
Visi kawasan adalah rumusan dari keadaan yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun waktu
perencanaan. VIsi KSPP Muntok dan sekitarnya dirumuskan berdasarkan isu strategis kawasan,
visi pembangunan kepariwisataan yang tercantum dalam Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung,
visi Ripparkab Bangka Barat, serta prinsip-prinsip pengembangan kawasan.
Untuk lebih jelasnya, proses perumusan Visi kawasan dapat dilihat dalam diagram 5.2 berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-12
Gambar 5.2 Proses Perumusan Visi KSPP Muntok dan Sekitarnya
Berdasarkan pertimbangkan tersebut, maka visi pembangunan kepariwisataan KSPP Muntok dan
sekitarnya adalah: “KSPP Muntok dan sekitarnya sebagai destinasi pariwisata sejarah, warisan
budaya, dan kuliner yang berjati diri, bermartabat, berdaya saing global, berbasis masyarakat
secara berkelanjutan, untuk mendukung Kota Muntok sebagai Kota Pusaka Dunia”.
Destinasi pariwisata sejarah, warisan budaya, dan kuliner adalah destinasi pariwisata yang
mengunggulkan daya tarik wisata sejarah, warisan budaya, dan kuliner; Berjati diri merupakan
karakter yang dipilih sebagai landasan dalam hidup; salah satu bentuk sikap pribadi, baik tingkah
laku maupun sifat. Bermartabat adalah sifat berwibawa, mempunyai kedudukan yang tinggi,
memiliki harga diri yang seharusnya tidak boleh diinjak-injak; berkelas, berpamor, berstatus,
prestisius, terhormat; Berdaya saing global adalah memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif
sebagai destinasi wisata; Berkelanjutan : memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan
lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan
masyarakat setempat serta dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktivitas wisata di semua jenis
destinasi pariwisata; Kota Pusaka Dunia adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang
bernilai dan memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi serta rajutan berbagai
pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/kota atau bagian dari
wilayah/kota, yang hidup, berkembang, dan dikelola secara efektif.
Berdasarkan visi tersebut, maka tujuan pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya adalah
sebagai berikut:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 5-13
1. Melestarikan kawasan warisan budaya Kota Muntok;
2. Memberikan wawasan kebangsaan dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman
sejarah dan budaya;
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dirumuskan kebijakan pengembangan KSPP Muntok yaitu:
1. Mengembangkan dan memaduserasikan potensi sumber daya wisata sejarah dan warisan
budaya sebagai daya tarik wisata unggulan, serta kuliner dan wisata alam sebagai daya tarik
wisata pendukung KSPP Muntok dan sekitarnya melalui pelestarian, pembangunan, dan
pemanfaatan sumber daya wisata dan dukungan fasilitas maupun pelayanan sesuai standar
kebutuhan dan aturan serta norma yang berlaku;
2. Mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing dan berstandar internasional,
melalui kemitraan dan peningkatan kualitas usaha pariwisata yang berbasis dan berciri lokal;
3. Membangun dan mengembangkan citra KSPP Muntok dan sekitarnya sebagai destinasi
pariwisata sejarah, warisan budaya, dan kuliner melalui sinergitas program pemasaran dan
promosi, menuju Kota Muntok sebagai kota pusaka dunia;
4. Meningkatkan peran dan koordinasi antarpemangku kepentingan dalam mensinergikan dan
mengimplementasikan kebijakan maupun rencana pengembangan di KSPP Muntok dan
sekitarnya.
Kebijakan ini akan dijabarkan dalam langkah-langkah strategis dan program aksi dalam bab
berikutnya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-1
BAB 6 RENCANA INDUK PENGEMBANGAN
KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-2
Bab ini berisikan sasaran dan target pembangunan kawasan, langkah strategis pengembangan
kawasan, serta rencana fisik dan nonfisik pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya seperti
dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut.
Tabel 6.1 Muatan Rencana Induk Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya
FISIK NON FISIK
1. Rencana struktur ruang kawasan:
- Pusat pelayanan kawasan
- Jaringan penghubung pusat
pelayanan dan pusat kegiatan
1. Pengembangan produk pariwisata:
- Pengembangan daya tarik wisata baru
- Pengembangan keterpaduan daya tarik wisata
- Peningkatan kualitas daya tarik wisata
2. Rencana pusat pelayanan pariwisata
utama
2. Sistem kelembagaan pengelolaan kawasan
3. Rencana sistem jaringan pergerakan
untuk mendukung pengelolaan
pengunjung dan keterpaduan produk
pariwisata
3. Pelibatan masyarakat:
- Aspek-aspek yang memerlukan keterlibatan
masyarakat
- Peran dan tingkat pelibatan masyarakat
- Proses pelibatan masyarakat
4. Rencana pembangunan fasilitas
pariwisata, fasilitas umum, dan
prasarana umum
4. Pengelolaan dampak pariwisata
5. Pengelolaan pengunjung
6.1 Sasaran dan Target Pembangunan Kawasan
Sasaran dan target pembangunan KSPP Muntok dan sekitarnya didasarkan pada konsep
pengembangan kawasan yaitu “pembangunan dan pengembangan daya tarik wisata sejarah,
warisan budaya dan kuliner BERBASIS LOKAL, dalam bentuk (1) EDUREKREASI tematik (sejarah,
warisan budaya), dan WISATA KULINER kreatif bertema.
Berdasarkan konsep tersebut, dan isu strategis yang dihadapi dalam pembangunan
kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya, serta sasaran pengembangan yang tercantum
dalam Perda Nomor 7 Tahun 2016 tentang Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung, maka sasaran
pembangunan KSPP Muntok dan sekitarnya adalah:
• terlestarikannya kawasan Kota Tua Muntok,
• meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah dan budaya kawasan, serta
wawasan kebangsaan,
• meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Berdasarkan sasaran tersebut, maka pembangunan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya
kemudian dijabarkan dalam target pembangunan yaitu : (a) Peningkatan jumlah kunjungan, lama
tinggal, besar pengeluaran wisman dan wisnus; (b) Peningkatan jumlah usaha masyarakat lokal
terkait pariwisata dan kuliner; dan (c) Peningkatan jumlah daya tarik wisata cagar budaya dan
daya tarik wisata kuliner terkait sejarah dan warisan budaya.
Perhitungan target untuk masing-masing butir tersebut dilakukan sebagai berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-3
1. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, dengan
pertimbangan perhitungan sebagai berikut:
a. Jumlah dan peningkatan angka kunjungan wisatawan Kabupaten Bangka Barat tahun
2010 – 2017. Data dasar menggunakan asumsi 100% dari wisatawan yang mengunjungi
Kabupaten Bangka Barat turut juga mengunjungi KSPP Muntok dan sekitarnya. Angka
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangka Barat pada periode
tahun 2010-2017 dengan menggunakan Metode Moving Average, dimana
menggambarkan pertumbuhan wisatawan dengan mengikuti trendline (garis
kecenderungan pertumbuhan) yang ada. Berikut adalah tabel perhitungan pertumbuhan
jumlah kunjungan wisatawan dengan pendekatan moving average untuk tahun 2010-
2017.
Tabel 6.2 Perhitungan Pertumbuhan Jumlah Kunjungan Wisatawan Pendekatan Moving Average
Tahun Wisatawan
Mancanegara MA1 MA2 MA3 Nusantara MA1 MA2 MA3
2010 40 5.980
2011 12 26 6.881 6.430,5
2012 7 9,5 17,75 10.645 8.763 7.596,75
2013 6 6,5 8 12,88 11.721 11.183 9.973 8.784,88
2014 1 3,5 5 6,5 9.414 10.567,5 10.875,25 10.424,13
2015 195 98 50,75 27,88 44.029 26.721,5 18.644,5 14.759,88
2016 214 204,5 151,25 101 48.432 46.230,5 3.6476 27.560,25
2017 481 347,5 276 213,63 108.698 7.8565 62.397,75 4.9436,88
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka proyeksi jumlah kunjungan wisatawan KSPP
Muntok dan sekitarnya untuk tahun 2018-20125 dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 6.3 Proyeksi Jumlah Kunjungan Wisatawan Pendekatan Moving Average Tahun 2018-2025
Tahun Wisatawan Jumlah
Mancanegara Pertumbuhan Nusantara Pertumbuhan Total Pertumbuhan
2018 366 76.196 76.562
2019 561 53,13 110.510 45,03 111.071 45,07
2020 796 42,08 151.816 37,38 152.612 37,40
2021 1.074 34,81 200.113 31,81 201.186 31,83
2022 1.392 29,68 255.401 27,63 256.793 27,64
2023 1.752 25,86 317.681 24,39 319.433 24,39
2024 2.154 22,91 386.952 21,81 389.106 21,81
2025 2.597 20,56 463.214 19,71 465.811 19,71
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh proyeksi kunjungan wisatawan
mancanegara di KSPP Muntok dan sekitarnta pada tahun 2025 sebesar 2.597 wisatawan,
sedangkan untuk wisatawan nusantara sebesar 463.214.
b. Jumlah angka target kunjungan wisatawan mancanegara Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung pada tahun 2025 berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Provinsi (Ripparprov) Kepulauan Bangka Belitung adalah 1.000.000 untuk 5 kabupaten /
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-4
kota di Pulau Bangka, dengan asumsi proporsi yang sama besarnya, maka target untuk
KSPP Muntok (Kabupaten Bangka Barat) adalah 200.000 wisatawan mancanegara.
Sedangkan untuk wisatawan nusantara target yang dicanangkan untuk Kabupaten
Bangka Barat adalah 1.250.000 wisatawan.
c. Jumlah angka target kunjungan wisatawan mancanegara Kabupaten Bangka Barat
berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (Ripparkab)
Bangka Barat adalah 62.500 wisatawan (scenario optimis) atau 8.844 (scenario pesimis).
Sedangkan untuk wisatawan nusantara target yang dicanangkan adalah 1.062.000
wisatawan (scenario optimis) atau 657.953 (scenario pesimis).
d. Jumlah dan peningkatan angka kunjungan wisatawan di kabupaten/kota di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (data masing-masing kabupaten/kota) dengan pendekatan
Metode Benchmark. Angka pertumbuhan rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara di
wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 63,11%. Sedangkan pertumbuhan
rata-rata kunjungan wisatawan nusantara adalah 34,85%. Berdasarkan angka
pertumbuhan tersebut, maka diperoleh proyeksi kunjungan wisatawan mancanegara di
KSPP Muntok (100% dari Kabupaten Bangka Barat) pada tahun 2025 sebesar 24.098
wisatawan, sedangkan untuk wisatawan nusantara (100% dari Kabupaten Bangka Barat)
sebesar 1.188.582.
Tabel 6.4 Proyeksi Jumlah Kunjungan Wisatawan Pendekatan Benchmark Tahun 2018-2025
Tahun Wisatawan Jumlah
Mancanegara Pertumbuhan Nusantara Pertumbuhan Total Pertumbuhan
2018 481 63,11 108.698 34,85 109.179
2019 785 63,11 146.579 34,85 147.364 34,97
2020 1.280 63,11 197.662 34,85 198.942 35,00
2021 2.087 63,11 266.547 34,85 268.635 35,03
2022 3.405 63,11 359.439 34,85 362.844 35,07
2023 5.553 63,11 484.704 34,85 490.257 35,12
2024 9.058 63,11 653.623 34,85 662.681 35,17
2025 14.774 63,11 881.410 34,85 896.185 35,24
Berdasarkan 4 dasar perhitungan tersebut, maka ditetapkan target jumlah kunjungan
wisatawan tahun 2025 untuk skenario pesimis adalah 463.214 wisatawan nusantara,
dan 2.597 wisatawan mancanegara. Sedangkan untuk skenario optimis adalah
1.188.582 wisatawan nusantara, dan 24.098 wisatawan mancanegara.
2. Peningkatan Lama Tinggal Wisatawan, dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Lama tinggal wisatawan nusantara di KSPP Muntok dan sekitarnya berdasarkan hasil
survei primer tahun 2018 dengan menyebarkan kuesioner kepada wisatawan nusantara,
yaitu sebagian besar adalah 2-3 hari dan 1-2 hari.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-5
b. Lama tinggal wisatawan nusantara Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2016
adalah rata-rata 2 hari.
Berdasarkan dua pertimbangan tersebut, maka ditetapkan target lama tinggal wisatawan
tahun 2025 untuk skenario pesimis adalah 2-3 hari, sedangkan untuk skenario optimis
adalah 3-4 hari.
3. Peningkatan besar pengeluaran wisatawan, dengan dasar perhitungan adalah pengeluaran
rata-rata wisatawan di KSPP Muntok dan sekitarnya per orang per kunjungan berdasarkan
hasil survei primer tahun 2018 dengan menyebarkan kuesioner kepada wisatawan
nusantara, yaitu kurang dari Rp 500.000.
Berdasarkan dasar perhitungan tersebut, maka ditetapkan target pengeluaran wisatawan per
kunjungan tahun 2025 untuk skenario pesimis adalah Rp. 1.000.000, sedangkan untuk
skenario optimis adalah Rp 2.000.000 (wisatawan nusantara) dan Rp 3.000.000 (wisatawan
mancanegara).
4. Meningkatnya jumlah usaha masyarakat lokal terkait pariwisata dan kuliner, dengan
pertimbangan perhitungan jumlah usaha masyarakat lokal terkait pariwisata di Kabupaten
Bangka Barat tahun 2017 sebesar 410. Berdasarkan dasar perhitungan tersebut, maka
ditetapkan target peningkatan jumlah usaha masyarakat lokal terkait pariwisata dan kuliner
tahun 2025 untuk skenario pesimis adalah 604 (asumsi kenaikan 5% pertahun) dan untuk
skenario optimis adalah 799 (asumsi kenaikan 10% pertahun).
5. Meningkatnya jumlah daya tarik wisata cagar budaya dan daya tarik wisata kuliner terkait
sejarah dan warisan budaya, dengan pertimbangan perhitungan:
a. Jumlah daya tarik wisata cagar budaya KSPP Muntok dan sekitarnya tahun 2018 sebanyak
85.
b. Jumlah daya tarik wisata kuliner KSPP Muntok dan sekitarnya tahun 2018 sebanyak 7
buah.
Berdasarkan angka perhitungan tersebut, maka ditetapkan target peningkatan jumlah daya
tarik wisata cagar budaya dan kuliner tahun 2025 untuk skenario pesimis adalah 89 daya
tarik wisata cagar budaya dan 14 daya tarik wisata kuliner (asumsi penambahan 1 daya tarik
wisata pertahun) dan untuk skenario optimis adalah 100 daya tarik wisata cagar budaya dan
20 daya tarik wisata kuline (asumsi penambahan 2 daya tarik wisata pertahun).
Skenario lengkap target pembangunan KSPP Muntok dan sekitarnya dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-6
1. SKENARIO PESIMIS
Tabel 6.5 Target Pembangunan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya (Skenario Pesimis)
TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN (orang)
LAMA TINGGAL (hari)
PENGELUARAN BERWISATA PER KUNJUNGAN
JUMLAH USAHA
MASYARAKAT LOKAL
JUMLAH DTW
CAGAR BUDAYA
JUMLAH DTW
KULINER WISNUS WISMAN WISNUS WISMAN WISNUS WISMAN
2019 110.510 561 1-2 1-2 < Rp500.000 <Rp800.000 431 86 8
2020 151.816 796 1-2 1-2 Rp500.000 Rp800.000 453 86 9
2021 200.113 1.074 1-2 1-2 Rp600.000 Rp800.000 478 87 10
2022 255.401 1.392 1-2 1-2 Rp700.000 Rp900.000 505 87 11
2023 317.681 1.752 2-3 1-2 Rp800.000 Rp900.000 535 88 12
2024 386.952 2.154 2-3 2-3 Rp900.000 Rp1.000.000 568 88 13
2025 463.214 2.597 2-3 2-3 Rp1.000.000 Rp1.000.000 604 89 14
2. SKENARIO OPTIMIS
Tabel 6.6 Target Pembangunan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya (Skenario Optimis)
TAHUN
JUMLAH KUNJUNGAN (orang)
LAMA TINGGAL (hari)
PENGELUARAN BERWISATA PER KUNJUNGAN
JUMLAH USAHA
MASYARAKAT LOKAL
JUMLAH DTW
CAGAR BUDAYA
JUMLAH DTW
KULINER WISNUS WISMAN WISNUS WISMAN
WISNUS WISMAN
2019 197.662 1.280 1-2 1-2 Rp800.000 Rp1.000.000 451 88 8
2020 266.547 2.087 1-2 1-2 Rp800.000 Rp1.000.000 496 90 10
2021 359.439 3.405 2-3 2-3 Rp1.000.000 Rp1.500.000 546 92 12
2022 484.704 5.553 2-3 2-3 Rp1.000.000 Rp1.500.000 600 94 14
2023 653.623 9.058 3-4 3-4 Rp1.500.000 Rp2.000.000 660 96 16
2024 881.410 14.774 3-4 3-4 Rp1.800.000 Rp2.500.000 726 98 18
2025 1.188.582 24.098 3-4 3-4 Rp2.000.000 Rp3.000.000 799 100 20
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-7
6.2 Langkah dan Program Strategis Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok dsk
Dalam menjawab isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya yang telah diidentifikasikan dalam subbab sebelumnya,
maka dirumuskan langkah-langkah dan program-program strategis pembangunan kepariwisataan sebagai berikut:
Tabel 6.7 Program Strategis Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
1 Pengenalan
arti penting
warisan
budaya bagi
seluruh
pemangku
kepentingan
kepariwisataan
Muntok dan
menumbuhkan
kesadaran
tentang
pentingnya
budaya
sebagai jati diri
bangsa
1.1. Memperkenalkan
dan meningkatkan
pengetahuan dan
pemahaman akan aset
warisan budaya daerah.
1.1.1. Sosialisasi dan
pelatihan pemahaman
arti penting aset
warisan budaya daerah
kepada pemangku
kepentingan pariwisata
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat Provinsi
OPD yang
membidangi
perencanaan,
asosiasi terkait
dengan
warisan budaya
1.1.2. Sosialisasi
interpretasi bangunan
cagar budaya V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat Provinsi
OPD yang
membidangi
perencanaan,
asosiasi terkait
dengan
warisan budaya
1.2. Pendidikan dan
pelatihan terkait
potensi warisan budaya
daerah bagi pemangku
kepentingan.
1.2.1. Lokakarya /
seminar tentang
potensi dan
pengelolaan warisan
budaya daerah bagi
aparat pemerintah,
industri pariwisata dan
kelompok masyarakat
yang terkait
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya tingkat
provinsi
OPD yang
membidangi
perencanaan,
badan
kepegawaian
daerah
1.2.2. Pelatihan
pemanfaatan peluang
usaha pariwisata
warisan budaya kepada
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
OPD yang
membidangi
perencanaan,
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-8
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
pemangku kepentingan
pariwisata daerah
budaya tingkat
kabupaten
perdagangan
dan UMKM
2 Pengemasan
nilai-nilai
peninggalan
sejarah serta
keunikan
budaya
menjadi
produk
pariwisata
yang menarik
dan saling
terintegrasi
antarkawasan
di KSPP
Muntok dan
Sekitarnya
2.1. Membangun dan
mengembangkan jalur
wisata tematik di KSPP
Muntok dsk,
berdasarkan tema
klaster, periode
sejarah, dan tema
budaya yang
mengintegrasikan daya
tarik wisata di KSPP
Muntok dsk
2.1.1. Mengembangka
n dan mengemas jalur
wisata tematik di
klaster Eropa, Melayu,
dan Cina, serta jalur
wisata sejarah masa
penjajahan dan
perjuangan
kemerdekaan, menjadi
paket-paket wisata
yang siap jual
V V
Asosiasi terkait
dengan biro
perjalanan
wisata tingkat
provinsi
contohnya
ASITA
OPD terkait
dengan
pariwisata dan
budaya di
tingkat
provinsi,
asosiasi terkait
dengan
warisan budaya
di tingkat
kabupaten
2.1.2. Mengembangkan
dan mengemas jalur
wisata sejarah
pertambangan timah di
Kota Tua Muntok yang
saling terkait dan
terintegrasi dengan
jalur wisata lainnya di
KSPP Muntok dsk.
V V
Asosiasi terkait
dengan biro
perjalanan
wisata tingkat
provinsi
contohnya
ASITA
OPD terkait
dengan
pariwisata dan
budaya di
tingkat
provinsi,
asosiasi terkait
dengan
warisan budaya
di tingkat
kabupaten
2.1.3. Mengembangkan
dan mengintegrasikan
jalur wisata tema
budaya, event, dan
kuliner khas Muntok
dengan jalur wisata
tema lainnya menjadi
paket-paket wisata
yang siap jual.
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya tingkat
kabupaten
Asosiasi terkait
dengan biro
perjalanan
wisata tingkat
provinsi
contohnya
ASITA,
asosiasi terkait
dengan
warisan budaya
di tingkat
kabupaten
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-9
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
2.2. Mengemas dan
memperkenalkan tema
jalur wisata sejarah di
Kota Muntok yang
saling terkait dan
terintegrasi dengan
daerah lain yang
mempunyai kesamaan
tema
2.2.1. Membangun
dan mengembangkan
jalur wisata tematik di
luar KSPP Muntok dsk,
yaitu jalur wisata
sejarah Kesultanan
Palembang; jalur wisata
keterkaitan dengan
Jogja-Pangeran Hario
Pakuningprang; jalur
wisata terkait tempat
Pengasingan Bung
Karno-Bung Hatta;
serta jalur wisata yang
terkait dengan
Kesultanan Siantan,
Johor.
V V
Asosiasi terkait
dengan biro
perjalanan
wisata tingkat
provinsi
contohnya
ASITA
OPD terkait
dengan
pariwisata dan
budaya di
tingkat
provinsi,
asosiasi terkait
dengan
warisan budaya
di tingkat
kabupaten
2.3. Mengembangkan
program interpretasi di
setiap jalur untuk
memperkuat
pembangunan tema
jalur wisata.
2.3.1. Melakukan
pelatihan interpretasi
setiap tema wisata
kepada pelaku
pariwisata Muntok V V V
OPD terkait
dengan
pariwisata dan
budaya di
tingkat provinsi
asosiasi terkait
dengan
warisan budaya
di tingkat
kabupaten.
Asosiasi
pariwisata
terkait
2.4. Mengembangkan
Kampung Wisata
Budaya di KSPP
Muntok dsk.
2.4.1. Menetapkan,
menata dan mengemas
kampung wisata
bertema sebagai daya
tarik wisata dengan
keunikan kehidupan
masyarakat di setiap
lingkungan kampung
wisata
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat provinsi
dan kabupaten
asosiasi terkait
dengan
warisan budaya
di tingkat
kabupaten.
Asosiasi
pariwisata
terkait
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-10
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
2.4.2. Melakukan
pelatihan untuk
meningkatkan
keterampilan
masyarakat pelaku
usaha pariwisata di
Kampung Wisata
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat provinsi
dan kabupaten
asosiasi terkait
dengan
warisan budaya
di tingkat
kabupaten.
OPD terkait
dengan
perdagangan
dan UMKM
3 Peningkatan
daya dukung
lingkungan di
kawasan Kota
Muntok
3.1 Pengendalian
banjir, sekaligus
sebagai usaha untuk
mendukung kegiatan
pariwisata di Kota Tua
Muntok.
3.1.1. Pembuatan
bangunan
pengendalian banjir
(kolam retensi,
embung, pintu air, dll)
di aliran sungai yang
menyebabkan banjir di
klaster Melayu dan
klaster Cina;
V V V
OPD yang
membidangi
pekerjaan
umum
OPD yang
membidangi
perencanaan
dan lingkungan
hidup
3.1.2. Pengerukan
sedimen di kawasan
pesisir Kota Muntok; V V V V V V V
OPD yang
membidangi
pekerjaan
umum
OPD yang
membidangi
perencanaan
dan lingkungan
hidup
3.1.3. Penghijauan
kembali lahan bekas
tambang di kawasan
hutan lindung Bukit
Menumbing sebagai
daya tarik wisata
keanekaragaman
hayati;
V V V V V
OPD yang
membidangi
lingkungan
hidup
OPD yang
membidangi
perencanaan,
pariwisata dan
kebudayaan
3.1.4. Memperbanyak
daerah resapan air
berupa Ruang Terbuka
Hijau, yang sekaligus
V V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
OPD yang
membidangi
pekerjaan
umum,
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-11
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
dapat dimanfaatkan
bagi kegiatan wisata
pariwisata dan
kebudayaan
3.1.5. Menata
sempadan sungai
sebagai ruang publik
yang dapat
dimanfaatkan sebagai
taman rekreasi
V
OPD yang
membidangi
perencanaan
OPD yang
membidangi
lingkungan
hidup, dan
pekerjaan
umum
3.1.6 . Melakukan
pendampingan pada
masyarakat yang
tinggal di
bantaran/sempadan
sungai dan pantai
untuk menjadikan
sungai / laut sebagai
muka bangunan
V V V V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
OPD yang
membidangi
perumahan
dan pekerjaan
umum
3.2 Penyusunan
regulasi dan
implementasi
pengelolaan limbah ke
aliran sungai dan laut.
3.2.1 . Menyusun
peraturan yang
berkekuatan hukum
mengenai pelarangan
pembuangan limbah /
sampah secara
langsung ke badan
sungai dan laut
V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
OPD yang
membidangi
lingkungan
hidup dan
pekerjaan
umum
3.2.2. Membangun
IPAL komunal untuk
mengolah limbah
rumahtangga
masyarakat yang
tinggal di sempadan
sungai dan laut.
V V
OPD yang
membidangi
pekerjaan
umum
OPD yang
membidangi
lingkungan
hidup, dan
perencanaan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-12
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
3.3 Pemanfaatan
bekas lahan galian
tambang ilegal
3.3.1. Pemanfaatan
bekas lahan galian
tambang sebagai lokasi
kegiatan wisata
V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
OPD yang
membidangi
pariwisata
3.3.2. Revitalisasi
lahan bekas tambang
illegal melalui
reklamasi dan
rehabilitasi.
V V
OPD yang
membidangi
lingkungan
hidup
OPD yang
membidangi
perencanaan
4 Aksesibilitas
eskternal
menuju KSPP
Muntok dsk,
maupun
aksesibilitas
internal dalam
kawasan dan
dukungan
fasilitas serta
prasarana
penunjang
pariwisata
4.1. Perencanaan,
pembangunan, dan
pengaturan integrasi
fasilitas dan layanan
antarmoda di
Pelabuhan Tanjung
Kalian untuk
meningkatkan
aksesibilitas wisatawan
menuju dan di dalam
KSPP Muntok dsk
4.1.1. Perencanaan
dan pengembangan
simpul angkutan umum
di Pelabuhan Tanjung
Kalian untuk
mewujudkan integrasi
layanan angkutan
antarmoda.
V V
OPD yang
membidangi
perhubungan
tingkat
kabupaten dan
provinsi
OPD yang
membidangi
perencanaan
tingkat provinsi
4.1.2. Penyediaan
fasilitas perpindahan
antarmoda beserta
media informasi,
perambuan dan
penunjuk arah di
Pelabuhan Tanjung
Kalian menuju daya
tarik wisata di KSPP
Muntok dsk.
V V
OPD yang
membidangi
perhubungan
di tingkat
provinsi dan
kabupaten
OPD yang
membidangi
perencanaan
dan pekerjaan
umum di
tingkat provinsi
dan kabupaten
4.1.3. Pengembangan
dan penataan trayek
angkutan umum rute
Pelabuhan Tanjung
Kalian yang
mengakomodir daya
tarik wisata yang ada di
KSPP Muntok dsk.
V V
OPD yang
membidangi
perhubungan
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perencanaan
tingkat
perencanaan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-13
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
4.1.4. Pembangunan
halte-halte angkutan
umum pada Jalan
Nasional Tanjung
Kalian – Muntok di
Kecamatan Muntok
untuk menangkap
pergerakan regional
menuju KSPP Muntok
dsk.
V V
OPD yang
membidangi
perhubungan
tingkat provinsi
OPD yang
membidangi
perencanaan
tingkat provinsi
4.1.5. Penyediaan
rambu-rambu penunjuk
arah (signage) menuju
daya tarik wisata V V
OPD yang
membidangi
perhubungan
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
perencanaan
tingkat
kabupaten
4.2. Penyelarasan
pemanfaatan fungsi
Pelabuhan Lama
Muntok agar
bermanfaat bagi
kepariwisataan KSPP
Muntok dsk
4.2.1. Penataan
Pelabuhan Lama
sebagai DTW baru yang
lebih menarik V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
kebudayaan di
tingkat
kabupaten
4.2.2. Restorasi
bangunan peninggalan
sejarah ke bentuk
aslinya
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
kebudayaan di
tingkat provinsi
dan kabupaten
OPD bidang
pekerjaan
umum,
asosiasi terkait
peninggalan
budaya dan
sejarah tingkat
nasional,
provinsi dan
kabupaten
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-14
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
4.3. Pengembangan
transportasi ramah
lingkungan di Kota Tua
Muntok;
4.3.1. Membangun,
memperkenalkan, dan
mengembangkan
sistem transportasi
yang minim polusi
(sepeda dan motor
listrik) di Kota Tua
Muntok bagi wisatawan
V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
kabupaten
OPD bidang
pariwisata dan
perhubungan
di tingkat
kabupaten
4.3.2. Penyediaan jalur
khusus sepeda yang
aman dan nyaman bagi
penduduk dan
wisatawan. V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
kabupaten
OPD bidang
pariwisata dan
budaya,
perhubungan
dan pekerjaan
umum di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
4.3.3. Penyediaan
sarana dan prasarana
pendukung jalur
sepeda seperti stasiun
penyewaan sepeda,
tempat parkir sepeda
(docking), media
informasi, dan rambu-
rambu/signage.
V V V
OPD yang
membidangi
perhubungan
di tingkat
provinsi dan
kabupaten
OPD bidang
pariwisata,
budaya dan
pekerjaan
umum di
tingkat provinsi
dan kabupaten
4.4. Membangun dan
mengembangkan
prasarana pejalan kaki
bagi penduduk dan
wisatawan untuk
meningkatkan
kemauan berjalan kaki
di kawasan Kota Tua
Muntok.
4.4.1. Penyediaan
jalur khusus pejalan
kaki yang menerus,
aman dan nyaman bagi
penduduk dan
wisatawan sesuai
standar dan peraturan
yang berlaku
V V
OPD yang
membidangi
pekerjaan
umum di
tingkat
kabupaten
OPD bidang
perencanaan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-15
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
4.5. Mengintegrasikan
prasarana dan sarana
angkutan umum
dengan fasilitas
bersepeda, pejalan kaki
dan moda lainnya di
kawasan Kota Tua
Muntok
4.5.1. Pembangunan
simpul angkutan umum
sebagai tempat
pergantian antarmoda
berupa halte atau
shelter yang dilengkapi
dengan fasilitas
pesepeda dan fasilitas
pejalan kaki.
V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
kabupaten
OPD bidang
perhubungan,
pekerjaan
umum,
pariwisata dan
kebudayaan
5 Peningkatan
kapasitas
masyarakat
dan usaha
pariwisata
lokal
5.1. Sosialisasi dan
pembinaan sadar
wisata bagi masyarakat
lokal
5.1.1. Pembentukan
dan pembinaan
kelompok masyarakat
sadar wisata di Kota
Muntok
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
kebudayaan di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
parencanaan di
tingkat
kabupaten
5.1.2. Pelatihan,
pembinaan dan
pendampingan untuk
meningkatkan
kapasitas kelompok
masyarakat sadar
wisata
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
kebudayaan di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
OPD yang
membidangi
perencanaan,
asosiasi terkait
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
5.2. Sosialisasi,
workshop, dan
pendampingan
pengembangan produk
pariwisata kreatif
berbasis sejarah,
warisan budaya, dan
kuliner kepada
masyarakat lokal
5.2.1. Pembentukan
dan pembinaan
kelompok usaha
pariwisata kreatif
masyarakat Muntok
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perencanaan di
tingkat
kabupaten
5.2.2. Sosialisasi
pemanfaatan peluang
usaha pariwisata kreatif
berbasis sejarah,
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
OPD yang
membidangi
perencanaan,
perdagangan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-16
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
warisan budaya dan
kuliner kepada
kelompok usaha
pariwisata Muntok
tingkat
kabupaten
dan UMKM di
tingkat
Kabupaten
5.2.3. Pelatihan dan
pendampingan
peningkatan kapasitas
kelompok usaha
pariwisata khususnya
yang mendukung
pariwisata sejarah,
warisan budaya, dan
kuliner
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perencanaan,
perdagangan
dan UMKM di
tingkat
kabupaten
5.3. Peningkatan
kapasitas bagi
masyarakat lokal untuk
mendukung pariwisata
sejarah, warisan
budaya, dan kuliner
5.3.1. Pelatihan
interpretasi wisata
sejarah, warisan
budaya dan kuliner bagi
masyarakat lokal
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perencanaan di
tingkat
kabupaten dan
asosiasi terkait
warisan budaya
5.3.2. Pelatihan dan
pendampingan
pengelolaan homestay
dan kampung wisata
bagi masyarakat lokal
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
buday di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perencanaan
dan UMKM di
tingkat
kabupaten dan
asosiasi terkait
warisan
budaya, dan
asosiasi terkait
usaha
pariwisata
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-17
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
5.3.3. Pelatihan
manajemen usaha
kuliner sesuai standar
higienis bagi usaha
lokal.
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perdagangan
dan UMKM di
tingkat
kabupaten dan
asosiasi terkait
warisan
budaya, dan
asosiasi terkait
usaha
pariwisata
5.4. Mengarahkan
lokasi usaha kuliner ke
kawasan yang sesuai
dengan fungsinya
5.4.1. Menetapkan
lokasi-lokasi pusat
kegiatan kuliner di kota
Muntok V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
pariwisata,
kebudayaan
dan
perdaganngan
5.4.2. Sosialisasi dan
memberi arahan untuk
merelokasi usaha
kuliner yang ada pada
lokasi yang sudah
ditetapkan
V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
pariwisata,
kebudayaan,
perdagangan,
5.4.3. Penataan pusat-
pusat kegiatan kuliner
yang bersih, rapi dan
nyaman dengan desain
yang menarik untuk
dikunjungi
V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
pariwisata,
perdagangan
dan pekerjaan
umum di
tingkat
kabupaten
5.5. Mengembangkan
usaha-usaha pariwisata
lain untuk mendukung
5.5.1. Pelatihan
peluang usaha
pariwisata kreatif yang
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
OPD yang
membidangi
perdagangan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-18
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
tema pariwisata KSPP
Muntok dsk
potensial
dikembangkan untuk
mendukung pariwisata
berbasis sejarah,
warisan budaya dan
kuliner
tingkat
kabupaten
dan UMKM di
tingkat
kabupaten
5.5.2. Penyusunan
sistem insentif bagi
pengusaha pariwisata
lokal V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perdagangan
dan UMKM di
tingkat
kabupaten
5.5.3. Penyediaan took
cinderamata untuk
membantu pemasaran
produk usaha
pariwisata kreatif
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perdagangan
dan UMKM di
tingkat
kabupaten
6 Optimalisasi
program
pemasaran
dan promosi
untuk
memperkenalk
an nilai-nilai
sejarah dan
budaya Kota
Muntok
6.1 Mengembangkan
basis data jumlah
kunjungan wisatawan
nusantara dan
wisatawan
mancanegara yang
terpadu antara seluruh
usaha pariwisata, desa,
dan kecamatan
berbasis teknologi
informasi
6.1.1. Membuat sistem
jaringan data
wisatawan yang
terintegrasi sebagai
basis data kunjungan
wisatawan
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
OPD yang
membidangi
perencanaan,
dan badan
pusat statistik
di tingkat
kabupaten dan
provinsi
6.1.2. Pendataan
jumlah kunjungan
wisatawan nusantara
dan wisatawan
mancanegara
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
OPD yang
membidangi
perencanaan,
dan badan
pusat statistik
di tingkat
kabupaten dan
provinsi
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-19
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6.2 Mengembangkan
penelitian pasar
wisatawan yang
berkesinambungan
untuk meningkatkan
pengetahuan dan
pemahaman tentang
karakteristik,
kebutuhan, dan
preferensi pasar
wisatawan untuk
memberikan
pengalaman yang lebih
berkualitas
6.2.1. Melakukan
survey primer kepada
wisatawan, baik melalui
kuesioner, wawancara
maupun pengamatan
langsung di lapangan,
terkait profil dan
perilaku perjalanan
wisatawan
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
Lembaga
pendidikan
pariwisata.
6.2.2. Membuka kotak
pengaduan wisatawan
untuk mengetahui
preferensi dan
kebutuhan wisatawan
V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten
Lembaga
kemanan di
tingkat lokal,
atau
kabupaten
6.3 Mengembangkan
pasar wisatawan
nusantara dari
kabupaten lain di Prov.
Kep. Bangka Belitung,
kabupaten/kota lain di
Provinsi Sumatera
Selatan, serta dari DKI
Jakarta, Jawa dan
sekitarnya.
6.3.1. Kerjasama
pengembangan
pariwisata dengan
daerah lain V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
OPD yang
membidangi
perencana di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
6.3.2. Mempromosikan
DTW Kota Muntok
secara terpadu dengan
DTW sejenis di daerah
lain
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
OPD yang
membidangi
perencana di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
6.4 Mengembangkan
pasar wisatawan
mancanegara asal
Australia, Belanda,
Jepang dan Inggris,
serta wisman keluarga
dan minat khusus
6.4.1. Melakukan
promosi pariwisata
sejarah, budaya dan
kuliner Kota Tua
Muntok ke negara
Australia, Belanda,
Jepang dan Inggris
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
Asosiasi bidang
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-20
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
sejarah dan budaya
sebagai target utama
6.4.2. Mengikuti pamer
an/travel mart/promosi
pariwisata di negara
Australia, Belanda,
Jepang dan Inggris
untuk memperkenalkan
pariwisata sejarah,
budaya dan kuliner
Kota Tua Muntok
V V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
Asosiasi bidang
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
6.5 Mengembangkan
even berskala nasional
dan internasional
dengan tema sejarah,
warisan budaya, dan
kuliner secara regular
6.5.1. Menyelenggarak
an even pariwisata
sejarah, budaya dan
kuliner di
Pangkalpinang, Jakarta,
Palembang.
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kebupaten dan
provinsi
Asosiasi bidang
pariwisata dan
asosiasi bidang
pelestarian
budaya di
tingkat
kabupaten
6.5.2. Mempromosikan
dan mengundang
partisipan secara
nasional dan
internasional untuk
mengikuti even
pariwisata sejarah,
budaya dan kuliner di
Kota Tua Muntok
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
Asosiasi bidang
pariwisata dan
asosiasi bidang
pelestarian
buday di
tingkat
kabupaten
6.6 Memperkuat upaya
branding, advertising
dan selling untuk
mendukung
pembentukan citra
Kota Tua Muntok
sebagai destinasi
pariwisata sejarah,
6.6.1. Penguatan
karakter DTW sejarah,
warisan budaya, dan
kuliner sebagai
identitas pariwisata
Kota Tua Muntok
melalui design dan
program interpretasi
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perencanaan,
perhubungan
di tingkat
kabupaten
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-21
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
warisan budaya, dan
kuliner
6.6.2. Membuat dan
menyebarkan brosur,
buklet, baliho dan
pemberitaan di media
masa terkait pariwisata
sejarah, warisan
budaya, dan kuliner
sebagai identitas
pariwisata Kota Tua
Muntok
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat
kabupaten
OPD yang
membidangi
perencanaan di
tingkat
kabupaten dan
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat provinsi
7 Integrasi dan
implementasi
kebijakan dan
rencana
7.1 Sosialisasi
berbagai kebijakan dan
rencana terkait KSPP
Muntok dsk kepada
seluruh pemangku
kepentingan
7.1.1. Mengadakan
seminar /
lokakarya terkait
kebijakan dan rencana
pengembangan
pariwisata KSPP
Muntok dsk kepada
pihak pemerintah,
swasta, dan
masyarakat
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata dan
budaya di
tingkat
kabupaten dan
provinsi
Asosiasi terkait
pariwisata dan
pelestarian
budaya
7.2 Koordinasi
antarpemangku
kepentingan dalam
sinkronisasi
penyusunan,
pelaksanaan, serta
pengawasan berbagai
kebijakan dan rencana
pengembangan
pariwisata di KSPP
Muntok dsk.
7.2.1. Melakukan
pertemuan rutin antar
pemangku kepentingan
untuk melakukan
koordinasi dan
sinkronisasi
penyusunan,
pelaksanaan, serta
pengawasan berbagai
kebijakan dan rencana
pengembangan pariwis
ata di KSPP Muntok
dsk.
V V V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
provinsi
OPD yang
terkait
pariwisata,
asosiasi terkait
pariwisata di
tingkat provinsi
dan kabupaten
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-22
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
7.3 Memprioritaskan
sinkronisasi dan
implementasi kebijakan
dan rencana yang
terkait dengan
pelestarian kebudayaan
dan sejarah, serta
kuliner dalam bentuk
wisata tematik.
7.3.1. Membentuk tim
pengawas pelaksanaan
kebijakan Kota Pusaka
Muntok. V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
kabupaten
OPD terkait
pelestarian
budaya dan
asosiasi terkait
pelestarian
budaya di
tingkat
kabupaten
7.3.2. Menyusun
insentif dan disinsentif
bagi pelaksana
kebijakan
V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
kabupaten
Seluruh OPD di
tingkat
kabupaten
8 Komitmen
yang konsisten
dan
peningkatan
peran serta
koordinasi
antar
pemangku
kepentingan
8.1 Meningkatkan
pemahaman dan
persepsi pemangku
kepentingan tentang
pariwisata sejarah,
warisan budaya, dan
wisata kuliner;
8.1.1. Mengadakan
seminar rutin mengenai
pengelolaan kota
pusaka dan wisata
budaya
V V V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata
Lembaga
pendidikan dan
asosiasi di
tingkat
kabupaten,
provinsi dan
nasional
8.2 Meningkatkan
koordinasi dan
komunikasi di tingkat
daerah untuk
menyatukan persepsi
dalam tata kelola KSPP
Muntok dsk;
8.2.1. Membentuk dan
membina forum
pengembangan
pariwisata KSPP
muntok V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
provinsi
OPD yang
terkait
pariwisata,
asosiasi terkait
pariwisata dan
pelestarian
budaya di
tingkat provinsi
dan kabupaten
8.2.2. Merumuskan
berbagai bentuk kerja
sama antarpemangku
kepentingan V V V
OPD yang
membidangi
perencanaan
di tingkat
provinsi
OPD yang
terkait
pariwisata,
asosiasi terkait
pariwisata dan
pelestarian
budaya di
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-23
No ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN INSTANSI
PENANGGUNG
JAWAB
INSTANSI
PENDUKUNG 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
tingkat provinsi
dan kabupaten
8.3 Pembuatan
kesepakatan bersama
pengembangan Kota
Tua Muntok sebagai
salah satu destinasi
pariwisata sejarah,
warisan budaya, dan
kuliner
8.3.1. Penyusunan
kesepakatan bersama
antar pemangku
kepentingan dan
pembuat keputusan
dan penyepakatan
langkah-langkah
implementasinya
V V V
OPD yang
membidangi
pariwisata di
tingkat provinsi
OPD yang
terkait
pariwisata,
asosiasi terkait
pariwisata dan
pelestarian
budaya di
tingkat provinsi
dan kabupaten
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-24
6.3 Rencana Fisik
Muatan Rencana Induk untuk aspek fisik meliputi rencana struktur ruang kawasan, rencana pusat
pelayanan pariwisata utama kawasan, rencana sistem jaringan pergerakan, serta rencana
pembangunan fasilitas pariwisata, fasilitas umum, dan prasarana umum pendukung pariwisata.
6.3.1 Rencana Struktur Ruang Kawasan
Rencana struktur ruang kawasan KSPP Muntok dan sekitarnya mencakup penetapan kawasan
dan subkawasan (klaster kegiatan wisata) dengan temanya masing-masing sesuai dengan hasil
analisis kepariwisataan kawasan, khususnya jenis daya tarik wisata, atribut penting,
keterkaitannya dengan periode sejarah, dan sebaran daya tarik wisata di KSPP Muntok dan
sekitarnya. Sesuai dengan tema produk pariwisata kawasan yang telah diamanatkan dalam Perda
Nomor 7 Tahun 2016 tentang Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung, maka tema produk
pariwisata KSPP Muntok dan sekitarnya adalah wisata sejarah, warisan budaya dan kuliner.
Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi kepariwisataan dan arahan kebijakan di KSPP Muntok
dan sekitarnya, serta sesuai dengan kesepakatan pemangku kepentingan dalam pembahasan
laporan sebelumnya, RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya ini akan fokus pada Kawasan Kota Tua
Muntok, di Kecamatan Muntok. Dengan demikian kawasan wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya
ditetapkan sebagai berikut:
(1) Kawasan Kota Tua Muntok,
(2) Kawasan Tanjung Kalian-Batu Rakit,
(3) Kawasan Bukit Menumbing,
(4) Kawasan Tanjung Ular, dan
(5) Kawasan Smelter Timah.
Namun selain ke-5 kawasan pariwisata di Kecamatan Muntok tersebut di atas, terdapat 3
kawasan lain di luar Kecamatan Muntok yang memiliki keterkaitan erat dengan pengembangan
pariwisata warisan budaya maupun kuliner di Kota Tua Muntok, dan tercantum dalam Ripparprov
Kepulauan Bangka Belitung sebagai bagian dari KSPP Muntok dan sekitarnya, yaitu :
(1) Kawasan Jebus,
(2) Kawasan Kelapa, dan
(3) Kawasan Tempilang.
Pemilihan daya tarik wisata budaya (tangible dan intangible) dengan tingkat signifikansi masing-
masing yang mendukung pengembangan tema di masing-masing kawasan didasarkan pada data
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-25
daya tarik wisata yang tercantum di RAKP Muntok. Demikian juga dengan pembagian klaster di
Kota Tua Muntok akan mengikuti pembagian klaster berdasarkan RAKP Muntok, yaitu Klaster
Eropa, Klaster Melayu, dan Klaster Cina.
Tabel 6.8 Tema Kawasan Pariwisata di KSPP Muntok dan Sekitarnya
NO KAWASAN TEMA
1 Kawasan Kota Tua Muntok • Wisata sejarah (Kesultanan Palembang, Perang Dunia
II, Pascakemerdekaan, Pertambangan timah), tema
klaster (Eropa, Melayu, Cina)
• Wisata warisan budaya,
• Wisata kuliner khas Muntok
2 Kawasan Bukit Menumbing • Wisata sejarah Pascakemerdekaan
• Ekowisata – Bukit Menumbing
3 Kawasan Tanjung Kalian-Batu
Rakit
• Wisata sejarah Kesultanan Palembang, PD II/Jepang
(menarasuar dan monumen tenggelamnya kapal
sekutu)
• Wisata alam pantai
4 Kawasan Tanjung Ular • Wisata sejarah (menara suar dan lokasi tenggelamnya
kapal sekutu)
• Wisata alam pantai
5 Kawasan Smelter Timah • Edurekreasi timah
6 Kawasan Tempilang • Wisata Budaya - tradisi perang ketupat
• Wisata kuliner olahan laut
7 Kawasan Kelapa • Rest Area
8 Kawasan Jebus • Wisata alam Pantai Bembang
Selain kawasan dan klaster wisata bertema, dalam struktur ruang kawasan ini juga akan
ditetapkan area pusat pelayanan pariwisata utama yang berada di Klaster Eropa-Kawasan Kota
Tua Muntok, yaitu di area sekitar Museum Timah Indonesia-Masjid Baitul Hikmah-Gedung
Concordia-Taman Yuliana-Taman WIlhemina dan sekitarnya. Pertimbangan dalam pemilihan
lokasi pusat pelayanan pariwisata utama ini adalah:
1. Arahan kebijakan dan atau rencana terkait yang telah ditetapkan untuk kawasan ini.
2. Aksesibilitas terkait pintu masuk wisatawan ke kawasan Kota Tua Muntok yang dilalui oleh
pergerakan eksternal dari Tanjung Kalian menuju Pangkal Pinang dan kota-kota lain di Pulau
Bangka.
3. Keberadaan fasilitas dan kemungkinan pengembangan kawasan ke depannya.
4. Kemudahan pencapaian dari berbagai kawasan pariwisata.
Rencana struktur ruang kawasan untuk KSPP Muntok dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar
6.1 berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-26
Gambar 6.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kawasan KSPP Muntok dan Sekitarnya
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-27
Agar struktur ruang tersebut dapat berfungsi optimal, maka kawasan-kawasan pariwisata tersebut
harus terhubungkan oleh sistem transportasi yang baik dan memadai, serta mudah dijangkau dan
dicapai wisatawan. Oleh karena itu kawasan pariwisata ini harus saling terintegrasi dan memiliki
akses yang baik dan terhubungkan koridor jalan nasional dan jalan kabupaten, sehingga
menciptakan integrasi dan kemudahan akses dari berbagai kawasan pariwisata yang
dikembangkan.
Peningkatkan aksesibilitas kawasan-kawasan pariwisata tersebut dapat dilakukan melalui
penyediaan prasarana dan sarana angkutan jalan raya, yakni simpul, trayek dan moda angkutan
umum / angkutan pariwisata yang memadai dan terpadu, dilengkapi prasarana dan sarana
transportasi penunjangnya, diantaranya terminal, halte, marka jalan, dan rambu-rambu lalu lintas
menuju kawasan pariwisata dan daya tarik wisata.
Saat ini akses menuju KSPP Muntok dan sekitarnya telah terlayani oleh sistem jaringan jalan
nasional yang melintasi Kabupaten Bangka Barat hingga Tanjung Kalian, yang berfungsi untuk
melayani pergerakan eksternal menuju Kota Tua Muntok, serta jaringan jalan kabupaten yang
melayani pergerakan di internal Kota Tua Muntok dan sekitarnya menuju kawasan pariwisata dan
atau daya tarik wisata, dengan kondisi jalan cukup baik dengan permukaan aspal. Akses eksternal
menuju Kota Tua Muntok melalui jalur darat, sebagian besar terlayani oleh sistem jaringan jalan
nasional yang kondisinya baik dengan permukaan aspal, dari Kota Pangkalpinang (Bandar Udara
Depati Amir) menuju Kota Tua Muntok kurang lebih 3 jam dengan menggunakan kendaraan
bermotor.
Selain transportasi darat, akses eksternal lain menuju Kota Tua Muntok dapat dilakukan melalui
transportasi laut dengan memanfaatkan Dermaga Penyeberangan Tanjung Kalian di Kecamatan
Muntok. Dermaga Penyeberangan Tanjung Kalian saat ini sudah terlayani oleh kapal ferry ro-ro
dengan rute penyeberangan Tanjung Kalian - Tanjung Api-api (Sumatera Selatan) dan kapal cepat
(speedboat) dengan rute penyeberangan Tanjung Kalian – Palembang pp (Sumatera Selatan).
Adapun akses internal di dalam Kota Muntok saat ini sudah terlayani oleh sistem jaringan jalan
kabupaten yang sebagian besar kondisinya sudah beraspal dan cukup baik, serta menjangkau
hampir ke seluruh daya tarik wisata yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya. Namun demikian
sistem transportasi internal Kota Tua Muntok ini perlu ditata agar saling terintegrasi antara
pergerakan regional dengan pergerakan di internal KSPP Muntok dan sekitarnya, agar dapat
melayani kebutuhan pergerakan penduduk dan wisatawan menuju daya tarik wisata dalam suatu
sistem jaringan transportasi dari berbagai prasarana dan sarana transportasi, yaitu:
• Prasarana pejalan kaki yang menerus, aman, dan nyaman bagi penduduk dan wisatawan
sehingga meningkatkan kemauan untuk berjalan kaki di kawasan Kota Tua Muntok;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-28
• Prasarana dan sarana bersepeda di dalam kawasan Kota Tua Muntok yang aman dan nyaman,
baik untuk kepentingan sehari-hari maupun untuk kepentingan wisata;
• Prasarana dan sarana angkutan umum yang terintegrasi dengan fasilitas bersepeda, pejalan
kaki dan moda lainnya di kawasan Kota Tua Muntok;
• Prasarana dan sarana angkutan khusus wisata menuju kawasan-kawasan pariwisata di KSPP
Muntok dan sekitarnya.
Agar tercipta konektivitas antara pergerakan regional dengan pergerakan internal perkotaan
Muntok, maka perlu dikembangkan halte-halte di sepanjang jalur trayek dan/atau di pertemuan
trayek untuk mengakomodir kebutuhan pergerakan penduduk / wisatawan dan menarik
pergerakan regional untuk masuk ke perkotaan Muntok.
Simpul pergerakan lalu lintas di Kecamatan Muntok adalah Terminal Muntok yang berada di
Kelurahan Tanjung. Kondisi terminal saat ini tidak berfungsi optimal, karena trayek-trayek regional
antarkabupaten tidak lagi menggunakan terminal tersebut, disebabkan lokasi terminal Muntok
yang tidak terletak di lintasan regional. Rencananya terminal regional akan dikembangkan di Kota
Baru Muntok yang berada di lintasan regional (jalan nasional) dengan jenis terminal tipe B.
6.3.2 Rencana Pusat Pelayanan Pariwisata
Kebutuhan pusat pelayanan pariwisata kawasan KSPP Muntok dan sekitarnya ditetapkan
berdasarkan pertimbangan lokasi yang strategis dan aksesibel, fungsi penting kawasan, serta
kondisi kawasan Kota Tua Muntok dan kebutuhan kegiatan pariwisata di kawasan, sesuai dengan
arahan dan rencana yang terkait dengan pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pusat pelayanan pariwisata utama kawasan
ditetapkan di area Klaster Eropa, tepatnya di area Museum Timah Indonesia-Gedung Concordia-
Masjid-Taman Juliana-Taman Wilhelmina dan sekitarnya (lihat gambar 6.4).
Pusat pelayanan pariwisata kawasan ini memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan utama bagi
pengunjung yang datang ke Kota Tua Muntok secara khusus, maupun ke KSPP Muntok atau
bahkan ke Kabupaten Bangka Barat.
Adapun rencana pengembangan fasilitas pariwisata dan pendukung di pusat pelayanan pariwisata
utama ini terdiri dari :
1. Pusat Informasi Wisata (Tourist Information Centre/TIC) skala kabupaten, khususnya
memberikan informasi tentang daya tarik wisata yang terdapat tidak hanya di Kota Tua
Muntok, tetapi juga di Kabupaten Bangka Barat, dan juga informasi tentang daya tarik wisata
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum. Selain itu juga perlu disediakan
informasi terkait penyediaan akomodasi, transportasi wisata dan fasilitas pariwisata maupun
fasilitas umum lainnya, seperti rumah makan/restoran/café, lokasi ATM, dan lain-lain.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-29
Informasi dapat disediakan dalam bentuk peta/brosur/leaflet maupun buku-buku referensi
tentang Kota Tua Muntok dan hal-hal yang terkait, seperti sejarah pertambangan timah,
sejarah Perang Dunia II, sejarah Pascakemerdekaan dan lain-lain. Petugas di TIC diharapkan
juga dapat merangkap sebagai guide yang menjelaskan
2. Sanggar seni dan budaya, yang menyajikan pertunjukan kesenian maupun sekedar latihan
sehari-hari penduduk setempat secara rutin yang dapat ditonton oleh pengunjung, dan bahkan
ikut berlatih tarian atau kesenian lainnya.
3. Bengkel workshop bagi komunitas budaya/seni kerajinan, untuk bekerja maupun
memamerkan hasil karyanya. Pengunjung yang datang selain dapat melihat proses
pembuatan, juga dapat ikut serta berlatih atau membuat karya seni kerajinan, dan juga
membeli produk yang ditampilkan.
4. Masjid, untuk melaksanakan ibadah bagi umat Islam. Saat ini sudah terdapat masjid yang
berlokasi di halaman Museum Timah Indonesia yang kondisinya sangat baik dan lokasinya
yang strategis, dapat digunakan oleh pengunjung.
5. Toilet, yang dapat diakses dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun
pengunjung. Saat ini sudah ada toilet di lokasi Museum Timah Indonesia.
6. ATM/money changer, yang dapat berlokasi di dalam TIC atau tempat strategis lainnya, untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan,
7. Sarana transportasi internal kawasan (parkIr bagi kendaraan pengunjung, tempat penyewaan
sepeda untuk pengunjung yang ingin mengeksplore Kawasan Kota Tua Muntok dengan
menggunakan sepeda),
8. Restoran/warung makan/café, yang menawarkan menu-menu khas Muntok bagi wisatawan
baik makanan berat maupun ringan.
9. Perwakilan travel biro, untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang emmerlukan pemesanan
tiket, akomodasi dan lain-lain. Dapat berlokasi bersama dengan TIC.
10. Toko cinderamata, yang menjual beragam cenderamata khas Muntok/Bangka Barat, baik
makanan maupun kerajinan tangan, kain tenun, kaos/T-shirt, gantungan kunci maupun
benda-benda kenangan khas Muntok.
11. Fasilitas keamanan, dapat berupa pos keamanan bekerja sama dengan kepolisian setempat.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-30
Gambar 6.2 Peta Rencana Pusat Pelayanan Pariwisata Utama
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-31
Gambar 6.3 Lokasi Pusat Pelayanan Pariwisata Utama di Kota Muntok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-32
6.3.3 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan
Konsep pergerakan dan konektivitas di KSPP Muntok dan sekitarnya diarahkan pada:
1. Terhubungnya aktivitas penduduk termasuk wisatawan dalam suatu sistem jaringan
transportasi dari beragam prasarana dan sarana yaitu:
- Prasarana pejalan kaki
- Prasarana dan sarana bersepeda
- Prasarana dan sarana angkutan umum
- Prasarana dan sarana angkutan khusus wisata
2. Terlayaninya kebutuhan pergerakan penduduk dan wisatawan melalui penyediaan jaringan
trayek dan simpul pergerakan yang terintegrasi antara pergerakan regional dengan
pergerakan di internal KSPP Muntok dan di Kota Tua Muntok.
3. Terwujudnya integrasi antara prasarana dan sarana angkutan umum dengan fasilitas
bersepeda, pejalan kaki dan moda lainnya di kawasan Kota Tua Muntok.
4. Terciptanya prasarana pejalan kaki yang menerus, aman, dan nyaman bagi penduduk dan
wisatawan sehingga meningkatkan kemauan untuk berjalan kaki di kawasan Kota Tua
Muntok.
5. Terciptanya jaringan prasarana dan sarana bersepeda di dalam kawasan Kota Tua Muntok
yang aman dan nyaman, baik untuk kepentingan sehari-hari maupun untuk kepentingan
wisata.
Berdasarkan konsep tersebut, maka rencana sistem jaringan pergerakan di KSPP Muntok dan
sekitarnya dalam subbab rencana induk ini mencakup usulan rute yang menghubungkan antar
satu kawasan dengan kawasan lainnya, antarpusat pelayanan pariwisata utama dengan klaster
dan kawasan wisata yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya serta antarklaster dan daya tarik
wisata utama di Kota Tua Muntok.
Untuk lebih jelasnya rencana sistem jaringan pergerakan di KSPP Muntok dan sekitarnya serta
jaringan pergerakan di Kota Tua Muntok tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.6 dan 6.7 berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-33
Gambar 6.4 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan KSPP Muntok dan Sekitarnya
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-34
Gambar 6.5 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan Kota Tua Muntok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-35
A. Rencana Pergerakan Internal di Kawasan Kota Tua Muntok
Rencana pergerakan internal di tiga klaster prioritas (Klaster Eropa, Melayu, dan Cina) di Kawasan
Kota Tua Muntok diarahkan melalui pengembangan jalur sepeda dan pejalan kaki (pedestrian).
Hal ini sejalan dengan rencana pengembangan transportasi dalam dokumen Rencana Aksi Kota
Pusaka dimana pada tiga klaster tersebut akan dikembangkan pola pergerakan tanpa
menggunakan kendaraan bermotor yakni pengembangan jalur sepeda dan pejalan kaki.
Telaah terhadap jaringan prasarana transportasi di masing-masing klaster dipaparkan sebagai
berikut.
1. Klaster Eropa
• Klaster Eropa dilalui oleh jaringan jalan nasional sehingga dapat dijadikan sebagai pintu
masuk pergerakan regional menuju kawasan perkotaan Muntok.
• Kondisi jaringan jalan di Klaster Eropa dengan perkerasan jalan lebar dan masih terdapat
area pengembangan untuk pelebaran jalan atau pengembangan jaringan pesepeda dan
pejalan kaki untuk setiap sisi jalannya.
• Meskipun Terminal Muntok sudah tidak berfungsi optimal untuk melayani pergerakan
regional, namun terminal ini memiliki potensi yang cukup besar yakni memiliki luas lahan
yang besar dan berdekatan aktivitas pelabuhan nelayan dan pasar Muntok yang memiliki
bangkitan dan tarikan pergerakan yang tinggi.
2. Klaster Melayu
• Lebar badan jalan yang sempit (5-6 meter) dan sebagian besar digunakan untuk lalu lintas
dua arah.
• Sebagian besar jalan masih belum memiliki pedestrian.
• Bahu jalan masih dapat dikembangkan menjadi jalur pedestrian.
3. Klaster Cina
• Terdapat jalur pedestrian yang menerus.
• Lebar badan jalan yang sempit (5-6 meter) sehingga diterapkan manajemen lalu lintas
satu arah.
• Tidak terdapat lagi area untuk pengembangan lebar jalan.
• Garis sempadan bangunan di bawah standar yang disyaratkan.
• Potensi hambatan samping yang tinggi karena parkir di badan jalan khususnya untuk
aktivitas perdagangan dan jasa walaupun telah disediakan ruang parkir di salah satu sisi
badan jalan.
- Jalur Sepeda
Pada dasarnya terdapat beberapa tipe jalur sepeda yang dapat dikembangkan yaitu:
1. Jalur sepeda terpisah khusus dari badan jalan kendaraan umum lainnya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-36
2. Jalur sepeda pada badan jalan dan terpisah secara fisik dari arus kendaraan umum.
3. Jalur sepeda pada badan jalan dan terpisah menggunakan marka dari arus kendaraan umum.
4. Jalur sepeda bersatu dengan arus kendaraan umum.
Berdasarkan potensi dan kendala pengembangan jalur sepeda yang telah dipaparkan sebelumnya
maka arahan pengembangan jalur sepeda di Kota Tua Muntok adalah sebagai berikut:
1. Klaster Eropa sangat berpotensi untuk pengembangan jalur sepeda tipe B yaitu jalur sepeda
pada badan jalan dan terpisah secara fisik dari arus kendaraan umum.
2. Klaster Melayu dan Klaster Cina melalui pembangunan bahu jalan yang belum dimanfaatkan
hanya dapat dikembangkan jalur sepeda tipe D dimana jalur sepeda bersatu dengan arus
kendaraan umum pada badan jalan.
Pengembangan jalur pesepeda di Kota Tua Muntok perlu ditunjang dengan prasarana berupa
stasiun sepeda dan docking sepeda. Stasiun sepeda berfungsi sebagai area registrasi pengguna,
check-in dan check-out sepeda, penyewaan perlengkapan, dan pusat informasi. Sedangkan parkir
sepeda (Docking Sepeda) hanya berupa sarana ruang parkir sepeda yang disediakan pada atau
berdekatan dengan daya tarik wisata.
Berikut ilustrasi pengembangan jalur dan fasilitas sepeda di Kota Tua Muntok.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-37
Gambar 6.6 Rencana Pengembangan Jalur dan Fasilitas Sepeda di Kota Tua Muntok
- Jaringan Pejalan Kaki
Pengembangan jalur pejalan kaki/pedestrian diharapkan dapat menerus atau terhubung
antarklaster dan dapat menghubungkan antardaya tarik wisata. Pengembangan jalur pedestrian
dapat memanfaatkan bahu jalan dan saluran drainase (drainase tertutup) di sisi badan jalan.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-38
Gambar 6.7 Rencana Pengembangan Jalur Pejalan Kaki di Kota Tua Muntok
B. Rencana Pengembangan Trayek Angkutan Umum
Pengembangan trayek angkutan umum antarkawasan dengan jarak yang pendek dapat
menyebabkan rendahnya tingkat penggunaan kendaraan umum karena penduduk cenderung
akan tetap menggunakan kendaraan pribadi. Oleh sebab itu pengembangan trayek angkutan
umum akan lebih optimal jika dikembangkan untuk jarak pelayanan lebih dari 10 km dan trayek
yang menghubungkan dengan simpul pergerakan regional lainnya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-39
Berdasarkan data matriks asal tujuan di Kabupaten Bangka Barat yang tercantum dalam Rencana
Induk Transportasi Kabupaten Bangka Barat, maka usulan trayek angkutan umum di Kecamatan
Muntok terdiri dari:
• Terminal Muntok – Tanjung Kalian (via jalan nasional)
• Terminal Muntok – Tanjung Kalian (via Batu Rakit)
• Terminal Muntok – Sungai Baru (Komplek Pemerintahan)
• Terminal Muntok – Air Putih (Tanjung Ular)
• Terminal Muntok – Belo Laut
• Terminal Muntok – Air Belo – Air Limau
Sedangkan trayek regional lintas kecamatan dan kabupaten antara lain adalah dengan
mengoptimalkan trayek angkutan yang sudah beroperasi yakni :
• Muntok – Pangkalpinang PP
• Muntok - Pangkalpinang – Toboali
• Muntok – Bandara Depati Amir PP
• Muntok – Koba
• Muntok – Belinyu
• Muntok – Sungailiat
Penambahkan usulan trayek baru adalah :
• Muntok – Tempilang
• Muntok – Parittiga – Jebus;
• Muntok – Kundi
Berdasarkan usulan trayek angkutan umum dalam Rencana Induk Transportasi Kabupaten
Bangka Barat, seluruh kawasan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya dapat dilalui oleh
trayek angkutan umum. Sebagai tambahan, maka rute Terminal Muntok–Tanjung Kalian
diusulkan untuk juga melalui Batu Rakit, sebagai salah satu daya tarik wisata unggulan KSPP
Muntok dan sekitarnya.
Ilustrasi layanan trayek angkutan umum di Kecamatan Muntok dapat dilihat dalam Gambar 6.10
berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-40
Gambar 6.8 Peta Jaringan Pelayanan Angkutan Umum di Kecamatan Muntok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-41
Gambar 6.9 Peta Jaringan Pelayanan Angkutan Umum di Kota Tua Muntok
Dengan trayek di atas diharapkan pengembangan pelayanan angkutan lebih optimal dari sisi
keterisian mengingat lebih banyak kantong-kantong pergerakan yang dilayani oleh usulan trayek
di atas daripada trayek hanya sekedar melayani tiga klaster dengan jarak yang pendek dan dengan
kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi.
Untuk kepentingan pengembangan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya, dengan adanya
trayek angkutan regional yang sudah ada dan usulan pengembangan trayek di atas tentunya akan
meningkatkan aksesibilitas wilayah di Kecamatan Muntok, khususnya di tiga klaster yang menjadi
prioritas.
C. Simpul Angkutan Umum
Simpul utama pergerakan penduduk dan kendaraan umum di Kecamatan Muntok pada dasarnya
adalah Terminal Muntok yang saat ini sudah tidak lagi berfungsi optimal. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka fungsi terminal Muntok perlu ditinjau ulang dan perlu direncanakan
pemanfaatan lahan terminal yang optimal. Salah satu langkah yang perlu diambil oleh pemerintah
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-42
Kabupaten Bangka Barat adalah melalui regulasi dimana trayek angkutan harus kembali
menggunakan Terminal Muntok saat awal dan akhir trayek, menambah simpul pergerakan baru
di kawasan perkotaan Muntok sebagai subterminal untuk mengakomodir kondisi pergerakan
penduduk saat ini di lokasi prioritas, yaitu di lokasi Segitiga Kelenteng – Masjid Jami’ dan Muntok
Gateway.
Gambar 6.10 Peta Rencana Simpul Angkutan Umum di Kota Tua Muntok
6.3.4 Rencana Pembangunan Fasilitas Pariwisata, Fasilitas Umum, dan
Prasarana Umum Pendukung Pariwisata
Rencana pembangunan fasilitas pariwisata, fasilitas umum, dan prasarana umum pendukung
pariwisata di masing-masing kawasan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya adalah sebagai
berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-43
Tabel 6.9 Rencana Pembangunan Fasilitas Pariwisata, Fasilitas Umum, dan Prasarana Umum Pendukung
di KSPP Muntok dan Sekitarnya
KAWASAN PRODUK WISATA KEBUTUHAN FASILITAS DAN PRASARANA PENDUKUNG
1. Kawasan
Kota Tua
Muntok
• Wisata sejarah
(berbagai periode
sejarah, dan sejarah
penambangan
timah)
• Wisata budaya
kehidupan
masyarakat Kota
Tua Muntok
• Wisata Kuliner Kota
1000 kue
• Night culinary
• TIC skala kabupaten
• Tempat pentas/latihan seni budaya
• Shelter dan angkutan wisata menuju kawasan wisata
di KSPP Muntok dsk
• Parkir kendaraan pengunjung, Penyewaan
sepeda/motor listrik/pedestrian
• Workshop komunitas kerajinan, masjid, tempat
ibadah, toilet, ATM/money changer, travel biro,
• Akomodasi, restoran/warung makan/café,
• Souvenir shop
• Sistem persampahan, Pos keamanan
2. Kawasan
Bukit
Menumbing
• Wisata sejarah
Pascakemerdekaan
• Ekowisata - hiking
• Angkutan wisata khusus menuju pasanggrahan
• Lahan parkir di pintu masuk kawasan
• Mushola, toilet
• Interpretasi sejarah Pasanggrahan Menumbing
• Sistem persampahan
3. Kawasan
Tanjung
Kalian- Batu
Rakit
• Wisata sejarah
Kesultanan
Palembang, PD
II/Jepang (menara
suar dan monumen
tenggelamnya kapal
Australia)
• Wisata alam pantai
• Parkir kendaraan pengunjung
• Mushola, toilet, ATM/money changer,
• Shelter dan angkutan wisata menuju kota Muntok
• Sistem persampahan
4. Kawasan
Tanjung Ular • Wisata sejarah
(menarasuar dan
lokasi tenggelamnya
kapal Australia)
• Wisata alam pantai
• Angkutan wisata khusus menuju pasanggrahan
• Lahan parkir di pintu masuk kawasan
• Mushola, toilet
• Interpretasi sejarah kawasan Tj Ular, menara suar dll
• Sistem persampahan
5. Kawasan
Smelter
Timah
• Edurekreasi timah • Interpretasi sejarah penambangan dan pengolahan
timah
• Toilet, mushala
6. Kawasan
Tempilang • Wisata Budaya →
tradisi Perang
ketupat
• Wisata kuliner
olahan laut
• Interpretasi wisata budaya tradisi perang ketupat
• Program interpretasi
• Mushola, toilet, warung makan
• Tempat parkir
7. Kawasan
Kelapa • Rest area • Lahan parkir
• Mushola, toilet
• Restoran/rumah makan/café
• TIC, souvenir shop
• SPBU
• Sistem persampahan
8. Kawasan
Jebus • Wisata alam pantai • Mushola, toilet, warung makan
• Tempat parkir
Beberapa fasilitas pendukung yang diperlukan, misalnya masjid, tempat parkir, toilet dapat
memanfaatkan yang telah ada di kawasan pariwisata masing-masing.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-44
6.4 Rencana Non Fisik
6.4.1 Rencana Pengembangan Produk Pariwisata
Rencana pengembangan produk pariwisata di kawasan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1. Potensi dan permasalahan daya tarik wisata warisan budaya, sejarah, dan kuliner sebagai
daya tarik wisata unggulan, serta daya tarik wisata alam lainnya yang dapat mendukung
pengembangan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya;
2. Sebaran daya tarik wisata di KSPP Muntok, dan keterkaitan dengan daya tarik wisata lain di
luar kawasan;
3. Atribut penting dari daya tarik wisata yang mnejadi keunggulan;
4. Kondisi aksesibilitas, fasilitas, dan prasarana pendukung pariwisata.
Rencana pengembangan produk pariwisata di kawasan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya
secara garis besar dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
1. Pengembangan daya tarik wisata baru, yang sesuai atau pun mendukung tema kawasan
sebagai kawasan wisata sejarah, warisan budaya, dan kuliner, melalui penggalian dan
identifikasi potensi daya tarik wisata lain yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya.
2. Pengembangan keterpaduan daya tarik wisata, yang berarti menghubungkan satu daya tarik
wisata dengan lainnya agar memiliki kesatuan tema dan juga saling terhubung antara satu
tema dengan tema lainnya. Daya tarik wisata dapat berada di kawasan pariwisata yang
berbeda, di dalam atau bahkan di luar KSPP Muntok dan sekitarnya, misalnya di
kabupaten/kota lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pangkalpinang, Toboali,
Sungailiat dan lain-lain), di Palembang (Sumatera Selatan), atau bahkan di Siantan (Malaysia),
tergantung dari tema yang akan dikembangkan.
3. Peningkatan kualitas daya tarik wisata, untuk meningkatkan value (nilai) dan daya saing daya
tarik wisata bagi wisatawan dan pihak-pihak terkait pariwisata lainnya, melalui penyusunan
program interpretasi untuk memberikan nilai-nilai edukasi, pembangunan fasilitas pendukung
pariwisata, serta peningkatan pelayanan dari SDM pariwisata yang terlibat.
Rencana pengembangan produk pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya diharapkan dapat
menciptakan produk pariwisata unggulan yang memiliki tema-tema tertentu, dengan bentuk
kegiatan yang edukatif, kreatif, rekreatif, berbasis masyarakat, dan ramah lingkungan.
Edukatif berarti memiliki nilai ilmu pengetahuan yang dapat meningkatkan kesadaran dan
apresiasi terhadap nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya, serta menambah wawasan bagi
wisatawan; Kreatif berarti memberikan peluang kepada wisatawan untuk mengembangkan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-45
potensi kreatifnya melalui partisipasi aktif dalam program dan pengalaman pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik destinasi yang dikunjunginya; Rekreatif adalah suatu kegiatan yang
bersifat rekreasi, yang dilakukan untuk penyegaran jasmani dan rohani untuk kepuasan atau
kesenangan wisatawan; berbasis masyarakat berarti diinisiasi dan digerakkan oleh masyarakat
setempat dan manfaatnya dapat dinikmati oleh masyarakat itu sendiri; serta ramah lingkungan
berarti tidak mengorbankan lingkungan atau tetap menjaga keutuhan dan kelestarian lingkungan
di lokasi pariwisata yang dikembangkan.
Secara lengkapnya, rencana pengembangan produk pariwisata di lokasi kawasan pariwisata
prioritas KSPP Muntok dan sekitarnya dijelaskan sebagai berikut:
1. Kawasan Kota Tua Muntok, yang meliputi:
a. Wisata sejarah, yang mencakup sejarah Kesultanan Palembang, Masa Penjajahan,
Pascakemerdekaan, dan Penambangan Timah, dengan komponen produk berupa daya
tarik wisata yang terkait dengan sejarah Kota Tua Muntok serta kawasan-kawasan lainnya
di KSPP Muntok dan sekitarnya. Pengembangan produk pariwisata dilakukan melalui
penggalian sejarah komunitas di masing-masing klaster, pengembangan keterpaduan
daya tarik wisata/antarkawasan, dan peningkatan kualitas daya tarik wisata melalui
penyediaan fasilitas.
b. Wisata budaya kehidupan masyarakat Kota Tua Muntok, mencakup aktivitas nelayan di
Pelabuhan Muntok dan Pasar Ikan, pasar tradisional Muntok, serta event seni dan budaya
(termasuk olahraga tradisional). Pengembangan produk dilakukan dengan
pengembangan daya tarik wisata baru melalui penjelasan tentang kehidupan dan aktifitas
nelayan serta berbagai hasil tangkapannya, penjelasan tentang berbagai produk jualan di
pasar tradisional, peluang interaksi antara wisatawan dan pedagang di pasar tradisional,
serta mencicipi beberapa jenis produk jualan di pasar.
c. Wisata Kuliner Kota 1000 Kue, dengan komponen produk penganan khas Muntok.
Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan daya tarik wisata baru dengan
mengunjungi pusat produksi, melihat proses pembuatan makanan khas Muntok, serta
berkesempatan untuk terlibat dalam proses produksi makanan khas Muntok tersebut.
d. Night Culinary, dengan produk wisata penganan khas Muntok dan Chinese seafood.
Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan daya tarik wisata baru dengan
memberikan suasana kuliner malam di Kawasan Pecinan dan kawasan segitiga
Kelenteng-Masjid Jami’, penjelasan tentang kuliner khas Muntok dan Chinese seafood,
dan mempelajari etiket dan mengalami langsung tata cara makan warga Muntok dan
warga keturunan Tionghoa.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-46
2. Kawasan Bukit Menumbing, yang meliputi:
a. Wisata Sejarah Pascakemerdekaan, dengan komponen produk Pesanggrahan
Menumbing. Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan keterpaduan daya
tarik wisata/antar kawasan dan peningkatan kualitas daya tarik wisata melalui program
interpretasi.
b. Ekowisata, yang utamanya dapat dilakukan melalui hiking, dan Edurekreasi tentang flora-
fauna-herbal dengan produk wisata Taman Hutan Raya Gunung Menumbing.
Pengembangan produk wisata dilakukan melalui pengembangan daya tarik wisata baru,
dan peningkatan kualitas daya tarik wisata melalui program interpretasi flora-fauna-herbal
yang ada di kawasan ini.
3. Kawasan Tanjung Kalian – Baturakit, yang meliputi:
a. Wisata Sejarah PD II/Penjajahan, dengan komponen produk menara suar dan monumen
tenggelamnya kapal sekutu. Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan
keterpaduan daya tarik wisata/antar kawasan dan peningkatan kualitas daya tarik wisata
melalui penyediaan fasilitas pendukung, program dan fasilitas interpretasi, baik yang
sifatnya personal dan non-personal.
b. Rekreasi alam pantai, dengan komponen produk pantai, laut, dan kuliner olahan laut (ikan
bakar, otak-otak dan lain-lain). Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan
keterpaduan daya tarik wisata/antarkawasan dan peningkatan kualitas daya tarik wisata
melalui penyediaan fasilitas (seperti belanja cenderamata dan kuliner).
4. Kawasan Tanjung Ular, yang meliputi:
a. Wisata sejarah (tentang menara suar dan lokasi tenggelamnya kapal sekutu), dengan
komponen produk story telling (penyampaian informasi yang dikemas secara menarik
dalam gaya bercerita) mengenai kapal sekutu yang tenggelam pada masa Perang Dunia
II. Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan daya tarik wisata baru dan
pengembangan keterpaduan daya tarik wisata.
b. Rekreasi alam pantai dan geowisata pantai, dengan komponen produk area sekitar
Kawasan Tanjung Ular. Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan
keterpaduan daya tarik wisata/antarkawasan dan story telling, serta peningkatan kualitas
daya tarik wisata melalui penyediaan fasilitas pendukung pariwisata dan program
interpretasi.
5. Kawasan Smelter Timah, dengan pengembangan edurekreasi timah di pabrik smelter timah.
Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan daya tarik wisata baru dengan
mengunjungi dan melihat proses peleburan biji timah dan pencetakan timah hingga siap
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-47
ekspor serta dan pengembangan keterpaduan daya tarik wisata dengan mengunjungi bekas
tambang penggalian timah (seperti Danau Aek biru) dan daya tarik wisata lainnya yang terkait
dengan sejarah penambangan timah di Muntok.
6. Kawasan Tempilang, yang meliputi :
a. Wisata sejarah Benteng Kota Tempilang, dengan komponen produk Benteng Kota
Tempilang. Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan keterpaduan daya
tarik wisata/antarkawasan dan peningkatan kualitas daya tarik wisata, khususnya
program interpretasi terkait sejarah Benteng Kota Tempilang, termasuk pengadaan
fasilitas interpretasi, baik yang sifatnya personal dan non-personal.
b. Wisata budaya tradisi Perang Ketupat, dengan komponen produk event budaya/
pertunjukan seni. Pengembangan produk dilakukan melalui pengembangan keterpaduan
daya tarik wisata/antar kawasan dan peningkatan kualitas daya tarik wisata.
c. Wisata kuliner olahan laut, dengan komponen produk berupa kuliner. Pengembangan
produk dilakukan melalui peningkatan kualitas daya tarik wisata, meliputi proses
pembuatan dan pengemasan produk kuliner.
7. Kawasan Kelapa, dengan pengembangan rest area melalui penyediaan komponen produk
kuliner dan cinderamata bagi wisatawan yang transit atau beristirahat dalam perjalanan dari
dan menuju Muntok. Pengembangan produk dilakukan dengan pengembangan keterpaduan
daya tarik wisata/antarkawasan dan peningkatan kualitas daya tarik wisata, khususnya
pelayanan pariwisata dan penyediaan informasi pariwisata.
8. Kawasan Jebus, dengan pengembangan wisata alam dan wisata budaya. Komponen produk
berupa pantai, perbukitan dan Benteng Sungai Buluh. Pengembangan produk dilakukan
melalui pengembangan keterpaduan daya tarik wisata/antarkawasan dan peningkatan
kualiatas daya tarik wisata.
6.4.2 Rencana Sistem Kelembagaan Pengelolaan Kawasan
Kelembagaan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan kepariwisataan. Dalam
Ripparnas disebutkan bahwa kelembagaan merupakan kesatuan unsur beserta jaringannya yang
dikembangkan secara terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan
masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara
berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah percepatan tujuan di bidang
kepariwisataan. Bentuk pembangunan kelembagaan kepariwisataan antara lain dapat dilakukan
dengan pembangunan sistem kelembagaan pengelolaan kawasan.
Pemerintah pusat telah mengenalkan konsep Pentahelix yang berisikan 5 unsur utama
pengembangan kepariwisataan yang harus bersinergi sebagai kunci pengembangan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-48
kepariwisataan di Indonesia. Kelima unsur tersebut terdiri dari Pemerintah, Industri dan Swasta,
Masyarakat, Akademisi, dan Media. Masing-masing unsur tersebut memiliki peran yang berbeda-
beda. Berikut adalah rencana pembagian peran dari masing-masing unsur tersebut dalam
pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya.
1. Pemerintah
Pemerintah yang dimaksud dalam unsur Pentahelix terdiri dari Pemerintah Pusat dan pemerintah
daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Pemerintah memiliki peranan penting
dalam pembangunan kepariwisataan sebagai regulator, fasilitator, dan motivator. Pada bagian ini,
pembagian peran untuk pemerintah dibedakan menjadi Pemerintah dan pemerintah daerah.
Rekomendasi pembagian peran Pemerintah pusat untuk pengembangan kepariwisataan di KSPP
Muntok dan sekitarnya adalah sebagai berikut.
a. Membina sistem good governance pada pemerintah daerah
b. Membantu pemasaran terpadu produk wisata daerah dengan produk wisata yang ada di
sekitarnya atau memiliki tema sejenis
c. Melakukaan pembinaan, pendampingan, dan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan
pengembangan kepariwisataan daerah.
Sedangkan, untuk pembagian peran pemerintah daerah untuk pengembangan kepariwisataan di
KSPP Muntok dan sekitarnya adalah sebagai berikut.
a. Mengambil keputusan dan penentu kebijakan terkait kepariwisataan di daerah
b. Menyediakan fasilitas pariwisata dan fasilitas umum pendukung pariwisata
c. Sebagai fasilitator dalam mengadakan kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas
masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan.
d. Meningkatkan peran desa dan kantor kecamatan sebagai lembaga penggerak pariwisata
sesuai dengan tema masing-masing.
e. Mengembangan koperasi pariwisata atau pemanfaatan BUMDes / BUMADes sebagai
pengelola kontribusi ekonomi bidang pariwisata di kawasan pariwisata
2. Industri/Swasta
Industri/swasta yang dimaksud dapat berbentuk usaha-usaha pariwisata maupun asosiasi dari
usaha-usaha tersebut. Industri maupun swasta dapat berperan sebagai pelaksana dan akselator
dalam pembangunan kepariwisataan yaitu sebagai penyedia jasa dan produk dalam pariwisata.
Saat ini usaha yang berkembang di KSPP Muntok dan sekitarnya antara lain meliputi usaha jasa
penginapan serta usaha makan dan minum. Usaha jasa penginapan terlihat dari keberadaan hotel
dan penginapan yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya. Kondisi hotel dan penginapan saat ini
memang memiliki tingkat hunian yang cukup rendah kecuali beberapa hotel tertentu. Sedangkan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-49
untuk asosiasi homestay saat ini sedang dalam kondisi non aktif, sehingga tidak memiliki aktivitas
apapun.
Adapun rekomendasi peran dari aspek industri adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan mutu produk yang menggambarkan identitas lokal dan jasa usaha pariwisata.
b. Melibatkan penduduk lokal dalam kegiatan industri pariwisata.
c. Mengembangkan dan membentuk asosiasi usaha pariwisata dan asosiasi profesi pariwisata
serta menggiatkan kembali asosiasi homestay di Kabupaten Bangka Barat untuk mendukung
pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya.
3. Masyarakat
Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah masyarakat lokal yang memiliki peran dalam
pengembangan kepariwisataan, umumnya berbentuk kelompok-kelompok masyarakat atau
komunitas. Beberapa komunitas yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya adalah sebagai berikut.
• Pokdarwis
• Muntok Heritage Community (MHC)
• Komunitas Ojek
• Forum Peduli Menumbing
• Komunitas Mural
• Pramuwisata
a. Membentuk serta menguatkan peran Pokdarwis khususnya di kampung-kampung wisata.
b. Mendorong regenerasi pengurus dengan melibatkan lebih banyak anak-anak muda dalam
kegiatan yang berhubungan dengan sejarah dan warisan budaya.
c. Membentuk kelompok-kelompok masyarakat/komunitas berdasarkan bidangnya, seperti
komunitas seni budaya, komunitas pengrajin, komunitas kuliner, komunitas pemandu
lokal, dan lain-lain.
d. Meningkatkan fungsi dan peran lembaga masyarakat yang terkait kepariwisataan maupun
sejarah dan budaya
e. Menambah jumlah pramuwisata sebagai interpreter sejarah di daya tarik wisata yang ada
di KSPP Muntok dan sekitarnya.
4. Akademisi
Akademisi yang dimaksud adalah lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta. Akademisi memiliki peranan penting dalam pengembangan kepariwisataan
khususnya dalam pengembangan SDM yang lebih berkualitas dan berkapasitas. Saat ini di
tingkat Kabupaten Bangka Barat maupun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, belum ada
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-50
perguruan tinggi yang memiliki fakultas atau jurusan khusus pariwisata. Hanya ada SMK N 3
Bangka Belitung yang merupakan SMK Pariwisata. Adapun rekomendasi pembagian peran
untuk akademisi adalah sebagai berikut.
a. Menfasilitasi usaha peningkatan kapasitas dalam bentuk pelatihan bagi pelaku pariwisata
di KSPP Muntok dan sekitarnya
b. Meningkatkan kualitas sumber daya pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya.
5. Media
Media merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pengembangan
kepariwisataan. Khususnya saat ini dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan
pertukaran informasi yang semakin cepat. Media yang berperan dalam lingkup KSPP Muntok
dan sekitarnya adalah media yang ada di tingkat provinsi dan kabupaten, baik dalam bentuk
online maupun cetak. Media berperan tidak hanya untuk penyebaran informasi secara internal
di dalam KSPP Muntok dan sekitarnya, tetapi juga secara eksternal yang meliputi penyebaran
informasi ke luar dari KSPP Muntok dan sekitarnya . Adapun rekomendasi pembagian peran
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Menyebarkan informasi terkait program-program pengembangan dan pengelolaan
kepariwisataan kepada masyarakat.
b. Mengawasi jalannya pemerintahan serta pelaksanaan kebijakan dan peraturan dalam
pengembangan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya.
c. Menyebarkan informasi tentang pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya ke pasar
wisatawan potensial.
6.4.3 Rencana Pelibatan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan
peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan kepariwisataan. Berdasarkan kondisi potensi
dan permasalahan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, rencana pelibatan masyarakat
di KSPP Muntok dan sekitarnya berdasarkan aspek adalah sebagai berikut.
1. Peran masyarakat
a. ‘Pengangkatan’ kembali budaya tenun di kalangan masyarakat sebagai salah kebudayaan
Muntok (Bangka), sekaligus menjadi produk unggulan yang bernilai jual tinggi.
b. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengembangan produk-produk yang
mendukung pengembangan pariwisata.
c. Memelihara karakter dan budaya lokal yang unik.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-51
2. Tingkat keterlibatan masyarakat
a. Peningkatan kesadaran sebagai bagian dari masyarakat yang tinggal di suatu destinasi
pariwisata.
b. Melibatkan masyarakat sebagai pengelola daya tarik wisata, pelaku usaha pariwisata
dalam pengembangan dan pelaksanaan operasionalisasi kegiatan pariwisata.
c. Melibatkan masyarakat melalui himbauan dan peraturan tentang pelestarian bangunan-
bangunan yang memiliki nilai-nilai sejarah dan budaya, untuk tidak merubah bentuk fasad
bangunan di masing-masing klaster.
3. Proses pelibatan masyarakat
a. Melibatkan masyarakat sejak proses perencanaan, implementasi, dan monitoring evaluasi
pengembangan kepariwisataan.
b. Melaksanakan sosialisasi secara bertahap, rutin, dan berlanjut kepada masyarakat
tentang peluang yang bisa dimanfaatkan masyarakat dalam bidang pariwisata.
c. Melaksanakan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat dalam pengembangan
produk pariwisata, mengelola organisasi pariwisata, hingga cara mengakses sumber dana
untuk modal usaha.
d. Pembentukan lembaga pengelola (dari desa) untuk mengorganisir masyarakat yang
terlibat dalam sektor pariwisata.
6.4.4 Rencana Pengelolaan Dampak Pariwisata
Pertumbuhan pariwisata membawa berbagai perubahan, perubahan tersebut memberikan
dampak secara ekonomi dan non-ekonomi. Dampak pengembangan pariwisata yang sangat nyata
terlihat adalah dampak ekonomi, namun demikian pengembangan pariwisata juga memberikan
dampak – dampak lain seperti dampak sosial, dan lingkungan yang seringkali sulit diukur dan
dirasakan. Pertumbuhan pariwisata seringkali dikaitkan dengan dampak positif bagi suatu
destinasi terutama dari bagi pertumbuhan ekonomi, namun pariwisata juga memberikan dampak
negatif bagi pertumbuhan suatu daerah. Dampak negatif ini dapat muncul akibat perencanaan
dan pengembangan pariwisata yang kurang tepat. Perencanaan pariwisata dilakukan dengan
mengoptimalkan dampak postif dan mengurangi dampak negatif dari perkembangan kegiatan
pariwisata.
Dalam usaha pengendalian dampak, proses identifikasi potensi dampak pertumbuhan pariwisata
diberbagai tingkatan sangat dibutuhkan. Proses ini dapat membantu dalam menentukan strategi
pengendalian secara lebih optimal. Secara garis besar, strategi pengendalian dampak dapat
dlakukan dengan 3 (tiga) program yaitu optimalisasi, adaptasi dan mitigasi.
• Program optimalisasi adalah program yang mencakup upaya yang dilakukan untuk
memaksimalkan dampak positif pariwisata terhadap kondisi sosial budaya masyarakat, sosial-
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-52
ekonomi, dan lingkungan. Misalnya dalam usaha meningkatkan dampak positif sosial
ekonomi berupa peningkatan PAD maka perlu disusun program-program pengembangan
industri pariwisata untuk mengoptimalkan peningkatan PAD.
• Program mitigasi merupakan program yang mencakup upaya untuk meminimalkan dampak
negatif pariwisata terhadap kondisi sosial budaya masyarakat, sosial ekonomi, dan
lingkungan. Program mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk sosialisasi produk – produk,
perencanaan dan kebijakan pariwisata.
• Program adaptasi adalah program yang mencakup upaya untuk meningkatkan ketahanan
sosial budaya masyarakat, ekonomi, dan lingkungan dalam menghadapi dampak negatif
pariwisata. Melalui program adaptasi dampak negatif berupa peningkatan lalu lintas misalnya,
maka perlu disusun program adaptasi berupa pembuatan moda angkutan umum sebagai
alternatif angkutan pribadi berupa sepeda dan sebagainya.
Dalam usaha pembangunan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya, dapat diidentifikasi
beberapa potensi dampak pengembangan pariwisata. Tabel berikut menjelaskan potensi
dampak–dampak pengembangan pariwisata beserta usulan program pengendaliannya.
Tabel 6.10 Tabel Potensi Dampak Sosial Budaya Pengembangan Pariwisata dan Pengendaliannya
di KSPP Muntok dan Sekitarnya
NO DAMPAK JENIS DAMPAK LOKASI
TERDAMPAK
UPAYA PENGELOLAAN
DAMPAK
1 Sarana prasarana umum
menjadi lebih baik
Positif Semua kawasan Optimalisasi
2 Peningkatan perhatian
terrhadap BCB
Positif Semua kawasan Optimalisasi
3 Peningkatan perhatian
terhadap budaya lokal
Positif Semua Kawasan Optimalisasi
4 Meningkatnya ketrampilan
SDM lokal Positif 2-3-4-5 Optimalisasi
5 Meningkatnya kualitas
pendidikan Positif Semua Kawasan Optimalisasi
6 Masuknya budaya luar Negatif Semua Kawasan Adaptasi/Mitigasi
7 Berkurangnya kenyamanan Negatif 3-2 Adaptasi/Mitigasi
8 Ketidaksiapan masyarakat
dalam menghadapi
perubahan
Negatif 2-3-4-5 Adaptasi/Mitigasi
Tabel 6.11 Tabel Potensi Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Pariwisata dan Pengendaliannya
di KSPP Muntok dan Sekitarnya
NO DAMPAK JENIS DAMPAK LOKASI
TERDAMPAK
UPAYA PENGELOLAAN
DAMPAK
1 Peningkatan PAD Positif Semua Kawasan Optimalisasi
2 Peningkatan lapangan
pekerjaan/peluang usaha
Positif Semua Kawasan Optimallisasi
3 Peningkatan nilai dan harga
lahan
Positif Semua Kawasan Optimalisasi
4 Peningkatkan pendapatan Positif Semua Kawasan Optimalisasi
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-53
NO DAMPAK JENIS DAMPAK LOKASI
TERDAMPAK
UPAYA PENGELOLAAN
DAMPAK
5 Diversifikasi jenis usaha jasa
pariwisata
Positif Semua Kawasan Akselerasi
6 Ketimpangan pendapatan Negatif 2-3-4-5 Adaptasi/Mitigasi
7 Terpinggirkannya masyarakat
lokal di sektor pariwisata
Negatif 2-3-4-5 Adaptasi/Mitigasi
8 Peningkatan peluang investasi Positif 2-3-4-5 Akselerasi
Tabel 6.12 Tabel Potensi Dampak Lingkungan Pengembangan Pariwisata dan Pengendaliannya
di KSPP Muntok dan Sekitarnya
NO DAMPAK JENIS DAMPAK LOKASI
TERDAMPAK
UPAYA PENGELOLAAN
DAMPAK
1 Lingkungan di kawasan
prioritas lebih tertata Positif Semua kawasan Akselerasi
2 Peningkatan traffic Negatif Semua kawasan Adaptasi/Mitigasi
3 Penataan ruang, mengurangi
potensi slump dan squatter Positif 2-3-5 Adaptasi
4 Peningkatan jumlah sampah Negatif Semua kawasan Adaptasi/Mitigasi
5 Alih fungsi lahan yang tidak
sesuai tata ruang Negatif Semua kawasan Mitigasi
Indikasi program strategis yang lebih mendetail dari rencana pengendalian dampak
pengembangan pariwisata tercantum dalam program strategis pengembangan pariwisata KSPP
Muntok dan sekitarnya, yang merupakan bagian dari laporan RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya
ini.
Selain dampak pariwisata terhadap ketiga aspek tersebut (sosial-budaya, ekonomi, dan
lingkungan), perlu diperhatikan pula dampak kebencanaan terhadap pariwisata. Dari beberapa
jenis kebencanaan (seperti banjir, longsor, gempa, dan tsunami), bencana yang perlu diperhatikan
yang dapat berpengaruh terhadap pariwisata Kota Muntok adalah masalah banjir.
Seperti yang telah dibahas dalam subbab 4.1.1 tentang kondisi fisik kawasan, faktor alam berupa
hujan dan pasang surut, serta sedimentasi di sepanjang Sungai Arang-Arang hingga muara dan
pesisir Kota Muntok menyebabkan perlambatan laju arus air dari sungai menuju laut dan
berpotensi menyebabkan genangan banjir di wilayah daratan Kota Muntok.
Kegiatan penambangan liar di kaki Bukit Menumbing diduga juga menjadi penyebab terjadinya
pendangkalan di sepanjang Sungai Arang-Arang hingga muara dan pesisir Kota Muntok.
Berdasarkan pengamatan peta (google map), di muara Sungai Arang-Arang atau Sungai Ulu telah
terjadi sedimentasi/pendangkalan dari mulut muara sungai hingga ± 400meter ke arah laut.
Sedangkan jika dari titik yang sama ditarik ke arah daratan maka akan berada hingga di sekitar
kawasan CBD Klaster Cina. Secara perkiraan kasar, potensi zona genangan banjir secara luasan
bisa mencapai lebih dari 2/3 wilayah perkotaan Muntok. Beberapa alternatif solusi untuk
mengatasi banjir ini antara lain membuat kolam retensi/kolam sedimentasi/embung di arah hulu,
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 6-54
pembuatan pintu air di muara sungai, pengerukan sedimen di sepanjang sungai dan pesisir
muara, dan yang terpenting adalah pengawasan yang ketat terhadap aktivitas penambangan liar
di arah hulu, atau di kaki Bukit Menumbing.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-1
BAB 7 RENCANA DETAIL PENGEMBANGAN
KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-2
Penjelasan mengenai Rencana Detail pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya ini diawali
dengan pertimbangan pemilihan lokasi prioritas serta rencana pengembangan fisik maupun non
fisik di lokasi prioritas tersebut.
7.1 Lokasi Prioritas Pengembangan KSPP Muntok dan
Sekitarnya
Pertimbangan dalam pemilihan lokasi prioritas pengembangan di Kawasan Kota Tua Muntok
didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1. Mendukung terwujudnya sasaran pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya, yaitu integrasi
potensi pariwisata sejarah, warisan budaya dengan budaya masyarakat;
2. Mendukung fungsi strategis KSPP Muntok dan sekitarnya, yaitu: konservasi Kota Tua Muntok
serta pelestarian tradisi kuliner menuju Kota Pusaka Dunia;
3. Memiliki kesesuaian dengan tema KSPP Muntok dan sekitarnya, yaitu pariwisata sejarah,
warisan budaya, dan wisata kuliner;
4. Memiliki daya tarik wisata dengan signifikansi 1 dan atau 2, sesuai Hasil Studi RAKP Muntok;
5. Sesuai dengan arahan kebijakan pengembangan wilayah maupun perkotaan Muntok, yang
tercantum dalam RTRW Kabupaten Bangka Barat, RDTR Perkotaan Muntok, RTBL Klaster
Eropa, Melayu, dan Cina, serta RAKP Muntok.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka lokasi prioritas di Kawasan Kota Tua Muntok ditetapkan
sebagai berikut;
1. Kawasan Muntok Gateway, merupakan gerbang masuk menuju kawasan Kota Tua Muntok.
Kawasan Muntok Gateway direncanakan di Klaster Eropa tepatnya di Jalan utama Muntok
Pangkalpinang, dan lokasi di sekitar Taman Yuliana, Taman Wilhelmina, Gedung Concordia,
Museum Timah Indonesia dan wilayah di sekitarnya.
2. Kawasan Segitiga Klenteng-Masjid Jami’, sebagai salah satu pusat kegiatan di Kawasan Kota
Tua Muntok. Kawasan ini direncanakan di antara Klaster Melayu dan Klaster Cina tepatnya di
pelataran parkir yang terletak di antara Mesjid Jami’, Klenteng Kong Fuk Miauw, dan pasar
(Gedung M3).
3. Kawasan Eks-Pelabuhan Lama, Kawasan pelabuhan lama di wilayah klaster Eropa
direncanakan untuk direvitalisasi dengan bangunan Gudang Inggris sebagai daya tarik wisata,
dan penataan dermaga pelabuhan untuk mendukung kegiatan wisata.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-3
4. Kawasan Oriental CBD, sebagai salah satu pusat kuliner yang bertema pecinan. Kawasan ini
direncanakan di koridor I tepatnya koridor sebelah barat Jalan Kemakmuran yang berujung di
Klenteng Kong Fuk Miaw.
5. Kawasan Kampung Ulu/Melayu, yang didesain sesuai fungsinya sebagai lokasi pemukiman
Melayu yang berlokasi di Kampung Ulu, tepatnya di perempatan jalan lokal di Kampung Ulu.
6. Kawasan Waterfront City, direncanakan untuk menata sempadan pantai sebagai ruang
terbuka. Lokasi perencanaan berada di garis pantai kawasan Kampung Iklim dan Kolam
Retensi yang berada di Klaster Melayu.
Untuk lebih jelasnya lokasi prioritas ini dapat dilihat pada Gambar 7.1 di halaman berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-4
Gambar 7.1 Peta Lokasi Prioritas Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-5
Adapun arahan kebijakan pengembangan yang mendukung pemilihan lokasi prioritas dan
penetapan fungsi/pengembangan kawasan berdasarkan berbagai rencana/kebijakan terkait
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.1 Kajian Arahan Kebijakan di Lokasi Prioritas
NO LOKASI ARAHAN
1 Muntok Gateway • RDTR : Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
• RAKP : Museum Timah, dan Rumah Dinas Bupati memiliki tingkat
signifikansi I
• RTBL Eropa : Bagian dari Blok B, diarahkan untuk fungsi ruang
terbuka hijau rekreatif, jasa pendukung pariwisata, museum,
penjara, perkantoran, dan OR
2 Segitiga
Klenteng-Masjid Jami’ • RDTR : pengembangan wisata budaya
• RAKP : Klenteng Khuang Fuk Miau memiliki tingkat signifikansi I,
3 Kawasan
Pelabuhan Lama • RTBL : Blok A diarahkan untuk pengembangan fungsi ruang publik
baru, museum pelayaran, museum kesyahbandaran dan konvensi,
terminal/parkir, perdagangan, jasa, dan pariwisata
• Rekontruksi dilakukan untuk jembatan Ujung Bruug, sebagai main
entrance dari arah laut. Konsep restorasi akan dilakukan pada
Rumah Eks Syahbandar.
4 Oriental CBD • Masjid Jami’ memiliki tingkat signifikansi II
• RTBL Melayu : Penataan koridor kawasan yang menghubungkan
Kawasan Melayu dengan Kawasan Eropa dan Kawasan China;
• Blok B arah pembangunan meliputi permukiman kepadatan
sedang dan tinggi, perdagangan dan jasa, RTH, mixed-use, dan
wisata religi;
4 Kampung Melayu • RAKP : Klaster Melayu memilki tingkat signifikansi II bagi Kota
Pusaka Muntok
6 Muntok Waterfront City • RDTR : Pengembangan waterfront city Muntok
• Kolam Retensi sebagai kawasan taman kota dan area taman
bermain Kota Muntok
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pengembangan kegiatan wisata dan kebutuhan
fasilitas di tiap lokasi prioritas dapat disampaikan sebagai berikut.
1. Muntok Gateway
Potensi daya tarik wisata yang terdapat di kawasan yang berlokasi di Klaster Eropa ini sangat
terkait dengan sejarah kedatangan komunitas Eropa (khususnya Belanda dan Inggris), dan juga
sejarah pertambangan timah pertama di Bangka. Oleh karena itu kegiatan wisata yang diusulkan
untuk dikembangkan di lokasi ini adalah:
a. Mempelajari orientasi perkembangan komunitas Eropa di Kota Tua Muntok (termasuk lokasi
daya tarik wisata) dan hubungannya dengan kawasan sekitarnya di KSPP Muntok;
b. Mempelajari sejarah Kota Tua Muntok, sejak masa Kesultanan Palembang, penjajahan
Belanda, Inggris, Jepang, hingga masa pascakemerdekaan;
c. Mempelajari sejarah pertambangan timah pertama di Pulau Bangka;
d. Melihat dan ikut terlibat dalam kegiatan seni dan budaya lokal, termasuk kuliner, tenun,
tradisi, seni tari dan lain-lain.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-6
e. Edukasi botani di Taman Wilhelmina dan sekitarnya.
Untuk mendukung kegiatan wisata tersebut, maka fasilitas yang diperlukan di lokasi ini adalah:
a. Tourist Information Centre skala kabupaten, yang menyediakan informasi tentang berbagai
daya tarik wisata dan fasilitas pariwisata yang ada di Kabupaten Bangka Barat;
b. Workshop komunitas kerajinan dan toko cinderamata;
c. Tempat pentas/latihan seni budaya/bangunan pusat budaya;
d. Shelter dan angkutan wisata menuju kawasan wisata lainnya di KSPP Muntok dsk;
e. Parkir kendaraan pengunjung, penyewaan sepeda/sepeda listrik;
f. Masjid, toilet;
g. ATM/money changer;
h. Restoran/warung makan/café;
i. Travel biro/local tour booking center;
j. Fasilitas keamanan.
Beberapa fasilitas dapat memanfaatkan atau mengembangkan dari fasilitas yang telah ada
seperti masjid, toilet, café, lahan parkir dan lain-lain.
2. Kawasan Segitiga Klenteng-Masjid Jami’
Kawasan ini memiliki daya tarik utama berupa Mesjid Jami’ dan Klenteng Kong Fuk Miaw, dan
menjadi menarik karena berada di perbatasan antara Klaster Melayu dan Klaster Cina di Kota Tua
Muntok. Selain itu, kehidupan masyarakat di kawasan ini berupa pusat kuliner terutama di pagi
dan malam hari juga menjadi daya tarik lain. Kawasan ini merupakan suatu kesatuan dengan
Kawasan Oriental CBD karena faktor kedekatan lokasi dan kesamaan jenis kegiatan
masyarakatnya. Dengan pertimbangan di atas kegiatan wisata yang diusulkan di kedua kawasan
ini antara lain:
a. Mempelajari sejarah Pecinan – Klenteng – Masjid Jami’ di Kota Tua Muntok;
b. Pusat penjualan kuliner khas Muntok;
c. Pusat penjualan cinderamata Kota Tua Muntok;
d. Lokasi untuk berfoto.
Untuk mendukung kegiatan tersebut maka fasilitas pariwisata yang diperlukan dan dapat
dibangun di Kawasan Segitiga Klenteng – Mesjid Jami’ dan Kawasan Oriental CBD antara lain:
• Kios TIC Kota Tua Muntok;
• Gerobak dan kios penjualan cinderamata;
• Toilet umum;
• Shelter sepeda atau motorlistrik;
• ATM;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-7
• Papan interpretasi Masjid Jami’ – Klenteng – Kawasan Pecinan;
• Papan peta lokasi Kawasan Pecinan;
• Landmark untuk lokasi berfoto;
• Pedestrian untuk mendukung tour pejalan kaki;
• Brosur kawasan sebagai bahan informasi.
3. Kawasan Eks-Pelabuhan Lama
Kawasan sempadan pantai termasuk kawasan pelabuhan selalu menjadi kawasan menarik bagi
wisatawan. Keberadaan beberapa bangunan pusaka di kawasan ini seperti bekas gudang Inggris
dan bekas kantor syahbandar. Dilihat dari daya tarik kawasan ini beberapa kegiatan wisata yang
dapat dilakukan, antara lain:
a. Mempelajari dan menikmati sejarah bangunan pelabuhan dan kegiatan pelabuhan Muntok;
b. Wisata kuliner berbasis hidangan laut dan olahan laut;
c. Mengikuti aktivitas nelayan di pelabuhan;
d. Rekreasi keluarga di pantai;
e. Lokasi berfoto.
Dengan kegiatan – kegiatan tersebut ada beberapa fasilitas pariwisata yang diperlukan dan dapat
dibangun untuk mendukungnya, antara lain:
• Shelter sepeda/motorlistrik;
• Toilet;
• Papan interpretasi kawasan Pelabuhan Lama;
• Papan peta dan informasi lokasi kawasan Pelabuhan Lama;
• Landmark untuk lokasi berfoto;
• Pedestrian untuk tour pejalan kaki;
• Brosur kawasan untuk bahan promosi.
4. Kawasan Oriental CBD
Daya tarik utama Kawasan Oriental CBD terdapat pada susunan bangunan rumah toko yang
memiliki ciri khas bangunan Cina. Rentetan ruko dilihat dari arsitektur, langgam dan susunannya
memiliki warna pecinan yang kuat sehingga menjadi keunikan tersendiri sebagai salah satu daya
tarik wisata. Dari sudut pandang pariwisata kawasan ini tidak bisa dilepaskan dari Kawasan
Segitiga Klenteng – Mesjid Jami’ sebagai satu kesatuan, sehingga kegiatan wisata di kedua
kawasan tersebut sangat terhubung. Seperti halnya kegiatan wisata di Kawasan Segitiga Klenteng
– Mesjid Jami’, kegiatan wisata yang dapat dilakukan di kawasan ini antara lain:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-8
a. Mempelajari sejarah Pecinan–Klenteng – Masjid Jami’ di Kota Tua Muntok;
b. Pusat penjualan kuliner khas Muntok;
c. Pusat penjualan cinderamata Kota Tua Muntok;
d. Lokasi untuk berfoto.
Untuk mendukung kegiatan tersebut maka fasilitas pariwisata yang diperlukan dan dapat
dibangun di Kawasan Segitiga Klenteng – Mesjid Jami’ dan Kawasan Oriental CBD antara lain:
• Kios TIC Kota Tua Muntok;
• Gerobak dan kios penjualan cinderamata;
• Toilet umum;
• Shelter sepeda atau motorlistrik;
• ATM;
• Papan interpretasi Masjid Jami’ – Klenteng – Kawasan Pecinan;
• Papan peta lokasi Kawasan Pecinan;
• Landmark untuk lokasi berfoto;
• Pedestrian untuk mendukung tour pejalan kaki;
• Brosur kawasan sebagai bahan informasi.
5. Kawasan Kampung Ulu / Melayu
Rumah – rumah panggung Melayu di Kawasan Kampung Ulu merupakan daya tarik utama daerah
ini. Selain itu posisi dan halaman rumah panggung tersebut masih memperlihatkan otensitas
kampung Melayu sehingga menambah suasana khas kampung Melayu. Dengan keberadaan daya
tarik tersebut, kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mempelajari sejarah dan menikmati budaya kehidupan masyarakat Melayu Muntok, termasuk
arsitektur bangunan Melayu;
b. Lokasi foto dengan latar belakang perkampungan Melayu.
Untuk mengakomodir kegiatan wisata tersebut maka fasilitas pariwisata yang diperlukan dan
dapat dibangun antara lain:
• Toilet;
• Interpretasi Kampung Melayu/kehidupan tradisional masyarakat Melayu;
• Papan peta lokasi dan informasi Kawasan Melayu;
• Landmark untuk lokasi berfoto;
• Toko cinderamata;
• Pedestrian di jalan menuju Kampung Melayu;
• Rumah makan, atau fasilitas makan minum lainnya;
• Brosur kawasan sebagai alat promosi.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-9
6. Kawasan Waterfront-City
Seperti layaknya kawasan pelabuhan lama, Kawasan Waterfront-City didominasi oleh wilayah
sempadan pantai yang pada umumnya menarik wisatawan. Selain itu keberadaan kampung
Melayu dalam hal ini Kampung Iklim dan kolam retensi dapat menjadi daya tarik pendukung bila
ditata dan dikembangkan sebagai kawasan wisata. Adapun kegiatan wisata yang dapat dilakukan
di kawasan ini antara lain:
a. Rekreasi pantai;
b. Wisata kuliner hidangan laut dan olahan laut;
c. Lokasi Berfoto.
Untuk mendukung kegiatan wisata tersebut diperlukan beberapa fasilitas pariwisata antara lain:
• Shelter sepeda/motorlistrik di sekitar kolam retensi;
• Toilet umum;
• Papan peta dan informasi lokasi Muntok Waterfront-Kolam Retensi;
• Landmark untuk lokasi berfoto;
• Brosur kawasan sebagai bahan informasi.
7.2 Rencana Fisik
7.2.1 Standar Pembangunan dan Kualitas Fasilitas Pariwisata, Fasilitas
Umum, dan Prasarana Umum Pendukung Pariwisata
A. Standar Pembangunan Pusat Informasi Wisata (Tourist Information Center/TIC)
Fasilitas pusat informasi wisata dimaksudkan untuk menyediakan fasilitas layanan informasi
pariwisata yang akurat dan terbaru bagi wisatawan dan siapa saja yang membutuhkan. Fungsi
dan manfaat pusat informasi wisata diantaranya adalah:
1. Promosi
Pusat informasi wisata dapat berperan aktif dalam mendatangkan pengunjung ke sebuah
destinasi dengan cara melakukan promosi dan dapat mendorong peningkatan lama tinggal
dan pengeluaran wisatawan.
2. Travel advice and support
Pusat informasi wisata berperan aktif dalam menyampaikan informasi yang terkait dengan
pariwisata di sebuah destinasi seperti daya tarik wisata (atraksi) dan aktivitas wisata, fasilitas
pariwisata, fasilitas umum pendukung pariwisata, dan aksesibilitas dari luar wilayah menuju
destinasi dan aksesibilitas di dalam wilayah destinasi.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-10
3. Pusat penjualan
Pusat informasi wisata juga dapat berperan aktif sebagai pusat penjualan cinderamata atau
kerajinan lokal. Selain itu, dapat pula dipergunakan untuk melayani pemesanan dan
pembelian produk wisata seperti paket wisata, tiket perjalanan, akomodasi, dan berbagai
kebutuhan wisatawan lainnya.
4. Edukasi
Pusat informasi wisata berperan aktif mengedukasi wisatawan tentang nilai-nilai kearifan lokal
dan adat istiadat yang berlaku di daerah tersebut.
Adapun ketentuan teknis standar pusat informasi wisata adalah sebagai berikut:
Tabel 7.2 Standar Pembangunan Pusat Informasi Wisata
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
1. Penempatan/
Lokasi
a. Lokasi di Pusat Kota
Lokasi yang dipilih harus strategis dan mudah dijangkau oleh pengunjung,
disarankan dipilih lokasi yang aksesibilitasnya mudah dicapai, baik
menggunakan transportasi umum maupun transportasi pribadi;
b. Lokasi di Tempat Kedatangan
Lokasi yang dipilih di tempat kedatangan seperti: terminal bus, bandara,
stasiun, maupun pelabuhan, harus strategis, mudah dilihat, dan mudah dicapai
oleh pengunjung; dan
c. Lokasi di Daya Tarik Wisata
Lokasi yang dipilih di dalam Kawasan Daya Tarik Wisata harus strategis, mudah
dilihat, dan mudah dicapai oleh pengunjung.
2. Entrance dan
Lobby
Merupakan area pintu masuk dan ruang tunggu pengunjung.
a. Pintu masuk dan lobby hendaknya memiliki ukuran yang cukup luas untuk
memberi ruang gerak lebih kepada pengunjung. Apabila memungkinkan
hendaknya pintu yang digunakan adalah jenis pintu dua (double doors), hal ini
untuk mengantisipasi banyaknya jumlah pengunjung yang datang.
b. Desain ruangan dibuat nyaman dengan hiasan yang mencerminkan kearifan
lokal.
c. Terdapat tulisan Selamat Datang (Welcome);
d. Papan rambu arah penunjuk ruangan; dan
e. Fasilitas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dan lansia.
3. Service desk Merupakan area pelayanan informasi bagi pengunjung dan juga berfungsi sebagai
tempat pelayanan penjualan jasa yang berkaitan dengan usaha pariwisata.
a. Memiliki meja layanan cukup besar untuk menyimpan sebuah komputer dan
meletakkan peta untuk kebutuhan wisatawan;
b. Meja menghadap ke arah pintu masuk sehingga mempermudah pelayanan
informasi yang diberikan;
c. Interior ruangan dirancang dengan komposisi warna yang hangat dan netral
serta mencerminkan kearifan lokal;
d. Memiliki kursi untuk staf/pengelola dan kursi untuk pengunjung;
e. Memiliki sarana pendukung seperti telepon dan komputer;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-11
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
4. Area Informasi
Pada area ini pengunjung dapat mencari informasi melalui brosur dan materi cetak
maupun elektronik.
Area informasi dapat disatukan dengan ruang tunggu pengunjung,
a. Memiliki rak untuk peta, brosur, dan materi promosi cetak yang jumlahnya
sesuai dengan kebutuhan
1) Brosur atau materi cetak terpisah sesuai dengan klasifikasi masing-
masing, misalnya hotel, transportasi, serta atraksi wisata dan aktivitas
wisata
2) Brosur atau materi cetak minimal dibuat dalam 2 bahasa (Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris)
b. Memiliki display informasi elektronik, dapat berupa TV ataupun komputer yang
dilengkapi dengan petunjuk pemakaian untuk masing-masing unit.
1) Display informasi ini bisa dilengkapi pula dengan kelengkapan materi
promosi elektronik (CD dan/atau DVD mengenai atraksi wisata, peta, dan
fasilitas wisata seperti hotel, transportasi, dan lain-lain).
2) Jenis materi promosi elektronik bisa juga menggunakan data yang telah
disimpan dalam memori komputer, untuk TV hendaknya dilengkapi dengan
sarana pemutar CD dan/atau DVD guna memudahkan pengunjung untuk
memperoleh informasi.
c. Memiliki fasilitas dan akses internet untuk memudahkan pengunjung
melakukan pencarian informasi.
5. Lounge
pengunjung
Merupakan area tunggu bagi pengunjung dalam memperoleh layanan informasi.
Area ini bisa disatukan dengan area informasi apabila diperlukan.
1) Memiliki tempat duduk/sofa dan meja;
2) Memiliki fasilitas dan akses internet;
3) Ruang lounge pengunjung disarankan tidak terlalu dekat dengan area yang
banyak dilalui orang seperti pintu masuk utama atau meja pelayanan untuk
mempermudah alur pengunjung yang melalui ruangan.
6. Kantor
Administrasi
atau Ruang
Penyimpanan
Merupakan kantor pengelola, yang jumlah dan besarnya menyesuaikan dengan
kebutuhan.
Fasilitas ini dilengkapi dengan papan nama di setiap ruangan dan disertai fasilitas
kantor seperti: telepon, meja, kursi, faks, komputer, dan internet yang terhubung di
masing-masing komputer;
7. Tempat Parkir Merupakan area parkir pengunjung untuk menampung kendaraan seperti mobil,
motor, dan bus pariwisata.
Failitas ini dilengkapi dengan papan penunjuk, serta ruang parkir khusus untuk
penyandang disabilitas.
8. Toilet Disarankan memiliki toilet yang sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku dan dipisahkan sesuai jenis kelamin (pria dan wanita) serta pengguna
(pengunjung dan pengelola).
9. Aksesibilitas
bagi
penyandang
disabilitas dan
lansia.
Pusat Informasi Wisata/TIC hendaknya memperhatikan dan menyediakan sarana
layanan, fasilitas, dan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dan lansia.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-12
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
10. Papan
Petunjuk
Lokasi Pusat
Informasi
Wisata/TIC
1) Disarankan mencantumkan logo “i” (Informasi) disertai tulisan “Tourism
Information Center” atau “Tourist Information Center” dan Logo Pesona
Indonesia/Wonderful Indonesia;
2) Tulisan ditulis dengan huruf jelas dan mudah dibaca, papan penunjuk lokasi
dapat pula dibuat menggunakan unsur tradisional yang menjadi ciri khas
masing-masing daerah;
3) Ukuran papan petunjuk disarankan proporsional dengan lokasi penempatan,
menarik, mudah terlihat, dan tidak terhalang apapun.
11. Staf Pengelola 1) Manajerial;
2) Staf yang mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki kemampuan
berbahasa asing, minimal Bahasa Inggris; dan
3) Pramu ruang.
12. Sarana dan
Prasarana
1) Telepon (fixed line);
2) Faks;
3) Internet;
4) Komputer;
5) Printer;
6) Scanner;
7) Meja;
8) Kursi/Sofa;
9) Materi Promosi Pariwisata;
10) Peta;
11) Peralatan Keamanan;
12) Instalasi listrik; dan
13) Peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR).
13. Desai
Arsitektur
Eksterior
Desain eksterior dari Pusat Informasi Wisata/TIC harus menggambarkan
lingkungan dan kearifan lokal. Contohnya, di area perkotaan menggunakan ruang
modern bertingkat, sedangkan di area pedesaan didesain dengan bangunan
rendah yang merefleksikan elemen-elemen arsitektur masyarakat lokal.
14. Konstruksi Material yang digunakan untuk membangun bangunan Pusat Informasi Wisata/TIC
harus selaras dengan lingkungan sekitar dan dapat menggunakan bahan-
bahan/material yang tersedia di lingkungan sekitar. Untuk area perkotaan lebih
cocok menggunakan bangunan beton dan batu bata sedangkan di area pedesaan
lebih cocok menggunakan material alami seperti kayu dan batu.
15. Aksesibilitas Bangunan Pusat Informasi Wisata/TIC harus mudah diakses untuk lalu lintas
pejalan kaki dan kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor atau bus apabila
memungkinkan) dengan dilengkapi jalan akses bagi pejalan kaki dan area parkir.
Aksesibilitas harus mempertimbangkan kebutuhan bagi penyandang disabilitas,
seperti menyediakan jalan khusus bagi lansia dan pengguna kursi roda.
Sumber: diadaptasi dari Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional
DAK Fisik Bidang Pariwisata
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-13
B. Standar Pembangunan Ruang Ganti dan/atau Toilet
Ruang ganti dan/atau toilet sangat diperlukan oleh wisatawan untuk mencuci tangan, membasuh
wajah, membuang hajat atau untuk berganti pakaian ketika sedang beraktivitas dalam suatu
destinasi pariwisata. Kebutuhan tersebut perlu menjadi perhatian bagi pengelola pariwisata
karena sangat terkait dengan kenyamanan wisatawan pada saat berwisata. Oleh sebab itu,
ketersediaan ruang ganti dan/atau toilet pada suatu destinasi pariwisata adalah hal yang mutlak
diperlukan.
Dalam merancang ruang ganti dan/atau toilet bagi sebuah kawasan pariwisata terdapat beberapa
prinsip dan kaidah yang perlu dijadikan pertimbangan antara lain:
1. Global
Prinsip global mengacu kepada kebutuhan ruang ganti dan/atau toilet yang sesuai dengan
standar internasional dan mengacu kepada aspek ramah lingkungan, seperti penggunaan
teknologi ramah lingkungan, misalnya yang dapat membantu penghematan air (kran sensor).
2. Gender
Dalam perancangan pembangunan fasilitas ruang ganti dan/atau toilet harus memperhatikan
aspek gender, dimana jumlah fasilitas yang diperlukan untuk wanita adalah 3 (tiga) kali lebih
banyak daripada pria. Hal ini mengacu kepada data bahwa wanita menggunakan toilet 3 (tiga)
kali lebih lama daripada pria.
3. Budaya
Prinsip budaya sangat mempengaruhi perancangan pembangunan fasilitas ruang ganti
dan/atau toilet yang disesuaikan dengan budaya suatu negara. Contohnya budaya pada
masyarakat di Indonesia adalah menggunakan air untuk membersihkan diri setelah
membuang hajat. Oleh sebab itu, pengelola kawasan pariwisata harus menyediakan air dan
tisu.
4. Higienis
Prinsip higienis sangat penting untuk diperhatikan dalam pembangunan ruang ganti dan/atau
toilet karena kerentanan penyebaran penyakit melalui fasilitas ini sangat tinggi. Penyakit yang
menyebar melalui udara dapat bertahan hingga satu jam lamanya. Oleh sebab itu, fasilitas
ruang ganti dan/atau toilet harus bersih, sehat, kering, dan higienis.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-14
Adapun ketentuan standar ruang ganti dan/atau toilet adalah sebagai berikut:
Tabel 7.3 Standar Pembangunan Ruang Ganti dan/atau Toilet
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
1. Penempatan/Lokasi a. Lokasi penempatan ruang ganti dan/atau toilet disesuaikan
dengan luas kawasan pariwisata.
b. Kawasan pariwisata sebaiknya menyediakan fasilitas ruang ganti
dan/atau toilet setiap 500 (lima ratus) meter.
c. Apabila ruang ganti/toilet terletak di dalam bangunan, maka lokasi
ruang ganti/toilet disarankan tidak mengganggu bangunan di
sekitarnya, sehingga mudah terlihat.
d. Ruang ganti dan/atau toilet dapat dihiasi dengan tanaman untuk
menambah nilai estetika.
e. Pembangunan ruang ganti dan/atau toilet di kawasan pariwisata
harus mengikuti pedoman konstruksi sesuai dengan standar toilet
umum Indonesia.
2. Sirkulasi udara
Ruang toilet basah mempunyai kelembaban yang sangat tinggi
sehingga sirkulasi udara yang baik sangat dibutuhkan untuk mengatasi
kelembaban tersebut. Beberapa alternatif yang digunakan antara lain
dengan menggunakan exhaust fan atau kipas pengering di atas
wastafel yang dapat membantu proses pengeringan lantai di sekitarnya.
3. Pencahayaan
Pencahayaan dapat dilakukan dengan memanfatkan pencahayaan
buatan maupun pencahayaan alami. Pencahayaan alami yang baik
sangat diutamakan, selain dapat menghemat energi juga dapat
memberikan kesan positif, sedangkan pencahayaan yang buruk akan
memberikan kesan kusam, gelap, dan kotor pada ruang ganti dan/atau
toilet.
4. Pintu
Pintu yang digunakan menggunakan material tahan air seperti bahan
fiber yang dilaminasi dengan bahan tahan air maupun terbuat dari
aluminium.
5. Langit-langit
Bentuk langit-langit atau plafon dapat berupa datar atau mengikuti
kemiringan atap dan harus tahan air agar tidak terjadi kebocoran saat
hujan.
6. Washtafel
Fasilitas wastafel di area ruang ganti dan/atau toilet harus
menyediakan sabun cair, cermin, dan kran, baik kran putar ataupun
kran sensor (dapat dibuka tanpa disentuh untuk higienitas).
7. Kran Air Kran air yang dapat digunakan pada ruang ganti dan/atau toilet
adalah keran otomatis (kran sensor) yang hemat air atau kran dengan
menggunakan tuas putar (lever handle).
8. Utilitas bangunan Pipa saluran air (plumbing) merupakan utilitas utama dalam
pembuatan toilet umum. Pemipaan yang termasuk kedalamnya
adalah:
a. Pemipaan air bersih;
b. Pemipaan air kotor; dan
c. Air kotor padat.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-15
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
9. Estetika Aspek-aspek yang dapat membuat ruang ganti dan/atau toilet menjadi
indah, unik, bersih dan sehat adalah:
a. Bentuk bangunan
Elemen-elemen bangunan dalam ruang ganti dan/atau toilet yang
dapat dirancang adalah bidang dinding dan atap.
b. Warna
Penggunaan warna-warna mencolok, eksentrik maupun lembut
akan membuat kesan yang berbeda.
c. Elemen asesoris bangunan.
Asesoris bangunan yang digunakan dapat berupa konsol atap,
bingkai-bingkai pintu dan dapat menggunakan bahan-bahan
alami, tradisional maupun modern.
d. Pencahayaan
Penataan interior bidang lantai, dinding dan atap dalam bangunan
dilakukan untuk menambah estetika. Salah satu penataan interior
yang membantu keindahan ruang adalah pencahaayaan. Titik
fokus cahaya dan permainan arah cahaya mampu menambah
keindahan dan keunikan ruang ganti dan/atau toilet.
10. Tata Ruang dan Bangunan a. Tidak merusak keindahan lingkungan;
b. Mudah diketahui dan dicapai keberadaannya;
c. Memberikan kenyamanan dan perasaan aman;
d. Keadaan sekitar ruang ganti dan/atau toilet harus tertata indah,
asri, bersih dan nyaman; dan
e. Mudah dalam proses pemeliharaan kebersihan.
11. Lansekap Pada penataan lansekap di sekitar ruang ganti dan/atau toilet yang
terletak di luar bangunan maka bentuk fisik yang disarankan adalah:
a. Tidak menanam pohon yang rindang dengan jarak yang dekat
dengan ruang ganti dan/atau toilet. Hal ini membantu mengurangi
kelembaban di dalam ruang ganti dan/atau toilet tersebut;
b. Menanam tanaman pohon semak dan rumput yang ditata di
sekitar bangunan ruang ganti dan/atau toilet. Hal ini bertujuan
untuk memberikan kesan asri pada ruang ganti dan/atau toilet
tersebut; dan
c. Memiliki ruang luar yang terbuka yang bertujuan memberikan
sirkulasi udara yang baik.
Sumber: diadaptasi dari Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional
DAK Fisik Bidang Pariwisata
C. Standar Pembangunan Panggung Kesenian/Pertunjukan
Panggung kesenian/pertunjukan adalah bentuk dari tempat berkumpul yang di dalamnya tersedia
tempat duduk dengan kapasitas tertentu serta area panggung untuk pertunjukan dan hiburan
untuk pengunjung. Panggung kesenian/pertunjukan dapat digunakan untuk pertunjukan-
pertunjukan yang berbasis budaya masyarakat, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-16
pengembangan destinasi pariwisata sebagai upaya peningkatan pengalaman wisata, lama tinggal
serta distribusi wisatawan.
Adapun ketentuan teknis standar panggung kesenian/pertunjukan adalah sebagai berikut:
Tabel 7.4 Standar Pembangunan Panggung Kesenian/Pertunjukan
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
1. Standar Bentuk dan
Ukuran
Auditorium dari sebuah panggung kesenian/pertunjukan berbentuk semi
lingkaran dengan sudut 180 (seratus delapan puluh) derajat (gaya Romawi)
dan sudut 220 (dua ratus dua puluh) derajat untuk panggung
kesenian/pertunjukan (gaya Yunani). Bentuk tersebut dibuat agar secara
visibilitas, penonton dapat melihat dengan baik panggung yang diletakkan di
bagian tengah.
2. Jarak Panggung
dengan Penonton
Batas maksimum terjauh agar penonton tetap bisa mendengar dengan baik
adalah 65,62 ft atau sekitar 20,5 m.
3. Tempat Duduk
Lebar minimum tempat duduk yang dibutuhkan untuk satu orang adalah 1,5
ft atau sekitar 55 cm.
Ada beberapa pilihan yang bisa digunakan untuk membuat tempat duduk
a. Kayu;
b. Besi;
c. Batu; dan
d. Kombinasi.
Pembuatan tempat duduk harus memperhatikan bahan yang digunakan
dan drainasenya, karena hal tersebut sangat penting untuk kenyamanan
penonton.
Sumber: diadaptasi dari Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional
DAK Fisik Bidang Pariwisata
D. Standar Pembangunan Kios Cinderamata
Cinderamata adalah sesuatu yang dibawa oleh wisatawan ke tempat tinggalnya sebagai oleh-oleh,
tanda mata, atau kenang-kenangan. Sebuah destinasi pariwisata perlu memiliki kios cinderamata
dengan produk yang memiliki ciri khas tersendiri sehingga berbeda dengan destinasi pariwisata
lainnya dan menunjukkan identitas dari destinasi pariwisata tersebut.
Adapun ketentuan teknis standar kios cinderamata adalah sebagai berikut:
Tabel 7.5 Standar Pembangunan Kios Cinderamata
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
1. Lokasi/Penempatan Mudah diakses dan dekat dengan destinasi wisata. Petunjuk arah dan papan
nama kios cinderamata memiliki tulisan yang terbaca dengan jelas dan mudah
terlihat.
2. Luas ruangan Luas ruangan sesuai dengan kebutuhan jenis cinderamata
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-17
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
3. Rak Cinderamata Bentuk rak dapat disesuaikan dengan jenis cinderamata.
Bentuk rak yang ideal untuk cinderamata adalah rak single wall minimarket
dan rak double.
4. Pintu masuk Pintu masuk harus menghadap ke area kosong, tidak boleh ada lemari, tirai
atau furnitur yang menghalangi pengunjung masuk.
5. Sirkulasi udara dan
pencahayaan
Memiliki sistem sirkulasi udara atau air conditioner (AC) dan pencahayaan
yang baik
6. Desain Produk
Souvenir
Memenuhi unsur keunikan, merepresentasikan tempat wisata, dan kekhasan
budaya setempat.
7. Fasilitas penunjang a. Fasilitas parkir yang bersih, aman, dan terawat, dilengkapi dengan rambu–
rambu petunjuk;
b. Toilet yang bersih, terawat dan terpisah untuk pengunjung pria dan wanita,
termasuk untuk penyandang disabilitas, yang masing-masing dilengkapi
dengan: papan nama yang jelas; air bersih yang cukup; tempat cuci tangan
dan pengering; kloset; tempat sampah tertutup; tempat buang air kecil
(urinoir) untuk toilet pengunjung pria; dan sirkulasi udara serta
pencahayaan yang baik; dan
c. Tempat sampah tertutup yang terdiri atas: tempat sampah organik dan
tempat sampah non-organik.
d. Akses khusus darurat dan tempat berkumpul;
e. Instalasi kamera pengawas (Closed Circuit Television/CCTV)
Sumber: diadaptasi dari Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional
DAK Fisik Bidang Pariwisata
E. Standar Pembangunan Plaza Pusat Jajanan/Kuliner
Plaza pusat jajanan/kuliner merupakan fasilitas dimana terdapat kegiatan layanan jual beli
makanan dan minuman baik untuk masyarakat umum maupun wisatawan (pengunjung).
Adapun ketentuan standar plaza pusat jajanan/kuliner adalah sebagai berikut:
Tabel 7.6 Standar Pembangunan Plaza Pusat Jajanan/Kuliner
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
1. Lokasi/
Penempatan
a. Lokasi plaza pusat jajanan/kuliner harus mudah diakses dan tidak menimbulkan
gangguan terhadap lalu lintas. Lokasi pada daya tarik wisata alam seperti tepi
sungai, tepi danau, tepi hutan dapat dipertimbangkan sepanjang tidak
menimbulkan tekanan atau dampak negatif terhadap lingkungan.
b. Petunjuk arah dan papan nama plaza pusat jajanan/kuliner cinderamata dibuat
dengan tulisan yang terbaca jelas dan mudah terlihat.
2. Dimensi
ruangan
pengunjung
Satuan dimensi ruang per pengunjung untuk kegiatan makan minum adalah 2 m²
(dua meter persegi) per orang termasuk kursi meja dan sirkulasi pengunjung.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-18
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
3. Bangunan /
Area Plaza
Memiliki sistem sirkulasi udara dan pencahayaan, pintu masuk dan keluar sesuai
standar
4. Produk Utamakan untuk menyajikan kuliner tradisional/khas lokal
5. Fasilitas
Penunjang
a. Fasilitas parkir yang bersih, aman, dan terawat, dilengkapi dengan rambu lalu
lintas;
b. Toilet yang bersih, terawat dan terpisah untuk pengunjung pria dan wanita,
termasuk untuk penyandang disabilitas, yang masing-masing dilengkapi dengan:
papan nama yang jelas; air bersih yang cukup; tempat cuci tangan dan pengering;
kloset; tempat sampah tertutup; tempat buang air kecil (urinoir) untuk toilet
pengunjung pria; dan sirkulasi udara serta pencahayaan yang baik;
c. Mushola yang cukup luas dengan tempat wudhu yang terpisah untuk pria dan
wanita;
d. Tempat sampah tertutup yang terdiri atas: tempat sampah organik; dan tempat
sampah non-organik;
e. Instalasi listrik/genset sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. Akses khusus darurat dan tempat berkumpul
g. Instalasi kamera pengawas (closed circuit television/CCTV) yang berfungsi dengan
baik.
h. Fasilitas untuk penyandang disabilitas
Sumber: diadaptasi dari Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional
DAK Fisik Bidang Pariwisata
F. Standar Pembangunan Tempat Ibadah
Fasilitas ibadah sangat diperlukan di destinasi pariwisata dalam memberikan kemudahan
wisatawan untuk menunaikan kewajiban ibadahnya ketika berkunjung. Berikut adalah standar
pembangunan tempat ibadah di destinasi pariwisata.
Tabel 7.7 Standar Pembangunan Tempat Ibadah
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
1. Lokasi/
Penempatan
a. Mudah diakses dan dekat dengan destinasi wisata;
b. Memiliki sistem sirkulasi udara atau air conditioner (AC) dan pencahayaan, pintu
masuk dan keluar sesuai standar; dan
c. Penanda arah dengan tulisan yang terbaca jelas dan mudah terlihat.
2. Desain
Bangunan
Memenuhi unsur keunikan, merepresentasikan tempat wisata, dan kekhasan budaya
setempat.
3. Fasilitas
Penunjang
a. Fasilitas membersihkan diri yang terawat dan terpisah untuk pengunjung pria dan
wanita, termasuk untuk penyandang disabilitas, yang masing-masing dilengkapi
dengan: papan nama yang jelas; air bersih yang cukup; tempat cuci tangan dan
pengering; dan sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik; dan
b. Alas kaki dan pendukung ritual ibadah yang bersih dan terawat.
Sumber: diadaptasi dari Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional
DAK Fisik Bidang Pariwisata
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-19
G. Standar Pembangunan Jalur Pejalan Kaki/Pedestrian
Jalur pejalan kaki/pedestrian dapat menghubungkan satu tempat/daya tarik wisata ke
tempat/daya tarik wisata lain dengan adanya konektivitas dan kontinuitas sehingga dapat
memudahkan pejalan kaki untuk mencapai suatu tujuan. Jalur pejalan kaki/pedestrian juga dapat
menjamin keterpaduan, baik dari aspek penataan bangunan dan lingkungan, aksesibilitas antar
lingkungan dan kawasan, maupun sistem transportasi. Berikut adalah standar pembangunan jalur
pejalan kaki/pedestrian di destinasi pariwisata.
Tabel 7.8 Standar Pembangunan Jalur Pejalan Kaki/Pedestrian
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
1. Lokasi/
Penempatan
a. Sistem jaringan sirkulasi pejalan kaki harus direncanakan terintegrasi
dengan perencanaan zona kegiatan wisata untuk optimalisasi akses antar
fasilitas maupun akses dari dan menuju lokasi kawasan wisata; dan
b. Lokasi fasilitas berada dalam cakupan jarak pejalan kaki, yaitu antara 300 –
400 meter. Apabila jarak lebih dari 400 meter, harus diberikan jeda atau
tempat istirahat pejalan kaki.
2. Desain a. Memiliki lebar yang cukup untuk dua orang pejalan kaki apabila berpapasan;
b. Mempunyai sarana ruang pejalan kaki untuk seluruh pengguna termasuk
pejalan kaki dengan berbagai keterbatasan fisik;
c. Mempunyai kemiringan yang cukup landai dan permukaan jalan rata tidak
naik turun. Pada jalur yang cukup curam (naik atau turun) atau pada jalur
berupa anak tangga, disarankan untuk memiliki pegangan tangan setidaknya
untuk satu sisi (disarankan untuk kedua sisi);
d. Memberikan kondisi aman, nyaman, ramah lingkungan, dan mudah untuk
digunakan secara mandiri;
3. Tipe Jalur a. Jalur pedestrian terbuka (tanpa penaung), dilengkapi dengan jalur hijau
peneduh di salah satu atau di kedua sisinya;
b. Jalur pedestrian dengan penaung, baik berupa atap maupun dengan
tanaman rambat.
4. Furnitur
Pelengkap
a. Furnitur pelengkap jalur pedestrian sebaiknya diletakkan sepanjang jalur
pedestrian pada titik-titik amenitas / fasilitas atau area istirahat yang
berlokasi di setiap jarak kurang lebih 400 (empat ratus) meter;
b. Furnitur pelengkap jalur pedestrian terdiri dari:
1) Material Perkerasan Jalur Pedestrian;
2) Tanaman / Vegetasi di Sekitar Jalur Pedestrian;
3) Penaung / Penutup Atap Jalur Pedestrian;
4) Lampu / Penerangan;
5) Sistem Tata Informasi Umum;
6) Sistem Tata Informasi Kawasan Wisata;
7) Bangku dan Tempat Sampah; dan
8) Toilet Umum (dapat merupakan bagian terpisah dari titik amenitas, namun
berlokasi dekat serta mudah diakses).
Sumber: diadaptasi dari Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional
DAK Fisik Bidang Pariwisata
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-20
H. Standar Pembangunan Tempat Parkir
Tempat parkir merupakan salah satu fasilitas penting untuk menunjang pariwisata di suatu
destinasi pariwisata karena dapat memudahkan wisatawan dalam berkunjung, sehingga dapat
mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Berikut adalah standar pembangunan
tempat parkir di destinasi pariwisata.
Tabel 7.9 Standar Pembangunan Tempat Parkir
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
1. Lokasi/Penempatan Kriteria yang digunakan sebagai dasar dalam merancang tempat atau
pelataran parkir adalah sebagai berikut:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
b. Keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
c. Kelestarian lingkungan;
d. Kemudahan bagi pengguna jasa;
e. Tersedianya tata guna lahan; dan
f. Letak antara jalan akses utama dan daerah yang dilayani.
2. Pola Parkir a. Pola parkir kendaraan satu sisi (membentuk sudut 90o, 60o, atau 30o)
b. Pola parkir kendaraan dua sisi (membentuk sudut 90o, 60o, atau 30o)
c. Pola parkir pulau/dua sisi dengan 2 gang (membentuk sudut 90o, atau
45o)
3. Desain a. Memperhatikan Satuan Ruang Parkir (SRP) kendaraan
b. Ruang bebas kendaraan parkir (ruang lebar bukaan pintu kendaraan, agar
tidak terjadi benturan antar pintu kendaraan yang parkir, ruang dengan
jalan/jalur parkir untuk menghindari benturan dengan dinding atau
kendaraan lain yang lewat untuk masuk/keluar parkir
Sumber: diadaptasi dari Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional
DAK Fisik Bidang Pariwisata
I. Standar Pembangunan Rambu-rambu Petunjuk Arah, Daya Tarik Wisata, dan Layanan
Pariwisata
Rambu-rambu diperlukan sebagai informasi terkait arah menuju daya tarik wisata, sarana
interpretasi daya tarik wisata, dan sarana mengidentifikasi berbagai fasilitas dan pelayanan
pariwisata yang tersedia di suatu destinasi pariwisata. Pada umumnya, rambu-rambu dibuat
berdasarkan karakter lokal (ciri khas) masyarakat atau daerah tersebut dalam rangka menarik
minat wisatawan untuk mengeksplorasi daya tarik wsiata. Selain itu, pembangunan dan
pemasangan rambu-rambu harus dapat memberikan kontribusi kepada citra dari destinasi serta
pengalaman berwisata bagi wisatawan. Berikut adalah standar pembangunan rambu-rambu di
destinasi pariwisata.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-21
Tabel 7.10 Standar Pembangunan Rambu-rambu Petunjuk Arah, Daya Tarik Wisata,
dan Layanan Pariwisata
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
1. Jenis Rambu-
rambu
a. Rambu selamat datang/entrance/gateway sign
Rambu ini ditempatkan di dekat pintu masuk dari kota atau wilayah geografis
yang dapat memberikan informasi terkait dengan tema utama dari destinasi
pariwisata. Dalam rambu ini juga dapat termasuk deretan simbol ketersediaan
layanan pariwisata (fasiltias akomodasi, makan-minum, fasilitas ibadah, dll.);
b. Rambu informasi dan penunjuk arah daya tarik wisata dan fasilitas pariwisata
(fasilitas makan-minum, akomodasi, pusat oleh-oleh, dll).
Rambu-rambu ini dilengkapi dengan informasi jarak tempuh dan juga peta
lokasi untuk menyediakan informasi terkait dengan pemberitahuan terlebih
dahulu dari daya tarik wisata atau fasilitas pariwisata yang ada dan
memberikan informasi kepada pengunjung bahwa mereka berada pada arah
yang tepat.
c. Rambu interpretasi daya tarik wsiata, berfungsi sebagai sarana edukasi dan
komunikasi interaktif kepada wisatawan terkait dengan daya tarik wisata yang
dikunjungi
2. Penempatan/
Lokasi
a. Penempatan rambu petunjuk ditempatkan pada sisi jalan, pemisah jalan atau
diatas daerah manfaat jalan sebelum tempat, daerah atau lokasi yang ditunjuk;
b. Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, di luar jarak
tertentu dari tepi luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan dan tidak
merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki;
c. Penempatan papan penunjuk arah bersih dari hambatan tumbuh-tumbuhan;
d. Mempertimbangkan jarak tujuan dengan posisi penempatan papan penunjuk
arah.
3. Desain a. Pengembangan rambu penunjuk arah pada konteks kepariwisataan harus
memiliki bentuk maupun format yang berbeda dari rambu lalu lintas pada
umumnya. Rambu tersebut harus memiliki format yang konsisten yang
ditetapkan secara resmi. Secara idealnya, rambu-rambu ini tidak berbahasa
namun menggunakan simbol yang standar dan mudah dikenali oleh semua
wisatawan;
b. Rambu harus meliputi semua fasilitas wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan.
Hal ini termasuk didalamnya rambu keberadaan bandara, pelabuhan, fasilitas
informasi, daya tarik wisata dan aktivitas wisata, akomodasi dan lain-lain;
c. Fasilitas yang harus ditempatkan pada rambu-rambu tersebut harus memenuhi
kriteria yang ditetapkan seperti jenis fasilitas, kapasitas, kualitas, waktu
operasional dll. Jenis aksesibilitas akan membedakan jenis rambu, sebagai
contoh pada jalan utama hanya fasilitas utama yang akan diinformasikan;
d. Skema arahan yang ditunjukkan di rambu-rambu penunjuk harus mudah diikuti
dan dimengerti oleh wisatawan. Misalnya rambu penunjuk masuk dan keluar
dari lapangan parkir;
e. Warna dan bentuk dari rambu-rambu harus konsisten untuk memberikan
kemudahan kepada wisatawan;
f. Ukuran legenda harus optimal agar mudah dipahami secara cepat oleh
pengendara pada kecepatan berkendara;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-22
ASPEK KETERANGAN/STANDAR
g. Penggunaan jumlah kata-kata dan simbol harus seminimal dan seoptimal
mungkin sehingga secara mudah dan cepat dipahami oleh
pengendara/wisatawan.
Sumber: diadaptasi dari Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional
DAK Fisik Bidang Pariwisata
7.3 Rencana Non Fisik
Subbab rencana non fisik ini mencakup rencana pengembangan tema dan program jalur wisata,
rencana informasi pariwisata, rencana lembaga pengelolaan kawasan, rencana pengembangan
kapasitas masyarakat, serta rencana pengelolaan pengunjung.
7.3.1 Rencana Pengembangan Program dan Tematik Jalur Wisata
Jalur wisata adalah jalur transportasi seperti jalur mobil, sepeda, pejalan kaki dan lain sebagainya
yang terdapat berbagai daya tarik wisata. Beberapa daya tarik wisata yang memiliki atribut atau
nilai yang saling terkait dapat dirangkai menjadi satu tema yang utuh. Jalur wisata yang daya
tariknya memiliki tema yang khusus harus memperhatikan urutan rangkaian daya tarik sehingga
memberikan pengalaman yang utuh terhadap tema tersebut.
Rencana pengembangan tema dan program jalur wisata di Kawasan Kota Tua Muntok dan
sekitarnya didasarkan pada aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan terkait kondisi
pariwisata di kawasan tersebut. Beberapa point dari keempat aspek tersebut adalah:
1. Kekuatan pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya Muntok
• Kawasan Kota Tua Muntok yang tidak terlalu luas;
• Ketersediaan sumber daya tarik wisata sejarah dan warisan budaya yang cukup besar dari
segi jumlah, dan cukup variatif dari segi keragaman;
• Konsentrasi sumber daya tarik wisata sejarah dan warisan budaya yang cukup tinggi,
dengan membandingkan antara luas kawasan dan jumlah sumber daya tarik wisata;
• Kondisi sebagian besar sumber daya tarik wisata yang masih asli dan cukup terawat
dengan baik;
• Pengembangan tema wisata sejarah dan warisan budaya Muntok dan sekitarnya yang
cukup bervariasi;
• Sejarah dan warisan budaya di Kota Tua Muntok memiliki skala lokal (perkembangan
komunitas etnis Melayu), nasional (tambang timah dan jejak pengasingan Soekarno-Hatta
dan para pejuang lainnya), dan internasional (tambang timah, perkembangan komunitas
etnis Tionghoa, Inggris, dan Belanda, serta Perang Dunia II);
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-23
• Memiliki keunikan berupa makanan khas Muntok, seperti pempek udang, yang tidak
terdapat di tempat lain di Indonesia;
• Kondisi jalan raya dan trotoar yang cukup baik, baik di dalam Kawasan Kota Tua Muntok
maupun yang menghubungkannya dengan tempat-tempat lain di Pulau Bangka;
• Iklim tropis Muntok yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan wisata sepanjang
tahun;
• Memiliki pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan langsung dengan Pulau
Sumatera (Palembang dan Tanjung Api-api);
2. Kelemahan pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya Muntok
• Kondisi sebagian sumber daya tarik wisata sejarah dan warisan budaya yang sudah tidak
asli dan dalam kondisi yang bervariasi, mulai yang tidak terawat hingga yang hampir
hancur;
• Kesiapan dan kesediaan masyarakat setempat, termasuk para pemilik bangunan,
terhadap pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya, yang masih perlu
ditingkatkan;
• Belum tersedianya sarana terkait langsung dengan sumber daya wisata sejarah dan
warisan budaya, seperti interpretasi;
• Jarak antara Muntok dengan kota besar atau pintu masuk dan pusat distribusi pengunjung
terdekat, yaitu Pangkalpinang (di Pulau Bangka) dan Palembang (di Sumatera Selatan),
yang cukup jauh;
• Terbatasnya ketersediaan daya tarik wisata jenis lainnya di dalam Kawasan Kota Tua
Muntok dan sekitarnya yang dapat mendukung atau melengkapi wisata sejarah dan
warisan budaya;
• Iklim tropis Muntok, dengan suhu rata-rata dan kelembaban udara yang cukup tinggi, yang
dapat memengaruhi kondisi objek bersejarah dan warisan budaya serta kenyamanan
pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata;
• Adanya genangan (banjir) pada saat musim hujan akibat meluapnya sungai yang
membelah Kota Muntok bersamaan dengan air laut pasang.
3. Peluang pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya Muntok
• Semakin berkembangnya wisata minat khusus, terutama terkait wisata sejarah
perjuangan kemerdekaan maupun budaya masyarakat, baik di tingkat nasional maupun
internasional;
• Pengembangan prasarana dan sarana, baik yang terkait langsung dengan pariwisata
maupun tidak, yang dapat dinikmati oleh pengunjung dan masyarakat setempat;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-24
• Peningkatan kualitas lingkungan, ekonomi, dan sosio-budaya dari pengembangan tema
dan program jalur wisata sejarah dan warisan budaya Muntok, baik bagi pengunjung dan
masyarakat setempat;
• Adanya kebijakan nasional yang memprioritaskan pengembangan sektor pariwisata di
daerah sebagai sumber devisa;
4. Tantangan pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya Muntok
• Penurunan kualitas objek bersejarah dan warisan budaya, baik karena faktor jumlah
pengunjung yang tinggi maupun iklim tropis yang hangat dan lembab, serta faktor-faktor
lainnya;
• Kejenuhan pengunjung dan masyarakat setempat akan wisata sejarah dan warisan
budaya di masa mendatang;
• Iklim tropis, mencakup suhu udara yang relatif tinggi dan hujan deras, yang dapat
memengaruhi kegiatan wisatawan di musimnya masing-masing (panas dan penghujan);
• Penurunan kualitas lingkungan, ekonomi, dan sosio-budaya dari pengembangan tema dan
program jalur wisata sejarah dan warisan budaya Muntok, baik bagi pengunjung dan
masyarakat setempat;
• Berkembangnya pariwisata sejarah dan budaya sejenis di tempat lain yang menjadi
pesaing.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan tersebut, maka beberapa hal terkait
pengembangan tema dan program wisata sejarah dan warisan budaya di Kawasan Kota Tua
Muntok yang perlu diperhatikan adalah:
1. Tema dan jalur heritage trail yang cocok untuk dikembangkan di Kawasan Kota Tua Muntok,
yang dapat dilakukan baik dengan berjalan kaki atau dengan media transportasi, dan dapat
dilakukan sendiri atau berkelompok dengan media interpretasi yang bersifat personal
ataupun non-personal;
2. Variasi dan jenis heritage trail di Kawasan Kota Tua Muntok yang dapat dikembangkan
menjadi sejumlah tema dan jalur agar pengunjung memiliki banyak pilihan dan kesempatan
untuk datang dan/atau tinggal lebih lama di Muntok;
3. Peningkatan kapasitas (pengetahuan, keahlian, dan pengalaman) masyarakat setempat
terkait pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya Muntok perlu dilakukan;
4. Penyediaan prasarana dan sarana pendukung tema dan jalur heritage trail di Kota Tua
Muntok dan sekitarnya perlu dipersiapkan bagi kenyamanan pengunjung dan juga
masyarakat setempat, seperti interpretasi dan aksesibilitas, dengan memerhatikan iklim
setempat;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-25
5. Perencanaan pengembangan pariwisata jenis lainnya di Kawasan Kota Tua Muntok dan
sekitarnya sebagai pelengkap wisata sejarah dan pusaka budaya;
6. Penyusunan sistem perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan evaluasi pariwisata
sejarah dan warisan budaya Kawasan Kota Tua Muntok, mencakup daya tarik wisata,
prasarana dan sarana wisata, termasuk Standard Operasional Procedure pemeliharaan daya
tarik wisata dan kunjungan, serta pengelolaan dampak positif dan negatif dari
pengembangan pariwisata setempat, agar dapat berkelanjutan.
Heritage trail adalah jalur yang menghubungkan antara satu daya tarik wisata dengan lainnya,
biasanya bertema warisan alam dan budaya, dan berdasarkan satu tema tertentu. Salah satu
contoh definisi heritage trails dikeluarkan oleh New South Wales Office, Austrlia, yang
mendefinisikannya sebagai, “… established routes linking significant items of an area’s heritage”
(1995). Heritage trail dapat dilakukan sendiri atau berkelompok, baik dengan bantuan interpretasi
personal maupun non-personal.
Interpretasi adalah “…a communication process, designed to reveal meanings and relationships
of our cultural and natural heritage, through involvement with objects, articfacts, landscapes and
sites” (Interpretation Canada). Dengan kata lain, interpretasi adalah sebuah proses pemahaman
tentang warisan alam dan budaya melalui interaksi langsung dengan objek. Interpretasi personal
adalah interpretasi yang dilakukan dengan mediasi seorang interpreter, yang menyampaikan
interpretasi secara langsung dan lisan dengan atau tanpa bantuan media interpretasi non-
personal. Interpretasi non-personal adalah media interpretasi, seperti buku panduan, papan
interpretasi, brosur atau leaflet, informasi dalam bentuk online yang dapat diunduh melalui gadget
seperti telepon genggam, tablet, dan sebagainya, dan lain-lain. Heritage trail dapat dilakukan
dengan media transportasi atau berjalan kaki, baik sendiri maupun berkelompok.
Gambar 7.2 Contoh Papan Penunjuk Rute Heritage trail dan Foto Oobjek di Nara, Jepang Sumber: Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-26
Dalam merencanakan dan mengembangkan heritage trails, ada beberapa prinsip umum yang
perlu diperhatikan, terutama untuk mendukung heritage trail yang dilakukan sambil berjalan kaki:
1. Merencanakan dan menentukan pasar target dan bauran pemasaran (product, price, place,
and distribution);
2. Ketersediaan interpreter yang menguasai materi tur;
3. Ketersediaan fasilitas penunjang wisata jalan kaki, seperti titik pertemuan untuk peserta
wisata yang strategis yang aman dan nyaman, trotoar, zebra cross, tempat rehat, rumah
makan, papan interpretasi, dan sebagainya;
4. Jarak dan durasi maksimal untuk berjalan kaki (idealnya untuk satu jalur heritage trail tidak
lebih dari 1,5 km atau dilakukan kurang dari 2,5 jam);
5. Waktu yang tepat untuk melakukan wisata jalan kaki berdasarkan tema, yaitu pagi atau sore
dan malam hari;
6. Heritage trail dapat dilakukan sendiri atau mengikuti wisata jalan kaki yang dipandu
interpreter;
7. Pembuatan informasi terkait heritage trail, mencakup papan informasi rute, brosur, internet.
Gambar 7.3 Contoh papan interpretasi di Kyoto, Jepang Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Terdapat tiga pendekatan untuk menentukan heritage trail di Kota Tua Muntok, yaitu berdasarkan:
1) Tema klaster, 2) Periode sejarah, dan 3) Tema khusus budaya. Pendekatan berdasarkan tema
klaster biasanya melibatkan objek-objek dalam satu klaster. Kebalikannya, pendekatan
berdasarkan periode sejarah dapat diterapkan dengan melibatkan objek-objek dalam satu
kawasan atau antarkawasan. Begitu juga dengan pendekatan tema khusus, dapat dilakukan
dengan melibatkan objek dalam satu kawasan atau antarkawasan. Perlu diperhatikan bahwa ada
tantangan bagi pengembangan tema heritage trail berdasarkan sejarah, yaitu lokasi antara satu
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-27
daya tarik wisata ke daya tarik wisata lainnya dapat berjauhan sehingga tidak dapat dilakukan
dengan berjalan kaki.
Rencana pengembangan tema dan program heritage trail Muntok berdasarkan pendekatan tema
klaster mencakup:
1. Klaster Eropa, meliputi:
a. Sejarah perkembangan komunitas Eropa (Inggris-Belanda) di Muntok
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat
setempat tentang sejarah perkembangan komunitas Belanda (dan Inggris) di Muntok,
termasuk kedatangan bangsa Belanda (dan Inggris) ke Muntok, tokoh-tokoh penting,
gaya hidup atau budaya (mencakup kuliner dan arsitektur).
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan
yang memiliki nilai warisan budaya bangsa Belanda (dan Inggris).
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah
kawasan melalui media sosial dan blog.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Rumah Dinas Bupati Bangka Barat (Eks Kantor Residen), Museum Timah Indonesia
(BTW), Alun-alun (Voetbaetrin), Eks Jembatan Burg, Pelabuhan Lama Muntok (Eks
Vlutch Haven), Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda/
Habur Maser), Pantai dan Menara Suar Tanjung Kalian
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Gereja Katolik, Rumah Pastoral, Sekolah Katolik Santa Maria, Rumah Sudirman 12
(Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala BTW), Rumah Bapak H. Choirudin (Eks Rumah Kavilasi
I/ Kepala BTW), Gereja Bethesda, Gudang Inggris (Gedung Kuning), Café Teras Kite
(Eks Taman Kanak-kanak Belanda), Gedung KPU (Eks Gedung Concordia), Rumah
Tahanan Muntok (Gavengis), Komplek Polsek Muntok (Eks Komplek Benteng Inggris
& Belanda)
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan
interpretasi di setiap objek; Brosur panduan cetak dan elektronik.
• Interpretasi Personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Target wisatawan:
• wisman/wisnus minat khusus sejarah, warisan budaya, edurekreasi/pelajar lokal,
regional, nasional.
Jarak:
• ± 18 Km
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-28
Waktu:
• Pagi/Siang/Sore
Gambar 7.4 Contoh Bangunan Kolonial Belanda di Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-29
Gambar 7.5 Jalur Wisata Sejarah Perkembangan Komunitas Eropa di Muntok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-30
b. Sejarah peninggalan taman-taman kolonial
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat
setempat tentang sejarah taman-taman kolonial, desain, dan jenis-jenis vegetasi yang
ada;
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan
yang memiliki nilai warisan budaya etnis Belanda;
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah
kawasan melalui media sosial dan blog.
Daya tarik utama mencakup:
• Taman Wilhelmina, Taman Juliana, Taman Elizabeth
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Museum Timah Indonesia (BTW), Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala
BTW), Rumah Bapak H. Choirudin (Eks Rumah Kavilasi I/ Kepala BTW), Café Teras Kite
(Eks Taman Kanak-kanak Belanda), Gedung KPU (Eks Gedung Concordia), Rumah
Tahanan Muntok (Gavengis).
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi
di setiap objek; Brosur panduan cetak dan elektronik.
• Interpretasi Personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Target wisatawan:
• wisman/wisnus minat khusus, pelajar, peneliti
Jarak:
• ± 2 Km
Waktu:
• Pagi/Sore
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-31
Gambar 7.6 Jalur Wisata Sejarah Peninggalan Taman-Taman Kolonial
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-32
2. Klaster Melayu,
dengan nama tema jalur: Sejarah perkembangan komunitas Melayu di Muntok
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat
setempat tentang sejarah perkembangan komunitas Melayu di Muntok, termasuk
kedatangan etnis Melayu dari Palembang ke Muntok, tokoh-tokoh penting, gaya hidup
atau budaya (mencakup kuliner dan arsitektur);
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan yang
memiliki nilai warisan budaya etnis Melayu;
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah kawasan
melalui media sosial dan blog.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Benteng Kota Seribu, Masjid Jami’, Surau Tanjung, Rumah Tumenggung (Woning
Tumenggung)
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Makam Bangsawan Melayu, Rumah Panggung Melayu (di Kampung Ulu), Rumah Melayu
(Kampung Pemohoen), Kuliner khas Melayu (Teras Kite), Kue Tradisional Jajanan Pasar
(Kampung Tanjung)
Gambar 7.7 Surau Tanjung
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi di
setiap objek; Brosur panduan cetak dan elektronik.
• Interpretasi Personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-33
Target wisatawan:
• wisman/wisnus minat khusus, edurekreasi/pelajar/peneliti
Jarak:
• ± 2 Km
Waktu:
• Pagi/Siang/Sore
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-34
Gambar 7.8 Jalur Wisata Sejarah Perkembangan Komunitas Melayu
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-35
3. Klaster Cina,
dengan nama jalur: Sejarah perkembangan komunitas Tionghoa di Muntok
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat
setempat tentang sejarah perkembangan komunitas Tionghoa di Muntok, termasuk
kedatangan etnis Tionghoa ke Muntok, tokoh-tokoh penting, gaya hidup atau budaya
(mencakup kuliner dan arsitektur)
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan yang
memiliki nilai sejarah terkait warisan budaya etnis Tionghoa di Muntok
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah kawasan
melalui media sosial dan blog.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Rumah Mayor China, Klenteng Kong Fuk Miauw, Gudang Mayor China
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Penginapan Sandi (Eks Hotel Centrum), Makam Mayor Cina Tjung A Thiam, Makam Mayor
Cina Tan Jien Men, Ruko Keluarga Ding Tjiang (Rumah Warga Tionghoa), Rumah Warga
Tionghoa 2,3,4, Eks Rumah Kapiten Cina (Woning Lim A Pat), Petak 15 (Rumah Warga
Tionghoa), Rumah Keluarga Lie Yong Bak (Rumah Warga Tinghoa), Eks Bangunan Sekolah
Cina, Kuliner Petak 15, Kuliner Martabak (Hok Lo Pan), Sembahyang Rebut.
Gambar 7.9 Rumah Mayor China Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: papan rute dan objek kawasan; papan interpretasi di
setiap objek; Brosur panduan cetak dan elektronik.
• Interpretasi Personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Target wisatawan: wisman/wisnus minat khusus, edurekreasi/pelajar
Jarak: ± 4 Km
Waktu: Pagi/Siang/Sore/Malam
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-36
Gambar 7.10 Jalur Wisata Sejarah Perkembangan Komunitas Tionghoa
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-37
Rencana pengembangan tema dan program heritage trail Muntok berdasarkan pendekatan
sejarah mencakup:
1. Napak Tilas Jejak Kesultanan Palembang
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat
setempat tentang sejarah perkembangan Kesultanan Palembang di Muntok;
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat;
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah kawasan
melalui media sosial dan blog.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Klenteng Kung Fuk Miaw, Benteng Kota Seribu, Pelabuhan Lama Muntok, Surau Tanjung,
Rumah Tumenggung.
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Pantai Tanjung Kalian, Kampung Ulu, Kampung Teluk Rubiah (Petenun)
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi di
setiap objek; Brosur panduan cetak dan elektronik.
• Interpretasi Personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Target wisatawan:
• wisman/wisnus minat khusus, edurekreasi/pelajar
Jarak:
• ± 8 Km
Waktu:
• Pagi/Siang/Sore
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-38
Gambar 7.11 Jalur Wisata Napak Tilas Jejak Kesultanan Palembang
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-39
2. Sejarah Perang Dunia II di Pulau Bangka
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat
setempat tentang sejarah Perang Dunia II di Pulau Bangka, khususnya Muntok, serta
objek-objek dan relik yang berhubungan dengan Perang Dunia II di Muntok.
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan yang
memiliki nilai sejarah terkait Perang Dunia II di Pulau Bangka.
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah kawasan
melalui media sosial dan blog.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Museum Timah Indonesia (eks BTW), Rumah Kavilasi, Pelabuhan Lama, Eks Bioskop,
Camp Tahanan Wanita (Kampung Keranggang), Museum Perdamaian, Pantai Radji, Teluk
Menggeris.
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Pantai Tanjung Kalian.
Gambar 7.12 Relik Kapal Perang di Tanjung Kalian
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi di
setiap objek; Brosur panduan baik cetak maupun elektronik.
• Interpretasi personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour)
Target wisatawan:
• wisman/wisnus minat khusus, edurekreasi/pelajar
Jarak:
• ± 16 Km
Waktu:
• Pagi/Siang/Sore
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-41
3. Jejak Pengasingan Soekarno-Hatta di Muntok
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat
setempat tentang tempat-tempat dan objek yang berhubungan dengan upaya Belanda
dalam mengasingkan Soekarno-Hatta di Kawasan Muntok dan sekitarnya.
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan yang
memiliki nilai sejarah terkait jejak pengasingan Soekarno-Hatta di Muntok
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah kawasan
melalui media sosial dan blog.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Pesanggrahan Muntok, Pesanggrahan Menumbing, Pantai Tanjung Kalian
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Hutan Konservasi Menumbing, Batu Balai, Pembuatan Kue Jajanan Pasar Kampung
Tanjung, Pantai Muntok Asin, Pantai Batu Rakit
Gambar 7.14 Pesanggrahan Muntok
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi di
setiap objek; Brosur panduan baik cetak maupun elektronik.
• Interpretasi personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour)
Target wisatawan:
• wisman/wisnus minat khusus, edurekreasi/pelajar
Jarak:
• ± 17 Km
Waktu: Pagi/Siang/Sore
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-42
Gambar 7.15 Jalur Wisata Jejak Pengasingan Soekarno-Hatta
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-43
4. Sejarah Penambangan Timah
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat setempat
tentang sejarah pertambangan timah yang pertama di Pulau Bangka, termasuk volume dan
prestasi industri pertambangan setempat, tokoh-tokoh penting dalam sejarah pertambangan,
dan bangunan-bangunan terkait industri pertambangan setempat.
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan yang
memiliki nilai sejarah industri pertimahan
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah kawasan
melalui media sosial dan blog.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Pesanggrahan Muntok, Rumah Mayor Cina, Museum BTW, Kantor Administrasi Pelabuhan
(Eks Kantor Syahbandar Belanda/ Habur Master), Eks Jembatan Burg, Gudang Mayor Cina,
Pelabuhan Lama Muntok, Pantai Tanjung Kalian
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Rumah Keluarga Ahmad Djunaedi/ Rumah Macan (Eks Rumah Kepala Parit Timah), Rumah
Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala BTW), Rumah Bapak H. Choirudin (Eks Rumah
Kavilasi I/ Kepala BTW), Rumah Bapak Rusli (Eks Rumah Kepala Kapal Keruk Belanda),
Rumah Kolonial (Eks Rumah Karyawan Zaman Belanda)
Gambar 7.16 Bangunan Museum Timah Indonesia Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi di setiap objek;
Brosur panduan cetak maupun elektronik.
• Interpretasi personal: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Target pasar wisatawan:
• Wisman/wisnus minat khusus, Edurekreasi/Pelajar
Jarak:
• ± 8 Km
Waktu:
• Pagi/Siang/Sore
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-44
Gambar 7.17 Jalur Wisata Sejarah Penambangan Timah
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-45
Rencana pengembangan tema dan program heritage trail Muntok berdasarkan pendekatan tema
khusus budaya mencakup:
1. Pelabuhan Ikan dan Pasar Ikan Tradisional
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat setempat
tentang sejarah pelabuhan ikan dan pasar ikan Muntok, objek-objek bersejarah di Kawasan
tersebut, kegiatan sehari-hari nelayan dan penjual ikan, jenis-jenis ikan yang diperdagangkan,
dan sebagainya
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan yang
memiliki nilai warisan budaya nelayan dan komersial ikan Muntok
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah kawasan
melalui media sosial dan blog.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Pelabuhan ikan dan pasar ikan tradisional
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Pelabuhan Lama Muntok, Eks Jembatan Burg, Gudang Inggris (Gedung Kuning), Eks Kantor
Syahbandar Belanda
Gambar 7.18 Satu sudut pelabuhan nelayan di Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi di setiap
objek; Brosur panduan cetak dan elektronik.
• Interpretasi Personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Target pasar wisatawan:
• Wisman/wisnus minat khusus, Edurekreasi/Pelajar
Jarak:
• ± 0,5 Km
Waktu:
• Pagi/Siang/Sore
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-46
Gambar 7.19 Jalur Wisata Pelabuhan Ikan dan Pasar Ikan Tradisional
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-47
2. Pasar Tradisional Muntok
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat setempat
tentang pasar tradisional Muntok, sejarah pasar, kegiatan sehari-hari penjual di pasar, produk
yang dijual di pasar, dan sebagainya.
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan yang
memiliki nilai budaya Muntok, terutama pusat komersial tradisional.
• Pengunjung dan masyarakat setempat dapat mempromosikan nilai-nilai sejarah dan budaya
kawasan melalui media sosial dan blog.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Pasar Muntok
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Rumah Mayor Cina, Penginapan Sandy (eks Hotel Centrum), Gudang Mayor Cina
Gambar 7.20 Produk di pasar tradisonal Muntok yang dapat menarik minat wisatawan asing
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi di setiap
objek; Brosur panduan cetak dan elektronik.
• Interpretasi Personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Target pasar wisatawan:
• Wisman/wisnus minat khusus, Edurekreasi/Pelajar
Jarak:
• ± 1 Km
Waktu:
• Pagi/Siang/Sore
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-49
3. Penganan Khas Muntok
Sasaran interpretasi mencakup:
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan yang
memiliki nilai budaya, spesifiknya kuliner Muntok.
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat setempat
tentang kuliner Muntok yang tersedia di pagi maupun malam hari.
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap kawasan yang
memiliki nilai budaya, spesifiknya kuliner Muntok yang tersedia di pagi maupun malam hari.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Kue Jajanan Pasar Kampung Tanjung, Kue Jajanan Pasar Gedung M3 / Segitiga Klenteng &
Masjid Jami’.
Daya tarik wisata pendukung mencakup:
• Klenteng Kung Fuk Miaw, Masjid Jami’, Surau Tanjung, Rumah Tumenggung.
Gambar 7.22 Aneka makanan ringan khas Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi di setiap
objek; Brosur panduan cetak dan elektronik.
• Interpretasi Personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-50
Gambar 7.23 Koridor Dua Pecinan yang Dapat Dikembangkan Sebagai Pasar Malam yang
Menjual Penganan Khas Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dsk, 2018
Target pasar wisatawan:
• Wisman/wisnus minat khusus, Edurekreasi/Pelajar
Jarak:
• ± 1 Km
Waktu:
• Pagi/Siang/Sore/Malam
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-52
4. Muntok White Pepper
Sasaran interpretasi mencakup:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pengunjung dan masyarakat
setempat tentang sejarah penanaman lada putih Muntok, dan manfaatnya.
• Meningkatkan apresiasi pengunjung dan masyarakat setempat terhadap lada putih,
sebagai rempah-rempah khas Muntok yang bernilai tinggi.
Daya tarik wisata utama mencakup:
• Pelabuhan Lama Muntok, Perkebunan Lada di Desa Air Belo, Kec. Muntok, Perkebunan
Lada di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip.
Teknik interpretasi mencakup:
• Interpretasi Non-Personal, seperti: Papan rute dan objek kawasan; Papan interpretasi di
setiap objek; Brosur panduan cetak dan elektronik.
• Interpretasi Personal, seperti: Tur yang dipandu interpreter (guided tour).
Target pasar wisatawan:
• Wisman/wisnus minat khusus, Edurekreasi/Pelajar
Jarak:
• ± 29 Km
Waktu:
• Pagi/Siang/Sore
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-54
Secara keseluruhan, terdapat 12 jalur wisata yang dapat dikembangkan di KSPP Muntok dan
sekitarnya, peta berikut ini menunjukkan 12 jalur tersebut, dengan beberapa jalur
memperlihatkan irisan di sebagian ruas jalurnya. Jalur-jalur ini nantinya dapat menjadi rujukan
dalam menyusun paket wisata yang lebih detail, yang siap ditawarkan/dijual kepada wisatawan.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-55
Gambar 7.26 Jalur Wisata Tematik di KSPP Muntok dan Sekitarnya
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-56
7.3.2 Rencana Informasi Pariwisata
Parwisata merupakan salah satu industri yang sangat bergantung pada informasi. Dalam
melakukan kegiatan wisata, pengunjung akan membutuhkan berbagai informasi mulai dari
informasi terkait lokasi destinasi pariwisata, berbagai jenis daya tarik wisata didalamnya dan
berbagai kegiatan wisata yang dapat dilakukan, moda transportasi untuk berkunjung ke destinasi
pariwisata atau daya tarik wisata tersebut dan bagaimana cara untuk mencapai lokasi destinasi
pariwisata atau daya tarik wisata tersebut, berbagai fasilitas pariwisata yang tersedia di destinasi
pariwisata atau daya tarik wisata tersebut, termasuk informasi terkait kemudahan untuk
pembayaran (cara pembayaran) di destinasi pariwisata atau daya tarik wisata, dan termasuk
informasi terkait himbauan dan peringatan terkait etika wisatawan saat berkunjung untuk
mengatur perilaku wisatawan.
Dalam perencanaan informasi pariwisata, berbagai media informasi dapat dikembangkan di suatu
destinasi pariwisata diantaranya adalah melalui fasilitas pusat informasi, papan informasi, papan
interpretasi, dan papan petunjuk arah (signage). Berikut adalah arahan rencana fasilitas informasi
untuk di lokasi-lokasi tertentu dengan isi informasi yang diperlukan.
Tabel 7.11 Perencanaan Informasi Pariwisata
FASILITAS INFORMASI LOKASI ISI INFORMASI
Pusat Informasi • Muntok
Gateway
• Segitiga
Klenteng-
Masjid Jami’
• Brosur panduan wisata interpretif
• Informasi interaktif online
• Paket wisata
• Peta wisata kawasan dan posisi pusat informasi
• Brosur setiap daya tarik wisata pusaka / sejarah
Papan informasi Seluruh daya
tarik wisata • Nama daya tarik wisata
• Kegiatan wisata yang dapat dilakukan
• Tata tertib pengunjung
• Denah lokasi daya tarik wisata dan posisi lokasi denah
Papan interpretasi Seluruh daya
tarik wisata
utama
• Tema interpretasi
• Peta lokasi daya tarik wisata terkait tema
• Informasi interpretif terkait tema
• Fasilitas di sekitar jalur tapak pusaka
Signage/papan
petunjuk arah
Persimpangan
jalan menuju
daya tarik
wisata
• Nama daya tarik wisata
• Panah petunjuk arah
• Informasi jarak yang masih harus di tempuh
• Warna papan petunjuk arah adalah coklat
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-57
7.3.3 Rencana Lembaga Pengelolaan Kawasan
Rencana lembaga pengelolaan kawasan meliputi sistem kelembagaan, unsur-unsur organisasi,
dan aspek/bidang pengelolaan, seperti dapat dilihat dalam table 7.12 berikut ini.
Tabel 7.12 Rencana Lembaga Pengelolaan Kawasan
Sistem Kelembagaan Unsur-unsur Organisasi Aspek/Bidang
Organisasi pelestarian
pusaka
Organisasi interpretasi
pusaka (dapat
menginduk ke organisasi
pelestarian atau
independent)
Pentahelix (Pemerintah/
masyarakat/ usaha
pariwisata/akademisi/
media
PRODUK (pengembangan daya tarik wisata
utama dan pendukung, jalur wisata dan lain-
lain)
SARPRAS (trotoar, meeting & ending point
yang representatif, zebra cross, tempat rehat,
rumah makan, papan interpretasi & orientasi,
brosur)
SDM (certified guide/interpreter, voluntary /
trainee interpreter)
PEMASARAN/PROMOSI
(Identifikasi pasar target yang tepat untuk
setiap tema tur, kerjasama dengan tour
operator nasional dan internasional,
maksimalisasi peran organisasi interpretasi
pusaka, media promosi yang tepat untuk
setiap pasar target)
7.3.4 Rencana Pengembangan Kapasitas Masyarakat
Masyarakat memiliki peranan penting dalam pembangunan kepariwisataan, tidak hanya sebagai
pelaku, tetapi juga menjadi tujuan akhir pembangunan yaitu untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas masyarakat menjadi suatu kebutuhan
dalam pembangunan guna menyiapkan masyarakat untuk dapat bersaing.
Rencana pengembangan kapasitas masyarakat di Kota Tua Muntok dilakukan melalui 5 kegiatan
utama meliputi sosialisasi, pembinaan, pelatihan, pendidikan, dan pendampingan. Kelima
kegiatan tersebut dilakukan secara berkesinambungan dan menerus untuk mendapatkan hasil
yang optimal dari tujuan yang diinginkan. Rencana pengembangan kapasitas masyarakat di Kota
Tua Muntok adalah sebagai berikut.
1. Sosialisasi merupakan suatu proses belajar mengajar atau penanaman nilai, kebiasaan, dan
aturan dalam berperilaku di masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya sesuai dengan
peran dan status sosial masing-masing di dalam kelompok masyarakat. Dalam
pengembangan kapasitas masyarakat pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya, kegiatan
sosialisasi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-58
• Sosialisasi pengembangan Kota Tua Muntok sebagai destinasi pariwisata sejarah,
warisan budaya, dan kuliner.
• Sosialisasi jalur-jalur wisata tematik yang sudah ditetapkan (tema klaster, tema periode
sejarah, dan tema budaya).
• Pendataan masyarakat yang berpotensi dalam pengembangan usaha produk dan jasa
pariwisata (seperti tenun cual, kuliner, cinderamata dan sebagainya).
2. Pembinaan merupakan suatu tindakan, proses, usaha, dan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik ataupun tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
pengembangan kapasitas masyarakat pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya, kegiatan
pembinaan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
• Pembinaan untuk meningkatkan kapasitas dan jumlah interpreter untuk pariwisata
sejarah (kesultanan Palembang, masa penjajahan, perjuangan kemerdekaan,
pertambangan timah, dan lain-lain).
• Penyusunan rangkaian cerita peristiwa dan tempat-tempat bersejarah untuk masing-
masing jalur wisata tematik yang telah ditetapkan.
• Pembinaan bagi pengusaha produk dan jasa pariwisata di Kota Tua Muntok dan
sekitarnya
• Penyediaan lokasi dan alat-alat yang dibutuhkan untuk mengembangan produksi tenun
cual di Kota Tua Muntok.
• Pengemasan produk kuliner sebagai salah satu kegiatan wisata di Kota Tua Muntok
3. Pelatihan merupakan suatu proses yang merupakan bagian dari investasi sumber daya
manusia untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja guna membantu
mencapai tujuan organisasi. Dalam pengembangan kapasitas masyarakat pariwisata di KSPP
Muntok dan sekitarnya, kegiatan pelatihan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
• Pelatihan interpretasi pariwisata khususnya untuk pariwisata sejarah di Kota Tua
Muntok.
• Pelatihan berbahasa asing bagi interpreter maupun pelaku pariwisata lainnya di Kota Tua
Muntok.
• Pelatihan menenun bagi masyarakat lokal untuk mengangkat kembali budaya tenun
cual.
• Pelatihan kemampuan bercerita (story telling) bagi interpreter sejarah di Kota Tua
Muntok.
• Pelatihan penataan kamar homestay dan pelayanan serta keramahtamahan pada tamu
homestay.
• Pelatihan pembukuan keuangan untuk UMKM di Kota Tua Muntok.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-59
4. Pendidikan merupakan proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan
individu untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan yang lebih baik. Dalam
pengembangan kapasitas masyarakat pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya, kegiatan
pendidikan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
• Peningkatan kualitas produk kuliner (rasa, kemasan yang lebih menarik, ketahanan
makanan, dan sebagainya).
• Pendidikan untuk pengembangan motif tradisional kain cual.
5. Pendampingan merupakan suatu strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas sumber daya manusia sehingga mampu mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian
dari permasalahan dan mencari alternatif solusi terbaik untuk pemecahan masalah.
• Pendampingan pengelolaan kegiatan pariwisata sejarah di Kota Tua Muntok
• Pendampingan bagi pelaku tenun cual (khususnya untuk keberlanjutan usaha cual,
promosi, dan sebagainya)
• Pendampingan bagi pemilik homestay di Kota Tua Muntok (khususnya terkait
kebersihan)
7.3.5 Rencana Pengelolaan Pengunjung
Kunjungan wisata ke suatu destinasi pariwisata dapat memberikan manfaat terhadap aspek
lingkungan, sosial budaya, maupun ekonomi. Namun, apabila suatu kunjungan wisata tidak
dikelola dengan baik, maka dapat memberikan berbagai dampak negatif terhadap suatu destinasi
pariwisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pengelolaan pengunjung di suatu destinasi
pariwisata, tidak hanya untuk meminimalisir dampak negatif dari kunjungan wisata, tetapi juga
untuk memberikan kualitas kenyamanan dan pengalaman yang baik bagi pengunjung.
Pengelolaan pengunjung harus direncanakan dengan baik sejak awal pengembangan suatu
destinasi pariwisata, tidak menunggu terjadinya dampak negatif terlebih dahulu. Terdapat
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam perencanaan pengelolaan pengunjung,
diantaranya adalah Pengaturan Sistem Reservasi, Pengaturan Alur Kunjungan dan Moda
Transportasi Berkunjung, Pengaturan Perilaku Pengunjung, Pengaturan/Pembatasan Waktu
Kunjungan, Pengaturan Harga. Berikut adalah strategi pengelolaan pengunjung dari berbagai
pendekatan tersebut.
Tabel 7.13 Rencana Pengelolaan Pengunjung
PENDEKATAN STRATEGI PENGELOLAAN PENGUNJUNG
Pengaturan Sistem
Reservasi
1. Memberikan berbagai jenis media reservasi. Media reservasi tersebut
dapat dilakukan melalui media daring/online (melalui website, blog,
media sosial), media telepon, dan reservasi langsung di lokasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah wisatawan dalam melakukan
reservasi dan juga mengatur/mengawasi jumlah calon pengujung;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-60
PENDEKATAN STRATEGI PENGELOLAAN PENGUNJUNG
2. Menginformasikan waktu reservasi kunjungan. Perlu diinformasikan
kepada pengunjung terkait dengan waktu paling cepat dan paling lambat
untuk melakukan reservasi melalui media online dan media telepon. Hal
ini dimaksudkan agar wisatawan dapat melakukan reservasi pada waktu
yang telah ditentukan dan memudahkan mengelola untuk
mengatur/mengawasi jumlah calon pengunjung;
3. Menyampaikan informasi terkait aturan bahwa pelayanan pertama akan
diberikan kepada pengunjung yang melakukan reservasi lebih awal
ketika kuota jumlah calon pengunjung telah terpenuhi. Hal ini
dimaksudkan agar wisatawan yang akan berkunjung terinformasikan
dengan baik bahwa mereka harus menunggu (waiting list) atau
memindahkan waktu kunjungannya pada waktu lain.
Pengaturan Alur
Kunjungan dan Moda
Transportasi Berkunjung
1. Pengaturan kendaran menuju daya tarik wisata. Perlu dilakukan
pengaturan kendaraan roda empat dan roda dua khususnya untuk
berkunjung ke kawasan daya tarik wisata yang memiliki tingkat
kerentanan rendah (rentan terhadap kerusakan), misalnya Kawasan
Cagar Budaya (seperti Kota Tua Muntok) dan Kawasan Konservasi
(seperti Hutan Konservasi Menumbing). Dengan melakukan pengaturan
tersebut, diharapkan dapat menghindari terjadinya kemacetan
kendaraan yang dapat memberikan berbagai implikasi dampak negatif
seperti polusi udara, getaran dari kendaraan besar yang berpotensi
merusak bangunan bersejarah (benda cagar budaya), dan memberikan
ketidaknyamanan bagi pengunjung (wisatawan);
2. Penyediaan moda transportasi khusus wisata. Berbagai moda
transportasi ramah lingkungan khusus wisata dapat disediakan untuk
menghindari dampak negatif terhadap suatu daya tarik wisata (misalnya
sepeda atau sepeda listrik);
3. Pembentukan jalur wisata bertema. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan panduan kepada wisatawan untuk mengikuti jalur wisata
bertema tersebut agar mendapatkan kualitas pengalaman dan
pengetahuan yang baik saat berkunjung.
Pengaturan Perilaku
Pengunjung
1. Memberikan informasi secara daring/online kepada wisatawan
mengenai kode etik bagi wisatawan. Hal ini dimaksudkan untuk
menginformasikan terlebih dahulu kepada wisatawan terkait dengan hal-
hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama melakukan kegiatan
wisata di lokasi, sehingga wisatawan dapat menjaga perilakunya saat
berkunjung;
2. Menyediakan pemandu wisata lokal. Hal ini dimaksudkan untuk
memandu dan mengawasi perilaku pengunjung;
3. Menyediakan Buku Panduan Pengunjung (Guide Book). Hal ini
dimaksudkan untuk memberi panduan kepada pengunjung yang
memuat informasi mengenai rute/alur kunjungan wisata dan himbauan
mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, sehingga
wisatawan dapat menjaga perilakunya ketika berkunjung;
4. Menyediakan papan informasi/papan himbauan. Hal ini dimaksudkan
untuk menghimbau wisatawan agar tidak melakukan perbuatan yang
merusak dan mengganggu (khususnya yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat setempat, benda-benda cagar budaya, dan
lingkungan alam);
5. Menyediakan papan informasi/papan edukasi. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi alam,
budaya, dan lingkungan.
Pengaturan/Pembatasan
Waktu Kunjungan
1. Menentukan durasi waktu yang diperbolehkan untuk suatu kunjungan ke
daya tarik wisata bagi suatu rombongan berdasarkan daya dukung
lingkungan dan daya tampung daya tarik wisata. Pengaturan durasi
kunjungan ini harus tetap memperhatikan kualitas pengalaman yang
akan diperoleh wisatawan saat berkunjung, sehingga perlu diperhatikan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-61
PENDEKATAN STRATEGI PENGELOLAAN PENGUNJUNG
dengan baik agar durasi waktu yang ditentukan tidak menurunkan
kualitas pengalaman berkunjung);
2. Memberikan informasi mengenai pembatasan waktu kunjungan ke daya
tarik wisata kepada wisatawan sebelum berkunjung ke daya tarik wisata.
Hal ini dilakukan untuk memberikan peringatan dan panduan kepada
wisatawan agar sesuai dengan durasi waktu kunjungan yang telah
ditentukan;
3. Menyediakan pemandu wisata untuk mendampingi dan mengatur waktu
kunjungan wisata di lokasi daya tarik wisata tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar pemandu wisata dapat mengatur dan mengingatkan
tidak hanya terkait durasi kunjungan tetapi juga terkait perilaku
pengunjung;
4. Menyediakan informasi mengenai daya tarik wisata (alternatif) yang
dapat dikunjungi pada saat waktu tunggu. Hal ini dimaksudkan agar
ketika kunjungan ramai dan pengunjung harus menunggu untuk dapat
berkunjung ke satu daya tarik wisata tertentu, mereka dapat
mengunjungi daya tarik wisata lain yang ada di sekitarnya.
Pengaturan Harga 1. Menetapkan harga yang lebih tinggi untuk masuk ke daya tarik wisata
yang lebih rentan ketahanannya (misalnya benda cagar budaya,
hutan/area konservasi). Hal ini dilakukan untuk menyeleksi wisatawan
yang akan berkunjung ke daya tarik wisata tersebut. Wisatawan yang
memiliki minat khusus (keingintahuan tinggi) terhadap suatu daya tarik
wisata tentu akan berani mengeluarkan biaya yang lebih tinggi. Sehingga
daya tarik wisata yang rentan terhadap kerusakan dapat terhindar dari
kunjungan massal (dalam jumlah besar) yang berpotensi memberikan
dampak negatif (merusak) daya tarik wisata tersebut dan juga
mengganggu kualitas kenyamanan dan pengalaman wisatawan saat
berkunjung;
2. Menetapkan harga yang lebih tinggi pada hari libur. Hal ini dimaksudkan
untuk membatasi jumlah pengunjung dimana pada umumnya akan
terjadi peningkatan permintaan pada hari libur. Dengan dibatasinya
jumlah pengunjung, kualitas kenyamanan dan pengalaman wisatawan
saat berkunjung juga akan terjaga;
3. Menetapkan harga yang sudah termasuk biaya pemandu wisata, biaya
untuk konservasi benda cagar budaya, dan biaya untuk konservasi
lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar perilaku pengunjung dan durasi
kunjungan dapat diatur dan diawasi oleh pemandu wisata serta terdapat
dana khusus yang disisihkan untuk konservasi dan juga untuk
memberdayakan pemandu wisata setempat;
4. Menetapkan harga khusus untuk anak-anak dan warga lanjut usia. Hal
ini dimaksudkan agar menarik kunjungan wisatawan anak-anak dan
lanjut usia, sehingga aspek edukasi (khususnya terkait dengan sejarah
kebangsaan dan sejarah pertambangan timah) dapat ditanamkan
kepada anak-anak (generasi muda) dan juga dapat memberikan
kenangan khusus bagi para warga lanjut usia. Edukasi terkait etika
berkunjung dan terkait kegiatan konservasi dapat ditanamkan kepada
pengunjung anak-anak, sehingga dapat mendorong kesadaran dan
pembentukan perilaku baik sejak dini terkait dengan etika berkunjung
dan kegiatan konservasi (khususnya pelestarian bangunan
bersejarah/benda cagar budaya).
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-62
7.4 Program Pengembangan Lokasi Prioritas
Dari keenam lokasi Kawasan Prioritas RIRD Kota Pusaka Muntok, kawasan Muntok Gateway
merupakan lokasi dengan signifikansi paling tinggi untuk dibangun pada tahap awal karena
merupakan wajah dan ruang penyambut Kota Pusaka Muntok. Dalam jangka waktu pendek,
pengembangan tahap awal lainnya adalah kawasan Pelabuhan Lama, selain sebagai ujung dari
kota, kawasan Pelabuhan Lama merupakan wajah kedua kota sebagai waterfront city. Dengan
pengembangan prioritas pada dua titik awal dan akhir, diharapkan dapat menciptakan kawasan
vibrant di antaranya.
Prioritas selanjutnya adalah kawasan pusat kota yang merupakan potensi penggerak ekonomi
terbesar yang berlokasi di Taman Segitiga Klenteng dan Masjid Jami’ dan Oriental Central
Business District (CBD). Lokasi ini akan mudah dikembangkan ketika dua lokasi wajah kota telah
berkembang sebagai destinasi pariwisata. Selain tatanan kawasan yang otentik khas pecinan,
sebenarnya kegiatan ekonomi saat ini juga sudah berlangsung di lokasi ini. Dengan
pengembangan prioritas tahap 2 diharapkan kegiatan ekonomi berwawasan sejarah dapat
tercipta.
Dengan berkembangnya kawasan tahap awal dan lanjut, diharapkan akan dapat memudahkan
pengembangan tahap akhir yang berlokasi di Kampung Ulu dan Waterfont City di Kampung Iklim.
Pengaruh keberhasilan destinasi pariwisata di tahap sebelumnya terhadap tahap akhir ini dapat
dicapai dengan adanya persebaran pemasaran dan promosi yang efektif dari segi waktu dan skala
penyebaran.
1. MUNTOK GATEWAY
Sebagai wajah utama kota, Muntok Gateway berperan penting dalam penarik dan penggerak
wisatawan Kota Pusaka Muntok. Pembangunan fisik yang bertemakan Historic Urban Landscape
akan sangat berjalan serasi dengan peninggalan-peninggalan fisik di klaster Eropa. Penataan
taman dan bangunan pelengkap lanskap serta sarana wisata yang berbasis kolonial kontemporer
secara bersisipan mengisi ruang-ruang luar yang telah cukup terasa bernuansa Eropa. Taman
Yuliana sebagai ruang penyambut utama, akan berfungsi sebagai taman penyambut dengan
kelengkapan sarana pariwisata awal seperti TIC dan HUB transportasi. Bergerak menyeberang ke
plaza Museum Timah Indonesia, yang secara bersinergi membentuk ruang bersama dengan fokus
pada apresiasi dan interpretasi budaya lokal.
2. TAMAN SEGITIGA KLENTENG-MASJID JAMI’
Taman ini merupakan sisi terujung dari koridor Oriental CBD, sehingga pengaruh temanya akan
saling memperkuat satu sama lain. Meskipun demikian pengembangannya tidak akan berfokus
pada sisi orientalnya karena merupakan taman irisan antara tema Melayu dengan arsitektur
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-63
Masjidnya, dan oriental dengan arsitektur Klentengnya. Dengan begitu, pengembangan plaza lebih
ke arah umum penataan plaza perkotaan dengan kelengkapan sarana pariwisata dan
peningkatan kualitas kios yang semula tersebar menjadi lebih bertema. Selain itu dihadirkan juga
pelengkap kegiatan komersial yang dapat berpindah seperti food truck sehingga fungsi taman
segitiga ini bisa dengan mudah diarahkan sebagai plaza hybrid dengan fungsi sosial dan komersial
perkotaan.
3. PELABUHAN LAMA
Keberadaan bangunan gudang lama peninggalan jajahan Kolonial Inggris menjadi potensi visual
dan pembentuk karakter utama pada lokasi pelabuhan lama ini. Dengan konsep pengembangan
adaptive reuse diharapkan dapat mengembalikan jiwa historis pada lokasi di tahap prioritas awal
ini dengan perubahan fungsi bangunan sebagai nilai lebih ekonomi. Pengembangan fungsinya
akan menjadi sebuah museum bahari dengan kelengkapan pendukung ekonomi dan sarana
pariwisata lainnya sebagai sikap kesiapan menyambut kunjungan wisatawan. Selain itu ruang luar
yang juga berperan sebagai wajah kedua kota ini difungsikan kembali sebagai pelabuhan dengan
perbaikan secara sistem dan penataan lansekap baik secara material, bentuk, dan penataan
vegatasi untuk mendukung visi Kota Pusaka Muntok sebagai Green City.
4. ORIENTAL CBD
Koridor komersial yang sudah berjalan saat ini akan dikembangkan menjadi koridor yang lebih
otentik dengan komposisi kepadatan titik komersial yang lebih tinggi. Dengan mengubah sirkulasi
yang awalnya sebagai jalur kendaraan menjadi plaza linear sebagai pembentuk koridor komersial
sisipan pada tengah jalur sirkulasi, yang semula sebagai 1 koridor besar menjadi 3 koridor yang
lebih kompak, dengan tema destinasi komersial yang lebih variatif. Kesemuanya dibalut dengan
pendekatan oriental yang berupa tatanan elemen mikro berupa sign panel komersial dan
aksesoris seperti penerangan dan pemakaian warna untuk memperkuat tema Pecinan.
5. KAMPUNG ULU
Sekalipun sebagai elemen prioritas tahap akhir, pengembangan tatanan lokasi Kampung Ulu ini
dirasakan cukup penting karena mewakili destinasi wisata klaster Melayu yang masih terbilang
otentik. Keberadaan rumah-rumah panggung yang tetap dijaga walaupun sudah dengan sedikit
penambahan secara non-otentik dari pemilik namun kualitas ruangnya masih bisa terlihat.
Pengembangan lokasi ini akan fokus pada restorasi arsitektur Melayu yaitu rumah-rumah
panggung dan pengembangan tananan vegetasi dan elemen lansekap yang akan memperkuat
kualitas ruang luar Melayu sebagai sarana berkumpul masyarakat. Sejatinya lokasi ini akan
diarahkan sebagai destinasi non-mass tourism (special interest tourism/pariwisata minat khusus)
untuk menjaga keberlangsungan kehidupan bermasyarakat kampung ini secara utuh.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-64
6. WATERFRONT CITY
Lokasi kolam retensi di Kampung Teluk Rubiah, Klaster Melayu ini akan dikembangkan sebagai
ruang terbuka hijau pelengkap kegiatan masyarakat lokal (Kampung Iklim) dan wisatawan.
Penataan lansekap berbasis ekologi dengan penambahan elemen vegetasi multi-layer, tanaman
kecil, sedang dan besar. Selain itu, pengembangan lansekap juga mengarah multi platform, lantai,
dinding kolam, dan air kolam itu sendiri. Dinding kolam akan dihijaukan dengan penanaman
vegetasi riparian sedangkan kolam akan dilengkapi dengan pulau terapung sebagai varian visual
dari kondisi badan air yang tenang. Selain itu juga direncanakan kelengkapan sarana pariwisata
yang berbasis hub transportasi berupa kelengkapan halte dan parkir sepeda.
Tabel dan gambar di halaman berikut adalah rumusan indikasi program pengembangan dan
ilustrasi infografis untuk masing-masing lokasi prioritas.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-65
Tabel 7.14 Indikasi Program Pengembangan Kepariwisataan di Lokasi Prioritas
NO LOKASI PRIORITAS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
1 Muntok Gateway 1.1. Penataan taman dan bangunan pelengkap lansekap yang berbasis dan
bernuansa kolonial kontemporer, yang saling melengkapi dan mengisi ruang-
ruang luar yang telah bernuansa Eropa.
V V
1.2. Membangun fasilitas pariwisata yang dibutuhkan, khususnya TIC beserta
segala kelengkapannya, dengan desain dan langgam kolonial kontemporer.
V V V
1.3. Pelatihan pelayanan pariwisata dan keamanan pariwisata untuk pengelolaan
TIC
V V V
2 Segitiga Klenteng
– Masjid Jami’
2.1. Membangun pekerasan baru yang sesuai, di area segitiga (tempat parkir)
V V V
2.2. Membangun fasilitas pariwisata yang dibutuhkan (kios TIC, papan
interpretasi, toilet umum, shelter sepeda).
V V V
2.3. Membuat kios–kios makanan yang tidak permanen dan dapat dipindahkan
(moveable) seperti food-truck.
V V
2.4. Menyusun sistem pengelolaan kawasan termasuk sampah, keamanan, dan
produk
V V V
3 Kawasan
Pelabuhan Lama
3.1. Pengembangan adaptive reuse pada gedung bekas Gudang Inggris menjadi
Museum Bahari yang dilengkapi dengan fasilitas komersial dan
pelayanannya.
V V
3.2. Penataan pelabuhan lama terutama dermaga dan promenade yang
mengelilingi pelabuhan.
V V V
3.3. Penataan lansekap pelabuhan lama baik secara material, bentuk, dan
penataan vegetasi yang sesuai.
V V
3.4. Bekerja sama dengan otoritas pelabuhan untuk mensosialisasikan dan
mengimplementasikan aturan sandar kapal.
V V
4 Oriental CBD 4.1. Pengubahan pemanfaatan koridor/ruas jalan menjadi menjadi plaza linear
sebagai car-free corridor dan pengaturan pola sirkulasi arus kendaraan di
dalam kawasan.
V V
4.2. Membentuk koridor kiosk di depan ruko (tepatnya di car free corridor)
sebagai destinasi komersial yang lebih variatif dan berciri Tionghoa.
V V
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-66
NO LOKASI PRIORITAS INDIKASI PROGRAM TAHUN PELAKSANAAN
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
4.3. Sosialisasi keberadaan dan operasional car-free corridor kepada msyarkat
sekitar.
V V
4.4. Membuat papan penjelasan pelaksanaan dan kegiatan di car-free corridor di
dalam kawasan dan di sekitar kawasan.
V V
5 Kampung Melayu 5.1. Penanaman vegetasi endemik kawasan dari skala perdu dan pohon. V V V
5.2. Perbaikan infrastruktur, seperti penerangan/pencahayaan buatan dan
drainase.
V V V V
5.3. Pembaruan plaza (ruang terbuka) kampung sebagai ruang publik. V V
5.4. Sosialisasi dan pelatihan pengelolaan dan perawatan rumah adat melayu
bagi masyarakat di Kampung Ulu terutama bagi para pemilik
V V
5.5. Pelatihan intepretasi budaya melayu Bangka V V
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-67
Berikut adalah gambaran ilustrasi infografis dan suasana dari masing-masing lokasi prioritas.
Gambar 7.27 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Muntok Gateway
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-68
Gambar 7.28 Ilustrasi Suasana Area Muntok Gateway
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-69
Gambar 7.29 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Taman Segitiga
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-70
Gambar 7.30 Ilustrasi Suasana Area Taman Segitiga
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-71
Gambar 7.31 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Pelabuhan Lama
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-72
Gambar 7.32 Ilustrasi Suasana Area Pelabuhan Lama
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-73
Gambar 7.33 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Oriental CBD
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-75
Gambar 7.35 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Kampung Ulu
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-77
Gambar 7.37 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Waterfront City
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 7-78
Gambar 7.38 Ilustrasi Suasana Area Waterfront City
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra (2007): Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik, Erlangga, Jakarta, 30-31.
Global Code of Ethics for Tourism, United Nations Departement of Economics and Social
Affairs, tersedia: http://ethics.unwto.org/en/content/global-code-ethics-tourism,
diakses pada 16 Februari 2016.
Kabupaten Bangka Barat dalam Angka Tahun 2018.
Kecamatan Muntok dalam Angka Tahun 2017.
Laporan Akhir Pemutakhiran Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan
Muntok, Tahun 2017.
Maskapai Penerbangan dan Tujuan, data diperoleh dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Depati_Amir, diakses pada 5 Juli 2018
Pedoman Perencanaan dan Perancangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional,
Kementerian Pariwisata Tahun 2015.
Peraturan Bupati Kabupaten Bangka Barat Nomor 75 Tahun 2016 tentang Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kluster Eropa.
Peraturan Bupati Kabupaten Bangka Barat Nomor 82 Tahun 2017 tentang Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Melayu.
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Barat tahun 2014 – 2034.
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 4 Tahun 2018 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Bangka Barat tahun 2018 – 2025.
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034.
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang perubahan
terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) tahun 2008-2027
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025.
Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Muntok Tahun 2015.
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Bangka Barat, Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016.
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015
Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional Tahun 2008-2027.
Sustainable Development Goals, United Nations Departement of Economics and Social
Affairs, tersedia: https://sustainabledevelopment.un.org/sdgs, diakses pada 16
Februari 2016.
Sustainable Development of Tourism, Unitwd Nations World Tourism Organization,
tersedia: http://sdt.unwto.org/content/about-us-5, diakses pada 16 Februari 2016.
Tabata (2002): Thematic Itineraries: An Approach To Tourism Product Development
Tourism Guide Book of Muntok, Dishubparbudinfo Kabupaten Bangka Barat Tahun 2015.
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Venkatraman, Srikanth (2010): Understanding Designs Act, Universal Law Publishing, New
Delhi, 8.
Wrihatnolo, R.R. dan Dwidjowijoto, R.N., (2006): Manajemen Pembangunan Indonesia, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta, 39-40.