LAPORAN RENCANA IV-1 RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010 4.1. Kriteria dan Rencana Pola Pelestarian Kawasan Lindung 4.2. Rencana Pola Ruang Wilayah 4.3. Kawasan Lindung 4.3.1. Kawasan Hutan Lindung 4.3.2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya 4.3.2.1. Kawasan Bergambut 4.3.2.2. Kawasan Resapan Air 4.3.3. Kawasan Perlindungan Setempat 4.3.3.1. Kawasan Sempadan Pantai 4.3.3.2. Kawasan Sempadan Sungai 4.3.3.3. Kawasan Sempadan Danau 4.3.3.4. Kawasan Sekitar Mata Air 4.3.3.5. Ruang Terbuka Hijau (RTH) 4.3.4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya 4.3.4.1. Kawasan Cagar Alam 4.3.4.2. Kawasan Pantai Berhutan Bakau 4.3.4.3. Kawasan Taman Wisata Alam 4.3.5. Kawasan Rawan Bencana Alam 4.3.5.1. Kawasan Rawan Banjir 4.3.5.2. Kawasan Gerakan Tanah 4.3.5.3. Kawasan Gempa Bumi 4.4. Kawasan Budidaya 4.4.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi 4.4.2. Kawasan Peruntukan Pertanian 4.4.3. Kawasan Peruntukan Perikanan 4.4.4. Kawasan Peruntukan Pertambangan 4.4.5. Kawasan Peruntukan Industri 4.4.6. Kawasan Peruntukan Pariwisata 4.4.7. Kawasan Peruntukan Permukiman 4.4.8. Kawasan Peruntukan Lainnya RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN TELUK BINTUNI
77
Embed
BAB 4 RENC. POLA RUANG - Teluk Bintuni Regency...ÿ 575: Z v v d Z µ v P t ] o Ç Z < µ v d o µ l ] v µ v ] î ì í ì .ULWHULD GDQ 5HQFDQD 3ROD 3HOHVWDULDQ .DZDVDQ /LQGXQJ 5HQFDQD
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN RENCANA IV-1
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
4.1. Kriteria dan Rencana Pola Pelestarian Kawasan Lindung 4.2. Rencana Pola Ruang Wilayah 4.3. Kawasan Lindung
4.3.1. Kawasan Hutan Lindung 4.3.2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya 4.3.2.1. Kawasan Bergambut 4.3.2.2. Kawasan Resapan Air
4.3.3. Kawasan Perlindungan Setempat 4.3.3.1. Kawasan Sempadan Pantai 4.3.3.2. Kawasan Sempadan Sungai 4.3.3.3. Kawasan Sempadan Danau 4.3.3.4. Kawasan Sekitar Mata Air 4.3.3.5. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
4.3.4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya 4.3.4.1. Kawasan Cagar Alam 4.3.4.2. Kawasan Pantai Berhutan Bakau 4.3.4.3. Kawasan Taman Wisata Alam
4.3.5. Kawasan Rawan Bencana Alam 4.3.5.1. Kawasan Rawan Banjir 4.3.5.2. Kawasan Gerakan Tanah 4.3.5.3. Kawasan Gempa Bumi
4.4. Kawasan Budidaya 4.4.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi 4.4.2. Kawasan Peruntukan Pertanian 4.4.3. Kawasan Peruntukan Perikanan 4.4.4. Kawasan Peruntukan Pertambangan 4.4.5. Kawasan Peruntukan Industri 4.4.6. Kawasan Peruntukan Pariwisata 4.4.7. Kawasan Peruntukan Permukiman 4.4.8. Kawasan Peruntukan Lainnya
R E N C A N A P O L A R U A N G W I LA Y A H K A B U P A T E N T E LU K B IN T U N I
LAPORAN RENCANA IV-2
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
4.1. KRITERIA DAN RENCANA POLA PELESTARIAN KAWASAN LINDUNG
Dalam arahan penetapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Teluk Bintuni
mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
RI No. 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional serta Surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980, terhadap pengelolaan kawasan lindung, penetapan lokasi
oleh tingkat pusat maupun provinsi serta berdasarkan pada hasil kajian kondisi fisik dasar
wilayah. Berdasarkan PP RI No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, kawasan lindung dapat di bagi menjadi:
a. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya terdiri atas kawasan suaka
alam, suaka margasatwa, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan
bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, dan kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan;
b. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya terdiri atas kawasan hutan
lindung dan kawasan resapan air;
c. Kawasan perlindungan setempat terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk dan kawasan ruang terbuka kota;
d. Kawasan rawan bencana alam terdiri atas kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang, kawasan rawan banjir;
e. Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan
bencana alam geologi, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah;
f. Kawasan lindung lainnya terdiri atas cagar biosfer, taman buru, kawasan perlindungan
plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, kawasan koridor bagi
jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.
Sedangkan berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980 terdapat
beberapa kriteria dalam penentuan kawasan lindung dan budidaya berdasarkan karakteristik
fisik dasar, sebagai berikut:
a. Topografi : Untuk melihat sisi kelerengan/ketinggian lahan;
b. Jenis tanah : Menyangkut masalah kepekaan tanah terhadap erosi atau
bahaya tanah longsor;
c. Iklim/curah hujan : Identifikasi curah hujan, sehingga diketahui kapasitas hujan.
LAPORAN RENCANA IV-3
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
GAMBAR 4.1. Metode “superimpose” atau tumpang susun peta dalam menentukan kelas kemampuan lahan
Untuk menentukan kelas
kemampuan tanah di suatu
wilayah dilakukan dengan
menggabungkan beberapa peta
kondisi fisik seperti kelerengan,
jenis tanah dan iklim dengan
menggunakan metode
SUPERIMPOSE. Hasil dari
superimpose tersebut selanjutnya
dilakukan pembobotan dan
skoring untuk mengetahui kelas
masing-masing tanah. Adapun
kelas kesesuaian tanah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/1980
adalah :
Interval skor < 75 Kelas I, kawasan permukiman dan budidaya tanaman semusim.
Interval skor 75 – 125 Kelas II, kawasan permukiman dan budidaya tanaman tahunan.
Interval skor 125 – 175 Kelas III, untuk kawasan penyangga.
Interval skor > 175 Kelas IV, untuk kawasan lindung.
Untuk Lebih Jelasnya Kriteria Penetapan Kawasan Lindung seperti yang terlihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kriteria Penetapan Kawasan Lindung
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No 837/kpts/1980
Variabel Kriteria Nilai bobot Skor
Topografi
Kelerengan 0 – 8 % atau tingkat I 20 Dengan menjumlah nilai bobot pada tiap – tiap Variabel yang digunakan maka didapat klasifikasi skor sebagai berikut : < 74 Termasuk kawasan
budidaya tanaman semusim dan permukiman
75 – 124, termasuk kawasan perkebunan dan permukiman
125 – 175 termasuk kawasan penyangga
Kelerengan 8 – 15 % atau tingkat II 40 Kelerengan 15 – 25 % atau tingkat III
60
Kelerengan 25 – 45 % atau tingkat IV
80
Kelerengan > 45 % atau tingkat V 100
Jenis Tanah
Alluvial, tanah glei, planosol, hidromorf kelabu, latorik air tanah termasuk dalam tingkat tidak peka terhadap erosi
15
Latosol termasuk dalam tingkat kurang peka terhadap erosi
30
LAPORAN RENCANA IV-4
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Variabel Kriteria Nilai bobot Skor
Brown forest soil, noncolcic brown, mediteran termasuk dalam tingkat agak peka terhadap terhadap erosi
45 > 175 termasuk kawasan lindung
Andosol, loterik, grumosol, potsol, podsolik termasuk dalam tingkat peka terhadap erosi
60
Regosol, litosol, organosol, rezina termasuk dalam tingkat sangat peka terhadap erosi
75
Iklim
Intensitas < 13,6 mm / hari termasuk dalam klasifikasi rendah
10
Intensitas 13,6 – 20,7 m / hari termasuk dalam klasifikasi rendah
20
Intensitas 20,7 – 27,7 m / hari termasuk dalam klasifikasi sedang
30
Intensitas 27,7 – 34,8 mm / hari termasuk dalam klasifikasi tinggi
40
Intensitas > 34,8 mm / hari termasuk dalam klasifikasi sangat timggi
50
Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837 / KPTS / 1980
Sedangkan nilai masing-masing variabel kriteria penetapan kawasan lindung
berdasarkan SK Menteri pertanian no 837/KPTS/1980 sebagaimana terlihat pada Tabel 4.2.
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
4.2. RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Berdasarkan PP RI No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional serta adanya pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang
diterbitkan dengan Permen PU No.16/PRT/M/2009, diantaranya mencakup mengenai
rencana pola ruang wilayah kabupaten, yang meliputi kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
Berikut akan dijelaskan mengenai rencana pola ruang kawasn lindung dan budidaya,
diantaranya:
A. Kawasan Lindung
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi:
a. Kawasan bergambut; dan
b. Kawasan resapan air.
c. Kawasan perlindungan setempat meliputi:
a. Sempadan pantai;
b. Sempadan sungai;
c. Kawasan sekitar danau atau waduk; dan
d. Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya.
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi:
a. Kawasan suaka alam;
b. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya;
c. Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut;
d. Cagar alam dan cagar alam laut;
e. Kawasan pantai berhutan bakau;
f. Taman nasional dan taman nasional laut;
g. Taman hutan raya;
h. Taman wisata alam dan taman wisata alam laut; dan
i. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
e. Kawasan rawan bencana alam meliputi:
a. kawasan rawan tanah longsor; dan
b. Kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir.
f. Kawasan lindung geologi meliputi:
a. Kawasan cagar alam geologi; dan
LAPORAN RENCANA IV-6
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
b. Kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah.
g. Kawasan lindung lainnya, meliputi:
a. Cagar biosfer;
b. Ramsar;
c. Taman buru;
d. Kawasan perlindungan plasma-nutfah; dan
e. Kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa
atau biota laut yang dilindungi.
B. Kawasan Budi Daya
1. Kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan:
a) Peruntukan hutan produksi terbatas;
b) Peruntukan hutan produksi tetap; dan
c) Peruntukan hutan produksi yang dapat di konversi.
2. Kawasan hutan rakyat;
3. Kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan:
a) Peruntukan pertanian lahan basah;
b) Peruntukan pertanian lahan kering; dan
c) Peruntukan hortikultura.
4. Kawasan peruntukan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas perkebunan
yang ada di wilayah kabupaten;
5. Kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan:
a) Peruntukan perikanan tangkap;
b) Peruntukan budi daya perikanan; dan
c) Peruntukan kawasan pengolahan ikan.
6. Kawasan peruntukan pertambangan , yang dirinci meliputi kawasan:
a) Peruntukan mineral dan batubara;
b) Peruntukan minyak dan gas bumi;
c) Peruntukan panas bumi; dan
d) Peruntukan air tanah di kawasan pertambangan.
7. Kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan:
a) Peruntukan industri besar;
b) Peruntukan industri sedang; dan
c) Peruntukan industri rumah tangga.
LAPORAN RENCANA IV-7
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
8. Kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan:
a) Peruntukan pariwisata budaya;
b) Peruntukan pariwisata alam; dan
c) Peruntukan pariwisata buatan.
9. Kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan:
a) Peruntukan permukiman perkotaan; dan
b) Peruntukan permukiman perdesaan.
Sebagai kawasan budidaya maka kawasan permukiman diarahkan dalam kajian lokasi
dan fungsi masing – masing permukiman, terutama di kaitkan dengan karakter lokasi,
misalnya di pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya.
10. Kawasan peruntukan lainnya.
LAPORAN RENCANA IV-8
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Tabel 4.2. Kriteria Kawasan Lindung
Jenis Kawasan Definisi Tujuan Perlindungan Kriteria
Kawasan Yang Memberi Perlindungan Kawasan Bawahannya a. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
- Mencegah terjadinya erosi dan atau sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologi tanah, air dan air permukaan.
- Mencegah terjadinya erosi tanah pada kawasan dengan kelerengan terjal.
- Melindungi ekosistem wilayah sub-tropis.
Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria di bawah ini: b. Kawasan yang mempunyai skor lebih dari 175
menurut SK. Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan Keppres No. 32. tahun 1990.
c. Kawasan yang mempunyai kemiringan lereng lapangan rata-rata lebih besar dari 40%
d. Kawasan yang mempunyai ketinggian 2000 m atau lebih di atas permukaan laut.
e. Kawasan yang memiliki jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis tanah dengan nilai 5 (regosol, litosol, organosol, dan renzina) dan memiliki kemiringan dengan kelas lereng > 15%.
f. Guna keperluan khusus ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sebagai hutan lindung.
b. Kawasan Bergambut Adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama.
- Perlindungan kawasan yang mempunyai ciri ini:
- Melindungi ekosistem yang khas dari wilayah bergambut dan untuk keperluan cadangan air tanah.
- Mengendalikan hidrologi wilayah yang berfungsi sebagai penghambat air dan pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang
Tanah gambut dengan ketebalan 3 meter yang terdapat dibagian hulu sungai/rawa.
LAPORAN RENCANA IV-9
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Jenis Kawasan Definisi Tujuan Perlindungan Kriteria
khas di kawasan yang bersangkutan
c. Kawasan Resapan Air Adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air.
- Memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada daerah resapan air tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik pada kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Curah hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.
Kawasan Perlindungan Setempat a. Kawasan Sempada Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
- Melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Daratan sepanjang tepi pantai yang memiliki lebar yang proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik, minimal 100 meter diukur dari garis pasang tertinggi ke arah darat, dengan pengecualian daerah pantai yang digunakan untuk pertahanan keamanan, kepentingan umum dan permukiman yang sudah ada.
b.Kawasan Sempadan Sungai
Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
- Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai
- Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang ada di luar pemukiman.
- Sempadan sungai di kawasan pemukiman berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan cukup untuk membangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter.
c. Kawasan Sekitar Danau/Waduk
Adalah kawasan tertentu sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk.
Melindungi danau atau waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau atau waduk.
Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang memiliki lebar proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk antara 50 – 100 meter dari garis pasang tertinggi ke arah darat.
d. Kawasan Sekitar Mata Air
Adalah kawasan tertentu sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
Melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik
Sekurang-kurangya dengan jari-jari 200 meter disekeliling mata air, kecuali untuk kepentingan umum.
LAPORAN RENCANA IV-10
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Jenis Kawasan Definisi Tujuan Perlindungan Kriteria
mata air. kawasan sekitarnya. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya a. Kawasan Suaka
Alam Adalah kawasan yang mewakili ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi perkembangan flora dan fauna yang khas dan beraneka ragam.
Melindungi keanekaragaman biota, jenis ekosistem, sejarah dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
Kawasan suaka alam terdiri dari : cagar alam, suaka marga satwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah, dan daerah pengungsian satwa. (SK Menteri Pertanian No. 81/Kpts/Um/8/1981). Kriteria cagar alam berdasarkan Kepres No. 32 Tahun 1990 adalah : a. kawasan yang ditunjuk yang mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistemnya.
b. Mewakili formasi, biota tertentu dan/atau unit penyusun.
c. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisik yang masih asli dan tidak atau yang belum diganggu manusia.
d. Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas.
e. Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
Kriteria suaka marga satwa adalah : a. Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat
hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya.
b. Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi.
c. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu.
LAPORAN RENCANA IV-11
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Jenis Kawasan Definisi Tujuan Perlindungan Kriteria
d. Mempunyai luas yang cukup sebagai jenis habitat satwa yang bersangkutan.
Kriteria hutan wisata adalah : a. Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan
yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun buatan manusia.
b. Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olahraga serta letak dekat pusat-pusat pemukiman penduduk.
c. Mengandung satwa baru yang dapat dikembangbiakkan sehingga memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olahraga, dan kelestarian satwa.
d. Mempunyai luas yang cukup dan lapangan tidak membahayakan.
Kriteria Daerah Perlindungan Plasma Nutfah adalah: a. Areal yang ditunjuk yang memiliki jenis
plasma nutfah tertentu yang belum terdapat di dalam kawasan konservasi yang ditetapkan.
b. Merupakan areal tempat pemindahan satwa yang merupakan tempat kehidupan baru bagi satwa tersebut.
c. Mempunyai luas cukup dan lapangannya tidak membahayakan.
Kriteria Daerah Pengungsian Satwa adalah : b. Areal yang ditunjuk merupakan wilayah
kehidupan satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut.
c. Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses hidup
LAPORAN RENCANA IV-12
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Jenis Kawasan Definisi Tujuan Perlindungan Kriteria
dan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa tersebut.
d. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada peri kehidupan pantai dan lautan.
Melestarikan keberadaan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut, di samping sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut serta sebagai pelindung usaha budidaya dibelakangnya.
Minimal 130 kali rata-rata nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.
e. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya
Daerah berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atol yang memiliki ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekositem.
Melindungi keanekaragaman biota, jenis ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
Kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistem.
f. Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, pariwisata dan rekreasi. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama dimanfaatkan untuk
Untuk pengembangan pendidikan, rekreasi, dan pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.
Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki flora dan fauna yang beraneka ragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata.
LAPORAN RENCANA IV-13
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Jenis Kawasan Definisi Tujuan Perlindungan Kriteria
pariwisata dan rekreasi alam. g. Kawasan Cagar Budaya
dan Ilmu Pengetahuan
Adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang di sekitar situs purbakala dan kawasan yang memiliki bentukan geologi alami yang khas berada.
Melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarh, bangunan arkeologi, dan monumen nasional, dan keragaman bentukan geologi yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kriteria kawasan cagar budaya mengacu pada Monumenten Ordonantie Staatblad 1931 No. 238, sementara kriteria yang lengkap belum ada pemerintah daerah berkewajiban menetapkan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang dilindungi di daerahnya.
Kawasan Rawan Bencana a. Kawasan Rawan Bencana
Adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam
Melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.
Kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gempa bumi, longsor dan lain-lain.
Sumber : Departemen PU
LAPORAN RENCANA IV-14
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Rencana pola ruang kawasan lindung yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni meliputi,
Kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, serta kawasan lindung lainnya. Untuk lebih
jelasnya mengenai pembegian rencana kawasan lindung dapat dilihat dibawah ini.
4.3. KAWASAN LINDUNG
Kawasan hutan lindung dibagi menjadi beberapa kawasan diantaranya, meliputi:
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi:
a. Kawasan bergambut; dan
b. Kawasan resapan air.
c. Kawasan perlindungan setempat meliputi:
a. Sempadan pantai;
b. Sempadan sungai;
c. Kawasan sekitar danau atau waduk; dan
d. Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya.
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi:
a. Kawasan suaka alam;
b. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya;
c. Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut;
d. Cagar alam dan cagar alam laut;
e. Kawasan pantai berhutan bakau;
f. Taman nasional dan taman nasional laut;
g. Taman hutan raya;
h. Taman wisata alam dan taman wisata alam laut; dan
i. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
e. Kawasan rawan bencana alam meliputi:
a. kawasan rawan tanah longsor; dan
b. Kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir.
f. Kawasan lindung geologi meliputi:
a. Kawasan cagar alam geologi; dan
LAPORAN RENCANA IV-15
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
b. Kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah.
g. Kawasan lindung lainnya, meliputi:
a. Cagar biosfer;
b. Ramsar;
c. Taman buru;
d. Kawasan perlindungan plasma-nutfah; dan
e. Kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa
atau biota laut yang dilindungi.
Untuk lebih jelas mengenai kawasan lindung yang ada di Kabupaten Bintuni dapat dilihat
pada penjelasan dibawah ini:
4.3.1. Kawasan Hutan Lindung
Yang dimaksud dengan kawasan hutan Lindung adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah. Dari definisi tersebut maka di dapat kriteria kawasan hutan
lindung adalah sebagai berikut:
a. Kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan
yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau
lebih;
b. Kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh
persen); atau
c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di
atas permukaan laut.
Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Teluk Bintuni sendiri memeiliki beberapa kriteria
hutan lindung diantaranya adalah:
1. Kawasan yang mempunyai skor lebih dari 175 menurut SK Menteri Pertanian No.
837/Kpts/Um/11/1980;
2. Kawasan yang mempunyai kemiringan lereng lapangan rata-rata lebih besar dari 45%;
3. Kawasan yang mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih diatas permukaan laut;
LAPORAN RENCANA IV-16
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
4. Kawasan yang memiliki jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis tanah dengan
nilai 5 (regosol, litosol, organosol dan renzina) dan memiliki kelerengan dengan luas
18.637 Km2 kelas lereng lebih besar 15%; serta
5. Guna keperluan khusus ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sebagai hutan lindung.
Dari dua criteria diatas maka di dapat kawasan hutan lindung yang ada di Kabupaten
Teluk Bintuni seluas 149.125,00 Ha, atau jika dipersenkan dengan luas wilayah Kabupaten
Teluk Bintuni sebesar 8,17% yang keberadaanya menyebar di seluruh distrik yang ada di
Kabupaten Teluk Bintuni. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar kondisi eksisting
keberadaan kawasan hutan yang ada di Kabupeten Teluk Bintuni, dibawah ini:
G A M B A R 4.2. Status Fungsi Kawasan Hutan di Kab. Teluk Bintuni
Pada perundangan menyebutkan bahwasannya di dalam UU No. 41 Tahun 1999
dijelaskan bahwa keberhasilan dan pengelolaan hutan berdasarkan azas keberpihakan
kepada rakyat banyak. Oleh karena itu pengelolaan yang berorientasi pada seluruh potensi
sumberdaya kehutanan dan berbasis pada pemberdayaan masyarakat perlu dikedepankan
dan menjadi salah satu solusi pemecahannya. Hal ini diperkuat dengan adanya ketetapan
berupa Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
LAPORAN RENCANA IV-17
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat ikut di dalam memanfaatkan
kawasan hutan dan berdasarkan PP. No. 34 tahun 2002 pasal 3 bahwa kewenangan
penataan dan pengelolaan hutan berada di bawah pemerintah dan atau pemerintah daerah.
Berdasarkan kondisi di atas, maka rencana pengelolaan kawasan hutan lindung di
Kabupaten Teluk Bintuni, sebagai berikut :
a) Perlu adanya upaya yang lebih konkret dan komprehensif dari Pemerintah Kabupaten
Teluk Bintuni untuk mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai daerah tangkapan air
bagi Kabupaten Teluk Bintuni;
b) Perlu adanya tata batas yang jelas termasuk blok-blok pemanfaatannya untuk tetap
menjaga kelestarian hutan lindung baik dalam bentuk peta maupun tata batas di
lapangan;
c) Perlu adanya perencanan dan pengelolaan secara ketat terhadap kesimbangan
lingkungan fungsi kawasan hutan lindung selain berfungsi sebagai kawasan hijau
penyangga lingkungan juga dimanfaatkan sebagai kawasan wisata dan daya tarik
Kabupaten Teluk Bintuni dengan konsep “Natural Conservation And Tourism”;
d) Pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat mempertahankan fungsi
lindung; serta pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang
mengganggu fungsi lindung;
e) Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung
yang mempunyai dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup; serta
f) Penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi lindung kawasan yang
telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan berkelanjutan sehingga dapat
mempertahankan keberadaan hutan lindung untuk kepentingan hidrologis. Adapun
kegiatan yang dapat diperbolehkan membuat pos pengamatan kebakaran, pos
penjagaan, papan petunjuk atau penerangan, patok triangulasi, tugu, tiang listrik dan
menara stasiun televisi serta jalan setapak untuk pariwisata yang bangunannya bersifat
tidak permanen.
LAPORAN RENCANA IV-18
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
LAPORAN RENCANA IV-19
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
G A M B A R 4.3. Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Teluk Bintuni
4.3.2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya
Kawasan ini meliputi kawasan hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan
air. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:
4.3.2.1. Kawasan Bergambut
Kawasan bergambut ditetapkan dengan kriteria
ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat
di hulu sungai atau rawa. Adapun kawasan bergambut
yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni salah satunya
berada di Desa Taroy yang terletak di Distrik Aranday.
Kawasan bergambut terdapat di Distrik Aranday, Distrik
Bintuni, Distrik Kaitaro, dan Distrik Babo.
Sungai yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni dan
berpotensi memiliki kawasan bergambut ada 5 sungai
yaitu: Sungai Muturi yang berada di Distrik Bintuni yang
memiliki panjang sungai 140 M2, Sungai Sebyar berada di Distrik Aranday yang memiliki
panjang sungai 150 M2, Sungai Tembuni yang memiliki panjang 110 150 M2 berada di Distrik
Tembuni, Sungai Kaitaro yang memiliki panjang 53 M2 dan Sungai Kasuri yang memiliki
panjang 63 M2 berada di Distrik Babo.
LAPORAN RENCANA IV-20
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Dari kondisi ke 5 sungai tersebut maka di dapat rencana pengelolaan untuk kawasan
bergambut disusun dengan memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi merubah tata air dan ekosistem
unik; dan
c. Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air
4.3.2.2. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air menurut PP No 28 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional merupakan kawasan dengan kriteria kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol air permukaan. Pada
dasarnya, kawasan resapan air memiliki fungsi sebagai kawasan lindung terbatas atau
sebagai kawasan lindung lainnya.
Kawasan resapan air pada dasarnya memiliki fungsi sebagai kawasan lindung terbatas
atau sebagai kawasan lindung lainnya. Kawasan resapan air merupakan kawasan yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat
pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air ini dapat
berupa perkebunan tanaman tahunan ataupun hutan. Kawasan ini dapat dikembangkan
sebagai areal perkebunan tanaman keras yang dimanfaatkan adalah hasil buah bukan
kayunya, sehingga masih tetap memiliki fungsi lindung.
Kriteria kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Pada kawasan ini
diarahkan ke wilayah yang memiliki kelerengan 25-40% yang nantinya diharapkan
memberikan manfaat sebagai kawasan perlindungan bawahannya.
Kawasan resapan air yang berada di Kabupaten Teluk Bintuni kebanyakan berada pada
kawasan hutan yang juga berfungsi sebagai kawasan resapan air tersebut. Adapun kawasan
resapan air ini memiliki beberapa pengelolaan diantaranya adalah :
a. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan
terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
b. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
LAPORAN RENCANA IV-21
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
c. Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang memberikan nilai
ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu, dan vegetasi yang menjadi tempat
kehidupan berbagai satwa;
d. Meningkatkan kegiatan pariwisata alam (misalnya mendaki gunung, out bond, camping)
terutama di sekaligus menanamkan gerakan cinta alam; serta
e. Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan tanah,
bendung) sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan air yang lebih
tinggi.
4.3.3. Kawasan Perlindungan Setempat
Untuk arahan kawasan perlindungan setempat yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni
meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan
kawasan sekitar mata air. Untuk lebih jelas mengenai penjelasan diatas dapat dilihat
dibawah ini.
4.3.3.1. Kawasan Sempadan Pantai
Penetapan sempadan pantai mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi pantai, sebagai potensi sumberdaya yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai, dari adanya penetapan sempadan pantai
tersebut maka di dapat kriteria sempadan pantai adalah:
a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal
dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
Kawasan sempadan pantai yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni berada di sekitar Distrik
Aranday, Distrik Babo, Distrik Tembuni serta Distrik Kuri. Panjang pantai di Teluk Bintuni +
195 mill, sehingga luas sempadan pantai + 5206.50 Ha. Selain itu, laut di Teluk Bintuni pada
umumnya berbatasan dengan hutan bakau yang memiliki fungsi untuk perkembang biakan
ikan dan makhluk hidup baik dari air laut maupun air payau, sehingga kawasan laut tersebut
diberi fungsi lindung.
Untuk lebih jelasnya mengenai sempadan pantai yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni
dapat dilihat dibawah ini:
LAPORAN RENCANA IV-22
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
G A M B A R 4.4. Kawasan Sempadan Pantai di Kabupaten Teluk
Bintuni
Rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai dilakukan dengan cara:
1. Perlindungan kawasan sempadan pantai 100 meter dari pasang tertinggi dilarang
mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas pantai;
2. Pada sempadan pantai dan sebagian kawasan pantai yang merupakan pesisir terdapat
ekosistem bakau, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria harus dilindungi dari
kerusakan;
3. Penghijauan (reboisasi) terhadap hutan bakau yang telah rusak dan mempertahankan
keberadaannya;
4. Pengembangan pada kawasan sepanjang pantai perlu dilakukan sesuai dengan
peruntukan lahan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang kawasan pesisir;
5. Menjaga kelestarian kawasan lindung setempat (pesisir) untuk menunjang kelestarian
kawasan pantai;
6. Bangunan yang memanfaatkan kawasan pantai diusahakan diletakkan di luar sempadan
pantai, kecuali bangunan yang harus ada di sempadan pantai seperti: dermaga dan
tower penjaga keselamatan pengunjung pantai; serta
7. Menjadikan kawasan sempadan pantai sebagai obyek penelitian.
LAPORAN RENCANA IV-23
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
4.3.3.2. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan
sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai.
Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai adalah
melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat
menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi
fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan
aliran sungai. Adapun luasan kawasan sempadan
sungai yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni adalah kurang lebih seluas 5160 Ha, luasan
tersebut di dapat dari sungai yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni dan berpotensi memiliki
kawasan bergambut ada 5 sungai yaitu: Sungai Muturi yang berada di Distrik Bintuni yang
memiliki panjang sungai 140 Km2, Sungai Sebyar berada di Distrik Aranday yang memiliki
panjang sungai 150 Km2, Sungai Tembuni yang memiliki panjang 110 150 Km2 berada di
Distrik Tembuni, Sungai Kaitaro yang memiliki panjang 53 Km2 dan Sungai Kasuri yang
memiliki panjang 63 Km2 berada di Distrik Babo.
Kawasan sempadan sungai terdapat di Distrik Aranday, Distrik Bintuni, Distrik Kaitaro,
dan Distrik Babo dengan luas kurang lebih 5.160 Ha dengan ketentuan :
a. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
b. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai; dan
c. untuk sungai dikawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup
untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter.
Dari kondisi yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni maka di dapat kriteria kawasan
sempadan sungai sekurang-kurangnya (atau sesuai peraturan yang berlaku):
Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan minimum 100
meter kiri-kanan sungai.
LAPORAN RENCANA IV-24
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Perlindungan terhadap anak-anak sungai di luar permukiman ditetapkan minimum 50
meter.
Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman ditetapkan
minimum 15 meter. Kawasan ini hampir di setiap distrik, bahkan pada sekitar aliran
sungai ini banyak yang digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat
setempat.
Arahan kegiatan pemanfaatan sempadan sungai yang bisa digunakan, adalah sebagai
berikut:
a) Arahan kegiatan daerah hulu sungai:
Pengaturan erositas dan pemeliharaan hutan; dan
Pengaturan tanah pertanian, sehingga tidak merambah kawasan hutan lindung.
b) Arahan kegiatan daerah sepanjang aliran sungai:
Pengembangan dan peningkatan jaringan irigasi sebagai upaya menjamin terjaganya
daya dukung pangan;
Pengembangan drainase; serta
Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian
banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan,
pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku).
c) Arahan kegiatan muara sungai:
Pengembangan perikanan /perikanan darat; dan
Pengembangan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek ekologis.
Rencana pengelolaan kawasan sempadan sungai di Kabupaten Teluk Bintuni :
1) Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya disepanjang sungai yang dapat
menggangu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dasar sungai serta alirannya
2) Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai
3) pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sempadan sungai,
diantaranya jalan inspeksi dan bangunan pengolah air
4) Pengamanan daerah aliran sungai dari kegiatan terbangun dan mengfungsikannya
sebagai hutan lindung
5) Pengerukan sedimentasi sungai dan muaranya
6) Pelebaran sungai untuk meningkatkan daya tampung/debit sungai
7) Normaslisasi sungai
8) Pengaturan garis sempadan sungai
LAPORAN RENCANA IV-25
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
9) Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian
atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan;
10) Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan
dilakukan re-orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari
latar depan jika masih memungkinkan;
11) Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir
dapat digunakan untuk pariwisata; serta
12) Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui
penataan kawasan tepian sungai.
G A M B A R 4.6. Penataan Kawasan Sempadan Pada Sungai Dengan Lokasi Datar
Tanaman seresah penutup tanah kaya nitrogen Fam. Leguminosae mis kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang, dll
Tanaman budidaya dengan perakaran kuat mis: mangga, nangka, jambu, kersen dll
Tanaman penahan air run off mis : talas, ketela dll
Tanaman pohon dgn perakaran kuat penahan longsor, mis : mangga jambu, bambu, mente dll Cekungan penahan air
larian
Tanaman sayuran penahan air larian mis: ketela rambat, kangkung, kacang tanah, tales dll
LAPORAN RENCANA IV-26
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
G A M B A R 4.7. Penataan Kawasan Sempadan Tanpa Tanggul Pada Sungai dengan Lokasi Miring
G A M B A R 4.8. Penataan Kawasan Sempadan Tanpa Tanggul
Pada Sungai dengan Pemanfaatan Peternakan
Saluran pembuangan kotoran dari limbah industri kecil/rumah tangga
Plastik polycarbonat
Tanaman penyerap air (pisang, umbi-umbian) Tanaman merambat
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Skala Keterangan
I Sangat jarang /hampir tidak ada orang dapat merasakan. Tercatat pada alat seismograf
II Terasa oleh sedikit sekali orang terutama yang ada di gedung tinggi, sebagian besar orang tidak dapat merasakan
III Terasa oleh sedikit orang, khususnya yang berada di gedung tinggi. Mobil parkir sedikit bergetar, getaran seperti akibat truk yang lewat
IV
Pada siang hari akan terasa oleh banyak orang dalam ruangan, diluar ruangan hanya sedikit yang bisa merasakan. Pada malam hari sebagian orang bisa terbangun. Piring, jendela, pintu, dinding mengeluarkan bunyi retakan, lampu gantung bergoyang.
V
Dirasakan hampir oleh semua orang, pada malam hari sebagian besar orang tidur akan terbangun, barang-barang diatas meja terjatuh, plesteran tembok retak, barang-barang yang tidak stabil akan roboh, pandulum jam dinding akan berhenti.
VI Dirasakan oleh semua orang, banyak orang ketakutan/panik, berhamburan keluar ruangan, banyak perabotan yang berat bergerser, plesteran dinding retak dan terkelupas, cerobong asap pabrik rusak
VII
Setiap orang berhamburan keluar ruangan, kerusakan terjadi pada bangunan yang desain konstruksinya jelek, kerusakan sedikit sampai sedang terjadi pada bangunan dengan desain konstruksi biasa. Bangunan dengan konstruksi yang baik tidak mengalami kerusakan yang berarti.
VIII
Kerusakan luas pada bangunan dengan desain yang jelek, kerusakan berarti pada bangunan dengan desain biasa dan sedikit kerusakan pada bangunan dengan desain yang baik. Dinding panel akan pecah dan lepas dari framenya, cerobong asap pabrik runtuh, perabotan yang berat akan terguling, pengendara mobil terganggu.
IX Kerusakan berarti pada bangungan dengan desain konstruksi yang baik, pipa pipa bawah tanah putus, timbul retakan pada tanah.
X
Sejumlah bangunan kayu dengan desain yang baik rusak, sebagian besar bangunan tembok rusak termasuk fondasinya. Retakan pada tanah akan semakin banyak, tanah longsor pada tebing tebing sungai dan bukit, air sungai akan melimpas di atas tanggul.
XI Sangat sedikit bangunan tembok yang masih berdiri, jembatan putus, rekahan pada tanah sangat banyak/luas, jaringan pipa bawah tanah hancur dan tidak berfungsi, rel kereta api bengkok dan bergeser.
XII Kerusakan total, gerakan gempa terlihat bergelombang diatas tanah, benda benda berterbangan keudara.
LAPORAN RENCANA IV-49
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
4.4. KAWASAN BUDIDAYA
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008 Pasal 63, menyatakan bahwa
rencana pengembangan kawasan budidaya terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi,
kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan
pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya.
Sedangkan berdasarkan pedoman kriteria teknis kawasan budi daya (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007) yang dimaksud dengan kawasan budidaya adalah
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Pengelolaan kawasan budidaya dimaksudkan untuk peningkatan perekonomian dan
kegiatan pembangunan di segala bidang tanpa mengesampingkan eksistensi lingkungan
hidup, sebagaimana paradigma yang berkembang secara universal yaitu pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Pengembangan kawasan budidaya dalam arahan
RTRW Kabupaten Teluk Bintuni adalah segala upaya untuk meningkatkan pendayagunaan
lahan yang berada di luar kawasan lindung, untuk dimanfaatkan tanpa mengganggu
keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Pengelolaan kawasan budidaya dilakukan
dengan mendorong segala kegiatan perekonomian yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat dan memperkuat perekonomian daerah berdasarkan potensi yang ada.
Gambar 4.17. Beberapa Aspek Bahaya Gempa Bumi
LAPORAN RENCANA IV-50
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
LAPORAN RENCANA IV-51
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
4.4.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang dibudidayakan dengan tujuan
diambil hasil hutannya baik hasil hutan kayu maupun non kayu. Kawasan hutan produksi
merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi
keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya pembangunan, mendukung
pengembangan industri dan ekspor. Kawasan hutan produksi meskipun merupakan kawasan
budidaya tetapi juga memiliki fungsi perlindungan sebagai daerah resapan air. Kawasan ini
tidak boleh dialih fungsikan untuk kegiatan lain, dan harus dikendalikan secara ketat.
Sedangkan berdasarkan pedoman kriteria teknis kawasan budi daya (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007) kawasan hutan produksi adalah :
Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas,
dan hutan produksi yang dikonversi. Ketentuan lebih rinci untuk masing-masing jenis
peruntukan diatur dalam bagian ketentuan teknis.
a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan hutan produksi memiliki fungsi antara lain:
1) Penghasil kayu dan bukan kayu;
2) Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
3) Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat;
4) Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pembangunan
di luar kehutanan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pertambangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri terkait
dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian
hutan/lingkungan;
c. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pertambangan terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan secara
selektif.
LAPORAN RENCANA IV-52
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
2) Ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan; pengurusan hutan; perencanaan
hutan; dan pengelolaan hutan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan;
3) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi mencakup tentang
kegiatan pemanfaatan kawasan, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, kegiatan
pemanfaatan hasil kayu dan atau bukan kayu, dan kegiatan pemungutan hasil kayu
dan atau bukan kayu;
4) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus terlebih dahulu
memiliki kajian studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
diselenggarakan oleh pemrakarsa yang dilengkapi dengan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL);
5) Cara pengelolaan produksi hutan yang diterapkan harus didasarkan kepada rencana
kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Departemen Kehutanan, dan
pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut harus
memuat juga rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah ditebang;
6) Kegiatan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap
mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke aliran sungai
akibat erosi dan longsor;
7) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk
menyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal;
8) Kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan di luar sektor kehutanan seperti pertambangan, pembangunan
jaringan listrik, telepon dan instalasi air, kepentingan religi, serta kepentingan
pertahanan dan keamanan;
9) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi wajib memenuhi kriteria
dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek ekonomi,
sosial, dan ekologi;
10) Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan di kawasan peruntukan hutan
produksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan
kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap menjaga kelestarian fungsi
hutan sebagai daerah resapan air hujan serta memperhatikan kaidah-kaidah
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
LAPORAN RENCANA IV-53
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas :
a. kawasan hutan produksi terbatas terdapat di Distrik Babo, di pedalaman Distrik Aranday
dan sedikit di perbatasan antara Distrik Bintuni dan Distrik Ransiki di Kabupaten
Manokwari.
b. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat hampir di setiap Distrik
mengitari teluk.
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Teluk Bintuni dibagi atas: kawasan hutan
produksi terbatas (29,14%) dan hutan produksi konversi (26,55%). Hutan Produksi
berdasarkan peruntukannya di sepanjang pesisir Distrik Babo, di Pedalaman Distrik Aranday
dan sedikit di perbatasan antara Distrik Bintuni dan Distrik Ransiki (Kab. Manokwari).
Sedangkan hutan produksi yang dapat dikonversi berada hampir disetiap distrik di Kawasan
Teluk Bintuni mengitari teluk mulai dari Distrik Kokas (Kabupaten Fak-fak) hingga Distrik
Aranday.
Sumberdaya hutan dikelola oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) sejak tahun
1988, dan dalam perkembangan selanjutnya tercatat 9 pemegang HPH dengan areal konsesi
seluas 1.495.900 hektar. Luasan ini ternyata lebih besar dari areal hutan produksi di
Kabupaten Teluk Bintuni yakni 1.135.173 hektar. Perbedaan ini merupakan indikasi tentang
kemungkinan terjadinya tumpang tindih areal konsesi HPH dan areal hutan lindung (115.158
Moskona Barat, Moskona Selatan, Moskona Timur, Moskona Utara, Sumuri, Tembuni,
Tomu, Tuhiba, Wamesa, Weriagar dan perairan laut Teluk Bintuni.
Rencana pengelolaan kawasan pertambangan meliputi :
a. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi
bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian
lingkungan;
b. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/reklamasi sesuai dengan
zona peruntukkan yang ditetapkan, dengan melakukan penimbunan tanah subur
dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali
LAPORAN RENCANA IV-63
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;
c. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas
(top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan;
d. Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran batu bata – genting,
sebab dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan;
e. Pada kawasan yang teridentifikasi bahan tambang golongan B atau A (Panas Bumi) dan
bernilai ekonomi tinggi, sementara pada bagian atas kawasan penambangan adalah
kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah yang tidak boleh alih fungsi, atau
kawasan permukiman, maka eksplorasi dan/atau eksploitasi tambang harus disertai
AMDAL, kelayakan secara lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi terhadap pengaruhnya
dalam jangka panjang dan skala yang luas;
f. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan
sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang
ketat; serta
g. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk
pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti tanaman jarak pagar
dan tanaman nilam.
4.4.5. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukkan industri adalah kawasan yang diperuntukkan untuk bagi industri.
Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria:
a. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;
b. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau
c. Tidak mengubah lahan produktif.
Sedangkan berdasarkan pedoman kriteria teknis kawasan budi daya (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007) kawasan indutri :
Sebagian atau seluruh bagian kawasan peruntukan industri dapat dikelola oleh satu
pengelola tertentu. Dalam hal ini, kawasan yang dikelola oleh satu pengelola tertentu
tersebut disebut kawasan industri.
a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan industri memiliki fungsi antara lain:
LAPORAN RENCANA IV-64
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
1) Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di satu
lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien;
2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;
3) Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan;
4) Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin
ditimbulkan.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri;
serta izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian;
2) Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperuntukan
bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan
peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses
aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
3) Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan
dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis
industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat
dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan
atau kemudahan akses ke pasar;
4) Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat
ditetapkan kriteria jenis industri yang diizinkan beroperasi di kawasan tersebut;
5) Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan
peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan kawasan industri yang
mengelola kawasan industri;
6) Ketentuan tentang kawasan industri diatur tersendiri melalui Keputusan Presiden
Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri dan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis
Kawasan Industri yang mengatur beberapa aspek substansi serta hak dan
kewajiban Perusahaan Kawasan Industri, Perusahaan Pengelola Kawasan Industri,
dan Perusahaan Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri;
7) Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi
Amdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL.
LAPORAN RENCANA IV-65
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Kawasan peruntukan industri besar berupa kawasan industri pengolahan gas bumi di
Distrik Babo dan industri pengolahan minyak di Moskona Selatan.
Sektor industri merupakan salah satu pendukung utama pembangunan ekonomi
Kabupaten Teluk Bintuni, hal ini terlihat dari kontribusi terhadap PDRB cukup besar terutama
dari sektor pengolahan Gas bumi. Didukung dengan posisi yang strategis maka Kabupaten
Teluk Bintuni mempunyai prospek yang besar untuk berkembang sebagai wilayah industri,
hal ini ditandai dengan berkembangnya industri Pengolahan gas bumi oleh LNG Tabgguh di
Distrik Babo. Industri pengolahan LNG di Perairan Teluk Bintuni merupakan industri gas
bumi yang sangat maju dan salah satu sumber pendapatan daerah terbesar di Kabupaten
Teluk Bintuni. Perut bumi Teluk Bintuni terbilang kaya akan bahan tambang dan galian.
Hampir seluruh kawasan mengandung gas bumi cair (LNG). Sentra pemanfaatan LNG di
Kampung Tanah Merah, Distrik Babo, Distrik Sumuri sedangkan konsentrasi pengambilan
minyak bumi di Distrik Tembuni.
Sejalan dengan perkembangan kegiatan industri tersebut, wilayah-wilayah perdesaan
yang berbasiskan sektor pertanian, justru tidak mengalami perkembangan yang berarti,
kondisi ini berbeda dengan pertumbuhan ekonomi wilayah perkotaan (industri) yang
mengalami perkembangan ekonomi yang pesat, maka untuk masa mendatang
pengembangan industri tidak hanya didasarkan pada kemampuan menghasilkan output
tetapi juga memiliki kemampuan terhadap pengembangan ekonomi wilayah, dengan
mempertimbangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah perdesaan. Selain itu sektor-
sektor ekonomi perdesaan juga perlu dikembangkan baik dari kuantitas maupun kualitas
produksi dan tenaga kerja, sehingga dapat terbentuk sistem perekonomian yang saling
menunjang.
Berdasarkan kondisi tersebut maka arah pengembangan kegiatan industi di Kabupaten
Teluk Bintuni, adalah sebagai berikut:
Mendorong perkembangan Kawasan Industri di Distrik Sumuri (LNG Tangguh) sebagai
kawasan strategis pengembangan ekonomi wilayah;
Pengembangan industri untuk arah pengembangannya adalah kegiatan pengolahan gas
bumi dengan berwawasan lingkungan serta pengembangan industri kecil yang
mempunyai kaitan dengan berbagai industri di industrial estate tersebut.
Rencana pengelolaan kawasan peruntukan industri meliputi:
a. Kawasan industri yang akan dikembangkan di Kabupaten Teluk Bintuni adalah di
Distrik Sumuri, dengan memanfaatkan rencana peningkatan jalan serta wilayah yang
LAPORAN RENCANA IV-66
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
ada di sekitarnya. Kawasan ini diprediksi akan memiliki tarikan kegiatan lain yang
besar sehingga diperlukan penataan kawasan industri secara khusus;
b. Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
ekologis;
c. Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai
penyangga antar fungsi kawasan;
d. Industri yang dikembangkan memiliki keterkaitan proses produksi mulai dari industri
dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan
pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan lingkungan dan biaya
aktifitas sosial; serta
e. Setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah
lingkungan, dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan
adanya bencana industri.
4.4.6. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Berdasarkan pedoman kriteria teknis kawasan budi daya (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.41/PRT/M/2007) kawasan peruntukan pariwisata :
Jenis obyek wisata yang diusahakan dan dikembangkan di kawasan peruntukan pariwisata
dapat berupa wisata alam ataupun wisata sejarah dan konservasi budaya.
a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan pariwisata memiliki fungsi antara lain:
1) Memperkenalkan, mendayagunakan, dan melestarikan nilai-nilai sejarah/budaya
lokal dan keindahan alam;
2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan kegiatan
kepariwisataan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan;
2) Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam,
budaya, dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong
perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya,
LAPORAN RENCANA IV-67
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
3) Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional
dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan
kegiatan sektor jasa masyarakat;
4) Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan
pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan agama harus
memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut.
Pemanfaatan tersebut harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau
Kementerian yang menangani bidang kebudayaan;
5) Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan dapat
membantu memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya pelestarian
benda cagar budaya yang bersangkutan;
6) Ketentuan tentang penguasaan, pemilikan, pengelolaan, dan pemanfaatan benda-
benda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
7) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pariwisata harus diperuntukan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
8) Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase,
dan saluran air kotor;
9) Harus memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti
kawasan pertanian, perikanan, dan perkebunan;
10) Harus bebas polusi;
11) Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab
Pemerintah/Pemerintah Daerah;
12) Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau
memindahkan benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya.
Kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas : kawasan peruntukan pariwisata budaya
berupa wisata adat tersebar di setiap distrik.
LAPORAN RENCANA IV-68
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Kabupaten Teluk Bintuni memiliki berbagai potensi pariwisata seperti lokasi cagar alam
di wilayah timur pesisir Teluk Bintuni. Kawasan cagar alam ini memiliki potensi sebagai
pusat penelitian dan wisata alam. Adanya potensi pariwisata ini belum didukung oleh
ketersediaan sarana pariwisata yang lengkap seperti hotel, restauran, agen perjalanan
pariwisata, tempat penjualan cindera mata, dan lain-lain. Kondisi ini, diperlukan
pembangunan dan peningkatan ketersediaan fasilitas pariwisata baik kualitas dan kuantitas
yang dapat sebagai salah satu sumber pendapatan daerah di Kabupaten Teluk Bintuni.
4.4.7. Kawasan Peruntukan Permukiman
Permukiman penduduk di wilayah ini pada
umumnya merupakan rumah panggung.
Penduduk biasanya hidup berkelompok, dan
satu kampung terdiri dari beberapa kelompok.
Biasanya penduduk asli bermukim didaerah
pegunungan sehingga sulit jangkauan
aksesibilitasnya kurang. Saat ini terdapat
program rumah sosial untuk penduduk asli
yang bermukim di daerah pedalaman.
Rumah sosial ini sudah ada di Distrik Babo
dan Distrik Bintuni. Rumah sosial ini terletak
dijalur utama jaringan jalan maupun jaringan
yang memiliki akses. Pola yang terlihat untuk
daerah permukiman adalah berbentuk linear
yang diharapkan masyarakat sekitar dapat
lebih mudah mendapatkan akses. Penduduk
asli sudah mau pindah perumahan sosial dari
permukiman di pedalaman karena penduduk asli sudah berpikir lebih maju untuk hidup lebih
sejahtera. Secara umum kawasan permukiman di Kabupaten Teluk Bintuni berdasarkan
penyediaan wilayah permukimannya dapat dibedakan menjadi:
Kawasan Permukiman Perkotaan
Permukiman di Weriagar, Distrik Aranday
Permukiman di Taroy, Distrik Tembuni
LAPORAN RENCANA IV-69
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. untuk Kawasan
perkotaan ditetapkan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang umumnya
terbatas. Permukiman perkotaan meliputi :
Permukiman pusat-pusat ibukota Distrik
Permukiman perkotaan menengah
Permukiman perkotaan kecil
Permukiman di sekitar kawasan industri
Permukiman yang timbul akibat kegiatan sentra ekonomi/produksi dan perindustrian.
Kawasan ini diarahkan pengembangannya sebagai bagian dari pengembangan kawasan
industri, mengingat dengan terserapnya tenaga kerja untuk industri yang cukup besar
membawa konsekuensi diperlukannya permukiman bagi tenaga kerja tersebut yang
dekat dengan lokasi kerjanya. Permukiman ini pengembangannya diarahkan di sekitar
Distrik Babo khususnya Tanah merah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini mengenai kawasan permukiman yang dibangun khusus untuk menunjang
kawasan industri pengolahan pertambagangan gas bumi di LNG Tangguh Distrik Babo.
LAPORAN RENCANA IV-70
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Kawasan Permukiman Baru Di LNG Tangguh, Sarana Umum yang dibangun di Kampung Tanah Merah Baru, Distrik Babo, Kabupaten Teluk Bintuni. Sarana ini merupakan bagian dari proyek relokasi dan resetlemen Kampung Tanah Merah yang digunakan sebagai lokasi pembangunan kilang LNG Tangguh.
Tata Letak Kampung Tanah Merah Baru yang ditata mengikuti kondisi topografi
LAPORAN RENCANA IV-71
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Gambar fisik rumah yang akan dibangun pada kawasan tersebut, sebagai hasil kesepakatan yang akan dialokasikan kepada setiap kepala keluarga yang berhak.
Konstruksi rumah di kawasan permukiman LNG Tangguh
LAPORAN RENCANA IV-72
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
Kampung Tanah Merah Baru di Tengah pepohonan, pembukaan hutan untuk keperluan permukiman baru dilakukan secara selektif
Permukiman di sekitar kawasan Pantai
Permukiman yang timbul akibat kegiatan sentra ekonomi/produksi dan kelautan.
Kawasan ini diarahkan pengembangannya sebagai bagian dari pengembangan kawasan
pesisir dan pantai, mengingat kedekatan dengan kegiatan nelayan maka diperlukannya
penyediaan permukiman bagi nelayan tersebut yang dekat dengan lokasi kawasan
pesisir dan pantai. Permukiman ini diarahkan di sekitar Distrik Babo, Distrik Bintuni dan
distrik-distrik sekitar pesisir lainnya.
Permukiman di Sekitar Kawasan Pertanian
Kawasan perdesaan merupakan daerah tempat tinggal sebagian besar masyarakat
Kabupaten Teluk Bintuni yang kehidupan pokoknya bersumber pada pola pertanian.
Permukiman yang timbul akibat kegiatan sentra ekonomi/produksi dan pertanian.
Kawasan ini pengembangannya diarahkan sebagai bagian dari pengembangan kawasan
pertanian. Permukiman ini pengembangannya diarahkan di seluruh distrik di Kabupaten
Teluk Bintuni.
Rencana pengelolaan kawasan permukiman meliputi :
LAPORAN RENCANA IV-73
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
a. Secara umum kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadi
tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan
prasarana permukiman;
b. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman
sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
c. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan
memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai
basis kegiatan usaha;
d. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan
berbasis perkebunan dan agrowisata, disertai pengolahan hasil. Permukiman
perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis pengembangannya adalah
pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil pertanian.
Selanjutnya perdesaan di kawasan pesisir dikembangkan pada basis ekonomi
perikanan dan pengolahan hasil ikan;
e. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani
oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;
f. Perkotaan besar dan menengah penyediaan permukiman yang disediakan oleh
pengembang dan masyarakat, perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan
perumahan secara vertikal;
g. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan
penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan
ruang terbuka hijau;
h. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat
pelayanan Distrik; serta
i. Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat
peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat
perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri,
dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian
dengan rencana tata ruang.
4.4.8. Kawasan Peruntukan Lainnya
Kawasan peruntukan lainnya yaitu berupa kawasan peruntukan pertahanan dan
keamanan meliputi :
LAPORAN RENCANA IV-74
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
a. Kodim yang terdapat di ibukota kabupaten;
b. Koramil yang terdapat di setiap ibukota distrik; dan
c. Polres yang terdapat di ibukota kabupaten.
Dan berikut adalah tabel pola ruang di Kabupaten Teluk Bintuni, yaitu :
Tabel 4.9. Luasan Pola Ruang di Kabupaten Teluk Bintuni
Kawasan Lindung Luasan
(Ha) 1. Hutan Mangrove Primer 249939.305 2. Hutan Mangrove Sekunder 783.624 3. Hutan Rawa Primer 184718.903 4. Hutan Rawa Sekunder 13797.083 5. Hutan Lindung 82297.353 6. Hutan Suaka Alam, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa 118749.043 7. Rawa 1310.787 8. Tambang 448.561 9. Tubuh Air 41936.396
Luas Total 693981.055
Kawasan Budidaya Luasan 1. Alang-alang 55.788 2. Areal Penggunaan Lain 23185.582
Kawasan Budidaya Luasan
3. Belukar 24738.624 4. Hutan Produksi 314381.552 5. Hutan Produksi konversi 437990.323 6. Hutan Produksi Terbatas 470569.483 7. Kebun Campuran 1340.2 8. Perkebunan 8431.261 9. Permukiman 3834.369 10. Rencana Pemukiman 12974.67 11. Semak 1374.186 12. Tanah Terbuka Alami 13898.699 13. Tegalan 1635.792
Luas Total 1314410.53
LAPORAN RENCANA IV-75
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
LAPORAN RENCANA IV-76
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010
LAPORAN RENCANA IV-77
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni 2010