35 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian 4.1.1 Profil Perusahaan Gambar 4. 1 Logo Red Bull (Sumber: Red Bull Indonesia, 2018) Nama Perusahaan : Red Bull Indonesia Alamat : Jalan Empu Sendok No.30, RT.8/RW.4 Selong, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110 Instagram : @redbullindo Website : www.redbull.com Red Bull adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang beverages dalam kategori energy drink, yang juga menjadi salah satu produk terbaik di dunia. Dengan mengadaptasi produk sejenis dari Thailand, Red Bull didirikan pada tahun 1987 di Austria oleh seorang pengusaha, Dietrich Mateschitz yang bekerjasama dengan pengusaha dari Thailand yang juga pemilik produk Kratingdaeng, Chaleo Yoovidhya. Dengan dibawahi Red Bull GmbH yang juga sebagai distributor langsung dari Red Bull, produk ini sudah tersebar di
41
Embed
BAB 4 Objek Penelitian 4.1.1 Profil Perusahaanlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/RS1_2018_1_92_Bab5.pdf · 36 171 negara di seluruh dunia, dan Indonesia menjadi negara ke-167
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
35
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Objek Penelitian
4.1.1 Profil Perusahaan
Gambar 4. 1 Logo Red Bull
(Sumber: Red Bull Indonesia, 2018)
Nama Perusahaan : Red Bull Indonesia
Alamat : Jalan Empu Sendok No.30, RT.8/RW.4
Selong, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110
Instagram : @redbullindo
Website : www.redbull.com
Red Bull adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang beverages
dalam kategori energy drink, yang juga menjadi salah satu produk terbaik di
dunia. Dengan mengadaptasi produk sejenis dari Thailand, Red Bull didirikan
pada tahun 1987 di Austria oleh seorang pengusaha, Dietrich Mateschitz yang
bekerjasama dengan pengusaha dari Thailand yang juga pemilik produk
Kratingdaeng, Chaleo Yoovidhya. Dengan dibawahi Red Bull GmbH yang
juga sebagai distributor langsung dari Red Bull, produk ini sudah tersebar di
36
171 negara di seluruh dunia, dan Indonesia menjadi negara ke-167
(redbull.com).
Bermula pada tahun 1982, Dietrich Mateschitz melakukan perjalanan
pekerjaannya ke Thailand. Dengan jarak tempuh penerbangan yang cukup
jauh, Dietrich mendapatkan “penyakit” setelah penerbangan, jet lag / mabuk
pasca terbang. Dalam kegiatannya di negara tersebut, Dietrich menemukan
produk yang menyembuhkan jet lag nya itu, yaitu minuman energi,
Kratingdaeng. Seketika kondisinya pulih, membuatnya juga mendapatkan ide
untuk memperkenalkan dan memasarkan produk tersebut di tanah eropa.
Bersama dengan Chaleo Yoovidhya, di tahun 1984 Dietrich yang juga bekerja
sebagai direktur pemasaran perusahaan pasta gigi asal jerman, Blendax
membangun perusahaan Red Bull GmbH dengan kantor pusat yang hingga
saat ini berada di Fuschl am see, Austria.
Dengan segmentation, target, & positioning yang berbeda dengan
Kratingdaeng, saat ini Red Bull menjadi energi drink nomor 1 di dunia, dan
menempati peringkat ke-7 dalam daftar keseluruhan produk beverages.
Mengusung slogan “Gives You wings” selama 31 tahun, sudah lebih dari 60
milyar kaleng Red Bull telah terjual di 169 negara. Dan pada tahun 2013 Red
Bull memiliki pangsa pasar tertinggi dari setiap minuman energi di dunia
dengan 5.387 milyar kaleng terjual. Sebanyak 5.957 kaleng Red Bull yang
dijual di seluruh dunia pada tahun 2015, meningkat dari 6,1% dari tahun
2014. Mengingat fluktuasi harga account dan mata uang, omset perusahaan
bahkan mengalami peningkatan 15,5% dari EUR 5.110 miliar menjadi EUR
5.903. Alasan utama mendapatkan angka positif tersebut termasuk penjualan
Red Bull yang luar biasa pada pasar di Turki (+ 25%), Afrika Selatan (+
19%), Arab Saudi (+ 19%), India (+ 18%), Polandia (18 %) dan Jerman (+
16%), kenaikan harga di Amerika Serikat, yang lebih lemah nilai tukar euro,
manajemen biaya yang efisien dan investasi merek yang sedang berlangsung.
Perkembangan Red Bull bukan hanya dari penjualan produk saja, tetapi
juga melakukan sponsorship dalam events bahkan membentuk tim sendiri
untuk beberapa cabang olahraga. Seperti dalam Formula 1, Moto GP, sepak
bola, dan lain sebagainya. Bukan hanya olahraga, tetapi juga Red Bull
merangkul bidang seni, musik, game, bahkan sampai kepada kegiatan-
37
kegiatan keseharian umat manusia. Namun memang Red Bull memiliki image
yang sangat kuat dengan extreme sports.
Diawal tahun 2015, Red Bull mengembangkan sayapnya di Indonesia,
yang melangsungkan oficial launch di bulan November 2015 dengan
mendatangkan beberapa atlit luar negeri untuk menunjukkan kemampuannya
dan juga band, serta menampilkan DJ lokal untuk tambil di acara puncak /
launch party Red Bull Indonesia. Dengan dibawahi oleh perusahaan
distributor yaitu PT. Lim Siang Huat, kini Red Bull semakin dikenal di
Indonesia dan diawal 2017 ini 2 tahun sudah Red Bull berada di Indonesia.
PT. Lim Siang Huat, adalah perusahaan distributor Food & Beverages
dan Fast Moving Consumer Goods yang berdiri sejak 1940 di Singapore, dan
mengembangkan bisnisnya di Indonesia sejak tahun 2001. Hingga saat ini PT.
Lim Siang Huat berada di 6 negara (Singapore, Kamboja, Thailand, Vietnam,
Malaysia & Indonesia). Di Indonesia sendiri, PT. Lim Siang Huat menjadi
perusahaan perdagangan dan distribusi terbesar yang memiliki 5 cabang di
Indonesia (Kepri, Bali, Surabaya, Jakarta).
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perusahaan
Untuk menjadi pemasar dan pemasok utama minuman
berenergi di Asia, Eropa, dan seluruh dunia di tahun – tahun
berikutnya.
Misi Perusahaan
Red Bull berdedikasi untuk menjunjung tinggi standar
perusahaan dan mempertahankan posisi sebagai market leader
minuman berenergi. Red Bull juga berusaha untuk memberikan
layanan konsumen yang baik secara efisien dan menguntungkan bagi
perusahaan. Red Bull menciptakan budaya dimana karyawan
diberdayakan dan dikembangkan demi kemajuan perusahaan.
4.1.3 Profil Unit Kerja
Sebagai perusahaan dibidang beverages dan memiliki produk terbaik,
Red Bull Indonesia memiliki bagian pekerjaan sebagai berikut:
38
1. On & Off Premise: Red Bull Indonesia memiliki tenaga kreatif yang
handal dan cermat dalam membidik konsumen melalui proses
pemasukan dan penjualan produk pada outlet-outlet yang ada dan
tersebar diseluruh Indonesia. On premise memegang outlet-outlet yang
menjual produk Red Bull untuk dikonsumsi langsung di tempat tersebut.
Sedangkan off premise menujal produk untuk dibeli konsumen tetapi
tidak langsung dikonsumsi di tempat tesebut.
2. Digital Marketing: Red Bull Indonesia telah mengamati dengan cermat
perkembangan ini dan telah menyiapkan resep-resep strategi digital
yang mumpuni, terkini, dan terpercaya, agar klien dan para konsumen
serta khalayak mempunyai pedoman yang kuat dan berdaya guna dalam
menerapkan strategi pemasarannya ke pasar digital.
3. Brand Activation: Red Bull Indonesia dengan metode penggabungan
offline dan online activation secara kreatif akan mendekatkan konsumen
dan membuat konsumen lebih mengenal identitas dan produk Red Bull
sendiri.
4. Event Specialist: Red Bull Indonesia memiliki tim event sendiri untuk
berbagai jenis kegiatan. Seperti untuk men-support events dari klien
(festival musik, rave party, olahraga, dll), ataupun event dari Red Bull
sendiri.
4.1.4 Struktur Organisasi
Pada saat ini, Red Bull Indonesia telah menjalankan sistem orginasasi
dalam Divisi marketing yang baik. Hal ini terwujud dari skema yang
dijalankan telah mengikuti prinsip-prinsip GCG (Good Corporate
Governance). Pada periode ini, Bapak Alex Dreihann menjabat sebagai
Country Manager Red Bull Indonesia yang membawahi lima department dan
divisi antara lain:
39
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi Red Bull Indonesia
(Sumber: Red Bull Indonesia, 2019)
1. Defensive Line
Memiliki tugas sebagai sekretaris dan menangani segala
pekerjaan sebelum mencapai kepada country manager yaitu Alex
Dreihann.
2. Field Marketing Manager
Mengerjakan segala bentuk marketing yang ada di Red Bull
Indonesia. Serta menjadi atasan dari Consumer Collecting specialist
(student brand manager team & wings team), event specialist, dan
digital marketing.
3. Off Premise Key Account Manager
Bertugas akan penjualan produk Red Bull yang tersebar di
seluruh Indonesia melalui outlet-outlet waralaba yang ada. Off
premise itu adalah tempat-tempat yang menyediakan produk Red Bull
untuk dibeli oleh konsumen, konsumen tidak mengkonsumsi produk
Red Bull di tempat tersebut.
40
4. On Premise Manager
Memiliki tugas yang sama dengan off premise, namun
perbedaannya adalah on premise mengurus penjualan produk Red
Bull di restaurant, bar, lounge, club yang mana konsumen dapat
membeli produk Red Bull dan mengkonsumsinya di tempat tersebut.
5. Consumer Collecting Specialist
Berada dibawah departemen marketing dan menjadi ujung
tombak dari perusahaan ini, karena Consumer Collecting memiliki
dua tim yang terjun langsung bertemu dengan para konsumen dan
melakukan kegiatan Branding untuk meningkatkan Brand awareness
yang membuat konsumen paham dan mau untuk menkonsumsi
produk Red Bull.
6. Musketeers
Bekerja dibawah on premise manager yang memiliki tugas
untuk memasukkan produk Red Bull kdalam restaurant-restaurant,
bar, lounge, club, dan lainnya untuk dijual dan dikonsumsi disana.
Selain itu juga Musketeers juga memiliki tugas untuk maintain
hubungan dengan para klien. Selain itu juga mereka bertugas untuk
bekerja sama dengan festival-festival yang diadakan untuk di-support.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan suatu uraian mengenai laporan yang telah
dilakukan atau yang telah diteliti. Dimana hasil penelitian ini bermaksud untuk
mengkaji lebih dalam guna mengetahui dan memahami strategi brand activation
yang dilakukan oleh Red Bull Indonesia untuk meningkatkan brand awareness.
Dalam penelitian ini hasil dan pembahasan data dilakukan berupa tulisan
maupun dokumentasi yang didapatkan dari pihak Red Bull Indonesia. Pembahasan
penelitian dilakukan dengan tertulis atau berbentuk teks yang disusun berdasarkan
bagian-bagian dari hasil penelitian. Selain itu bentuk penyajian penelitian juga
terdapat beberapa gambar untuk mendukung hasil dari pada penelitian yang
diperoleh dalam penelitian ini, yang disebut juga dengan dokumentasi penelitian.
41
Penelitian dilakukan dengan menggunakan wawancara semiterstruktur
dengan informan, pengamatan di lapangan. Selain itu bentuk penyajian penelitian
juga terdapat beberapa gambar untuk mendukung hasil dari pada penelitian yang
diperoleh, yaitu yang disebut dengan dokumentasi penelitian. Berdasarkan gambaran
tersebut pembahasan data dilakukan untuk memperjelas hasil penelitian serta adanya
bukti – bukti dalam menjelaskan suatu penelitian.
Berikut adalah daftar narasumber internal dan eksternal wawancara :
Tabel 4.1 Narasumber
Key Informan
Narasumber Jabatan
Myra Carmia Field Marketing Manager
Clarissa Indriani Consumer Collecting Specialist
Wings Team
Narasumber Jabatan
Dahlia Bernardini Wings Team Captain
Justine Sapphira Wings team member
Student Brand Manager
Narasumber Jabatan
Mira Tania Aulia Senior Student Brand Manager
Nandy Artila Senior Student Brand Manager
Konsumen Red Bull
Narasumber Universitas
Ivan Mantovani Binus University
Muhammad Jiwo Binus University
Aldhio Binus University
Talita Margriet Universitas Indonesia
Jonathan Caleb Universitas Pelita Harapan
(Sumber: Data peneliti, 2018)
Selain wawancara, penelitian ini juga disusun berdasarkan observasi.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, dimana
pada observasi ini diharuskan untuk ikut terlibat secara langsung dalam melakukan
pekerjaan dalam kehidupan perusahaan dari Red Bull Indonesia. Sehingga pada
42
penelitian ini, observasi didasarkan pada kegiatan-kegiatan branding dari divisi
Consumer Collecting yang dilakukan Red Bull Indonesia di lapangan. Observasi
partisipan ini dilakukan dari tanggal 1 Juli 2018 sampai dengan 31 Oktober 2018.
Mendukung data yang didapat dari wawancara semi-terstruktur dan juga
observasi partisipan penelitian ini dilengkapi dengan data-data dokumentasi berupa
gambar-gambar. Gambar-gambar yang akan dilampirkan dalam penelitian ini berupa
foto-foto kegiatan branding dari Red Bull Indonesia.
Untuk menganalisis data pada penelitian ini menggunakan reduksi data.
Reduksi pada penelitian ini ditampilkan dalam lampiran. Yang memuat hasil
wawancara dari masing-masing narasumber, baik narasumber internal maupun
eksternal.
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua)
bentuk, dalam hal ini disebut juga dengan validitas internal dan eksternal. Uji
kredibilitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara triangulasi
sumber, dimana teknik ini digunakan untuk menguji keabsahan data dengan cara
mengecek data yang telah didapatkan melalui beberapa narasumber. Berikut hasil
penelitian yang telah tersusun, yaitu:
4.2.1 Strategi Branding Dalam Meningkatkan Brand Awareness
Strategi branding adalah dasar dari segala kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan. Dengan adanya strategi branding, maka arah yang
dituju pun menjadi jelas dan terarah. Setiap perkembangan yang terjadi dalam
suatu bisnis disebabkan adanya strategi branding dan pengaplikasian yang
baik. Red Bull Indonesia sudah merasakan perkembangan yang sangat baik
semenjak kehadirannya di Indonesia di tahun 2015. Seperti yang dijelaskan
oleh key informan 1, Myra Carmia,
“Red Bull Indonesia berkembang pesat sejauh ini dan membuktikan pasar energy drink di Indonesia memiliki potensi yang tinggi. Sudah terlihat juga dari beberapa produk lain yang sudah lebih dulu dijual di Indonesia.” Didukung juga dengan penjelasan dari Senior Student Brand
Manager, Mira Tania Aulia,
“Menurut saya, perjalanan selama kurang lebih tiga tahun, sudah menuai hasil yang mencapai bahkan melebihi target. Hal ini bisa dilihat dari laporan manager Consumer
43
Collecting (Fafa) sebelumnya yaitu pada tahun 2018, hasil dari penjualan red bull telah mencapai breakeven point (BOP) yang telah ditentukan targetnya oleh HQ. Hasil ini bisa dijadikan tolak ukur bahwa perjalanan red bull di indonesia, sudah membuahkan hasil yang maksimal.” Dibalik pencapaian ini dalam 3 tahun kebelakang, Red Bull Indonesia
menempatkan divisi Consumer Collecting dengan memiliki 2 tim dibawahnya
, yaitu Wings Team dan juga Student Brand Manager Team yang menjadi
ujung tombak perusahaan. Kedua tim tersebut memiliki tugas untuk
melakukan berbagai brand activation dan berinteraksi langsung dengan
konsumen untuk meningkatkan brand awareness. Keduanya memiliki tugas
yang sama, yaitu sampling product kepada konsumen. Tetapi memiliki
perbedaan dari ruang linkup kerjanya. Seperti yang dijelaskan oleh key
informan 1, Myra Carmia
“Perbedaannya wings team adalah brand ambasador yang memakai atribut Red Bull dan melakukan sampel produk kepada target konsumen, sedangkan student brand manager adalah tenaga kerja lepas yang membantu memasarkan produk Red Bull dikalangan mahasiswa, terutama di kampus mereka berkuliah.” Kemudian dijelaskan lagi mengenai tugas dari student brand manager
oleh Mira Tania Aulia,
“SBM itu punya spesifikasi terhadap universitas nya sendiri, menjadi gatekeeper antara universitas dan perusahaan, melakukan seeding, event support, dan store audit, menjalin relasi dengan komunitas, bem, dan organisasi lainnya dikampus.”
44
Gambar 4.3 SBM Product Seeding
(sumber: Red Bull Indonesia, 2018)
Dijelaskan juga oleh wings team leader, Dahlia Bernardini
“SBM bertanggung jawab atas kegiatan marketing brand di kampus, sedangkan wings team meng-activate strategi marketing, sales, dan branding product di seluruh jabodetabek.”
Jadi, dari kedua tim tersebut memiliki tujuan dan tugas yang sama,
yaitu untuk meningkatkan brand awareness di masyarakat dengan cara
sampling product dan lainnya yang berinteraksi langsung dengan konsumen
dengan fasilitas yang berbeda yang disediakan oleh Red Bull. Wings team
memiliki ruang lingkup yang lebih luas dengan target yang juga terfokus,
yaitu worker, student, sports, music, event.
Hal yang paling menarik dan menonjol dari kedua tim tersebut dan
juga menjadi identitas Red Bull di seluruh dunia, adalah fasilitas yang
digunakan dalam menjalankan setiap strategi brandingnya, terutama yang
digunakan oleh wings team. Alat-alat pendukung tersebut dijelaskan oleh key
informan 1, Myra Carmia,
“ Iya, jadi mini cooper itu punya wings team dan yang boleh pake cuman wings team aja, yang lain gak boleh. Gue aja gak boleh. Karena itu dipake untuk kegiatan samplingnya wings team kan kemana-mana. Ya sama kayak yang dari dulu tahun 1987 itu. Jadi gak perlu kan pake-pake iklan, dari beginian aja yaa orang udah langsung kenal juga kan jadinya.”
45
Gambar 4.4 Wings Team & Mini Cooper
(Sumber: behance.net, 2018)
Kemudian dijelaskan juga oleh salah satu wings team member yang
menggunakan alat-alat pendukung atau fasilitas tersebut, Justine Sapphira,
“Menurutku ini udah paket lengkap sih, dengan semua yang Red Bull punya ini sudah bisa menyampaikan identitas perusahaannya, uniknya, dan juga berinteraksi langsung dengan konsumernya.” Bukan hanya itu saja, disamping itu juga Red Bull memiliki tools
yang beragam untuk keperluan event, dengan terdapat logo Red Bull pada
setiap tools yang dimiliki Red Bull. Adapun dari bagian sales juga memiliki
alat pendukung atau point of sales (POS) seperti kulkas dengan bentuk yang
bermacam-macam, bahkan ada yang dibuat juga menyerupai bentuk kaleng
dari produk Red Bull. Semua itu semakin berkembang dan inovatif seiring
perkembangan zaman dan semakin besarnya nama Red Bull itu sendiri
ditingkat dunia.
46
(Sumber: Pinterest, 2018)
Dapat dilihat dalam setiap strategi branding yang sudah dibuat, divisi
consumer collecting lah yang menentukan pengaplikasiannya. Divisi
consumer collecting Red Bull mempunyai peran yang sangat penting dalam
menjaga efektifitas strategi branding dan eksistensi Red Bull hingga saat ini.
Seperti yang dijelaskan oleh key informan 1, Myra Carmia
“Sejauh ini sudah terbukti baik itu wings dan SBM di seluruh dunia dan di Indonesia bahwa program ini terbukti meningkatkan jumlah konsumen Red Bull. Karena ya itu, mereka men-reach langsung para konsumennya. Semua butuh proses terutama untuk produk yang cukup baru hadir di Indonesia tetapi dengan hasil penjualan yang selalu meningkat menandakan respon masyarakat sangat positif dan pesan yang ingin disampaikan sudah cukup baik.”
Kemudian didukung dengan penjelasan dari key informan 2, Clarissa
Indriani,
“SBM dan Wings program adalah kontribusi yang paling besar dari kesuksesan Red Bull hampir di semua negara.” Ditekankan kembali oleh salah satu wings team member, Justine
Sapphira,
“Consumer Collecting specialist berada pada garis depan dalam sampling Red Bull yang dilakukan melalui driving trial oleh Wings Team program dan collegiate dengan bagian marketing. Serta membangun brand love dengan Program SBM. Dengan tujuan dari strategi yang dapat membuat Wings Team dan SBM menjadi image Red Bull yang sesuai dan dapat mencapai target yang diharapkan.”
Gambar 4. 5 Red Bull Arch Gambar 4. 6 Red Bull Can Cooler
47
Bukan hanya dari para pekerja Red Bull saja yang menilai bahwa
bentuk strategi branding yang paling penting ini berjalan dengan baik dan
efektif, tetapi juga dijelaskan dari para konsumen yang merasakan dampak
dari kegiatan tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Aldhio, mahasiswa
Universitas Bina Nusantara yang juga sebagai konsumen dari Red Bull
“Menurut saya untuk dikampus saya cukup membuat lebih aware terhadap Red Bull karena juga SBM memberikan informasi buat beberapa orang yang masih bingung apa sih bedanya Red Bull dengan brand minuman energi lainnya, salah satunya Kratingdaeng yang juga disebut-sebut sebagai anakan perusahaan dari Red Bull, yang notabenenya keberadaannya di indonesia lebih lama dibandingkan dengan Red Bull.” Kemudian didukung oleh pernyataan dari konsumen lain yang
berkuliah di Universitas Indonesia, yaitu dari Talita Margriet
“Efektif banget untuk ningkatin awareness orang tentang keberadaan Red Bull sih menurut gue. Karena kan biasanya kalo ada event gitu, mereka ngebagiin si Red Bullnya itu sendiri kan, atau bahkan ada tim dari Red Bull yang dateng. Itu ngebantu banget dalam ningkatin awareness, karena ikonik dan eye catchy banget, dan karena selalu konsisten jadinya ngebantu ningkatin awareness orang.” Dapat disimpulkan bahwa strategi branding yang utama dari Red Bull
ini benar menjadi ujung tombak bagi Red Bull dan sudah berjalan dengan
baik dan efektif, karena didukung respon dari konsumen yang sudah
menerima dengan baik pesan yang ingin Red Bull sampaikan dan juga
menyadarkan konsumen akan keberadaan Red Bull di Indonesia yang
terbilang masih cukup baru ini.
Bukan hanya melakukan sampling product dan berinteraksi langsung
dengan para konsumen, tetapi banyak event yang diselenggarakan pun masuk
dalam strategi branding dari divisi consumer collecting. Begitu juga untuk
events yang lain pun divisi consumer collecting memiliki peranan yang cukup
dalam berjalannya event tersebut.
Red Bull Indonesia dalam melakukan event activation tersebut
dijelaskan oleh key informan 1, Myra Carmia,
“Red Bull events yang sudah dilakukan di Indonesia itu ada beberapa yaa, diantaranya adalah Red Bull Doodle Art, Red Bull Can You Make It, Red Bull 3style, Red Bull Reign, dan
48
Gambar 4. 8 Red Bull Doodle Art
Red Bull Music Academy. Semua event yang sudah dan akan dilaksanakan di Indonesia juga bertaraf internasional. Karena kita mencari juara dari satu event yang kita buat, lalu ditanding ulang dengan juara-juara dari berbagai negara lainnya. Semacam piala dunia gitu deh, cuman berdasarkan bidang event yang dibuat.” Kemudian dijelaskan juga sedikit lebih dalam mengenai strategi
sebelum melakukan Red Bull event di Indonesia oleh Consumer Collecting
specialist, Clarissa Indriani
“Jadi sebelumnya itu kita coba dulu untuk sampling produk kebeberapa scenes yang ada dalam target kita, kita support juga beberapa eventnya. Nah kalo kita udah tau pasarnya gimana, baru kita coba propose ke HQ untuk bikin event tersebut. Tapi ada juga sih yang disuruh langsung sama HQ untuk langsung bikin. Tapi kalo begitu yaa berarti kita survey pasar setelah disuruh itu.”
(Instagram @redbullindo, 2018)
Gambar 4. 7 Red Bull 3 Style
49
Gambar 4. 9 Red Bull Can You Make It
(RedBullmediahouse.com, 2019)
Dari kegiatan tersebut, mendapatkan respon positif juga dari para
konsumen, karena memang anak-anak muda sekarang lebih tertarik kepada
event. Didukung dengan pernyataan dari konsumen Red Bull yang juga
sebagai mahasiswa, Aldhio
“Menurut saya cukup bagus dengan brand activation yang dilakukan oleh Red Bull di indonesia, dengan mengetahui target pasaran mereka, tahu bagaimana cara menarik perhatian dari pelanggan, membuat event yang menarik perhatian kawula muda.” Lalu dijelaskan juga dengan pendapat yang menyetujui dari konsumen
Red Bull lainnya yang juga sebagai mahasiswa, Talita Margriet
“Jalan-jalan keliling eropa yang pake barter redbull. Itu keren sih. Tapi itu kan event yaa, cuman kalo brandingnya waktu itu paten, seru sih tuh. Banyak juga peminatnya pasti.” Dapat disimpulkan dari beberapa pernyataan narasumber diatas bahwa
melakukan kegiatan berupa event ini sebenarnya sangat lah efektif untuk
menjangkau calon konsumen dengan skala yang lebih besar dan tetap pada
target yang ingin dituju.
50
Disamping melakukan Red Bull event itu sendiri, Red Bull juga
banyak bekerja sama dengan banyak pihak, untuk menjaga eksistensinya dan
memperluas brand image. Strategi yang juga efektif untuk meningkatkan
brand awareness. Seperti yang dijelaskan oleh senior student bran manager,
Mira Tania Aulia,
“Sejauh ini sudah berjalan dengan sangat baik, dibuktikan dengan banyak penawaran partnership dari organisasi kampus. Partnership inilah yang menjadi proses aktivasi dengan tujuan meningkatkan brand awareness. Dimana setiap tahunnya berjalan semakin fokus kepada scenes yang harus disupport.” Direspon baik juga oleh narasumber yang juga sebagai konsumen Red
Bull dan sering menangani event di kampusnya yang selalu di-support oleh
Red Bull, Muhammad Jiwo
“Efektif sih ini, karena dari segi branding melewati UKM atau himpunan yang ada di kampus-kampus dan Red Bull bisa masuk melewati event-event. Cara tersebut sebenarnya sebagai win-win solution, karena Red Bull bisa meningkatkan brand awarenessnya dan juga event yang di-support pun juga keangkat namanya, jadi keren.”
Gambar 4.10 Kampus Support Event
(sumber: Student Brand Manager’s Report, 2018)
51
Kemudian dari semuanya ini dijelaskan lebih lagi oleh key informan
1, Myra Carmia
“Jadi support event itu menjadi salah satu target yang cukup kita fokuskan, yang pasti event-event yang relevan dengan scenes fokus kita. Karena dari setiap event yang kita support ini kan exposurenya besar banget. Selain itu juga kalo kita support kan kita kasih tools dan kirim wings team, serta biasanya itu kan event yang kita support itu dari SBM, jadi kita punya beberapa team disana untuk memantau sekaligus juga bertemu dengan para konsumen langsung. Gunanya juga untuk bisa mengedukasi juga kan konsumen yang masih kurang paham akan energy drink dan perbedaan antara Red Bull dengan Kratingdaeng.”
Dari semua strategi branding yang sudah dibuat oleh Red Bull, untuk
menjaga eksistensi dan lebih memperluas brand imagenya juga, semua
dikemas dan disebarkan melalui media sosial. Mengingat saat ini adalah era
digital dan media sosial sangat lah berpengaruh dalam kehidupan manusia
sekarang, sehingga branding melalui media sosial sangat diperlukan. Seperti
yang dijelaskan oleh key informan 1, Myra Carmia,
“Media berperan sangat penting dan itu sebabnya Red Bull mendirikan Red Bull Media House untuk membantu kelancaran bisnisnya.”
(sumber: redbullmediahouse.com, 2018)
Gambar 4. 11 Red Bull Media House
52
Kemudian dijelaskan juga oleh senior student brand manager,
Mira Tania Aulia
“Media penting sebagai sarana penyampaian informasi, terutama sosial media. Berkaitan dengan generasi millenial yang cenderung memiliki prefrensi digital yang lebih tinggi dan digunakan secara rutin. Infornasi yang disebarkan melalui sosmed, seperti info produk, promosi event, dan lain-lain, dapat disebarkan secara meluas.”
Dari fungsinya yang sudah terlaksana juga, wings team member
Justine Sapphira juga menjelaskan
“Media saat ini sangat akrab dengan kehidupan masyarakat, sehingga dengan adanya media yang terjalin dalam pemasaran product, maka akan dapat berdampak dan membantu dalam pemasaran product, baik dalam bentuk publikasi, brand awareness, brand knowledge, dapat menjadi top of mind, dan dapat meningkatkan emotion dari konsumen untuk tertarik dan memutuskan untuk membeli suatu product.”
Selain pandangan dari para pekerja Red Bull Indonesia, hal ini juga
disetujui oleh salah satu konsumen Red Bull yang juga mengikuti
perkembangan dan aktivasi dari Red Bull Indonesia melalui sosial media,
terutama Instagram. Seperti yang dijelaskan oleh konsumen yang juga
seorang mahasiswa dan atlet juga, Jonathan Caleb
“Efektif sih, secara media sosial sekarang kan semua orang pasti punya. Terus Red Bull juga punya content yang cukup menarik, terlebih dari extreme sports kan. Darisitu juga informasi bisa banget dibagikan kekonsumennya. Cuman nih kurangnya yang di Indonesia, kurang content-content lokalnya.”
53
(Sumber: Instagram @redbullindo, 2019)
Dari semua penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivasi
melalui internet, terutama media sosial merupakan aktivasi yang cukup
penting untuk dilakukan dan juga cukup akurat. Dapat dilihat perkembangan
dari seluruh negara bahwa engagement dari media sosial Red Bull terlebih
lagi Instagram terus meningkat. Untuk di Indonesia sendiri, yaitu melalui
Instagram @redbullindo sudah berjalan dengan cukup baik, sehingga Red
Bull Indonesia mendapatkan exposure yang baik pula.
4.2.2 Hambatan Dalam Melakukan Strategi Branding Untuk
Meningkatkan Brand Awareness
Dalam melakukan strategi branding Red Bull Indonesia tentunya
tidak lepas dari hambatan yang terjadi saat pelaksaan dilapangan. Seperti
yang dijelaskan oleh key informan 1, Myra Carmia,
“Setiap negara memiliki tantangan tersendiri seperti persepsi dimasyarakat dan gara hidup serta budaya mempengaruhi penjualan. Yang paling menghambat adalah persepsi yang salah terhadap energi drink di masyarakat. Masih banyak yang menganggap energy drink masih cukup tabu untuk dikonsumsi di Indonesia. Yang membingungkan, orang awam banyak yang menolak Red Bull ketika sampling tapi mereka juga konsumsi energy drink brand lain.”
Gambar 4. 12 Instagram Red Bull Indonesia
54
Lalu dijelaskan juga oleh senior student brand manager, Nandy Artila
yang terjun langsung bertemu dengan para konsumen,
“Kendala yang seringkali ditemui masih banyaknya konsumen yang salah persepsi terhadap energy drink, selain itu juga harga Red Bull yang relatif mahal di market membuat konsumen memilih untuk tidak membeli produk tersebut.”
Penjelasan dari sudut lain mengenai hambatan yang dihadapi
dijelaskan oleh Consumer Collecting specialis, Clarissa Indriani
“Perbedaan Culture, tradisi Indonesia yang sangat konservatif, dan misperception tentang soda/energi drink yang mungkin karena kompetitor kami, yang membuat expansi kami di Indonesia 'special case' dari negara lain. Mindset salah satunya, mindset dibangun dari budaya dan sejarah negara, dan Mindset Indonesian lebih communal, bukan Individualism. Anak-anak muda banyak yang lebih berhati-hati to try new things, new products, dan explore.”
Didukung juga dengan pernyataan dari senior student brand manager,
Mira Tania Aulia,
“Kekuarangannya harus lebih adaptif dengan kultur di indonesia, masih terlampau mematok strategi di eropa yang masih berbeda di indonesia.”
Selain masalah perbedaan kehidupan di Indonesia dengan negara-
negara lainnya, masyarakat itu sendiri juga menjadi salah satu hambatan,
karena kurangnya pengetahuan mengenai energy drink dan Red Bull itu
sendiri. Ditambah dengan adanya kemiripan antara Red Bull dengan brand
kompetitornya yaitu Kratingdaeng, sehingga masih banyak yang tertukar
antara kedua brand tersebut, Seperti yang dijelaskan oleh senior student
brand manager, Nandy Artila,
“Kendala yang seringkali ditemui masih banyaknya konsumen yang salah persepsi terhadap energy drink, selain itu juga harga Red Bull yang relatif mahal di market membuat konsumen memilih untuk tidak membeli produk tersebut.”
Beberapa konsumen juga mengutarakan pendapatnya mengenai
kurangnya pengetahuan akan Red Bull. Seperti yang dijelaskan oleh
Muhammad Jiwo,
55
“Menurut saya, image Red Bull di indonesia masih tertutup dengan nama kratingdaeng, dan menurut saya Red Bull adalah versi mahalnya dari kratingdaeng, yang mana keduanya punya kemiripan kan dari logonya.” Begitu juga yang dikatakan oleh Ivan Mantovani, mahasiswa Binus
University dan konsumen Red Bull
“Oke sih, tapi imagenya juga rasanya masih kalah nama dengan lawannya. Entah karena faktor apa. Walaupun saya juga mengkonsumsi produk ini, tapi ya kurang lebih seperti itu sih menurut saya.”
“Sebenernya sih gue awalnya juga masih rancu, sama apa enggak sih ini Red Bull sama Kratingdaeng dan gak mencari tau juga dari internet ataupun lainnya. Tapi yaa setelah ada SBM juga jadinya teredukasi juga. Dan banyak juga orang yang kayak gue kan pasti.”
Hambatan yang terakhir adalah alasan yang sering digunakan
oleh para konsumen. Yaitu mengenai harga produk yang terbilang
mahal bagi masyarakat Indonesia. Seperti yang dijelaskan oleh wings
team member, Justine Sapphira,
“Di Indonesia, mayoritas penduduk yang menengah kebawah, beberapa dari mereka lebih memilih yang
Gambar 4. 14 Botol
Kratingdaeng
Gambar 4. 13 Kaleng
Kratingdaeng Pro
Gambar 4. 15 Kaleng
Red Bull
56
kualitasnya lebih rendah tapi dengan harga yang murah.”
Pendapat dari konsumen juga dijelaskan oleh Aldhio,
“Untuk sisi harga menurut saya lumayan mahal untuk kantong pelajar/mahasiswa, karena dengan membeli sekaleng Red Bull kami bisa saja membeli sebungkus nasi rames di warteg. namun menurut saya karena minuman ini diimpor langsung mungkin worth to buy sih dengan harga segitu bagi yang ingin meminum energy drink.”
Dikatakan juga oleh konsumen, yaitu Jonathan Caleb,
“harga, sekitar 15rb menurut saya. Tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah.”
Bisa ditarik kesimpulan bahwa hambatan yang dihadapi Red
Bull Indonesia dalam perjalanannya selama 3 tahun di Indonesia
adalah, permasalahan dari faktor perbedaan kebudayaan, gaya hidup,
kurangnya pemahaman masyarakat mengenai kegunaan energy drink
khususnya Red Bull itu sendiri dan juga perbedaan dengan brand
kompetitor terutama Kratingdaeng, serta hambatan dari segi harga
produk yang juga berada diharga standard premium brand, dan yang
tidak kalah penting juga, bahwa masih kurangnya ketertarikan
masyarakat dengan media sosial Red Bull Indonesia maupun Red Bull
sendiri, karena kurangnya konten lokal yang lebih memiliki sifat
proximity bagi masyarakat di Indonesia.
4.2.3. Solusi Dalam Mengatasi Hambatan Untuk Meningkatkan Brand
Awareness
Sebagaimana diketahui bahwa Red Bull adalah energy drink brand
no. 1 di dunia, begitupun tujuan dari Red Bull Indonesia, untuk menjadi
energy drink no. 1 juga di Indonesia, dan menjadi pilihan utama bagi para
konsumen, dilihat dari penjualan produk. Untuk mengatasi hambatan yang
ada, Red Bull sudah mempersiapkan beberapa strategi dan mulai lebih
57
memfokuskan targetnya juga untuk mencapai target yang diharapkan.
Dijelaskan oleh salah satu wings team member, Justine Sapphira
“Tujuan selanjutnya adalah mempersiapkan untuk event/tournament terbaru dari Red Bull di Indonesia yang mudah untuk menarik minat, dapat semakin meningkatkan awareness dan partisipasi masyarakat luas. Strategi yang berubah adalah dalam fokus yang semakin tertuju pada target dan semakin meningkatkan penjualan yang ada agar dapat semakin memberikan dampak pada penjualan Red Bull di Indonesia, adanya student marketeer, dll. Wings team pun turut bersama-sama dengan Student Brand Manager dalam brainstorming, serta pelaksanaan agar tercapainya target yang ingin dicapai.” Kemudian dijelaskan lebih lagi oleh key informan 1, Myra Carmia,
“Tujuan selanjutnya menjadikan Red Bull minuman berenergi nomor 1 bagi para target konsumennya. Perubahan strategi masih melanjutkan apa yang telah berjalan, tetapi kini kita lebih fokus dan mencoba ada dimana konsumen Red Bull berada. Semua kan tujuannya itu. Yang kemudian dibuktikan dan didukung sama penjualan produk. Kalau brand awareness kita udah kuat, orang juga pasti yang bakal beli produknya kan, pasti banyak. Itu yang kita lakukan, dengan melakukan branding yang tepat dan juga menempatkan produk ini juga kalo bisa jadi kebutuhannya konsumen dengan beberapa benefit lainnya selain benefit dari produk itu sendiri.” Didukung dengan penjelasan dari key informan 2, Clarissa Indriani
“Terus memperkuat foundasi kita dalam komunikasi kegunaan produk kita yang bermanfaat and identity kita yang independent dari kompetitors energy drink yang lain. Di 2019, kami banyak fokus di empowering dan ‘Giving wings’ to students di University Level dan mencari talent-talent anak-anak Indonesia maupun dibagian music, arts, athletic, science, dan banyak hal lain. Talent-talent tersebut akan kami nurture sampai mencapai international Red Bull level.” Mendapat jawaban juga dari senior student brand manager mengenai
bagaimana menangani jika ada salah persepsi mengenai brand Red Bull
dengan Kratingdaeng oleh Nandy Artila
“Dengan memberikan edukasi dan pemahaman terhadap product bahwa Red Bull berbeda dengan kratingdaeng baik dari segi logo, rasa, dll pada saat melakukan kontak langsung terhadap konsumen.”
58
Dari perencanaan strategi yang akan dilakukan Red Bull Indonesia,
diharapkan dapat lebih mengedukasi konsumen mengenai energy drink dan
juga Red Bull itu sendiri, serta dapat meningkatkan brand awareness.
Kemudian dari beberapa konsumen pun memberikan pendapatnya
mengenai hal yang perlu dilakukan oleh Red Bull Indonesia. Seperti yang
dijelaskan oleh konsumen 5, Jonathan Caleb
“Melihat targetnya, mungkin Red Bull harus lebih banyak mensupport event-event hits, yang sering didatengin anak-anak muda tiap minggunya. Dari situ juga kan bisa lebih mengedukasi konsumen juga.”
Lalu dijelaskan juga oleh konsumen 4, Talita Margriet
“Publikasinya sih yang kurang menurut gue. Ada banyak platform yang bisa digunain kan skrg buat branding, dan kayaknya bisa dimaksimalin lagi. Untuk program SBM ini harus lebih kuat lagi sih, kalo bisa diperbanyak lagi, contohnya di UI. Kan gede banget tuh, jadi bisa reach lebih banyak lagi calon konsumennya. Begitu juga di kampus-kampus lain. Karena semakin banyak SBM kan harusnya jadi lebih banyak yang dijangkau dan juga lebih banyak yang cukup memahami soal Red Bull ini.”
Dilengkapi dengan pendapat dari konsumen, Aldhio,
“Lebih sering melakukan promosi ataupun membuat event di daerah kampus negeri maupun swasta di indonesia, lebih melebarkan sayap dengan sering membuat acara khususnya di kampus-kampus.” Dilanjutkan juga dengan pendapat dari konsumen, Muhammad Jiwo,
“Menurut saya red bull mungkin harus mengeluarkan advertisement melewati tv. karena saya sampai skrg belum pernah melihat iklan red bull yang ada di tv.” Dari semua yang sudah dijelaskan sebelumnya dengan semua respon
dari para konsumen juga, dapat diambil kesimpulan bahwa saat ini Red Bull
sudah berjalan cukup baik di Indonesia. Brand awareness Red bull Indonesia
dimasyarakat sudah cukup baik selama kurang lebih 4 tahun ini. Perlu adanya
edukasi pasar lebih dalam mengenai kegunaan dari energy drink, serta
menjalankan setiap strategi branding dengan melihat nilai-nilai, kebudayaan,
dan gaya hidup masyarakat Indonesia, bisa beradaptasi dan memiliki faktor
proximity, yaitu hal yang relate dengan budaya atau gaya hidup
59
masyarakatnya. Dengan kelas yang dimiliki Red Bull itu sendiri juga sudah
berbeda dengan energy drink yang sudah lebih dulu eksis di Indonesia,
kedepannya Red Bull Indonesia pasti bisa membentuk brand awareness yang
lebih kuat dari saat ini.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Strategi Branding Dalam Meningkatkan Brand Awareness
4.3.1.1 Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran adalah upaya untuk menciptakan
ketertarikan dengan suatu hal yang ditargetkan kepada masyarakat
luas. Pemasaran adalah salah satu kunci utama kesuksesan sebuah
perusahaan dalam menjual produk. Karena seperti yang dijelaskan
oleh Machfoedz (2005) bahwa pemasaran itu adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengenalkan perusahaannya
kepada konsumen. Sehingga, suatu perusahaan bisa berkembang
kearah yang lebih baik sesuai dengan tujuannya.
Red Bull masuk ke Indonesia sejak tahun 2015. Dengan
membawa nama besar yang sudah dimilikinya didunia, Red Bull
melakukan berbagai hal yang juga sudah dilakukan di negara-negara
lain. Semenjak tahun 2015 pula mulai banyak perusahaan yang meniru
Red Bull, terutama kompetitor dari perusahaan 59illen energy drink.
Bentuk pemasaran yang dilakukan Red Bull di Indonesia cukup
mendobrak, dan dari situ lah banyak yang menirukannya. Disamping
itu bahkan salah satu kompetitor dari Red Bull sampai membuat
produk sejenis, yaitu Kratingdaeng Pro.
Dari bentuk pemasaran yang sudah dilakukan Red Bull
Indonesia, dalam perjalanannya semenjak 2015 ini sudah sangat
banyak kemajuan. Seperti yang sudah dijelaskan oleh key informan 1,
Myra Carmia sebagai Head of Marketing Department, dan juga key
informan 2, Clarissa Indriani sebagai Consumer Collecting Specialist,
bahwa Red Bull di Indonesia berkembang pesat dan membuktikan
pasar energy drink di Indonesia memiliki potensi yang tinggi.
Didukung dengan pernyataan dari wings team leader dan juga Senior
Student Brand Manager, yang mana bertugas untuk berinteraksi
60
langsung dengan konsumen dan melihat pasar secara langsung, yaitu
Dahlia Bernardini dan Mira Tania Aulia, bahwa dalam tiga tahun
pertama Red Bull Indonesia sudah mengalami perkembangan yang
signifikan dari segi sales maupun brand exposure, bahkan sudah
mencapai breakeven point, atau balik modal.
4.3.1.2 Pemasaran Gerilya
Dengan menggunakan pemasaran gerilya, Red Bull
membentuk dan meningkatkan brand imagenya di masyarakat di
seluruh dunia. Hal tersebut sudah terbukti sangat efektif, sehingga apa
yang dilakukan di Indonesia pun juga tidak jauh berbeda, dan sudah
terbukti memiliki perkembangan yang cukup pesat.
Pemasaran gerilya atau guerilla marketing adalah strategi
pemasaran dengan menggunakan ide yang kreatif untuk menimbulkan
dampak yang besar dengan biaya pemasaran yang lebih rendah dan
non-konvensional yang didesain untuk memberikan keunggulan
perusahaan, yang juga memiliki sifat atau memiliki unsur kejutan
untuk konsumen (Jay C. Levinson, 1984).
Dimulai dari awal terbentuknya Red Bull di Austria pada
tahun 1987, Dietrich Mateschitz memanfaatkan fasilitas yang beliau
punya untuk kegiatan pemasaran. Yaitu mobil Mini Cooper miliknya
yang dimodifikasi untuk kebutuhan pemasaran Red Bull itu sendiri.
Dengan melakukan perekrutan langsung, yaitu mencari anak-anak
muda wanita yang menjadi wings team untuk melakukan sampling
produk kepada masyarakat, dan program ini pun berkembang dengan
dibentuknya program student brand manager dan terus ada sampai
saat ini. Dari fasilitas yang bisa digunakan oleh wings team pun juga
sudah dipersiapkan, dari berbagai macam atribut yang dikenakan,
sampai backpack yang dibuat menyerupai bentuk kemasan dari
produk Red Bull.
61
4.3.1.3 Strategi Brand Activation Red Bull Indonesia
Red Bull adalah salah satu brand yang cukup kuat karena
memiliki sebuah identitas yang dikenalkan kepada masyarakat dengan
sangat baik dan tepat. Dibalik itu, Red Bull membuat strategi yang
pada awalnya belum pernah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
lainnya, yang mana strategi itu tetap menjadi kunci keberhasilan
pemerekan sampai sekarang, yaitu dengan memiliki wings team dan
juga disusul oleh student brand manager yang keduanya berada
didalam divisi Consumer Collecting.
“Branding strategy merupakan suatu proses penciptaan brand
image yang mempengaruhi hati dan pikiran customer, yang
membedakan produk yang sejenis satu dengan yang lainnya” (Duncan
2005). Sedangkan menurut Gelder (2005), “strategi merk
mendefinisikan apa yang seharusnya dicapai oleh suatu brand dalam
kaitannya dengan sikap dan perilaku konsumen”. Dari kedua teori
tersebut, bisa dilihat bahwa Red Bull sudah melakukannya, yaitu bisa
langsung “menyentuh” konsumen dan juga sebagai brand yang
berbeda dari yang lainnya.
Dalam penelitian “Strategi Brand Communication Dalam
Membangun Brand Awareness (Studi Kualitatif Strategi Brand
Communication dalam Membangun Brand Awareness Rumah Makan