BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Project Selection Tahap awal yang biasa dilakukan dalam mendefinisikian masalah dalam sebuah proyek peningkatan kualitas ialah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Setidak- tidaknya, anggota tim siap untuk menghubungi para pelanggan yang terkena masalah tersebut dan menanyakan sudut pandang mereka dimana hal tersebut tidak terdapat pada customer requirements serta definisi defect menurut pelanggan. Alat yang digunakan dapat berupa kuesioner dan RSW (Requirement Statement Worksheet) pemetaan komentar pelanggan dalam bentuk penjelasan singkat yang disertai dengan requirements untuk menjawab kebutuhan pelanggan tersebut. Penulis tidak menjalankan tahapan diatas dalam mendefinisikan masalah yang terjadi di divisi FSBP. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor keterbatasan waktu yang diperoleh di Bogasari. Dengan demikian penulis melakukan wawancara dengan beberapa karyawan FSBP dalam menggali informasi tentang masalah yang berhubungan dengan kualitas akhir produk tepung yang berpeluang terjadi di divisi tersebut. Dari hasil wawancara, didapat masalah kualitas yang mungkin terjadi ialah: 1. Kadar zat kandungan tepung yang tidak sesuai standar 2. Berat produk tepung dalam kemasan yang tidak sesuai standar 3. Gagal jahit dalam penjahitan kemasan tepung berupa karung
92
Embed
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-1-00472-TISI-Bab 4.pdfAlat yang digunakan dapat berupa kuesioner dan RSW (Requirement Statement Worksheet)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Project Selection
Tahap awal yang biasa dilakukan dalam mendefinisikian masalah dalam sebuah
proyek peningkatan kualitas ialah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Setidak-
tidaknya, anggota tim siap untuk menghubungi para pelanggan yang terkena masalah
tersebut dan menanyakan sudut pandang mereka dimana hal tersebut tidak terdapat pada
customer requirements serta definisi defect menurut pelanggan. Alat yang digunakan
dapat berupa kuesioner dan RSW (Requirement Statement Worksheet) pemetaan
komentar pelanggan dalam bentuk penjelasan singkat yang disertai dengan requirements
untuk menjawab kebutuhan pelanggan tersebut.
Penulis tidak menjalankan tahapan diatas dalam mendefinisikan masalah yang
terjadi di divisi FSBP. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor keterbatasan
waktu yang diperoleh di Bogasari. Dengan demikian penulis melakukan wawancara
dengan beberapa karyawan FSBP dalam menggali informasi tentang masalah yang
berhubungan dengan kualitas akhir produk tepung yang berpeluang terjadi di divisi
tersebut. Dari hasil wawancara, didapat masalah kualitas yang mungkin terjadi ialah:
1. Kadar zat kandungan tepung yang tidak sesuai standar
2. Berat produk tepung dalam kemasan yang tidak sesuai standar
3. Gagal jahit dalam penjahitan kemasan tepung berupa karung
88
Untuk menentukan proyek yang akan dianalisa, maka penulis menggunakan
tools Project Selection Table sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Project Selection
Dalam membuat tabel diatas, penulis terlebih dahulu menentukan proporsi
(Variable Weightings) dari masing-masing project descriptions. Proporsi deskripsi
impact ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan yang kemudian
diintepretasikan oleh penulis. Proporsi deskripsi effort ditentukan demikian karena
proyek tersebut hanya akan ditindaklanjuti sebatas analisa dengan metode Six Sigma
tanpa melakukan implementasi hasil analisa itu sendiri. Penglibatan banyak karyawan
sebagai sumber informasi, serta modal yang dikeluarkan untuk menjalankan observasi
terhadap proyek yang ada menjadi dasar penentuan proporsi deskripsi effort. Sedangkan
untuk deskripsi risk, proporsi yang sama besar diberikan untuk resiko teknis serta
manajemen.
89
Selanjutnya penulis melakukan pembobotan setiap alternatif proyek terhadap
deskripsi yang ada. Dengan rentang bobot dimulai dari 1 (terkecil) hingga 5 (terbesar).
Sehingga didapatkan hasil total pembobotan variabel yang ditransformasikan kedalam
grafik sebagai berikut:
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Impa
ct
Effort
Project Selection Graph
Gambar 4.1
Grafik Project Selection
dengan:
Sedangkan ukuran lingkaran melambangkan besarnya resiko dari proyek yang
ingin dijalankan. Semakin besar lingkaran semakin besar pula resiko yang harus
ditanggung dalam menjalankan proyek tersebut dan berlaku sebaliknya.
Berdasarkan grafik diatas maka penulis memilih proyek Karung Terjahit
Sempurna sebagai bahan analisa kualitas dengan Six Sigma karena memiliki impact yang
90
cukup besar dengan effort serta risk yang paling kecil. Atau dengan kata lain proyek
tersebut paling feasible dikerjakan dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada.
4.2. Fase Define
4.2.1. DMAIC Project Charter
Setelah melakukan seleksi proyek, penulis masuk ke tahap awal metode Six
sigma yaitu Fase Define. Pada tahap ini, penulis melakukan tahap perumusan proyek
yang lebih jelas sebagai acuan sekaligus arahan dalam mengerjakan proyek kedepannya.
Tools yang digunakan ialah Project Charter sebagai berikut:
91
Tabel 4.2 Tabel DMAIC Project Charter
Berdasarkan business case, penulis menuliskan pernyataan masalah berupa gagal
jahit yang menghambat pencapaian target produksi tepung dari suatu jenis brand serta
mengurangi efektivitas proses produksi. Dari pernyataan masalah ini, maka tujuan yang
ingin dicapai ialah berkurangnya proporsi gagal jahit dengan acuan angka rata-rata
proporsi gagal jahit sendiri. Pencapaian tujuan ini didukung oleh pengambilan data
sekunder karena tidak memungkinkan untuk mengambil data secara langsung selama
waktu produksi 24 jam dalam 1 hari. Selain itu juga didukung oleh informasi serta data
tambahan melalui wawancara karyawan dan observasi dilapangan.
92
Proyek yang penulis jalankan selama periode bulan Juli ini berada dalam
pengawasan Stakeholder yaitu Bapak Amir Jamaludin selaku Manajer Divisi FSBP
Bogasari. Penulis menetapkan pelaksanaan tahapan proyek mulai dari fase define hingga
fase analyze, dimaksudkan agar memungkinkan penulis mendapatkan data-data
pendukung hasil analisa sekilas selama di Bogasari. Sedang fase improve dilaksanakan
sebatas pemberian saran berdasarkan hasil analisa data dan informasi yang diperoleh.
4.2.2. Idenfikasi dan Dokumentasi Proses
Untuk dapat mengetahui dan memahami lebih jelas mengenai proses serta pihak
maupun material yang terlibat dalam proses produksi di FSBP maka penulis membuat
diagram SIPOC sebagai berikut:
93
Gambar 4.2
SIPOC Diagram
Sedangkan untuk memahami sequence (alur) proses produksi yang terjadi, penulis menggambarkan High Level Process Map
sebagai berikut:
Gambar 4.3
High Level Process Map Proses Produksi Divisi FSBP
Dengan keterangan :
TC Chain Conveyor, BE Bucket Elevator dan SC Screw Conveyor. 94
95
4.3. Fase Measure
4.3.1. Menentukan Objek Pengukuran
Sebelum melakukan pengukuran, penulis terlebih dahulu menentukan objek yang
akan diukur serta kriteria standar pengukuran terhadap objek tersebut. Ketentuan standar
jahitan yang ditetapkan oleh divisi FSBP ialah:
Kemasan terjahit sempurna (tertutup rapat)
Jahitan tidak melompat-lompat
Benang jahitan menganyam sempurna
Jahitan tidak miring/mendekati mulut karung
Kriteria standar jahitan diatas menjadi dasar penulis dalam melakukan
pengukuran. Namun karena adanya persamaan makna dari ketiga kriteria teratas, penulis
mencoba untuk merangkum empat kriteria standar menjadi 2 kriteria besar. Sehingga
didapat CTQ sebagai berikut:
Jahitan tidak miring/mendekati
mulut karung
Kemasan terjahit sempurna (tertutup
rapat)Jahitan Dalam Keadaan Baik
Jahitan Sesuai Standar
Gambar 4.4
CTQ Tree
Untuk membantu menjaga korelasi antara apa yang hendak dikerjakan dan data
apa yang dapat mendukung keberlangsungannya, penulis menyusun MAT
96
(Measurement Assessment Tree). Dengan demikian didapat konsep pengukuran (apa
yang diukur, parameter, serta metrik pengukuran) yang jelas.
Gambar 4.5
Measurement Assessment Tree (MAT)
Keterangan :
4.3.2. Membuat Definisi Operasional
Pembuatan definisi operasional dimaksudkan untuk mencegah munculnya
banyak persepsi yang membingungkan dalam melakukan pengukuran. Agar definisi
97
operasional menjadi jelas, dapat dimengerti dan konsisten, penulis membuat Operational
Definition Worksheet.
Dalam pelaksanaannya, penulis tidak dapat melakukan pengambilan data secara
langsung. Hal ini disebabkan keterbatasan informasi serta tenaga penulis untuk
mengamati proses penjahitan karung yang berlangsung nonstop selama 24 jam dalam 1
hari. Dengan demikian data yang penulis dapatkan berupa data sekunder.
Pada kenyataannya, pengertian defect tidak sesuai dengan CTQ yang telah dibuat
sebelumnya. Berdasarkan definisi teknis karyawan FSBP dan kenyataan dilapangan,
defect terjadi jika karung yang sudah terisi tepung tidak terjahit sempurna, sehingga
dapat menyebabkan karung pecah jika dihempaskan saat ditumpuk diatas pallet.
Sedangkan kriteria lainnya yaitu ‘Jahitan miring/mendekati mulut karung’, tidak berlaku
lagi sebagai definisi defect. Sesuai dengan keadaan tersebut, Operational Definition
Worksheet yang dibuat penulis ialah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Tabel Operational Definition Worksheet
98
4.3.3. Pengumpulan Data Pengukuran
Data yang terkumpul merupakan “population statistics” bukan “process
statistics” karena data bukan berupa sample tapi merupakan keseluruhan data dalam
rentang waktu tertentu. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data gagal jahit selama
bulan Juni 2007.
Setelah mendapatkan data, penulis melakukan rekapitulasi data sesuai MAT pada
Data Collection Form.
Tabel 4.4 Tabel Contoh Data Collection Form
Keterangan :
Kolom Nomor berisi nomor urut baris, mempermudah membaca data pada
baris tertentu.
Kolom No. Mesin Carrousel berisi nomor carrousel dari semua group yang
ada.
99
Kolom FF Brand x berisi merek (brand) tepung yang sedang dikemas. Karena
dalam satu shift pada satu carrousel paling banyak terjadi pergantian brand
sebanyak tiga kali, maka kolom tersebut disediakan sebanyak tiga kolom.
Kolom Output Pengemasan berisi jumlah produk tepung dalam satuan karung
dengan informasi kategori :
Industri : dipasarkan ke industri-industri sesuai pesanan.
e-Kupon : dipasarkan ke pengecer-pengecer (distributor) dengan
konsumen akhir masyarakat umum.
Khusus : dipasarkan ke luar negeri (impor).
Kolom Lain-lain berisi keterangan faktor pengurang (dalam satuan karung)
jumlah output kotor menjadi output bersih yang terdiri dari :
Gagal jahit : produk defect karena jahitan tidak sesuai standar.
Sample ayak : sejumlah tepung yang diambil untuk diuji keberadaan
benda- benda asing yang berukuran lebih besar.
Bilas : sejumlah tepung yang diambil sebagai tindakan
pengurasan tepung sebelumnya yang masih tertinggal pada
alat-alat transportasi tepung. Hal ini dilakukan jika terjadi
pergantian brand tepung pada carrousel yang sama agar
tidak mengganggu produksi tepung berikutnya (perubahan
kadar penyusun tepung). Biasanya pembilasan dilakukan
sebanyak 10 karung untuk satu kali bilas.
Kolom Total Bags per Brand berisi total output bersih dari masing-masing
brand dalam satu group carrousel setelah output kotor dikurangi dengan jumlah
gagal jahit, sample ayak dan bilas.
100
Kelompok baris berwarna biru dan putih yang membedakan group carrousel untuk
mempermudah dalam membaca data yang ada.
Baris kuning yang terletak paling bawah merupakan data rekapitulsi berupa total
keseluruhan dari gagal jahit, sample ayak dan bilas serta output bersih dari tiap-
tiap shift.
4.3.4. Membuat Baseline Defect Measures dan Mengukur Sigma
Hal pertama yang harus dilakukan untuk menentukan kapabilitas proses ialah
memahami istilah-istilah dalam teknis pengambilan serta penganalisaan data. Langkah-
langkah yang penulis tempuh ialah :
Menentukan proses, unit serta customer requirements terhadap unit tersebut
∅ Proses penjahitan karung pengemasan tepung 25 kg
∅ Unit produk tepung kemasan karung
∅ Requirements kemasan karung terjahit sempurna
Mendefinisikan defect dan defect opportunity
∅ Defect (gagal jahit) karung tidak terjahit sempurna / gagal jahit (pecah
saat ditumpuk di pallet)
∅ Defect Opportunity peluang (berupa kriteria) unit dikategorikan defect,
berjumlah 1 (berdasarkan definisi defect diatas)
Menghitung DPMO (Defect Per Million Opportunities)
∅ Menghitung jumlah keseluruhan data yang terkumpul 5104130 unit
karung
∅ Menghitung jumlah keseluruhan data gagal jahit 2781 unit karung
101
∅ Menghitung total peluang (opportunity) gagal jahit 5104130 peluang
(5104130 x 1)
∅ Menghitung DPMO dengan rumus:
maka :
Angka DPMO sebesar 544,8529 memiliki arti bahwa dalam 1 juta kali
penjahitan karung, peluang terjadinya defect ialah sebanyak 544,8529 (≈
545) kejadian.
Mengkonversi nilai DPMO kedalam Sigma Level
Yaitu melalui interpolasi nilai DPMO dengan bantuan Sigma Conversion Table,
diperoleh persamaan sebagai berikut:
Proses penjahitan karung divisi FSBP Bogasari telah mencapai 4,659 Sigma Level.
102
Tabel 4.5 Tabel Sigma Calculation Worksheet
4.4. Fase Analyze
Fase Analyze merupakan sebuah langkah untuk mencari serta mendefinisikan
gejala yang terjadi dan menginvestigasi penyebab permasalahan. Dalam
pelaksanaannya, begitu banyak cara yang digunakan untuk menganalisa informasi
proses yang diperoleh melalui pengumpulan data yang telah dilakukan sebelumnya.
Namun secara garis besar tools tersebut dikategorikan menjadi :
103
Analisa Data
⇒ Menggunakan data untuk mencari pola, trends, atau perbedaan-perbedaan
lain yang dapat mendukung atau menolak hipotesa penyebab terjadinya
defect.
Analisa Proses
⇒ Pengamatan lebih rinci terhadap proses yang menyediakan customer
requirements dalam mengidentifikasi hal-hal yang tidak memberikan nilai
tambah kepada konsumen.
Sedangkan tahapan yang ditempuh terbagi kedalam tiga fase yaitu :
• Eksplorasi
• Membuat hipotesa
• Verifikasi atau eliminasi root causes
104
4.4.1. Analisa Data
4.4.1.1. Eksplorasi
Data hasil pengukuran dari tahap measure ditampilkan dalam bentuk Control
Chart (p chart) sebagai berikut:
Sample
Prop
orti
on
28252219161310741
0.0010
0.0009
0.0008
0.0007
0.0006
0.0005
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
_P=0.0005320
UCL=0.0006915
LCL=0.0003724
11
1
11
1
1
1
11
Control Chart Gagal Jahit bulan Juni 2007 divisi FSBP
Tests performed with unequal sample sizes
Gambar 4.6
Control Chart Gagal Jahit Bulan Juni 2007 divisi FSBP
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa rata-rata proporsi gagal jahit yang terjadi
selama bulan Juni 2007 ialah sebesar 0.0005320 atau sama dengan 0.0532 %. Dan data
proporsi gagal jahit yang berada diluar UCL (out of control) ada sebanyak 5, terjadi pada
tanggal 14, 19, 20, 21 dan 22 Juni 2007. Namun ada juga data yang berada dibawah
LCL yaitu pada tanggal 6, 8, 10, 24 da 29 Juni 2007.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gagal jahit yang terjadi pada proses
pengemasan di divisi FSBP masih belum terkontrol dengan baik.
105
4.4.1.2. Membuat Hipotesa
Untuk analisa data, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa
karyawan pengemasan karung divisi FSBP, penulis membuat hipotesa data gagal jahit
yaitu :
Shift
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang dihasilkan ketiga shift terhadap
proporsi gagal jahit
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan yang dihasilkan ketiga shift terhadap
proporsi gagal jahit
Jenis Tepung (kadar protein)
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang dihasilkan ketiga jenis tepung
terhadap proporsi gagal jahit
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan yang dihasilkan ketiga jenis tepung
terhadap proporsi gagal jahit
Hipotesa adanya perbedaan proporsi gagal jahit karena perbedaan shift disusun
dengan asumsi bahwa ada kecenderungan rasa ngantuk yang lebih dominan dialami oleh
karyawan yang bekerja pada shift malam serta dugaan bahwa karyawan yang bekerja
diluar jam kehadiran pimpinan (manager dan asistennya) akan cenderung bekerja lebih
‘longgar’.
Sedangkan untuk hipotesa perbedaan proporsi gagal jahit karena perbedaan jenis
tepung (berdasarkan perbedaan kadar protein) disusun dengan asumsi akan lebih sulit
untuk melakukan penjahitan karung yang berisi tepung yang membubung, yaitu pada
106
jenis tepung yang memiliki kadar protein rendah, karena ruang kosong yang terdapat
pada mulut karung hanya tersisa sedikit. Begitupula sebaliknya, karung lebih mudah
dijahit jika tepung tidak membubung. Dengan demikian pengujian dilakukan pada 3
kelompok tepung yaitu Low (LM, PYG, KB, KE dan BSC), Medium (SB dan SH) dan
High (CK dan CKE).
4.4.1.3. Verifikasi Root Causes
Untuk menguji hipotesa diatas, data jumlah defect (gagal jahit) yang diperoleh
pada data collection form dalam tahap measure diubah kedalam bentuk proporsi (bentuk
continuous) yaitu perbandingan jumlah gagal jahit dengan output bersih dari tiap-tiap
brand selama bulan Juni pada masing-masing shift sebagai berikut:
Tabel 4.6 Tabel Proporsi Gagal Jahit Shift A Bulan Juni 2007
107
Tabel 4.7 Tabel Proporsi Gagal Jahit Shift B Bulan Juni 2007
108
Tabel 4.8 Tabel Proporsi Gagal Jahit Shift C Bulan Juni 2007
Data tersebut kemudian disusun lagi kedalam bentuk proporsi gagal jahit dari
masing-masing jenis tepung. Sehingga kolom LM, PYG, KB, KE, dan BSC akan
diwakili oleh kolom Low yang berisi perbandingan total defect dengan total output
bersih dari kelima brand tersebut tiap-tiap harinya. Begitu juga untuk jenis tepung
Medium dan High. Sehingga didapat data proporsi baru sebagai berikut:
109
Tabel 4.9 Tabel Proporsi Gagal Jahit Tiap Jenis Tepung Bulan Juni 2007
Pengujian hipotesa diatas dilakukan dengan metode Two-Way ANOVA
menggunakan data random. Maka penulis melakukan randomisasi dalam penentuan data
yang akan diolah. Data random yang diperoleh ialah sebagai berikut:
110
Tabel 4.10 Tabel Hasil Randomisasi Proporsi Gagal Jahit
Input data diatas dalam MINTAB 14 memiliki format seperti tampilan berikut:
Tabel 4.11 Tabel Format Input Data Proporsi Gagal Jahit pada MINITAB 14
111
Sebelum diolah secara statistik, data terlebih dahulu diuji normalitasnya. Berikut
hasil pengujiannya:
112
Gambar 4.7
Grafik Normality Test Proporsi Gagal Jahit
Dari gambar diatas, dapat terlihat bahwa data tidak terdistribusi secara normal
yang dibuktikan dengan p-value < 0.05. Untuk menghindari hasil yang bias maka data
tersebut ditransformasi dengan menggunakan Johnson Transformation dengan hasil
sebagai berikut:
Gambar 4.8
113
Berdasarkan transformation function equals, MINITAB 14 memberikan data
hasil transformasi sebagai berikut :
Tabel 4.12 Tabel Data Hasil Transformasi
Data hasil transformasi ini kemudian diolah dengan metode Two-Way ANOVA
dan diperoleh hasil perhitungan:
Two-way ANOVA: Transformed Data versus Jenis Tepung, Shift.
Source DF SS MS F P
Jenis Tepung 2 2.1266 1.06329 1.11 0.336
Shift 2 5.0427 2.52136 2.62 0.079
Interaction 4 3.3161 0.82903 0.86 0.490
Error 81 77.8733 0.96140
Total 89 88.3587
S = 0.9805 R-Sq = 11.87% R-Sq(adj) = 3.16%
Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan :
114
Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan :
Jenis Tepung tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proporsi gagal
jahit ditunjukkan oleh p-value (0.336) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan
proporsi gagal jahit akibat perbedaan jenis tepung menerima Ho
Shift tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proporsi gagal jahit
ditunjukkan oleh p-value (0.079) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan proporsi
gagal jahit akibat perbedaan shift menerima Ho
Interaksi Jenis Tepung dan Shift tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap proporsi gagal jahit ditunjukkan oleh p-value (0.490) > 0.05 yang berarti
tidak ada perbedaan proporsi gagal jahit akibat interaksi Jenis Tepung dan Shift.
Jenis Tepung
Mea
n of
Tra
nsfo
rmed
Dat
a
MediumLowHigh
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
Main Effects Plot (data means) for Transformed Data
Shift
Mea
n of
Tra
nsfo
rmed
Dat
a
Shift C (16.00 - 24.00)Shift B (08.00 - 16.00)Shift A (00.00 - 08.00)
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
Main Effects Plot (data means) for Transformed Data
(a) (b)
Gambar 4.9
Main Effect Plot Data Transformasi Gagal Jahit
Main effect plot memperkuat p-value hasil perhitungan ANOVA. Main effect
plot terhadap jenis tepung (gambar 5.9 (a)) memiliki kemiringan garis yang tidak begitu
115
besar, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis tepung tidak mempengaruhi proporsi gagal
jahit. Sedangkan main effect plot terhadap shift (gambar 5.9 (b)) memperlihatkan
kemiringan garis yang lebih besar dari main effect plot terhadap jenis tepung namun
masih dapat dikatakan tidak begitu mempengaruhi proporsi gagal jahit karena terbukti
secara numerik bahwa p-value > 0.05.
Tran
sfor
med
Dat
a
Jenis Tepung
Shift
MediumLo
wHig
h
Shift
C (16
.00 -
24.00
)
Shift
B (08
.00 -
16.00
)
Shift
A (00
.00 -
08.00
)
Shift
C (16
.00 -
24.00
)
Shift
B (08
.00 -
16.00
)
Shift
A (00
.00 -
08.00
)
Shift
C (16
.00 -
24.00
)
Shift
B (08
.00 -
16.00
)
Shift
A (00
.00 -
08.00
)
3
2
1
0
-1
-2
-3
Individual Value Plot of Transformed Data vs Jenis Tepung, Shift
Gambar 4.10
Individual Plot Data Transformasi Gagal Jahit
116
Tran
sfor
med
Dat
a
Jenis Tepung
Shift
MediumLo
wHig
h
Shift
C (16
.00 -
24.00
)
Shift
B (08
.00 -
16.00
)
Shift
A (00
.00 -
08.00
)
Shift
C (16
.00 -
24.00
)
Shift
B (08
.00 -
16.00
)
Shift
A (00
.00 -
08.00
)
Shift
C (16
.00 -
24.00
)
Shift
B (08
.00 -
16.00
)
Shift
A (00
.00 -
08.00
)
3
2
1
0
-1
-2
-3
Boxplot of Transformed Data by Jenis Tepung, Shift
Gambar 4.11
Box Plot Data Transformasi Gagal Jahit
Individual value plot memperlihatkan persebaran tiap-tiap data proporsi gagal
jahit yang ada. Yang kemudian diperjelas oleh boxplot atau dikenal dengan nama box-
Use case berfungsi untuk menggambarkan interaksi antara sistem yang
dibuat dengan penggunanya. Sebelum membuat use case, membuat actor table
terlebih dahulu. Actor table ini menggambarkan hubungan antara use case
dengan actor yang menggunakannya.
Tabel 4.16 Tabel Actor Table
Actor
Use Case Kepala
Managemen Sistem
Staff FSBP Manager
FSBP
Mengelola data rencana mingguan
v
Mengelola data harian sebenarnya
v
View data rencana mingguan v v v
View data harian sebenarnya v v v
Pencetakan laporan v
Mencari periode data mingguan berdasarkan ID
v v
139
Gambar 4.25
Use Case Diagram
140
4.8.2. Actor Specification
Tabel 4.17 Tabel Actor Specification untuk Manajer FSBP
Manajer FSBP
Goal : Sebagai supervisor quality control yang dapat melihat data baik data
rencana mingguan maupun data harian sebenarnya. Dan juga dapat
mencari periode data mingguan berdasarkan ID untuk pertimbangan
dalam mengambil keputusan
Characteristic : Hanya terdapat 1 orang manajer FSBP yang membawahi departemen
FSBP.
Examples : Setelah menerima laporan dari kepala managemen sistem, manajer
dapat mengambil keputusan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas mutu dari hasil produksi.
Tabel 4.18 Tabel Actor Specification untuk Kepala managemen Sistem
Kepala Managemen Sistem
Goal : Merupakan orang yang dapat mencari periode data mingguan
berdasarkan ID untuk mencetak laporan yang akan dilaporkannya ke
manager FSBP.
Characteristic : Kepala managemen sistem terdiri atas 1 orang. Kepala managemen
sistem membawahi Staft FSBP.
Examples : Mencari data yang diinginkan pada data performance ratio dan
mencetaknya untuk dilaporkan ke manager FSBP.
141
Tabel 4.19 Tabel Actor Specification untuk Staft FSBP
Staff FSBP
Goal : Merupakan orang yang bertanggung jawab untuk mengelola data baik
data rencana mingguan maupun data harian sebenarnya.
Characteristic : Staff FSBP terdiri atas 3 orang yang terbagi menjadi 3 shift. Setiap
Staff shift bertanggung jawab terhadap pengolahan data yang
dibuatnya.
Examples : Mengolah data baik data rencana mingguan maupun data harian
sebenarnya pada masing – masing shift.
142
4.8.3. Function List
Function List digunakan untuk mendaftarkan semua fungsi yang dapat
dijalankan oleh sistem informasi ini yang menjadikan sebuah model sistem
berguna bagi Actor, dalam sistem ini akan diberikan beberapa fungsi yang
penting, diantaranya :
Tabel 4.20 Tabel Function List
Functions Complexity Type
Query data produksi packing Simple Read
Simpan data rencana mingguan Simple Update
Simpan data harian sebenarnya Simple Update
Edit data rencana mingguan Simple Update
Edit data harian sebenarnya Simple Update
Hitung data rencana mingguan Medium Compute
Hitung data harian sebenarnya Medium Compute
Cari periode data mingguan
berdasarkan ID
Medium Read
Cetak laporan data performance
ratio
Simple Read
143
4.8.4. Sequence Diagram
Sequence Diagram merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
interaksi yang terjadi antara pengguna, objek, serta User Interface yang ada
dalam sistem Informasi didalamnya terdapat bagaimana urutan pemanggilan
prosedur, Event , Message yang dikirimkan antara entitas satu dengan lainnya.
Sequence diagram ini akan menjelaskan apa yang dilakukan pengguna secara
detail saat berinteraksi dengan sistem pada setiap use case yang ada. Berikut
adalah Sequence Diagram yang ada dalam sistem ini :
144
• Sequence Diagram mengelola data rencana mingguan
Gambar 4.26
Sequence Diagram Mengelola Data Rencana Mingguan
145
• Sequence Diagram mengelola data harian sebenarnya
Gambar 4.27
Sequence Diagram Mengelola Data Harian Sebenarnya
146
• Sequence Diagram view data rencana mingguan
Gambar 4.28
Sequence Diagram View Data Rencana Mingguan
147
• Sequence Diagram view data harian sebenarnya
Gambar 4.29
Sequence Diagram View Data Harian Sebenarnya
148
• Sequence Diagram pencetakan laporan
Gambar 4.30
Sequence Diagram Pencetakan Laporan
149
• Sequence Diagram pencarian periode data mingguan berdasarkan ID
Gambar 4.31
Sequence Diagram Pencarian Periode Data Mingguan Berdasarkan ID
150
4.8.5. User Interface
User Interface adalah sebah tampilan yang memungkinkan pengguna
berinteraksi dengan sistem dan untuk mengakses semua fungsi – fungsi serta
model sistem, baik untuk kebutuhan meng-input data, membaca data, mencetak
laporan, dan juga mengubah data di dalam sistem. Tampilan ini digunakan oleh
Departemen FSBP yang merupakan Departemen Packing. Sistem Informasi
Quality Control ini dirancang dengan menggunakan program Microsoft Visual
Studio 2005 (VB.Net) dan dijalankan dalam jaringan LAN (Local Area
Network).
4.8.5.1. Navigation Diagram
• Untuk Staff FSBP
Gambar 4.32
Navigation Diagram untuk Staff FSBP
151
• Untuk Kepala Manajemen Sistem
Gambar 4.33
Navigation Diagram untuk Kepala Managemen Sistem
152
• Untuk Manajer FSBP
Gambar 4.34
Navigation Diagram untuk Manajer FSBP
4.8.5.2. Tampilan Layar
• Interface Login
Gambar 4.35
Interface Login
153
Pada window ini para user harus mengisi user name dan password
sebelum memasuki sistem ini. Pada window login ini secara garis besar user
dibagi menjadi 3 golongan yaitu Manager FSBP, Kepala Managemen Sistem dan
Staff FSBP. Untuk setiap golongan ada pembatasan sistem yang tidak bisa
diakses oleh golongan lain. Untuk perubahan user name dan password termasuk
golongan terdapat pada sistem window user managemen.
• Interface Menu Utama
Gambar 4.36
Interface Menu Utama
Pada window menu utama ini user dapat mengakses ke sistem window
lain tergantung golongannya yaitu seperti weekly plan data, daily actual data,
data performance ratio, user managemen, file dan help.
154
• Interface Weekly Plan Data Entry
Gambar 4.37
Interface Weekly Plan Data Entry (date)
Pada window ini terdapat fungsi untuk memasukan data rencana per
minggunya. Untuk memasukan data pertama user harus memasukan date terlebih
dahulu.
155
Gambar 4.38
Interface Weekly Plan Data Entry (work shift)
Untuk Work Shift disini ada 3 pilihan shift yaitu A(00.00 – 08.00),
B(08.00 – 16.00) dan C(16.00 – 00.00).
156
Gambar 4.39
Interface Weekly Plan Data Entry (produk type)
Untuk Produk Type disini hanya dibagi 2 yaitu food flour dan by-product.
Tetapi apabila user memilih antara food flour dan by-product maka package
type-nya akan berbeda pula seperti gambar 4.40 dan 4.41.
157
Gambar 4.40
Interface Weekly Plan Data Entry (package type – food flour)
Gambar 4.41
Interface Weekly Plan Data Entry (package type – by-product)
158
Untuk package type terbagi menjadi 3 bagian pada masing – masing
product type-nya. Untuk package type – food flour terbagi menjadi : Reguler Bags,
Jumbo Bags dan in Bulk. Sedangkan untuk package type – by-product terbagi menjadi :
Reguler Bags, Non-Regular Bags dan in Bulk.
Gambar 4.42
Interface Weekly Plan Data Entry (brand – food flour)
159
Gambar 4.43
Interface Weekly Plan Data Entry (brand – by-product)
Untuk brand disini dibagi menjadi beberapa brand sesuai dengan product
type-nya. Untuk brand – food flour pada gambar 4.42 terbagi menjadi :
Cakra Kembar Emas
Cakra Kembar
Segitiga Biru
Segitiga Hijau
Kunci Biru
Kunci Emas
Lencana Merah
Payung
BSC
Kuda Laut
E2
160
Untuk brand – by-product pada gambar 4.43 terbagi menjadi :
Industrial Flour – Anggrek
Industrial Flour – Arwana
Pollard – Angsa
Bran – Kepala Kuda
1st/2nd Break
Fine/Coarse Pollard
Fine Bran
Coarse Bran
Semolina
Pollard Transfer
Gambar 4.44
Interface Weekly Plan Data Entry (size – regular bags)
161
Gambar 4.45
Interface Weekly Plan Data Entry (size – jumbo bags)
Gambar 4.46
Interface Weekly Plan Data Entry (size – in bulk)
162
Gambar 4.47
Interface Weekly Plan Data Entry (size – non-regular bags)
Untuk size ini ditentukan berdasarkan product type dan package type-
nya. Untuk product type – food flour terbagi menjadi :
Reguler bags terdapat 2 size seperti yaitu : 25 kg dan 50 kg.
Jumbo bags terdapat 2 size juga seperti yaitu : 175 kg dan 200 kg.
Sedangkan in bulk ini harus didisi berdasarkan MT (metrik/ton).
Untuk product type – by-product terbagi menjadi :
Reguler bags terdapat 2 size seperti yaitu : 25 kg dan 50 kg.
Non-Regular bags terdapat 2 size juga seperti yaitu : 15kg, 25 kg, 40kg dan
50 kg.
Sedangkan in bulk ini harus didisi berdasarkan MT (metrik/ton).
163
Gambar 4.48
Interface Weekly Plan Data Entry (quantity)
Untuk bagian quantity ini user harus mengisi dengan berapa pack yang
diinginkan.
Setelah semua entry pada weekly plan data sudah diisi dengan benar
maka user dapat memasukan ke database dengan mengklik Add Button tetapi
apabila masih ada yang salah maka user dapat mengklik Clear Button untuk
mengulang kembali atau Cancel Button untuk kembali ke window sebelumnya.
164
Gambar 4.49
Interface Weekly Plan Data Entry (view)
Pada window ini user dapat melihat keseluruhan dari database yang sudah
dientry. User dapat melihat dengan melakukan klik first button, last button, next
button dan prev button.
Untuk mengelola dan mengedit user dapat melakukannya dengan
mengklik edit button untuk mengedit database yang sudah ada, delete button
untuk menghapus data dan newbutton untuk membuat jenis data baru. Sedangkan
exit button untuk kembali ke window menu utama.
165
• Interface Daily Actual Data Entry
Gambar 4.50
Interface Daily Actual Data Entry (new)
Pada tampilan window Daily Actual Data Entry (new) ini berfungsi
sebagai entry data yang akan dimasukan pada setiap harinya pada saat proses
produksi packing. Di window daily actual data entry ini terdapat product details
sama seperti pada window Weekly Plan Data ditambah dengan utilization details
dan reprocess yang akan dibandingkan pada rencana target data mingguannya di
dalam Data Performance Ratio apakah sudah mencapai target yang diinginkan
atau belum.
166
Untuk membatalkan entry data, user dapat mengklik clear button
sedangkan untuk membatalkan user dapat mengklik cancel button yng kemudian
akan kembali ke window view actual data entry.
Gambar 4.51
Interface Daily Actual Data Entry (view)
Pada tampilan window Daily Actual Data Entry (view) user dapat melihat
tampilan dari database yang sudah dibuat sebelumnya. Disini juga user dapat
mengetahui power consumption, manpower, operation hour, packer utilization,
bag usage, working days, torn FSP, torn textile, gagal jahit FP maupun delivery
FSP yang dikerjakan dan digunakan setiap harinya.
167
Fungsi lain dari window ini adalah sebagai alat untuk memanagemen
maupun mengedit data harian seperti terlihat pada gambar 4.52 dibawah ini;
Gambar 4.52
Interface Daily Actual Data Entry (edit)
168
• Interface Data Performance Ratio Report
Gambar 4.53
Interface Data Performance Ratio Report
Pada tampilan window Data Performance Ratio Report ini berfungsi
sebagai report atau pembanding apakah kegiatan produksi packing sudah
mencapai target yang diingikan atau belum. Disini dapat dilihat hasil atau total
keseluruhan maupun data periode mingguan yang diinginkan dari kegiatan
produksi sehari – harinya. Selain itu juga di window ini terdapat fungsi print
report yang berguna untuk laporan kepada manager FSBP.
Untuk melihat dan membandingkan performance yang ada pertama-tama
user harus memilih weekly plan entry ID atau periode mingguannya. Setelah
169
memilih ID langkah berikutnya yaitu hanya tinggal mengklik submit button dan
data performance yang diinginkan segera ditampilkan.
Data yang ditampilkan disini berupa total dari Achievement Performance,
Output Performance, Manpower Output Performance, Energy Performance,
Reprocess Performance dan Bags Usege Performance. Dengan semua data ini
user (manager FSBP) dapat menganalisa dan mengambil keputusan dengan lebih
baik dan cepat (update).
• Interface User Management
Gambar 4.54
Interface User Management
Pada tampilan window User Management ini berfungsi sebagai
managemen ID dari user yang akan menggunakan sistem ini. Disini terdapat
beberpa fungsi; yang pertama yaitu fungsi untuk membuat ID baru, yang kedua
170
yaitu fungsi untuk mengedit ID yang sudah ada. Dan fungsi yang ketiga yaitu
fungsi untuk menghapus ID yang sudah ada.
Dalam pembentukan ID ini user dapat menentukan user name dan
password yang akan dipakai dalam sistem ini. Dan juga dalam pembentukan ID
baru user harus memilih tingkat golongan itu sendiri yaitu : Manager FSBP,
Kepala Managemen Sistem dan Staff FSBP. Karena dalam golongan ini akan
menentukan batasan area yang akan dimasuki.
• Interface About
Gambar 4.55
Interface About
Pada tampilan window About ini hanya sebagai informasi untuk
memberitahu versi dari sistem dan pembuat sitem ini. Sistem ini adalah sistem
versi pertama yang dibuat oleh Mohammad Iqbal dan dikasih nama sebagai
“Bogasari Performance Management System”. Dan ada kemungkinan untuk
perkembangan versi baru apabila perusahaan membutuhkan.
171
Sistem ini merupakan sistem untuk melengkapi dan membantu divisi
FSBP dalam meningkatkan mutu dan kinerja perusahaan. Dengan adanya sistem
ini, pengambilan keputusan akan lebih efektif dan efisien dari sebelumnya yang
lebih lama dan tidak update.
4.9. Architecture Design
4.9.1. Criteria
Tabel 4.21 Tabel Prioritas Kriteria Sistem
Criteria Very
Important Important
Less Important
Irrelevant Easily
Fulfilled
Useable v
Secure v
Efficient v
Correct v
Reliable v
Maintanable v
Flexible v
Testable v
Comprehensible v
Reuseable v
Portable v
Interoperable v
172
Dalam perancangannya, sistem informasi quality control ini harus
memenuhi beberapa kriteria. Kriteria yang paling penting dan harus diperhatikan
antara lain kriteria usable, comprehensible, flexible. Namun pada perancangan
sistem ini perlu juga diperhatikan kriteria lain yang termasuk penting bagi
jalannya sistem ini yaitu efficient, reliable dan correct. Kriteria-kriteria tersebut
merupakan kriteria yang paling mempengaruhi kelancaran operasional sistem.
Kriteria lain yang juga perlu diperhatikan antara lain secure,
maintainable, dan testable. Kriteria secure dianggap penting karena mengingat
kegiatan utama dari sistem adalah untuk mengelola data produksi packing maka
tidak semua pihak dapat mengakses, karena setiap orang yang berhak mengakses
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perubahan yang dilakukannya
pada sistem.
Kriteria maintaiable juga dianggap penting karena meskipun bukan
sistem operasional yang utama, sistem ini dapat mendukung kelancaran proses
produksi packing dan aliran informasi untuk pengambilan keputusan dan
meningkatkan kualitas. Kriteria testable juga dianggap penting agar sistem dapat
berjalan sesuai fungsinya.
Kriteria reusable dan interoperable dianggap kurang penting karena
sistem ini jarang digunakan oleh sistem lain. Sedangkan kriteria portable
dianggap tidak relevan dengan sistem karena sistem telah dirancang untuk
technical platform yang telah ditentukan, dan pada proses produksi untuk
173
meningkatkan kualitas, hampir tidak ada kemungkinan pemindahan sistem ke
technical platform lain.
4.9.2. Component Diagram
Pola arsitektur yang digunakan dalam mengembangkan sistem Informasi
Quality Control ini menggunakan pola Client-Server. Client ini berupa PC, dan
seluruh proses serta data ditempatkan pada server. Model distribusi arsitektur
Client-Server yang digunakan adalah Centralized Data.
Gambar 4.56
Component Diagram
174
4.9.3. Deployment Diagram
Process architecture yang dipergunakan untuk untuk sistem quality
control adalah distributed pattern dengan model terletak pada server. Dengan
demikian, data akan konsisten karena semuanya tersimpan dalam satu tempat.
Gambar 4.57
Deployment Diagram
175
4.10. Revised Class Diagram
Gambar 4.58
Revised Class Diagram
176
4.11. Usulan Penerapan
Sistem informasi Quality Control yang telah dirancang ini belum
diimplementasikan di perusahaan. Berikut akan dibahas mengenai kebutuhan
perangkat keras, perangkat lunak, syarat dan kondisi agar sistem informasi dapat
digunakan di perusahaan.
1. Perangkat Keras
Spesifikasi minimum perangkat keras yang dibutuhkan untuk dapat
mengoperasikan sistem informasi yang telah dirancang dapat dilihat pada
tabel 4.22 di bawah ini.
Tabel 4.22 Tabel Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat Keras
Penjelasan Spesifikasi Hardware (yang
disarankan)
Server
Server ini digunakan untuk menyimpan software, sistem operasi dan database server. Semua proses pengolahan data dilakukan di server dan server dapat menangani beberapa client secara sekaligus. Server ini harus memiliki kecepatan tinggi dan storage besar.
Workstation yang digunakan cukup merupakan sebuah Desktop PC yang sudah terdapat di perusahaan, karena kebutuhan proses yang dilakukan di Client hanya untuk menjalankan aplikasi saja.
- Processor Intel® Celeron® 2.40 GHz
- Memory DDR SDRAM 356 MB
- Harddisk 20 GB - 10/100 MBPS LAN
Hub / Switch
Hub / switch ini berfungsi untuk menghubungkan seluruh jaringan yang ada.
- 8 port
177
2. Perangkat Lunak
Client hanya dibutuhkan beberapa aplikasi yang dapat mendukung
berfungsinya sistem informasi ini.
Tabel 4.23 Tabel Spesifikasi Perangkat Lunak (Software)
Sistem Spesifikasi Software
Server - Windows XP Professional SP 2 - Crystal Report 8.0 - SQL
Workstation - Windows XP Professional / Home Edition SP 2 - Microsoft Studio 2005 (VB.Net) - Crystal Report 8.0 - SQL
3. Pengguna (User)
Pengguna sistem informasi Quality Control ini adalah staff FSBP,
kepala managemen sistem dan manager FSBP. Setelah menjalankan
training, seluruh pengguna sistem diharapkan dapat menggunakan sistem
ini sesuai dengan fungsinya. Untuk maintenance, sistem ini dapat
dilakukan oleh bagian IT (Information Technology) PT ISM Bogasari
Flour Mills.
4.12. System Implementation
Sistem dan program ini belum diimplementasikan pada perusahaan.
Penulis belum dapat mengetahui seberapa besar pengaruh atau efek yang
diberikan oleh sistem ini terhadap perusahaan, tetapi apabila sistem ini
178
dijalankan, perusahaan dapat lebih efisien dalam mengolah data dan membantu
pihak manajemen dalam mengambil keputusan. Berikut adalah rencana jadwal