11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Pada bagian ini disajikan tentang gambaran umum tempat penelitian meliputi letak geografis tempat penelitian dan keadaan umum tempat penelitian. 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Kelurahan Kutowinangun terletak di wilayah Kecamatan Tingkir, Salatiga. Kelurahan ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang - Sebelah Selatan : Kelurahan Gendongan, Kecamatan Tingkir - Sebelah Barat : Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga - Sebelah Timur : Kelurahan Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kelurahan Kutowinangun memiliki luas wilayah 293,750 ha dengan rincian : tanah sawah sebesar 49,172 ha, tanah kering sebesar 225,009 ha, dan lainya sebesar 6,884 ha. Kelurahan tersebut terdiri dari 153 RT dan 14 lingkungan/RW. Adapun lingkungan/RW yang dimaksud adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Lingkungan Kelurahan Kutowinangun Lingkungan/RW Nama Lingkungan Jumlah RT RW I Kaliyoso 10 RW II Kaliyoso 14 RW III Kaliyoso 16 RW IV Pancuran 18 RW V Ngentak 16 RW VI Benoyo 15 RW VII Canden 11 RW VIII Butuh 12 RW IX Nanggulan 6 RW X Blondo Celong 5 RW XI Karang Duwet 13 RW XII Karang Duwet 4 RW XIII Karang Duwet 7 RW XIV Karang Duwet 6 Sumber : Data Potensi Kecamatan Tingkir 2013 4.1.2 Keadaan Umum Tempat Peneltian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Salatiga, dengan memilih Lingkungan Karangduwet (RW XI) dan Lingkungan Canden (RW VII). Berikut gambaran penjualan sayuran di tempat penelitian :
15
Embed
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9087/4/T1_522010004_BAB IV.pdfHASIL DAN PEMBAHASAN . 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Pada bagian ini disajikan tentang gambaran umum tempat penelitian meliputi letak
geografis tempat penelitian dan keadaan umum tempat penelitian.
4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian
Kelurahan Kutowinangun terletak di wilayah Kecamatan Tingkir, Salatiga.
Kelurahan ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang
- Sebelah Selatan : Kelurahan Gendongan, Kecamatan Tingkir
- Sebelah Barat : Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga
- Sebelah Timur : Kelurahan Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir
Kelurahan Kutowinangun memiliki luas wilayah 293,750 ha dengan rincian : tanah
sawah sebesar 49,172 ha, tanah kering sebesar 225,009 ha, dan lainya sebesar 6,884
ha. Kelurahan tersebut terdiri dari 153 RT dan 14 lingkungan/RW. Adapun
lingkungan/RW yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Lingkungan Kelurahan Kutowinangun
Lingkungan/RW Nama Lingkungan Jumlah RT
RW I Kaliyoso 10
RW II Kaliyoso 14
RW III Kaliyoso 16
RW IV Pancuran 18
RW V Ngentak 16
RW VI Benoyo 15
RW VII Canden 11
RW VIII Butuh 12
RW IX Nanggulan 6
RW X Blondo Celong 5
RW XI Karang Duwet 13
RW XII Karang Duwet 4
RW XIII Karang Duwet 7
RW XIV Karang Duwet 6
Sumber : Data Potensi Kecamatan Tingkir 2013
4.1.2 Keadaan Umum Tempat Peneltian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir,
Salatiga, dengan memilih Lingkungan Karangduwet (RW XI) dan Lingkungan Canden
(RW VII). Berikut gambaran penjualan sayuran di tempat penelitian :
12
1. KPTT (Kursus Pertanian Taman Tani) di Lingkungan Karangduwet
KPTT memiliki kebun budidaya yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu kebun
atas dan kebun bawah. Kebun atas untuk budidaya sayuran, jamur, tanaman
hias, pembibitan dan beberapa hewan ternak. Sedangkan kebun bawah untuk
budidaya sayuran. KPTT mempunyai sebuah tempat penjualan produk yang
buka pada hari Senin sampai dengan hari Sabtu mulai dari jam 08.00-15.00
untuk memasarkan produk hasil pertaniannya, seperti : susu, telur (ayam dan
itik), jamur, buah-buahan (pepaya, pisang, salak, alpukat), dan sayuran organik.
Harga sayuran organik ditawarkan sesuai dengan usahatani yang dilakukan,
dan relatif lebih mahal daripada sayuran nonorganik. Jika terdapat siswa
magang (PKL), mereka membantu dalam penjualan sayuran organik dengan
cara berkeliling di rumah penduduk.
2. Warung Sayuran Nonorganik di Lingkungan Karangduwet dan Canden
Sayuran nonorganik yang dipasarkan bukan dari hasil budidaya sendiri,
melainkan dibeli dari pasar pagi (Jendral Sudirman) dan Pasar Blauran. Harga
sayuran nonorganik di kedua warung tersebut lebih murah daripada sayuran
organik. Warung sayuran nonorganik di Lingkungan Karangduwet dan Canden
buka setiap hari mulai dari sekitar jam 06.00-17.00. Selain memasarkan
sayuran nonorganik, kedua warung tersebut juga menjual bahan pangan yang
lain seperti : tahu, tempe, pindang, bandeng, dan lain-lain.
4.2 Gambaran Umum Sampel Konsumen
Jumlah sampel konsumen yang diambil sebanyak 35 sampel memutuskan untuk
membeli sayuran organik, dan 35 sampel memutuskan untuk membeli sayuran
nonorganik. Berikut gambaran pembelian sayuran yang dilakukan oleh konsumen :
1. Membeli Sayuran Organik
Di Kelurahan Kutowinangun terdapat KPTT yang telah dipercaya konsumen
dengan produk sayuran organik. Pada umumnya, konsumen sayuran organik
memiliki motivasi pembelian yang tinggi terhadap sayuran organik, meskipun
memang belum bisa secara berkala (kontinyu) untuk membeli dan
mengkonsumsinya. Untuk mendapatkan sayuran organik, konsumen yang telah
menjadi pelanggan di KPTT dapat menghubungi karyawan KPTT yang
bertugas di tempat penjualan produk untuk memesan sayuran yang tersedia,
13
yang kemudian konsumen tersebut datang untuk mengambil pesanan. Beberapa
konsumen ada yang menggunakan kendaraan pribadi, adapula yang berjalan
kaki mengingat jarak tempuhnya yang dekat. Jika sayuran yang mereka cari
tidak tersedia, mereka memiliki alternatif membeli sayuran organik di tempat
lain seperti di Trukajaya dan supermarket.
2. Membeli Sayuran Nonorganik
Konsumen sayuran nonorganik cenderung memiliki pendapat bahwa sayuran,
baik yang organik maupun nonorganik merupakan salah satu bahan pangan
yang harus dikonsumsi setiap harinya. Mereka lebih memilih kemudahan
dalam mendapatkan sayuran, dengan harga yang lebih murah. Konsumen
cenderung berjalan kaki untuk membeli sayuran nonorganik di tempat
langganan mereka (warung Karangduwet dan Canden), beberapa ada yang
menggunakan kendaraan pribadi. Jika sayuran yang mereka cari tidak tersedia,
mereka memiliki alternatif membeli sayuran dari pedagang sayuran keliling
dan pergi ke pasar.
Sedangkan berikut ini merupakan gambaran umum sampel konsumen yang
mengarah pada hasil penarikan sampel meliputi usia, jumlah pendapatan keluarga per
bulan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan formal, intensitas berhubungan
dengan kelompok acuan dan motivasi pembelian.
4.2.1 Usia
Usia responden yang dimaksud dalam hal ini adalah usia pada saat penelitian
ini dilakukan. Usia responden tersebar dalam berbagai golongan, yaitu antara 21
sampai 71 tahun. Distribusi responden menurut usia dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Usia
Kelompok Usia
(tahun)
Responden Keputusan Pembelian
Jumlah
(orang) (%)
Sayuran
Nonorganik (%)
Sayuran
Organik (%)
≤ 25 3 4,28 3 8,57 0 0
26 – 35 15 21,43 6 17,14 9 25,71
36 – 45 22 31,43 10 28,57 12 34,29
46 – 55 21 30,00 11 31,43 10 28,57
56 – 65 8 11,43 5 14,29 3 8,57
> 65 1 1,43 0 0 1 2,86
Jumlah 70 100 35 100 35 100
Sumber : Analisis Data Primer 2014
14
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak pertama
terdapat pada kelompok usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 22 orang (31,43%), dan
jumlah responden terbanyak kedua terdapat pada kelompok usia 46-55 tahun yaitu
sebanyak 21 orang (30,00%), dengan perbedaan jumlah yang tidak terlalu jauh.
Responden yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik penyebarannya
merata mulai dari golongan usia ≤ 25 tahun sampai golongan usia 56-65 tahun, dan
tidak ada responden yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik pada
golongan usia > 65 tahun. Sebaliknya, responden yang memutuskan untuk membeli
sayuran organik penyebarannya merata mulai dari golongan usia 26-35 tahun sampai
> 65 tahun, dan tidak ada responden yang memutuskan untuk membeli sayuran
organik pada golongan usia ≤ 25 tahun.
4.2.2 Jumlah Pendapatan Keluarga per bulan
Jumlah pendapatan keluarga (rumah tangga) per bulan sampel sangat
bervariasi, mulai dari Rp 500.000,- sampai dengan yang tertinggi adalah Rp
6.500.000,- per bulan. Distribusi sampel menurut jumlah pendapatan keluarga per
bulan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Menurut Jumlah Pendapatan Keluarga per bulan