Universitas Indonesia 32 BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan spesifikasi material yang akan digunakan dalam penelitian. Material yang akan diuji adalah agregat halus dan agregat kasar dengan berbagai jenis pengujian. Berikut merupakan pengujian yang dilakukan terhadap material: 4.1.1. Agregat Halus 4.1.1.1. Pengujian Berat Jenis dan Absorpsi Tujuan pengujian berat jenis dan absorpsi adalah untuk menentukan bulk dan apparent specific grafity dan absorpsi dari agregat halus menurut ASTM C 128, guna menentukan volume agregat dalam beton. Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar ASTM C 128 – 93. Hasil rata-rata yang diperoleh dari tiga sampel dalam pengujian ini adalah: ¾ Rata-rata Bulk Specific Gravity : 2.57 ¾ Rata-rata Bulk Specific Gravity (Saturated Surface Dry) : 2.59 ¾ Rata-rata Apparent Specific Gravity : 2.61 ¾ Rata-rata Absorption (%) : 0.6 Semakin besar kemampuan agregat halus menyerap kandungan air akan mengurangi nilai kekuatan beton. Nilai absorpsi agregat halus yang diperoleh dari hasil pengujian ini adalah 0,6%. Hasil tersebut telah memenuhi standar ASTM C 128 dimana nilai absorpsi yang baik adalah dibawah 2%. 4.1.1.2. Pengujian Analisa Ayak (Sieve Analysis) Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat ini diketahui dengan melakukan penyaringan terhadap agregat kemudian akan diperoleh berat agregat Perilaku kuat tekan..., Roy Immanuel, FT UI, 2008
24
Embed
BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIALlib.ui.ac.id/file?file=digital/123070-R010873-Perilaku... · Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Universitas Indonesia 32
BAB 4 HASIL DAN ANALISA
4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL
Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan
berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik dan spesifikasi material yang akan
digunakan dalam penelitian. Material yang akan diuji adalah agregat halus dan
agregat kasar dengan berbagai jenis pengujian. Berikut merupakan pengujian yang
dilakukan terhadap material:
4.1.1. Agregat Halus
4.1.1.1. Pengujian Berat Jenis dan Absorpsi
Tujuan pengujian berat jenis dan absorpsi adalah untuk menentukan bulk
dan apparent specific grafity dan absorpsi dari agregat halus menurut ASTM C
128, guna menentukan volume agregat dalam beton. Pengujian ini dilakukan
berdasarkan standar ASTM C 128 – 93. Hasil rata-rata yang diperoleh dari tiga
sampel dalam pengujian ini adalah:
Rata-rata Bulk Specific Gravity : 2.57
Rata-rata Bulk Specific Gravity (Saturated Surface Dry) : 2.59
Rata-rata Apparent Specific Gravity : 2.61
Rata-rata Absorption (%) : 0.6
Semakin besar kemampuan agregat halus menyerap kandungan air akan
mengurangi nilai kekuatan beton. Nilai absorpsi agregat halus yang diperoleh dari
hasil pengujian ini adalah 0,6%. Hasil tersebut telah memenuhi standar ASTM C
128 dimana nilai absorpsi yang baik adalah dibawah 2%.
4.1.1.2. Pengujian Analisa Ayak (Sieve Analysis)
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat ini diketahui dengan
melakukan penyaringan terhadap agregat kemudian akan diperoleh berat agregat
Perilaku kuat tekan..., Roy Immanuel, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
33
yang tertahan dalam setiap saringan. Dari berat tersebut dapat dibuat grafik
gradasi agregat dengan menghitung persen agregat yang tertahan pada setiap
nomor saringan. Selain itu juga akan diperoleh nilai modulus kehalusan agregat. Tabel 4.1 Hasil Sieve Analysis Agregat Halus
Gambar 4.1 Perbandingan analisa saringan % tertahan antara agregat halus dan standar SNI
03-2834-1992
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa bahwa agregat halus yang digunakan
berada dalam kriteria gradasi agregat halus pada zone II menurut SNI 03-2834-
1992. Nilai fine modulus yang diperoleh adalah 2,258 dimana nilai ini masih
0
20
40
60
80
100
0 No.4 No.8 No16 No.30 No.50 No.100 No.200
Pers
enta
se T
erta
han
Kum
ulat
if (%
)
Ukuran Saringan
Gradasi Agregat Halus
Grading agregat halusBatas bawah grading SNI 03‐2834‐1992Batas atas grading SNI 03‐2834‐1992
memenuhi nilai fine modulus yang baik berdasarkan ASTM 33 - 78 yaitu berkisar
antara 2,2 sampai 3,1.
4.1.1.3. Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No.200
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan jumlah bahan yang
terdapat dalam agregat lewat saringan No.200 dengan cara pencucian.
Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No.200 dilaksanakan sesuai dengan standar
ASTM C 117 - 04. Besar persentase bahan lewat saringan No.200 yang diperoleh
adalah 4,6%. Jumlah persentase ini memenuhi besar kandungan material halus
yang diizinkan untuk agregat halus berdasarkan ASTM C 117 yaitu berkisar 0.2 –
6 %. Kandungan lumpur yang berlebih dalam pasir tidak dianjurkan karena
sifatnya yang tidak dapat bereaksi dengan semen-air sehingga akan melemahkan
ikatan yang terjadi dan akan mengurangi kekuatan beton.
4.1.2. Agregat Kasar
4.1.2.1. Gradasi Agregat Kasar
Untuk memperoleh kondisi poros pada beton, maka jenis agregat kasar yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki ukuran yang homogen. Agregat tersebut
diperoleh dengan melakukan penyaringan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
Adapun jenis ukuran agregat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Agregat ukuran No.4 : Agregat lolos dari saringan 3/8” dan tertahan
saringan N0.4
2. Agregat ukuran 3/8” : Agregat lolos dari saringan 1/2” dan tertahan
saringan 3/8”
3. Agregat ukuran 1/2” : Agregat lolos dari saringan 3/4” dan tertahan
saringan 1/2”
4. Agregat ukuran 3/4” : Agregat lolos dari saringan 1” dan tertahan
saringan 3/4”
Perilaku kuat tekan..., Roy Immanuel, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
35
Gambar 4.2 Gradasi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian
4.1.2.2. Pengujian Berat Jenis dan Absorpsi
Tujuan penelitian ini untuk menentukan bulk , apparent specific gravity dan
absorpsi dari agregat kasar menurut ASTM C 127. Pengujian ini dilakukan
berdasarkan standar ASTM C 127- 88. Hasil rata-rata yang diperoleh dari tiga
sampel dalam pengujian ini adalah:
Rata-rata Bulk Specific Gravity : 2,51
Rata-rata Bulk Specific Gravity (Saturated Surface Dry) : 2,60
Rata-rata Apparent Specific Gravity : 2,77
Rata-rata Absorption (%) : 3,62
Nilai absorpsi yang diperoleh dari pengujian adalah 3,62 %. Nilai ini berada
di bawah nilai absorpsi agregat kasar maksimum berdasarkan ASTM C 127 yaitu
sebesar 4%.
4.1.2.3. Pengujian Keausan dengan Mesin Los Angeles
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Los Angeles. Pengujian ini
dilakukan berdasarkan standar ASTM C 131 - 89. Keausan agregat tersebut
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No.12
terhadap berat semula, dalam persen.
0
20
40
60
80
100
1" 3/4" 1/2" 3/8" No.4Pers
enta
se T
erta
han
Kum
ulat
if (%
)
Ukuran Saringan
Gradasi Agregat Kasar
Agregat 3/4"
Agregat 1/2"
Agregat 3/8"
Agregat No.4
Perilaku kuat tekan..., Roy Immanuel, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
36
Ketahanan agregat kasar terhadap keausan sangat penting diketahui
khususnya untuk struktur yang akan digunakan sebagai lantai kerja seperti
pavement, lantai gudang, lantai workshop alat-alat berat. Untuk itu dibutuhkan
beton tidak hanya kuat tetapi juga tidak cepat aus akibat abrasi atau gesekan
antara beton dengan benda di atasnya.
Besar persentase keausan agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 19,08%. Nilai ini masih memenuhi untuk standar yang ditentukan dalam
ASTM C 131 dan C 535 yaitu sebesar 15 – 50 %.
4.2. ANALISA CAMPURAN BETON
Dalam membuat pervious concrete perlu ditentukan komposisi yang tepat
dan batasan-batasan untuk menciptakan porositas dalam beton. Sebelum membuat
benda uji, pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan trial mix yang bertujuan
untuk menentukan komposisi yang tepat.
Komposisi yang akan digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan
komposisi yang telah ditentukan dalam metodologi penelitian. Namun hal yang
berubah setelah melakukan trial mix adalah adanya perubahan komposisi air. Dari
hasil percobaan, komposisi W/C sebesar 0,25% masih terlalau kecil dimana
keadaan campuran masih terlalu kering dan tidak dapat memberi ikatan pada
beton. Besar komposisi air yang digunakan untuk dapat memberi ikatan pada
pervious concrete adalah sebesar 0,4 %, dimana harus diperhatikan bahwa besar
slump untuk membuat pervious concrete adalah nol.
Pada saat trial mix dibuat dua jenis pervious concrete dengan komposisi
yang sama namun dengan metode yang berbeda. Pada metode pertama,
pemadatan beton dilakukan dengan penusukan 25 kali pada setiap 1/3 bagian
dengan menggunakan tongkat. Sedangkan pada metode kedua, pemadatan
dilakukan dengan compaction. Pemadatan dengan compaction juga dilakukan
dengan penumbukan sebanyak 25 kali pada setiap 1/3 bagian dengan
menggunakan alat compaction. Komposisi yang digunakan dalam trial mix ini
adalah campuran dengan C/Ag 20% dan ukuran agregat 3/8”. Hasil pengujian
kuat tekan 7 hari yang diperoleh dari hasil pembuatan pervious concrete dengan
kedua metode tersebut adalah:
Perilaku kuat tekan..., Roy Immanuel, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
37
Tabel 4.2 Perbandingan kuat tekan dengan compaction dan tanpa compaction
Dengan Compaction Tanpa Compaction Berat P fc' fc' rata rata Berat P fc' fc' rata rata (kg) (kg) (MPa) (MPa) (kg) (kg) (MPa) (MPa) 9744 20750 11,74 9324 7500 4,27 9476 21250 12,03 10,69 9575 9250 5,19 4,72 9573 14500 8,21 9432 8250 4,72
Dari hasil pengujian kuat tekan diatas dapat dilihat perbedaan kuat tekan yang
signifikan antara pervious concrete dengan compaction yaitu sebsesar 10,69 MPa
dibandingkan dengan pervious concrete tanpa compaction 4,72 MPa. Hal ini
diakibatkan oleh tingkat kepadatan beton dengan compaction akan sangat berbeda
dengan beton tanpa compaction.
Dalam pembuatan pervious concrete harus diperhatikan bahwa slump yang
digunakan adalah slump nol. Hal ini akan dibutuhkan untuk menciptakan
porositas di dalam beton. Besar slump suatu beton sangat dipengaruhi oleh
kandungan air. Oleh karena itu dalam pembuatan pervious concrete harus sangat
diperhatikan komposisi air yang digunakan. Semakin banyak jumlah air maka
beton akan semakin encer, dimana tingkat porositasnya akan berkurang.
Gambar 4.3 Pengujian Slump
Kecilnya slump pada pervious concrete akan menurunkan sifat workability pada
beton ini, dimana pada pengerjannya beton ini lebih susah dikerjakan dari
campuran beton biasa.
Pada pervious concrete dengan compaction, pemadatan untuk benda uji
silinder yaitu untuk pengujian tekan, pemadatan dilakukan sebanyak 25 kali setiap
Perilaku kuat tekan..., Roy Immanuel, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
38
1/3 lapisan benda uji. Sedangkan untuk balok lentur, pemadatan dilakukan 75 kali
untuk setiap 1/3 lapisan benda uji.
4.3. HASIL DAN ANALISA UJI TEKAN BETON
Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton
(compressive strength) berbentuk silinder atau kubus yang dibuat dan dirawat
(curing) di laboratorium. Adapun pengujian kuat tekan pada penelitian ini
dilakukan setelah beton berumur 7 hari dan 28 hari. Sebelum dilakukan pengujian,
beton yang telah dibuat harus di-curing yaitu dengan merendam beton didalam air.
Benda uji yang digunakan dalam pengujian kuat tekan ini ditekan dengan
menggunakan alat tekan hidrolik sehingga akan diperoleh besar beban yang
dibutuhkan untuk mengakibatkan benda uji hancur dan tidak dapat menahan
beban lagi. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengujian adalah
permukaan beton harus rata sehingga gaya yang diberikan dapat terdistribusi
sempurna ke seluruh permukaan beton. Oleh karena itu, benda uji harus terlebih
dahulu di-capping yang berarti permukaan benda uji dilapisi dengan belerang.
Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh dari pengujian kuat tekan :