Page 1
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
1
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Jenis Limbah Cair
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah
didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia.
Berdasarkan PP 82 thn 2001, limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau
kegiatan yang berwujud cair. Definisi limbah cair menurut Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat 1 Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat yaitu limbah dalam wujud cair
yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat
menurunkan kualitas lingkungan. Jenis-jenis limbah cair digolongkan sebagai berikut:
a. Fisika dan Sifat Agregat, Keasaman (Metoda Titrimetrik)
b. Parameter Logam, Arsenik (As) Metoda SSA
c. Anorganik non Metalik, Amonia (NH3-N) Metoda Biru Indofenol
d. Organik Agregat, Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme, E Coli Metoda MPN
f. Khusus, Asam Borat (H3 BO3) Metoda Titrimetrik
g. Air Laut, Tembaga (Cu) Metoda SPR-IDA-SSA.
3.2 Limbah Cair Industri Minyak dan Gas
Limbah cair di Industri Minyak dan Gas adalah semua larutan atau air limbah
yang berasal dari aktivitas kilang minyak yang mengandung unsur pengotor seperti
crude oil, proses pada treating unit, cracking unit, penggunaan bahan-bahan kimia dan
kegiatan rumah tangga (perkantoran). Limbah cair ini harus diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke badan air karena bila tidak terjadi pengolahan, limbah tersebut
dapat menurunkan kualitas lingkungan. Kilang minyak PT. PERTAMINA RU VI
Balongan memiliki sistem pengolahan untuk limbah cair tersebut. Klasifikasi limbah
cair pada kilang RU VI Balongan adalah sebagai berikut :
1. Closed Drain
2. Oil Drain
3. Oil Contaminated Water
4. Clean Water A
5. Clean Water B
Page 2
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
2
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
6. Chemical Water
7. Sanitary Water
8. Process Efluen Water
Limbah cair kilang RU VI Balongan berasal dari area proses, area utilities, dan
area tangki.
3.2.2 Sistem Pembuangan Air Limbah
Aliran air buangan berasal dari area proses, utilities, area tanki dan buangan
dari perkantoran atau gedung. Pada semua area tersebut terdapat sistem sewer (pipa
saluran air buangan) yang masing-masing salurannya dibedakan menurut kandungan
kontaminan pada fluida yang dialirkan. Sistem air buangan/sewer kilang dapat
diklasifikasikan menjadi tujuh macam jenis yaitu :
Sewer air yang tidak mengandung minyak (Non Oily Water Sewer)
Sistem sewer ini digunakan untuk mengumpulkan aliran air dari area yang
diharapkan tidak mengandung minyak. Sumber air yang menuju ke sewer ini
meliputi air hujan dari jalan-jalan kilang, atap bangunan, area sekitar
bangunan, area yang tidak diaspal, area luar tanggul, tempat parkir, dll. Air
yang masuk ke sewer ini merupakan air bersih (clean water) yang disalurkan
melalui saluran terbuka (open ditch) dan selanjutnya dibuang langsung ke
luar kilang (laut atau sungai) tanpa memerlukan pengolahan terlebih dahulu
karena sudah memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
Sewer air yang tidak mengandung minyak tetapi adakalanya berminyak
(Accidentaly Oily Water)
Sistem sewer ini digunakan untuk mengumpulkan air hujan dan air untuk
pemadam kebakaran dari area dimana area tersebut telah tercampur dengan
minyak .Walupun hal ini lazimnya tidak dikehendaki kecuali dalam keadaan
darurat. Sewer ini merupakan kumpulan dari fasilitas yang tidak mengandung
minyak seperti area yang tidak beraspal di utilities, Cooling Tower Blow
Down, demineralizer, tanggul area tangki. Air yang dialirkan ke sewer ini
merupakan non oily water dan dapat dibuang langsung ke open sewer namun
pada saat tertentu jika terjadi emergency atau bocoran, dapat mengakibatkan
terbawanya minyak dan penanganannya masuk dalam katagori oily water.
Page 3
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
3
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
Sewer yang mengandung minyak (Oily Storm Water Sewer)
Oily storm water sewer menampung air hujan dan air pemadam kebakaran
dari area yang kemungkinan besar terkontaminasi minyak. Sumber air ini
berasal dari area proses, sebagian dari utilities, area pompa off side, dan area
dalam tanggul tangki pada saat terjadi kontaminasi minyak. Air hujan dari
area proses dan pertangkian dikumpulkan terlebih dahulu melalui
underground sewer menuju oil sump yang ada di setiap unit proses.
Kemudian dipompakan secara otomatis ke fasilitas IPAL atau disebut juga
waste water treatment. Pompa yang dipasang di setiap oil sump kapasitasnya
disesuaikan dengan luas area setempat dan curah hujan tertinggi. Potensi
polutan utama di sistem ini adalah minyak, namun tidak menutup
kemungkinan adanya polutan lain seperti amoniak dan phenol. Aktifitas yang
berpotensi menimbulkan pencemaran tersebut antara lain dari bocoran,
aktvitas cleaning area, tumpahan sample, aktfitas maintenance aktifitas drain
vessel, atau tangki, dll. Untuk itu diperlukan kedisiplinan dari para pekerja
baik operator maupun tenaga maintenance untuk selalu menjaga agar hal
tersebut tidak terjadi dan menyalurkannya pada saluran yang telah disediakan,
khusus untuk oil drain minyak yang terkandung dalam oily water sebagian
akan tertahan di oil sump dan sebagian lagi akan terikut bersama aliran air ke
EWT untuk pemisahan lanjut melalui CPI dan floatation unit sebelum
dibuang ke lingkungan.
Process Efluen Water
Sistem saluran ini untuk mengumpulkan air yang mengandung minyak dan
polutan lainnya antara lain amoniak, phenol, BOD , COD, sulfur, Suspended
solid atau logam. Untuk di kilang RU-VI ini sumber buangan air proses
berasal dari Desalter Efluen water (DEW) dan Sour water dari unit CDU,
Hydrotreating unit GO/LCO, ARHDM, dan RCC. Sour water sebelum di
buang ke unit pengolahan limbah (Efluen Water Treatment Plant ) dikurangi
dulu kandungan sulfur dan amonianya di unit SWS.
Ballast Water
Ballast water merupakan air yang berasal dari kapal pengangkut crude atau
produk, yang mengandung minyak sehingga harus dipisahkan terlebih dahulu
kandungan minyaknya sebelum dibuang ke lingkungan. Di Kilang RU VI ini
Page 4
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
4
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
pemisahan minyak berlangsung di unit API separator bersama air (oily water)
yang berasal dari area tanggul tangki off side sebelum di olah di EWT.
Sanitary Water Sewer
Sanitary water sewer berasal dari buangan toilet field office, control room,
administration building, LPG truck loading, rest area dan shelter operator, dll.
Sanitary waterharus diolah di EWTP sebelum di buang ke lingkungan.
Slop Oil
Buangan minyak berupa sample, minyak off spec dan minyak hasil recovery,
dikembalikan ke tangki untuk diolah kembali. Minyak ini dikategorikan
sebagai slop oil. Ada dua jenis sloop yaitu heavy sloop dan light sloop. Air
yang terbawa dalam sloop yang terakumulasi didasar tangki harus
dikeluarkan secara periodic. Air tersebut merupak oily water yang harus
diolah kembali sebelum dibuang ke laut.
3.3 Parameter Pengujian Limbah Cair
Dalam limbah cair terkandung berbagai macam zat/materi padat, cair, gas,
bahkan mikroorganisme patogen yang berbahaya. Karakteristik limbah cair sangat
bervariasi tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Untuk meminimisasi kandungan
zat/materi berbahaya, limbah cair pada kilang RU VI Balongan diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang menuju badan air. Pada unit-unit proses pengolahan limbah cair
terdapat beberapa parameter fisik, kimia, dan biologis. Parameter fisik terdiri dari
temperatur, warna, bau, pH, dan padatan tersuspensi. Parameter kimia terdiri dari
kandungan BOD, COD, DO, dll. Parameter tersebut yang nantinya akan menentukan
kualitas limbah cair yang telah diolah telah sesuai dengan baku mutu atau tidak.
Berikut ini adalah parameter pada limbah cair :
1. Temperatur
Temperatur pada air limbah cenderung lebih tinggi daripada air normal, hal ini
dikarenakan ada tambahan panas pada buangan industri yang mengakibatkan air
limbah lebih tinggi temperaturnya. Temperatur sangat berpengaruh pada kehidupan
akuatik dan reaksi yang terjadi, oksigen lebih mudah larut pada air yang hangat
daripada air yang dingin. Temperatur optimum untuk aktivitas bakteri adalah sekitar
25 – 35̊ C.
2. pH
Page 5
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
5
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
Konsentrasi ion hidrogen adalah parameter kualitas yang penting baik di air
bersih maupun di limbah cair. pH biasa didefinisikan sebagai log negatif dari
konsentrasi ion hidrogen.
pH=-log10[H+]
pH yang baik bagi air adalah 7-8,5. Semakin kecil pH, akan menyebabkan air menjadi
asam, padahal proses nitrifikasi terjadi pada pH normal. Sebagian besar organisme
akuatik sensitif terhadap perubahan pH pada air.
3. BOD 5 ( Biological Oxygen Demand )
Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisa empiris yang mencoba
mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di
dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian
zat-zat organik tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menstabilkan senyawa organik
secara biolohi, menentukan ukuran unit pengolahan, dan menentukan baku mutu air
buangan. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, jika konsumsi oksigen
tinggi akan ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, hal ini
menunjukkan bahwa kandungan bahan buangan yang tinggi membutuhkan oksigen
yang tinggi juga. Bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses
oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan
menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut.
4. Sulfida sebagai H2S
Adanya gas ini di dalam air limbah mengidikasikan dekomposisi secara
anaerobic. Adanya gas ini dalam jumlah yang besar dapat membuat korosi pada pipa
dan menghasilkan bau di bangunan pengolahan limbah. Efek dari korosi dapat
merusak mesin atau pompa.
5. NH3 sebagai NH3- N
Nitrogen N dapat ditemui hampir di setiap badan air dalam bermacam-macam
bentuk. Bentuk unsur tersebut tergantung dari tingkat oksidasinya , antara lain sebagai
berikut:
-3 0 +3 +5
NH3→N2 →NO2- →NO3
-
Biasanya senyawa-senyawa nitrogen tersebut adalah senyawa terlarut.
Page 6
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
6
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
Nitrogen netral berada sebagai gas N2 yang merupakan hasil suatu reaksi yang sulit
untuk bereaksi lagi, N2 lenyap dari larutan sebagai gelembung gas, kadar
kejenuhannya agak rendah. Namun gas N2 juga dapat diserap oleh air dari udara dan
digunakan oleh ganggang dan beberapa bakteri untuk pertumbuannya. Biasanya
pengetahuan mengenai kadar N2 yang terlarut tidak begitu penting. Amoniak NH3 ,
merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah dan disebut
ammonium ; Amoniak sendiri berada dalam keadaan tereduksi ( -3). Amoniak dalam
air permukaan berasal dari air seni dan tinja; juga dari oksidasi zat organis ( Ha
ObCcNd) secara mikrbiologis yang berasal dari air alam atau ar buangan industri dan
pendudukan , sesuai reaksi sebagai berikut :
HaObCcNd + ( c + a – b – 3 d ) O2 → c CO2 + ( a – 3 d ) H2O + d NH3 (1)
4 2 4 2 2
Zat organis bakteri
Pada air buangan NH3 dapat diolah secara mikrobiologis melalui proses nitrifikasi
hingga menjadi nitrit NO2- dan nitrat NO
-3. Nitrat dan Nitrit merupakan bentuk
Nitrogen yang teroksidasi dengan tingkat oksidasi masing-masing +3 dan +5. Nitrit
sendiri membahayakan kesehatan karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam
darah , hingga darah tersebut tidak dapat mengangkut oksigen lagi. Di samping ini,
NO2 juga menimbulkan nitrosamine ( R R’ N – NO ) pada air baungan yang tertentu,
nitrosamine tersebut dapat menyebabkan kanker. Nitrat NO3- adalah bentuk senyawa
nitrogen yang merupakan sebuah senyawa stabil. Nitrat merupakan unsure penting
untuk sintesa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan teteapi nitrat pada
konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas
(bila beberapa syarat lain seperti konsentrasi fosfat dipenuhi) sehingga air kekurangan
oksigen terlarut yang menyebabkan kematian ikan. Kadar nitrat secara alamiah
biasanya agak rndah namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah
didaerah-daerah yang diberi pupuk yang mengandung nitrat. Kadar nitrat tidak boleh
melebihi 10 mg NO3 /l ( di Indonesia dan Amerika Serikat ) atau 50 ( MEE ) mg NO3
/l. Did ala usus manusia nitrat direduksi menjadi nitrit yang dapat menyebabkan
matamoglobinemi, terutama pada bayi. Selain dari senyawa-senyawa tersebut di atas,
N juga dikandung oleh bermacam-macam senyawa organic seperti protein, sisa
tanaman, air limbah industri dan sebagainya. Selama proses penguraian mikrobiologis
Page 7
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
7
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
baik secara alamiah di dalam air sungai maupun secara diatur pada system
pengolahana air buangan, zat organic tersebut melepaskan nitrogen sebagai amoniak
atau senyawa yang lebih rumit amoniak ( yaitu amin R-NH2, RR’-NH dan sebagainya
). Jumlah nitrogen yang terkait dalam senyawa organis ini juga harus ditentukan yaitu
dengan penguraian senyawa terlarut tersebut pada suhu tinggi dan dalam suasana asam
dan disebut proses peleburan (digesti). Nitrogen organik tersebut diuraikan menjadi
amoniak yang dapat ditentukan dengan analisa amoniak. Hanya beberapa senyawa
organis yang mengandung nitrogen dalam keadaan teroksidasi, tidak dapat dianalisa
melalui penguraian tersebut. Konsentrasi dapat dinyatakan sebagai mg senyawa
nitrogen atau sebagai mg N yang dikandung senyawa, sebagai contoh 1 mg NH3 / l
(yaitu suatu senyawa nitrogen NH3) adalah sama dengan 0,82 mg NH3 – N / l (yaitu
mg N yang dikandung NH3). (Sri Sumestri, 1984).
6. Fenol Total
Fenol amat toksik dalam lingkungan baik bagi lingkungan manusia maupun
binatang. Fenol adalah cairan yang tidak berwarna dan memiliki bau yang tajam. Jika
masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan rasa nyeri, diare berdarah, muka pucat,
keringat dingin, lesu, sakit kepala, suhu tubuh turun, serangan jantung, bahkan
kematian. Netralisasi dapat dilakukan dengan larutan soda. Sisa-sisa pakai atau limbah
fenol dapat dikubur di tempat yang aman atau dapat pula dimusnahkan dengan
membakar dalam incenerator ( suhu pembakaran lebih dari 10000C ). Kontaminasi
fenol yang masuk ke dalam air baku akibat proses klorinasi dapat berubah menjadi
senyawa-senyawa klorofenol yang berbahaya. Fenol dalam air limbah dapat dioksidasi
dengan ozon atau dapat didegradasi dengan senyawa khusus.
7. COD ( Chemical Oxigen Demand )
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 L sampel air,
dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara
alami dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD,
namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan. Dalam
tabel berikut tercantum perbandingan angka tersebut untuk beberapa jenis air.Angka
perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya, misalnya untuk air buangan
Page 8
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
8
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
penduduk (domestik) < 0,20, menunjukkan adanya zat-zat yang bersifat racun bagi
mikroorganisme.
8. Minyak dan Lemak
Minyak yang terdapat pada limbah cair merupakan minyak petroleum, minyak
mineral, kerosene, coaltar, road oil mempunyai struktur kimia hanya karbon dan
Hidrogen sehingga dapat mengakibatkan efek menutupi permukaan air.Minyak
merupakan senyawa volatile.Oleh karena itu, minyak akan mudah menguap.Namun,
sisa minyak yang tidak menguap akan mengalami emulsifikasi yang mengakibatkan
air dan minyak dapat bercampur ( Kristanto, 2002 ).Ada 2 macam yang dapat terjadi
antara minyak dengan air, yaitu :
a. Emulsi minyak dalam air terjadi bila droplet-droplet minyak terdispersi didalam
air dan distabilkan dengan interaksi kimia dimana air menutupi permukaan
droplet-droplet tersebut.
b. Emulsi air dalam minyak terjadi bila droplet-droplet air tertutup oleh lapisan
minyak.
Dapat dilihat pada tabel dibawah kandungan hasil pengolahan migas,
parameter pencemar dan dampaknya
Tabel 3.1 Kandungan Parameter Pencemar dalam Limbah Cair Migas
Parameter Pencemar Sumber-sumber
BOD
COD
Minyak
Air proses bekas
Buangan cooling water (jika HC bocor ke dalam
sistem air pendinginan)
Air ballast
Air drainase dan larian dari area tangki
Padatan tersuspensi
total
Air proses bekas
Buangan cooling water
Air ballast
Air drainase dan larian dari area tangki
Senyawa phenolic Air proses bekas (khususnya dari unit perengkahan
fluida secara katalitik)
Page 9
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
9
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
Logam berat
Air proses bekas
Air buangan sarana pertangkian
Buangan cooling water (jika digunakan bahan
kimia jenis kromat untuk pengolahan air
pendinginan.
Tabel 3.2 Dampak Bahan Pencemar Minyak terhadap Organisme Air
Organisme Dampak Terhadap Organisme
Pada tumpahan Di sekitar tumpahan
Zooplankton Mati Peningkatan kematian
Bentos Kesulitan bernafas Komunitas bentos mengalami
perubahan
Moluska Kesulitan bernafas Kerang menjadi steril
Hidrokarbon tersimpan dalam otot
Ikan Telur ikan menetas
sebelum waktunya
Kematian larva
Kekurangan nutrisi
Burung Kebutaan
Membeku
Daya tahan menurun
Mamalia Mati Daya tahan menurun
Fitoplankton Mati Pembelahan sel melambat
Kerusakan pada membran sel
Alga Mati Penggantian spesies asli dengan spesies
baru yang lebih tahan pencemaran
(Sumber: Environmental Engineers’ Handbook, 2000)
Page 10
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
10
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
3.4 Kriteria Desain Unit Pengolahan Limbah Cair
Air limbah yang akan diolah berasal dari buangan sisa pengolahan minyak dan
gas serta limpasan dari air hujan yang bercampur dengan sisa-sisa minyak pada unit
produksi. Dalam mengolah air limbah tertentu, harus melihat jenis dan karakteristik
air limbah terlebih dahulu. Unit-unit pengolahan limbah cair pada Instalasi
Pengolahan Air Limbah pun berbeda-beda jenis dan kriteria desainnya, bergantung
pada jenis limbah yang akan diolah. Berdasarkan lampiran Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 mengenai Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi, bahwa
persyaratan umum pengolahan menuliskan Instalasi Pengolahan Limbah Industri
Minyak dan Gas Bumi sedikitnya meliputi Oil Separator, Oil Catcher, Dissolve Air
Flotation, Chemical Unit, dan/atau Outlet Basin.
a. Corrugated Plate Interceptor (CPI)
Berfungsi untuk memisahkan air dengan minyak berdasarkan specific gravity
(SG). Air limbah dengan kandungan minyak tinggi, dibuang ke CPI untuk
memisahkan partikel dan emulsi halus berukuran sampai 60 mikrometer.
Berikut kriteria design untuk unit Corrugated Plate Interceptor (CPI) :
Tabel 3.3 Kriteria Desain Unit CPI
Feed Water Oily water ex proses area data design
Influent Quality
pH 6-8
Tempratur (ºC) 36
Oil content (mg/L) 50-200
Suspended Solid 50
Treated Water Quality
Oil content (mg/L) <15
Sumber: Arsip Laporan Kerja Praktek Pusat Diklat
Page 11
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
11
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
b. American Petroleum Institute (API) Separator
API merupakan bak penampung sarana pemisahan minyak dengan air. Pada
kondisi desain, API menerima influent dari air yang bercampur minyak (oily
water). Setelah minyak dan air terpisah, minyak yang ada di permukaan API
akan mengalir secara gravitasi. Prinsip kerja unit ini yaitu pemisahan minyak
dan air berdasarkan perbedaan berat jenis dan residen time.
Tabel 3.4 Kriteria Desain Unit API
Variabel Range
Influent Quality
VH 0,015 m/s
Separator water depth < 1 m
d/B 0,3 – 0,5
B 1,8 m – 6 m
L/B 5
Perpendicular distance between
plates
2- 4 cm
Angle of plate inclination from
horizontal
45º - 60º
Type of oil removed Free oil only
Direction of wastewater flow Crossflow, downflow
Sumber: Design and Operation of Oil Water Separators
c. Dissolved Air Flotation (DAF)
DAF pit merupakan bak penampung air limbah yang menampung air
buangan dari unit CPI dan API separator yang masih mengandung emulsi
minyak yang halus. Unit ini menggunakan prinsip flotasi dengan cara
memisahkan minyak dengan air dari perbedaan berat jenis, dimana minyak
yang tersuspensi di dalam air umumnya mengendap atau mengapung
tergantung dari perbedaan berat jenis minyak dan air.
Berikut adalah kriteria desain unit DAF :
Page 12
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
12
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
Tabel 3.5 Kriteria Desain Unit DAF
Feed Water Proses Desain
pH 6 – 8
Temprature (ºC) 35
Oil content inlet (mg/L) 50
Oil content outlet (mg/L) 50
Suspended Solid 50
COD 1150
BOD 781
NH3 -
H2S -
Phenol -
Sumber: Arsip Laporan Kerja Praktek Pusat Diklat
d. Process Effluent Pit (PEP)
Influen limbah yang masuk ke unit ini berasal dari unit CPI. Unit ini
berfungsi untuk menurunkan kadar COD. Proses penurunan COD ini
dialirkan dengan cara menambahkan kadar oksigen terlarut melalui blowing
air buangan. Proses blowing ini juga bertujuan untuk menghomogenisasikan
air tersebut untuk keperluan feed di bak aerasi. Data mengenai kriteria desain
untuk unit PEP ini tidak diperoleh di dalam literature yang digunakan penulis
baik dalam kegiatan perkuliahan maupun di literature lainnya.
e. Activated Sludge Unit (ASU)
Activated sludge merupakan proses pengolahan biologis dengan
memanfaatkan mikroorganisme berupa lumpur aktif. Mikroorganisme
dicampur bersama-sama dengan material organik sehingga mikroorganisme
dapat tumbuh dan menstabilkan materi organik. Dikarenakan pertumbuhan
mikroorganisme dan dicampur dengan agitasi udara, organisme individu
bersatu membentuk massa aktif flok mikrobial yang dinamakan Lumpur
Aktif (Activated Sludge) .
Page 13
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
13
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
Tipe reaktor biologis (Aeration Basin) yaitu plug flow, complete mix, dan
arbitrary flow. Dalam reaktor plug-flow, partikelnya melewati suatu tangki
dan dikeluarkan dalam jumlah yang sama ketika partikel tersebut masuk.
Tipe aliran ini dipakai dalam jalur kolam yang panjang. Dalam reaktor
complete mix, masuknya partikel disebarkan secara menyeluruh ke dalam
tangki . Aliran complete-mix biasanya berbentuk tangki lingkaran atau
persegi. Reaktor arbitrary-flow mengadopsi pengadukan parsial dimana
antara reaktor plug-flow dan complete mix.
Kriteria desain Activated Sludge dapat dilihat pada rumus dibawah ini :
1. Efisiensi
E = %100
So
SSo
2. Hydraulic retention time untuk reaktor
td = Q
V (kriteria desain 2 – 5 jam)
3. Check F/M ratio
F/M = X
So
(Kriteria design 0,2-0,4 typical)
(for extended aeration until high rate processes = 0,04-1)
4. Kontrol organic loading rate (OLR)
OLR = Vr
So Q (Kriteria design 0,3-3)
5. SRT =𝑉𝑥𝑋
𝑄𝑒𝑥𝑐𝑒𝑠𝑠𝑥 𝑀𝐿𝑆𝑆 𝑟𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 (Kriteria design 3-18 day)
Sumber: (Metcalf dan Eddy, 2003)
f. Outlet Impounding Basin (OIB)
Impounding basin merupakan bak yang berfungsi sebagai penampung air
yang telah dikelola di Wastewater Treatment Plant. Proses penampungan
berlangsung secara kontinyu dan apabila masih terdapat sisa minyak yang
terikut akan dilakukan pengangkatan dengan skimmer dan kemudian
dipompa ke pengolahan kembali, sehingga air limbah yang nantinya akan
Page 14
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
14
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
dibuang ke perairan bebas, benar-benar telah memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan pemerintah.
3.5 Pengolahan Limbah Cair Industri Minyak dan Gas
Kegiatan pengolahan minyak dan gas bumi terdiri atas proses tingkat pertama
(primary processes) yaitu berupa pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya,
dan proses tingkat kedua (secondary process) yaitu proses untuk meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan dari proses tingkat pertama. Tujuan utama pengolahan
air limbah adalah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama
senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang
tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air
limbah tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu :
1. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa
proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini equalization and storage,
serta oil separation. Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan
dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode
pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan
primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel –
partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar
tangki. Endapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan
dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut.
Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak
ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan. Bila limbah cair
hanya mengandung polutan yang dapat disingkirkan melalui proses pengolahan
primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan primer
tersebut dapat langsung dibuang ke lingkungan (perairan). Namun, bila limbah
tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses
Page 15
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
15
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik
terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Tujuan dari proses pengolahan biologis adalah untuk mengkoagulasi dan
menghilangkan non settleable solid colloidal dan stabilisasi bahan-bahan organik.
Untuk air limbah domestik, proses ini terutama untuk mengurangi bahan organik
dan nutrien (seperti nitrogen dan fosfat ). Proses pengolahan secara biologis
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme yang memerlukan zat organik
sebagai nutrien untuk hidupnya. Proses ini hampir dapat dilakukan terhadap
berbagai jenis air buangan dan dapat menurunkan kadar organik dalam air
buangan sampai memenuhi syarat pembuangan ke lingkungan.
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari
air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa dimana
digunakan kemampuan mikroorganisme untuk menghilangkan zat pengotor pada
air limbah dan minyak seperti contohnya phenol. Peralatan pengolahan yang
umum digunakan pada pengolahan tahap ini adalah Activated Sludge dan
Impounding Basin.
.pada proses Activated Sludge dibagi menjadi tiga macam tipe yang dibedakan
dari kondisi aerator,yaitu
Aerobic/Anaerobic
Gambar 3.5 Activated Sludge secara Aerobic
Sumber: MetCalf and Eddy,Waste Water Engineering Treatment 4th
Edition
Page 16
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
16
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
High F/M Rasio
Gambar 3.6 Activated Sludge secara High F/M Rasio
Sumber: MetCalf and Eddy,Waste Water Engineering Treatment 4th
Edition
Anoxic
Gambar 3.7 Activated Sludge secara Anoxic
Sumber: MetCalf and Eddy,Waste Water Engineering Treatment 4th
Edition
3. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, serta thickening gravity or flotation.
Page 17
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
17
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
Gambar 3.8 Coagulation and Sedimentation
Sumber: http://www.fao.org
Gambar 3.9 Thickening Gravity
Sumber: http://www.sustainabilitymatters.net.au
Page 18
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
18
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
3.5.1 Regulasi Pengolahan Limbah Cair Industri Minyak dan Gas
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hukum sebagai
landasan dalam mengatur setiap kegiatannya. Begitu juga dalam kegiatan industry
minyak dan gas yang pada kenyataannya akan selalu menghasilkan limbah.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan standar baku mutu pembuangan air limbah
proses dari kegiatan minyak bumi sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No. 19 Tahun 2010. Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 berikut ini merupakan lampiran III
Permen LH yang mengatur mengenai Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Minyak Bumi :
Tabel 3.6 Baku Mutu Pembangan Air Limbah Kegiatan Pengolahan Minyak Bumi
PARAMETER KADAR
MAKSIMUM
(mg/L)
BEBAN
PENCEMARAN
MAKSIMUM
(gram/m3)(
1)
METODE
PENGUKURAN
BOD 5 80 80 SNI 06-2503-1991
COD 160 160 SNI 06-6989:2-2004 atau
SNI 06-6989:15-2004 atau APHA
5220
Minyak dan Lemak 20 20 SNI 06-6989.10-
2004
Sulfida Terlarut
(sebagai H2S)
0,5 0,5 SNI 06-2470-1991 atau APHA 4500-
S2-
Amonia (sebagai
NH3-N)
8 8 SNI 06-6989.30-2005 atau APHA
4500-NH3
Phenol Total 0,8 0,8 SNI 06-6989.21-
2005
Temperatur 45 0 C SNI 06-6989.23-
2005
pH 6 – 9 SNI 06-6989.11-
2004
Volume Air 1000 m3
per 1000 m3 bahan baku
Page 19
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
19
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
Limbah per satuan
volume bahan baku
maksimum
minyak
Keterangan :
Beban pencemaran di hitung dengan menggunakan rumus :
Beban Pencemaran = -------------------- x 10-3
Beban pencemaran = satuan massa parameter pencemaran per satuan volume
bahan baku (crude) yang di olah (gram/m3 crude yang
diolah)
Cp = konsentrasi (kadar) parameter hasil pengukuran (mg/L)
Qal = debit air limbah (m3/bulan)
Q crude = debit bahan baku (crude) yang di olah (m3/bulan).
Tabel 3.7 Baku Mutu Pembuangan Air Limbah Drainase dan Air Pendingin Kegiatan
Pengolahan Minyak Bumi.
No. JENIS AIR
LIMBAH
PARAMETER KADAR
MAKSIMUM
(mg/L)
METODE
PENGUKURAN
1. Air Limbah
Drainase
Minyak dan
Lemak
15 SNI 06-6989.10-2004
Karbon Organik
Total
110 SNI 06-6989.28-2005
2. Air
Pendingin
Residu Klorin 2 Standard Method
4500-Cl
Karbon Organik
Total
Δ5(2)
SNI 06-6989.28-2005 atau APHA 5310
Catatan :
Cp x Qal
Q crude
Page 20
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
20
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
1. Apabila air limbah drainase tercampur dengan air limbah proses, maka
campuran air limbah tersebut harus memenuhi Baku Mutu Pembuangan Air
Limbah Proses.
2. Dihitung berdasarkan perbedaan antara outlet dan inlet.
Penetapan baku mutu ini dirasa perlu sebagai salah satu bentuk pengendalian
terhadap pencemaran air.Dua jenis penetapan baku mutu yang berkaitan
dengan pengendalian pencemaran air adalah Stream Standard dan Effluent
Standard.
Stream Standard
Stream standard atau baku mutu air adalah batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen lain yang ada atau unsur pencemar yang masih
diterima keberadaannya pada air dan sumber air tertentu sesuai dengan
peruntukkannya. Dengan ditetapkannya baku mutu air untuk setiap
peruntukkannya dan dengan memperhatikan kondisi airnya, akan dapat
dihitung secara teoritis beban pencemaran yang dapat diterima keberadaannya
oleh badan air penerima, sehingga air tetap berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya. Beban pencemaran adalah banyaknya unsur pencemar yang
terdapat didalam air limbah. Klasifikasi mutu air berdasarkan Pasal 8 Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 ditetapkan menjadi empat (4) kelas, yaitu :
a. Kelas I, air yang peruntukkannya digunakan untuk air baku minum dan atau
peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
b. Kelas II, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanian, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas III, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan atau peruntukkan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas IV, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanian
dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Page 21
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN-INDRAMAYU
21
NAREGA HERMANIAR (3310100014)
R.A PRAHASTIWI PRAMESWARI (3310100031)
Effluent Standart
Effluen standard atau baku mutu air limbah adalah batas kadar dan jumlah
unsur pencemar yang dapat ditolerir keberadaannya dalam air limbah untuk
dibuang ke perairan dari suatu kegiatan tertentu. Baku mutu air limbah
berfungsi sebagai suatu arahan atau pedoman pembuangan air limbah dan
pengendalian pencemaran perairan. Baku mutu air limbah bagi kegiatan
industri dapat dilihat pada lampiran III Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 19 Tahun 2010 mengenai Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Minyak Bumi.