22
BAB 2TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Medis 2.1.1 Pengertian demam berdarah
dengueDemam Berdarah Dengue atau Dengue Hemoragic Fever sering di
sebut orang atau masyarakat. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau demam
berdarah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian,
terutama pada anak. Penyakit ini juga dapat menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB) atau wabah (WHO, 1997).Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalh penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah
dua hari pertama (Noer, 2004)Menurut Mansjoer (2000), DBD adalah
penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan
dan mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
2.1.2 Anatomi dan fisiologi darah Darah adalah jaringan cair dan
terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut plasma dan bagian
padat yang disebut sel darah (Evelyn. P, 2002:). Darah adalah suatu
jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna
merah. Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel
dan plasma (Guyton, 1997).a. Bagian-bagian darah
Bagian sel darah
(http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301003/bab2.pdf)b.
Fungsi darah1. Sebagai alat pengangkut Mengambil O2 atau zat
pembakaran dari paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru.
Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/ alat tubuh. Mengangkat atau
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal (Guyton, 1997).2. Sebagai
pertahanan tubuhTerhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibodi atau
zat-zat anti racun (Guyton, 1997).3. Menyebarkan panas keseluruh
tubuh (Guyton, 1997).
c. Bagian darah1. Sel-sel Darah, terdiri dari 3 macam yaitua)
Eritrosit (sel darah merah). Eritrosit merupakan cakram bikonkaf
yang tidak berhenti, ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak,
banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna kuning
kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak
mengandung O2. Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru (Guyton,
1997).b) Leukosit (sel darah putih). Sel darah yang bentuknya dapat
berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu
(pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat
dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna kuning (tidak
berwarna), banyaknya kira-kira 4000- 11.000/mm3. Leukosit berfungsi
sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/
bakteri yang masuk dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel
System). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut dimana leukosit
mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa
dan ke pembuluh darah. Macam-macam leukosit adalah granulosit
(limfosit dan monosit) dan agranulosit (eosinofil, basofil dan
neutrofil) (Guyton, 1997).c) Trombosit (sel pembeku). Merupakan
benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada
yang bulat dan ada yang lonjong. Warnanya putih dengan jumlah
normal 150.000-450.000/ mm3. Trombosit memegang peranan penting
dalam pembekuan darah jika kurang dari normal. Apabila timbul luka,
darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan terus menerus
(Guyton, 1997).2. Plasma DarahBagian darah yang encer tanpa sel-sel
darah warna bening kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri
dari:a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darahb.
Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
yang berguna dalam metabolismec. Protein darah (albumin dan
globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan
tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.d.
Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin)e.
Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuhf.
Antibodi atau anti toksin (Guyton, 1997).Hematokrit adalah
presentase darah yang berupa sel. Harga normal hematokrit adalah
40,0-54,0 %. Efek hematokrit terdapat viskositas darah makin besar
presentase darah merah yaitu makin besar hematokrit.
2.1.3 Etiologi demam berdarah denguePenyakit Demam Berdarah
Dengue disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,
yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili
Flaviviridae (Widoyono, 2011).Hingga sekarang telah ada empat
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Namun yang paling
banyak menyebabkan demam berdarah adalah dengue tipe DEN-2 dan
DEN-3 (Widoyono, 2011).Menurut Widoyono (2011), Di Indonesia
dikenal dua jenis nyamuk aedes, yaitu:1. Aedes aegypti :a. Paling
sering ditemukanb. Nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama
hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat
penampungan air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak
kamar mandi, WC, tempayan, drum dan barng-barang yang menampung air
seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air serta tempat minum
burungc. Nyamuk betina bersifat multiple biters (menggigit beberapa
orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah
tempat)d. Nyamuk ini berbintik-bintik putih atau sayap dan badannya
belang-belang atau bergaris-garis putihe. Tahan dalam suhu panas
dan kelembaban tinggif. Biasanya menggigit pada pagi hari dan sore
harig. Jarak terbang 100 meter2. Aedes albopictus :a. Tempat
habitatnya ditempat air jernih, biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon yang dapt tertampung air hujan bersih, yaitu pohon
pisang dan tanaman pandanb. Menggigit pada waktu siang haric.
Berwarna hitamd. Jarak terbang 50 meter
2.1.4 Patofisiologi demam berdarah dengueVirus dengue masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama tama yang
terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali) (Widoyono, 2011).Kemudian virus
akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen.
Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat
sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh
darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang
ekstra seluler (Widoyono, 2011).Perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena (Widoyono, 2011).Terjadinya trobositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF (Widoyono, 2011).Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang
pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus
(Widoyono, 2011).Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan
jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan (Widoyono, 2011).Jika renjatan
atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu:
perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi
(Widoyono, 2011).Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda
perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran
pencernaan dan jaringan adrenal.Pathway DHFNyamuk Aedes Aegypty
Masuk ke dalam darahVirus Dengue Petekie, purpuraTrombosit
Perdarahan EkomosisLeukosit Suhu Hematemesis, Epistaksis
Nyeri Otot muntah dan mualbradikardi(otot perut)
Malaise (malas) Anoreksia
Nyeri Nutrisi kurang dari kebutuhan(Widoyono, 2011)
2.1.5 Manifestasi klinik demam berdarah dengue1. Masa
InkubasiSesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus
dengue ke dalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4-5
hari diikuti oleh demam, sakit kepala dan malaise (Smeltzer,
2002).2. DemamDemam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7
hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan
dengan berlangsungnya demam, gejala-gejala klinik yang tidak
spesifik misalnya anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan
persendian,nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya
(Smeltzer, 2002).3. PerdarahanPerdarahan biasanya terjadi pada hari
kedua dari demam dan umumnya terjadi pada kulit, dan dapat berupa
uji turniket yang positif, mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura. Selain itu juga dapat dijumpai
epitaksis dan perdarahan gusi, hematomesis dan melena (Smeltzer,
2002).4. HepatomegaliPada permulaan dari demam biasanya hati sudah
teraba, meskipun pada anak yangkurang gizi hati juga sudah teraba.
Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal,
harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada
penderita (Smeltzer, 2002).5. Renjatan (syok)Permulaan syok
biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin
pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di
sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat,
kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan
menurun sampai di bawah angka 80 mmHg (Smeltzer, 2002).
6. Gejala klinik lainNyeri epigastrum, muntah-muntah, diare
maupun konstipasi dan kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat
seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal
dan syok (Smeltzer, 2002).
2.1.6 Klasifikasi demam berdarah dengueBerdasarkan patokan dari
WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4 derajat :1. Derajat IDemam disertai
gejala klinis tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet (+)2.
Derajat IIDerajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan lain pada hidung.3. Derajat IIIDitemukan kegagalan
sirkulasi darah yaitu nadi cepat dan lemah tekanan darah rendah,
gelisah, sianosis mulut hidung dan ujung jari.4. Derajat IVSyok
hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
2.1.7 Komplikasi demam berdarah dengueKomplikasi yang dapat
terjadi pada pasien DBD adalah 1. Syok, akibat kehilangan cairan
yang berlebihan dan terjadi perbesaran plasma2. Asidosis Metabolic,
ini terjadi karena syok yang tidak diatasi secara adekuat3. Oedem
Paru, terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang berlebihan
(overload)4. Gagal Ginjal Akut, terjadi sebagai akibat dari syok
yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka
setelah syok, diobati dengan menggantikan volume intravaskular5.
Kematian (Smeltzer, 2002).
Menurut Widodo (2002), komplikasi yang dapat terjadi pada DBD
adalah1. PerdarahanPerdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan
vaskuler, penurunan jumlah trombosit (trombositopenia)