6 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar glukosadalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering disebut sebagaithe great imitator , karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuhdan menimbulkan berbagai macam keluhan (Sherwood, 2011) Diabetes Mellitus adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) Ketidakmampuan untuk memproduksi insulin atau menggunakannya secara efektif menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat (hiperglikemia). Kondisi ini dalam jangka panjang bisa merusakkan tubuh dan menyebabkan kegagalan organ dan jaringan (IDF, 2013) Penyakit ini bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi, usia, prevalensi obesitas dan penurunan aktivitas fisik. Akibatnya, jumlah penderita akan menjadi dua kali lipat pada dekade berikutnya sehingga akan menambah beban harga pelayanan di bidang kesehatan terutama di negara berkembang.(Olokoba AB,dkk. 2012) 2.1.2 Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus American Diabetes Assocition (ADA, 2012) memberikan klasifikasi Diabetes Melitus yaitu: a. Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Melitus tipe 1 merupakan kondisi autoimun sel-sel beta pulau Langerhans sehingga timbul defisiensi insulin. Individu yang memiliki kecenderungan penyakit ini tampaknya menerima faktor pemicu dari lingkungan. Sebagai contoh faktor pencetus antara lain infeksi virus
23
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - poltekkesdepkes-sby.ac.id
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar glukosadalam darah
meningkat). Penyakit ini sendiri sering disebut sebagaithe great imitator ,
karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuhdan menimbulkan
berbagai macam keluhan (Sherwood, 2011)
Diabetes Mellitus adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang
mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut
Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015)
Ketidakmampuan untuk memproduksi insulin atau menggunakannya
secara efektif menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat
(hiperglikemia). Kondisi ini dalam jangka panjang bisa merusakkan tubuh dan
menyebabkan kegagalan organ dan jaringan (IDF, 2013)
Penyakit ini bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di
seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi, usia, prevalensi
obesitas dan penurunan aktivitas fisik. Akibatnya, jumlah penderita akan
menjadi dua kali lipat pada dekade berikutnya sehingga akan menambah beban
harga pelayanan di bidang kesehatan terutama di negara berkembang.(Olokoba
AB,dkk. 2012)
2.1.2 Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus
American Diabetes Assocition (ADA, 2012) memberikan klasifikasi
Diabetes Melitus yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus tipe 1 merupakan kondisi autoimun sel-sel beta
pulau Langerhans sehingga timbul defisiensi insulin. Individu yang
memiliki kecenderungan penyakit ini tampaknya menerima faktor pemicu
dari lingkungan. Sebagai contoh faktor pencetus antara lain infeksi virus
seperti gondongan (mumps), rubella, dan sitomegalovirus (CMV) kronis.
Pajanan terhadap obat atau toksin tertentu juga diduga dapat memicu
serangan autoimun ini. Karena proses penyakit DM tipe 1 terjadi dalam
beberapa tahun, seringkali tidak ada faktor pencetus yang pasti. Pada saat
diagnosis DM tipe 1 ditegakkan, ditemukan antibodi terhadap sel pulau
Langerhans pada sebagian pasien.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan bentuk Diabetes Melitus yang
lebih ringan, terutama terjadi pada orang dewasa. Sirkulasi insulin
endogen sering dalam keadaan tidak normal atau secara relatif tidak
mencukupi. Obesitas pada umumnya penyebab gangguan kerja insulin,
merupakan faktor resiko yang biasa terjadi pada DM tipe 2 bertubuh
gemuk. Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan terhadap insulin, juga
terjadi defisiensi respons sel β-pankreas terhadap glukosa.
Gejala DM tipe 2 mirip dengan DM tipe 1, hanya dengan gejala yang
samar. Gejala bisa diketahui setelah beberapa tahun, kadang-kadang
komplikasi dapat terjadi. Tipe DM ini umumnya terjadi pada anak anak
yang obesitas.
c. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
DM ini terjadi karena kenaikan kadar gula darah saat kehamilan.
Wanita hamil yang belum pernah mengalami DM sebelumnya namun
memiliki kadar gula darah yang tinggi ketika hamil dikatakan menderita
DM Gestasional (DMG). DMG biasanya terdeteksi pertama kali pada
kehamilan trimester II atau III (setelah usia kehamilan 3 atau 6 bulan) dan
umumnya akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. DMG terjadi
pada 3,5% wanita hamil. Mekanisme DMG belum diketahui secara pasti.
Namun besar kemungkinan terjadi akibat hambatan kerja insulin oleh
hormon plasenta sehingga terjadi resistensi insulin.
Resistensi insulin ini membuat tubuh bekerja keras untuk
mengahasilkan insulin sebanyak 3 kali dari normal. DMG terjadi ketika
tubuh tidak dapat membuat dan menghasilkan seluruh insulin yang
digunakan selama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak dihantarkan ke
jaringan untuk diubah menjadi energi, sehingga glukosa meningkat dalam
darah yang disebut dengan hiperglikemi.
d. Pra-Diabetes
Pra-Diabetes merupakan DM yang terjadi sebelum berkembang
menjadi DM tipe 2. Penyakit ini ditandai dengan naiknya KGD melebihi
normal tetapi belum cukup tinggi untuk dikatakan DM.
2.1.3 Faktor Pemicu Diabetes Melitus
Menurut Hasdianah (2012) diabetes melitus atau lebih dikenal dengan
istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit
tersebut, antara lain :
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus.
Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam
darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus.
3. Faktor genetis
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi
pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk
proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes
melitus. Jika orang malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk
terkena penyakit diabetes melitus karena olahraga berfungsi untuk
membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun
di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus selain
disfungsi pankreas
7. Kadar kortikosteroid yang tinggi
8. Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan.
9. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Melitus
Menurut Yuniati,dkk (2015) terdapat beberapa faktor risiko untuk diabetes
melitus, terutama untuk DM Tipe 2, Faktor risiko DM dibagi dua yaitu:
a. Faktor tidak dapat dimodifikasi:
1. Umur
Manusia mengalami penururnan fisiologis setelah umur 40 tahun,
dimana usia ini rawan terkena DM. Semakin bertambahnya umur, maka
resiko menderita DM tipe 2 akan meningkat.
2. Jenis Kelamin
Sebenarnya belum ada kejelasan mengenai mekanisme yang
menghubungkan jenis kelamin dengan DM tipe 2.
3. Bangsa dan etnik
Berdasarkan penelitian terdapat hubungan yang nyata antara etnik
di suatu negara dan bangsa dengan kejadian DM tipe 2.
4. Faktor keturunan
Diabetes Mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan.
5. Riwayat menderita Diabetes Gestasional
Biasanya ibu hamil yang menderita diabetes gestasional akan lebih
berpotensi menderita diabetes mellitus nantinya.
6. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gr.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi :
1. Obesitas
Semakin banyak jaringan lemak tubuh, maka tubuh semakin
resisten terhadap kerja insulin.Lemak dapat memblokir kerjainsulin
sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk
dalam pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa
darah. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya DM tipe 2 dimana
sekitar 80-90% penderita mengalami obesitas.
2. Aktivitas fisik yang kurang
Prevalensi Diabetes Melitus mencapai 2 - 4 kali lipat terjadipada
individu yang kurang aktif.
3. Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan resistensi insulin dan merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus.
4. Stress
Kondisi stress cenderung karena paparan radikal bebas dalam
tubuh. Radikal bebas sendiri menyerang sel tubuh dan dapat memicu
kegagalan fungsi sel.
5. Pola makan
Asupan karbohidrat, protein, lemak dan energi yang berlebihan
merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM tipe
2. (Yustini, 2013)
6. Penyakit pada pankreas
Penyakit yang menyerang pankreas seperti: pankreatitis,
neoplasma, fibrosis kistik.
7. Alkohol
Alkohol dapat menyebabkan pankreatitis. Penyakit tersebut dapat
menimbulkan gangguan produksi insulin yang akhirnya dapat
menyebabkan Diabetes Mellitus
2.1.5 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Berikut adalah tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus Tipe 2:
a. Tanda Diabetes Melitus
Menurut PERKENI (2011), tanda penyakit DM dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel : 2.1 tanda penyakit diabetes mellitus
Parameter Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar gula darah acak
(mg/dL)
< 100 100-200 ≥ 200
Kadar gula darah puasa
(mg/dL)
< 100 100-125 ≥ 126
Kadar gula darah 2 jam
pasca beban glukosa 75 g
< 140 140-200 ≥ 200
Menurut Prasetyo (2013), ada beberapa tanda yang umumnya
tampak pada penderita DM tipe 2 yaitu:
1. Peningkatan kadar gula dalam tubuh. Sehingga urin penderita
mengandung gula
2. Poliuria, atau yang sering disebut keadaan dimana jumlah urin yang
dikeluarkan lebih banyak
3. Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
4. Proses penyembuhan yang relatif lama jika terdapat luka
5. Kondisi kadar gula darah yang menurun drastis menyebabkan
seseorang tidak sadarkan diri bahkan memungkinkan terjadinya
koma.
b. Gejala Diabetes Melitus
Menurut Restyana (2015) Gejala DM dibedakan menjadi akut dan
kronik.
Gejala akut DM yaitu :
- Poliphagia (banyak makan)
- Polidipsia (banyak minum)
- Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari)
- Nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-
10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
- Serta mudah lelah.
Gejala kronik DM yaitu :
- Kesemutan
- Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
- Rasa kebas di kulit
- Kram
- Kelelahan
- Mudah mengantuk
- Pandangan mulai kabur
- Gigi mudah goyah dan mudah lepas
- Kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi
impotensi
- Pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
2.2 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Menurut Konsensus PRKENI (2011) berikut adalah 4 pilar
penatalaksanaan Diabetes Melitus:
2.2.1 Edukasi
DM umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah
mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus
diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan
secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
2.2.2 Diet
Pola makan memegang peranan penting bagi penderita DM seseorang
yang tidak bisa mengatur pola makan dengan pengaturan 3J (jadwal, jenis dan
jumlah) maka hal ini akan menyebabkan penderita mengalami peningkatan
kadar gula darah (Suiraoka, 2012).
Menurut PERKENI (2011) Standar yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-
25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan
BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks
(BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita
diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamindan
mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya
denganmengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal
melaluicara-cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar glukosa darah meningkat
Terapi diet untuk penderita Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus adalah :
• Jangka pendek: hilangnya keluhan dan tanda Diabetes Mellitus,
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian
glukosa darah.
• Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas Diabetes Mellitus. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan
profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan
perawatan mandiri dan perubahan perilaku. (Buraerah, 2010)
b. Prinsip Diet
Prinsip diet Diabetes Mellitus adalah tepat jadwal, tepat jumlah, dan
tepat jenis (Tjokroprawiro, 2012) :
1. Tepat Jadwal
Menurut Tjokroprawiro (2012) jadwal diet harus sesuai dengan
intervalnya yang dibagi menjadi enam waktu makan, yaitu tiga kali
makanan utama dan tiga kali makanan selingan. Penderita Diabetes
Mellitushendaknya mengonsumsi makanan dengan jadwal waktu yang tetap
sehingga reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya makanandalam
tubuh. Makanan selingan berupa snack penting untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia (menurunnya kadar Glukosa darah).
2. Tepat Jumlah
Menurut Susanto (2013), aturan diet untuk Diabetes Mellitusadalah
memperhatikan jumlah makan yang dikonsumsi. Jumlah makan (kalori)
yang dianjurkan bagi penderita Diabetes Mellitusadalah makan lebih sering
dengan porsi kecil, sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan dalam
porsi banyak/besar sekaligus. Tujuan cara makan seperti ini adalah agar
jumlah kalori terus merata sepanjang hari, sehingga beban kerja organ-organ
tubuh tidak berat, terutama organ pankreas. Cara makan yang berlebihan
tidak menguntungkan bagi fungsi pankreas. Asupan makanan yang
berlebihan merangsang pankreas bekerja lebih keras.