7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus 2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus (DM) merupakan keadaan dimana terjadi gangguan metabolisme pada penderitanya yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa atau hiperglikemia sehingga abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan dapat menimbulkan komplikasi kronis seperti mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati (Yuliana elin, 2009). 2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus Klasifikasi DM menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah : 1. DM tipe 1 DM tipe 1 ini ditandai adanya kerusakan pada sel-sel beta pancreas akibat proses autoimun. DM tipe 1 ini biasanya dialami < usia 30tahun. 2. DM Tipe 2 Penyebab dari DM tipe 2 ini dikarenakan berkuragnya sensitivitas tubuh terhadap insulin (resistensi insulin). DM tipe 2 ini banyak menyerang pasien diatas usia 30tahun. 2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus Dimulai dari produksi insulin yang tidak efektif (resisten). Dimana insulin berfungsi untuk menyalurkan glukosa ke dalam sel tubuh agar dapat diubah menjadi energi. Saat insulin tidak dapat lagi memasukkan glukosa ke dalam sel maka akan terjadi peningkatan jumlah glukosa yang akhirnya akan muncul hiperglikemia. Menurut Amin & Hardhi (2015) penyebab 2 tipe utama DM sebagai berikut : 1. DM tipe 1
36
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep Diabetes Mellitus …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Mellitus2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan keadaan dimana terjadi
gangguan metabolisme pada penderitanya yang ditandai dengan
kenaikan kadar glukosa atau hiperglikemia sehingga abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan dapat menimbulkan komplikasi kronis seperti
b. Tes monitoring terapiTes-tes monitoring tarapi DM adalah:1) GDP : plasma vena, darah kapiler2) GD2PP : plasma vena3) A1c : darah vena, darah kapiler
c. Tes untuk mendeteksi komplikasiTes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:1) Mikroalbuminuria : Ureum, kreatinin, asam urat2) Kolestrol total3) Kolestrol LDL 4) Kolestrol HDL5) Trigliserida
2.1.8 PenatalaksanaanTujuan utama terapi DM yaitu guna menormalkan dan
menstabilkan insulin dan juga kadar glukosa darah yang nantinya
untuk memperkecil persentase komplikasi yang mungkin dapat
muncul. Caranya yaitu harus senantiasa memelihara kualitas hidup
yang baik. Komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :a. Manajement diet
Untuk mencapai keseimbangan dan untuk mempertahankan
kadar glukosa darah dan juga lipid mendekati normal,
16
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas
normal, serta meningkatkan kualitas hidup (Damayanti, 2015). b. Terapi nutrisi
Terapi nutrisi dikhususkan untuk meningkatkan nutrisi pasien
DM ini agar lebih intensif lagi dengan menilai makanan dan
asupan gizi, memberikan konseling yang menghasilkan
peningkatan kesehatan dan dapat mengurangi komplikasi DM.
Terapi nutrisi diabetes dapat menghasilkan penghematan biaya
dan peningkatan hasil seperti pengurangan A1c. Terapi nutrisi
dapat dipersonalisasi berdasarkan kebutuhan pasien,
komorbiditas, kondisi kronis yang ada dan faktor kunci lainnya
(Redmon, 2014).c. Latihan fisik (olahraga)
Dengan berolahraga dapat mengaktifasi ikatan insulin dan
reseptor insulin di membran plasma sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah. Latihan fisik yang
rutin dapat memelihara berat badan yang normal dengan indeks
massa tubuh. Manfaat dari latihan fisik ini adalah dapat
menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah
kadar lemak dalam darah (Damayanti, 2015).d. Pemantauan kadar gula darah (monitoring)
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
memungkinkan untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia atau
hipoglikemia, pada akhirnya akan mengurangi komplikasi
diabetik jangka panjang. Beberapa hal yang harus dimonitoring
17
adalah glukosa darah, glukosa urin, keton darah, keton urin.
(Damayanti, 2015).e. Pendidikan perawatan kaki
Pendidikan harus didasarkan pada pengetahuan pasien tentang
kebutuhan individu dan faktor risikonya. Pendidikan harus
mencakup: 1) Memeriksakan kaki setiap hari terkait luka, memar,
perdarahan, kemerahan dan masalah kuku.2) Harus diusahakan untuk mencuci kaki setiap hari kemudian
mengeringkan dengan cara yang benar.3) Tidak merendam kaki tanpa anjuran oleh dokter, perawat
atau tenaga kesehatan yang bersangkutan (Redmon, 2014). f. Berhenti merokok
Perilaku merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi
makrovaskuler 4-400% pada orang dewasa dengan DM.
Seiring berjalannya waktu, produk tembakau dan nikotin telah
diperluas (Termasuk e-rokok, pipa air dan produk larut).tim
perawatan harus disarankan tentang ini, perkembangan dalam
rangka untuk menyaring dan memberi nasihat tepat. Berhenti
mengkonsumsi tembakau sangat mungkin menjadi salah satu
faktor kebanyakan intervensi bermanfaat yang tersedia, dan
harus ditekankan oleh dokter (Redmon, 2014).g. Terapi farmakologi
Menjaga kadar gula darah tetap dalam batas kondisi mendekati
normal adalah tujuan diberikannya terapi insulin ini. Pada DM
tipe 2, insulin memang diperlukan sebagai terapi jangka
panjang agar dapat membantu mengendalikan kadar glukosa
darah jika dengan beberapa cara seperti terapi nutrisi, latihan
18
fisik dan obat hipoglikemia oral tersebut tidak dapat membantu
kadar gula darah dalam rentang normal. h. Pendidikan kesehatan
Pemberian pemahaman terhadap penderita tentang penyakit
DM sangatlah penting dan memerlukan perilaku penanganan
yang khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya sekedar tau tapi
juga belajar keterampilan untuk merawat dirinya sendiri agar
menghindari fluktuasi kadar glukosa darah yang mungkin bisa
terjadi secara mendadak, dan juga harus memiliki perilaku
preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi
diabetik jangka panjang. Pasien diharuskan mengerti dan
memamhami mengenai nutrisi untuk penderita DM, manfaat
dan efek samping terapi, latihan, perkembangan penyakit,
strategi pencegahan, teknik pengontrolan gula darah dan
penyesuaian terhadap terapi lainnya (Damayanti, 2015).2.2 Konsep Gangren
2.2.1 Definisi
Gangren adalah jaringan nekrosis yang dapat diebut juga
sebagai jaringan mati yang disebabkan oleh terdapatnya emboli
dalam pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga
menghentikan suplai darah. Juga dapat terjadi akibat dari adanya
proses inflamasi dalam waktu yang lama, adanya luka karena
gigitan serangga, terbakar atau mungkin kecelakaan saat bekerja,
proses degenerative (arteriosklorosis) atau DM (Maryunani, 2013).
Diabetes mellitus dalam waktu yang lanjut akan menyebabkan
19
komplikasi angiopathy dan neuropathy yang merupakan penyebab
dasar terjadinya gangren (Dwi Erin, 2015)
2.2.5 Etiologi Gangren
Penyebab dari ulkus kaki diabetik ada beberapa komponen
yaitu meliputi neuropati sensori perifer, trauma, deformitas,
iskemia, pembentukan kalus, infeksi dan edema.Faktor utama
penyebab terjadinya ulkus diabetikum terdiri dari 2 faktor yaitu
yang pertama faktor endogen dan selanjutnya faktor eksogen.
Faktor endogen terdiri dari genetik metabolik, angiopati diabetik,
neuopati diabetik sedangkan dari faktor eksogen yaitu trauma,
infeksi, dan obat-obatan (Wijaya & Putri, 2013).Terdapat 2
penyebab ulkus diabetik secara umum yaitu neuropati dan
angiopati diabetik. Neuropati diabetik adalah suatu kelainan pada
urat saraf akibat dari diabetes melitus yang dapat merusak urat
saraf penderita dan menyebabkan menurun bahkan hilangnya
sensasi nyeri pada kaki. Kerusakan saraf menyebabkan mati rasa
dan menurunnya kemampuan merasakan sensasi sakit, panas atau
dingin. Titik tekanan seperti kaki depan lebih banyak menahan
berat badan sangat rentan terhadap luka tekan.Angiopati diabetik
merupakan suatu penyempitan pada pembuluh darah besar atau
kecil yang jika dialami penderita diabetes mellitus akan mudah
menyebabkan penyempitan dan penyumbatan oleh gumpalan
darah.Jika terjadi sumbatan pada pembuluh darah sedang atau
besar pada tungkai, maka dapat mengakibatkan terjadinya gangren
20
diabetik, yaitu luka pada daerah kaki yang berbau busuk dan
berwarna merah kehitaman. Adapun angiopati dapat menyebabkan
terganggunya asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik sehingga kulit
akan sulit sembuh. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya
pada asupan nutrisi dan oksigen ke jaringan tersebut, sehingga
Salah satu akibat komplikasi kronik DM adalah ulkus
diabetik yang disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut
dengan trias yaitu Iskemik, Neuropati dan Infeksi. Pada penderita
DM apabila kadar glukosa dalam darah tidak terkendali dalam
jangka waktu yang lama maka akan terjadi komplikasi kronik yaitu
neuropati yang menimbulkan perubahan jaringan saraf karena
adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan
akson mnghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia,
menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit
kering dan hilang rasa, apabila penderita diabetes tidak berhati-hati
dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika. Iskemik
merupakan keadaan yang disebabkan oleh kekurangan darah dalam
jaringan secara otomatis jaringan juga kekurangan oksigen. Hal ini
disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah
sehingga sirkulasi jaringan menurun ditandai dengan hilang atau
kekurangannya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan
poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal yang akan
21
berlanjut menjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus. Timbul
juga ateroklrosis yang merupakan kondisi dimana arteri menebal
dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam
pembuluh darah. Menebalnya arteri dikaki akan mengurangi
suplai darah sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak
nyaman dan berdampak pada kematian jaringan yang berkembang
menjadi gangren diabetika. Proses angiopati pada penderita DM
berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer,
sering terjadi ada tungkai bawah terutama kaki, akibat perifer
jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian
timbul ulkus diabetika. Pada DM yang tidak terkendal akan
menyebabkan penebalan tunika intima (hyperplasia membrane
basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah
kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin kelenjar kapiler
sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul
nekrosis jarigan yang mengakibatkan ulkus diabteika. (Hastuti
2009)
2.2.7 Gejala Umum
Berdasarkan jenis gangrene gejalanya dibedakan menjadi:
1. Gangrene keringBiasanya akan dijumpai munculnya gejala permulaan berupa
nyeri pada daerah yang bersangkutan, daerah menjadi berwarna
pucat, kebiruan dan bercak ungu yang lama-kelamaan
menghitam. Tidak teraba denyut nadi namun bila diraba terasa
kering dan dingin. Ganggren berbatas tegas dengan rasa
22
nyeri/sakit lambat laun berkurang dan akhirnya menghilang.
Gangren kering ini dapat terlepas dari jaringannya yang utuh.2. Gangren basah
Terdapat bengkak pada daerah yang mengalami perlukaan,
terjadi perubahan warna mulai dari merah tua menjadi hijau
yang akhirnya kehitaman, dingin, basah, lunak dan muncul
jaringan nekrosis yang berbau busuk ada juga yang tidak.2.2.8 Faktor Resiko
Penderita DM yang beresiko tinggi mengalami gangren menurut
Brunner & Suddarth, (2013) yaitu :1. Usia pasien yang melebihi 40tahun2. Riwayat perokok3. Penurunan denyut nadi perifer4. Penurunan sensitibilitas5. Deformitas anatomis / bagian yang menonjol (seperti kalus)6. Riwayat ulkus kaki (amputasi)7. Pengendalian kadar glukosa yang buruk.
2.3 Konsep Ansietas2.3.5 Definisi Ansietas
Ansietas merupakan Perasaan kurang nyaman atau perasaan
khawatir yang tidak jelas disertai respon autonom (sumber biasaya
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan tanda isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman tersebut (Bulechek, dkk 2013)
2.3.6 Klasifikasi ansietas
Menurut Febriana (2015) ansietas (kecemasan) dalam
konteksnya dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu :
1. Ansietas (kecemasan) ringan
23
Kecemasan yang masih erat kaitannya dengan ketegangan yang
dihadapi sehari-hari. Kriteria kecemsan ringan adalah
peningkatan konsentrasi dan perhatian, waspada mampu
menghadapi situasi yangbermasalah ingin tahu, mengulang
pertanyaan dan kurang tidur.2. Ansietas (kecemasan) sedang
Individu akan terfokus hanya pada fikiran yang menjadi
perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi, tidak
perhatian, sulit konsentrasi, sulit beradaptasi, pernafasan dan
denyut nadi meningkat, tremor.3. Ansietas (kecemasan) berat
Lapang persepsi pada individu sangat sempit. Individu terpusat
perhatiannya pada sesuatu detil yang kecil (spesifik) dan tidak
dapat berfikir terhadap hal-hal lain. Perlu banyak perhatian atau
arahan untuk berfokus pada area lain. Kriteria kecemasan berat
antara lain persepsi turun, tidak mampu konsntrasi,
kebingungan, kesulitan untuk komunikasi, hiperventilasi,
takikardi, sakit kepala dan mual.4. Panik
Individu kehilangan kendali dirinya dan akan terjadi
peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan
tidak mampu berfikir secara rasional. Biasanya juga akan
disertai dengan disorganisasi kepibadian.2.3.3 Batasan Karakteristik Ansietas
Menurut Herdman, T. Heather & Kamitsuru, S (2017) batasan
karakteristik ansietas (kecemasan) yaitu :
1. Perilaku
24
Perilaku meliputi penurunan produktivitas individu, gerakan
yang tidak sesuai, melihat objek hanya sepintas, gelisah,
insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan
kekhawatiran, mengintai, agitasi, dan selalu waspada.2. Affektif
Affektif meliputi gelisah, distress, kesedihan yang mendalam,
ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri,
Inspeksi : mengamati bentuk kepala, kesimetrisan wajah,
ekspresi wajah biasanya tegang dan gelisah,
amati warna rambut dan keadaan rambut
mengenai kebersihan, amati apakah terdapat
edema atau bekas luka di kepala dan mukaPalpasi :mengkaji kerontokan pada rambut, pembengkakan
pada muka, adakah benjolan abnormal.d. Pemeriksaan Mata
Inspeksi : mengamati kesimetrisan mata kanan dan kiri,
mata juling ada/tidak, biasanya mata cowong
karena insomnia, konjungtiva merah muda atau
30
anemis, sklera ikterik/putih, pupil kanan kiri
isokor, reflek pupil terhadap cahaya miosis.Palpasi : mengkaji adanya nyeri tekan yang timbul pada
mata kanan maupun kiri.e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : mengamai kesimerisan telinga kanan dan kiri,
amati menggunakan alat pendengar atau tidak,
ada tidaknya lesi, ada tidaknya perdarahan, ada
serumen atau tidak.Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan di telinga kanan kiri.
f. Pemeriksaan HidungInspeksi : mengamati keberadaan septum tepat di tengah
atau tidak, kaji adanya massa abnormal dalam
hidung dan adanya sekretPalpasi : mengkaji adanya fraktur dan nyeri saat ditekan.
g. Pemeriksaan MulutInspeksi: mengamati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir
sumbing), kesimerisan, kelembaban,biasanya
mukosa bibir kering, sianosis atau tidak,
pembengkakan, lesi, amati adanya stomatitis
pada mulut,adakah gigi berlubang, warna gigi
dan lidah Palpasi : mengkaji adakah nyeri tekan pada pipi dan mulut
bagian dalam.h. Pemeriksaan Leher
Inspeksi: mengkaji adanya luka, kesimetrisan, massa
abnormalPalpasi : mengkaji adanya pembesaran vena jugularis dan
pembesaran kelenjar tiroid.i. Pemeriksaan payudara dan ketiak
Inspeksi : mengamati kesimetrisan payudarakanan dan kiri,
mengamati ada lesi atau tidak.
31
Palpasi : mengkaji adakah nyeri tekan saat ditekan.j. Pemeriksaan thorax
1) Paru-paruInspeksi : kesimetrisan, bentuk/ postur dada, gerakan
nafas, warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan/penonjolan, RR
mengalami peningkatan.Palpasi : getaran dada sama/tidak.Perkusi : sonor bila berbunyi normal Auskultasi :normal bila terdengar vasikuler pada
kedua dan apakah ada suara tambahan3) Jantung
Inspeksi : mengamati ictus cordis tampak atau tidakPalpasi : teraba atau tidak ICSPerkusi : normalnya terdengar pekakAuskultasi : biasanya terdengar murmur
k. Pemeriksaan abdomenInspeksi : amati ada atau tidaknya luka, jaringan parut,
amati letak umbilicus, amati warna kulitAuskultasi : bising usus normal atau tidak (5-20/menit)Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekanPerkusi : kaji suara apakah timpani atau hipertimpani.
l. Pemeriksaan IntegumenInspeksi : amati warna kulit, kelembapan, turgor kulit.Palpasi : akral teraba hangat atau dingin, CRT (Capilary
Refil Time) pada jari normalnya <2 detik.m. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi: mengkaji kekuatan dan tonus otot, adakah
fraktur atau tidak.Palpasi : Ada atau tidaknya edema
o. Pemeriksaan GenetaliaInspeksi : Amati apakah terpasang kateter atau tidak.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa
1) Gula darah sewaktu / rendom > 200mg/dl.
2) Gula darah puasa / nuchter >140mg/dl
32
3) Gula darah 2 jam PP (post prandial )> 200mg/dl.
b. Aseton plasma: hasil (+) mencolok.
c. lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterol.
d. Osmolsaritas serum (> 330 osm/l)
e. Urinalisis : proteinuria, ketonuria glukosuria
i. Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan merupakan penilaian dari respon
individu terhadap kesehatannya baik secara actual atau potensial,
yang dapat dilihat untuk mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara tepat agar mampu merubah status kesehatan klien
(Herdman, 2017). Adapun diagnosa keperawatan yang akan diteliti
pada studi kasus ini yaitu :Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam (status ekonomi,
lingkungan, kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran)2.4.2 Intervensi Keperawatan
SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia)
mendefinisikan intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan oleh pengetahuan
dan penelitian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang di
harapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018). Dapat dijabarkan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSAKEPERAWATAN
TUJUAN DANKRITERIA HASIL
INTERVENSI
1. Ansietas Definisi : meminimalkankondisi individu danpengalaman subyektifterhadap objek yang tidakjelas dan spesifik akibat
SLKI :
1. Mampu membergambarankecemasan polakopingnya
SIKI :Terapi RelaksasiObservasi1. Identifikasi tingkat
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupkan perbandingan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria
40
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur & Saiful,
2012). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan Nursing Outcome
Clasification (NOC) yaitu tingkat ansietas pasien berkurang, pasien
mampu mengontrol ansietas serta peningkatan koping.Tabel 2.4 Evaluasi
DiagnosaKeperawatan
Evaluasi Ttd
Ansietas S : berisi perkembangan keadaan klien pada apayang dirasakan, dan dikemukakan pasien.
O : berisi perkembangan yang bisa diamati dandiukur oleh perawat atau tim kesehatan
A : berisi penelitian dari kedua jenis data (subjektifdan objektif) apakah berkembang kearah perbaikanatau kemunduran.
P : berisi rencana penanganan pasien yangdidasarkan hasil analisis diatas yang berisimelanjutkan perencanaan sebelumnya,menghentikan perencanaan dan memodifikasiperencanaan.
41
2.5 Hubungan antar konsep
: Diteliti : Berhubungan
: Tidak diteliti : Berpengaruh
Gambar 2.3 Hubungan Antar Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien DM Komplikasi Gangren dengan Masalah Keperawatan Ansieta