4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Daun Mengkudu Mengkudu tergolong dalam famili Rubiaceae, merupakan tanaman obat yang berasal dari Asia Tenggara dan cukup dikenal masyarakat di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya sebutan tersendiri untuk tanaman ini dari berbagai daerah di Indonesia. Di pulau Sumatera mengkudu mendapat julukan yang berbeda oleh berbagai suku atau daerah disana, yaitu keumudu (Aceh), leodu (Enggano), bakudu (Batak). Di pulau jawa mengkudu disebut dengan pace (Jawa Tengah), cangkudu (Sunda) dan kuduk (madura) (Sjabana & Bahalawan, 2002). Asal usul mengkudu tidak terlepas dari penduduk Asia Tenggara yang bermigrasi dan mendarat di kepulauan Polinesia, mereka hanya membawa tanaman dan hewan yang dianggap penting untuk hidup di tempat baru. Tanaman-tanaman tersebut memiliki banyak kegunaan, antara lain untuk bahan pakaian, bangunan, makanan dan obat-obatan, lima jenis tanaman pangan bangsa Polinesia yaitu talas, sukun, pisang, ubi rambat, dan tebu. Mengkudu yang dalam bahasa setempat disebut "Noni" adalah salah satu jenis tanaman obat penting yang turut dibawa. Bangsa Polinesia memanfaatkan "Noni" untuk mengobati berbagai jenis penyakit, diantaranya: tumor, luka, penyakit kulit, gangguan pernapasan, demam dan penyakit usia lanjut (Waha, 2008) Pengetahuan tentang pengobatan menggunakan Mengkudu diwariskan dari generasi ke generasi melalui nyanyian dan cerita rakyat. Tabib Polinesia,
25
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang …eprints.umm.ac.id/39783/3/BAB 2.pdfcm. Pangkal daunnya berbentuk pasak-pendek, urat daun menyirip, berwarna hijau mengilap, tidak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum tentang Daun Mengkudu
Mengkudu tergolong dalam famili Rubiaceae, merupakan tanaman obat
yang berasal dari Asia Tenggara dan cukup dikenal masyarakat di Indonesia.
Hal ini terbukti dengan adanya sebutan tersendiri untuk tanaman ini dari
berbagai daerah di Indonesia. Di pulau Sumatera mengkudu mendapat
julukan yang berbeda oleh berbagai suku atau daerah disana, yaitu keumudu
(Aceh), leodu (Enggano), bakudu (Batak). Di pulau jawa mengkudu disebut
dengan pace (Jawa Tengah), cangkudu (Sunda) dan kuduk (madura) (Sjabana
& Bahalawan, 2002).
Asal usul mengkudu tidak terlepas dari penduduk Asia Tenggara yang
bermigrasi dan mendarat di kepulauan Polinesia, mereka hanya membawa
tanaman dan hewan yang dianggap penting untuk hidup di tempat baru.
Tanaman-tanaman tersebut memiliki banyak kegunaan, antara lain untuk
bahan pakaian, bangunan, makanan dan obat-obatan, lima jenis tanaman
pangan bangsa Polinesia yaitu talas, sukun, pisang, ubi rambat, dan tebu.
Mengkudu yang dalam bahasa setempat disebut "Noni" adalah salah satu
jenis tanaman obat penting yang turut dibawa. Bangsa Polinesia
memanfaatkan "Noni" untuk mengobati berbagai jenis penyakit, diantaranya:
tumor, luka, penyakit kulit, gangguan pernapasan, demam dan penyakit usia
lanjut (Waha, 2008)
Pengetahuan tentang pengobatan menggunakan Mengkudu diwariskan
dari generasi ke generasi melalui nyanyian dan cerita rakyat. Tabib Polinesia,
5
Kahuma adalah orang yang memegang peranan penting dalam dunia
pengobatan tradisional bangsa Polinesia dan selalu menggunakan Mengkudu
dalam resep pengobatannya. Gambar daun mengkudu dapat dilihat pada
gambar 2.1 di bawah ini.
(Waha, 2008)
Gambar 2.1
Daun mengkudu
2.2. Taksonomi dan Morfologi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiosperma
Kelas : Dicotyledone
Sub kelas : Sympetalae
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Genus : Morinda
6
Spesies : Morinda Citrifolia L
Tanaman mengkudu tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 1500 m.
Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bonggol berwarna
putih. Buahnya hijau mengilap dan memilki bintik bintik (Agoes, 2010).
Mengkudu memiliki daun yang tebal serta mengilap, letaknya berhadap
hadapan, ukurannya besar besar, tebal dan tunggal. Bentuk daun mengkudu
jorong-lanset, tepi daun rata, ujung lancip pendek, berukuran 15-50 x 5-17
cm. Pangkal daunnya berbentuk pasak-pendek, urat daun menyirip, berwarna
hijau mengilap, tidak berbulu dan berukuran 0,5-2,5 cm. Ukuran daun
penumpu bervariasi, berbentuk segitiga lebar. Daun mengkudu dapat
dimakan sebagai sayuran. Nilai gizinya tinggi karena banyak mengandung
vitamin A (Agoes, 2010).
Mengkudu memiliki bunga berwarna putih, majemuk, bentuk bongkol,
bertangkai, diketiak daun, benang sari lima, melekat pada mahkota, tangkai
sari berambut, tangkai bakal buah panjang 3-5 cm, hijau kekuningan, panjang
sekitar 1 cm. Biji mengkudu berbentuk segitinga, keras, berwarna, berwarna
coklat kemerahan. Akar mengkudu berwarna coklat muda dan berjenis
tunggang (Sjabana & Bahalawan, 2002).
Buah mengkudu berbentuk bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada
yang berdiameter 7,5-10cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel
poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mulanya buah
berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang
warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah buah
batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah
7
mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau
tersebut muncul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat
(senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap,
menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat
yang rasanya tidak enak (Agoes, 2010).
2.3. Kandungan yang terdapat di Daun Mengkudu
2.3.1 Saponin
Saponin dalam tanaman herbal merupakan zat aktif yang dapat
membantu proses penyembuhan luka. Saponin akan merubah ekspresi
ekspresi TGF-β pada fibrolas. Perubahan ekspresi ini berupa peningkatan
sensitifitas fibroblas terhadap TGF-β. Dengan meningkatnya sensitifitas,
maka fibroblas dapat memproduksi kolagen dengan jumlah lebih banyak.
Namun reseptor TGF-β memilki sifat bifasik. Pada konsentrasi saponin
tinggi yaitu 500 µg/ml sensitifitas reseptor TGF-β akan menurun. Akan
tetapi efek ini bukan merupakan efek toksik (Kanzaki, et al., 1998).
2.3.2 Tanin
Tanin merupakan suatu zat aktif yang dapat membantu proses
penyembuhan luka. Tanin akan meningkatkan angiotensinogen yang
akan mempercepat proses pembentukan vaskularisasi di lokasi luka.
Tanin juga memiliki sifat antibakteri. Tanin dapat menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Klebsiela pneumonia lebih baik
dari pada penicilin dan cefoperazone sodium. Kedua bakteri yang banyak
pada kulit ini akan mengeluarkan enzim proteolitik yang akan mencerna
serabut kolagen kulit yang terpapar. Aktivitas enzim proteolitik ini akan
8
menghasilkan jaringan nekrotik yang akan memperburuk kondisi luka.
Sehingga tanin dengan efek antibakteri akan menciptakan lingkungan
luka yang lebih baik (Li, et al., 2011).
2.3.3 Alkaloid
Alkaloid dikenal untuk meningkatkan aktivitas penyembuhan luka
karena aktivitas antioksidan kuat dan kekuatan radikal yang kuat.
Reactive oxygen spscies (ROS) adalah bagian vital penyembuhan dan
dapat memicu berbagai jalur penyembuhan luka yang menguntungkan
seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) pada keratinocytes.
Selama fase inflamasi penyembuhan neutrofil dan makrofag tertarik ke
jaringan yang terluka oleh berbagai faktor kemotaktik. Mereka
menemukan, mengidentifikasi, melakukan fagositosis, membunuh dan
mencerna mikroorganisme dan menghilangkan puing-puing luka melalui
aktivitas "respiratory burst " dan fagositosis. Konsentrasi tinggi ROS
dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang parah dan bahkan
menyebabkan neoplastic transformasi, yang selanjutnya menghambat
proses penyembuhan dengan menyebabkan kerusakan pada seluler
membran, DNA, protein dan lipid juga. Alkaloid, antioksidan kuat, dapat
mencegah konsentrasi ROS tinggi dan mempercepat proses
penyembuhan luka (Nayak, et al., 2013)
Alkaloid juga dapat berperan sebagai antibacterial dan antifungi.
Aktivitas alkaloid dalam melawan bakteri yaitu dapat menghambat
perkembangan bakteri gram positive dan bakteri gram negative
9
(Maatalah, et al., 2012). Sterilitas luka dapat terjaga sehingga proses
penyembuhan luka juga dapat berjalan dengan baik (Agra, et al., 2013)
2.3.4 Flavonoid
Flavonoid merupakan sekelompok senyawa fenol yang tersebar luas
di alam. Senyawa flavonoid mengandung cincin benzena yang aromatik.
Sebagin besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk
glikosida. Glikosida tersusun atas ikatan gugus hidroksil flavonoid
dengan gula. Glikosida dapat mengandung lebih dari satu molekul
flavonoid. Glikosida dari tumbuhan larut dalam air dan sedikit larut
dalam pelarut organik seperti eter, benzen, kloroform dan aseton (Zhao,
et al., 2007).
Tanaman herbal yang mengandung flavonoid tersebar luas di alam
dan banyak yang dikonsumsi manusia. Beberapa uji klinis telah
menunjukkan asosiasi positif antara asupan flavonoid dan kesehatan
manusia. Prooksidan dari flavonoid dapat digunakan dalam pengobatan
kanker (Zhao, et al., 2007).
Flavonoid akan membantu dalam pengaturan aliran limfatik.
Flavonoid membantu mengatur mikrosirkulasi disekitar luka, yang
mencegah getah bening dan darah terkumpul didaerah yang terluka.
Sehingga odema disekitar luka akan berkurang serta tersedianya sel
darah merah dan putih yang segar ke daerah yang rusak dalam jumlah
yang cukup (Hasanoglu, et al., 2001).
Prostaglandin, biosintesis oksida nitrat yang terlibat dalam
peradangan, isoform of inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) dan
10
siklooksigenase (COX-2) bertanggung jawab untuk produksi sejumlah
besar mediator. Pada tingkat molekuler, flavonoid juga dapat
menghambat sintesis prostaglandin, yang memberikan kontribusi untuk
antiinflamsi, sehingga menciptakan lingkungan yang mendukung
perbaikan jaringan (Hasanoglu, et al., 2001).
2.3.5.Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa metabolid sekunder yang kerangka
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan diturunkan dari
hidrokarbon C 30 asiklik , yaitu skualena. Senyawa ini berbentuk siklik
atau asiklik dan sering memiliki gugus alkohol, aldehida, atau asam
karboksilat. Sebagian besar senyawa Triterpenoid mempunyai kegiatan
fisiologi yang menonjol sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak
dipergunakan sebagai obat seperti untuk pengobatan penyakit diabetes,
gangguan menstuasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan
malaria. Sedang bagi tumbuhan yang mengandung senyawa
Triterpenoid terdapat nilai ekologi karena senyawa ini bekerja sebagai
anti fungus, insektisida, anti pemangsa, anti bakteri dan anti virus
(Widiyati, 2006).
Triterpenoid memiliki sifat astringent dan antimikroba Sifat ini
bertanggung jawab terhadap peningkatan kontraksi luka dan epitelisasi.
Peningkatan kontraksi luka dan sifat antimikroba membuat kondisi tetap
steril akan membuat penyembuhan luka menjadi lebih cepat dan lebih
baik (Dash & Murthy, 2011)
11
2.4. Efek Ekstrak Daun Mengkudu pada Luka Laserasi
Banyak unsur penyusun ekstrak daun mengkudu yang dipercaya dapat
meningkatkan penyembuhan dan penutupan luka yang lebih cepat dan
mempercepat pematangan sel fibroblas. Saponin, misalnya, memiliki sifat
antibakteri dan dapat menurunkan risiko infeksi. Tanin dikenal sebagai zat
pembawa dan dapat membantu dengan haemostasis setelah cedera, namun
tidak secara khusus mempengaruhi fibroblas pada fase pemodelan ulang.
flavonoid yang ditemukan pada daun mengkudu seperti rutin, quercetin, and
kaempferol memiliki sifat antioksidan, yang menghilangkan radikal bebas dan
oksigen yang tidak berpasangan yang dapat menyebabkan kerusakan sel.
Flavonoid juga dapat menghambat ekspresi TNF-α, interleukin-1(IL-1),
interleukin-6 (IL-6), and interleukin-10 (IL-10), dan mediator inflamasi
seperti nitric oxide (NO) da prostaglandin E2 (PGE2) pada makrofag, yang
juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan karena itu memperlambat
proses perbaikan luka termasuk memperpanjang fase proliferasi