BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori tentang Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Pengertian rumah sakit menurut WHO: “is an integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for the population complete health care, both curative and preventive and whose outpatient service reach out to the family and its home environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and for biosocial research”, (suatu bagian menyeluruh dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian penelitian biososial (Azwar, 1996). Menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa pengertian rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Universitas Sumatera Utara
25
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori tentang Rumah Sakit …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30543/4/Chapter II.pdf · Rumah sakit merupakan pusat pelayanan rujukan medik spesialistik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori tentang Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Pengertian rumah sakit menurut WHO: “is an integral part of social and
medical organization, the function of which is to provide for the population complete
health care, both curative and preventive and whose outpatient service reach out to
the family and its home environment; the hospital is also a centre for the training of
health workers and for biosocial research”, (suatu bagian menyeluruh dari organisasi
dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat
baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan
keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga
kesehatan serta untuk penelitian penelitian biososial (Azwar, 1996).
Menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyebutkan bahwa pengertian rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika
dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Universitas Sumatera Utara
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan rujukan medik spesialistik dan
subspesialistik dengan fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Sesuai
dengan fungsi utamanya tersebut, perlu pengaturan sedemikian rupa sehingga rumah
sakit mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan lebih berdaya
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) (Ilyas, 2001).
2.1.2 Teori tentang Rawat Inap
Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi,
pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap
pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta Puskesmas
perawatan dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus
menginap (Muninjaya, 2005).
Penderita adalah seseorang yang mengalami/menderita sakit atau mengidap
suatu penyakit. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit baik milik
pemerintah maupun swasta, dan Puskesmas. Setiap pasien sebelum mendapat
perawatan inap pada RSU, terlebih dahulu mendapatkan persetujuan rawat inap.
Paket pelayanan rawat inap di Rumah Sakit, meliputi: perawatan kelas I, II
dan III, persalinan normal atau patologis, tindakan pembedahan sesuai kebutuhan
medis. Pelayanan penunjang, meliputi : radiologi, USG, EKG, laboratorium,
fisioterapi (Muninjaya, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Pelayanan Makanan di Rumah Sakit
Penyelenggaraan makanan merupakan salah satu dari empat kegiatan pokok
yang ada di rumah sakit. Penyelenggaraan makanan merupakan suatu rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan
kapada pasien, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui
pemberian diet yang tepat, dan termasuk sampai kegiatan pencatatan, pelaporan dan
evaluasi (Depkes RI, 2003).
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah sub sistem pelayanan kesehatan
paripurna di rumah sakit, yang merupakan rangkaian komponen yang saling terkait
dan saling memengaruhi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.
PGRS seperti yang tercantum dalam Standar Pelayanan Departemen Kesehatan
(2003) adalah pelayanan yang diberikan untuk mencapai status gizi pasien yang
optimal dalam memenuhi kebutuhannya, baik untuk keperluan metabolisme tubuh,
peningkatan kesehatan ataupun untuk mengoreksi kelainan metabolisme dalam upaya
penyembuhannya.
PGRS didefinisikan sebagai pelayanan yang diberikan kepada pasien rawat
jalan maupun rawat inap untuk memilih dan memperoleh makanan yang sesuai guna
mencapai syarat gizi yang optimal. Tujuan umum PGRS adalah tersedianya
pelayanan gizi yang berdaya guna dan berhasil guna serta terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit (Depkes RI, 2003).
Sistem pelayanan makanan dalam PGRS adalah program terpadu dimana
pengadaan, penyimpanan, pemasakan dan penyajian makanan serta yang diperlukan
Universitas Sumatera Utara
untuk mencapai tujuan dikoordinasikan secara penuh dengan penggunaan tenaga
seminimal mungkin, pengontrolan biaya secermat mungkin serta mutu dan kepuasan
pasien seoptimal mungkin (Almatsier, 2006).
Tujuan dilaksanakannya penyelenggaraan makanan di rumah sakit untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang
membutuhkannya. Dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit, standar masukan,
proses dan keluaran (Depkes RI, 2006).
Pelayanan makanan yang bermutu di rumah sakit bersifat paripurna sesuai
dengan jenis dan kelas rumah sakit. Misi dari pelayanan makanan rumah sakit adalah:
(a) meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia yang menyelenggarakan
pelayanan makanan, (b) mengembangkan penelitian sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyelenggarakan pelayanan makanan yang
berorientasi pada kepuasan klien atau pasien (Depkes RI, 2006).
Kegiatan PGRS secara umum meliputi : (a) asuhan gizi, (b) penyelenggaraan
makanan, dan (c) penelitian dan pengembangan. Asuhan gizi adalah: suatu upaya
bersama dan terintegrasi, dilakukan oleh petugas gizi, perawat, ahli gizi dan tenaga
pendukung, melibatkan penderita, dengan tujuan, agar kebutuhan gizi yang
diperlukan dapat tercapai (Depkes RI, 2006).
Pelayanan gizi yang diberikan di rumah sakit disesuaikan dengan keadaan
penderita dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme
tubuhnya. Keadaan gizi penderita sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
Universitas Sumatera Utara
penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan
gizi penderita. Sering terjadi kondisi klien/penderita semakin buruk karena tidak
diperhatikan keadaan gizinya. Hal ini diakibatkan karena tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Laporan dari berbagai survei
di rumah sakit membuktikan kejadian hospital malnutrition dengan asuhan gizi yang
tidak tepat sebagai faktor resiko (Prosiding ASDI, 2005).
Perawatan pasien di rumah sakit berarti memisahkan orang sakit dari
kebiasaan hidupnya sehari- hari, dan memasuki lingkungan yang masih asing
baginya. Perubahan juga terjadi dalam hal makanan. Beberapa faktor yang perlu
mendapat perhatian dalam penyelenggaraan pengaturan makanan bagi orang sakit di
rumah sakit (Moehyi, 1999) :
1. Faktor psikologis
Perawatan di rumah sakit menyebabkan orang sakit harus menjalani kehidupan
yang berbeda dengan apa yang dialami sehari – hari di rumah. Apa yang dimakan,
dimana orang tersebut makan, bagaimana makanan disajikan, dengan siapa orang
tersebut makan, sangat berbeda dengan yang telah menjadi kebiasan hidupnya. Hal
ini ditambah dengan hadirnya orang-orang yang masih asing baginya yang
mengelilinginya setiap waktu, seperti petugas gizi, perawat, atau petugas paramedis
lainnya. Kesemuanya itu dapat membuat orang sakit mengalami tekanan
psikologis, yang dapat pula membawa perubahan perangai pada orang sakit
(Moehyi, 1999).
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Sosial Budaya
Tingkat budaya yang diwarisi dari orang tua pasien, bukan saja menentukan macam
makanan dan cara mengolah makanan pasien sehari-hari, akan tetapi juga sikap dan
kesukaan pasien terhadap makanan. Tingkah budaya yang beraneka ragam inilah
yang dihadapi oleh petugas rumah sakit dalam memberikan makanan. Oleh karena
itu, pemilihan jenis makanan, macam hidangan yang disajikan kepada orang sakit,
harus dipilih sedemikian rupa sehingga tidak terlalu mengarah kepada pilihan atau
kesukaan satu kelompok masyarakat saja (Moehyi, 1999).
3. Keadaan Jasmaniah Orang Sakit
Kondisi fisik orang sakit yang paling baik adalah pada waktu bangun pagi, setelah
mendapat istirahat penuh dan dapat tidur nyenyak pada malam harinya. Oleh
karena itu, makanan yang diberikan pada waktu pagi perlu diperhatikan agar orang
sakit dapat makan dalam jumlah yang cukup, sehingga jika waktu makan siang
nafsu makan tidak begitu baik, orang sakit tidak akan menjadi terlalu lemah. Hal
ini berbeda dengan pendapat yang lazim di lingkungan keluarga, bahwa makan
pagi cukup seadanya saja (Moehyi, 1999).
4. Keadaan Gizi Orang Sakit
Pemeriksaan keadaan gizi orang sakit pada waktu pasien mulai masuk rumah sakit,
jarang dilakukan. Data yang tersedia biasanya adalah umur orang sakit, jenis
kelamin, yang kesemuanya itu dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran
kasar keadaan gizi orang sakit (Moehyi, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Program mutu pelayanan gizi adalah upaya-upaya peningkatan mutu yang
dilakukan oleh unit/bagian/instalasi gizi. Program mutu harus sejalan dengan program
mutu rumah sakit dan memperhatikan cakupan indikator keberhasilan pelayanan gizi
pada buku PGRS. Kegiatan program mutu harus dilengkapi dengan kerangka acuan,
sehingga ada kejelasan tujuan, siapa pelaksana, bagaimana melaksanakan dan kapan
dilaksanakan (Depkes RI, 2006).
Evaluasi dan tindak lanjut dari hasil kegiatan program melalui monitoring
dan evaluasi dilakukan terhadap dokumen kebijakan dan prosedur, serta kegiatan
pelayanan gizi. Dalam hal ini diperhatikan apakah lengkap kegiatan pelayanan telah
dilakukan sesuai dengan semua kebijakan dan prosedur. Demikian juga diperhatikan
apakah pelayanan dilakukan dengan teratur sesuai dengan kebijakan yang dibuat
(Depkes RI, 2006).
Dalam konsep quality assurance (QA), kepuasan pasien dipandang sebagai
unsur penentu penilaian baik buruknya sebuah rumah sakit. Unsur penentu lainnya
dari empat komponen yang memengaruhi kepuasan adalah: aspek klinis, efisiensi dan
efektivitas dan keselamatan pasien. Aspek Klinis, merupakan komponen yang
menyangkut pelayanan petugas gizi, perawat dan terkait dengan teknis medis
(Sabarguna, 2004).
Beberapa indikator mutu pelayanan makanan di rumah sakit menurut
Sabarguna (2004) yaitu:
a. Kelayakan adalah tingkat dimana pelayanan makanan yang berikan relevan