6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien. (Syamsuni, 2006) Menurut Permenkes No 72 tahun 2016 Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Sedangkan menurut jas (2009), Resep artinya pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien, format dan kaidah penulisan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak. Dengan kata lain, penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan dokter dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep menurut kaidah dan peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis kepada apoteker di apotek agar obat diberikan sesuai dengan yang tertulis. Pihak apoteker berkewajiban melayani secara cermat, memberikan informasi terutama yang menyangkut dengan penggunaan dan mengkoreksinya bila terjadi kesalahan dalam penulisan. Dengan
31
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resep
2.1.1 Definisi
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker
pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta
menyerahkan obat kepada pasien. (Syamsuni, 2006)
Menurut Permenkes No 72 tahun 2016 Resep adalah permintaan tertulis
dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper
maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Sedangkan menurut jas (2009), Resep artinya pemberian obat secara
tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi
kepada pasien, format dan kaidah penulisan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang mana permintaan tersebut
disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar diberikan obat
dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada
pasien yang berhak.
Dengan kata lain, penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan
dokter dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep
menurut kaidah dan peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis
kepada apoteker di apotek agar obat diberikan sesuai dengan yang
tertulis. Pihak apoteker berkewajiban melayani secara cermat,
memberikan informasi terutama yang menyangkut dengan penggunaan
dan mengkoreksinya bila terjadi kesalahan dalam penulisan. Dengan
7
demikian pemberian obat lebih rasional, artinya tepat, aman, efektif, dan
ekonomis.
Wujud akhir kompetensi dokter dalam medical care, secara
komprehensif menerapkan ilmu pengetahuan dan keahliannya di bidang
farmakologi dan teraupetik secara tepat, aman dan rasional kepada
pasien khususnya masyarakat pada umumnya (Jas, 2009).
Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada
pengobatan gigi dan mulut) dan dokter hewan(terbatas pada pengobatan
pada hewan/ pasien hanya hewan). Resep diterima oleh apoteker
pengelola apotek yang apabila berhalangan tugasnya dapat digantikan
Apoteker Pendamping/Apoteker Pengganti atau Asisten Apoteker
Kepala di bawah pengawasan dan tanggung jawab Apoteker Pengelola
Apotek. Resep yang benar ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan
memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku (Jas, 2009)
2.1.2 Jenis Jenis Resep
Jenis- jenis resep, berdasarkan Jas (2009) dibagi menjadi:
2.1.2.1 Resep standar (Resep Officinalis/Pre Compounded) merupakan
resep dengan komposisi yang telah dibakukan dan dituangkan
ke dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Resep
standar menuliskan obat jadi (campuran dari zat aktif) yang
dibuat oleh pabrik farmasi dengan merk dagang dalam sediaan
standar atau nama generik.
2.1.2.2 Resep magistrales (Resep Polifarmasi/Compounded) adalah
resep yang telah dimodifikasi atau diformat oleh dokter yang
menulis. Resep ini dapat berupa campuran atau obat tunggal
yang diencerkan dan dalam pelayanannya perlu diracik terlebih
dahulu.
8
2.1.2.3 Resep medicinal. Yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten,
merek dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak
mangalami peracikan. Buku referensi : Organisasi Internasional
untuk Standarisasi (ISO), Indonesia Index Medical Specialities
(IIMS), Daftar Obat di Indonesia (DOI), dan lain-lain.
2.1.2.4 Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama
generik dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam
pelayanannya bisa atau tidak mengalami peracikan (Jas, 2009).
2.1.3 Kelengkapan Resep
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap, supaya dapat memenuhi
syarat untuk dibuatkan obatnya di apotek. Resep yang lengkap terdiri
atas:
2.1.3.1 Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan
dapat pula dilengkapi dengan nomor telepon, jam dan hari
praktek.
2.1.3.2 Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.
2.1.3.3 Tanda R/ singkatan dari recipe yang berarti ”harap diambil”.
2.1.3.4 Nama setiap jenis/bahan obat yang diberikan serta jumlahnya.
2.1.3.5 Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki.
2.1.3.6 Aturan pemakaian obat oleh penderita, yang ditandai dengan
signa.
2.1.3.7 Nama penderita di belakang kata Pro: merupakan identifikasi
penderita, dan sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang
akan memudahkan penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat
pada penderita.
9
2.1.3.8 Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan
yang menuliskan resep tersebut yang menjadikan suatu resep itu
otentik. Resep obat suntik dari golongan Narkotika harus
dibubuhi tanda tangan lengkap oleh dokter yang menuliskan
resep, dan tidak cukup dengan paraf saja (Joenoes, 2007).
2.1.4 Format Penulisan Resep
Menurut Jas (2009) Resep terdiri dari enam bagian, antara lain:
2.1.4.1 Inscriptio terdiri dari nama, alamat, dan nomor izin praktek
(SIP) dokter, tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika
hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Format inscriptio suatu
resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada
praktik pribadi.
2.1.4.2 Invocatio merupakan tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan
resep. Permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ =
recipe” artinya ambilah atau berikanlah. Berfungsi sebagai kata
pembuka komunikasi antara dokter penulis resep dengan
apoteker di apotek.
2.1.4.3 Prescriptio/ordonatio terdiri dari nama obat yang diinginkan,
bentuk sediaan obat, dosis obat, dan jumlah obat yang diminta.
2.1.4.4 Signatura merupakan petunjuk penggunaan obat bagi pasien
yang terdiri dari tanda cara pakai, regimen dosis pemberian,
rute dan interval waktu pemberian. Penulisan signatura harus
jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi
2.1.4.5 Subscriptio merupakan tanda tangan/paraf dokter penulis resep
yang berperan sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
2.1.4.6 Pro (diperuntukkan) terdiri dari nama, alamat, umur, jenis
kelamin, dan berat badan pasien.
10
2.1.5 Tanda-Tanda Pada Resep
2.1.5.1 Tanda Segera, yaitu bila dokter ingin resepnya dibuat dan
dilayani segera, tanda segera atau peringatan dapat ditulis
sebelah kanan atas atau bawah blanko resep, yaitu: Cito! =
segera; Urgent = penting; Statim = penting sekali; PIM
(Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda; Urutan yang
didahulukan adalah PIM, Statim, dan Cito!.
2.1.5.2 Tanda resep dapat diulang. Bila dokter menginginkan agar
resepnya dapat diulang, dapat ditulis dalam resep di sebelah
kanan atas dengan tulisan iter (Iteratie) dan berapa kali boleh
diulang. Misal, iter 1 x, artinya resep dapat dilayani 2 x. Bila
iter 2 x, artinya resep dapat dilayani 1+2 = 3 x. Hal ini tidak
berlaku untuk resep narkotika, harus resep baru.
2.1.5.3 Tanda Ne iteratie (N.I) = tidak dapat diulang. Bila dokter
menghendaki agar resepnya tidak diulang, maka tanda N.I
ditulis di sebelah atas blanko resep (ps. 48 WG ayat (3); SK
Menkes No. 280/Menkes/SK/V/1981). Resep yang tidak boleh
diulang adalah resep yang mengandung obat-obatan narkotik,
psikotropik dan obat keras yang telah ditetapkan oleh
pemerintah/ Menkes Republik Indonesia.
2.1.5.4 Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru diberi di belakang
nama obatnya jika dokter sengaja memberi obat dosis
maksimum dilampaui.
2.1.5.5 Resep yang mengandung narkotik. Resep yang mengadung
narkotik tidak boleh ada iterasi yang artinya dapat diulang;
tidak boleh ada m.i. (mihipsi) yang berarti untuk dipakai
sendiri; tidak boleh ada u.c. (usus cognitus) yang berarti
pemakaiannya diketahui. Resep dengan obat narkotik harus
disimpan terpisah dengan resep obat lainnya (Jas, 2009).
11
2.1.6 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya
Syarat – syarat dalam penulisan resep menurut Jas (2009) mencakup :
2.1.6.1 Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop resep,
tidak ada keraguan dalam pelayanannya dan pemberian obat
kepada pasien.
2.1.6.2 Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien.
2.1.6.3 Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah
takaran sendok dengan signa bila genap ditulis angka
romawi, tetapi angka pecahan ditulis arabik.
2.1.6.4 Menulis jumlah wadah atau numero (No) selalu genap,
walaupun kita butuh satu setengah botol, harus digenapkan
menjadi Fls. II saja.
2.1.6.5 Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh
dokter bersangkutan, menunjukkan keabsahan atau legalitas
dari resep tersebut terjamin.
2.1.6.6 Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.
2.1.6.7 Nama pasien dan umur harus jelas.
2.1.6.8 Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus
ditandatangani oleh dokter bersangkutan dan dicantumkan
alamat pasien dan resep tidak boleh diulangi tanpa resep
dokter.
2.1.6.9 Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak
umum (singkatan sendiri),karena menghindari material
oriented.
2.1.6.10 Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit
pelayanan.
2.1.6.11 Resep merupakan medical record dokter dalam praktik dan
bukti pemberian obat kepada pasien yang diketahui oleh
farmasi di apotek, kerahasiaannya dijaga.
12
2.1.7 Kesalahan Peresepan
Beberapa kesalahan dalam penulisan resep masih banyak ditemukan
dalam praktek sehari-hari seperti kurangnya informasi yang diberikan,
tulisan yang buruk sehingga menyebabkan kesalahan pemberian dosis
dan rute obat, serta peresepan obat yang tidak tepat. Berikut beberapa
masalah yang sering muncul dalam penulisan resep antara lain:
2.1.7.1 Kegagalan dokter dalam menyampaikan informasi penting
seperti peresepan obat, dosis atau rute sesuai dengan yang
diinginkan.
2.1.7.2 Penulisan resep yang tidak terbaca karena tulisan tangan
buruk
2.1.7.3 Menulis nama obat dengan singkatan atau nomenklatur yang
tidak standar.
2.1.7.4 Menuliskan permintaan obat yang ambigu.
2.1.7.5 Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu
kekuatan obat tersebut.
2.1.7.6 Lalai menulis rute pemberian obat yang dapat diberi lebih
dari satu rute.
2.1.7.7 Meresepkan obat yang diberikan secara infus intravena
intermitten, tanpa menspesifikasi durasi pemberian infus.
2.1.7.8 Tidak mencantumkan informasi pasien secara lengkap
seperti alamat, berat badan, dll.
2.1.7.9 Lalai menulis tanggal peresepan obat .
2.1.7.10 Lalai menulis informasi dokter (nama, no.SIP, dll) Tidak
mencantumkan tanda tangan/paraf penulis resep.
2.1.8 Kesalahan pencatatan (transkripsi)
2.1.8.1 Saat datang ke rumah sakit,tanpa sengaja tidak meresepkan
obat yang digunakan pasien sebelum ke rumah sakit.
13
2.1.8.2 Melanjutkan kesalahan penulisan resep dari dokter
sebelumnya, ketika meresepkan obat pasien saat datang ke
rumah sakit.
2.1.8.3 Mencatat perintah pengobatan dengan tidak benar ketika
menulis ulang di daftar obat pasien.
2.1.8.4 Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda
dengan daftar obat yang diresepkan untuk pasien rawat inap.
2.1.8.5 Menulis “miligram” padahal bermaksud menulis “mikrogram”
Kejadian kesalahan penulisan resep memiliki frekuensi yang
tinggi.Guna menghindarinya maka semua permintaan resep harus
ditulis dengan jelas, tidak ambigu, diberi tanggal dan ditandatangani,
sehingga tercipta komunikasi yang optimal antara dokter penulis
resep, farmasi dan perawat.
2.2 Jantung
2.2.1 Definisi Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh
darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari
empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung
di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa.
Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian
kanan dan kiri dinamakan septum (Vania E, 2015).
2.2.2 Anatomi Jantung
2.2.2.1 Anatomi Luar
Jantung terdiri dari 2 jenis ruang pompa, atrium dan ventrikel,
masingmasing berjumlah 2 buah, kanan dan kiri, sehingga
14
jantung memiliki 4 ruangan. Tampak luar, atrium terletak diatas
ventrikel dan berukuran lebih kecil dibandingkan ventrikel,
keduanya dipisahkan oleh arteri koroner kanan dan arteri
sirkumfleks yang terdapat didalam sulkus koronarius,
mengelilingi jantung.6 Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal
yang disebut perikardium. Perikardium terdiri dari 2 lapisan,
perikardium viseral yang biasa disebut epikardium dan
perikardium parietal dibagian luar. Lapisan epikardium melapisi
seluruh bagian jantung hingga pangkal aorta dan arteri
pulmonalis di bagian atas untuk kemudian melipat keluar
menjadi perikardium parietalis. Kedua lapisan perikardium yang
saling berkelanjutan ini membentuk suatu ruangan yang berisi
cairan, disebut sebagai cairan perikardium yang memudahkan
pergerakan jantung saat terjadi proses pemompaan darah. Adanya
perikardium dengan perlekatannya pada ligamentum-ligamentum
juga berfungsi memfiksasi organ jantung di dalam rongga dada.
Gambar 2.1 Anatomi luar jantung
2.2.2.2 Anatomi Dalam
15
Jantung terdiri dari 4 ruangan, bagian atrium-ventrikel kiri dan
kanan. Diantara kedua atrium dibatasi oleh septum
interatrial,yang terletak pada bagian postero-inferior dinding
medial atrium kanan, sedangkan kedua ventrikel dibatasi oleh
septum interventrikuler. Secara horizontal atrium kanan
dihubungkan dengan ventrikel kanan oleh katup bikuspidalis atau
biasa disebut dengan katup mitral dan atrium kiri berhubungan
dengan ventrikel kiri lewat katup trikuspidalis.
Gambar 2.2 Anatomi dalam jantung
2.2.3 Fisiologi Jantung
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait
fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-
ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa
jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan
bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk
seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini
adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat
untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.
16
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke
jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah
dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru
tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan
melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru
melalui katup pulmonal.
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami
oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah.
Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena
pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui
katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan
tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal,
ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan
mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat
ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah
diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula
dengan kedua ventrikel.
2.2.4 Penyakit Jantung
2.2.4.1 Definisi
Penyakit kardiovaskular atau yang biasa disebut penyakit
jantung umumnya mengacu pada kondisi yang melibatkan
penyempitan atau pemblokiran pembuluh darah yang bisa
menyebabkan serangan jantung, nyeri dada (angina) atau
stroke. Kondisi jantung lainnya yang mempengaruhi otot
jantung, katup atau ritme, juga dianggap bentuk penyakit
jantung (Danu satria, 2017).
17
2.2.4.2 Klasifikasi Penyakit Jantung
Berikut adalah penjelasan dari klasifikasi penyakit jantung
menurut Danu Satria, yaitu:
a. Diagnosis Normal
Jantung normal merupakan kondisi dimana jantung bekerja
secara normal untuk memompa darah dan menyuplai
oksigen keseluruh tubuh.
b. Diagnosis Hypertensive Heart Disease (HHD)
Hypertensive heart disease (HHD) adalah istilah yang
diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara
keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH),
aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan kerana peningkatan
tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
c. Diagnosis Congestive Heart Failure (CHF)
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi
dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa
darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen. Hal ini mengakibatkan peregangan
ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih
banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau
mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung
hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat
dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat.
d. Diagnosis Angina Pectoris
Angina pectoris adalah istilah medis untuk nyeri dada atau
ketidaknyamanan akibat penyakit jantung koroner. Hal itu
terjadi ketika otot jantung tidak mendapat darah sebanyak
18
yang dibutuhkan. Hal ini biasanya terjadi karena satu atau
lebih arteri jantung menyempit atau tersumbat, biasa juga
disebut iskemia.
2.2.4.3 Kelainan Pada Jantung
Berikut ini beberapa gangguan lain pada jantung menurut Kabo
(2010), yaitu:
a. Atherosklerosis dan Atherotrombosis
Atherosklerosis adalah suatu proses dimana terjadi
penimbunan lemak dan matriks tunika intima, yang diikuti
oleh oleh pembentukan jaringan ikat pada dinding pembuluh
arteri, contoh Coronary Artery Disease (CAD).
Atherotrombosis adalah proses pembentukan thrombus yang
dicetuskan oleh kerusakan plak atheroskerosis.
b. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana
tekanan darah (TD) meningkat diatas TD yang disepakati
normal. TD terbentuk dari interaksi antara aliran darah dan
tahanan pembuluh darah perifer. Didapatkan dua macam