10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1. Definisi Komunikasi Menurut Nasir (2009) komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah interaksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta pikiran, yang diberikan pada penerima pesan dengan harapan si penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sifat dan perilaku. Tamsuri (2016) komunikasi adalah kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih, berbagi ide, pikiran dengan menggunakan lambang dan memiliki tujuan terjadinya perubahan pada orang lain. 2.1.2. Tipe Komunikasi Nasir (2009) berpendapat bahwa perawat menggunakan berbagai tingkatan komunikasi pada peran professionalnya. Keterampilan komunikasi harus meliputi teknik yang menggambarkan kompetensi dalam tiap tingkat. Adapun tipe komunikasi meliputi: 2.1.2.1 Komunikasi intrapersonal (intrapersonal Communication) merupakan bentuk komunikasi di dalam diri individu terdiri atas sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan dan memberikan umpan balik pada dirinya sendiri dalam proses inernal yang berkelanjutan, komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. 2.1.2.2 Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) merupakan suatu proses pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi interpersonal memiliki sifat-sifat yaitu bersifat dua arah yang berarti melibatkan dua orang dalam suatu interaksi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Komunikasi
2.1.1. Definisi Komunikasi
Menurut Nasir (2009) komunikasi merupakan penyampaian informasi
dalam sebuah interaksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian,
makna, serta pikiran, yang diberikan pada penerima pesan dengan
harapan si penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk
mengubah sifat dan perilaku.
Tamsuri (2016) komunikasi adalah kegiatan yang melibatkan dua orang
atau lebih, berbagi ide, pikiran dengan menggunakan lambang dan
memiliki tujuan terjadinya perubahan pada orang lain.
2.1.2. Tipe Komunikasi
Nasir (2009) berpendapat bahwa perawat menggunakan berbagai
tingkatan komunikasi pada peran professionalnya. Keterampilan
komunikasi harus meliputi teknik yang menggambarkan kompetensi
dalam tiap tingkat. Adapun tipe komunikasi meliputi:
2.1.2.1 Komunikasi intrapersonal (intrapersonal Communication)
merupakan bentuk komunikasi di dalam diri individu terdiri
atas sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Seorang individu
menjadi pengirim sekaligus penerima pesan dan memberikan
umpan balik pada dirinya sendiri dalam proses inernal yang
berkelanjutan, komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu
bentuk komunikasi yang lainnya.
2.1.2.2 Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)
merupakan suatu proses pengiriman pesan antara dua orang
atau lebih dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi
interpersonal memiliki sifat-sifat yaitu bersifat dua arah yang
berarti melibatkan dua orang dalam suatu interaksi.
11
2.1.2.3 Komunikasi publik (Public communication) merupakan suatu
proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh
pembicara dalam situasitatap muka didepan khalayak yang lebih
besar dengan tujuan menumbuhkan semangat kebersamaan,
memberikan informasi, mendidik, serta memepengaruhi orang
lain dalam upaya menumbuhkan semangat.
2.1.2.4 Komunikasi massa (mass Communication) komunikasi yang
berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan
penerima tidak terjadi kontak secara langsung.
2.1.3 Unsur dalam komunikasi
Menurut Tamsuri. (2016) ada tiga unsur dalam komunikasi, yaitu
komunikator, pesan, dan komunikan.
2.1.3.1 Komunikator adalah individu atau kelompok yang memiliki
kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain (komunikan.)
2.1.3.2 Pesan adalah produk aktual dari sumber / komunikaor. Isi pesan
dapat berupa ide/gagasan, eperintah, informasi, dan ungkapan
perasaan. Pesan efektif adalah pesan yang dapat dipahami
(decodable) oleh komunikan secara utuh dan tidak menimbulkan
bias atau distorsi pesan.
2.1.3.3 Komunikan adalah individu, kelompok atau massa yang
diharapkan menerima pesan yang disampaikan oleh
komunikator atau sumber.
2.1.4 Jenis Komunikasi
Komunikasi dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu komunikasi
tertulis, komunikasi verbal, komunikasi non-verbal, komunikasi satu
arah dan komunikasi dua arah.
12
2.1.4.1 Komunikasi tertulis merupakan komunikasi yang penyampaian
pesan secara tertulis baik manual maupun melalui media
seperti email, surat, media cetak. lainnya. Prinsip komunikasi
tertulis yaitu lengkap, ringkas, pertimbangan, konkrit, jelas,
benar, dan sopan. Menurut Arwani & Monica (2003),
menyatakan dalam rumah sakit, komunikasi tertulis dapat
berupa catatan perkembangan pasien, catatan medis, laporan
perawat dan catatan lainnya yang memiliki fungsi sebagai
berikut :
a. Sebagai tanda bukti tertulis otentik, seperti persetujuan
operasi
b. Dokumentasi historis, seperti rekam medis pasien.
c. Jaminan keamanan
d. Pedoman atau dasar bertindak, seperti surat keputusan,
surat perintah, surat pengangkatan, dan standar
operasional prosedur.
e. Keuntungan komunikasi tertulis di rumah sakit, sebagai
berikut :
1) Adanya dokumen tertulis
2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3) Dapat menyampaikan ide yang rumit
4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5) Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan
komunikasi lisan.
7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
2.1.4.2 Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang disampaikan
secara lisan. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau
melalui sarana komunikasi seperti telepon. Kelebihan dari
komunikasi ini terletak pada keberlangsungannya, yakni
13
dilakukan secara tatap muka sehingga umpan balik dapat
diperoleh secara langsung dalam bentuk respon dari pihak
komunikan (Arnold & Boggs, 2003). Potter & Perry (2009),
mengemukakan komunikasi verbal ini harus memperhatikan
arti denotative dan konotatif, kosa kata, tempo bicara, intonasi,
kejelasan dan keringkasan serta waktu dan kesesuaian. Jenis
komunikasi ini sering digunakan dalam pelayanan di Rumah
Sakit dalam hal pertukaran informasi secara verbal terutama
pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi ini biasanya
lebihakurat dan tepat waktu. Kelebihan dari komunikasi ini
adalah memungkinkan setiap individu untuk merespon secara
langsung.
2.1.4.3 Komunikasi non verbal merupakan proses komunikasi dimana
pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Komunikasi
ini adalah cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain. Stuart & Laraia (2005), menyatakan
tenaga medis perlu menyadari pesan verbal dan non verbal
yang disampaikan oleh pasien mulai dan saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan karena pesan non verbal
dapat memperkuat pesan yang disampaikan secara verbal,
misalnya, menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi
wajah, kontak mata, simbolsimbol serta cara berbicara seperti
intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi dan gaya
berbicara.
2.1.4.4 Komunikasi simbolik merupakan symbol lisan dan nonverbal
yang digunakan pihak lain untuk menyampaikan arti. Seni dan
musik merupakan komunikasi simbolik yang digunakan
perawat untuk meningkatkan pemahaman dan mendorong
pemulihan (Lane, 2006).
2.1.4.5 Metakomunikasi merupakan istilah yang luas merujuk kepada
seluruh faktor yang memengaruhi komunikasi. Kesadaran akan
14
faktor ini membantu individu memahami hal yang
dikomunikasikan (Arnold & Boggs, 2003).
2.1.5 Fungsi Komunikasi
Menurut Lasswell (dikutip dalam Effendy, 2009) mengemukakan
bahwa komunikasi terdiri dari tiga fungsi :
2.1.5.1 Pengamatan terhadap lingkungan (the surveilence of the
environment), penyikapan ancaman dan kesempatan yang
mempengaruhi nilai masyarakat dan bagian-bagian unsur
didalamnya.
2.1.5.2 Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menanggapi
lingkungan (correlation of the compenents of society in
making a respone in the Environment)
2.1.5.3 Penyebaran warisan sosial (transmission of the social
inheritance). Di sini berperan sebagai pendidik, baik dalam
kehidupan rumah tangganya maupun sekolah yang
meneruskan warisan sosial kepda keturunan berikutnya.
2.1.6 Tujuan Komunikasi
Menurut Nasir dkk (2009), umumnya komunikasi mempunyai beberapa
tujuan antara lain:
2.1.6.1 Perubahan sikap
Seorang komunikan seelah menerima pesan dan kemudian
sikapnya berubah, baik posiif aaupun negaif. Dalam berbagai
situasi kita berusaha mempengaruhi sikap otrang lain dan
berusaha agar orang lain bersikap posistif sesuai keinginan
kita.
2.1.6.2 Perubahan pendapat
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman.
Pemahaman ialah kemampuan memehami pesan secara cermat
sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah
15
memahami apa yang dimaksud komuikator maka akan
terciptapendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.
2.1.6.3 Perubahan perilaku
Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun
tindakan seseorang, dari perilaku yang destruktif (tidak
mencerminkan perilaku hidup sehat, menuju perilaku hidup
sehat)
2.1.6.4 Perubahan Sosial
Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang
lain sehingga menjadi hubungan yang semakin baik.
2.1.7 Faktor penghambat komunikasi
Menurut Nasir dkk (2009) Beberapa faktor penghambat komunikasi
sebagai berikut :
2.1.7.1 Status sosial
Cara seseorang berkomunikasi harus melihat dari siapa lawan
kita, misalnya keluarga kita maka komunikasi yang akan
terbina adalah komunikasi yang lebih santai, dekat dan akrab,
akana berbeda hal nya bila kita berbicara dengan orang lain,
maka kita harus berpikir agamanya apa,tingkat pendidikan nya
bagaimana, ideologinya seperti apa, posisinya sebagai apa,
tingkat kehidiupan nya seperti apa dan sebagainya.
2.1.7.2 Status psikologis
Dalam kondisi marah dan kecewa, cemas, iri hati, bingung,
dan pikiran kalut baik komunikan maupun komunikator
terlebih dahulu harus dipersiapkan, sehingga apa yang akan
disampaikan akan sesuai dengan isi pesan. Seorang perawat
harus bisa mengesampingkan kondisi amarahnya, rasa
kecewanya, kecemasannya, perasaan iri hatinya, kebingungan
nya, dan kekalutannya saat akan berkomunikasi dengan klien,
terkadang kita menjumpai perawat marah sama keluarga klien
16
karena baru saja ada masalah dengan rumah tangganya. Hal ini
perlu dihindari, karena akan terjadi kebuntuan dalam hubungan
perawat dan klien.
2.1.7.3 Status budaya
Manusia berada pada tingkat keanekaragaman budaya, ras,
norma, kebiasaan, bahasa, gaya hidup, postur tubuh, warna
kulit dan sebagainya. Keanekaragaman itulah yang membuat
manusia harus beradaptasidalam pergaulan dan berkomunikasi.
Seseorang harus bisa menyesuaikan bagaimana harus bergaul
dan berkomunikasi dalam situasi keberagaman.
2.1.7.4 Prasangka
Prasangka merupakan dugaan yang belum menjamin
kebenarannya dan selalu menjurus pada kesimpulan negatif,
karena pandangan nya tidak realistis. Apapun kalau dilihat
buruknya saja, tidak ada seorangpun yang baik dan sebaliknya
siapun yang selalu dilihat baiknya saja dan tidak ada orang
yang tidak baik sehingga perlu dipandang secara objektif.
2.1.7.5 Hambatan semantis
Faktor semantis disebabkan karena faktor bahasa yang
digunakan oleh komunikator sebagai “alat” untuk menyelurkan
pikiran dan perasaannya kepada komunikan karena terdapat
gaya bahasa dan arti yang berbeda dalam berkomunikasi,
sehingga perawat dalam bekerja merawat pasien perlu
memperhatikan membaca dan melihat logat bahasa dan
mengukur kemampuannya dalam berbahasa sehingga bila
perlu memakai penerjemah bahasa agar tidak terjadi kesalahan
dalam komunikasi.
2.1.7.6 Lingkungan
Lingkungan yang berisik dan tidak bersahabatakan
menghambat dalam upaya menerjemahkan isi pesan, hal
tersebut akan mengganggu konsentrasi dalam mempersepsikan
17
isi pesan yang akan disampaikan, sehingga perlu penjelasan
artikulasi dan pengucapannya dan bila perlu menggunakanalat
pengeras suara untuk memperjelas isi pesan.
2.1.7.7 Hambatan mekanis
Dalam berkomunikasi menggunakan media, informasi, atau isi
pesanyang disampaikan oleh komunikator terkadang tidak
sesuai dengan isi pesan yang diterima oleh komunikan,
kemungkinaan bila berbicara melalui telepon dan terjadi
kesalahan dalam menerima isi pesan yang mungkindisebabkan
adanya keusakan pada teleponnya, untuk itu komunikasi
melalui teplepon perlu adanya pengulangan isi pesan sampai
dengan isi pesan tersebut bisa di persepsikan dan diartikan
sesuai dengan kehendak komunikator, selain itu berkomunikasi
melalui telepon hendaknya pesan singkat, padat, berisi.
2.2 Komunikasi Efektif
Peraturan Menteri kesehatan nomor 11 /MENKES/ PER/ II / 2017 pasal
5 ayat 5 tentang 6 sasaran keselamatan pasien nomer 2 yaitu
meningkatkan komunikasi efektif dalam patient safety. Pada Bab III
pasal 2 (1) dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di
fasilitas pelayanan kesehatan, Menteri membentuk komite nasional
keselamatan pasien untuk meningkatkan keselamatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan, komite nasional keselamatan pasien memiliki tugas
memberikan masukan dan pertimbangan kepada Menteri dalam rangka
penyusunan kebijakan nasional dan peraturan keselamatan pasien.
(Depkes, 2008) mengemukakan sasaran keselamatan pasien kedua yaitu
rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan. Menurut komite akreditasi
rumah sakit (2012) Maksud dan tujuan sasaran keselamatan pasien
dengan peningkatan komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat,
18
lengkap, jelas, dan mudah dipahami oleh pasien maka akan mengurangi
kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Standar Joint Commision International (JCI) Edisi 5 tahun 2014
menyatakan bahwa sasaran keselamatan pasien kedua yaitu tentang
komunikasi efektif salah satunya dengan komunikasi SBAR saat
handover, hal ini sebagai upaya untuk mengurangi dampak akibat
penyampaian dan penerimaan informasi yang tidak tepat yaitu dengan
memperkenalkan komunikasi efektif yang dapat digunakan dalam
handover, dengan komunikasi terstruktur disebut SBAR (Situation
Background Assesment and Recommendation).
Menurut Australian Healthcare & Hospital Association (2009),
informasi yang harus disampaikan dalam handover harus
berkesinambungan agar asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna, apabila pelaksanaan handover tidak baik dapat menyebabkan
terputusnya arus informasi dan dapat berakibat pada gagalnya pemberian
asuhan keperawatan selanjutnya. terdapat hubungan motivasi dengan
pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat
pelaksana, karena perawat yang mampu berkomunikasi yang baik akan
meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya (Dewi, 2012).
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila
diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah
terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,
seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk
melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon
19
termasuk: menuliskan (atau memasukkan ke komputer) perintah secara
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi; penerima
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang
dengan akurat.untuk obat-obat yang termasuk obat NORUM/LASA
dilakukan eja ulang.
Kebijakan dan/atau prosedur mengidentifikasi alternatif yang
diperbolehkan bila proses pembacaan kembali (read back) tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan dalam situasi gawat
darurat/emergensi di IGD atau ICU.
Kegiatan yang dilaksanakan:
2.2.1 Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut.
2.2.2 Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
2.2.3 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
2.2.4 Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten
dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi
lisan melalui telepon.
2.3 Syarat komunikasi yang efektif meliputi :
Menurut Tamsuri (2016) untuk membuat komunikasi efektif, diperlukan
beberapa syarat yang selanjutnya dikenal dengan tujuh C dalam
komunikasi (The seven C’s of Communication)
2.3.1 Credibility (kredibilitas) adalah pengakuan komunikator terhadap
keberadaan komunikator, seseorang komunikan bisa di katakan
20
credible bila memiliki kelebihan-kelebihan yang mampu memikat
khalayak sehingga mau mendengarkan pembicaraan,
memepercayai pembicaraan, dan melaksanakan pesan yang telah
disampaikan.
2.3.2 Context (konteks) pesan yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan kepentingan sasaran yang berarti materi yang akan
disampaikan sesuai dengan yang dibutuhkan saat ini.
2.3.3 Content (isi) isi materi merupakan inti dari kegiatan komunikasi
yang akan disampaikan sebagai pesan oleh komunikator, yang
berpengaruh bagi penerima pesan.
2.3.4 Clarity (kejelasan) pesan yang disampaikan oleh komunikator
diterima dan dimengerti oleh penerima.
2.3.5 Continuty dan Consistency (Kontinuitas dan konsistensi) pesan
yang disampaikan konsisten dan berkesinambungan dan tidak
menyimpang dari topik dan tujuan komunikasi yang telah
ditetapkan.
2.3.6 Channel (Saluran) saluran yang digunakan dalam komunikasi
sesuai dan memungkinkan penerimaan yang baik oleh
komunikan.
2.3.7 Capability of audience (kemampuan komunikan) materi dari isi
pesan dan tekhnik penyampaian pesan disesuaikan dengan
kemampuan penerimaan sasaran, sedangkan pesan itu sendiri
mudah diterima dan tidak membingungkan.
2.4 Komunikasi antara petugas kesehatan
Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan
berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Komunikasi disini berfokus
pada pembentukan tim, fasilitas proses kelompok, kolaborasi,
konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajeman (Triola,
2006). Interaksi perawat dengan tim lain yang efektif yaitu
21
memberikan informasi/ instruksi secara lengkap dan jelas tanpa
memakai singkatan yang tidak baku/standar.
Melakukan read back terhadap informasi/instruksi yang diterima secara
lisan maupun tulisan melalui telepon atau melaporkan hasil
pemeriksaan penting yang membutuhkan verifikasi oleh penerima
informasi. Standarisasi singkatan, akronim, simbol yang berlaku di
rumah sakit, memberlakukan standar komunikasi pada saat operan
handover communication. Meningkatkan ketepatan laporan. Repeat
back dilakukan saat dokter memberi instruksi sebelum memasukkan
obat (Depkes, 2008).
Arwani & Monica (2003) menyatakan berkomunikasi di rumah sakit,
petugas dan tenaga medis harus melakukan proses verifikasi terhadap
akurasi dari komunikasi lisan dengan catat, baca kembali dan
konfirmasi ulang (CABAK), yaitu :
2.4.1 Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan.
Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui
sarana. Komunikasi seperti telepon. Pemberi pesan harus
memperhatikan kosa kata yang digunakan, intonasi, kekuatan
suara (tidak besar dan tidak kecil), jelas, singkat dan padat.
2.4.2 Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut (catat).
Untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka
penerima pesan harus mencatat pesan yang diberikan secara
jelas. Untuk mendokumentasikan pesan lisan (telepon),
perawat harus menuliskan waktu panggilan, penelpon, pihak
yang ditelepon, pihak penerima informasi, dan informasi yang
diterima.
2.4.3 Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima
pesan (Baca). Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus
membacakan kembali pesan tersebut kepada pemberi pesan
22
agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapan diterima dengan
baik.
2.4.4 Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan kepada
pemberi pesan (konfirmasi). Pemberi pesan harus
mendengarkan pesan yang dibacakan oleh penerima pesan dan
memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang
kurang atau salah.
2.5 Komunikasi Antar perawat
Menurut Tamsuri. (2016) Koordinasi dan komunikasi tidak hanya
diperlukan antar tenaga profesional kesehatan, tetapi juga dalam suatu
tim profesi, termasuk perawat. Dengan demikian, perawat mampu
melaksanakan peran dan fungsinya secara berkesinambungan.
Perawat merupakan profesi yang harus setia setiap saat disisi klien
sehingga kerjasama, koordinasi, dan komunikasi antar perawat yang
terlibat dalam tim perawatan klien harus selalu dilakukan untuk
mencegah terputusnya proses keperawatann yang diselenggarakan.
Gangguan komunikasi antarperawat dapat mengakibatkan proses
keperawatan terhenti, kinerja asuhan keperawatan juga akan menurun,
bahkan menghambat tujuan asuhan keperawatan.
Hasil penelitian Chaboyer, et al 2007 (Sugiharto, 2012) di Australia dan
sejumlah negara lain menunjukkan bahwa kurang lebih 30% aktifitas
keperawatan bergantung dari komunikasi.
Pelaksanaan serah terima diperlukan komunikasi yang efektif,
sebagaimana pada peraturan menteri kesehatan nomor 11 /MENKES/
PER/ II / 2017 dikatakan bahwa salah satu sasaran keselamatan pasien
meliputi peningkatan komunikasi yang efektif, komunikasi yang efektif
antar perawat dapat terjadi saat pelaksanaan handover, handover ini
23
bertujuan menyampaikan informasi dari setiap pergantian shift serta
memastikan efektifitas dan keamanan dalam perawatan pasien,
pelaksanaan komunikasi yang baik saat handover berpengaruh terhadap