8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Caring 2.1.1 Pengertian Caring Secara Umum Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda, 2011). Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Ada beberapa definisi caring yang diungkapkan para ahli keperawatan: Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang
43
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Caringrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40425/3/Chapter II.pdf · Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Caring
2.1.1 Pengertian Caring Secara Umum
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi
yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu, caring
mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring
juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda, 2011). Dalam
keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik
keperawatan.
Ada beberapa definisi caring yang diungkapkan para ahli keperawatan:
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas
bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai
manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan
filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang
9
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai
tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et al., 1999).
Griffin (1983) membagi konsep caring ke dalam dua domain utama. Salah
satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara
konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam
keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan
perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan
menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resepien. Aktivitas tersebut
menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang
mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara
perawat dengan pasien.
Hall (1969) mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai
seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara
seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien.
Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core
merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan
kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure
merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan
(Julia, 1995).
10
2.1.2 Perbedaan Caring dan Curing
Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien
yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring (Johnson, 1989). Caring merupakan fenomena universal yang
berhubungan dengan bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan bersikap
terhadap orang lain. Dalam teori caring, human care merupakan hal yang
mendasar. Human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain,
mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang
lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri (Pasquali dan
Arnold, 1989 dan Watson, 1979). Di samping itu, Watson dalam Theory of
Human Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring
dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-
kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di samping
klien, dan bersikap sebagai media pemberi asuhan (Carruth et al., 1999). Caring
dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam
merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah perawat
bermutu atau tidak. Caring sebagai inti profesi keperawatan dan fokus sentral
11
dalam praktik keperawatan, bersifat universal dan terdiri dari perilaku-perilaku
khusus yang ditentukan oleh dan terjadi dalam konteks budaya. Di dalamnya
memiliki makna yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian
(Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984),
Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan.
Diperkirakan bahwa sekitar ¾ pelayanan kesehatan merupakan caring sedangkan
¼ -nya merupakan curing. Sebagai seorang perawat, kemampuan care dan cure
harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan
yang optimal untuk klien. Curing sendiri memiliki pengertian yaitu upaya
kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Selain
itu juga dapat dipahami bahwa curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati
berdasarkan bukti/data dan mengobati dengan patofisiologi yang bisa
dipertanggungjawabkan.
Hall (1969) mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut. Menurutnya,
care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka kedua aspek ini
harus dipadukan (Julia, 1995). Namun, tetap ada perbedaan yang jelas diantara
keduanya. Dalam UU no. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyembuh
penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter dan perawat melalui kegiatan
pengobatan dan/ atau keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan. Dari situ
terlihat bahwa antara caring dan curing terdapat perbedaan. Caring merupakan
12
tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekundernya. Begitu pula curing,
curing merupakan tugas primer dokter dan caring sebagai tugas sekundernya.
Curing merupakan komponen dalam caring. Karena di dalam caring termasuk
salah satunya adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu
penyembuhan klien. Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari
diagnosis, intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis
keperawatan yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan
penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam curing
terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan
penyakit yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut diagnosa penyakit.
Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk
ditanggapi dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih
memperhatikan penyakit yang diderita serta penanggulangannya.
Selain itu, dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan
(caring) yaitu membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual dengan tindakan keperawatan yang meliputi intervensi
keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan konseling. Sedangkan
intervensi kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan pengobatan dengan
obat (drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat dipahami bahwa caring
memperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya
sedangkan curing menekankan pada aspek kesehatan dan fisik kliennya.
13
Satu hal lagi yang dapat dipahami dari perbedaan caring dan curing yaitu
dari aspek tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
1. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.
2. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri
memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatan, dan meningkatkan fungsi dari tubuh pasien.
Sedangkan tujuan dari kegiatan curing adalah menentukan dan
menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan
penanganannya.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
caring lebih kompleks daripada curing. Karena caring memberikan pelayanan
yang menyangkut seluruh kebutuhan pasien baik fisik, psikologi, sosial maupun
spiritual. Curing hanya bagian dari caring. Sebagai seorang perawat, kita harus
mampu membedakannya dan melakukan caring dengan sebaik-baiknya.
Kesejahteraan klien didapat dari totalitas kita dalam melakukan caring. Caring
tidak akan pernah lepas dari profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi
keperawatan itu sendiri.
2.1.3. Konsep Caring menurut Beberapa Ahli Keperawatan
2.1.3.1 Teori Caring Menurut Watson
Caring merupakan sentral praktik keperawatan, tetapi hal ini lebih penting
dalam kekacauan lingkungan pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan,
batas waktu dalam waktu pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan, batas
waktu dalam lingkungan pelayanan kesehatan berada dalam ruang kecil praktik
14
caring yang membuat perawat dan profesi kesehatan klien (Watson, 2006 dalam
Potter dan Perry, 2006). Watson menjelaskan bahwa konsep dia didefinisikan
untuk membawa arti baru untuk paradigma keperawatan adalah “berasal dari
pengalaman empiris klinis dilantik dikombinasikan dengan latar belakang filsafat
saya, intelektual dan experiental : dengan demikian pekerjaan awal saya muncul
dari nila sendiri-sendiri, keyakinan, dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan,
kesehatan, dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan
penyembuhan ( Watson, 1997 dalam Tomey & Alligood, 2006).
Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai
person as a whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson
mendefinisikan sehat sebagai kondisi yang utuh dan selaras antara badan, pikiran,
dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri yang dipersepsikan
dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di atas dapat
dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya
multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara
faktor-faktor yang mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk
beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik
tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi
pada lingkungan yang dinamis.
15
Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan
penyakit dan dibangun dari sepuluh faktor karatif, yang meliputi :
a. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic
Nilai-niai humanistic dan altruistic dipelajari sejak awal kehidupan tetapi
dapat dipengaruhi dengan sangat oleh para pendidik perawat. Faktor ini dapat
didefinisikan sebagai kepuasan melalui pemberian dan perpanjangan dari
kesadaran diri.
b. Penanaman (melalui pendidikan) Faith-Hope
Merupakan hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu
selalu memiliki berpikir positif sehingga dapat menularkan kepada klien yang
akan membantu meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.
c. Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain
Karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa.
d. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya
Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang
memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk
dalam hal ini, kejujuran, empati, kehangatan dan komunikasi efektif
e. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan baik
ekpresi perasaan positif maupun negatif
f. Menggunakan metode ilmiah dan menyelesaikan masalah dan pengambilan
keputusan
g. Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat
interpersonal
16
h. Menciptakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan meningkatkan
atau memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan lingkungan spiritual
i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhan-
kebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup)
j. Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic
Dalam praktik keperawatan “caring” ditujukan untuk perawatan kesehatan
yang holistik dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan
(Tomey & Alligood, 2006).
Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi
kerangka kerja dalam pengembangan teori, yaitu:
a. Caring dapat dilakukan dan dipraktikan secara interpersonal.
b. Caring meliputi faktor-faktor karatif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
c. Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan
individu dan keluarga.
d. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang
berdasarkan saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa
depannya.
e. Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan
keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu
yang telah ditentukan.
f. Caring bersifat healthogenic daripada sekedar curing. Praktek caring
mengitegrasikan pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk
17
meningkatkan kesehatan. Dan untuk membantu pasien yang sakit, dimana
caring melengkapi curing.
g. Caring merupakan inti dari keperawatan (Tomey & Alligood, 2006).
Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson (1979,
dalam Tomey & Alligood, 2006) meliputi:
1. Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi
(ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu) Manusia
pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki
dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai
dan merasa mencintai.
2. Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan
fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk
meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan
merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson
menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
3. Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta
dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan
pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap
lingkungan tertentu.
18
4. Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
2.1.3.2. Dimensi Caring Menurut K.M.Swanson
Menurut Swanson (1991 dalam Monica, 2008) ada lima asumsi yang
mendasari konsep caring. 5 konsep tersebut adalah :
a. Maintaining belief
Maintaining belief adalah mempertahankan iman dalam kapasitas orang
lain, untuk mendapatkan melalui suatu peristiwa atau transisi dan menghadapi
masa depan dengan bermakna. Tujuannya adalah untuk memungkinkan yang lain
sehingga dalam batas-batas kehidupannya, ia mampu menemukan makna dan
mempertahankan sikap yang penuh harapan.
b. Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa seperti yang
memiliki makna dalam kehidupan yang lain. Mengetahui melibatkan untuk
menghindari asumsi tentang makna dari suatu peristiwa dengan yang merawat,
yang berpusat pada kebutuhan lain, melakukan kajian mendalam, mencari
petunjuk verbal dan nonverbal, dan mengikutsertakan dari keduanya.
c. Being with
Being with adalah secara emosional hadir untuk yang lain dengan
menyampaikan ketersediaan berkelanjutan, perasaan berbagi, dan pemantauan
yang peduli memberikan tidak membebani orang dirawat.
19
d. Doing for
Doing for adalah melakukan untuk yang lain apa yang dia akan lakukan
untuk diri sendiri jika hal itu mungkin. Melakukan untuk yang lain berarti
memberikan perawatan yang nyaman, protektif, dan antisipatif, serta menjalankan
tugasnya terampil dan kompeten sambil menjaga martabat orang tersebut.
e. Enabling
Enabling adalah memfasilitasi bagian yang lain melalui transisi kehidupan
dan peristiwa asing dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung, dengan
fokus pada masalah yang relevan, berfikir melalui masalah, dan menghasilkan
alternatif, sehingga meningkatkan penyembuhan pribadi klien, pertumbuhan, dan
perawatan diri.
2.1.4 Komponen Caring Menurut Beberapa Ahli Keperawatan
2.1.4.1 Komponen Caring Menurut Simon Roach
Menurut Roach (1995 dalam Kozier, Barbara, et.al, 2007) ada lima
komponen caring. 5 komponen tersebut adalah:
a. Compassion (kasih sayang)
Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain
dapat berupa membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan kesempatan
untuk berbagi, dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, serta
memberikan dukungan secara penuh.
20
b. Competence (kemampuan)
Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap profesi.
Compassion tanpa competence akan terjadi kelalaian klinis, sebaliknya
competence tanpa compassion menghasilkan suatu tindakan.
c. Confidence (kepercayaan diri)
Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar
manusia dengan penuh percaya diri. Confidence dapat berupa ekpresi caring yang
meningkatkan kepercayaan tanpa mengabaikan kemampuan orang lain
d. Concience (suara hati)
untuk
tumbuh dan menyampaikan kebenaran.
Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai
humanistik altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang dianut dan
direfleksikan pada tingkah lakunya.
e. Commitment
Melakukan tugas secara konsekuen dan berkualitas terhadap tugas, orang,
karier yang dipilih.
2.1.4.2 Komponen Caring Menurut K. M. Swanson
Swanson (1991) dalam Middle Theory of Caring mendeskripsikan 5
proses caring menjadi lebih praktis, yaitu (1) ”Komponen Mempertahankan
Keyakinan”, mengaktualisasi diri untuk menolong orang lain, mampu menolong
orang lain dengan tulus, memberikan ketenangan kepada klien, dan memiliki
21
sikap yang positif. (2) “Komponen Pengetahuan”, memberikan pemahaman klinis
tentang kondisi dan situasi klien, melakukan setiap tindakan berdasarkan aturan,
dan menghindari terjadinya komplikasi. (3) “Komponen Kebersamaan”, hadir
secara emosional dengan orang lain, mampu berbagi dengan klien secara tulus,
dan membangun kepercayaan dengan klien. (4) “ Komponen Tindakan yang
Dilakukan”, tindakan terapeutik seperti membuat nyaman, antisipasi bahaya, dan
intervensi yang kompeten. (5) “Komponen Memungkinkan”, memberikan
informed consent pada setiap tindakan, memberikan respon yang positif terhadap
keluhan klien (Monica, 2008).
2.1.5 Manfaat Caring
Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring
perawat mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring
yang diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai
perilaku manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi
pemberian pelayanan kepada pasien. Watson (1979 dalam Tomey & Alligod,
2006) menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif dapat
mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain itu, William (1997)
dalam penelitiannya, menemukan adanya hubungan yang signifikan antara
persepsi mengenai perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh
seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.
22
Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan
klien, namun juga dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit. Godkin dan
Godkin (2004) menyampaikan bahwa perilaku caring dapat mendatangkan
manfaat finansial bagi industri pelayanan kesehatan. Issel dan Khan (1998)
menambahkan bahwa perilaku caring staf kesehatan mempunyai nilai ekonomi
bagi rumah sakit karena perilaku ini berdampak bagi kepuasan pasien. Dengan
demikian, secara jelas dapat diketahui bahwa perilaku caring perawat dapat
memberikan kemanfaatan bagi pelayanan kesehatan karena dapat meningkatkan
kesehatan dan pertumbuhan individu serta meningkatakan kepuasan pasien
sehingga akan meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit dan pada akhirnya
memberikan keuntungan finansial bagi rumah sakit.
2.1.6 Perilaku Caring
Daftar dimensi caring (Caring Dimensions Inventory = CDI) yang
didesain oleh Watson dan Lea (1997 dalam Muchlisin & Ichsan, 2008) merupakan
instrumen yang dikembangkan untuk meneliti perilaku perawat (perilaku caring).
Daftar dimensi caring tersebut antara lain:
CDI 1. Membantu klien dalam ADL.
CDI 2. Membuat catatan keperawatan mengenai klien.
CDI 3. Merasa bersalah /menyesal kepada klien
CDI 4. Memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu
CDI 5. Menjelaskan prosedur klinik
CDI 6. Berpakaian rapi ketika bekerja dengan klien
23
CDI 7. Duduk dengan klien
CDI 8. Mengidentifikasi gaya hidup klien
CDI 9. Melaporkan kondisi klien kepada perawat senior
CDI 10. Bersama klien selama prosedur klinik
CDI 11. Bersikap manis dengan klien
CDI 12. Mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk klien
CDI 13. Mendengarkan klien
CDI 14. Konsultasi dengan dokter mengenai klien
CDI 15. Menganjurkan klien mengenai aspek self care
CDI 16. Melakukan sharing mengenai masalah pribadi dengan klien
CDI 17. Memberikan informasi mengenai klien
CDI 18. Mengukur tanda vital klien
CDI 19. Menempatkan kebutuhan klien sebelum kebutuhan pribadi
CDI 20. Bersikap kompeten dalam prosedur klinik
CDI 21. Melibatkan klien dalam perawatan
CDI 22. Memberikan jaminan mengenai prosedur klinik
CDI 23. Memberikan privacy kepada klien
CDI 24. Bersikap gembira dengan klien
CDI 25. Mengobservasi efek medikasi kepada klien
Hasil penelitian Amanda et al (1998 dalam Muchlisin & Ichsan, 2008)
menjelaskan bahwa semua item pada CDI mempunyai korelasi positif dengan
item lainnya kecuali CDI no. 3 dan 16.
24
2.1.6.1 Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk
praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang
dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan (Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan
praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan
menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan
pelayanan kesehatan yang tepat.
Tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care
terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek
spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit.
1. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat memiliki
tugas profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, kita sebagai perawat yang
profesional diharuskan untuk bersikap care sebagai kontrak kerja kita.
25
2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah,
bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam situasi
tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat memberikan
asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu merupakan suatu tindakan yang
benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat dapat memberikan
kebahagiaan bagi orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain
adalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalah
orang yang care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah
anggota suatu agama atau kepercayaan, perawat harus care terhadap klien.
Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan
mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk
menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yang
terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.
Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan
melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan
lain-lain (Kozier & Erb, 1985 dalam Nurachmah, 2001).
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan
biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan
yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.
26
Perawat juga harus memberikan informasi kepada klien. Perawat
bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan
seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan
dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang
tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang
baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan
memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
2.1.7 Proses Keperawatan Dalam Teori Caring
Watson (1979 dalam Muchlisin & Ichsan, 2008) menekankan bahwa proses
keperawatan memiliki langkah-langkah yang sama dengan proses riset ilmiah,
karena kedua proses tersebut mencoba untuk menyelesaikan masalah dan
menemukan solusi yang terbaik. Lebih lanjut Watson menggambarkan kedua
proses tersebut sebagai berikut:
a. Pengkajian
Meliputi observasi, identifikasi, dan review masalah; menggunakan
pengetahuan dari literature yang dapat diterapkan, melibatkan pengetahuan
konseptual untuk pembentukan dan konseptualisasi kerangka kerja yang
digunakan untuk memandang dan mengkaji masalah danpengkajian juga meliputi
pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam memecahkan masalah Watson
27
(1979 dalam Julia, 1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh perawat
yaitu:
1. Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup
meliputi kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, dan oksigenisasi.
2. Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk
berfungsi, meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman, seksualitas.
3. Higher order needs (psychosocial needs), yaitu kebutuhan integritas yang
meliputi kebutuhan akan penghargaan dan beraffiliasi.
4. Higher order needs (intrapersonalinterpersonal needs), yaitu kebutuhan
untuk aktualisasi diri.
b. Perencanaan:
Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variabel
akan diteliti atau diukur, meliputi suatu pendekatan konseptual atau desain untuk
memecahan masalah yang mengacu pada asuhan keperawatan serta meliputi
penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada siapa dan bagaimana data
akan dikumpulkan.
c. Implementasi:
Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana serta
meliputi pengumpulan data.
d. Evaluasi
Merupakan metode dan proses untuk menganalisa data, juga untuk
meneliti efek dari intervensi berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil,
28
tingkat dimana suatu tujuan yang positif tercapai, dan apakah hasil tersebut dapat
digeneralisasikan.
2.1.8 Persepsi Perawat Tentang Perilaku Caring
Berlawanan dengan perspektif pasien, Ford (1981 dalam Morrison &
Burnard, 2009) menggunakan sampel terdiri dari hampir 200 orang perawat
untuk mendefinisikan caring dalam kata-kata mereka sendiri dan untuk
menggambarkan perilaku caring yang mereka lakukan. Sebuah kuesioner
digunakan untuk mengumpulkan data. Analisis data mengungkapkan dua kategori
mayor yang merefleksikan: (1) perhatian tulus terhadap terhadap kesejahteraan
orang lain, dan (2) mempersembahkan diri sendiri.
Beberapa contoh perilaku caring yang dijelaskan oleh perawat dalam
penelitian adalah mendengarkan, menolong, menunjukan rasa hormat, dan
mendukung tindakan orang lain. Sudut pandang perawat gagal menitikberatkan
dimensi “tugas” yang ditekankan dalam penelitian lain yang melibatkan persepsi
pasien, seperti yang dilaporkan oleh Brown (1982) sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.
Forrest (1989, dalam Morrison & Burnard, 2009) memberikan analisis
fenomenologis mengenai pengalaman perawat dalam caring terhadap pasien.
Pendekatan fenomenologis dikarakteristikkan dengan penekanannya pada
pengalaman hidup. Pendekatan tersebut berupaya memahami fenomena (dalam
hal ini caring terhadap orang lain) dari perspektif individu yang sedang diteliti.
Aksennya adalah pada kedalaman bukan kuantitas dari data yang dikumpulkan,
29
dan prosedur analisis yang sangat ketat juga harus dipatuhi. Dalam studi ini hanya
17 informan yang terlibat. Dua kategori mayor teridentifikasi, yaitu: (1) definisi
caring dan (2) faktor yang mempengaruhi caring.
Kategori pertama “definisi caring” dibagi lagi menjadi dua sub-kategori:
keterlibatan dan interaksi. Kategori kedua “faktor yang mempengaruhi caring”,
dibagi lagi menjadi lima tema: diri sendiri, pasien, frustasi, koping, dan
kenyamanan, serta dukungan. Sekali lagi perhatikan bagaimana perbedaan
pendekatan terhadap masalah mempengaruhi tipe data yang muncul dari riset.
Dengan strategi yang sangat kualitatif dan mendalam, muncul gambaran detail
yang menyampaikan beberapa faktor kompleks yang mempengaruhi caring dalam
keperawatan.
2.1.9 Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring
Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring
yang dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik
untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring
Swanson (1991 dalam Monica, 2008) menjelaskan tentang proses Caring yang
terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup
seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama
seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan
jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan
seseorang dalam menjalani hidup (Potter & Perry, 2005).
30
Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai Caring
menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien
menilai efektivitas perawat dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai
pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri
dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien,
menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.
Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh
pertama, perawat masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman,
lalu melakukan kontak mata, kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya
tentang apa yang ada dipikiran klien lalu mendengarkannya, kemudian memeriksa
cairan intravena, mengkaji, dan memeriksa rangkuman tanda vital klien sebelum
meninggalkan ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke kamar klien kemudian
memeriksa cairan intravena, memeriksa rangkuman tanda vital, melakukan salam
tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat bertanya tentang keadaan klien
kemudian pergi.
Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga
klien merasa nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap
masalah klien sehingga klien merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat
berbeda-beda karena semua klien memiliki ciri khas. Persepsi klien menjadi hal
yang penting bagi perawat dalam meningkatkan kemampuan.
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai
31
dari bagaimana klien menggunakan sistem pelayanan kesehatan. Apa keuntungan
yang klien dapat juga sebagai indikator tingkat kepuasan klien.
Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi
kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta
mudah berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat
perawat melakukan tindakan Caring. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri
dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta perilaku Caring.
Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi juga
kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan
kembali untuk berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan Caring
membangun kepercayaan klien terhadap kemampuan perawat dalam memberikan
pelayanan. Kepercayaan pada tindakan keperawatan juga memunculkan
kepercayaan terhadap institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima Caring
dan pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap
Caring merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan
persepsi dan harapan khusus klien. Membangun suatu hubungan yang baik
terhadap klien dapat membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien.
Sikap ini juga membantu perawat mengatasi perbedaan antara persepsi perawat
dan klien tentang Caring. Perawat harus mengetahui siapa klien dan mengenali
klien agar suatu hubungan yang baik terwujud dan perawat mampu memilih
pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
32
2.1.10 Cara Mengukur Perilaku Caring
Perilaku caring dapat diukur dengan beberapa alat ukur (tools) yang telah
dikembangkan oleh para peneliti yang membahas ilmu caring. Beberapa
penelitian tentang caring bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Watson (2009)
menyatakan bahwa pengukuran caring merupakan proses mengurangi
subyektifitas, fenomena manusia yang bersifat invisible (tidak terlihat) yang
terkadang bersifat pribadi, ke bentuk yang lebih obyektif. Oleh karena itu,
penggunaan alat ukur formal dapat mengurangi subyektifitas pengukuran perilaku
caring.
Tujuan pemakaian alat ukur formal pada penelitian keperawatan tentang
perilaku caring antara lain: untuk memperbaiki caring secara terus menerus
melalui penggunaan hasil (outcomes) dan intervensi yang berarti untuk
memperbaiki praktik keperawatan; sebagai studi banding (benchmarking)
struktur, setting, dan lingkungan yang lebih menujukkan caring; mengevaluasi
konsekuensi caring dan non caring pada pasien maupun perawat. Alat ukur
formal caring dapat menghasilkan model pelaporan perawatan pada area praktik
tertentu, mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan proses caring dan melakukan
intervensi untuk memperbaiki dan menghasilkan model praktik yang lebih
sempurna. Selain itu, penggunaan alat ukur formal dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang hubungan caring, kesehatan dan proses
kesembuhan dan sebagai validasi empiris untuk memperluas teori caring serta
memberikan petunjuk baru bagi perkembangan kurikulum, keilmuan
keperawatan, dan ilmu kesehatan termasuk penelitian (Watson, 2009).
33
Pengukuran perilaku caring perawat dapat dilakukan melalui pengukuran
persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat. Penggunaan persepsi pasien
dalam pengukuran perilaku caring perawat dapat memberikan hasil yang lebih
sensitif karena pasien adalah individu yang menerima langsung perilaku dan
tindakan perawat termasuk perilaku caring (Rego, Godinho, McQueen, 2008).
Beberapa alat ukur formal yang mengukur perilaku caring perawat
berdasarkan persepsi pasien antara lain caring behaviors assesment tool
(digunakan oleh Cronin dan Harrison, 1988), caring behavior checklist and client
perception of caring (digunakan oleh McDaniel, 1990), caring professional scale
(digunakan oleh Swanson, 2000), caring assesment tools (digunakan oleh Duffy,
1992, 2001), caring factor survey (digunakan oleh Nelson, Watson, dan
Inovahelath, 2008).
Caring behaviors assesment tool (CBA) dilaporkan sebagai salah satu alat
ukur pertama yang dikembangkan untuk mengkaji caring. CBA dikembangkan
berdasarkan teori Watson dan menggunakan 10 faktor karatif. CBA terdiri dari 63
perilaku caring perawat yang dikelompokkan menjadi 7 subskala yang
disesuaikan 10 faktor karatif Watson. Tiga faktor karatif pertama dikelompokkan
menjadi satu subskala. Enam faktor karatif lainnya mewakili semua aspek dari
caring. Alat ukur ini menggunakan skala Likert (5 poin) yang merefleksikan
derajat perilaku caring menurut persepsi pasien (Watson, 2009).
Validitas dan reliabilitas alat ukur ini telah diuji oleh empat ahli
berdasarkan teori Watson. Cronin dan Harrison (1988 dalam Watson, 2009)
meneliti 22 pasien infark miokard, kemudian Huggins et.al (1993 dalam Watson,
34
2009) meneliti 288 pasien ruang emergensi. Mereka menggunakan Alpa Cronbach
pada 7 subskala yang berkisar antara 0,66 sampai 0.90.
Selain itu, Schultz, et.al. (1999 dalam Watson 2009) menggunakan alat
ukur ini dengan tes reliabilitas dengan kisaran 0.71 sampai 0,88 pada subskala,
dan Alpa Cronbach 0.93 pada skala total. Penelitian terbaru oleh Manogin,
Bechtel, dan Rami (2000 dalam Watson, 2009) menggunakan CBA, mereka
melaporkan reliabilitas Alpa Cronbach tiap subskala berkisar dari 0,66 sampai
0.90. Cronin dan Harrison (1988 dalam Watson 2009) menemukan dua perilaku
caring paling penting menurut pasien yaitu “membuat saya merasa sebagai
seseorang jika saya membutuhkan mereka”, dan “tahu apa yang mereka lakukan”.
Sedangkan perilaku caring yang paling tidak penting menurut pasien adalah
“mendatangi saya ketika saya pindah ke rumah sakit lain” dan “menanyakan
kepada saya apa nama panggilan kesukaan saya”. Ini menunjukan bahwa perilaku
caring yang paling penting menurut pasien yaitu bagaimana perawat
menampilkan kemampuan profesionalnya.
Alat ukur caring behavior checklist (CBC) and client percepstion of
caring (CPC) dikembangkan oleh McDaniel (1990 dalam Watson 2009) dengan
dua jenis pengukuran. McDaniel membedakan “caring for” dan “caring about”.
CBC didesain untuk mengukur ada tidaknya perilaku caring (observasi). CPC
merupakan kuesioner yang mengukur respon pasien terhadap perilaku caring
perawat. Dua alat ukur ini digunakan bersama-sama untuk melihat proses caring.
CBC terdiri dari 12 item perilaku caring. Alat ukur ini membutuhkan seorang
observer yang menilai interaksi perawat-pasien selama 30 menit. Rentang nilai 0
35
(nol) sampai 12 (dua belas), nilai tertinggi menunjukkan ada perilaku caring yang
ditampilkan. CPC ditunjukkan kepada pasien setelah diobservasi. Alat ukur ini
terdiri dari 10 item dengan 6 rentang skala. Rentang skor 10 sampai 60, dimana
skor tertinggi menunjukkan derajat perilaku caring yang ditunjukkan yang
dipersepsikan pasien bernilai tinggi, begitu juga sebaliknya (McDaniel, 1990
dalam Watson, 2009).
Validitas CBC menggunakan Content Validity Index (CVI) yakni sebesar
0,80. Reliabilitas CPC menggunakan konsistensi internal yakni alpa sebesar 0.81.
reliabilitas CBC menggunakan pernyataan interater dan dihasilkan nilai rentang
0,76 sampai1,00, dimana 8 dari 12 item adalah 0,90 atau di atas rata-rata
(McDaniel, 1990 dalam Watson, 2009).
Alat ukur caring professional scale (CPS) dikembangkan oleh Swanson
(2000, dalam Watson 2009) dengan menggunakan teori caring Swanson (suatu
middle range theory yang dikembangkan berdasarkan penelitiannya pada 185 ribu
yang mengalami keguguran). CPS terdiri dari dua subskala analitik yaitu
Compassoionate Healer dan Competent Practitioner, yang berasal dari 5
komponen caring Swanson yakni mengetahui, keberadaan, melakukan tindakan,
memampukan, dan mempertahankan kepercayaan.
CPS terdiri dari 14 item dengan 5 skala Likert. Validitas dan reliabilitas
CPS dikembangkan dengan menghubungkan alat ukur CPS dengan subskala
empati The Barret-Lenart Relationship Inventory (r=0,61, p<0,001). Nilai
estimasi Alpa Cronbach untuk konsistensi internal digunakan untuk
36
membandingkan beberapa tenaga kesehatan advance practice nurse (0,74 sampai
0,96), nurse (0,97), dan dokter (0.96).
Alat ukur caring assesment tools (CAT) dikembangkan oleh Duffy (1990
dalam Watson, 2009) pada program doktoralnya. Alat ukur ini didesain untuk
penelitian deskriptif korelasi. CAT menggunakan konsep teori Watson dan
mengukur 10 faktor kuratif. Alat ukur ini terdiri dari 100 item dengan
menggunakan skala Likert dari 1 (caring rendah) sampai 5 (caring tinggi),
sehingga kemungkinan skor total berkisar antara 100 samapai 500. Sampel
penilitian yang digunakan saat itu dalah 86 pasien medikal bedah.
Duffy (1993 dalam Watson 2009) mengembangkan CAT versi admin
(CAT-admin) yang mengukur persepsi perawat tentang manajer mereka untuk
administrasi riset keperawatan. Alat ukur ini menambahkan pertanyaan kualitatif
pada versi CAT original, dan masih menggunakan 10 faktor karatif. CAT-admin
diuji pada 56 perawat part-time dan full-time, dan diperoleh nilai Alpa Cronbach
sebesar 0,98. Kemudian pada tahun 2001, CAT dikembangkan oleh Duffy ke
versi CAT-edu yang didesain menggunakan pendidikan keperawatan, dengan
sampel 71 siswa program sarjana dan magister. CAT-edu terdiri dari 95 item
pertanyaan dengan 5 poin skala Likert. Nilai Alpa Cronbach sebesar 0,98.
Caring factor survey (CFS) merupakan alat ukur terbaru yang menguji
hubungan caring dan cinta universal (caritas). Caritas merupakan merupakan
pandangan baru Watson tentang caring (2008). CFS mengkaji penggunaan caring
fisik, mental, dan spiritual yang dilaporkan oleh pasien yang mereka lewat. CFS
dikembangkan oleh Karen Drenkard, John Nelson, Gene Rigotti dan Jean Watson
37
dengan bantuan program riset dari Inovahealth di Virginia. Alat ukur ini awalnya
terdiri 20 item kemudian direduksi menjadi 10 item pertanyaan, tiap pernyataan
mewakili satu proses caritas. CFS menggunakan skala Likert dari 1 sampai 7.
Skala terendah (1-3) mengindikasi tidak setuju, 7 sangat setuju, dan 4 netral.
Semua item berupa pernyataan positif, ditujukan kepada pasien atau keluarga
pasien. Nilai Alpa Cronbach pada 20 pernyataan adalah 0,70 kemudian 20 item
tersebut direduksi menjadi 10 item untuk menaikkan nilai Alpa Cronbach
(Watson, 2009).
Beberapa alat ukur di atas merupakan instumen yang dapat digunakan
untuk mengukur perilaku caring perawat menurut persepsi pasien. Penilaian ini
tentunya sangat bergantung dari persepsi pasien terhadap tindakan atau pelayanan
yang diterimanya dari perawat.
2.2 Keperawatan Perioperatif
2.2.1 Pengertian
Keperawatan perioperatif adalah hasil dari perkembangan keperawatan
kamar operasi. Fokus keperawatan perioperatif sekarang adalah pasien, bukan
prosedur atau teknik (patient-oriented, bukan task-oriented). Pembedahan dibagi
atas tiga fase atau tahap, yaitu pra operatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Ketiga
tahap ini disebut ini periode perioperatif (Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009).
Fase praoperatif dimulai ketika keputusan diambil untuk melaksanakan
intervensi pembedahan. Termasuk dalam kegiatan perawatan dalam tahap ini
adalah pengkajian praoperasi mengenai status fisik, psikologis, dan sosial pasien,
38
rencana keperawatan mengenai persiapan pasien untuk pembedahannya, dan
implementasi intervensi keperawatan yang telah direncanakan. Tahap ini berakhir
ketika pasien diantar ke kamar operasi dan diserahkan ke perawat bedah untuk