7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses menuju dewasa, anak akan melalui berbagai tahap tumbuh kembang. Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif yang ditandai dengan bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, namun juga ukuran dan struktur organ-organ dalam tubuh dan otak. Karakteristik pertumbuhan otak anak ditandai dengan kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya. Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder (Soetjiningsih, 2013). Sementara itu, perkembangan diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik yang menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Mayar, 2013). Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel, jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa untuk memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2013). Perkembangan terdiri dari 3 aspek yaitu kognitif, fisk/motorik, dan personal-sosial.
28
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anakrepository.ub.ac.id/3799/2/BAB 2.pdf · menuju dewasa, anak akan melalui berbagai tahap tumbuh kembang. Istilah tumbuh kembang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang
terjadi sejak konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses
menuju dewasa, anak akan melalui berbagai tahap tumbuh kembang. Istilah
tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang
bersifat kuantitatif yang ditandai dengan bertambahnya jumlah, ukuran,
dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya
bertambah besar secara fisik, namun juga ukuran dan struktur organ-organ
dalam tubuh dan otak. Karakteristik pertumbuhan otak anak ditandai dengan
kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan
akalnya. Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pon,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan tanda-tanda seks
sekunder (Soetjiningsih, 2013).
Sementara itu, perkembangan diartikan sebagai perubahan yang dialami
oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan
yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik
yang menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Mayar, 2013).
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel, jaringan, organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa untuk memenuhi fungsinya
(Soetjiningsih, 2013). Perkembangan terdiri dari 3 aspek yaitu kognitif,
fisk/motorik, dan personal-sosial.
8
Perkembangan kognitif dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan
berfikir yang dimiliki oleh seseorang dalam menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu peristiwa atau kejadian (Sukardi, 2013).
Sedangkan perkembangan fisik/motorik dapat diartikan sebagai
perkembangan yang berkaitan dengan kontrol pergerakan badan melalui
koordinasi aktivitas syaraf pusat, syaraf tepi dan otot (Soetjiningsih, 2013).
Secara umum, perkembangan motorik terbagi menjadi motorik kasar dan
halus. Motorik kasar berkaitan dengan dengan keterlibatan keterampilan otot
besar, sedangkan motorik halus lebih melibatkan gerakan otot kecil
(Lindawati, 2013). Di samping itu, aspek perkembangan yang juga perlu
diperhatikan adalah perkembangan yang menyangkut tingkah laku individu
dan sosial yang disebut dengan perkembangan personal-sosial.
Perkembangan personal berhubungan dengan aspek-aspek yang terdiri dari
kebiasaan, kepribadian, watak dan emosi (Soetjiningsih, 2013). Sedangkan
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial dan merupakan proses penyesuaian diri terhadap norma kelompok,
moral dan tradisi melalui pelebiran diri menjadi satu kesatuan yang saling
berkomunikasi dan bekerjasama (Mayar, 2013).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Dewasa ini, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak menurut Soetjiningsih (2013) yang meliputi:
1. Faktor genetik
Informasi genetik yang terkandung dalam sel telur yang telah dibuahi
dapat menentukan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan
9
berhentinya pertumbuhan tulang. Selain itu, faktor genetik merupakan
modal dasar yang menentukan pencapaian hasil akhir proses tumbuh
kembang anak yang dapat diketahui melalui potensi yang menjadi ciri
khas anak (Rahmawati, 2012). Potensi genetik ini sulit diubah melalui
segala bentuk usaha baik pendidikan maupun pengalaman (Adriana,
2008).
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan biofisikopsikososial sangat menentukan
pencapaian potensi genetik anak. Lingkungan biofisikopsikososial pada
masa pascanatal dapat digolongkan menjadi:
1. Faktor biologis
a. Jenis kelamin
Dikatakan jika anak laki-laki akan lebih sering sakit
dibandingkan anak perempuan. Hal itu dimungkinkan karena adanya
perbedaan kromosom antara laki-laki (xy) dan perempuan (xx).
b. Umur
Masa balita merupakan masa yang paling rawan, terutama pada
umur satu tahun pertama dimana anak sangat rentan terhadap
penyakit dan sering terjadi kurang gizi. Masa balita ini merupakan
dasar pembentukan kepribadian anak yang perlu mendapat perhatian
khusus.
c. Gizi
Asupan makanan yang kurang baik secara kuantitas dan kualitas
dapat memicu timbulnya malnutrisi pada anak. Kondisi malnutrisi ini
akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan, perkembangan,
10
gangguan fungsi dan struktur otak (Husnah, 2015). Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Kustiyati dan Firrahmawati (2015) yang
menyatakan jika asupan gizi memiliki peran dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak yang berdampak pada
kinerja otak.
d. Kesehatan
Anak yang memiliki kondisi kesehatan yang baik cenderung akan
berkembang lebih cepat daripada anak yang kondisi kesehatannya
buruk (Suherman, 2002 dalam Trisnawati, 2013). Seperti halnya
kondisi kesehatan kronis seperti autisme, serebral palsi dan
sebagainya diketahui dapat menganggu tumbuh kembang anak.
2. Faktor lingkungan fisik (sanitasi dan keadaan rumah)
Kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan
penting dalam menimbulkan penyakit dimana apabila kebersihannya
kurang menyebabkan anak akan lebih rentan dan sering terkena penyakit.
Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi
seperti diare yang dapat berdampak buruk bagi perkembangan anak
(Pem, 2015).
Keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan
hunian) yang layak, dengan konstruksi bangunan tidak membahayakan
penghuninya, serta tidak penuh sesak, akan menjamin kondisi kesehatan
anak.
3. Faktor psikososial
a. Stimulasi
11
Pemberian stimulasi dari lingkungan merupakan hal yang penting
bagi tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
kurang dari lingkungannya dapat mengakibatkan keterlambatan
perkembangan otak yang berpengaruh terhadap keterlambatan dalam
aspek-aspek perkembangan (Pem, 2015).
b. Motivasi belajar
Motivasi belajar anak penting dalam merangsang perkembangan
anak yang dapat ditumbuhkan sejak dini melalui pemberian
lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya perpustakaan,
buku-buku yang menarik minat baca anak dan bermutu, suasana
tempat belajar yang tenang, sekolah yang tidak terlalu jauh, serta
sarana lainnya.
c. Ganjaran atau hukuman yang wajar
Pemberian ganjaran atas perbuatan baik yang dilakukan anak
seperti memberikan pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan dan
sebagainya berperan dalam memberikan motivasi yang kuat pada
anak untuk mengulangi perbuatan baik tersebut. Perbuatan salah
yang dilakukan anak harus dihukum dengan cara yang wajar dan
objektif dengan disertai pemberian penjelasan pengertian dan maksud
hukuman tersebut dengan maksud agar anak mengetahui mana yang
baik dan tidak baik.
d. Kualitas Interaksi anak-orangtua
Kualitas interaksi antara anak dan orangtua yang baik akan
menimbulkan keakraban dalam keluarga. Hubungan yang
menyenangkan antara anak dengan orang lain terutama orang tua
12
akan mendorong perkembangan kepribadian anak dan interaksi sosial
dengan orang lain.
e. Keikutsertaan dalam PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
Warsito dkk (2012) menyatakan jika keikutsertaan anak dalam
PAUD berperan dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak.
Dengan mengikuti program PAUD anak dipersiapkan untuk mengikuti
jenjang pendidikan yang lebih tinggi melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani serta rohani anak (Jawati, 2013). Selain itu, Khomsan dkk
(2013) menyatakan jika anak yang mengikuti PAUD cenderung akan
mendapat stimulasi perkembangan yang lebih terstruktur, konsisten
dan termonitor dengan baik jika dibandingkan dengan stimulasi yang
diberikan di rumah. Sehingga anak yang mengikuti PAUD memiliki
kemajuan perkembangan kognitif yang lebih baik daripada anak yang
tidak mengikuti PAUD.
4. Faktor keluarga dan adat istiadat (pekerjaan/pendapatan keluarga dan
pendidikan orang tua)
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak yang ditandai dengan tepenuhinya seluruh kebutuhan
anak. Sementara itu, pendidikan orang tua yang baik akan memudahkan
orang tua dalam menerima segala informasi yang berasal dari luar
terutama terkait cara pengasuhan anak yang baik, cara menjaga
kesehatan anak, cara mendidik anak dan sebagainya. Kemudahan orang
tua dalam memperoleh informasi tersebut memberikan kesempatan bagi
13
orang tua untuk mendapat pengetahuan baru dalam hal ini terkait tumbuh
kembang anak (Mubarak, 2010 dalam Kustiyati dan Firrahmawati, 2015).
2.3 Konsep Dasar Perkembangan Kognitif
2.3.1 Pengertian Kognitif
Sujiono (2007) dalam Sukardi (2013) menyatakan jika kognitif
merupakan suatu proses berpikir, yang ditandai dengan kemampuan
individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu
kejadian dan peristiwa. Seseorang akan mengolah informasi yang ia
terima menjadi sebuah pengetahuan melalui proses berpikir. Hal itu
sesuai dengan Salimar (2011) yang menyatakan jika perkembangan
kognitif merupakan perkembangan yang melibatkan perubahan-
perubahan dalam hal kemampuan berpikir, pola berpikir, dan cara
individu dalam memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aspek
utama dalam perkembangan kognitif menurut Departemen Pendidikan
Nasional (2007) dalam Herentina (2012) meliputi kemampuan
berbahasa, kemampuan mengingat, kemampuan nalar atau berpikir
logis, kemampuan tilikan ruang, kemampuan bilangan, kemampuan
menggunakan kata, kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat.
Kemampuan kognitif seorang anak akan berkembang secara
bertahap seiring dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf dalam
pusat susunan syaraf. Susunan syaraf dalam otak akan berkembang
dengan cepat apabalia didukung oleh faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan, salah satunya adalah melalui pemberian stimulasi (Sukardi,
2013).
14
2.3.2 Teori Perkembangan Kognitif
a. Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Jean Piaget sebagai salah satu pakar psikologi dalam Sukardi
(2013) menyatakan jika terdapat empat tahapan perkembangan
kognitif antara lain:
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak
refleks dan panca inderanya untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Anak belajar untuk mengenal dunianya hanya
dengan mengandalkan panca inderanya yaitu melalui aktivitas
meraba, membau, melihat, mendengar, dan merasakan. Hasil
pengalaman yang diperoleh anak melalui aktivitas tersebut
kemudian digunakan untuk membangun persepsi dalam
pikirannya mengenai benda-benda yang ada di sekelilingnya.
2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Dalam tahap ini, anak mulai mengembangkan
keterampilannya dalam berbahasa. Anak akan belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran
dan kata-kata, pemikiran anak masih bersifat egosentris yang
ditandai dengan anak masih kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain dan kesulitan untuk memahami perasaan
orang-orang disekitarnya. Anak cenderung memiliki pikiran yang
sangat imajinatif yang menganggap setiap benda yang tidak
hidup memiliki perasaan. Selain itu, anak sudah dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
15
mengumpulkan semua benda yang berwarna merah meskipun
bentuknya berbeda atau mengumpulkan semua benda yang
memiliki bentuk yang sama dengan warna yang berbeda.
3. Tahap Praoperasional konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu mengurutkan ukuran,
bentuk atau ciri-ciri suatu benda, memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilan, ukuran
atau karakteristik lainnya, sudah tidak lagi memiliki keterbatasan
logika (menganggap benda hidup dan memiliki perasaan), dapat
mempertimbangkan aspek untuk dapat menyelesaikan masalah,
mulai memahami jumlah atau benda-benda yang dapat diubah
dan dikembalikan ke keadaan semula, sudah memahami
kuantitas, panjang atau jumlah benda yang tidak memiliki
hubungan dengan tampilan benda, seperti halnya jika anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan
tahu jika air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda,
air gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain, dan
peghilangan sifat egosentrime yang ditandai dengan kemampuan
anak untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
4. Tahap Praoperasional Formal (11 tahun ke atas)
Tahap ini terjadi ketika anak menginjak usia 11 tahun (saat
pubertas) dan akan terus berlanjut hingga usia dewasa.
Karakteristik perkembangan pada tahap ini yaitu diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis,
dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dilihat dari
16
aspek biologis, tahap ini muncul saat pubertas (saat terjadi
perubahan besar lainnya) yang menandakan masuknya anak ke
dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan sosial. Namun, pada beberapa
orang dapat tidak sepenuhnya mencapai perkembangan pada
tahap ini, sehingga ia tidak memiliki keterampilan dalam berpikir
dewasa.
b. Teori Perkembangan Kognitif (Vygotsky)
Lev Vygotsky (1896-1934) yang merupakan seorang psikolog
berkebangsaan Rusia mengembangkan teori yang dikenal dengan
teori revolusi sosio kultural. Vygotsky menyatakan jika
perkembangan manusia sebagai suatu yang tidak terpisahkan dari
kegiatan-kegiatan sosial dan budaya (Sukardi, 2013). Berbeda
dengan teori piaget dimana anak mengembangkan cara berpikir
dan pemahaman melalui tindakan dan interaksi mereka dengan
dunia fisik, pada teori Vygotsky anak lebih sering digambarkan
sebagai makhluk sosial yang mengembangkan cara berpikir dan
pemahaman melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif anak
bergantung pada alat yang disediakan masyarakat dan pikiran
anak dibentuk oleh budaya dimana mereka tinggal (Santrock,
2011).
Vygotsky juga menekan akan pentingnya pengaruh sosial,
terutama pengajaran terhadap perkembangan kognitif anak.
Konsep ini dikenal dengan istilah Zone of Proximal Development
(ZPD) yang merupakan istilah untuk berbagai tugas yang terlalu
17
sulit untuk dikuasai anak sendiri, namun dapat dipelajari dengan
adanya bimbingan dan bantuan orang dewasa atau anak lain yang
lebih terampil (Santrock, 2011). ZPD didefiniskan sebagai jarak
atau kesenjangan antara level perkembangan yang aktual yang
ditunjukkan dengan anak mampu memecahkan masalah secara
mandiri dan level potensial yang ditunjukkan dengan anak yang
dapat memecahkan masalah dengan adanya bantuan dari atau
bimbingan oleh orang dewasa atau merupakan hasil kerjasama
dengan teman-teman sebayanya yang lebih terampil melalui
percakapan (Sukardi, 2013).
2.3.3 Klasifikasi Perkembangan Kognitif
Menurut Sukardi (2013) perkembangan kognitif anak dapat
diklasifikasikan menjadi:
Pengembangan auditory yang berkaitan dengan kemampuan
anak dalam mendengarkan atau menirukan bunyi yang didengar
sehari-hari, mendengarkan nyanyian atau syair dengan baik,
mengikuti perintah lisan sederhana, mendengarkan cerita dengan
baik, mengungkapkan kembali cerita sederhana, menebak lagu
atau apresiasi musik, mengikuti ritmis dengan bertepuk,
menyebutkan nama-nama hari dan bulan, mengetahui nama
benda yang dibunyikan.
Pengembangan visual berhubungan dengan penglihatan,
pengamatan, perhatian, tanggapan, dan persepsi anak terhadap
lingkungan sekitarnya. Kemampuan tersebut meliputi
membandingkan benda-benda dari yang sederhana menuju ke
18
yang lebih kompleks, mengetahui ukuran benda atau warnanya,
mengetahui adanya benda yang hilang apabila ditunjukkan
sebuah gambar yang belum sempurna atau janggal, menjawab
pertanyaan tentang sebah gambar, menyusun potongan teka-teki
mulai dari yang sederhana hingga yang rumit, mengenal
namanya sendiri bila tertulis, mengenali huruf atau angka.
Pengembangan taktil yang berhubungan dengan kemampuan
anak dalam mengembangkan indera perabanya, meliputi indera
sentuhan, kesadaran akan berbagai tekstur, dan kosakata untuk
menggambarkan berbagai tekstur benda. Hal ini dapat
dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan seperti bermain dengan
plastisin, menebak dengan meraba tubuh teman, meraba dengan