4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1 Fisiologi tidur Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton, 2011). Tidur normal merupakan kondsi kesadaran esensial yang bersifat periodik, siklik, dan reversible. Aktivitas metabolik dan saraf terus berlanjut selama tidur disertai beberapa variasi sebagaimana saat kita dalam keadaan terjaga. Selama tidur, aktivitas saraf disebar atau disusun kembali sehingga menimbulkan perubahan pada tonus otot dan responsivitas sensori dan biasanya menurunkan kuantitas dan jenis aktivitas dan interaksi dengan lingkungan . Tahap tidur : Tahap tidur meliputi perubahan kondisi tidur Rapid Eye Movement (REM) dan Non – Rapid Eye Movement (NREM) , atau tidur gelombang lambat. Lima tahap tidur dari rancangan tidur normal meliputi : 1. Tahap 1 Non Rapid Eye Movement dan tegangan rendah mencirikan tahap ini. Tahap ini merupakan transisi dari keterjagaan menjadi tidur yang dicirikan dengan mengantuk. Tahap 1 biasanya berlangsung selama beberapa menit, 2- 5 % dari waktu tidur normal.
19
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41406/3/jiptummpp-gdl-riachurina-51094-3-bab2.pdf · dan obesitas pada diabetes mellitus tipe 2 adalah resiko faktor resiko mayor pada gangguan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tidur
2.1.1 Fisiologi tidur
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut
dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang
lainnya (Guyton, 2011).
Tidur normal merupakan kondsi kesadaran esensial yang bersifat periodik,
siklik, dan reversible. Aktivitas metabolik dan saraf terus berlanjut selama tidur
disertai beberapa variasi sebagaimana saat kita dalam keadaan terjaga. Selama
tidur, aktivitas saraf disebar atau disusun kembali sehingga menimbulkan
perubahan pada tonus otot dan responsivitas sensori dan biasanya menurunkan
kuantitas dan jenis aktivitas dan interaksi dengan lingkungan .
Tahap tidur :
Tahap tidur meliputi perubahan kondisi tidur Rapid Eye Movement (REM) dan
Non – Rapid Eye Movement (NREM) , atau tidur gelombang lambat. Lima tahap
tidur dari rancangan tidur normal meliputi :
1. Tahap 1
Non Rapid Eye Movement dan tegangan rendah mencirikan tahap ini. Tahap
ini merupakan transisi dari keterjagaan menjadi tidur yang dicirikan dengan
mengantuk. Tahap 1 biasanya berlangsung selama beberapa menit, 2- 5 % dari
waktu tidur normal.
5
2. Tahap 2
Tahap ini dicirikan dengan NREM dan kompleksitas tidur pada
elektroensefalogram (EEG). Pada tahap 2, tonus otot dan aktivitas serebral
menurun. Tahap ini berlangsung selama 50 % waktu tidur total.
3. Tahap 3
Tahap ini dicirikan dengan NREM, gelombang delta, dan tidur gelombang
lambat. Tahap ini merupakan transisi menuju tahap 4. Tahap 3 berlangsung
sepertiga sehingga setengah dari waktu malam, yaitu sekitar 10 – 20 % dari
waktu tidur total.
4. Tahap 4
Tahap ini dicirikan dengan tahap NREM, tidur nyenyak , tidur gelombang
kontinu, dan gelombang delta. Laju metabolik dan temperatur menurun . Tahap
ini juga dicirikan dengan penurunan fungsi tubuh ke tingkat terendah. Tahap ini
berlangsung selama sepertiga hingga setengah dari waktu malam , atau sebesar
10 – 20 % dari waktu tidur total.
5. Tahap 5
Keadaan mirip REM yang berselang dengan tidur NREM. Terjadi
desinkronisasi aktivitas dalam periode yang panjang bergantian dengan periode
aktivitas yang serupa dengan saat terjaga. Tanda – tanda vital tidak beraturan,
muncul atonia, dan individu mengalami peningkatan frekuensi mimpi seiring
mendekati pagi. Tahap 5 berlangsung 25 % dari waktu tidur total
6
Sedangkan menurut Guyton (2011), ada 2 tipe tidur :
1. Tidur gelombang lambat
Tahap tidur gelombang lambat terjadi begitu tenang dan dapat dihubungkan
dengan penurunan tonus pembuluh darah peifer dan fungsi – fungsi vegetative
tubuh lain. Pada tidur gelombang lambat juga terjadi mimpi. Pada tidur
gelombang lambat biasanya tak bisa diingat, sedangkan pada tahap tidur REM
lebih sering melibatkan aktivitas otot tubuh.
2. Tidur dengan pergerakan mata yang cepat
Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM yang berlangsung 5 – 30
menit biasanya muncul rata – rata setiap 90 menit. Bila seseorang sangat
mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tak
ada. Sebaliknya, sewaktu orang menjadi semakin lebih nyenyak sepanjang
malamnya, durasi tidur REM juga semakin lama.
Hal – hal penting dalam tidur REM :
1. Tidur REM biasanya disertai mimpi yang aktif dan pegerakan otot tubuh yang
aktif
2.Seseorang lebih sukar dibangunkan oleh rangsangan sensorik selama tidur
gelombang lambat , namun orang – orang terbangun secara spontan di pagi hari
sewaktu episode REM.
3. Tonus otot di seluruh tubuh sangat berkurang , dan ini menunjukkan adanya
hambatan yang kuat pada area pengaturan otot di spinal
7
4.Frekuensi denyut jantung dan pernapasan biasanya menjadi irregular , dan ini
merupakan sifat dari keadaan tidur dengan mimpi.
5.Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot – otot perifer, masih timbul
pergerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini khususnya mencakup
pergerakan mata yang cepat.
6. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif , dan metabolisme di seluruh otak
meningkat sebanyak 20 %
Ringkasnya, tidur REM merupakan tipe tidur saat otak benar – benar dalam
keadaan aktif . Namun aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar
orang itu siaga penuh terhadap keadaan sekelilingnya, sehingga orang tersebut
benar – benar tertidur (Guyton , 2011).
Pada tidur fase REM . Neuron kolinergik di pedunculopontine dan
laterodorsal tegmental nucleus (LDT / PPT) mengaktivasi sinyal thalamus-
kortikal dan atonia dengan mengeluarkan neurons di medulla ventromedial yang
menghambat motor neuron. Selama tidur fase REM , neuron monoamine berupa
locus coureuleus, tuberomamilari nucleus tidak teraktivasi, mengurangi eksistasi
dari motor neuron oleh norephinefrin dan serotonin ((Espana & Thomas , 2011).
2.1.2 Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang
tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu
dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
8
mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau
mengantuk.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kualitas tidur, yaitu :
1. Kebiasaan
a. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dalam dosis tinggi jangka panjang menyebabkan
toleransi dan ketergantungan fisik dan psikologis. Alkohol memengaruhi
konsentrasi lokal serotonin , opioid dan dopamine (Katzung B, Susan B,
Anthony J, 2012).
2. Lingkungan
a. Cahaya di ruangan
Cahaya di ruangan bisa menekan hormon melatonin. Secara alami,
melatonin akan dihasilkan pada malam hari sebelum tidur, bagaimanapun
juga terkena cahaya ruangan pada awal malam hari mencegah sekresi
hormon melatonin. Melatonin berperan pada proses fisiologi, seperti
homeostasis glukosa, termoregulasi, tekanan darah, dan mendukung tidur.
Penekanan secara kronis pada melatonin memberikan konsekuensi negatif
pada kesehatan (Akacem L, Kenneth W & Monique K, 2016).
b.Bising
Suara bising meningkatkan frekuensi terbangun saat tidur dan
menurunkan fase tidur gelombang lambat (yang bisa disebut juga tidur
9
dalam). Kondisi tersebut menyebabkan penurunan kualitas tidur (Kwak K,
Young S & Young K et al, 2016).
c. Suhu
Suhu lingkungan yang ekstrem cenderung mengganggu tidur. Tidur fase
REM lebih sensitif terhadap suhu bila dibandingkan dengan tidur fase
NREM (Carskadon & Dement, 2011).
3. Obat – obatan
a. Obat yang disalahgunakan
Obat disalahgunakan (digunakan dengan cara – cara yang tidak disetujui
secara medis) karena menimbulkan perasaan kuat berupa euforia atau
mengubah persepsi. Namun, pemberian berulang memicu perubahan –
perubahan adaptif luas di otak. Akibatnya, pemakaian obat menjadi
kompulsif – tanda utama adiksi (kecanduan). Obat – obat yang
disalahgunakan yaitu meliputi obat yang mengaktifkan reseptor terkait
protein G (Opioid, Kanabinoid, asam gama hidroksibutirat, meskalin,
psilosibin), obat yang mengikat reseptor ionotropik dan saluran ion
(nikotin, alkohol, benzodiazepine, fensiklidin , ketamin), obat yang