6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Seksio Sesarea 2.1.1 Definisi Seksio Sesarea Seksio sesarea adalah prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Liu & Omu, 2005). Definisi ini tidak mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uteri atau pada kasus kehamilan abdomen. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu sehubungan dengan adanya bahaya atau komplikasi yang akan terjadi bila persalinan dilakukan pervaginam (Cuningham, 2006). Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinye memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang mengehendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Seksio Sesarea
2.1.1 Definisi Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan
insisi melalui abdomen dan uterus (Liu & Omu, 2005). Definisi ini tidak
mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uteri
atau pada kasus kehamilan abdomen. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah kematian janin maupun ibu sehubungan dengan adanya bahaya
atau komplikasi yang akan terjadi bila persalinan dilakukan pervaginam
(Cuningham, 2006).
Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang
artinye memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex
Regia) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang
mengehendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal
harus dikeluarkan dari dalam rahim (Mochtara, 1998).
2.1.2 Jenis-jenis Seksio sesarea
Ada beberapa jenis seksio sesarea yang dikenal yaitu:
1. Seksio sesarea transperitonealis
a. Seksio sesarea klasik
Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang
pada korpus uteri kira-kira sepanjag 10 cm. Keuntungan
tindakan ini adalah mengeluarkan janin lebih cepat, tidak
7
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan
sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian
yang dapat muncul adalah infeksi mudah menyebar secara
intra abdominal dan lebih sering terjadi ruptura uteri spontan
pada persalinan berikutnya.
Sedangkan indikasi seksio sesarea klasik diantaranya
adalah bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung
kencing untuk mencapai segmen bawah rahim misalnya
karena adanya perlekatan-perlekatan akibat pembedahan
seksio sesarea yang lalu, atau adanya tumor-tumor di daerah
segmen bawah rahim. Selain itu janin besar dalam letak
lintang merupakan indikasi dilakukan seksio sesarea klasik.
Indikasi yang selanjutnya adalah plasenta previa dengan
insersi plasenta di dinding depan segmen bawah rahim
(Oxorn & Forte, 2010).
b. Seksio sesarea Profunda
Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu
sayatan pada segmen bawah rahim. Keuntungannya adalah
penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan ruptura uteri
spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio sesarea
dengan cara klasik, sedangkan kekurangannya yaitu
perdarahan yang banyak dan keluhan pada kandung kemih
postoperative tinggi (Oxorn & forte, 2010).
8
2. Seksio sesarea ekstraperitonealis
Seksio sesarea ekstraperitonealis yaitu seksio sesarea tanpa
membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak
membuka kavum abdominal (Mochtar, 1998). Tindakan ini
dilakukan untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-
kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis
generalisata yang sering bersifat fatal. Teknik pada prosedur ini
relative sulit karena sering tanpa sengaja masuk ke dalam cavum
peritoneum dan insidensi cedera vesika urinaria meningkat
(Oxorn & Forte, 2010).
2.1.3 Epidemiologi Seksio sesarea
Angka seksio sesarea terus meningkat dari insidensi 3 hingga 4 %
pada 15 tahun yang lalu, hingga sekarang angka insidensinya terus
meningkat hingga 10-15 % (Oxorn & Forte, 2010). Sedangkan angka
bedah caesar di Inggris hampir dua kali lipat dalam tahun-tahun terakhir
ini, dari 12 % pada tahun 1990 menjadi 21 % pada tahun 2000. Antara
tahun 2005-2006, 23.5% kelahiran terjadi melalui bedah caesar (Baston &
Hall, 2012).
Di Amerika Serikat proporsi seksio sesarea meningkat drastis dari
5,5% pada tahun 1970 menjadi 15% pada tahun 1978 dan menjadi 24,4%
pada tahun 1987. Dengan pelbagai upaya, pada tahun 1996 angka tersebut
dapat bertahan sekitar 22,8% dan terus diusahakan untuk ditekan, sehingga
stabil pada angka 15-18%. Dengan semakin meningkatnya angka seksio
sesarea yang diperkirakan sudah mencapai 30%, dan kecenderungan ini
9
juga terjadi di Indonesia khususnya di kota-kota besar. Di Amerika
Serikat, 25% dari seluruh kelahiran hidup merupakan kelahiran dengan
seksio sesarea. Dimana saat ini, 1 diantara 10 wanita Amerika yang
melahirkan di Amerika Serikat setiap tahunnya pernah menjalani seksio
sesarea (Cunningham, 2006)
Saat ini sectio saesarea menjadi trend karena berbagai alasan.
Dalam 20 tahun terakhir angkanya meningkat pesat. Peningkatan ini
terjadi karena berbagai alasan yaitu seorang ibu yang harus melewati
proses bedah saesar untuk persalinan buah hatinya, kebanyakan cara ini
ditempuh akibat adanya hambatan yang dialami oleh janin maupun ibu.
Namun tidak sedikit pula bedah saesar yang dilakukan atas permintaan ibu
yang tidak ingin menjalani persalinan normal karena adanya rasa takut
(Sadiman & Ridwan, 2009).
2.1.4 Faktor - Faktor Seksio sesarea
Faktor seksio sesarea adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
tindakan pengeluaran janin dengan cara caesar. Faktor-faktor tersebut
antara lain :
a. Faktor Sosiodemografi
1. Umur Ibu
Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara
20-35 tahun, di bawah dan di atas umur tersebut akan
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Pada usia muda
organ-organ reproduksi seorang wanita belum sempurna secara
keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga
10
belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya dimana hal
ini dapat berakibat terjadinya komplikasi obstetri yang dapat
meningkatkan angka kematian ibu dan perinatal (Suryani, 2007).
2. Suku
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang,
salah satunya adalah faktor sosial dan kebudayaan. Suku termasuk
bagian dari budaya yang tentunya akan mempengaruhi perilaku
dalam menggunakan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
kebidanan (suryani, 2007).
Meningkatnya kecenderungan wanita untuk melahirkan
dengan seksio sesarea berhubungan dengan semakin meningkatnya
perhatian mereka terhadap kehamilannya (antenatal care) dan
prosedur keamanan operasi yang semakin baik (Suryani, 2007).
3. Agama
Agama merupakan salah satu faktor sosio demografi yang
mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan kebidanan yang merupakan salah satu bentuk dari
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menjamin agar setiap
wanita hamil dan menyusui dapat memelihara kesehatannya
sesempurna mungkin, dapat melahirkan bayi yang sehat tanpa
gangguan apapun dan dapat merawatnya dengan baik. Melahirkan
merupakan suatu peristiwa yang dianggap sakral, sehingga dalam
pelaksanaannya biasanya disesuaikan dengan ajaran agama yang
11
dianut oleh ibu mulai dari awal kehamilan sampai waktu persalinan
nanti.
Persalinan yang dilakukan dengan seksio sesarea sering
dikaitkan dengan masalah kepercayaan yang masih berkembang di
Indonesia. Masih banyak penduduk di kotakota besar mengaitkan
waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor
ekonomi. Tentunya tindakan seksio sesarea dilakukan dengan
harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian, maka
akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang baik (Suryani, 2007).
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam penyelesaian
proses pembelajaran secara formal. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang diharapkan pengetahuan dan perilakunya
juga semakin baik. Karena dengan pendidikan yang makin tinggi ,
maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga makin
banyak, sehingga perubahan perilaku kearah yang baik diharapkan
dapat terjadi (Suryani, 2007).
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh sejak proses
kehamilan sampai dengan proses persalinan. Ibu yang
berpendidikan tinggi cenderung untuk menikah pada usia yang
matur diatas 20 tahun. Pendidikan yang semakin tinggi
menyebabkan kemampuan ibu dalam mengatur jarak kehamilan,
jumlah anak, dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
pemeriksaan kehamilan dan proses persalinan (Suryani, 2007).
12
5. Pekerjaan
Beberapa alasan yang mendasari kecenderungan
melahirkan dengan seksio sesarea semakin meningkat terutama di
kota-kota besar, seperti di Jakarta banyak para ibu yang bekerja.
Mereka sangat terikat dengan waktu. Mereka sudah memiliki
jadwal tertentu, misalnya kapan harus kembali bekerja (Kasdu,
2005).
6. Sumber Biaya
Biaya persalinan bersumber dari pendapatan keluarga/biaya
sendiri, atau ditanggung oleh pihak asuransi kesehatan baik yang
dikeluarkan oleh pemerintah maupun perusahaan. Dibandingkan
dengan persalinan pervaginam, biaya seksio sesarea jauh lebih
tinggi. Di Amerika Serikat biaya seksio sesarea lebih kurang 2- 2,5
kali biaya persalinan pervaginam. Di Medan lebih kurang 2,5-3
kali biaya persalinan pervaginam (Erza, 2009)
b. Faktor mediko-obstetri
1. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu
baik yang hidup maupun mati. Paritas digolongkan menjadi 3 bagian
yaitu ; 1) golongan primipara adalah ibu dengan paritas 1. 2) golongan
multipara adalah ibu dengan paritas 2 – 4. 3) golongan grande
multipara yaitu paritas lebih dari 4. (Wiknjosastro, 2005).
Paritas berpengaruh pada ketahanan uterus. Pada Grande
Multipara yaitu ibu dengan kehamilan / melahirkan 4 kali atau lebih
merupakan risiko persalinan patologis. Keadaan kesehatan yang sering
13
ditemukan pada ibu grande multipara adalah ; 1) Kesehatan terganggu
karena anemia dan kurang gizi. 2) Kekendoran pada dinding perut. 3)
tampak ibu dengan perut menggantung. 4) Kekendoran dinding rahim.
(Rochjati 2003).
Menurut Wiknjosastro 2005, paritas yang paling aman adalah
paritas 2 – 3. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kematangan
dan penurunan fungsi organ – organ (Wiknjosastro 2005).
2. Jarak Kelahiran
Seorang wanita setelah melahirkan membutuhkan 2 sampai
3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan dirinya
pada persalinan berikutnya dan memberi kesempatan pada luka
untuk sembuh dengan baik. Jarak persalinan yang pendek akan
meningkatkan risiko terhadap ibu dan anak.
Kehamilan sebelum 2 tahun sering mengalami komplikasi
dalam persalinan. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup
istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak
tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang
mungkin terjadi bagi ibu antara lain ; 1) Perdarahan setelah bayi lahir
karena kondisi ibu masih lemah. 2) Bayi prematur / lahir belum cukup
bulan sebelum 37 minggu. 3) Bayi dengan berat badan lahir rendah /
BBLR < 2500 gram (Erza, 2009)
3. Riwayat Komplikasi
Riwayat persalinan ibu dengan persalinan tidak normal
merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Riwayat
14
persalinan tidak normal seperti ; perdarahan, abortus, kematian janin
dalam kandungan, preeklampsi/eklampsi, ketuban pecah dini, kelainan
letak pada hamil tua dan riwayat seksio sesarea sebelumnya
merupakan keadaan yang perlu diwaspadai, karena kemungkinan ibu
akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat proses
persalinan (Suryani, 2009).
4. Riwayat Obstetri Jelek
Daya tahan ibu pada saat hamil biasanya menurun sehingga
penyakit yang pernah diderita sebelum hamil cenderung muncul
pada saat hamil. Perlu diperhatikan karena penyakit tersebut dapat
membahayakan keselamatan ibu dan anak pada saat persalinan.
Adapun penyakit-penyakit yang sering timbul kembali dan
menyertai ibu hamil maupun bersalin adalah hepatitis, TBC,
diabetes melitus, penyakit jantung, asma bronkial, hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung, asma bronkial, hipertensi,
penyakit infeksi, dan lainnya. Ibu dengan keadaan tersebut
termasuk dalam kelompok ibu hamil risiko tinggi sehingga dapat
mempengaruhi persalinannya (Erza, 2007).
2.1.5 Indikasi Seksio sesarea
2.1.5.1 Indikasi Medis
Melahirkan dengan cara seksio sesarea sebaiknya dilakukan
atas pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu
maupun bayinya. Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat dan
hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan
15
seksio sesarea, dengan tujuan untuk memperkecil terjadinya risiko
yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya (achadiat, 2004).
a. Faktor Janin
1. Janin Terlalu Besar
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby),
menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya,
pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita
kencing manis (diabetes mellitus), yang biasanya disebut bayi
besar objektif.15 Bayi terlalu besar mempunyai risiko 4 kali
lebih besar untuk terjadinya komplikasi persalinan (Sarumpaet,
2001).
2. Kelainan Letak Bayi
a. Letak Sungsang
Saat ini lebih banyak bayi letak sungsang yang lahir
dengan seksio sesarea. Hal ini karena risiko kematian dan
cacat/kecelakaan lewat vagina (spontan) jauh lebih tinggi.
Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak sungsang
dalam kurun 9 bulan kehamilan. Penyebab letak sungsang
sering tidak diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena
faktor ibu seperti kelainan bentuk rahim, tumor jinak
rahim/mioma, letak plasenta lebih rendah (Achadiat, 2004)
b. Letak Lintang,
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada
kehamilan tua (hamil 8-9 bulan) yaitu kepala ada di
16
samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang
tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu
tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bayi