BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 AnatomiSistem muskuloskeletal tersusun dari tulang,
kartilago, sendi, bursa, ligamen dan tendon. Kartilago normal
ditemukan pada sendi, tulang rusuk, telinga, hidung, diskus
intervertebra dan tenggorokan. Kartilago tersusun dari sel
(kondrosit dan kondroblast) dan matriks. Kondroblas dan kondrosit
memproduksi dan mempertahankan matriks. Matriks terdiri dari elemen
fibrous dan substansi dasar. Matriks ini kuat dan solid tetapi
lentur. Matriks organik terdiri dari serat-serat kolagen dalam gel
semi padat yang kaya mukopolisakarida yang disebut juga substansi
dasar.14Kartilago memegang peranan penting dalam pertumbuhan
panjang tulang dan membagi beban tubuh. Tulang bertambah panjang
akibat proliferasi sel kartilago di lempeng epifisis. Selama
pertumbuhan dihasilkan sel-sel tulang rawan (kondrosit) baru
melalui pembelahan sel di batas luar lempeng yang berdekatan dengan
epifisis. Saat kondrosit baru sedang dibentuk di batas epifisis,
sel-sel kartilago lama ke arah batas diafisis membesar. Kombinasi
proliferasi sel kartilago baru dan hipertrofi kondrosit matang
menyebabkan peningkatan ketebalan (lebar) tulang untuk sementara.
Penebalan lempeng tulang ini menyebabkan epifisis terdorong
menjauhi diafisis. Matriks yang mengelilingi kartilago tua yang
hipertrofi dengan segera mengalami kalsifikasi.14Pada orang dewasa,
kartilago tidak mendapat aliran darah, limfe atau persarafan.
Oksigen dan bahan-bahan metabolisme dibawa oleh cairan sendi yang
membasahi kartilago. Proses ini dihambat dengan adanya endapan
garam-garam kalsium. Akibatnya sel-sel kartilago tua yang terletak
di batas diafisis mengalami kekurangan nutrien dan mati.14Osteoklas
kemudian membersihkan kondrosit yang mati dan matriks
terkalsifikasi yang mengelilinginya, daerah ini kemudian diinvasi
oleh osteoblas-osteoblas yang berkerumun ke atas dari diafisis,
sambil menarik jaringan kapiler bersama mereka. Penghuni baru ini
meletakkan tulang di sekitar bekas sisa-sisa kartilago yang
terpisah-pisah sampai bagian dalam kartilago di sisi diafisis
lempeng seluruhnya diganti oleh tulang. Apabila proses osifikasi
telah selesai, tulang di sisi diafisis telah bertambah panjang dan
lempeng epifisis telah kembali ke ketebalan semula. Kartilago yang
diganti oleh tulang di ujung diafisis lempeng memiliki ketebalan
yang setara dengan pertumbuhan kartilago baru di ujung epifisis
lempeng.14Ada tiga jenis kartilago yaitu: kartilago hialin,
kartilago elastis dan fibrokartilago. Kartilago hialin menutupi
bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi sinovial
Kartilago ini memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh.
Kartilago ini tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar
substansi dasar. Substansi dasar terdiri dari kolagen tipe II dan
proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel kartilago. Proteoglikan
sangat hidrofilik sehingga memungkinkan menahan kerusakan sewaktu
sendi menerima beban berat. Kartilago hialin terletak pada epifisis
tulang panjang.14
Gambar 2.1 Anatomi tulang panjang.
Gambar 2.2 Anatomi epifisis, metafisis, dan diafisis.
2.2 Radioanatomi
Gambar 2.3 Radioanatomi tulang femur, tibia, dan fibula pada
sendi lutut.
Gambar 2.4 Contoh hubungan antar epifisis pada sendi lutut.
Gambar 2.5 Contoh bagian korteks dan medula tulang panjang pada
tulang tibia dan fibula.
2.3 DefinisiOsteokondroma berasal dari kata osteon yang berati
tulang dan chondroma yang berarti tumor jinak atau pertumbuhan
menyerupai tumor yang terdiri dari tulang rawan hialin matur.
Osteokondroma dapat didefinisikan sebagai tumor jinak pada tulang
yang terdiri dari penonjolan tulang dewasa yang dilapisi tulang
rawan yang menonjol dari kontur lateral tulang
endokondral.8Osteokondroma dapat disebut juga kondrosteoma atau
eksostosis osteokartilaginous. Osteokondroma adalah tumor jinak
pada tulang. Osteokondroma merupakan sepertiga dari seluruh tumor
jinak di tulang dan sering ditemukan. Tumor ini cenderung berhenti
tumbuh setelah pertumbuhan normal tulang selesai. Osteokondroma
paling sering muncul sebagai lesi soliter sporadik atau multipel
pada gangguan familial yang disebut eksostosis herediter
multipel.7Osteokondroma umumnya mengenai remaja dan anak-anak,
sangat jarang mengenai bayi atau neonatus. Biasanya menyerang usia
10-20 tahun. Metafisis tulang panjang merupakan predileksi anatomis
osteokondroma, khususnya tulang femur (30%), humerus (26%), dan
tibia (43%). Osteokondroma soliter sangat jarang mengenai
tulang.7Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan
yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan.
Sepuluh persen dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma,
akan mengalami keganasan tulang yang disebut kondrosarkoma, tetapi
penderita yang hanya memiliki satu osterokondroma, tidak akan
menderita kondrosarkoma.5
2.4 EtiologiOsteochondromas tulang kemungkinan besar disebabkan
oleh salah satu cacat bawaan atau trauma perichondrium yang yang
menghasilkan herniasi dari fragmen lempeng epifisis pertumbuhan
melalui manset tulang periosteal. Meskipun etiologi pasti dari
pertumbuhan ini tidak diketahui, sebagian perifer fisis diduga
mengalami herniasi dari lempeng pertumbuhannya. Herniasi ini
mungkin idiopatik atau mungkin hasil dari trauma atau defisiensi
dari cincinperichondrial. Apapun penyebabnya, hasilnya adalah
perpanjangan yang abnormal dari tulang rawan metaplastic yang
merespon faktor-faktor yang merangsang lempeng pertumbuhan dan
dengan demikian menghasilkanpertumbuhan yang exostosis.11 Pulau
-pulau tulang rawan mengatur ke dalam struktur yang mirip dengan
epiphysis Karena ini metaplastic cartilage dirangsang, terjadi
pembentukan tulang enchondral, dan terjadi pengembangan tangkai
tulang. Histologi tulang rawan mencerminkan, zona klasik
didefinisikan diamati dalam pertumbuhan dari lempeng yaitu yaitu,
zona proliferasi, columniation, hipertrofi, kalsifikasi,
danpengerasan. Teori ini diperkirakan untuk menjelaskan temuan
klasik dari fisis untuk tetap menjaga kelangsungan medulernya
osteochondroma terkait dengan pertumbuhan lempeng dan berkembang
jauh dari.Karyotyping genetik telah menyarankan bahwa kelainan
genetik direproduksiberhubungan dengan pertumbuhan jinak dan bahwa
mereka benar-benar dapat mewakili proses neoplastik sejati, bukan
yang reaktif. Penelitian ini masih pada tahap awal, dan membutuhkan
penyelidikan lebih lanjut.9,10
2.5 Faktor RisikoBeberapa faktor resiko yang menyebabkan
terjadinya tumor tulang yaitu: 1. Kecepatan pertumbuhan tulang yang
memacu timbulnya tumor tulang ganas selama masa kanak-kanak
terutama daerah metafise tulang panjang.16 2. Paparan radiasi.16 3.
Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan DNA
pada tulang faktor genetik contohnya: a) Retinoblastoma kelainan
pada gen 13q14.16 b) Displasi tulang, penyakit paget, fibrous
displasia, enchondromatosis, eksostosis herediter multiple.16c)
L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53).16 d) Gaya hidup yang tak sehat
misalnya merokok, makanan dan minuman yang mengandung karbon.16e)
Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif autosomal yang
berkaitan dengan kelainan tulang kongenitaaaal, displasia rambut
dan kulit, hipogonadism, dan katarak.16
2.6 PatogenesisOsteokondroma lebih tepat disebut sebagai lesi
perkembangan tulang (developmental lesion) dibandingkan sebagai
sebuah neoplasma (true neoplasma). Lesi terbentuk sebagai akibat
terjadinya pemisahan fragmen cakram pertumbuhan (epiphyseal growth
plate) yang mengalami herniasi melalui lapisan periosteal yang
normalnya mengelilingi cakram pertumbuhan (encoche of
Ranvier).Mekanisme terpisahnya sebagian fragmen cakram pertumbuhan
masih belum dipahami sampai saat ini. DAmbrosia, dkk pada
eksperimen mereka mencoba menumbuhkan osteokondroma dengan
melakukan transplantasi fragmen cakram epifisis ke dalam korteks
tulang. Kasus-kasus osteokondroma yang muncul akibat trauma atau
pembedahan (osteokondroma sekunder) juga pernah dilaporkan dan
biasnya berhubungan dengan jejas Salter-Harris yang menyebabkan
transplantasi in vivo fragmen cakram epifisis ke dalam korteks
tulang.Seperti halnya cakram pertumbuhan normal, cakram pertumbuhan
yang terpisah ini juga mengalami osifikasi enkondral sehingga
membentuk penonjolan osseus subperiosteal dengan penutup kartilago
(cartilage cap) yang mengalami proyeksi dari permukaan korteks
tulang didasarnya. Pada true osteochondroma, tangkai (stalk) dari
penonjolan tulang merupakan persambungan langsung dari korteks dan
kanalis medularis tulang didasarnya.Osteokondroma akan terus tumbuh
dari penutup kartilago, identik dengan cakram pertumbuhan yang
normal. Pertumbuhan akan terhenti ketika cakram pertumbuhan telah
menutup. Penutup kartilago (cartilage cap) pada penampakan
makroskopis memiliki permukaan berdungkul-dungkul, mengkilat,
licin, dan berwarna abu-abu kebiruan.Osteokondroma memiliki ukuran
bervariasi antara 1-10 cm. Penutup kartilago memiliki ketebalan
rata-rata 1-3 cm pada pasien usia muda, sedangkan pada pasien
dewasa ketebalannya hanya beberapa millimeter atau bahkan tidak ada
sama sekali. Penutup kartilago berupa jaringan hialin dengan
lobulasi dan beberapa area yang mengalami invaginasi ke dalam
komponen medularis lesi. Pada potongan lesi, terkadang dapat
dijumpai area berwarna kuning keabu-abuan yang merupakan area
kalsifikasi matriks kartilago.5,9
2.7 PenyebaranOsteokondroma biasanya mengenai pada daerah
metafisis tulang panjang. Tulang yang sering terkena adalah ujung
distal femur (30%), ujung proksimal tibia (20%), dan humerus(2%).
Osteokondroma juga dapat mengenai tulang tangan dan kaki (10%)
serta tulang pipih seperti pelvis (5%) dan scapula(4%)
walaupunjarang. Osteokondroma yang bertangkai biasanya mengenai
tulang panjang, Tumor soliterdengan dasar lebar atau kecil seperti
tangkai dengan dikenal sebagai diafisialaklasia (eksostosis
herediter multiple) yang bersifat herediter dan diturunkan secara
dominan gen mutan.6
2.8 MorfologiTumor biasanya timbul dari metafisis dekat lempeng
pertumbuhan tulang tubular panjang dan bermanifestasi sebagai
tonjolan tulang beralas lebar yang melekat ke korteks tulang di
dekatnya. Tumor di tutup oleh tulang rawan (kartilago) hialin.
Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan komponen
tulang rawan (kondrosit).8Pada penampakan mikroskopis, penutup
kartilago bersambungan langsung dengan tulang trabekular dibawahnya
dan ditutup oleh kapsul fibrosa (jaringan ikat kolagen) yang
berfungsi sebagai perikondrium. Penutup kartilago menyerupai cakram
pertumbuhan dengan kolom-kolom atau kluster kondrosit yang
terdisribusi secara teratur dan mengalami maturasi
enkondral.Kondrosit dapat mengalami peningkatan jumlah dengan
nukleus ganda (binukleus) yang dapat disalahartikan sebagai tanda
keganasan namun sebenarnya disebabkan oleh trauma mekanik. Proses
osifikasi enkondral menyebabkan terbentuknya tulang dengan kanal
medularis, namun dengan sumsum tulang berwarna kekuningan yang
mengandung banyak debris yang mengalami kalsifikasi.5
Gambar 2.6 Makroskopis dari osteokondroma pada kosta.9
2.9 Gambaran RadiologiPenampakan pada foto rontgen cukup
bersifat patognomonik. Pada foto polos, osteokondroma tampak
sebagai penonjolan tulang (eksostosis) yang berasal dari permukaan
atau korteks tulang. Morfologi lesi dapat berupa penonjolan tulang
dengan tangkai (stalk) yang semakin meruncing (tapering) mendekati
korteks tulang (pedunculated osteochondroma) atau lesi dengan basis
yang lebar pada korteks (sessile osteochondroma).5
Gambar 2.7 Pedunculated osteochondroma pada femur.6,7
Gambar 2.8 Sessile osteochondroma pada fibula.5
Gambar 2.9 Sessile osteochondroma pada humerus.6
Lesi memiliki predileksi pada metafisis dan lokasi insersio
tendon pada tulang panjang. Lesi memiliki batas tegas, jarang
bersifat ireguler, bersambungan langsung dengan korteks tulang
didasarnya. Temuan yang umum adalah kalsifikasi yang nampak sebagai
area radioopak. Osteokondroma pada dinding toraks dapat menimbulkan
pneumotoraks, hemotoraks, atau fraktur yang dapat dikenali secara
mudah pada foto rontgen.5Berikut contoh gambaran radiologi
osteokondroma pada ulna distal.
Gambar 2.10 Osteokondroma sebelum dan setelah terapi
eksisi.5
Gambar 2.11 Osteokondroma.9
Computed tomography (CT) scan merupakan tambahan yang berguna
untuk melokalisasi lesi. Lokalisasi CT dapatberguna ketika
merencanakan reseksi.6
Gambar 2.12 Osteokondroma soliter besar pada panggul.6
Gambar 2.13 Sessile osteochondroma pada humerus.6
Magnetic resonance imaging (MRI) diperlukan hanya dalam
kasus-kasus yang dicurigai terjadi keganasan atau anatomi jaringan
lunak yang relevan perlu digambarkan. Magnetic resonance imaging
adalah modalitas pilihan untuk menilai ketebalan tulang rawan
tutup, seperti pada gambar berikut.6
Gambar 2.14 MRI menunjukkan ketebalan tutup tulang rawan.6
Meskipun tidak merupakan indikasi mutlak,ketebalan dari
cartilage capberhubungan dengan keganasan. Tebal cartilage cap yang
> 4 cm dalah sugestif degenerasi ganas, terutama ketika mereka
berhubungan dengan nyeri.6
2.10 Manifestasi KlinisOsteokondroma biasanya jarang menimbulkan
keluhan spesifik pada pasien tetapi sebagian dapat menimbulkan
cacat kosmetik yang mengganggu. Gejala yang paling umum adalah
tumbuhnya benjolan tanpa disertai nyeri pada tulang yang terkena.
Gejala yang lebih spesifik biasanya menandakan timbulnya komplikasi
seperi nyeri pada fraktur basis osteokondroma, deformitas tulang,
atau masalah persendian.5,8Nyeri pada osteokondroma juga dapat
ditimbulkan oleh inflamasi atau pembengkakan bursa atau tendon yang
berada di dekat lesi. Osteokondroma yang tumbuh di dekat serabut
saraf atau pembuluh darah (paling sering nervus dan arteri
popliteal) dapat menimbulkan gejala yang lebih spesifik seperi rasa
kebas (numbness), kelemahan motorik, hilangnya pulsasi periferal,
serta perubahan warna pada tungkai yang terkena.5Kompresi vaskular,
trombosis arteri, aneurisma, pseudoaneurisma, dan trombosis vena
merupakan komplikasi yang umum dan dapat menimbulkan manifestasi
klaudikasio, nyeri, iskemia akut, serta tanda-tanda flebitis.
Kompresi serabut saraf terjadi pada kira-kira 20% kasus
osteokondroma soliter.5 Osteokondroma yang berlokasi di bawah
tendon dapat menimbulkan nyeri selama pergerakan dan keterbatasan
ruang gerak sendi (range of motion). Transformasi ganas memberikan
gejala seperti nyeri, pembengkakan, dan penambahan ukuran
tumor.5Deformitas ekstremitas atas pada osteokondroma diketahui
sebesar 40% sampai 74%. Pemendekan ulna merupakan deformitas yang
paling sering dideskripsikan dalam berbagai seri laporan kasus dan
dapat berkaitan dengan melengkungnya radius (radial bowing). Jaffe
dan Porter, dkk. dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa panjang
tulang lengan bawah berbanding terbalik dengan ukuran
eksostosis.5
Berikut contoh deformitas yang terjadi.
Gambar 2.15 Deformitas pada ulna distal dekstra akibat
osteokondroma.5
Selain itu, diketahui bahwa lesi dengan morfologi sesil
berhubungan dengan pemendekan dan deformitas yang lebih nyata
dibanding lesi bertangkai (pedunculated osteochondroma). Lesi yang
berukuran lebih besar dengan keterlibatan kortikal yang lebih luas
juga menyebabkan gangguan pertumbuhan yang lebih berat dibanding
lesi yang lebih kecil.5Gangguan pertumbuhan epifisis akibat efek
langsung lesi merupakan mekanisme yang dapat menjelaskan timbulnya
pemendekan pada tulang panjang yang terkena.5
2.11 DiagnosisOsteochondromas adalah lesi jinak dan dapat
dikelompokkan berdasarkanstaging. Berdasarkan muskuloskeletal Tumor
Society(MSTS) untuk lesi jinak,sebagai berikut: Tahap I - lesi
aktif atau statis Tahap II - lesi aktif tumbuhTahap III - lesi
aktif yang berkembang bahwa secara lokal destruktif
/agresif.12Rata-rata Osteochondromas berada pada stadium I atau II.
Namun, deformitas sekunder yang signifikan untuk efek massa dapat
terjadi di daerah seperti sendi radioulnar sendi dan tibiofibular.
Meskipun klasifikasi ini tidaksempurna, lesi tersebut dapat
dianggap lesi tahap III .12
2.11.1 Gambaran klinisTumor ini tidak memberikan gejala sehingga
sering ditemukan secara kebetulan, namun terabanya benjolan yang
tumbuh dengan sangat lama danmembesar. Bila tumor ini menekan
jaringan saraf atau pembuluh darah akan menimbulkan rasa sakit.
Dapat juga rasa sakit ditimbulkan oleh fraktur patologispada
tangkai tumor, terutama pada bagian tangkai tipis. Kadang bursa
dapat tumbuh diatas tumor (bursa exotica) dan bila mengalami
inflamasi pasien dapat mengeluh bengkak dan sakit.9 Apabila timbul
rasa sakit tanpa adanya fraktur, bursitis, atau penekanan pada
saraf dan tumor terus tumbuh setelah lempeng epifisis menutup maka
harus dicurigai adanya keganasan. Osteokondroma dapat menyebabkan
timbulnya pseudoaneurisma terutamapada a.poplitea dan a.femoralis
disebabkan karena fraktur pada tangkai tumor didaerah distal femur
atau proximal tibia. Osteokondroma yang besar pada kolumna
vertebralis dapat menyebabkan angulasi kyfosis dan menimbulkan
gejalaspondylolitesis. Pada herediter multipel exositosis keluhan
dapat berupa massayang multipel dan tidak nyeri dekat persendian.
Umumnya bilateral dan simetris.10 Gejala nyeri terjadi bila
terdapat penekanan pada bursa atau jaringan lunaksekitarnya. Nyeri
biasanya disebabkan oleh efek, langsung mekanik, massa
osteochondroma pada jaringan lunak di atasnya. Hal ini dapat
mengakibatkan kantung terkait atau bursitis atas exostosis
tersebut. Iritasi tendon sekitarnya, otot, atau saraf dapat
mengakibatkan rasa sakit . Nyeri juga dapat hasil dari
frakturtangkai dari osteochondroma dari trauma langsung. Tutup
tulang tangkaimungkin infark atau mengalami nekrosis
iskemik.11Gejala yang paling umum dari osteochondroma adalah
benjolan tidak nyeri didekat sendi. Lutut dan bahu lebih sering
terlibat. Suatu osteochondroma dapat terletak di bawah tendon.
Ketika itu, patah jaringan di atas tumor dapat menyebabkan
aktivitas yang berhubungan dengan nyeri. Suatu osteochondroma dapat
terletak dekat saraf atau pembuluh darah, seperti dibelakang lutut.
Ketika itu, mungkin ada mati rasa dan kesemutan pada
ekstremitasitu. Suatu tumor yang menekan pada pembuluh darah dapat
menyebabkanperubahan periodik dalam aliran darah. Hal ini dapat
menyebabkan hilangnyapulsasi atau perubahan dalam warna
ekstremitas. Perubahan dalam aliran darah yang dihasilkan dari
suatu osteochondroma jarang terjadi.Benjolan yang keras dapat
ditemukan pada daerah sekitar lesi.13
2.11.2 Diagnosa Banding1. Chondrosarkoma Chondrosarkoma adalah
tumor ganas tulang dan tulang rawan. Paling banyak ditemukanpada
tulang pelvis, femur, iga, humerus, dan scapula. Tetapi selain itu
juga dapat ditemukan disemua tulang termasuk tulang-tulang kecil di
tangan dan kaki. Gambaran radiologis : lesi luas tampak tidak
teratur dengan tepi tulangyang menghilang. Tumor berisi daerah
kalsifikasi dengan gambaranseperti popcorn.8
Gambar 2.16 Chondrosarkoma
2. OsteosarkomaMerupakan tumor ganas primer pada tulang. Lokasi
tumor terbanyakadalah di distal, femur, proksimal tibia, dan
proksimal humerus. Tumorjuga dapat menyerang tulang pipih seperti
pelvis, tengkorak, dan mandibula.7 Gambaran radiologi :Gambaran
detruksi tulangSunburst appearanceCodman triangle
Gambar 2.17 Osteosarkoma
2.11.3 Diagnosis Pemeriksaan radiologis
Ada 2 tipe osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated) /
narrow base dan tidak bertangkai (sesile) / broad base. Pada tipe
pedunculated, pada foto polos tampak penonjolan tulang yang
menjauhi sendi dengan korteks dan spongiosamasih normal. Penonjolan
ini berbentuk seperti bunga kol (cauliflower) dengan komponen
osteosit sebagai tangkai dan komponen kondrosit sebagai
bunganya.5,9 Densitas penonjolan tulang inhomogen (opaq pada
tangkai dan lusen pada bunga). Terkadang tampak adanya kalsifikasi
berupa bercak opaq akibat komponen kondral yang mengalami
kalsifikasi. Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas
sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis tetapi yang terlihat
lebih kecil dibanding dengan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik
oleh karena sebagian besar tumorini diliputi oleh tulang rawan.
Tumor dapat bersifat tunggal atau multipletergantung dari jenisnya.
Untuk pemeriksaan radiologis dapat menggunakan :9,12 Foto Polos :
Radiografi polos adalah pemeriksaan penunjang dalam pencitraan
untukosteochondroma. Radiografi dengan kualitas yang baik harus
diperoleh dalam 2pesawat tegak lurus dengan ciri lesi sepenuhnya.
Fitur radiografi klasik termasukorientasi lesi jauh dari fisis dan
kontinuitas meduler. Lihat gambar di bawah.4,9
Gambar 2.18 Foto AP dari osteochondromaPada tulang tertentu,
seperti panggul dan tulang belikat, CT scanmerupakan tambahan yang
berguna untuk melokalisasi lesi. Lokalisasi CT dapatberguna ketika
merencanakan reseksi.6,8
Gambar 2.19 CT Scan Osteokondroma
MRI diperlukan hanya dalam kasus-kasus yang curiga terjadinya
keganasan atau anatomi jaringan lunak yang relevan perlu
digambarkan. MRI adalah modalitas pilihan untuk menilai ketebalan
tulang rawan tutup, seperti padagambar di bawah. Meskipun tidak
merupakan indikasi mutlak, ketebalan dari cartilage cap berhubungan
dengan keganasan. Tebal cartilage cap yang > 4 cm adalah
sugestif degenerasi ganas,terutama ketika mereka berhubungan dengan
nyeri.7,12
Gambar 2.20 MRI Osteokondroma
2.12 PenatalaksanaanPembedahan merupakan pilihan terapi utama
pada osteokondroma. Kemoterapi dan radioterapi tidak terbukti
efektif, namun merupakan pilihan terapi pada tumor yang mengalami
dediferensiasi (dediferrentiated tumors) dan memiliki prognosis
yang lebih buruk. Eksisi lesi dan koreksi deformitas merupakan
komponen esensial pada prosedur pembedahan.Osteokondroma soliter
asimptomatik bukan termasuk ke dalam indikasi pembedahan. Indikasi
spesifik untuk pembedahan pada osteokondroma adalah jika lesi
menimbulkan nyeri, kompresi saraf tepi atau pembuluh darah,
gangguan pergerakan sendi (ROM), atau deformitas seperti
peningkatan sudut artikular radius (radial articular angle),
pemendekan ulna yang progresif, tergelincirnya tulang-tulang karpal
secara berlebihan (excessive carpal slip), hilangnya pronasi, dan
melengkungnya radius (radial bowing) dengan subluksasi atau
dislokasi caput radius.5Tumor harus dieksisi jika menimbulkan
komplikasi seperti nyeri, deformitas, kompresi saraf tepi atau
pembuluh darah. Reseksi profilaktik disarankan pada kasus-kasus
dimana lesi berlokasi di dekat pembuluh darah. Osteokondroma harus
dieksisi secara lengkap, tanpa terjadinya kebocoran jaringan
miksomatus (myxomatous tissue) atau bagian dari penutup kartilago,
khususnya jika dicurigai adanya degenerasi sarkomatus pada
lesi.5Sebagai tambahan terhadap reseksi, teknik rekonstruksi juga
diperlukan untuk memperbaiki deformitas yang ada. Kemoterapi dan
radioterapi merupakan pilihan terapi pada kasus di mana tumor
mengalami dediferensiasi atau transformasi ganas. Eksisi biasanya
bersifat kuratif. Kekambuhan dapat dijumpai jika eksisi tidak
lengkap mengeliminasi lesi. Rekurensi pada lesi yang sebelumnya
telah dieksisi total dapat mengarahkan kecurigaan ke arah timbulnya
keganasan.5
2.13 KomplikasiNyeri, gangguan pergerakan sendi, peradangan
tendon, serta kompresi pembuluh darah dan saraf tepi merupakan
komplikasi yang ditimbulkan oleh osteokondroma. Deformitas
merupakan komplikasi yang sering dilaporkan pada osteokondroma yang
mengenai tulang-tulang lengan bawah (forearm).5Fraktur pada
osteokondroma adalah komplikasi yang tidak biasa yang merupakan
hasil dari trauma yang terlokalisir dan biasanya melibatkan dasar
dari tangkai lesi. Osteokondroma bertangkai di lutut paling mungkin
untuk terjadinya fraktur.5Komplikasi vaskular yang berhubungan
dengan osteokondroma adalah kelainan pembuluh darah, stenosis,
oklusi, dan pembentukan pseudoaneurisma. Gejala dapat berupa rasa
sakit, bengkak, danjarang klaudikasio atau massa berdenyut teraba
biasanya pada pasien muda.5 Trombosis pembuluh darah atau oklusi
dapat mempengaruhi baik sistem arteri atau vena dan paling sering
terlihat dalam pembuluh tentang lutut, terutama arteri atau vena
poplitea. Pseudoanerisma mengenai arteri femoralis, brakialis, dan
arteritibialis posterior, dan arteri poplitea.9Komplikasi neurologi
berkaitan dengan osteokondroma pada tulang belakang atau basis
kranii. Lesi perifer dapat menekan saraf. Osteokondroma dapat
menyebabkan defisit saraf kranial, radikulopati, stenosis tulang
belakang, cauda equina syndrome dan mielomalasia.6
2.14 PrognosisPrognosis osteokondroma soliter setelah operasi
sangatbaik, dengan kontrol lokal yang sangat baik dan tingkat
kekambuhan lokal kurang dari 2%. . Prognosis buruk berkaitan dengan
eksposur yang dibutuhkan untuk menghapus lesi atau berhubungan
dengan deformitas tulang sekunder.6
3