BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 MAKP Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 2006). Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006). Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. 8
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 MAKP
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut (Hoffart & Woods, 2006). Model praktik keperawatan profesional (MPKP)
adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi
perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah
klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai
kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
2.1.1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PERUBAHAN
MAKP
1. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, selalu
berbicara mengenai kualitas. Kualitas sangat diperlukan untuk:
88
a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen.
b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.
c. Mempertahankan eksistensi institusi.
d. Meningkatkan kepuasan kerja.
e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan.
f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar.
Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang: (1) model
praktik, (2) metode praktik, (3) standar praktik.
2. Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh DEPKES RI
(1995) yang terdiri atas beberapa standar. Menurut JCHO: Joint Commision on
Acreditation of Health Care (1999:1:4:249:54) terdapat 8 standar tentang
asuhan keperawatan yang meliputi (Noviiluri. 1999:1:4:249:54):
a. Menghargai hak-hak pasien.
b. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit/MRS.
c. Observasi keadaan pasien.
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
e. Asuhan pada tindakan non operatif dan administrative.
f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur infasi.
g. Pendidikan pada pasien dan keluarga.
h. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
9
3. Model Praktik
a. Praktik Keperawatan Rumah Sakit
Perawat profesional (ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi dan legislasi
keperawatan.
Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan atau asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan
rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit
atau melalui pengikut sertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.
b. Praktik Keperawatan Kelompok
Dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik
keperawatan rumah sakit dan rumah, beberapa perawat profesional
membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang
memerlukan asuhan keperawatan untuk mengatasi berbagai bentuk masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Bentuk praktik keperawatan
ini dipandang perlu di masa depan, karena adanya pendapat bahwa perawat
rumah sakit perlu dipersingkat, mengingat biaya perawatan di rumah sakit
diperkirakan akan meningkat.
10
c. Praktik Keperawatan Individual
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang sama seperti yang
diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional
senior dan berpengalaman secara sendiri atau perorangan membuka praktik
keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan
keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan masyarakat yang
memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh
kelompok atau golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari
fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.
4. Managerial Grid
Fokus metode manajemen ini menitik beratkan pada perilaku manager
yang menekankan pada produksi dan manusia. Adanya komitmen yang tinggi
pada anggota kelompok dalam mencapai tujuan organisasi dapat mengurangi
kompetisi antar anggota kelompok dan komunikasi serta kebersamaan dapat
ditingkatkan, sehingga akan dapat dicapai tujuan organisasi yang optimal (Blake
& Mouton, 1964 dikutip oleh Grant, A.B. & Massey, V. H, 1999).
2.1.2 MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh
penentuan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien.
11
1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan (MAKP)
Mc Laughin, Thomas dan Barterm (1995) mengidentifikasi 8 model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah
sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan
primer. Tetapi, setiap unit keperawatan memiliki upaya untuk menyeleksi model
untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana-prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Karena setiap
kebijakan akan berakibat suatu stress, maka perlu memperhatikan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Huston, 1998: 143).
a. Sesuai dengan Visi dan Misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu
model, tanpa ditunjang oleh biaya yang memadai maka tidak akan didapat
hasil yang sempurna.
12
d. Terpenuhinya kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang
baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.
e. Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam
pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
2. JENIS MODEL ASUHAN KEPERAWATAN (MAKP)
a. Fungsional (bukan model MAKP profesional)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat
itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
13
Kelebihannya:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
Kekurangan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu.
Kelebihannya:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
14
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di
atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahannya:
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam membentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu – waktu sibuk.
Konsep metode tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruangan.
Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberi asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawab.
2) Kerja sama anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supevisi dan evaluasi.
15
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
ketergantungan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Manyelenggarakan konferensi.
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan
antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinsai
asuhan keperawatan selama pasien dirawat :
Tugas Perawat Primer:
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
6) Menerima dan menyesuaikan rencana.
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
8) Melakukan rujukan pada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat.
16
9) Membuat jadwal perjanjian klinik.
10) Mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruangan/bangsal dalam metode primer:
1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.
2) Orentasi dalam merencanakan karyawan baru.
3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten.
4) Evaluasi kerja.
5) Merencanakan/menyelengarakan pengembangan staf.
6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi.
Ketenagaan metode primer:
1) Setiap perawat primer adalah perawat “Bed Side“.
2) Beban kasus 4-6 orang untuk 1 perawat primer.
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional.
Kelebihan:
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri.
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah
sakit (Gillies, 1989).
17
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang
diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbaharui dan komprehensif.
Kelemahannya:
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
Konsep dasar metode primer:
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2) Ada otonomi.
3) Ketertiban pasien dan keluarga.
d. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shift, dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk